Anda di halaman 1dari 78

Bahan Ajar

Oleh

Dewa Ngakan Ketut Putra Negara,ST,MSc.

NIP. 197106131997021005

Teknik Mesin – Fakultas Teknik

Universitas Udayana

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena hanya berkat dan rahmat Nya lah Bahan Ajar Teknik Tenaga Listriki
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pembuatan bahan ajar ini merupakan
perbaikan dari bahan ajar yang dibuat sebelumnya yang dimaksudkan untuk
lebih memperlancar proses pembelajaran di lingkungan Program Studi Teknik
Mesin Universitas Udayana. Dengan adanya bahan ajar ini mahasiswa
diharapkan sebelum mengikuti perkuliahan telah menyiapkan diri sehingga
proses belajar mengajar lebih banyak diisi dengan diskusi-diskusi dan
penyelesaian studi kasus yang pada akhirnya materi secara keseluruhan dapat
dipahami lebih kopeherensif.

Pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada


semua pihak yang telah membantu memperlancar penyelesaian diktat ini.
Penulis menyadari bahan ajar ini masih sangat jauh dari sempurna sehingga
perlu diadakan perbaikan-perbaikan untuk lebih menyempurnakannya. Untuk
itu saran dan kritik sangat penulis perlukan. Sebagai akhir kata, semoga bahan
ajar ini bermanfaat bagi kita semua.

Bukit Jimbaran, Agustus 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I. TEORI DASAR LISTRIK


1.1. Teori Elektron 1
1.2. Aliran Listrik 4
1.3. Daya Elektromotoris 5
1.4. Arus Listrik 5
1.4.1. Reaksi arus listrik 6
1.4.2. Arah arus 6
1.4.3. Rapat arus 7
1.5. Tahanan Listrik 7
1.5.1. Tahanan dan daya hantar 8
1.5.2. Tahanan jenis dan daya ghantar jenis 9
1.5.3. Pengaruh suhu pada tahanan 10
1.6. Tegangan dan Hukum Ohm 10
1.7. Daya dan Usaha Listrik 11
1.8. Rugi Tegangan pada Kawat Penghantar 12

BAB II. INDUKSI ELEKTROMAGNETIK


2.1. Teori Kemagnetan 14
2.1.1. Medan magnet 14
2.1.2. Kemagnetan listrik 16
2.1.3. Arah arus dan gaya magnet 18
2.1.4. Hubungan arus listrik dan medan magnet 19
2.2. Induksi Elektromagnetik 20
2.2.1. Hukum Faraday 20
2.2.2. Hukum Lenz 22
2.3. GGL Gerak 23
2.4. Gaya Lorentz 23

ii
2.5. Penerapan Induksi Elektromagnetik 24
2.6. Fenomena Arus Eddy 26

BAB III. BEBAN LISTRIK DAN CATU DAYA


3.1. Tegangan dan Arus Bolak Balik 27
3.2. Nilai Efektif dan Maksimum Arus Bolak-Balik 28
3.3. Sudut Fasa 28
3.4. Beban dalam Rangkaian Listrik 28
3.4.1. Beban Hambatan Murni / Resistensi ( R ) 28
3.4.2. Beban Induktif / Reaktansi Induktif ( L ) 29
3.4.3. Beban Reaktif Induktif ( R dan L ) 31
3.4.4. Beban Kapasitip (C) 32
3.4.5. Beban Reaktif Kapasitip (R dan C) 34
3.4.6. Rangkaian beban R-C-L Seri 34
3.5. Daya Rata-Rata 36
3.6. Faktor Daya 37
3.7. Catu Daya 41
3.7.1. Penyearah Setengah Gelombanh 41
3.7.2. Penyearah Gelombang Penuh 42
3.7.3. Penyearah Sistem Jembatan 42

BAB IV. SISTEM TENAGA LISTRIK


4.1. Elemen Sistem Tenaga 43
4.2. Pusat Pembangkit 44
4.2.1. Prinsip Kerja Simtem Tenaga Listrik 44
4.2.2. Jenis Pembangkit Tenaga Listrik 45
4.3. Transmisi dan Distribusi 48
4.4. Konsumen Listrik 49
4.5. Tujuan Operasi Sistem Tenaga Listrik 50
4.6. Kondisi Operasi Sistem Tenaga Listrik 50
6.7. Persoalan-Persoalan Operasi Sistem Tenaga Listrik 51

iii
BAB V. TRANSFORMATOR
5.1. Pengertian Transformator 53
5.2. Prinsip Kerja Transformator 53
5.3. Trafo Tanpa Beban 55
5.4. Trafo Dengan Beban 59
5.5. Rugi-Rugi pada Transformator 60
5.6. Pengukuran Beban 61
5.6.1. Pengukuran Beban Nol 61
5.6.2. Pengukuran Hubungan Singkat 61
5.7. Pengaturan Tegangan 61
5.8. Transformator Ideal 63
5.9. Effisiensi Transformator 65
5.10. Jenis-jenis transformator 67

BAB VI. GENERATOR LISTRIK


6.1. Mesin Listrik 71
6.2. Generator Listrik 72
6.3. Generator Arus Bolak-Balik (Alternating Current/AC) 72
6.4. Generator Arus Searah (Direct Current/DC) 73
6.4.1. Konstruksi Generator DC 74
6.4.2. Prinsip Kerja Generator DC 79
6.4.3. Prinsip penyearah 80
6.4.4. Reaksi Jangkar 82
6.4.5. Pembangkitan Tegangan Induksi pada Generator Arus Searah 84
6.4.6. Pengaturan Tegangan Generator Arus Searah 85
6.4.7. Jenis Generator Arus Searah 86
6.5. Generator DC Tanpa Beban 92
6.6. Torque (Kopel Elektromagnetik) 93
6.7. Torsi Poros 96

BAB VII. MOTOR LISTRIK


7.1. Pengertian Motor Listrik 100
7.2. Jenis Motor listrik 101

iv
7.3. Motor Listrik Arus Searah (Motor DC) 101
7.3.1. Jenis Motor DC 103
7.3.2. Daya Armatur Maksimum 107
7.3.3. Pengaturan Kecepatan Motor DC 108
7.3.4. Efisiensi Motor DC 109
7.4. Motor Listrik Arus Bolak-Balik (Motor AC) 110
7.4.1. Motor induksi (Asinkron) 110
7.4.2. Motor Sinkron 120

DAFTAR PUSTAKA 125

v
Teori Dasar Listrik

Bab 1
Teori Dasar Listrik

1.1. Teori Elektron


Benda merupakan sesuatu yang memiliki masa dan menempati ruang. Benda
terdiri dari molekul-molekul. Molekul merupakan bagian benda yang masih memiliki
sifat yang sama dengan benda tersebut. Setiap molekul terdiri dari atom-atom. Atom
merupakan bagian dari molekul. Berbeda dengan molekul, atom sama sekali tidak
memiliki sifat yang sama dengan benda. Sebagai suatu contoh, air terdiri dari molekul
H2O. Molekul H2O terdiri dari 2 atom H dan 1 atom O. Atom H memiliki sifat yang
berbeda dengan H2O, demikian juga atom O memiliki sifat yang berbeda dengan H2O.

Benda

Molekul

Atom

Kulit Inti Atom


(elektron) (proton,netron)

Gambar 1.1. Kedudukan electron pada suatu benda

Atom terdiri dari inti dan kulit. Inti terdiri dari neutron (tidak bermuatan) dan
proton (bermuatan positif). Sedangkan kulit diisi oleh sejumlah electron (bermuatan
negatif). Elektron bergerak mengelilingi inti dengan kecepatan kira-kira 300.000 km/dt
dengan suatu lintasan berbentuk lingkaran. Lintasan hanya dapat diisi sejumlah electron
dengan aturan tertentu, yaitu:

N = 2n2 (1.1)

Dengan, N = Jumlah electron pada lintasan ke n

Teknik Tenaga Listrik 1


Teori Dasar Listrik

n = banyaknya lintasan yang dimulai dari lintasan terdekat dengan inti

Gambar 1.2. Elektron dan inti atom


Elektron Bebas
Dengan adanya suatu jumlah tertentu yang menempati lintasan elektron, maka
terdapat kemungkinan elektron terluar tidak memenuhi pola tersebut, sehingga terdapat
electron yang tidak dalam kelompoknya, mudah berpindah dan menjadi electron bebas.
Contoh, hidrogen memiliki 1 elektron bebas, helium dan carbon masing-masing
memiliki 2 dan 6 elektron bebas.

Elektron Bebas

Gambar 1.3. Elektron bebas

Dengan adanya suatu jumlah tertentu yang menempati lintasan elektron, maka
terdapat kemungkinan elektron terluar tidak memenuhi pola tersebut, sehingga terdapat
electron yang tidak dalam kelompoknya, mudah berpindah dan menjadi electron bebas.
Contoh, hidrogen memiliki 1 elektron bebas, helium dan carbon masing-masing
memiliki 2 dan 6 elektron bebas.
Diskusi:
Mana yang memiliki electron bebas yang lebih banyak, antara
a. Metalis (besi, tembaga,dll)
b. Non metalis (gelas,kayu, karet, dll)

Teknik Tenaga Listrik 2


Teori Dasar Listrik

Muatan atom positif dan negatif


Pada saat atom kehilangan sebuah electron, maka atom tersebut kelebihan
proton. Pada saat atom kedatangan sebuah electron, maka atom tersebut kelebihan
electron. Atom yang kelebihan electron adalah atom yang bermuatan listrik negatif.
Atom yang kekurangan electron adalah atom yang bermuatan listrik positif. Muatan 1
elektron = - 1,6. 10-19 coloumb, sedangkan muatan 1 proton = 1,6. 10-19 coloumb.

Gambar 1.4. Atom positif dan negatif

Sifat Dua Muatan Listrik


Ion adalah atom yang jumlah muatan elektronnya tidak sama dengan jumlah
muatan protonnya. Ion (+) terjadi karena atom kekurangan electron, berusaha menarik
electron dari atom lain. Ion (-) merupakan atom yang kelebihan electron, berusaha
melepaskan electron ke atom lain yang membutuhkan electron.
Jadi : a. Muatan sejenis akan selalu tolak menolak, muatan tak sejenis tarik menarik
b. Elektron bergerak dari yang kelebihan electron (ion negatif menuju) yang
kekurangan electron (ion positif)
c. Muatan negatif bergerak menuju muatan positif

Gerakan Elektron Bebas


Dengan adanya sifat-sifat dari muatan listrik tersebut maka elektron bebas akan
mudah terlepas dan bergerak menuju atom yang kekurangan elektron sehingga terjadi
pergerakan elektron bebas, seperti ditunjukkan pada gambar 1.5. Pergerakan elektron
bebasini ada yang teratur namun ada juga yang tidak teratur seperti ditunjukkan pada
gambar 1.6 dan 1.7.

Gambar 1.5. Gerakan elektron bebas

Teknik Tenaga Listrik 3


Teori Dasar Listrik

Gambar 1.6. Arah gerak elektron bebas tak beraturan

Gambar 1.7. Arah gerak elektron bebas beraturan

Pada gambar 1.7 terlihat perpindahan electron bebas secara estapet dan terjadi
secara beraturan. Gerakan electron bebas yang beraturan ini disebut aliran elektron.

1.2. Aliran Listrik


Gerakan electron bebas yang teratur akan menuju suatu arah dengan ketetapan
sebagai berikut:

Gambar 1.8. Proses perpindahan electron bebas


(1) Atom bermuatan positif (2) Atom netral (electron bebas)

(1) Apabila electron mengalir ke kanan, maka arus proton mengalir ke kiri.
(2) Bila terdapat muatan yang berbeda-beda akan terjadi gaya-gaya listrik
(3) Gerakan electron bebas yang teratur akan mengalir secara estapet

Teknik Tenaga Listrik 4


Teori Dasar Listrik

(4) Aliran electron seolah-olah berlawanan dengan arus protonnya


(5) Aliran electron yang teratur menghasilkan arus listrik
(6) Aliran listrik terdiri dari sejumlah electron-elektron yang sangat banyak
mengalir melalui suatu penghantar

1.3. Daya Elektromotoris


Tenaga yang dapat menggerakkan electron-elektron dalam suatu penghantar
disebut daya elektromotoris (electromotive force/emf), atau ggl (gaya gerak listrik). Alat
penghasil ggl adalah sumber listrik (pembangkit listrik)
Sebagai sumber listrik dikenal:
1. Reaksi Kima : Baterai, Accu
2. Induksi magnetic : Dynamo, Generator
3. Pemanasan : Thermocouple
4. Pencahayaan : Photoelectric, cell

1.4. Arus Listrik (I)


Adalah aliran listrik (electron) yang bergerak pada suatu penghantar dengan
kecepatan tertentu. Ketika salah satu ujung penghantar mendapat tenaga pendorong
electron untuk bergerak maka akan terjadi beda potensial ujung-ujung penghantar,
sehingga terjadilah arus listrik. Tiap logam memiliki jumlah atom yang berbeda,
sehingga ada logam yang mudah mengalirkan arus listrik karena konduktivitas yang
baik. Ada logam yang konduktivitas arus listriknya lebih kecil. Listrik mengalir sebagai
arus listrik seperti air dan melakukan kerja. Bila material kelistrikan dikelompokkan,
maka akan terdapat tiga kelompok yaitu; Konductor yang dapat menghantarkan arus
listrik dengan baik, Non-konductor (resistor) yaitu meterial yang tidak menghatarkan
listrik dan Semikonductor merupakan material yang memliki daya hantar menengah
yaitu diantara konductor dan non-konductor. Karakteristiknya ditentukan oleh
konfigurasi elektronik berdasarkan struktur material atom.
1. Konductor: Konductor dapat menghantarkan arus listrik dengan baik. Banyak logam
yang dapat menghantarkan arus listrik dan elektron dengan baik. Urutan conductor
dari yang paling baik adalah sebagai berikut: perak, tembaga, emas, aluminium,
tungsten, seng, nickel dll.

Teknik Tenaga Listrik 5


Teori Dasar Listrik

2. Non-konductor: Non-konductor tidak dapat menghantarkan arus listrik.


Nonconductor disebut juga dengan isolator karena electron bebas tidak mudah
dialirkan oleh material tersebut seperti; keramik, gelas, karet, plastik, kayu, dll.
3. Semikonductor: Semikonductor memiliki karakteristik menengah diantara konductor
dan non-konductor. Yang termasuk material semiconductor adalah; silicon (Si),
germanium (Ge), selenium (Se) dan sebagainya, yang banyak digunakan pada
komponen electronic.

1.4.1. Reaksi dari Arus Listrik


Arus listrik akan bereaksi jika mengalir. Itu termasuk panas, magnetic dan gerak
kimiawi. Hal ini disebut tiga aksi (three action) dari aliran listrik.
1. Reaksi panas
Ketika arus listrik mengalir pada konduktor, arus tersebut mengalami tahanan.
Akibat tahanan, aliran arus listrik menhasilkan panas didalam konduktor. Makin
besar tahanan arus listrik, makin besar panas yang dihasilkan.
2. Reaksi magnet
Arus listrik yang mengalir, menembus konduktor dan menghasilkan garis gaya
magnet, bisa dilihat dengan mengadakan percobaan sederhana yaitu taburkan serbuk
besi diatas selembar kertas, kemudian alilrkan arus listrik pada kawat menembus
kertas
3. Reaksi kimia
Ketika arus listrik mengalir dalam asam balerang, melelui elektroda platina asam
balerang terurai menjadi O2 dan H2 dinamakan Elektrolisa, yang mana merupakan
gerak kimia dari arus listrik. Baterai, elektro plating dan polising menggunakan gerak
kimiawi dari arus listrik.

1.4.2. Arah Arus


a. Teori Elektron
Aliran electron bergerak dari muatan (-) ke muatan (+)
b. Perjanjian (digunakan untuk selanjutnya)
Arah arus (bukan arah aliran electron) selalu bergerak dari bagian positif (+) ke
bagian negatif (-).
Arus listrik timbul karena adanya aliran electron. Arus listrik diluar sumbernya
mengalir dari kutub positif ke kutub negatif dan di dalam sumbernya dari kutub negatif

Teknik Tenaga Listrik 6


Teori Dasar Listrik

ke kutub positif. Jadi aliran arus listrik adalah kebalikan dari arah aliran electron. Arah
aliran elektron dan arus listrik ditunjukkan pada gambar 1.9.

- -
+
+

Perjanjian Teori elektron


Arus mengalir dari (+) ke (-) Elektron mengalir dari (-) ke (+)

Gambar 1.9. Arah aliran elektron dan arus

Muatan Listrik diukur dalam Coulomb (C), 1 C = 6,25.1018 e. Arus listrik


diukur dalam ampere (A). Jika sejumlah listrik dari 1 Coulomb (1C) dipindahkan
melalui sebuah penampang penghantar dalam suatu rangkaian dalam waktu satu detik (1
s), maka besar arus disebut satu Ampere (1A)

I = Q/t atau Q = I t (1.2)

Dimana I = Kuat arus (ampere)


Q = Jumlah muatan (coulomb)
T = waktu (detik)
Diskusi:
1. Tentukan besarnya arus yang mengalir bila sejumlah electron 60 coulomb pada
suatu rangkaian tertutup selama setengah menit?
2. Sebuah baterai memberikan arus 0,5 A kepada sebuah lampu selama 2 menit.
Berapakah banyaknya muatan listrik yang dipindahkan?
3. Sebuah accu diisi dengan arus 3 A selama 20 jam, hitung banyaknya muatan
selama itu?

1.4.3. Rapat Arus


Rapat arus (S) adalah besarnya arus listrik tiap-tiap mm2 luas penampang kawat.

Teknik Tenaga Listrik 7


Teori Dasar Listrik

S = I/A (1.3)

Dimana S = rapat arus, A/mm2


I = kuat arus (A)
A = luas penampang kawat (mm2)
Soal
1. Sebuah kawat Sebuah kawat dengan penampang I mm2 yang dilalui kuat arus sebesar
0,5 A mempunyai rapat arus yang sarna dengan rapat arus di dalam kawat yang
penampangnya 3 mm2 dengan kuat arus sebesar 1,5 A. Diminta menghitung
besarnya rapat arus yang pertama dan kudua.
2. Harus berapa besarkah penampang minimum dari suatu kawat saluran yang rapat
arusnya tidak boleh kurang dari 0,8 A/mm2 dan kuat arus yang mengalir di dalam
kawat itu sebesar 0,72 A, dan hilling besarnya diameter tersebut!

1.5. Tahanan Listrik


1.5.1. Tahanan dan Daya Hantar
Tahanan adalah gesekan/rintangan yang diberikan suatu bahan terhadap suatu
aliran arus. Resistor /hambatan dapat berupa:

Keterangan gambar.
1. Lampu pijar
2. Radio
3. Motor listrik
4. Kumparan Kawat

Gambar 1.10. Bentuk-bentuk hambatan listrik

Definisi Hambatan satu Ohm:


Hambatan satu ohm ialah tahanan satu kolom air raksa yang panjangnya 1,063 m
dengan penampang 1 mm2 pada suhu 00 C

Suatu penghantar yang mempunyai nilai tahanan yang kecil atau mempunyai daya
hantar yang besar ini berarti mudah dilalui arus. Besar daya kemampuan pengantar arus

Teknik Tenaga Listrik 8


Teori Dasar Listrik

ini disebut daya hantar arus. Sedangkan penyekat atau isolasi adalah suatu bahan yang
mempunai tahanan yang besar sekali atau mempunyai daya hantar yang kecil ini berarti
sukar dilalui arus listrik. Hubungan ini dinyatakan dalam:

R = 1/G (1.4)

Dimana:
R = Tahanan kawat listrik dalam satuan.Q (ohm)
G = Daya hantar arus dalam satuan u (mho) atau Siemens

1.5.2. Tahanan Jenis dan Daya Hantar Jenis


Tahanan jenis (ρ) adalah tahanan bahan itu yang panjangnya 1 m dengan luas
penampang 1 mm2. Sedangkan daya hantar jenis adalah kebalikan dari tahanan jenisnya,
dan diberi simbul g.

ρ = 1/g (1.5)

Besarnya tahanan dari kawat penghantar adalah

l l
R  (1.6)
A gA

Dengan R = tahanan kawat (Ω)


ρ = tahanan jenis (Ω mm2/m)
g = daya hantar jenis (m/ Ω mm2)
A = luas penampang (mm2)
Soal
1. Sebuah kumparan dililit dengan kawat tembaga yang panjangnya 10 m dengan
penampang 0,5 mm2. Berapakah besarnya tahanan kumparan tersebut? ρtembaga =
0.0175 Ω mm2/m.
2. Sebuah penangkal petir dibuat dari batang tembaga dengan ukuran panjang 45 m,
tebal 3 mm dan lebar 20 mm. Berapakah besarnya tahanan penangkal petir itu?
3. Sebuah kumparan mempunyai tahanan sebesar 7,85 Ω. Tentukan panjangnya yang
dililitkan, jika kawat yang dipakai adalah kawat tembaga dengan penampang
sebesar 0,35 mm2?

Teknik Tenaga Listrik 9


Teori Dasar Listrik

1.5.3. Pengaruh Suhu pada Tahanan


Bila benda dipanaskan sehingga suhunya naik, ukurannya berubah, begitu juga
tahanannya. Pada umumnya jika logam itu suhunya naik maka tahannya pun naik.
Koefisien suhu adalah besarnya kenaikkan tahanan tiap derajat kenaikan suhu untuk
besarnya 1 Ohm.
Besarnya pertambahan kenaikan tahanan dapat dihitung dengan rumus:

Rt  Rr 1   tt  tr  = Rt  Rr 1   t  (1.7)

Rt  Rr
 (1.8)
t.Rr

Dimana Rt = tahanan pada suhu tinggi ()


Rr = tahanan pada suhu rendah ()
  koefisien suhu (/oC)
tt = suhu tinggi (oC)
tr = suhu rendah (oC)

Soal
1. Sepotong kawat tembaga pada suhu 200C mempunyai tahanan 10 . Tentukan
tahanan pada suhu 750C, jika diketahui   0,0039 (/oC).
2. Sepotong kawat platina pada 200C mempunyai tahanan 0,5 . Tahanan naik
menjadi 0,542  karena menjadi panas. Berapakah suhu sekarang, jika
  0,0024 (/oC).
3. Sepotong kawat nikrum mempunyai garis tengah 0,1 mm dan panjangnya 4 m
dengan tahanan jenis 0,9  mm2/m. Hitung besarnya tahanan pada suhu 8000C
jika koefisien suhunya 0,00036 (/oC).

1.6. Tegangan dan Hukum Ohm


Tegangan 1 volt adalah tegangan yang dapat mengalirkan arus satu amper
melalui tahanan satu ohm. Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Ohm.

V=IR I = V/R R = V/I (1.9)

Teknik Tenaga Listrik 10


Teori Dasar Listrik

Dengan I = Arus listrik (ampere) [A]


R = Hambatan listrik (ohm) []
V = Tegangan listrik (volt) [V]

Diskusi:
1. Tentukan arus dan hambatan pada rangkaian berikut

2. Sebuah kawat berbentuk silinder berdiameter 5 mm, panjang 250 mm. Apabila
kawat tersebut dialiri arus listrik sebesar 15 A dari sebuah sumber tegangan 220 V,
tentukan hambatan jenis kawat tersebut?
3. Berapa buah lampukah yang bertahanan sebesar 44 ohm dapat menyala secara
normal pada tegangan kerja 220 Volt, jika kuat arus yang mengalir ke tiap lampu
sebesar 0,5 A.
4. Suatu penghanhantaran tembaga panjangnya tertentu disambungkan dengan hantaran
aluminium, sehingga panjang seluruhnya 4.000 m. Tegangan yang dibutuhkan
untukmengalirkan arus listrik melalui hantaran tembaga temyata sama dengan
tegangan antar ujung-ujung hantaran aluminium. Luas penampang hantaran tembaga
5 mm2, sedangkan luas penampang hantaranaluminium sebesar 10 mm2. Jika
tahanan jenis tembaga dan aluminium berturutr-turut adalah 0,017  mm2/m dan
0,03 mm2/m tentukan:
a. Panjang hantaran tembaga
b. Berapa tegangan antara ujung-ujung hantaran, jika kuat arus yang mengalir
sebesar 25A?

1.7. Daya dan Usaha Listrik


Untuk memindahkan electron (banyaknya muatan listrik), maka diperlukan
usaha listrik.

W = V Q = V I t =I2 R t = V2 t/R (1.10)

Dimana W = usaha listrik (Volt Coloum atau Joule)

Teknik Tenaga Listrik 11


Teori Dasar Listrik

V = Tegangan listrik (Volt)


Q = banyaknya muatan listrik (Coloum)
I = Kuat arus (ampere)
R = Tahanan (Ohm)
t = waktu (dt)

Daya listrik, (P)


P = W/t = V I =I2 R = V2 /R (watt) (1.11)

Soal.
1. Sebuah strika listrik dinyatakan dengan 720 watt, pada tegangan 120 Volt. Bila
alat ini dihubungkan dengan tahanan tersebut, tentukan tahanan dari strika!
2. Batas minimum langganan listrik adalah 300 watt. Tiap hari pemakain rata-
ratanya 120 volt. Diminta menghitung usaha listrik selama 6 jam!
3. Sebuah lampu pijar bertulis 100 watt/100 volt. Jika dipasang pada tegangan 80
vot, tentukan daya lampu sekarang?
4. Dalam sebuah rumah tinggal terdapat alat otomatis bertuliskan 200VA/110 Volt.
Apa arti tulisan itu?

1.8. Rugi Tegangan dalam Kawat Penghantar


Rugi Tegangan dalam Kawat Penghantar adalah tegangan yang hilang atau
tegangan yang tidak dapat dimanfaatkan. Kerugian ii disebabkan adanya kuat arus yang
mengalir melalui penghantar.
Jika tegangan yang terdapat pada transformator adalah U1 (tegangan sumber)
dan tegangan pada alat pemakai adalah U2, dimana U1> U2, maka rugi tegangan dapat
dituliskan:

Ur = U1 – U2 (1.12)

Dalam bentuk prosentase


U1  U 2
  x100% (1.13)
U1
Bearnya rugi tegangan, Ur
2 I l 2 I l
Ur  = (1.14)
A gA

Teknik Tenaga Listrik 12


Teori Dasar Listrik

Untuk keamanan, PLN menetapkan rugi tegangan instalasi penerangan 2% dan


instalasi daya 5%. Besarnya luas penampang kawat didapat,

2I  l 2I l
A  (1.15)
Ur gUr
Jika Ur dinyatakan dalam %,

200 I  l 200 I l
A  (1.16)
 U1 g  U1

Dimana, A = luas penampang kawat (mm2)


I = kuat arus (A)
l = panjang kawat (m)
g = daya hantar jenis (m/Ω mm2)
 = rugi tegangan (%)
U1 = tegangan sumber (Volt)
Soal.
1. Tentukan rugi tegangan segulung kawat tembaga dari 100 m yang dilalui kuat
arus 10 A. Luas penampangnya 2,5 mm2 dengan tahanan jenis 0,0175 (Ω
mm2/m)
2. Sebuah pompa listrik memakai arus sebesar 5 A pada tegangan 110 volt. Jarak
antara pompa dan sumber listrik adalah 100 m. Pebampang kawat
penghantarnya adalah 2,5 mm2. Tahanan jenisnya 0,0175 (Ω mm2/m). Tentukan
tegangan sumber listriknya ?
3. Sebuah motor listrik memakai arus sebesar 29,4 A. Jarak antara motor dan
sakelar 40 m. Tegangan pada saklar 220 Volt. Kawat penghubung ialah tembaga
dengan daya hantar jenis 57 m/ Ω mm2. Rugi tegangan yang diijinkan 5%.
Berapakah penampang kawat minimum yang dapat dipakai?
4. Sebuah rumah tinggal memerlukan arus sebesar 5 A. Tegangan pada tiang listrik
sebesar 110 V. RJarak antara rumah dan tiang listrik 75 m. Kawat saluran yang
digunakan adalah kawat besi. Kerugian tegangan yang diijinkan adalah 2 %.
Berapakah garis tengah kawat besi yang digunakan, jika tahanan jenis besi 0,12
Ω mm2/m.

Teknik Tenaga Listrik 13


Induksi Elektromagnetik

Bab 2
Induksi Elekromagnetik

2.1. Teori Kemagnetan


Sebuah magnet adalah sepotong baja yang dapat menarik potongan baja atau
logam-logam yang lain. Besarnya gaya tarik menarik atau tolak menolak antara dua
kutub dinyatakan sebagai Hukum Coulomb:
m1m2
F (2.1)
r2
dengan K = gaya (dyne)[1dyne=1,02 mg gaya]
m1 = kuat kutub pertama (weber)
m2 = kuat kutub kedua (weber)
r = jarak kedua kutub (cm)

2.1.1. Medan Magnet


Medan magnet memiliki arah, kerapatan dan intensitas yang digambarkan dengan
garis-garis khayal (garis-garis fluks) yang disebut garis medan magnet atau garis gaya
magnet. Garis-garis ini mempunyai arah yang keluar dari kutub utara magnet dan masuk
ke kutub selatan magnet seperti ditunjukkan gambar di bawah ini. Besarnya fluks
magnet ditentukan oleh:

  A B cos  (2.2)

Dimana:  = fluks magnet (Wb), B = induksi magnet (T), A = luas permukaan (m2)
 = sudut antara B dengan garis normal bidang

Gambar 2.1. Fluks magnet

Teknik Tenaga Listrik 14


Induksi Elektromagnetik

Besarnya kerapatan medan magnet/induksi magnet (B) dinyatakan dengan


banyaknya garis-garis fluks yang menembus suatu bidang tertentu,

 Weber
B ( ) (2.3)
A m2

B
U S

Gambar 2.2. Garis gaya magnet

Ada tiga aturan garis-garis medan magnet, yaitu :


a. Garis - garis medan magnet tidak pernah saling berpotongan (bersilangan).
b. Garis-garis medan magnet selalu keluar dari kutub utara dan masuk ke kutub
selatan serta membentuk kurva tertutup
c. Jika garis-garis medan magnet pada suatu tempat rapat, maka medan magnet
pada tempat tersebut kuat, sebaliknya jika garis-garis medan magnet pada suatu
tempat renggang, maka medan magnet pada tempat tersebut lemah.

Intensitas medan magnet disebut kuat medan (H) dan dinyatakan dengan
besarnya fluks sepanjang jarak tertentu,

H dalam (Ampere/m)

Kerapatan medan B dan kuat medan H merupakan besaran vector yang


mempunyai besaran dan arah yang besarnya:

B  H (2.4)

dimana  = permeabilitas (Henry/m)


o= 4. 10-7 H/m (untuk udara)

Teknik Tenaga Listrik 15


Induksi Elektromagnetik

Besaran fluks dapat juga dinyatakan dengan    B dA (2.5)

2.1.2. Kemagnetan Listrik


Kemagnetan listrik adalah kemagnetan yang dibangkitkan oleh arus listrik. H.C.
Oersted membuktikan bahwa di sekitar kawat berarus listrik terdapat medan magnet
(artinya listrik menimbulkan magnet). Jika terdapat arus yang mengalir dalam kawat
penghantar, maka kuat arus ini akan membangkitkan medan magnet di sekeliling
penghantar tersebut. Jika penghantar itu berbentuk lilitan atau kumparan kawat dan
dialiri arus listrik maka akan timbul medan magnet. Salah satu ujung menjadi kutub
utara (U) sedangkan ujung yang lain menjadi kutub selatan (S)

Gambar 2.3. Medan magnet pada kumparan

Besarnya induksi magnet:


a. Besarnya induksi magnet di titik O adalah:
o I (2.6)
BO 
2r

Jika terdapat N lilitan kawat melingkar, maka persamaan-nya menjadi.


N o i (2.7)
BO 
2r
Dimana: N = jumlah lilitan, r = jari-jari kawat (m)
i = arus listrik (A)
o = permeabilitas ruang hampa (4 x 107 Wb/Am)
Bo = induksi magnet di titik O (T)

Teknik Tenaga Listrik 16


Induksi Elektromagnetik

b. Induksi magnet di titik S adalah:

 o i r sin (2.8)
BS 
2a2

Dimana:
a = jarak antara titik p dengan titik s (m)
r = jari-jari kawat ( m )
 = sudut antara SP dengan SO
c. Induksi magnet pada solonoid
c.1. Induksi di tengah-tengah solonoid
oi (2.9)
B N
l

c.2. Induksi di kedua ujung solonoid

oi
B N
2l (2.10)
dimana: i = arus listrik ( A ),
l = panjang solenoida ( m ),
N = jumlah lilitan
d. Induksi magnet pada toronoid
oi (2.11)
B N
2 r

Teknik Tenaga Listrik 17


Induksi Elektromagnetik

Dimana:
r = jari-jari toroida ( m )
i = arus listrik ( A )
N = jumlah lilitan

2.1.3. Arah Arus dan Gaya Magnet


Bila penghantar yang dilalui arus kita pegang dengan tangan kanan di mana ibu
jari menunjuk ke depan, dan keempat jari lainnya melingkari penghantar, maka ibu jari
menunnjukkan arah kuat arus listrik dan jari yang lainnya menunjukkan arah garis gaya
magnet.

Gambar 2.4. Arah kuat arus dan garis gaya pada penghantar yang dialiri arus

Faktor yang mempengaruhi kuat medan pada kumparan.


1. Kuat arus
Kekuatan medan akan bertambah bila intensitas arus listriknya bertambah.
2. Jumlah gulungan
Dengan intensitas kuat arus yang tetap, maka kekuatan medan akan bertambah
bila jumlah gulungan ditambah.
3. Memasukkan inti besi ke dalam kumparan
Dengan memasukkan inti besi ke dalam kumparan, maka kekuatan medan akan
bertambah secara menyolok.

Besar kuat medan magnet pada suatu titik di sekitar penghantar yang dialiri arus
dinyatakan dengan:

Teknik Tenaga Listrik 18


Induksi Elektromagnetik

I 0,2 I
H  (ampere / cm) atau H  (Oersted ) (2.12)
r r
Dengan I = kuat arus (Ampere)
r = jarak titik satuan terhadap penghantar (cm)

Gambar 2.5. Kuat medan magnet pada suatu titik


di sekitar penghantar yang dialiri arus

2.1.4. Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet


Sumber tegangan (V) mengalirkan arus listrik (i) melalui suatu kumparan
dengan jumlah lilitan (N), maka pada inti besi (Core) akan ditimbulkan suatu kuat
medan (H), dan menurut Ampere adalah:

Ni  Hl (2.13)

dengan N = jumlah lilitan


i = arus listrik (A)
H = kuat medan (A/m)
l = panjang alur (m)

Penampang luas
bidang A

Gambar 2.6. Hubungan arus, belitan, dan kuat medan

Teknik Tenaga Listrik 19


Induksi Elektromagnetik

Soal.
1. Sebuah kutub utara dengan kuat kutub sebesar 5 weber berada dekat sebuah
kutub selatan dengan kuat kutub 10 weber. Jarak antara kedua kutub 0,5 cm.
Tentukan besarnya gaya tarik menarik/tolak menolak?
2. Dua buah kutub utara dan selatan, mempunyai kuat kutub 6 weber dan 5 weber.
Besar gaya tarik kedua kutub adalah 30 dyne. Berapa jarak kedua kutub?
3. Sebuah kumparan dengan 100 lilitan dan panjang 6 cm, mempunyai luas
penampang 2 cm2. Ke dalam kumparan dialiri arus 2,4 A. Tentukan kuat medan
magnet yang terjadi

2.2. Induksi Elektromagnetik


2.2.1. Hukum Faraday
Apabila medan magnet berubah-ubah terhadap waktu akibat arus bolak-balik
yang berbentuk sinusoid, suatu medan listrik akan dibangkitkan atau diinduksikan.
Medan magnet atau fluks yang berubah-ubah pada inti besi menghasilkan gaya gerak
listrik (ggl) yang berlawanan dengan tegangan sumber, sebesar: (Hukum Faraday)

d
e  N (2.14)
dt
dimana
N = jumlah belitan,  = fluk yang berubah-ubah terhadap waktu

Perubahan fluks yang menghasilkan ggl dapat terjadi karena:


a. Perubahan fungsi waktu(t) akibat arus bolak balik yang berbentuk sinusoid
b. Fungsi putaran () akibat berputarnya rotor pada mesin-mesin dinamis.

Terjadinya induksi elektromagnetik


Pengamatan tersebut dilakukan oleh Michael Faraday pada tahun 1831. Dia
melakukan pengamatan “apakah medan magnet dapat menimbulkan arus listrik?”.
Pengamatan yang dilakukan menggunakan batang magnet, kumparan dan Galvanometer
(alat ukur yang dapat mendeteksi keberadaan arus listrik yang relatif kecil didalam
sebuah kawat penghantar/kumparan).

Teknik Tenaga Listrik 20


Induksi Elektromagnetik

Gambar 2.7. Test uji terjadinya induksi elektromagnetik

Ketika kutub magnet bergerak memasuki (mendekati) kumparan, jarum


galvanometer menyimpang ke salah satu arah. Ketika magnet berhenti sejenak di dalam
kumparan, jarum galvanometer kembali menunjuk nol. Ketika magnet kita tarik keluar,
jarum galvanometer menyimpang kearah sebaliknya. Menyimpangnya jarum
galvanometer menunjukkan bahwa ketika magnet bergerak mendekati dan menjauhi
kumparan, pada ujung-ujung kumparan timbul beda potensial yang menyebabkan
timbulnya arus listrik pada kumparan. Beda potensial yang ditimbulkan disebut GGL
induksi (gaya gerak listrik).
Berbedanya arah penyimpangan jarum galvanometer pada saat magnet
mendekati dan menjauhi kumparan menunjukkan bahwa arus yang timbul adalah arus
bolak-balik (AC) yang biasa disebut arus induksi. Gejala terjadinya GGL atau arus
listrik pada suatu penghantar atau kumparan akibat mengalami perubahan jumlah garis
- garis gaya magnet (Fluks Magnetik) yang menembus bidang kumparan disebut
sebagai peristiwa induksi elektromagnetik.

GGL induksi dapat dibangkitkan dengan cara berikut:


1) Menggerakkan magnet keluar masuk kumparan
2) Memutar magnet di dekat kumparan (prinsip Dinamo)
3) Memutar kumparan dalam magnet (prinsip Generator)
4) Memutus-mutus arus listrik yang melalui kumparan (prinsip Trafo).

Menurut Faraday, besar GGL induksi pada kedua ujung kumparan sebanding
dengan laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi kumparan. Artinya, semakin
cepat terjadinya perubahan fluks magnetik, makin besar GGL induksi yang timbul. Jika
GGL induksi lebih besar, kuat arus induksi yang timbul juga lebih besar.
Ada berapa faktor yang menentukan besar GGL induksi yaitu:
1) Jumlah lilitan pada kumparan
Teknik Tenaga Listrik 21
Induksi Elektromagnetik

2) Kecepatan gerak magnet keluar-masuk kumparan


3) Kekuatan magnet batang yang digunakan.

2.2.2. Hukum Lenz


Besarnya GGL (Gaya Gerak Listrik) bergantung besarnya kecepatan perubahan
fluks magnetik. Untuk memenuhi hukum kekekalan energi, maka arah arus listrik yang
terjadi menyebabkan fluks magnetik imbas yang melawan perubahan fluks magnetik
asal. Ini dinyatakan oleh Lenz sebagai berikut:

“ Polaritas (arah) ggl induksi dalam loop tertutup adalah sedemikian sehingga
cenderung menghasilkan arus yang membentuk fluks magnetik untuk melawan
fluks magnetik yang melalui loop itu “

Gambar 2.8. Arah GGL induksi

Penghantar PQ bergerak dengan kecepatan v dalam medan magnet B secara tegak


lurus, Maka pada penghatar PQ terdapat arus induksi yang arahnya dari P menuju Q

Gambar 2.9. Arah GGL induksi dalam berbagai kondisi

Perhatikan bahwa arus Iinduced selalu menghasilkan Binduced yang melawan fluks
magnetik penyebab (warna hijau) dan arah v.

Teknik Tenaga Listrik 22


Induksi Elektromagnetik

2.3. GGL Gerak


Apabila sebuah konduktor digerakkan tegak lurus sejauh ds, memotong suatu
medan magnet dengan kerapatan fluks B, maka perubahan fluks pada konduktor dengan
panjang efektif l adalah:
d  B l ds (2.15)

Dari hukum Faraday diketahui bahwa ggl,


d
e (2.16)
dt

B l ds ds
Maka e  dimana  v  kecepa tan
dt dt
Jadi
e  Bl v (2.17)

U B S

Gambar 2.10. Arah gaya gerak listrik.

Persamaan e = B l v dapat diartikan bahwa apabila dalam medium medan


magnet diberikan energi mekanik (untuk menghasilkan kecepatan v), maka akan
dibangkitkan energi listrik (e); dan ini merupakan prinsip dasar sebuah generator.

2.4. Gaya lorentz

Arus listrik I yang dialirkan di dalam suatu medan magnet dengan kerapatan
fluks B akan menghasilkan suatu gaya F (Lorentz Force) sebesar:

F  BIl (2.18)

U B S

Gambar 2.11. Gaya Lorentz

Teknik Tenaga Listrik 23


Induksi Elektromagnetik

Gambar 2.12. Arah gaya akibat arus dalam medan magnet.

Arah gaya ini ditentukan oleh aturan tangan kiri, dengan jempol, telunjuk dan
jari tengah yang saling tegak lurus menunjukkan masing-masing arah, F, B, dan I.
Persamaan F  B I l merupakan prinsip sebuah motor, di mana terjadi proses
perubahan energi listrik (I) menjadi energi mekanik (F). Bila jari-jari rotor adalah r,
kopel yang dibangkitkan:

T  F .r  B I l r (2.19)

2.5. Penerapan Induksi Eelektromagnetik


Induksi elektromagnetik diaplikasikan pada banyak peralatan, diantaranya:
1. Dinamo sepeda
Dinamo sepeda menggunakan magnet permanen yang diputar dekat kumparan yang
diam yang dililitkan pada inti besi. Akibat putaran magnet garis garis gaya magnet
yang memotngn kumparan berubah - ubah sehingga menimbulkan GGL Induksi
pada ujung - ujung kumparan sehingga menghasilkan arus induksi. Makin cepat
cepat di kayuh, makin besar laju perubahan garis - garis magnetnya sehingga arus
listrik induksi yang dihasilkan makin besar.

Gambar 2. 13. Dinamo sepeda


Teknik Tenaga Listrik 24
Induksi Elektromagnetik

2. Generator
Generator merupakan alat yang prinsip kerjanya berdasarkan induksi
elektromagnetik. Alat ini pertama kali ditemukan oleh Michael Faraday. Generator
adalah mesin yang mengubah energi kinetik menjadi energi listrik. Energi kinetik
pada generator dapat juga diperoleh dari angin atau air terjun. Berdasarkan arus
yang dihasilkan, generator dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gerator AC
(alternating current) dan generator DC (direct current). Generator AC menghasilkan
arus bolak-balik dan generator DC menghasilkan arus searah. Baik arus bolak-balik
maupun searah dapat digunakan untuk penerangan dan alat-alat pemanas.
3. Transformator
Transformator atau trafo adalah alat yang digunakan untuk merubah besar tegangan
listrik AC. Dengan menghubungkan kumparan primer ke sumber listrik AC, maka
arus listrik yang mengalir pada kumparan primer selalu berubah, sehingga kutub
magnet juga selalu berubah. Meskipun kutub magnet pada kumparan primer terus
berubah, garis-garis gaya magnetik tetap keluar dari kumparan primer yang
memberi imbas (menginduksi) kumparan sekunder. Alhasil, kumparan sekunder
terus mengalami perubahan garis gaya magnet sehingga menghasilkan listrik secara
terus –menerus (arus listrik sekunder).
c. Electric guitar
Dalam sebuah gitar listrik, getaran dari senar menginduksi suatu emf (electromotive
force) di dalam suatu coil pengambil (gambar 2.14 a). Lingkaran-lingkaran di
bawah senar logam dari gitar ini mendeteksi nada yang sedang dimainkan dan
mengirim informasi ini melalui sebuah amplifier dan ke dalam speaker. (gambar
2.14.b)

Gambar 2.14. Electric gitar

Teknik Tenaga Listrik 25


Induksi Elektromagnetik

2.6. Fenomena Arus Eddy

Untuk memahami terjadinya arus eddy, perhatikan gambar 2.15. Sebuah


keping terbuat dari tembaga atau aluminium berayun seperti bandul diantara dua kutub
magnet permanen. Ketika keping mulai memasuki medan magnetik, timbul perubahan
fluks magnetik yang memasuki keping. Arah perubahan atau pertambahan fluks ini
searah dengan arah medan magnetic. Menurut Lenz pertambahan fluks ini
menyebabkan timbulnya arus induksi (arus Eddy). Medan magnetik yang ditimbulkan
arus Eddy pada keping arahnya berlawanan dengan arah medan magnet permanen,
sehingga keping ditolak pada kedua sisi.

Gambar 2.15. Terjadinya arus eddy

Salah satu pengaplikasian arus


eddy ini adalah electromagnetic brake
pada rel kereta api. Ketika rem rel
kereta api diinjak, arus akan mengalir
pada elektromagnet sehingga menjadi
magnet yang kuat dan timbul medan
magnetik yang besar. Karena kereta
bergerak, terjadi perubahan medan
magnetik dari elektromagnetik pada rel.
Perubahan medan magnetik ini akan
menimbulkan arus Eddy pada rel yang
selanjutnya menimbulkan gaya yang
memperlambat gerak kereta. Karena
arus Eddy berkurang secara teratur,
maka gaya perlambatannya pun
berkurang secara teratur akibatnya
kereta dapat berhenti dengan mulus.

Gambar 2.16. Electromagnetic brake pada rel kereta api

Teknik Tenaga Listrik 26


Beban Listrik dan Catu Daya

Bab 3
Beban Listrik dan Catu Daya

3.1. Tegangan dan Arus Bolak Balik


Induksi elektromagnetik menghasilkan arus listrik dalam dua arah yang saling
bergantian. Arus ini disebut arus bolak-bakik (alternating current/AC). Polaritas
tegangan pada ujung-ujung kumparan juga selalu berubah, kadang positip kadang
negatip. Tegangan yang polaritasnya selalu berubah ini disebut tegangan bolak-balik.
Besarnya tegangan dan arus sesaat ditunjukkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Pola gelombang arus dan tegangan bolak-balik


mengikuti pola sinusoida.

Persamaan tegangan bolak-balik dapat dinyatakan sebagai berikut:


2
V  Vmax Sin 2 ft atau V  Vmax Sin t (3.1)
T
Jika tegangan bolak-balik dipasang pada suatu rangkaian, maka arus yang
mengalir pada rangkaian juga merupakan arus bolak-balik yang berubah terhadap waktu
menurut fungsi sinus, sehingga arus bolak-balik dapat dinyatakan dengan persamaan
2
I  I max Sin t  I max Sin 2f  I max Sin t (3.2)
T
Dengan:
T = periode (s), f = frekuensi (Hz), ω = kecepatan sudut (rad/s)

Teknik Tenaga Listrik 27


Beban Listrik dan Catu Daya

3.2. Nilai Efektif dan Maksimum Arus Bolak-Balik


Kuat arus/tegangan efektif yaitu kuat arus/tegangan AC yang setara dengan
kuat arus/tegangan DC untuk menghasilkan kalor yang sama melalui resistor dalam
waktu yang sama. Nilai efektif arus dan tegangan AC diukur dengan menggunakan
Ampermeter AC dan voltmeter AC. Hubungan nilai efektif dengan nilai maksimum
dinyatakan sebagai berikut:
Vmax
Veff   0,707 Vmax (3.3)
2
I max
I eff   0,707 I max (3.4)
2

3.3. Sudut Fasa


Jika arus i dalam sebuah rangkaian AC adalah i = Imax cos t dan tegangan v
di antara dua titik adalah v = Vmax cos (t + ), maka  dinamakan sudut fasa (phase
angle) tegangan, relatif terhadap arus tersebut.

3.4. Beban dalam Rangkaian Listrik


3.4.1. Beban Hambatan Murni / Resistensi ( R )
Contoh beban yang bersifat resistif adalah lampu pijar dan alat pemanas. Jika
beban resistif diaktifkan (dinyalakan), maka arus listrik pada beban ini segera mengalir
dengan cepatnya sampai pada nilai tertentu (sebesar nilai arus nominal beban) dan
dengan nilai yang tetap hingga tidak diaktifkan (dimatikan). Rangkaian resistif
ditunjukkan pada gambar 3 a.

Gambar 3.2. (a) Rangkaian resistor dengan sumber tegangan AC (b) Grafik arus dan
tegangan sebagai fungsi waktu, (c) Diagram fasor rangkaian resistor murni

Teknik Tenaga Listrik 28


Beban Listrik dan Catu Daya

Rangkaian R dalam arus AC berfungsi sebagai pembatas arus listrik yang


masuk atau menurunkan potensial listrik dalam rangkaian sehingga antara arus dan
tegangan pada hambatan tersebut dengan arus dan tegangan pada sumber tidak
mengalami perubahan fase, yang artinya arus dan tegangan pada hambatan/resistor
adalah sefase. Besarnya kuat arus yang melalui hambatan dapat dinyatakan dari Hk
Ohm:
V Vmax Sin t Vmax
I   Sin t (3.5)
R R R
Vmax
Jika  I max maka I  I max Sin t (3.6)
R

3.4.2. Beban Induktif / Reaktansi Induktif ( L )


Beban yang bersifat induktif digunakan untuk peralatan yang menggunakan
motor-motor listrik (pompa air, alat pendingin/AC/Freezer/ kulkas, peralatan
laboratorium), penerangan dengan lampu tabung yang menggunakan balast/trafo yang
bersifat induktif seperti lampu TL, sodium, merkuri, komputer, TV, dan lain-lain. Pada
beban induktif, misalnya pada motor listrik, begitu motor diaktifkan (digerakkan), maka
saat awal (start) menarik arus listrik yang besar (3 sampai 5 kali nilai arus nominal),
kemudian turun kembali ke arus nominal. Rangkaian induktif murni ditunjukkan pada
gambar 3.3.

Gambar 3.3. Rangkaian induktor dengan sumber tegangan AC

Besarannya tegangan Induktif


VL  Vmax Sin t (3.7)

di di
Karena VL  L , maka L = Vmax Sin t
dt dt
Vmax
atau di  Sin t dt
L

Teknik Tenaga Listrik 29


Beban Listrik dan Catu Daya

Dengan integrasi diperoleh


Vm 1 1
IL  Sin(t   ) atau I L  I max Sin(t   ) (3.8)
L 2 2
Vm
Dengan, I max  (3.9)
L

Gambar 3.4. (a) Grafik arus dan tegangan sebagai fungsi waktu (b) Diagram fasor
rangkaian induktor murni

Jika Imax dan Vmax dibagi factor 2 maka, diperoleh harga faedah/efektif untuk I dan VL
Sehingga
VL
I (3.10)
L

Faktor L bersifat sebagai tahanan untuk arus bolak balik dan umumnya
tahanan ini disebut Reaktansi Induktif dan diberi simbul XL. Sehingga rumus di atas
dapat dirubah:
V
I
XL

Karena X L  L atau X L  2fL (3.11)


V
Maka I  (3.12)
2fL
Dimana
I = Arus induksi efektif (A)
V = Tegangan efektif tegangan sumber yang dihubungkan ke gulungan induksi (V)
L = Koefisien induksi diri dari gulungan (Henry)

Teknik Tenaga Listrik 30


Beban Listrik dan Catu Daya

 = Frekwensi putar (rad/dt)

Soal.
1. Sebuah gulungan induksi dengan koefisien induksi sebesar 1000 mH
dihubungkan pada sumber tegangan bolak balik sebesar 125,6 Volt dengan
frekuensi 1000Hz. Tentukan kuat arus yang mengalir ?
2. Sebuah gulungan induksi mempunyai induksi diri 500 mH dihubungkan pada
tegangan 100 V dengan frekuensi 50 Hz. Tentukan besarnya arus yang
mengalir ?

3.4.3. Beban Reaktif Induktif ( R dan L )


Rangkaian Reaktif induktif ditunjukkan pada gambar 3.5

Gambar 3.5. Rangkaian R dan L

Jika gabungan seri antara resistor R dan induktor L dipasang pada sumber
tegangan bolak-balik, maka tegangan induktor VL mendahului arus I dengan beda fase
p/2 atau 90o, sedangkan tegangan resistor VR mempunyai fase yang sama dengan arus I.
Secara vektoris hubungan antara arus dan tegangan pada beban reaktif induktif
ditunjukkan pada gambar 3.6.

y y
VTot Z
VL XL

x ) R x
) VTot
I VR
I
(a) (b)
Gambar 3.6. (a) Hubungan VL dan VR, (b) Hubungan antara VTot dan I

Teknik Tenaga Listrik 31


Beban Listrik dan Catu Daya

Dari gambar 3.6, terlihat

Z 2  R 2  X L2  R 2   2 L2 sehingga Z  R 2   2 L2

V V
V  IZ dan I   (3.13)
Z R 2   2 L2
Dimana
V = tegangan sumber (V)
I = kuat arus (A)
XL=tahanan induksi (ohm)
R = Resistensi (ohm)
Z = tahanan jumlah rangkaian bolak balik dari rangkaian seri (ohm)
 = frekwensi putar (rad/dt)

Untuk beban reaktif induktif, arus I akan tertinggal sebesar  terhadap tegangan
total (VTot). Beban reaktif induktif disebut beban tertinggal (LAGGING). Dalam bentuk
fulsa, dapat digambarkan seperti gambar 3.7.

Amplitudo
VM
VTot
IM
I

Time

Gambar 3.7. Hubungan I dan VTot dalam bentuk pulsa

3.4.4. Beban Kapasitip (C)


Contoh beban yang bersifat kapasitif adalah kapasitor. Rangkaian kapasitif
ditunjukkan paa gamabar 3.8.

Teknik Tenaga Listrik 32


Beban Listrik dan Catu Daya

Gambar 3.8. Rangkaian kapasitor dengan sumber tegangan AC

Berlaku hubungan:
I  I max Sint
T T
1 1
Vc   I dt   I max Sint dt
C0 C0

I max
Vc  Sin (t  90 0 ) (3.14)
C

Gambar 3.9. (a) Grafik arus dan tegangan sebagai fungsi waktu (b) Diagram fasor
rangkaian kapasitor murni

Harga Vc maxsimum adalah:


I max I max
Vmax  
C Xc
Vmax
I max 
1
C

Teknik Tenaga Listrik 33


Beban Listrik dan Catu Daya

Harga efektifnya,
V V
I atau I  atau I X C  V
1 XC
C
1 1
XC   (3.15)
C 2fC
Dengan
I = kuat arus bolak balik yang melalui kondensator (A)
V = tegangan bolak-balik yang dipasangkan ke kondensator (Volt)
C = kapasitet kondensator (Farad)
XC = tahanan kondensator (Reaktansi Kapasitif) (Ohm)

Soal.
1. Sebuah kondensator dengan kapasitet 4 uF dihubungkan pada tegangan bolak-
balik sebesar 200 V dengan frekuensi 50 Hz. Tentukan arus bolak-balik yang
mengalir ke dalam kondensator?
2. Sebuah kondensator 200 uF dihubungkan pada tegangan 10 V dengan frekuensi
100 Hz. Tentukan kuat arus yang mengalir ke dalam kondensator?

3.4.5. Beban Reaktif Kapasitip (R dan C)


Rangkaian reaktif kapasitif ditunjukkan pada gambar 3.10.

3.10. Rangkaian R-C


Berlaku persamaan:
V = VR + VC
I max
 I max R Sin  t  Sin(t  90 0 ) (3.16)
C

Teknik Tenaga Listrik 34


Beban Listrik dan Catu Daya

Secara vektoris,
y
y
VR I
I x
)
) R x
) VTot
VC XC
VTot
Z
(a) (b)
Gambar 3.11. (a) Hubungan Vc dan VL (b) Hubungan I dan VTot

Berlaku hubungan
1
XC  (3.17)
C

1 1
Z 2  R 2  X C2  R 2  sehingga Z  R 2 
 C2
2
 C2
2

V V
V  IZ dan I   (3.18)
Z 1
R  2 2
2

C
Dengan
I = kuat arus bolak balik yang melalui rangkaian (A)
V =tegangan bolak-balik yang pada rangkaian (Volt)
R = Resistensi (Ohm)
XC =tahanan kondensator (Ohm)

Dalam bentuk pulsa dapat digambarkan

Amplitudo
VTot

Time

Gambar 3.12. Hubungan I dan VTot dalam bentuk pulsa

Teknik Tenaga Listrik 35


Beban Listrik dan Catu Daya

Untuk beban reaktif kapasitif, arus I akan mendahului sebesar  terhadap


tegangan total (VTot). Beban reaktif kapasitif disebut beban mendahului (LEADING).
Dalam bentuk fulsa, dapat digambarkan seperti gambar

3.4.6. Rangkain R-L-C Seri


Ketika gabungan seri antara resistor R, induktor L dan kapasitor C dihubungkan
dengan sumber tegangan AC, maka tegangan resistor VR mempunyai fase yang sama
dengan araus I, tegangan induktor VL mendahului arus I dengan beda fase 90o, dan
tegangan kapasitor VC tertinggal oleh arus I dengan beda fase 90o. Keadaan ini dapat
digambarkan dengan diagram fasor seperti berikut:

Gambar 3.13. Rangkaian R-L-C seri

V  I R 2
 (X L  X C )2

V  I .Z

XC

R

3.4. Daya Rata-Rata


Daya rata-rata sesaat didifinisikan sebagai hasil kali tegangan dan arus sesaat,

P = VI (3.19)

Jika arus dan tegangan merupakan fungsi siklus, maka daya rata-rata (P) untuk
suatu periode siklus tersebut dapat ditentukan besarnya dengan rumus,
T
1
T 0
P p (t ) dt (3.20)

dimana P = daya rata-rata (Watt)

Teknik Tenaga Listrik 36


Beban Listrik dan Catu Daya

T = Periode dari siklus (dt)

Tegangan dan arus fungsi sinus dinyatakan sebagai


v(t )  Vm cos t (3.21)

i (t )  I m cos(  t ) (3.22)

Maka persamaan daya menjadi,


p (t )  Vm I m cos t cos(t   )

1
p(t )  Vm I m {cos(t  t   )  cos(t  t   )}
2
1 1
 Vm I m cos   Vm I m cos(2t   ) (3.23)
2 2

Harga rata-rata dari fungsi sinusoid yang berubah terhadap waktu untuk satu
periode adalah sama dengan nol, sehingga persamaan p(t) hanya terdapat bentuk
1
2
Vm I m cos  yang tidak tergantung waktu. Maka bentuk yang ada,

1
P  Vm I m cos  =  VI cos  (3.24)
2

dimana V dan I adalah harga rms atau harga efektif dari tegangan dan arus.

3.5. Faktor Daya

Daya rata-rata merupakan fungsi dari rms dari arus, rms dari tegangan dan
perbedaan sudut fase arus dan tegangan. Jika arus dan tegangan dari persamaan sefase
dan   00 , maka persamaan daya menjadi,

P  VI cos   VI (Watt ) (3.25)

Untuk :
  600 , maka P  VI cos 600 = 0,3 VI

  900 , maka P  VI cos 900 = 0

Arus yang mengalir pada sebuah tahanan, akan menimbulkan tegangan pada
tahanan tersebut sebesar

Teknik Tenaga Listrik 37


Beban Listrik dan Catu Daya

Vr = Ir r sehingga P = Vr Im cos 

Karena tidak ada beda fase antara arus dan tegangan pada tahanan, maka sudut
  00 , sehingga;
P  VI (Watt ) (3.26)

Untuk inductor dan kapasitor, arus yang mengalir pada elemen-elemen ini
masing-masing tertinggal (Lagging) dan terdahulu (Leading) sebesar 900 terhadap
tegangan. Tegangan dikalikan dengan arus disebut daya semu. Daya rata-rata dibagi
daya nyata disebut factor daya. Untuk arus dan tegangan sinusoid, factor daya dapat
dihitung dengan rumus,

P VI cos 
Faktor daya    cos  (3.27)
VI VI

 , disebut sudut factor daya. Sudut ini menentukan kondisi terdahulu atau
tertinggal tegangan terhadap arus. Bila sebuah beban diberi tegangan, impedansi dari
beban tersebut akan menentukan besar arus dan sudut fase yang mengalir pada beban
tersebut. Faktor daya merupakan petunjuk yang menyatakan sifat suatu bahan.
Misalnya, factor daya beban pertama = 1 dan factor daya beban kedua = 0,5, maka
beban kedua akan membutuhkan 2 kali lebih besar arus beban pertama. Untuk efisiensi
dan operasi diusahakan factor daya mendekati satu.

Jenis daya dalam kaitannya dengan beban dalam rangkaian listrik


Untuk lebih mudah memahami tentang faktor daya, dalam sistem kelistrikan
dikenal adanya daya aktif, daya reaktif dan daya nyata
• Daya aktif (P), satuan watt adalah daya yang berguna menjalankan berbagai
macam peralatan listrik
• Daya reaktif (Q), satuan VAR (volt ampere reaktif) merupakan daya tidak
berguna sehingga tidak dapat dirubah menjadi tenaga akan tetapi diperlukan
untuk proses transmisi energi listrik pada beban.
• Apparent power atau daya nyata (S), satuan VA adalah gabungan dari daya aktif
dan daya nyata

Teknik Tenaga Listrik 38


Beban Listrik dan Catu Daya

Jadi yang menyebabkan pemborosan energi listrik adalah banyaknya peralatan


yang bersifat induktif.

Gambar 3.13. Ilustrasi daya aktif, daya reaktif dan daya nyata

Faktor daya atau faktor kerja adalah perbandingan antara daya aktif (watt)
dengan daya nyata (VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya semu/daya total.

Gambar 3.14. Ilustrasi faktor daya


Soal:
1. Apa yang dimaksud dengan daya aktif dan daya reaktif?
2. Jelaskan jenis daya yang dikenakan terhadap pelanggan rumah tangga dan
industri?
3. Jelaskan dengan suatu contoh perhitungan, mana yang lebih baik faktor daya
yang lebih tinggi atauyang lebih rendah.

3.6. Catu Daya


Catudaya atau power supply merupakan suatu rangkaian elektronik yang
mengubah arus listrik bolak-balik (alternating current / AC) menjadi arus listrik searah
(direct current / DC). Dalam kehidupan sehari-hari. sumber tegangan dari PLN adalah
tegangan AC, dimana tegangan ini akan bergerak naik-turun dari 220 volt AC menjadi -
220 volt AC selama 50 kali dalam 1 detik secara sinusoidal. Itulah makanya sering kita
lihat pada stiker spesifikasi alat elektronik adalah 220 VAC / 50 Hz. Saking cepatnya
tegangan AC ini bergerak, kita sampai tidak melihat pergerakannya, itu dibuktikan

Teknik Tenaga Listrik 39


Beban Listrik dan Catu Daya

dengan lampu dirumah kita yang selalu menyala bila lampu tersebut dinyalakan,
padahal lampu tersebut sebenarnya nyala-mati-nyala-mati selama 50 kali / detik.
Banyak peralatan listrik yang dapat beroperasi bila langsung terhubung dengan stop
kontak rumah kita seperti : Oven, setrika, lampu, dll. Berarti peralatan listrik tersebut
memang membutuhkan tegangan 220 VAC.
Namun ada juga peralatan listrik yang membutuhkan tegangan DC dimana
tegangan yang dibutuhkan harus stabil atau tidak naik-turun seperti AC. Peralatan listrik
ini diantaranya TV, DVD player, Tape, Radio, dll. Untuk mendapatkan tegangan DC,
kita dapat menggunakan adaptor / power supply , batu baterai, aki, dll. Di rumah-rumah
TV, DVD player langsung terhubung ke stop kontak (PLN), berartikan tegangan yang
masuk adalah 220 VAC, tetapi bila dilihat isi di dalam TV, DVD player, dll. maka akan
ditemui sebuah modul power supply / adaptor, dimana fungsi modul ini adalah
mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC.
Tidak semua peralatan elektronik yang membutuhkan tegangan DC memiliki
modul power supply didalamnya. Misalnya saja, laptop. Laptop ini untuk bekerja tanpa
baterai harus terhubung ke suatu kotak hitam, baru kemudian kotak hitam tersebut
terhubung ke stop kontak PLN. Nah, Kotak hitam itulah sebenarnya power supply /
adaptor. Atau jika diperhatikan panel belakang dari komputer desktop, di bagian atas
terdapat kipas exhaust yang merupakan power supply dari computer. Komputer
biasanya membutuhkan tegangan 5 VDC dan 12 VDC, sedangkan tegangan dari PLN
adalah 220 VAC, nah inilah tugas dari power supply / adaptor untuk mengubahnya.
Catu daya merupakan suatu rangkaian yang paling penting bagi sistem
elektronika. Ada dua sumber catu daya yaitu sumber AC dan sumber DC. Sumber AC
yaitu sumber tegangan bolak - balik, sedangkan sumber tegangan DC merupakan
sumber tegangan searah. Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah
DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah
sumber catu daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu
daya lebih besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah
sumber bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu
diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi DC.

Teknik Tenaga Listrik 40


Beban Listrik dan Catu Daya

(a) Tegangan AC (b) Tegangan DC

Gambar 3.15. Sumber Tegangan

Bila dilihat dengan osiloskop tegangan bolak balik dan tegangan searah
ditunjukkan seperti gambar 3.15. Bila diamati sumber AC tegangan berayun sewaktu-
waktu pada kutub negatif, sedangkan sumber DC selalu pada satu kutub saja, positif
saja atau negatif saja. Dari sumber AC dapat disearahkan menjadi sumber DC dengan
menggunakan rangkaian penyearah yang di bentuk dari dioda. Ada tiga macam
rangkaian penyearah dasar yaitu penyearah setengah gelombang, gelombang penuh dan
sistem jembatan.

3.7.1 Penyearah setengah gelombang

Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar 3.2.
Transformator (T1) diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala listrik pada
kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan sekundernya.
Pada rangkaian ini, dioda (D1) berperan hanya untuk merubah dari arus AC menjadi DC
dan meneruskan tegangan positif ke beban R1. Ini yang disebut dengan penyearah setengah
gelombang (half wave)

T1

D1 R1

Gambar 3.16. Penyearah Setengah Gelombang

Teknik Tenaga Listrik 41


Beban Listrik dan Catu Daya

3.7.2. Penyearah Gelombang Penuh

Untuk mendapatkan penyearah gelombang penuh (full wave) diperlukan


transformator dengan center tap (CT) seperti pada gambar 3.17.

CT D1

D2

Gambar 3.17. Penyearah Gelombang Penuh

Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang
berikutnya dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai
common ground. Dengan demikian beban R1 mendapat suplai tegangan gelombang
penuh seperti gambar di atas. Untuk beberapa aplikasi seperti misalnya untuk men-catu
motor dc yang kecil atau lampu pijar dc, bentuk tegangan seperti ini sudah cukup
memadai.

3.6.3. Penyearah Sistem Jembatan

Biasanya output dari rangkaian diberi suatu filter kapasitor untuk


menghilangkan riak sehingga diperoleh tegangan DC yang stabil. Tegangan DC juga
dapat diperoleh dari batere. Dengan penggunaan batere ditawarkan sumber
tegangan DC yang stabil dan portable namun dapat habis tergantung kapasitas batere
tersebut.

Gambar 3.18. Penyearah sistem jembatan

Teknik Tenaga Listrik 42


Beban Listrik dan Catu Daya

Tegangan yang tersedia dari suatu sumber tegangan yang ada biasanya tidak
sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu diperlukan suatu regulator tegangan yang
berfungsi untuk menjaga agar tegangan bernilai konstan pada nilai tertentu.

Regulator tegangan ini biasanya berupa IC dengan kode 78xx atau 79xx. Untuk
seri 78xx digunakan untuk regulator tegangan DC positif, sedangkan 79xx digunakan
untuk regulator DC negatif. Nilai xx menandakan tegangan yang akan diregulasikan.
Misalnya kebutuhan sistem adalah positif 5 volt, maka regulator yang digunakan adalah
7805. IC regulator ini biasanya terdiri dari tiga pin yaitu input, ground dan output.
Dalam menggunakan IC ini tegangan input harus lebih besar beberapa persen
(tergantung pada data sheet) dari tegangan yang akan diregulasikan.

Teknik Tenaga Listrik 43


Sistem Tenaga Listrik

Bab 4
Sistem Tenaga Listrik

4.1. Elemen Sistem Tenaga


Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah, dan aman untuk mengirimkan
energi adalah melalui bentuk energi listrik. Sistem transmofmasi energi ini disebut
sebagai system tenaga listrik, yaitu beberapa unsur perangkat peralatan yang terdiri dari
pembangkitan, penyaluran, distribusi dan pelanggan, yang satu dengan yang lainnya
berhubungan dan saling bekerja sama sehingga menghasilkan tenaga listrik (gambar
4.1).

Gambar 4.1. Elemen system tenaga

Pusat pusat pembangkit, sumber daya energi primer seperti bahan bakar fosil
(minyak, gas alam, dan batubara), hidro, panas bumi, dan nuklir diubah menjadi energi
listrik. Generator sinkron mengubah energi mekanis yang dihasilkan pada poros turbin
menjadi energi listrik tiga rasa. Melalui transformator penaik tegangan (step-up
transformator) energi listrik ini kemudian dikirimkan melalui saluran transmisi
bertegangan tinggi menuju pusat- pusat beban. Peningkatan tegangan dimaksudkan
untuk mengurangi jumlah arus yang mengalir pada saluran transmisi. Dengan demikian
saluran transmisi bertegangan tinggi akan membawa aliran arus yang rendah dan berarti

Teknik Tenaga Listrik 43


Sistem Tenaga Listrik

mengurangi rugi panas (heat loss) I2R yang menyertainya. Arus yang rendah ini juga
menguntungkan dari segi penggunaan kabel, karena kabel yang digunakan tidak besar
sehingga menghemat dari segi biaya. Ketika saluran transmisi mencapai pusat beban,
tegangan tersebut kembali diturunkan menjadi tegangan menengah, melalui
transformator penurun tegangan (step-down transformator). Di pusat-pusat beban yang
terhubung dengan saluran distribusi, energi listrik ini diubah lagi menjadi bentuk-bentuk
energi terpakai lainnya seperti energi mekanis (motor), penerangan, pemanas,
pendingin, dan sebagainya.

4.2. Pusat Pembangkit


Pusat pembangkit berfungsi untuk mengkonversikan sumber daya energi primer
menjadi energi listrik. Pusat pembangkit listrik konvensional mencakup:
1. Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU); minyak, gas alam, dan batubara.
2. Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA).
3. Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG).
4. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
5. Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi {PLTP).
6. Pus at Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Di samping pembangkit listrik konvensional tersebut, saat ini tengah
dikembangkan beberapa teknologi konversi untuk sumbetdaya energi baru seperti:
biomassa, solar, limbah kayu, angin, gelombang taut, dan sebagainya. Komponen
Utama dalam sub sistem ini adalah peralatan turbin yang berfungsi mengkonversi
sumber energi primer menjadi energi mekanik, kemudian melalui alternator dapat
dihasilkan energi listrik.

4.2.1. Prinsip Kerja Sistem Pembangkit


Masing-masing jenis pembangkit tenaga listrik mempunyai prinsip kerja yang
berbeda-beda, sesuai dengan penggerak mulanya (prime mover). Satu hal yang sama
dari beberapa jenis pembangkit tenaga listrik tersebut yaitu semuanya sama-sama
berfungsi merubah energi mekanik menjadi energi listrik, dengan cara mengubah
potensi energi mekanik dari air, uap, gas, panas bumi, nuklir, kombinasi gas dan uap,
menggerakkan atau memutar turbin yang porosnya dikopel dengan generator
selanjutnya dengan sistem pengaturannya generator tersebut akan menghasilkan daya
listrik. Khusus untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), prinsip kerjanya berbeda

Teknik Tenaga Listrik 44


Sistem Tenaga Listrik

dengan pembangkit listrik lainnya. Sebenarnya energi penggerak PLTD ini adalah
bahan bakar minyak karena bahan bakar merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
mesin diesel tersebut, maka disebut juga pembangkit tenaga diesel. Diesel ini
merupakan satu unit lengkap yang langsung menggerakkan generator dan menghasilkan
energi lsitrik.

BBM DIESEL

AIR

UAP

GAS TURBIN GENERATOR SWITCH YARD SALURAN TRANSMISI

UAP&GAS

PANAS BUMI

NUKLIR

Gambar 4.2. Prinsip kerja sistem pembangkit tenaga listrik

4.2.2. Jenis Pembangkit Tenaga Listrik


Secara umum pembangkit tenaga listrik dikelompokkan menjadi dua bagian
besar yaitu pembangkit listrik thermis dan pembangkit listrik non thermis. Pembangkit
listrik thermis mengubah energi panas menjadi energi listrik, panas disini bisa
dihasilkan oleh panas bumi, minyak, uap dan yang lainnya. Hal ini dikatakan bahwa
pembangkit thermis yang dihasilkan dari panas bumi mempunyai penggerak mula panas
bumi biasanya disebut pembangkit panas bumi. Sedangkan pembangkit non thermis
penggerak mulanya bukan dari panas, seperti pada pembangkit thermis penggerak mula
inilah yang menentukan nama/jenis pembangkit tenaga listrik tersebut misalnya apabila
penggerak mulanya berupa air maka air inilah yang menentukan jenis pembangkit
tenaga non thermis tersebut biasanya disederhanakan sebutannya menjadi pembangkit
tenaga air (PLTA), dan lain sebagainya. Dari dua bagian besar ini dapat dikelompokkan
menjdi beberapa jenis yaitu :
A. Pembangkit Listrik Thermis :
1). Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
2). Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
3). Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Teknik Tenaga Listrik 45


Sistem Tenaga Listrik

4). Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).


5). Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU).
6). Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
B. Pembangkit Listrik Non Thermis :
1). Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
2). Pembangkit Listrik Tenaga Mikro-Hidro (PLTM).

Selain beberapa jenis yang disebutkan di atas, masih terdapat jenis pembangkit
tenaga listrik yang lain, misalnya pembangkit listrik yang digerakkan oleh tenaga surya,
energi gelombang laut dan energi angin, saat ini masih dikembangkan secara terbatas di
Indonesia. Sedangkan dari delapan jenis yang disebutkan di atas, tujuh jenis telah
terpasang di Indonesia. Satu jenis pembangkit tenaga listrik, yaitu PLTN, sampai saat
ini masih dalam tahap perencanaan pembangunan.

Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU)


Pada pembangkit listrik ini, bahan bakar minyak, gas alam, atau batubara
dipakai untuk membangkitkan panas dan uap pada boiler. Uap tersebut kemudian
dipakai untuk memutar turbin yang dikopelkan langsung dengan sebuah generator
sinkron, Setelah melewati turbin, uap yang bertekanan dan bertemperatur tinggi tadi
muncul menjadi uap bertekanan dan bertemperatur rendah. Panas yang disadap oleh
kondensor menyebabkan uap berubah menjadi air yang kemudian dipompakan kembali
menuju boiler. Siklus lengkap proses ini terlihat padta gambar 4.3.

Gambar 4.3. Siklus proses PLTU

Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG)


PLTG atau turbin gas merupakan mesin dengan proses pembakaran dalam
(internal combustion), seperti juga pada PLTD. Bahan bakar berupa minyak atau gas

Teknik Tenaga Listrik 46


Sistem Tenaga Listrik

alam dibakar di dalam ruang pembakar (combustor). lJdara yang memasuki kompresor
setelah mengalami tekanan bersama-sama dengan bahan bakar disemprotkan ke ruang
pembakar untuk melakukan proses pembakaran. Gas panas basil pembakaran ini
berfungsi sebagai fluida kerja yang memutar roda turbin bersudu yang terkopel dengan
generator sinkron. Generator sinkron kemudian mengubah energi mekanis menjadi
energi listrik

Gambar 4.4. Sistem tenaga PLTG

Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PL TN)


Prinsip kerja PLTN hampir mirip dengan cara kerja pembangkit listrik tenaga
uap (PLTU) berbahan bakar fosil lainnya. Jika PLTU menggunakan boiler untuk
menghasilkan energi panasnya, PLTN menggantinya dengan menggunakan reaktor
nuklir.Seperti terlihat pada gambar 4.5, PLTU menggunakan bahan bakar batubara,
minyak bumi, gas alam dan sebagainya untuk menghasilkan panas dengan cara dibakar,
kemudia panas yang dihasilkan digunakan untuk memanaskan air di dalam boiler
sehingga menghasilkan uap air, uap air yang didapat digunakan untuk memutar turbin
uap, dari sini generator dapat menghasilkan listrik karena ikut berputar seporos dengan
turbin uap.

Gambar 4.5. Skematik proses PLTN

Teknik Tenaga Listrik 47


Sistem Tenaga Listrik

PLTN juga memiliki prinsip kerja yang sama yaitu di dalam reaktor terjadi
reaksi fisi bahan bakar uranium sehingga menghasilkan energi panas, kemudian air di
dalam reaktor dididihkan, energi kinetik uap air yang didapat digunakan untuk memutar
turbin sehingga menghasilkan listrik untuk diteruskan ke jaringan transmisi.

Pusat Tenaga Listrik Air (PLTA)


Penggunaan tenaga air mungkin merupakan bentuk konversi energi tertua
pernah dikenal enusia. Perbedaan vertikal antara batas atas dengan batas bawah
bendungan di mana terletak turbin air dikenal sebagai tinggi terjun. Tinggi terjun ini
mengakibatkan air yang mengalir akan memperoleh energi kenetik yang kemudian
mendesak sudu-sudu turbin. Bergantung pada tinggi terjun dan debit air, dikenal tiga
macam turbin yaitu: Pelton, Francis. dan Kaplan. Karena tidak menggunakan bahan
bakar biaya operasi PLTA sangat rendah. namun hal ini dibarengi dengan biaya
investasi yang sangat tinggi untuk konstruksi pekerja sipilnya.

4.3. Transmisi dan Distribusi

Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik
yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi. Tegangan
generator pembangkit relatif rendah (6 kV – 24 kV). Maka tegangan ini dinaikan
dengan transformator daya ke tegangan yang lebih tinggi antara 150 kV – 500 kV.
Tujuan peningkatan tegangan ini, selain memperbesar daya hantar dari saluran
(berbanding lurus dengan kwadrat tegangan), juga untuk memperkecil rugi daya dan
susut tegangan pada saluran transmisi. Penurunan tegangan dari jaringan tegangan
tinggi/ekstra tinggi sebelum ke konsumen dilakukan dua kali. Yang pertama dilakukan
di gardu induk (GI), menurunkan tegangan dari 500 kV ke 150 kV atau dari 150 kV ke
70 kV. Yang kedua dilakukan pada gardu distribusi dari 150 kV ke 20 kV, atau dari 70
kV ke 20 kV. Saluran listrik dari sumber pembangkit tenaga listrik sampai
transformator terakhir, sering disebut juga sebagai saluran transmisi, sedangkan dari
transformator terakhir sampai konsumen disebut saluran distribusi atau saluran primer.
Ada dua macam saluran transmisi/distribusi PLN yaitu saluran udara (overhed lines)
dan saluran kabel bawah tanah (undergound cable). Kedua cara penyaluran tersebut
mesing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian. Dari segi estetik, saluran bawah
tanah lebih disukai dan juga tidak mudah terganggu oleh cuaca buruk: hujan, petir

Teknik Tenaga Listrik 48


Sistem Tenaga Listrik

angin, dan sebagainya. Namun saluran bawah tanah jauh lebih mahal dibanding saluran
udara, tidak cocok untuk daerah banjir karena bila terjadi gangguan/kerusakan. Contoh
saluran transmisi dan distribusi tertihat pada gambar 4.16.

Gambar 4.6. Sistem saluran transmisi dan distribusi

Soal:
1. Jelaskan kenapa daya listrik ditransmisikan pada tegangan tinggi
2. Jelaskan konversi energi yang terjadi pada sistem pembangkit tenaga listrik.

4.4. Konsumen Listrik


Konsumen listrik di Indonesia dengan sumber dari PLN atau Perusahaan swasta
lainnya dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Konsumen Rumah Tangga
Masing-masing rumah dayanya antara 450 VA s.d. 4.400 VA, secara umum
menggunakan sistem 1 fasa dengan tegangan rendah 220 V/380 V dan
jumlahnya sangat banyak.
2. Penerangan Jalan Umum (PJU)
Pada kota-kota besar penerangan jalan umum ini sangat diperlukan oleh karena
bebannya berupa lampu dengan masing-masing daya tiap lampu/tiang antara 50
VA sampai dengan 250 VA bergantung pada jenis jalan yang diterangi, maka
sistem yang digunakan 1 fasa dengan tegangan rendah 220 V/380 V.
3. Konsumen Pabrik

Teknik Tenaga Listrik 49


Sistem Tenaga Listrik

Jumlahnya tidak sebanyak konsumen rumah tangga, tetapi masing-masing


pabrik dayanya dalam orde ratusan kVA. Penggunaannya untuk pabrik yang
kecil masih menggunakan sistem 1 fasa tegangan rendah (220V/380V), untuk
pabrik-pabrik skala besar menggunakan sistem 3 fasa dan saluran masuknya
dengan jaringan tegangan menengah 20 kV.
4. Konsumen Komersial
Yang dimaksud konsumen komersial antara lain stasiun, terminal, KRL (Kereta
Rel Listrik), hotel-hotel berbintang, rumah sakit besar, kampus, stadion
olahraga, mall, supermarket, dan apartemen. Rata-rata menggunakan sistem 3
fasa, untuk yang kapasitasnya kecil dengan tegangan rendah, sedangkan yang
berkapasitas besar dengan tegangan menengah 20KV.

4.5. Tujuan Operasi Sistem Tenaga Listrik


Dalam mencapai tujuan dari operasi sistem tenaga listrik maka perlu
diperhatikan tiga hal berikut ini, yaitu :
a. Ekonomi (economy)
Berarti listrik harus dioperasikan secara ekonomis, tetapi dengan tetap
memperhatikan keandalan dan kualitasnya.
b. Keandalan (security)
Merupakan tingkat keamanan sistem terhadap kemungkinan terjadinya
gangguan. Sedapat mungkin gangguan di pembangkit maupun transmisi dapat
diatasi tanpa mengakibatkan pemadaman di sisi konsumen.
c. Kualitas (quality)
Tenaga listrik yang diukur dengan kualitas tegangan dan frekuensi yang dijaga
sedemikian rupa sehingga tetap pada kisaran yang ditetapkan.

4.6. Kondisi Operasi Sistem Tenaga Listrik


Hubungan beberapa kondisi operasi sistem tenaga listrik dapat dilihat seperti
pada gambar 2.3. Kondisi-kondisi yang mungkin terjadi dalam menjalankan sistem
tenaga listrik adalah sebagai berikut :
a. Normal,
Normal adalah seluruh konsumen dapat dilayani, kendala operasi teratasi dan
sekuriti sistem dapat dipenuhi.
b. Siaga,

Teknik Tenaga Listrik 50


Sistem Tenaga Listrik

Siaga adalah seluruh konsumen dapat dilayani, kendala operasi dapat dipenuhi,
tetapi sekuriti sistem tidak dapat dipenuhi.
c. Darurat,
Darurat adalah konsumen tidak dapat dilayani, kendala operasi tidak dapat
dipenuhi.
d. Pemulihan.
Pemulihan adalah peralihan kondisi darurat tenaga listrik yang diukur dengan
kualitas tegangan dan frekuensi yang dijaga sedemikian rupa sehingga tetap
pada kisaran yang ditetapkan.

Gambar 2.3 Kondisi operasi sistem tenaga listrik

6.7. Persoalan-Persoalan Operasi Sistem Tenaga Listrik


Dalam mengoperasikan sistem tenaga listrik ditemui berbagai persoalan. Hal ini
antara lain disebabkan karena pemakaian tenaga listrik selalu berubah dari waktu ke
waktu, biaya bahan bakar serta kondisi alam dan lingkungan. Berbagai persoalan pokok
yang dihadapi dalam pengoperasian sistem
tenaga listrik adalah :
a. Pengaturan Frekuensi
Sistem Tenaga Listrik harus dapat memenuhi kebutuhan akan tenaga listrik dari para
konsumen dari waktu ke waktu. Untuk ini daya yang dibangkitkan dalam sistem
tenaga listrik harus selalu sama dengan beban sistem, hal ini diamati melalui
frekuensi sistem. Kalau daya yang dibangkitkan dalam sistem lebih kecil dari pada
beban sistem maka frekuensi turun dan sebaliknya apabila daya yang dibangkitkan
lebih besar dari pada beban maka frekuensi naik.
b. Pemeliharaan Peralatan
Peralatan yang beroperasi dalam sistem tenaga listrik perlu dipelihara secara
periodik, dan juga perlu segera diperbaiki apabila mengalami kerusakan.

Teknik Tenaga Listrik 51


Sistem Tenaga Listrik

d. Biaya Operasi
Biaya operasi khususnya biaya bahan bakar adalah biaya yang terbesar dari suatu
perusahaan listrik, sehingga perlu dipakai teknik-teknik optimasi untuk menekan
biaya ini
e. Perkembangan Sistem
Beban selalu berubah sepanjang waktu dan juga selalu berkembang seirama dengan
perkembangan kegiatan masyarakat yang tidak dapat dirumuskan secara eksak,
sehingga perlu diamati secara terus menerus agar dapat diketahui langkah
pengembangan sistem yang harus dilakukan agar sistem selalu dapat mengikuti
perkembangan beban sehingga tidak akan terjadi pemadaman tenaga listrik dalam
sistem.
e. Gangguan dalam Sistem
Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah sesuatu yang tidak dapat sepenuhnya
dihindarkan. Penyebab gangguan yang paling besar adalah petir, hal ini sesuai
dengan isoceraunic level yang tinggi di tanah air kita.
f. Tegangan dalam Sistem
Tegangan merupakan salah satu unsur kualitas penyediaan tenaga listrik dalam
sistem, oleh karenanya perlu diperhatikan dalam pengoperasian sistem.

Teknik Tenaga Listrik 52


Transformator

Bab 5
Tranformator

5.1. Pengertian Transformator


Arus bolak-balik (AC = Alter-nating Current) banyak dipakai dalam keperluan
sehari-hari adalah kemungkinan mentransformasikan arus bolak-balik tersebut sangat
mudah, baik manaikkan maupun menurunkan tegangan. Untuk keperluan
mentransformasikan tegangan atau tenaga listrik digunakan transformator, atau lebih
dikenal dengan nama trafo. Trafo adalah alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang
lain, melalui gandengan magnit dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Di
dalam bidang elektronika, trafo banyak digunakan antara lain untuk:

1. Gandengan impedansi (input Impedance) antara sumberdan beban


2. Menghambat arus searah (DC= Direct Current) dan melewatkan arus bolak-
balik
3. Menaikkan atau menurunkan tegangan AC.

5.2. Prinsip Kerja Transformator


Bentuk dasar trafo ditunjukkan seperti gambar 5.1 Trafo terdiri dari dua
gulungan kawat yang terpisah satu sama lain, yang dibelitkan pada inti yang sama.
Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal dua macam transformator,
yaitu tipe inti dan tipe cangkang (gambar 5.2). Daya listrik dipisahkan dari kumparan
primer ke kumparan sekunder dengan perantaraan garis gaya magnit (flux magnit) yang
dibangkitkan oleh aliran listrik yang mnengalir melalui kumparan primer. Untuk dapat
membangkitkan tegangan listrik pada kumparan sekunder, fluk magnet yang
dibangkitkan oleh kumparan primer harus berubah-ubah. Untuk memenuhi hal ini,
aliran listrik yang mengalir melalui kumparan primer haruslah aliran listrik bolak- balik.
(Perhatikan gambar 5.3)

Teknik Tenaga Listrik 53


Transformator

Gambar 5.1. Bentuk dasar dan simbol transformator

(a) (b)
Gambar 5.2. Jenis transformator, (a) Tipe inti (b) Tipe cangkang

Fluk bersama

Gambar 5.3. Prinsip kerja trafo

Saat kumparan primer dihubungkan ke sumber listrik AC, pada kumparan


primer timbul gaya gerak magnit (ggm) bersama yang bolak-balik juga. Dengan adanya
gaya gerak magnit ini, di sekitar kumparan primer timbul flux magnit bersama yang
juga bolak-balik. Adanya flux magnit bersama ini, pada ujung-ujung kumparan
sekunder timbul gaya gerak listrik induksi sekunder yang mungkin sama, lebih tinggi,
atau lebih rendah dari gaya gerak listrik primer. Hal ini tergantung pada perbandingan
transformasi kumparan trafo tersebut.

Teknik Tenaga Listrik 54


Transformator

Jika kumparan sekunder dihubungkan ke beban, maka pada kumparan sekunder


timbul arus listrik bolak-balik sekunder akibat adanya gaya gerak listrik induksi
sekunder. Hal ini meng akibatkan timbul gaya gerak magnit pada kumparan sekunder
dan akibatnya pada beban timbul tegangan sekunder. Kombinasi antar gaya gerak
magnit induksi sekunder dan primer disebut induksi silang atau mutual induction.

5.3. Trafo Tanpa Beban


Trafo disebut tanpa beban jika kumparan sekunder dalam keadaan terbuka (Open
Circuit) seperti gambar 5.4. (a).

Gambar 5.4. (a) Rangkaian trafo tanpa beban (b) Diagram vector/ fasor

Kerja transformator yang berdasarkan induksi elektromagnetik, menghendaki


adanya gandengan magnet antara rangkaian primer dan rangkaian sekunder. Gandengan
ini berupa inti besi tempat melakukan fluks bersama. Bila kumparan primer suatu
transformator dihubungkan dengan sumber tegangan V1 yang sinusoid, akan
mengalirlah arus primer io yang juga sinusoid. Dalam keadaan ini, arus io yang
mengalir pada kumparan primer adalah sangat kecil. Arus ini disebut arus primer tanpa
beban atau arus penguat. Arus io terdiri dari arus pemagnit (iM) dan arus tembaga (iC).

Gambar 5.5. Hubungan antara io, iM dan E1

Teknik Tenaga Listrik 55


Transformator

Arus iM ini menimbulkan flux magnit bersama yang dapat mengakibatkan


timbulnya rugi histerisis dan rugi eddy current (arus pusar). Rugi histerisis dan rugi
eddy current ini menimbulkan rugi inti sedangkan adanya arus tembaga akan
menimbulkan rugi tembaga. Secara Vektoris hubungan antara arus penguat, flux magnit
bersama dan gaya gerak listrik primer ditunjukkan pada berikut.

Dari gambar 5.5 terlihat bahwa:

i0  iC  iM (5.1.)

Jika beda fase antara io dan io adalah sebesar  , maka:

iC  i0 cos dan i M  i0 sin  (5.2)

i0  iC2  i M2 (5.3)

Pada umumnya RC >> XM , sehingga io << iM dianggap io = 0, maka besar  =


900. Dengan demikian pada trafo tersebut hanya ada rugi inti sebesar:

i M2 . X M  i 02 . X M (5.4)
Dalam bentuk rangkaian listrik, trafo tanpa beban digambarkan pada gambar 5.6.

Gambar 5.6. Rangkaian listrik trafo tanpa beban (Rc = hambatan inti, Xm =
Reaktansi pemagnet, Im = arus pemagnet, Ic = arus tembaga)

Besar sudut fase antara V1 dan i0, dapat dicarai sebagai berikut:
di
eL (5.5.)
dt
dimana e  V1 dan i  i0

Sehingga
d0
V1  L (5.6)
dt

Teknik Tenaga Listrik 56


Transformator

Oleh karena, i0  I M sin t


Maka persamaan (5.6). menjadi:

d I M sin t d sin t
V1  L  LI M
dt dt
V1  EXM sin (900  t ) (5.7)

Dimana EXM adalah amplitude dan IM adalah arus maksimum. Adanya arus
i0  I M sin t yang mengalir melalui kumparan primer, menyebabkan pada kumparan
primer timbul fluuks magnet yang sepase dengan i0 dan secara matematis dapat
dituliskan:
   M sin t (5.8)

Menurut Faraday, suatu kumparan (XM) yang mendapat pengaruh fluks magnet
yang berubah-ubah, maka di ujung-ujung kumparan tersebut akan timbul gaya gerak
listrik (e) yang menentang terhadap tegangan sumber, yaitu sebesar:

d
e (5.9)
dt

i0 = iM

V1

Gambar 5.7. Hubungan antara V1, i0 dan 

Adanya arus i0 yang mengalir pada kumparan primer menyebabkan pada


kumparan primer akan timbul gaya gerak listrik sebesar:
d
e1   N1 (5.10)
dt
d  M sin t
Atau e1   N1
dt
d sin t
e1   N1  M    EM cos t
dt

Teknik Tenaga Listrik 57


Transformator

e1   EM sin(900  t ) (5.11)

dimana e1 = GGL primer


E1 = EM1 = GGL primer maksimum
 N1.2 . f .M (5.12)

Besarnya tegangan efektif GGL primer, adalah:


E1
( Eef )1   4,44 N1 f M (Volt) (5.13)
2
dimana f = Hz/cps
 M = Fluks maksimum (Weber)
atau
E1
( Eef )1   4,44 N1 f M . 10-8 (Volt) (5.14)
2
dengan,  M = Fluks maksimum (Maxwell)

i0
iM

V1
E1 iC

Gambar 5.8. Hubungan antara V1, i0 dan  dan E1

Fluks magnet yang dibangkitkan oleh arus pemagnet iM, selain dicakup oleh
kumparan primer juga dicakup oleh kumparan sekender, yang merupakan fluks
bersama. Adanya fluks bersama yang bolak-balik ini, mengakibatkan pada ujung-ujung
kumparan sekunder timbul gaya gerak listrik sekunder sebesar:
d
e2   N 2 =  N2  M sin t (5.15)
dt
E2 = EM2 = GGL sekunder maksimum
 N 2 .2 . f .M (5.16)

Besarnya tegangan efektif GGL sekunder, adalah:


E2
( Eef ) 2   4,44 N1 f M (Volt) (5.17)
2

Teknik Tenaga Listrik 58


Transformator

Sehingga perbandingan tranformasi (a) adalah:


E1 V1 N1
a   (5.18)
E2 V2 N 2

Harga a >1 disebut trafo step-down, jika a<1 disebut trafo step-up.

5.4. Trafo Dengan Beban


Jika kumparan primer (gambar 5.9) dihubungkan dengan sumber listrik AC,
maka pada kumparan tersebut timbul arus primer i1. Dengan terpasangnya beban ZL
pada kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder i2 yang bolak-balik, dimana
i2 = V2/ZL dengan  2 = factor kerja beban.

Gambar 5.9. Trafo berbeban

Gambar 5.10. Rangkaian ekuivalen trafo dengan beban

Dengan adanya i2 akibat pemasangan ZL pada kumparan sekunder, maka pada


kumparan sekunder timbul gaya gerak magnet sebesar N2.i2 , yang menentang terhadap
gaya gerak magnet bersama N1 iM. Agar fluks magnet bersama tidak berubah besarnya,
maka pada kumparan primer harus ada arus mengalir sebesar:

i2'  i2 (5.19)
Sehingga arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi:

Teknik Tenaga Listrik 59


Transformator

i1  i0  i2' (5.20)

Atau i1  iC  iM  i2' (5.21)

Dengan mengabaikan rugi inti yang timbul pada trafo, maka iC = 0, sehingga
persamaan 5.21 menjadi:

i1  iM  i2' (5.22)


Besarnya ggm bersama dapat ditulis,

N1iM  N1i1  N2 i2 (5.23)

Agar fluks bersama tidak berubah, maka:

N1 iM  N1 (iM  i2' )  N2 i2 atau N1i2'  N2 i2 (5.24)

Dari substitusi persamaan 5.22 ke 5.24, diperoleh


N1 (i1  iM )  N2 i2 (5.25)

Karena iM <<< i1, maka:


i1 N 2 1
N1 i1  N2 i2 atau   (5.26)
i2 N1 a

5.5. Rugi-Rugi pada Transformator

Gambar 5.11. Rugi – rugi pada transformator

a. Rugi Tembaga ( Pcu )


Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga yang terjadi pada
kumparan sekunder dapat ditulis sebagai berikut :

Pcu = I2 R (Watt) (5.27)

Teknik Tenaga Listrik 60


Transformator

Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan. Karena arus beban berubah–
ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Dan perlu
diperhatikan pula resistansi disini merupakan resistansi AC.
b. Rugi Besi ( Pi )
Rugi besi terdiri atas :
b.1. Rugi histerisis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak – balik pada inti
besi yang dinyatakan sebagai :
Ph = kh f Bmaks1.6 (watt) ( 5.28 )
kh = konstanta
Bmaks = Fluks maksimum (weber)
b.2. Rugi arus eddy (Pe) , yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.
Dirumuskan sebagai :
Pe = kh f2 B2maks (Watt) ( 5.29 )
kh = konstanta
Bmaks = Fluks maksimum ( weber )
Jadi, rugi besi ( rugi inti ) adalah :
Pi = Ph + Pe (Watt) (5.30)

5.6. Pengukuran Beban

Parameter transformator yang terdapat pada model rangkaian equivalent, RC, XM,
Rek dan Xek dapat ditentukan besarnya dengan pengukuran beban nol dan pengukuran
hubungan singkat.

5.6.1. Pengukuran beban nol

Dalam keadaan tanpa beban, apabila kumparan primer dihubungkan dengan


sumber tegangan V1, maka hanya i0 yang mengalir. Dari pengukuran daya yang masuk
(P1), arus i0 dan tegangan V1 akan diperoleh harga:
V12
RC  (5.31)
P1

V1 jX M RC
Z0   (5.32)
i0 RC  jX M

Dengan demikian, dari pengukuran beban nol dapat diketahui RC dan XM.

Teknik Tenaga Listrik 61


Transformator

Gambar 5.12. Pengukuran beban nol

5.6.2. Pengukuran Hubungan Ssingkat

Hubungan singkat berarti impedansi beban ZL diperkecil menjadi nol, sehingga


hanya impedansi Zek = Rek + j Xek yang membatasi arus. Karena garga Rek + j Xek
relative kecil, arus dijaga agar tegangan yang masuk (Vhs) cukup kecil sehingga arus
yang dihasilkan tidak melebihi arus nominal. Harga i0 akan relative kecil bila
dibandingkan dengan arus nominal, sehingga pada pengukuran ini dapat diabaikan.

Gambar 5.13. Pengukuran beban nol

Dengan mengukur tegangan Vhs, ihs,dan Phs, akan dapat dihitung parameter:
Phs
Rek  (5.33)
(ihs ) 2
Vhs
Z ek   Rek  jX ek (5.34)
ihs

X ek  Zek  Rek2 (5.35)

5.7. Pengaturan Tegangan


Pengaturan tegangan suatu transformator adalah perubahan tegangan sekunder
antara beban nol dan beban penuh pada suatu factor kerja tertentu, dengan tegangan
primer konstan.
V2 tan pa beban  V2 beban penuh
Pengaturan  (5.36)
V2 beban penuh

Teknik Tenaga Listrik 62


Transformator

aV2 tan pa beban  aV2 beban penuh


Pengaturan  (5.37)
aV2 beban penuh

aV2 tanpa beban = V1


aV2 beban penuh = harga tegangan nominal (tegangan nominal primer)

V1  aV2 (no min al )


Pengaturan  (5.36)
aV2 (no min al )

5.8. Transformator Ideal


Besar tegangan dan kuat arus pada trafo bergantung banyaknya lilitan. Besar
tegangan sebanding dengan jumlah lilitan. Makin banyak jumlah lilitan tegangan yang
dihasilkan makin besar. Hal ini berlaku untuk lilitan primer dan sekunder. Hubungan
antara jumlah lilitan primer dan sekunder dengan tegangan primer dan tegangan
sekunder dirumuskan sbb:
VP N P

VS N S
(5.37)
Trafo dikatakan ideal jika tidak ada energi yang hilang menjadi kalor, yaitu
ketika jumlah energi yang masuk pada kumparan primer sama dengan jumlah energi
yang keluar pada kumparan sekunder. Hubungan antara tegangan dengan kuat arus pada
kumparan primer dan sekunder dirumuskan sebagai:
WP  WS

VP I P t  VS I S t
Jika kedua ruas dibagi dengan t, diperoleh rumus
VP I P  VS I S

VP N P

VS N S
Dalam hal ini faktor (V × I) adalah daya (P) transformator. Berdasarkan rumus-
rumus di atas, hubungan antara jumlah lilitan primer dan sekunder dengan kuat arus
primer dan sekunder dapat dirumuskan sebagai:
IS NP

IP NS
Dengan demikian untuk transformator ideal akan berlaku persamaan berikut.

Teknik Tenaga Listrik 63


Transformator

I S N P VP
 
I P N S VS
(5.38)
Dengan:
Vp = tegangan primer (tegangan input = Vi ) dengan satuan volt (V)
Vs = tegangan sekunder (tegangan output = Vo) dengan satuan volt (V)
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder
Ip = kuat arus primer (kuat arus input = Ii) dengan satuan ampere (A)
Is = kuat arus sekunder (kuat arus output = Io) dengan satuan ampere (A)

Contoh Soal:
Kerapatan fluks maksimum inti trafo ideal satu phase 250/3000V ; 50 HZ adalah 1,2
Wb/m2. Apabila nilai GGL per belitan adalah 8 V
Hitung:
1. Jumlah lilitan primer dan sekunder
2. Luas penampang inti

Diketahui: V1 = 250 V, V2 = 3000V, Kerapatan fluks (B) = 1,2 Wb/m2, ggl per
belitan = 8 Volt.
Ditanya: N1, N2, A = ?
Solusi:
1. Trafo ideal, Tegangan Sumber (V1) = Tegangan Effectif 1 ( Eef1)dan V2 = Eef 2.
Eef1 = GGL perbelitan x N1
250 = 8 x N1
N1 = 31,25
Eef 2 = GGL perbelitan x N2
3000 = 8 x N2
N2 = 375
2. Eef 2 = 4,44 .f . N2
3000 = 4,44. 50. 375. B. A
= 4,44. 50. 375. 1,2. A
A = 0,03 m2

Teknik Tenaga Listrik 64


Transformator

Soal:
1. Sebuah trafo dengan keluaran sekunder 20KVa, 2000/200 V, mempunyai lilitan
sekunder 66. Hitung :
a. lilitan primer
b. arus beban penuh primer dan sekunder jika rugi-rugi diabaikan
2. Sebuah trafo 1 phase , 50 Hz, 3300/230 V, mempunyai inti dengan penampang 400
cm2, kerapatan fluks 1,18 Wb/m2.
Hitung: N1 dan N2
3. Sebuah trafo stepdown mempunyai transformsi regulasi 8 dan gandengan core 30
dm2. Jumlah belitan primernya 400, dan dihubungkan dengan jala-jala 6400 volt,
dengan frekuensi 60 cps. Trafo tersebut mempunyai keluaran 15 KVA.
Tentukan:
a. Kerapatan medan
b. GGL sekunder maksimum
c. Arus sekunder

5.9. Effisiensi Transformator


Pada kenyataannya setiap penggunaan trafo tidak pernah didapat daya yang
masuk sama dengan daya yang keluar. Daya listrik yang dikeluarkan oleh trafo selalu
lebih kecil dari daya listrik yang masuk kedalam trafo ( Pp > Ps). Daya listrik yang
dihasilkan oleh sebuah trafo tergantung dari efisiensi trafo tersebut .

PP PS

Gambar 5.14. Daya primer dan daya sekunder trafo

Efisiensi trafo adalah persentase daya yang keluar dari trafo dinyatakan sebagai :

 100% (5.36)

Teknik Tenaga Listrik 65


Transformator

Contoh soal
Sebuah trafo memiliki perbandingan lilitan kumparan 10:1 dihubungkan ke listrik 100
V untuk menyalakan sebuah lampu 10 W. Jikaefisiensi trafo 75 %, berapakah arus
listrik pada kumpaan primer?

Solusi:
Diket: Np:Ns = 10:1
Vp = 100 V
Ps = 7,5W
 = 75%

Ditanya Ip = …
Jawab:
η = (Ps/Pp)X100 %
75 % = 7,5/Pp X 100%
0,75 = 7,5/Pp
Pp = 7,7/0,75 = 10 W
Pp = Vp . Ip
10 = 100 . Ip
Ip = 0,1 A

Soal
1. Sebuah trafo step down digunakan untuk mengubah tegangan AC dari 220 V
menjadi 20V.
Berapakah:
a. perbandingan jumlah lilitan primer dan sekunder;
b. jumlah lilitan sekunder, jika jumlah lilitan primer 100?
2. Manakah yang lebih bagus kualitasnya trafo A efisiensinya 85% dan trafo B
yang efisiensinya 90%? Mengapa? Coba jelaskan.

Teknik Tenaga Listrik 66


Transformator

5.10. Jenis-jenis transformator

1. Transformator Step-Up
Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih
banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan.
Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik
tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang digunakan dalam
transmisi jarak jauh.

Gambar 5.15. Lambang transformator step-up

2. Transformator Step-down
Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan
primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini sangat
mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC.

Gambar 5.16. Skema transformator step-down

3. Autotransformator
Transformator jenis ini hanya terdiri dari satu lilitan yang berlanjut secara listrik,
dengan sadapan tengah. Dalam transformator ini, sebagian lilitan primer juga
merupakan lilitan sekunder. Fasa arus dalam lilitan sekunder selalu berlawanan
dengan arus primer, sehingga untuk tarif daya yang sama lilitan sekunder bisa dibuat
dengan kawat yang lebih tipis dibandingkan transformator biasa. Keuntungan dari
autotransformator adalah ukuran fisiknya yang kecil dan kerugian yang lebih rendah
daripada jenis dua lilitan. Tetapi transformator jenis ini tidak dapat memberikan
isolasi secara listrik antara lilitan primer dengan lilitan sekunder. Selain itu,
autotransformator tidak dapat digunakan sebagai penaik tegangan lebih dari beberapa
kali lipat (biasanya tidak lebih dari 1,5 kali).

Teknik Tenaga Listrik 67


Transformator

Gambar 5.17. Skema autotransformator

4. Autotransformator Variabel
Autotransformator variabel sebenarnya adalah autotransformator biasa yang sadapan
tengahnya bisa diubah-ubah, memberikan perbandingan lilitan primer-sekunder yang
berubah-ubah

Gambar 5.18. Skema Autotransformator Variabel

5. Transformator Isolasi
Transformator isolasi memiliki lilitan sekunder yang berjumlah sama dengan lilitan
primer, sehingga tegangan sekunder sama dengan tegangan primer. Tetapi pada
beberapa desain, gulungan sekunder dibuat sedikit lebih banyak untuk
mengkompensasi kerugian. Transformator seperti ini berfungsi sebagai isolasi antara
dua kalang. Untuk penerapan audio, transformator jenis ini telah banyak digantikan
oleh kopling kapasitor.
6. Transformator Pulsa
Transformator pulsa adalah transformator yang didesain khusus untuk
memberikan keluaran gelombang pulsa. Transformator jenis ini menggunakan
material inti yang cepat jenuh sehingga setelah arus primer mencapai titik tertentu,
fluks magnet berhenti berubah. Karena GGL induksi pada lilitan sekunder hanya
terbentuk jika terjadi perubahan fluks magnet, transformator hanya memberikan
keluaran saat inti tidak jenuh, yaitu saat arus pada lilitan primer berbalik arah.

Teknik Tenaga Listrik 68


Transformator

7. Transformator Tiga Fasa


Transformator tiga fasa sebenarnya adalah tiga transformator yang dihubungkan
secara khusus satu sama lain. Lilitan primer biasanya dihubungkan secara bintang
(Y) dan lilitan sekunder dihubungkan secara delta (Δ).
(a). Hubungan Bintang (Y)
Hubungan bintang ialah hubungan transformator tiga fasa, dimana ujung-ujung
awal atau akhir lilitan disatukan. Titik dimana tempat penyatuan dari ujung-
ujung lilitan merupakan titik netral. Arus transformator tiga phasa dengan
kumparan yang dihubungkan bintang yaitu; IA, IB, IC masing-masing berbeda
120°.

Gambar 5.19. Transformator tiga phasa hubungan bintang.

Dari gambar 5.19 diperoleh bahwa :


IA = IB = IC = IL (5.37)
IL = Iph (5.38)
VAB = VBC = VCA = VL-L (5.39)
VL-L = √3 Vph (5.40)
Dimana :
VL-L = tegangan line to line (Volt)
Vph = tegangan phasa (Volt)
IL = arus line (Ampere)
Iph = arus phasa (Ampere)
(b). Hubungan Segitiga/ Delta (Δ)
Hubungan segitiga adalah suatu hubungan transformator tiga fasa, dimana cara
penyambungannya ialah ujung akhir lilitan fasa pertama disambung dengan
ujung mula lilitan fasa kedua, akhir fasa kedua dengan ujung mula fasa ketiga
dan akhir fasa ketiga dengan ujung mula fasa pertama. Tegangan transformator

Teknik Tenaga Listrik 69


Transformator

tiga phasa dengan kumparan yang dihubungkan segitiga yaitu; V A, VB, VC


masing-masing berbeda 120°.

Gambar 5.20. Transformator tiga phasa hubungan segitiga/delta.

Dari gambar 5.20. diperoleh bahwa :


IA = IB = IC = IL (5.41)
I L = √3 Iph . (5.42)
V AB = V BC = V CA = V L-L (5.43)
V L-L = Vph . (5.44)
Dimana :
V L-L = tegangan line to line (Volt)
Vph = tegangan phasa (Volt)
I L = arus line (Ampere)
Iph = arus phasa (Ampere)

Teknik Tenaga Listrik 70


DAFTAR PUSTAKA
1. Zuhal, 1988, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, Gramedia, Jakarta.
2. John B Robertson,2003, Teknik Listrik Praktis, Yrama Widya, Bandung.
3. Daryanto,2002, Pengetahuan Teknik Listrik, PT Bumi Aksara, Jakarta
4. Suryatmo.F, 2004, Teknik Listrik, Bumi Aksara, Jakarta
5. Budiono Mismail,1995,Rangkaian Listrik,ITB, Bandung.
6. Yon Rijono,2002, Dasar Teknik Tenaga Listrik, Andi Offset,Yogyakarta
7. Sunarno, 2006, Mekanikal Elektrikal (lanjutan),Andi Offset, Yogyakarta.

125

Anda mungkin juga menyukai