Anda di halaman 1dari 18

EFEK HALL

LAPORAN AWAL

HANIFAH NUR AZIZAH

140310180014

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI FISIKA

2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Medan Magnet dan Induksi Magnetik

2.2 Gaya Lorentz

2.3 Efek Hall

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Rencana Perancangan Algoritma Penelitian

3.2 Alat-alat Percobaan

3.3 Prosedur Percobaan

BAB 4 TUGAS PENDAHULUAN

DAFTAR PUSTAKA

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sudah sejak lama studi dan penelitian tentang magnet menghasilkan berbagai
produk yang bermanfaat bagi umat manusia. Produk-produk seperti motor listrik,
generator listrik, satelit, sistim pemantau radar, central lock pintu mobil, lampu,
perangkat pengangkat dan penarik benda logam pada pesawat angkat, hingga
kereta api cepat adalah beberapa contoh penerapan magnet. Dalam pengembangan
material fisika, Efek Hall diperlukan sebagai instrumen fisika. Efek Hall
merupakan suatu gejala dimana pada kesua sisi plat logam tipis yang ditemukan
dalam medan magnet, menimbulkan beda potensial yang dinamakan tegangan
Hall. Dengan Efek Hall dapat diketahui karakteristik bahan semikonduktor
melalui kuantitas-kuantitas fisis bahan, diantaranya koefisian Hall (RH),
resistivitas (ρ), dan pembawa muatan p atau n (hole dan elektron).

Setiap bahan memiliki nilai kontsanta Hall yang berbeda-beda. Untuk


mengetahui nilai kontsanta Hall dan konsentrasi pembawa muatan suatu bahan,
maka dilakukan percobaan ini. Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan
konstanta Hall dan konsentrasi pembawah muatan pada bahan perak dan tungsten.

1.2 Tujuan

Menentukan konstanta Hall dan konsentrasi pembawah muatan pada bahan


perak dan tungsten.

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Medan Magnet dan Induksi Magnetik

Medan magnet adalah suatu ruangan atau suatu daerah yang dipengaruhi oleh
gaya magnetik. Magnet memiliki garis-garis atau pola-pola medan magnet yang
keluar dari kutub utara dan masuk ke kutub selatan. Kuat medan magnet di suatu
titik di dalam medan magnet ialah besar gaya pada suatu satuan kuat kutub di titik
itu di dalam medan magnet m dimana kuat kutub yang menimbulkan medan
magnet dalam Ampere-meter. Kuat medan titik adalah N/Am atau Weber/m2.
Magnet sendiri memiliki dua buah kutub magnet yaitu kutub utara dan kutub
selatan magnet. Untuk kutub magnetik yang sejenis akan tolak-menolak,
sedangkan untuk kutub magnet yang tidak sejenis maka akan saling tarik-menarik.
Dimana fenomena ini terjadi akibat adanya medan magnet. (Monter, t.thn.)

Jika suatu logam diletakan di dekat magnet, maka logam tersebut akan
mendapatkan gaya magnet berupa gaya tarik. Semakin jauh logam tersebut dari
magnet, maka semakin kecil gaya tarik yang ia alami. Gejala tersebut menunjukan
bahwa gaya di sekitar magnet terdapat medan magnet. Garis gaya adalah lintasan
kutub utara dalam medan magnet atau garis yang bentuknya demikian hingga kuat
medan di tiap titik dinyatakan oleh garis singgungnya. Sejalan dengan faham ini,
garis-garis gaya keluar dari kutub-kutub dan masuk ke dalam kutub Selatan.
Untuk membuat pola garis-garis gaya dapat dengan jalan menaburkan serbuk besi
disekitar sebuah magnet. Rapat garis-garis gaya (flux density) = B adalah jumlah
garis gaya tiap satuan luas yang tegak lurus kuat medan.

φ
B= (1)
A

Pada tahun 1820, Hans Christian Oersted menemukan bahwa ketika jarum
kompas diletakkan di dekat kawat berarus listrik, jarum mengalami
penyimpangan. Apa yang ditemukan Oersted adalah bahwa arus listrik
menghasilkan medan magnet. Jika perubahan medan magnetik dapat

2
3

menghasilkan medan listrik, maka sebaliknya perubahan medan listrik dapat


menghasilkan medan magnet. Medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik
disebut medan magnet induksi. Peristiwa timbulnya medan magnet yang
disebabkan oleh adanya arus listrik disebut induksi magnet (Ardiansyah, et al.,
2019).

Induksi Magnet (B) sering disebut rapat fluks magnet, kuat medan magnet
atau intensitas medan magnet. Induksi magnet merupakan respon dari bahan
ketika pada bahan tersebut terdapat medan magnet (H) yang ditimbulkan oleh arus
listrik. Induksi magnet merupakan besaran Vektor yang memiliki nilaidan arah.

Medan magnetik dapat ditimbulkan oleh magnet permanen ataupun oleh


elektromagnetik. Elektromagnetik adalah magnet yang timbul disekitar kawat
berarus. Hal ini didasarkan dari percobaan Oersted, yaitu:

1. Disekitar kawat berarus listrik terdapat medan magnetik.

2. Arah medan magnetik tergantung pada arah arus listrik yang melalui
kawat.

Untuk memudahkan menentukan garis-garis gaya magnetik disekitar kawat


lurus berarus digunakan aturan putaran tangan kanan, yaitu jika tangan kanan
menggenggam kawat lurus berarus, maka ibu jari menunjukkan arah arus listrik
dan putaran keempat jari yang dirapatkan menunjukkan putaran garis-garis gaya
magnetik.

Besar induksi magnetik di satu titik di sekitar elemen arus, sebanding dengan
panjang elemen arus, besar kuat arus, sinus sudut yang diapit arah arus dengan
jaraknya sampai titik tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya.

I . ∆l . sinθ
∆ B=k 2 (2)
r

μo −7 weber
Dimana: k = =10
4π A.m
4

μo I . ∆ l sin sinθ
Maka: dB=
4π r2
(3)
Apabila sebuah kumparan dialiri arus, di dalam kumparan tersebut akan
timbul medan magnetik. Selanjutnya, apabila arus yang mengalir besarnya
berubah-ubah terhadap waktu akan menghasilkan fluks magnetik yang berubah
terhadap waktu. Perubahan fluks magnetik ini dapat menginduksi rangkaian itu
sendiri, sehingga di dalamnya timbul ggl induksi. Saat terjadi induksi pada
kumparan maka ggl induksi ε sebanding dengan laju perubahan arus yang
dirumuskan
∆L
ε =−L (4)
∆t
Solenoide adalah gulungan kawat yang di gulung seperti spiral. Jika dialirkan
arus listrik ke dalam solenoide, maka di dalam selenoide akan terjadi medan
magnet dapat ditentukan dengan tangan. (Monter, t.thn.).

Gambar 2.1 Selenoid (Sumber: (Monter, t.thn.))

Induktansi diri L sebuah solenoida dapat ditentukan dengan menggunakan


persamaan dibawah. Medan magnet di dalam solenoida adalah sebagai berikut:
(Monter, t.thn.)
B=μ . n . I (5)
N
Dengan: n =   
L
Sehingga diperoleh:
ε =−N ( ∆ ΦB
∆t ) ( )
=−L
∆I
∆t
(6)
μ NA ∆ I
Karena   Bϕ=BA= 0
l
Sehingga
∆ ΦB μ N2 A
L=N dan L= 0 (7)
∆I l
Keterangan:
L = Induksi diri solenoida atau toroida (H)
μ0 = Permeabilitas udara (4 π × 10-7 Wb/Am)
N = Jumlah lilitan
A = Luas penampang (m2)
l = Panjang solenoida atau toroida (m)
5

2.2 Gaya Lorentz

Gaya Lorentz adalah gaya yang timbul akibat muatan listrik yang bergerak
atau akibat arus listrik yang berada dalam suatu medam magnet. Apabila
penghantar beraurs diletakkan di dalam medan magnet, maka pada penghantar
akan timbul gaya. Gaya inilah yang disebut dengan gaya Lorentz. Gaya Lorentz
ini dapat timbul dengan syarat sebagai berikut:

a. Ada kawat pernghatar yang dialiri arus.


b. Kawat penghantar berada di dalam medan magnet.

Semakin besar arus listrik yang mengalir, maka semakin besar pula gaya yang
bekerja dan semakin cepat pula batang penghantar bergulir. Bila polaritas sumbu
diubah, maka penghantar akan bergerak dalam arah berlawanan dengan gerak
sebelumnya (Santika, 2013).

Arah dari gaya Lorentz yang dialami oleh partikel bermuataan dapat
ditentukan dengan menggunakan kaidah tangan kanan seperti pada gamabr
berikut.

Gambar 2.2 Kaidah tangan kanan (Sumber: (Santika, 2013))


6

Gambar 2.3 Kaidah tangan kanan (Sumber: (Santika, 2013))

Besar gaya Lorentz bergantung pada besar medan magnetik (B), panjang
penghantar (L), dan besar arus listrik (I) yang mengalir dalam kawat penghantar.
Untuk arah aliran arus listrik tegak lurus terhadap arah medan magnet, gaya
Lorentz dapat dinyatakan dengan:

F=BIL (8)

F=BILsinθ (9)

Dimana:

F = Gaya Lorentz pada kawat (N)

B = Medan magnet (T)

I = Arus Listrik (A)

L = Panjang kawat (m)

Diasumsikan terdapat muatan listrik q diletakkan (diam) pada daerah yang


bermedan magnet B maka muatan q itu tidak akan mengalami gaya. Namun bila q
digerakan dengan kecepatan v maka q akan mengalami gaya yang disebut dengan
gaya lorentz. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gaya Lorentz dapat timbul
dengan syarat ada kawat penghantar yang dialiri arus dan terdapat kawat
penghantar berada di dalam medan magnet. Muatan yang bergerak dalam medan
magnet akan mengalami gaya magnet yang besarnya sebanding dengan: (Deri, et
al., 2013)
F=qvBsinθ (10)
7

Gaya magnet disebut juga gaya Lorentz. Dari bentuk gaya ini menimbulkan
berbagai sifat, diantaranya: (Santika, 2013).

a. Gaya magnet hanya akan bekerja bila muatan q bergerak terhadap medan
magnet B. muatan yang diam tidak akan merasakan gaya magnet.
b. Jika memiliki arah = B, maka gaya akan sama dengan o.
c. Medan magnet akan mengerjakan gaya sebesar F pada muatan yang bergerak
disekitar medan magnet tersebut. Besarnya gaya F adalah:


F =q ⃗v × ⃗
B (11)

2.3 Efek Hall

Pada tahun 1879, Dr. Erwin Hall menemukan sebuah fenomena fisika, yaitu
fenomena efek Hall. Beliau mengemukanan bahwa magnet yang berada pada
garus tegak lurus terhadap permukaan pkat emas tang teraliri arus listrik akan
mengalami beda potensial pada tiap ujungnya. Adanya tegangan yang timbul
berbanding lurus dengan arus listrik yang mengalir dan massa jenis fluks. Gejala
tersebut disebut efek Hall dan tegangan Hall (R & M, 2020). Jadi, efek Hall
adalah peristiwa dimana ketika arus listrik (I) mengalir pada sebuah bahan logam
dan logam tersebut memiliki medan magnet (B) yang tegak lurus dengan arus,
maka pembawa muatan (charge carrier) yang bergerak pada logam akan
mengalami pembelokkan oleh medan magnet tersebut.

Akibat dari proses pembelokkan akan terjadi penumpukan muatan pada sisi
logam tersebut setelah beberapa saat. Penumpukan atau pengumpulan muatan
tersebut dapat menyebabkan sisi tersebut menjadi lebih elektropositif ataupun
elektronegatif bergantung pada pembawa muatannya. Perbedaan muatan di setiap
sisi-sisinya mengakibatkan perbedaan potensial dikeduanya, beda potensial inilah
yang disebut tegangan atau Potensial Hall (R., et al., 2013).
8

Gambar 2.4 (a) Efek Hall pada pembawa muatan negatif (b) Efek Hall pada
pembawa muatan positif (Sumber: (R., et al., 2013))

Prinsip kerja efek Hall adalah menggunakan prinsip gaya Lorentz. Sebuah
penghantar berbentuk pelat dialiri arus listrik (I). Pada Gambar 2.4 terlihat bahwa
muatan positif bergerak menuju arah sumbux positif. Sedangkan muatan negatif
bergerak lurusberlawanan arah dengan muatan positif atau menujusumbu x
negatif, sehingga tidak ada beda potensialpada ujng-ujung pelat konduktor pada
sumbu y. Dengan efek Hall ini dapat mengindetifikasi jenis muatannya adalah
elektron (-) atau hole (+), serta konsentrasinya. Tegangan Hall (Vh) terjadi karena
adanya gaya Lorentz pada pembawa muatan yang sedang bergerak dalam medan
magnet (B), yang dapat ditulis:

F L =q . v . ⃗
B (12)
9

Dimana:

FL = Gaya Lorentz (N)

q = Muatan partikel (C)

v = Kecepatan gerak q (m/s)


B = Medan magnet (T)

Tegangan Hall akan menimbulkan medan listrik Hall (Eh), sehingga gaya
Coulomb yang ditimbulkan adalah:

F C =q . Eh (13)

Gaya Lorentz cenderung menekan pembawa muatan ke arah salah satu sisi
konduktor. Pemisahan pembawa muatan diantara ujung-ujung konduktor akan
memberikan gaya elektrostatis yang sebanding dengan gaya Lorentz yang bekerja
pada pembawa muatan. Beda pembawa muatan yang berkumpul pada sisi-sisi
konduktor tersebut yang menghasilkan tegangan Hall (Vh). Pada keadaan
setimbang sebagaimana persamaan berikut ini:

F L =FC

q. v.⃗
B =q . E h (14)

Rapat Arus:

I
J= (15)
A

I
v= (16)
n .q . A

I =v . n . q . A (17)

v.n.q. A
J= (18)
A

J=v . n. q (19)
10

J
v= (20)
n .q

Lalu substitusi persamaan (14) ke persamaan (20), maka diperoleh:

J ⃗
q . B=q . E h
n.q

J .⃗
B
Eh = (21)
n.q

Substirusi persamaan (15) ke (21), maka diperoleh:

I .⃗
B (22)
Eh =
n.q. A

Vh
Eh = (23)
r

Substirusi persamaan (23) ke (22), maka diperoleh:

I .⃗
B (24)
V h=
n.q. A

Dimana A=d .r , maka persamaan (24) menjadi:

I .⃗
B (25)
V h=
n.q.d

Sedangkan q=−e, maka persamaan (25) menjadi:

−I . ⃗
B (26)
V h=
n.e.d

−1
Dan Rh = , maka persamaan (26) menjadi:
n.e

I .⃗
B . Rh (27)
V h=
d

Vhd 1 (28)
Rh = ; n=
B .C Rn e
11

Dimana:

Vh = Tegangan Hall (Volt)

I = Arus listrik (Ampere)


B = Medan magnet (Tesla)

Rh = Konstanta hall

d = Tebal konduktor (m)

n = Jumlah pembawa muatan

e = Muatan elektron (1,602 x 10-19 C)

Konstanta Hall pada setiap bahan akan berbeda-beda karena jenis pembawa
muatannya yang berbeda.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Rencana Perancangan Algoritma Penelitian

Mulai Mulai

Merangkai alat percobaan Merangkai alat percobaan

Menyalakan teslameter dan Menempatkan bahan pada


sumber arus, medan magnet yang tegak
menghubungkan ke coil lurus dengan arus

Menempatkan probe Memvariasikan arus agar


tangensial ke tengah coil mendapat perubahan
potensial terhadap medan
magnet tetap
Mengubah arus kemudian
mengkalibrasi ulang
Memvariasikan medan
magnet agar didapat
Mencatat perubahan medan perubahan potensial
magnet setiap variasi nilai terhadap arus tetap
arus

Selesai
Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan (a) Membuat Kurva Kalibrasi IB-B (b)
Perubahan Tegangan Hall

3.2 Alat-alat Percobaan

1. Sampel seng (Zn) berbentuk kepingan sebagai bahan yang akan dicari besar
tegangan Hall-nya pada percobaan ini.
2. Sampel tungsten (W) berbentuk kepingan sebagai bahan yang akan dicari besar
tegangan Hall-nya pada percobaan ini.
3. Sumber arus konstan 10 A sebagai sumber arus.
4. Sumber arus konstan 20 A sebagai sumber arus.
5. Lubang UCORE
6. Sepasang lempeng kutub yang dibor sebagai tempat penumpukan muatan.

12
13

7. Coil 250 lilitan sebagai penghasil medan magnet.


8. Probe tangensial
9. Multimeter CA 4010 (15 A) sebagai pengukur arus bahan.
10. Microvoltmeter sebagai pengukur tegangan Hall.
11. Teslameter sebagai alat pengukur medan magnet.

3.3 Prosedur Percobaan

Merangkai peralatan eksperimen Efek Hall seperti Gambar di bawah ini:

Gambar 3.3 Rangkaian eksperimen Efek Hall

a. Membuat kurva kalibrasi IB-B


1. Mengukur Mengukur arus IB dan medan magnet (B) dilakukan tanpa
sampel.
2. Menyalakan teslameter dan sumber arus 10 A yang dihubungkan ke
coil. Lalu menempatkan probe tangensial di tengah-tengah coil,
usahakan kedudukannya konstan, misalkan dengan memakai statip.
3. Mengubah harga arus sehingga didapatkan variasi medan magnet.
4. Mencatat setiap perubahan medan magnet untuk setiap variasi nilai
arus, sehingga didapatkan data korelasi antara pasokan arus dengan
besarnya medan magnet yang dihasilkan.
a. Perubahan tegangan Hall
1. Mengamati bahan yang dihubungkan dengan sumber arus konstan,
kemudian menempatkan pada medan magnet yang arahnya tegak lurus
terhadap arus yang mengalir pada bahan yang diuji tersebut.
2. Mengukur tegangan Hall yang terjadi dengan microvoltmeter.
14

3. Merubah harga-harga arus, sehingga didapatkan satu set data yang


menggambarkan perubahan Hall terhadap arus pada medan magnet
tetap.
4. Untuk Mengukur UH sebagai fungsi dari kuat medan B pada arus bahan
IB konstan, melakukan langkah-langkah seperti di atas.
5. Memvariasikan nilai-nilai medan magnet sehingga didapatkan satu set
data yang menggambarkan perubahan tegangan Hall terhadap medan
magnet pada arus bahan yang bernilai konstan. Percobaan di atas
dilakukan untuk variasi arus IB sebesar 5 A, 8 A dan 10A.
BAB 4
TUGAS PENDAHULUAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan efek hall?

Jawab: Efek Hall adalah peristiwa dimana ketika arus listrik (I) mengalir pada
sebuah bahan logam dan logam tersebut memiliki medan magnet (B) yang
tegak lurus dengan arus, maka pembawa muatan (charge carrier) yang
bergerak pada logam akan mengalami pembelokkan oleh medan magnet
tersebut. Ketika ada arus listrik yang mengalir pada suatu konduktor yang
ditempatkan dalam medan magnet yang arahnya tegak lurus dengan arus
listrik, pergerakan muatan akan berbelok ke salah satu sisi dan menghasilkan
medan listrik. Medan listrik tersebut bertambah besar hingga gaya Lorentz
yang bekerja pada partikel menjadi nol. Perbedaan potensial antara kedua sisi
konduktor tersebut disebut tegangan Hall.

2. Bagaimanakah prinsip kerja dari induksi medan magnetik akibat adanya


arus yang mengalir pada kumparan?
Jawab: Apabila sebuah kumparan dialiri arus, di dalam kumparan tersebut
akan timbul medan magnetik. Selanjutnya, apabila arus yang mengalir
besarnya berubah-ubah terhadap waktu akan menghasilkan fluks magnetik
yang berubah terhadap waktu. Perubahan fluks magnetik ini dapat menginduksi
rangkaian itu sendiri, sehingga di dalamnya timbul ggl induksi. Saat terjadi
induksi pada kumparan maka ggl induksi ε sebanding dengan laju perubahan
arus yang dirumuskan pada persamaan (4). Solenoide adalah gulungan kawat
yang di gulung seperti spiral. Jika dialirkan arus listrik ke dalam solenoide,
maka di dalam selenoide akan terjadi medan magnet dapat ditentukan dengan
tangan.
3. Berdasarkan kajian literatur, berapakah nilai/jumlah pembawa muatan
pada bahan perak (Ag), tungsten (W), dan Zinc?
Jawab: nAg = 6,6 ×10 28 m−3; nW= 5,29 ×1028 m−3; nZn=4 x 1011 cm-3.

DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, A. A., Resti & Nana, 2019. Medan Magnet. Ilmu Fisika.

Santika, I. G. D., 2013. Medan Magnet, Gaya Lorentz, dan Energi Elektrotrastik.
Bali: UNDIKSHA.

Deri, Esra & Faiza, 2013. Gaya Lorentz. Bengkulu: Universitas Bengkulu.

15
16

R, R. & M, A., 2020. Efek Hall. Journal of Physics Science and Engineering.

R., M. I. et al., 2013. Efek Hall. Bandung: ITB.

Monter, R., t.thn. Medan Magnet. [Online]


Available at:
https://www.academia.edu/8502451/MEDAN_MAGNET_PDF
[Diakses 9 April 2021].

Anda mungkin juga menyukai