Anda di halaman 1dari 107

PRAKATA

Mata kuliah Fisika merupakan mata kuliah dasar keahlian di Politeknik


Negeri Lhokseumawe bidang rakayasa yang dipelajari oleh mahasiswa semester
pertama. Sebagai matakuliah keilmuan dan keteknikan, mata kuliah fisika dapat
menunjang mata kuliah keahlian lainnya dengan demikian keberadaan mata kuliah
ini sangat penting. Modul ajar ini dibuat didasari pada rasa tanggung jawab
penulis terhadap keberlangsungan dan upaya peningkatan kualitas proses belajar
mengajar di Politeknik Negeri Lhokseumawe, tempat penulis mengajar mata
kuliah fisika.
Setelah mempelajari Modul ini diharapkan pambaca dapat memahami.
hukum-hukum listrik dan magnet dan mampu mengaplikasikan konsep-konsep
tersebut dalam bidang keteknikan dan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya IPTEK berbasis
keilmuan Fisika.
Modul ajar ini diharapkan dapat menjadi pegangan mahasiswa Pogram
Diploma III Politeknik jurusan Teknik Elektro khususnya Program Studi Teknik
Telekomunikasi, dan tidak menutup kemungkinan untuk digunakan sebagai buku
pegangan bagi mahasiswa program studi lain seperti Teknik Listrik, Teknik
Elektronika, Teknik Sipil, Teknik Mesin dan Teknik Kimia. Dengan kata lain
modul ajar ini diperuntukkan bagi mahasiswa Politeknik kelompok rekayasa.
Modul ajar ini dapat pula digunakan oleh mahasiswa dari disiplin ilmu sains dan
kelompok ilmu pasti yang sedang belajar fisika dasar.
Matematika merupakan syarat utama untuk dapat dengan mudah
mempelajari buku ini, matematika digunakan sebagai alat bantu untuk
menjelaskan gejala-gejala fisika.
Dalam modul ajar ini dibahas tentang materi-materi; kelistrikan dan
kemagnetan yang disajikan pada topik 1 medan listrik, topik 2 potensial listrik,
topik 3 kapasitansi dan topik 4 arus dan hambatan. Topik selanjutnya disajikan
materi tentang kemagnetan yaitu topik 5 medan magnetik, topik 6 gaya magnetik
dan topik 7 induksi elektromagnetik. Materi dibahas secara sederhana dan mudah
dimengerti serta dilengkapi dengan rangkuman dan contoh-contoh soal.
Untuk memudahkan anda dalam mempelajari buku ini diberikan beberapa
petunjuk penggunaannya:
● Materi kelistrikan dan kemagnetan yang disajikan dalam modul ini harus anda
pelajari secara beruntun
● Jika anda telah menguasai materi, kerjakan soal-soal yang ada pada setiap
topik lalu dievaluasi
● Bila penguasaan materi telah mencapai 80% atau lebih, maka anda dapat
melanjutkan ke topik selanjutnya, tetapi jika penguasaan materi masih kurang
dari 80%, anda harus kembali mengulang matri dalam topik tersebut.
● Konstanta fisika dan istilah-istilah fisika disajikan dalam lampiran
Penulis mengharapkan buku ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca
dalam memahami konsep-konsep fisika. Atas bantuan demi kelancaran
pelaksanaan penyusunan dan pembuatan modul ajar ini penulis mengucapkan
terimakasih

Penulis,

Suryati, S.Si

2
DAFTAR ISI

Contents
PRAKATA i
DAFTAR ISI iii
MODUL 1 MEDAN LISTRIK 1
1.1 Muatan Listrik 2
1.2. Hukum Coulomb 3
1.3 Kuat Medan oleh Muatan Titik 4
1.4 Kuat Medan oleh Beberapa Muatan Titik 5
1.5 Garis-garis Medan Listrik 6
1.6 Kuat Medan pada Sumbu Sebuah Muatan Garis Hingga 7
1.7 Kuat Medan di Dekat Muatan Garis Takhingga 8
1.8 Kuat Medan pada Sumbu Sebuah Muatan Cincin 8
1.9 Kuat Medan pada Sumbu Sebuah Cakra 9
1.10 Kuat Medan di Dekat Bidang Muatan Takhingga 10
1.11 Hukum Gauss 11
Rangkuman 13
Soal-soal dan Penyelesaian 13
Soal-soal tambahan 16
MODUL 2 POTENSIAL LISTRIK 18
2.1 Definisi Potensial Listrik 19
2.2 Beda Potensial Listrik 20
2.3 Energi Potensial Listrik 21
2.4 Potensial Listrik oleh Satu Muatan Titik 21
2.5 Potensial oleh Beberapa Muatan Titik 22
2.6 Potensial pada kawat berarua 22
Rangkuman 22
Soal-soal dan Penyelesaian 23
Soal-soal Tambahan 24
MODUL 3 KAPASITANSI, DIELEKTRIK DAN ENERGI ELEKTROSTATIK
26

3
3.1 Kapasitor dan Kapasitansi 27
3.2 Kapasitor Keping Sejajar 28
3.3 Kapasitor Slilinder 29
3.4 Dielektrik 30
3.5 Penyimpanan Energi Listrik 32
3.6 Rangkaian Kapasitor 33
3.6.1 Rangkaian paralel 33
3.6.2 Rangkaian Seri 34
Rangkuman 35
Soal-soal yang dipecahkan 36
Soal-soal Tambahan 39
MODUL 4 ARUS LISTRIK 40
4.1 Arus dan Gerak Muatan 41
4.2 Rapat Arus Listrik 42
4.3 Resistansi dan Hukum Ohm 43
4.4 Energi dalam Rangkaian Listrik 45
4.5 Kombinasi Resistor 46
Rangkuman 47
Soal-soal dan penyelesaian 48
Soal-soal Tambahan 54
MODUL 5 MEDAN MAGNETIK 55
5.1 Medan Magnetik dari Muatan Titik yang Bergerak 56
5.2 Medan Magnetik oleh Arus Listrik 56
5.3 Hukum Biot-Savart 57
5.3.1 Induksi Magnet Oleh Kawat Lurus Berarus 58
5.3.2 Induksi Magnetik di Sekitar Kawat Melingkar 59
5.4 Definisi Ampere 60
5.5 Hukum Ampere 61
5.5.1 Induksi magnetik disekitar kawat lurus 62
5.5.2 Medan Magnetik Akibat Adanya arus dalam Selenoida 63
5.5.3 Induksi magnet oleh Toroida. 64
Rangkuman 64
Soal-soal dan penyelesaian 65
Soal-soal Tambahan 66

4
MODUL 6. GAYA MAGNETIK 68
6.1 Gaya pada Kutub Magnet 68
6.2 Gaya Magnetik pada Muatan Bergerak 69
6. 3 Beberapa Penerapan Gaya Lorentz 70
6.4 Gaya Lorentz oleh Kawat Berarus 72
6.4.1 Gaya pada penghantar panjang berarus 73
6.4.2 Gaya lorentz untuk dua kawat lurus berarus 74
Rangkuman 74
Soal-soal dan Penyelesaian 75
Soal-soal Tambahan 76

5
MODUL 1 MEDAN LISTRIK

Pendahuluan
Pengamatan tentang listrik sudah ada sejak zaman yunani kuno, orang-orang
Yunani kono telah mengamati bahwa setelah batu amber digosok, batu tersebut
mampu menarik benda-benda kecil seperti jerami dan bulu. Kata “listrik” berasal
dari kata Yunani “elektron” yang berarti “ambar”. Ambar adalah suatu damar
pohon yang telah membatu, dan jika digosok dengan kain wol akan diperoleh sifat
yang dapat menarik benda-benda ringan. Perilaku batu ambar seperti ini sekarang
dapat dikatakan bahwa “batu ambar terelektrifikasi atau memperoleh muatan
listrik” atau secara listrik “dimuati”. Proses elektrifikasi ini dikenal dengan istilah
listrik statis
Kata “listrik” dapat membangkitkan bayangan kita tentang teknologi
modern yang sangat kompleks, seperti peralatan komputer yang canggih, sumber
cahaya yang sangat menopang kehidupan manusia, gerak motor listrik, daya
listrik dan peralatan elektronik lainnya. Listrik telah memainkan peranan penting
dalam kehidupan kita.
Pada Modul ini akan dibahas tentang listrik statis, gaya interaksi antara
kedua muatan, medan listrik ditimbulkan oleh muatan listrik dan muatan yang
terdistribusi serta Hukum Gauss

Tujuan Instruksional Khusus;


Setelah mempelajari bab ini, anda diharapkan:
1. Mahasiswa memahami konsep Hukum Coulomb
2. Mahasiswa mampu memahami konsep medan listrik
3. Mahasiswa mampu menghitung kuat medan pada muatan yang mengalami
gaya elektrostatika
4. Mahasiswa mampu menggunakan hukum coulomb untuk menghitung medan
listrik akibat muatan titik, muatan garis, muatan cincin dan muatan cakram.

6
Prasyarat
Agar dapat mempelajari modul ini dengan baik, anda harus memahami konsep
besaran dan satuan, vektor, gaya dan energi. Anda juga harus dapat
mengoperasikan persamaan deferensial untuk lebih memahami konsep penurunan
perumusan matematis dalam penyelesaian persoalan fisisnya.

1.1 Muatan Listrik

Muatan listrik seperti juga massa adalah salah satu sifat dasar dari partikel-partikel
elementer tertentu. Terdapat dua jenis muatan, muatan positif dan muatan negatif.
Muatan positif dibawa oleh proton dan muatan negatif dibawa oleh elektron.
Muatan elementer terkecil adalah muatan yang dipunyai oleh satu buah elektron
(kita sebut e). anda tidak akan menjumpai benda yang bermuatan ½ e. ¼ e, dan
lain sebagainya. Jadi muatan listrik haruslah selalu merupakan kelipatan bilangan
bulat dari e sebagai kelipatan muatan elektron. Muatan proton adalah + 1,6 x 10-19
C dan muatan elektron adalah – 1,6 x 10-19 C.
Seorang negarawan, filsuf, dan ilmuwan Amerika Benjamin Franklin
(1706-1790) mengajukan argument bahwa ketika sejumlah muatan dihasilkan
pada suatu benda dalam satu proses, maka muatan yang berlawanan dengan
jumlah yang sama dihasilkan pada benda yang lainnya. Positif dan negatif
diperlakukan secara aljabar, sehingga pada setiap proses, perubahan total jumlah
muatan yang dihasilkan selalu nol. Sebagai contoh, ketika penggaris plastik
digosok dengan handuk kertas, maka penggaris plastik mendapatkan muatan
negatif sedangkan handuk akan mendapatkan muatan positif dengan jumlah yang
sama. Muatan-muatan tersebut terpisah, tetapi jumlah keduanya nol. Ini
merupakan contoh hukum yang dikenal sebagai hukum kekekalan muatan listrik
yang menyatakan bahwa:

“jumlah total muatan listrik yang dihasilkan pada setiap proses adalah
nol”.

7
Jika suatu benda atau bagian ruang mendapatkan muatan positif, mala muatan
negatif dengan jumlah yang sama akan ditemukan di daerah sekitarnya atau benda
di dekatnya. Tidak pernah ditemukan penyimpangan dari hukum ini, dan hukum
kekekalan ini sama kuatnya seperti hukum kekekalan energi dan momentum.
Muatan listrik adalah kekal, besarnya tidak dapat berubah walaupun muatan-
muatan listrik itu berpindah tempat.

1.2. Hukum Coulomb

Gaya interaksi antar muatan-muatan listrik ditemukan oleh Charles Augustian


Coulomb pada tahun 1736 -1806. Coulomb mengemukakan bahwa antara dua
muatan listrik akan terjadi gaya yang besarnya sebanding dengan hasil kali kedua
muatan yang berinteraksi dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak kedua
muatan itu. Gaya bersifat tolak menolak jika kedua muatan mempunyai tanda
yang sama dan tarik menarik jika tanda keduanya berbeda Gaya tersebut dikenal
dengan gaya elektrostatika Coulomb, dan dapat ditulis dengan persamaan
matematik sebagai berikut:
Q1Q2 1 Q1Q2
F k F
r2 atau 2 r 2
Dengan: F = Gaya elektrostatika Coulomb (N)
k = konstanta coulomb
= 8,99 x 109 N.m2/C2
Q1Q2 = muatan listrik

Gambar 1.1 memperlihatkan gaya yang dilakukan antara dua muatan dengan
tanda yang sama dan antara dua muatan yang tandanya berlawanan.

Gambar 1.1 Interaksi antara dua muatan


8
Apabila di dalam ruang terdapat banyak titik muatan, misalnya saja q 1, q2, q2, ...,
qn , maka gaya listrik yang dialami oleh muatan q1 akibat muatan-muatan lain
tidak lain adalah penjumlahan vektor dari gaya pada muatan q1 akibat masing-
masing muatan lain, yaitu

1.3 Kuat Medan oleh Muatan Titik

Jika suatu muatan uji ditempatkan pada suatu ruang yang dipengaruhi oleh medan
listrik, muatan uji tersebut akan mendapatkan gaya Coulomb. Intensitas medan
listrik didefinisikan sebagai gaya total pada suatu muatan uji positif per muatan
uji. Kuat medan listrik akibat muatan titik ditulis dengan persamaan sebagai
berikut:

 F
E
Qu
Dengan:

E = kuat medan listrik (N/C)

F = gaya elektrostatika coulomb (N)
Qu = muatan uji (C)

Jika muatan sumber adalah Qs, maka besarnya kuat medan listrik tersebut
1 Qs
E
4 R 2
Dengan R = jarah antara muatan listrik dengan titik yang ditentukan kuat
medannya.
Satuan kuat medan listrik adalah Newton/Coulomb

9
Gaya listrik antara partikel-partikel yang bermuatan dalam keadaan diam,
seperti halnya semua gaya merupakan besaran vektor, gaya ini memiliki besar dan
arah. Ketika beberapa gaya bekerja pada sebuah benda, misalnya F1, F2, dan
seterusnya, maka gaya total Fnet pada benda merupakan jumlah vektor dari semua
gaya yang bekerja padanya. Jika terdapat vektor gaya F1 dan F2 yang tidak
segaris kerja, maka gaya total Fnet tidak dapat
dijumlahkan secara langsung, tetapi harus dijumlahkan secara vektor. Cara yang
relatif mudah dapat dilakukan dengan metode analitik yakni dengan menguraikan
masing-masing vektor kedalam dua sumbu yang saling tegak lurus. Dipilih
penguraian vektor menjadi komponen sepanjang sumbu x dan y.

1.4 Kuat Medan oleh Beberapa Muatan Titik

Bila medan listrik dihasilkan oleh dua muatan sumber, maka berlaku penjumlahan
vector dari masing-masing medan listrik yang dialokasikan oleh masing-masing
sumber. Kuat medan listrik oleh dua muatan titik adalah:
  
E  E1  E 2
 Q  Q 
E  k 21 r1  k 22 r2
r1 r2

Jika muatan terdistribusi lebih dari dua muatan, misal ada n buah muatan titik
seperti dalam gambar di bawah ini. Maka kuat medan di titik P ditentukan oleh
penjumlahan vektor-vektor kuat medan dari masing-masing muatan mulai muatan
pertama sampai dengan muatan ke n

   
E  E1  E2  ...  En
 Q  Q  Q 
E  k 21 r1  k 22 r2  ...  k 2n r
r1 r2 rn
Dengan demikian, besar dan arah kuat medan total di titik P dapat diketahui.

10
q2
q4
P

q
o
q1
q3

Gambar 1. 2 Kuat medan di titik P di sekitar n buah muatan titik.

1.5 Garis-garis Medan Listrik

Medan listrik dapat digambarkan dengan cara menggambarkan garis-garis yang


menunjukkan arah medan pada setiap titik. Garis-garis medan listrik juga disebut
dengan garis gaya karena garis-garis tersebut menunjukkan arah dari gaya yang
dilakukan pada suatu muatan uji positif.

(a) (b) (c) (d)


Gambar 1.3 (a) Garis gaya disekitar muatan positif, (b) garis gaya disekitar
muatan negatif, (c) Garis gaya disekitar dua muatan yang
berlawanan jenis
(d) Garis gaya disekitar dua muatan yang sejenis

Pada setiap titik di dekat muatan uji positif, medan listrik mengarah secara radial
menjauhi muatan, medan listrik di sekitar muatan uji negatif mengarah ke dalam
muatan, jadi garis-garis medan listrik mengarah menuju muatan negatif.

11
1.6 Kuat Medan pada Sumbu Sebuah Muatan Garis Hingga

Sebuah muatan seragam Q terletak di sepanjang sumbu x dari x = 0 sampai x = L


seperti yang diperlihatkan Gambar 1.4 densitas muatan linier untuk muatan ini
adalah λ = Q/L. kita ingin mencari medan listrik yang dihasilkan oleh muatan ini
dibeberapa titik P padasumbu x di x = 0, untuk x0 > L. titik medan P terletak pada
jarah r = x0 – x dari elemen muatan ini.

dq =λ dx
+ + + + + + + + + + + + P
o
x x

1.4 Geometri untuk perhitungan medan listrik pada sumbu suatu muatan garis
seragam dengan muatan Q, panjang L, dan densitas muatan λ = Q/L.

Medan listrik akibat elemen ini diarahkan sepanjang sumbu x dan memiliki besar:
kdq kdx
dE x  
 x0  x  2
x0  x2
Kita dapatkan medan total dengan integrasi terhadap muatan titik keseluruhan dari
x = 0 sampai x = L:
L dx 
 L 

E x  k   k 
0
 x 0  x 2  x0 x0 
 

Dengan menggunakan λ = Q/L, kita peroleh


kQ
Ex 
x0 x0  L 

Kita dapat melihat bahwa jika L jauh lebih kecil dari pada x 0, maka medan listrik
di x0 akan mendekati kQ/x02. artinya jika jarah kita cukup jauh dari muatan garis
tersebut, muatan itu akan terlihat seperti muatan titik.

12
1.7 Kuat Medan di Dekat Muatan Garis Takhingga

Apabila letak kita sangat dekat dengan suatu muatan garis, atau seandainya
muatan garis tersebut sangan panjang, sehingga y<<L, maka besarnya kuat medan
diberikan oleh persamaan:
2k
Ey 
y
Jadi, dengan bertambahnya jarah suatu titik sebesar y dari muatan garis tak
hingga, medan listriknya berkurang sebesar 1/y.

1.8 Kuat Medan pada Sumbu Sebuah Muatan Cincin

Gambar 1.5 menunjukkan sebuah muatan cicin dengan jari-jari a dan muatan total
Q. kita ingin mencari medan listrik di titik P pada sumbu cicin tersebut sejarah x
dari pusat cicin. Medan dE akibat elemen muatan dq ditunjukkan pada gambar.
Medan ini mempunyai sebuah komponen dEx yang terletak di sepanjang sumbu x
dan sebuah komponen dE⊥ yang tegak lurus sumbu tersebut. Sesuai dengan
simetri dari distribusi muatan di atas, kita dapat melihat bahwa medan total dari
cincin keseluruhan harus terletak pada sumbu cincin tersebut. Artinya, komponen
tegak lurusnya akan bernilai nol. Komponen aksial dari medan akibat elemen
muatan yang ditunjukkan adalah:

k dq k dq x k dq x
dE x  cos   2 
r 2
r r 
x  a2
2

3/ 2

Dengan
r 2  x2  a2
x x
cos   
Dan
r x2  a2
Medan akibat cincin muatan keseluruhan adalah
kxdq
Ex  
x 2
 a2 
3/ 2

kQx
Ex 
x 2
 a2 
3/ 2

13
dq

r
P dEx

x 

dE
dE^

Gambar 1.5 E disekitar muatan berbentuk cincin

Suatu pemeriksaan hasil yang bermanfaat adalah dengan mengujinya pada harga-
harga ekstrim x. pada x = 0, kita memperoleh Ex = 0.
Apabila x jauh lebih besar dari pada a, kita dapat mengabaikan a2 terhadap x2.
kemudian kita peroleh:
kQ
Ex 
x2
Artinya, jauh dari cincin tersebut, cincin akan terlihat menyerupai muatan titik.
Gambar 1.5 Sebuah muatan cincin dengan jari-jari a. medan listrik di titik P akibat
elemen muatan dq yang ditunjukkan pada Gambar di atas memiliki satu
komponen lainnya tegal lurus sumbu x

1.9 Kuat Medan pada Sumbu Sebuah Cakra

Gambar 1.6 menunjukkan suatu cakra yang diberi muatan secara seragam dengan
jari-jari R dan muatan total Q. karena luas dari cakra tersebut adalah πR 2, maka
muatan per luas satuannya adalah σ = Q/ πR2. Medan listrik pada sumbu cakra
akan sejajar dengan sumbu tersebut. Kita dapat menghitung medannya dengan
memperlakukan cakra sebagai muatan cincin konsentris. Perhatikan sebuah
muatan cincin dengan jari-jari a dan lebar da seperti ditunjukkan pada gambar.
Luas dari cincin ini adalah dA =2 πa da, dan muatannya adalah dq = σ dA= 2π
σada. Medan yang dihasilkan oleh muatan cincin ini dinyatakan oleh persamaan:
 x 
E x  2k 1  

 x2  R2 

14
Apabila kita jauh dari cakra tersebut, kita dapat memperkirakan bahwa cakra
tersebut akan tampak seperti muatan titik. Untuk x>> R, maka:
kR 2 kQ
Ex   2
x2 x
Dengan Q = σπR2 adalah muatan total pada cakra tersebut

r = (a2 + x2)1/2
a p
R x
da

Gambar 1.5 Geometri untuk perhitungan potensial listrik di titik pada sumbu
cakra bermuatan serba sama jari-jari R.

1.10 Kuat Medan di Dekat Bidang Muatan Takhingga

Hasil yang penting dan menarik untuk medan di dekat suatu bidang
muatan takhingga dapat diperoleh dari persamaan
 x 
E x  2k 1  

 x2  R2 
Dengan membiarkan R bergerak mendekati takhingga atau x mendekati nol,
maka:

E x  2k
x>0
Jadi medan akibat suatu distribusi muatan takhingga ini akan seragam;
artinya , medannya tidak tergantung pada x. pada sisi bidang takhingga yang lain,
untuk nilai x negatif, medannya akan menunjukkan arah x negatif, sehingga
E x  2k
x<0
Pada saat kita bergerak menyusuri sumbu x, medan listriknya akan meloncat dari
 2k menjadi  2k ketika kita berjalan melintasi suatu bidang muatan
takhingga.

15
1.11 Hukum Gauss

Jumlah garis gaya medan listrik yang menembus bidang disebut fluks garis gaya.
secara matematis fluks (φ) ditulis sebagai:
φ=E.A
dengan :
E = kuat medan
A = vektor luas permukaan bidang yang ditembus garis-garis gaya

Menurut hukum Gauss


“ Jumlah garis gaya yang keluar dari suatu permukaan tertutup sebanding
dengan jumlah muatan listrik yang dilingkupi permukaan tertutup tersebut.”
Secara matematis dapat ditulis:
Q
 E dA  0

dengan  menunjukkan integral pada permukaan tertutup.


bila E konstan terhadap A dan arahnya tegak lurus permukaan tersebut, maka
persamaan diatas cukup ditulis:
Q
EA 
0

Pada sebuah bola konduktor yang jari-jarinya R, apabila diberi muatan


listrik sebanyak Q maka muatan akan menyebar di seluruh permukaan bola. Kuat
medan listrik dapat dinyatakan dalam tiga keadaan yaitu kuat medan listrik di
dalam bola konduktor, pada kulit bola dan di luar bola komduktor.
Untuk menghitung kuat medan listrik di titik sejauh R dari titik muatan
yang bermuatan Q dengan menggunakan hukum Gauss yaitu dengan membuat
permukaan tertutup melalui titik P (sejauh R) yang melingkupi muatan titik Q,
yang paling mudah adalah permukaan bola yang berpusat di titik muatan Q dan
berjari-jari R.

16
Q
EA 
0

sedangkan luas bola:

A = 4 π R2

sehingga:

1 Q
E Gambar 1.6 E disekitar bola konduktor
40 R 2

Persamaan terakhir ini tidak lain adalah persamaan kuat medan oleh muatan titik.
dengan demikian dapat disimpulkan hukum Gauss dapat digunakan untuk
menghitung kuat medan di suatu titik.

Medan listrik di sekitar pelat bermuatan ditunjukkan dalam Gambar 1.7,


pelat bermuatan Q Coulomb (positif). jika luas pelat adalah A maka rapat
muatannya σ = Q/A. arah medan listrik disekitar pelat adalah tegak lurus pelat,
karena muatan tersebar merata, maka medan listriknya serba sama, sehingga E
konstan terhadap A. dalam hal ini hukum Gauss memberikan:
Q
 E dA  0
untuk menghitung kuat medan pada kasus ini. kita buat permukaan Gauss itu
sebuah kubus ABCDEFGH yang melingkupi pelat. Kubus terdiri dari enem buah
bidang, tetapi yang ditembus garis gaya hanya dua buah bidang yaitu bidang
ABHE dan bidang CDFG, maka penerapan hukum Gauss menjadi:
Q B C
2 EA 
0 ++
A
Q +++ D
E H +++
2 EA 0 ++ G


E E F
2 0
Gambar 1.7 Sebuah pelat bermuatan listrik

17
Rangkuman

1. Ada dua jenis muatan listrik, yaitu muatan positif dan muatan negative
2. Medan listrik di suatu titik akibat suatu sistem muatan didefinisikan sebagai
gaya yang dilakukan oleh muatan-muatan tersebut pada suatu muatan uji
positif Qu di bagi dengan Qu.

 F
E
Qu
3. Medan listrik pada titik P akibat suatu muatan titik adalah:
1 Qs
E
4 R 2
4. Medan listrik untuk berbagai jenis muatan distribusi muatan lain adalah:
2k
Ey 
y di dekat muatan garis tak higga
kQx
Ex 
x 2
 a2 
3/ 2
pada sumbu muatan cincin
 x 
E x  2k 1  

 x2  R2  pada sumbu muatan cakra
E x  2k
di dekat bidang muatan tak hingga

Soal-soal dan Penyelesaian

1. Tentukan besar dan arah gaya yang terjadi jika muatan +4 x 10-9 C terletak
sejauh 5 cm dari muatan +5 x 10-8 C?
Jawab:

F 
 
Q1Q2 9 x10 9 N .m 2 / C 2 x 4 x10 9 C  x 5x10 8 C 
 7,2 x10 4 N
r2 
5x10 2 2

18
Arahnya menjauh dari muatan 5 x 10-8, karena kedua muatan bertanda
positif

2. (a) Berapakah besarnya medan listrik yang berjarah r dari muatan q?


(b) Berapakah besarnya medan listrik yang bekerja pada elektron atom
hydrogen yang berjarah 5,3x10-11 m dari intinya?
Jawab:
(a) Gaya F suatu muatan uji yang berjarah r dari muatan q adalah:
F = k q q0/r2. dari definisi medan listrik E = F/q = kq/R2
(b) q = 1,6 x 10-19 C

Ek
q

 
9 x10 9 N .m 2 / C 2 x1,6 x10 19 C 
 5,1, x1011V / m
r 2
5,3x10 11
m 
2

3. Medan listrik pada lampu neon adalah 5000 V/m


a. Berapakah gaya pada medan tersebut yang diberikan pada ion neon yang
massanya 3,3 x 10-26 kg dan muatannya positif?
b. Berapa percepatan ion tersebut?
Jawab:
a. Gaya pada ion adalah:
F = q E = (1,6 x 10-19 C ) (5 x 103 V/m) = 8 x 10-16 N
b. Sesuai dengan hukum Newton ke 2, F = ma, dengan demikian:
F 8 x10 16 N
a   26
 2,4 x1010 m / s 2
m 3,3x10 kg
4. Sebuah muatan positif q1 = +8 nC berada dititik asal dan muatan kedua positif
q2 = +12 nC berada pada sumbu x di a = 4 m.
a. di titik P1 pada sumbu x di x = 7 m
b. di titik P2 pada sumbu x di x = 3 m
Jawab:
a. titik P1 di x = 7 m berada disebelah kanan kedua muatan. Medan listrik
pada P1 akibat dari setiap muatan mempunyai arah sumbu x positif. Jarah
titik medan ke mutan q1 adalah 7 m dan ke muatan q2 adalah x – a = 7 m –
4 m = 3 m. jadi medan listrik di titik P1 adalah:

19
 kq  kq2 
E  21 i  i
x x  a 2
   
 (8,99 x10 9 N .m 2 / C 2 ) 8 x10 9 C  (8,99 x10 9 N .m 2 / C 2 ) 12 x10 9 C 
E i i
(7m) 2 (3m) 2
 
E  13,5 N / C i
b. titik P2 berada pada x = 3 m berada di antara kedua muatan. Suatu muatan
uji positif diletakkan pada titik P2 akan mengalami gaya tolak ke kanan
akibat muatan +8 nC dan gaya tolak ke kiri akibat muatan +12 nC. Jarah
terhadap q1 adalah 3 m dan jarah terhadap q2 adalah a – x = 4 – 3 = 1 m.
medan listrik pada titik P2 adalah:
 kq  kq2 
E  21 i  i
x x  a 2
   
 (8,99 x10 9 N .m 2 / C 2 ) 8 x10 9 C  (8,99 x10 9 N .m 2 / C 2 ) 12 x10 9 C 
E i i
(3m) 2 (1m) 2
 
E  100 N / C i
5. Sebuah cakra berjari-jari 5 cm membawa densitas muatan permukaan
seragam sebesar 4 μC/m2. dengan menggunakan pendekatan yang masuk akal,
carilah medan listrik pada sumbu cakra tersebut pada jarah-jarah (a) 0,01 cm,
(b) 6 m dan (c) 6 cm.
Jawaban:
(a) karena 0,01 cm jauh lebih kecil dari pada jari-jari cakra tersebut, kita dapat
memandang cakra hamper sebagai bidang muatan takhingga, dengan
demikian medan listriknya adalah:
Ex = 2πkσ
= 2π(8,99 x 109 N.m2/C2)(4 x 10-6 C/m2)
= 226 kN/C
(b) karena 6 m jauh lebih besar dari dari pada jari-jari cakra, kita dapat
menganggap cakra sebagai muatan cincin, medan listrik pada jarah ini
adalah:

Ex 

kQ (8,99 x 109 N.m2/C2) 31,4x10 9 C


x2 (6m) 2

20
Ex = 7,84 N/C
(c) karena 6 cm tidak jauh lebih besar ataupun jauh lebih kecil dari pada jari-
jari 5 cm, kuat medannya di titik tersebut adalah:
 x 
E x  2k 1  

 x2  R2 
 6cm 
E x  (226kN / C )1  
2 
 6cm 2
 5cm 
E x  (226kN / C )(1  0,768)  52,4kN / C

Soal-soal tambahan

1. Electron atom hydrogen yang berjarah 5,3 x 10-11 m dari intinya (proton)?
2. Berapakah gaya yang bekerja pada muatan 10-6 C dalam suatu medan listrik
50 V/m?
3. Sebuah electron berada pada medan listrik 104 V/m. (a) Tentukan gaya pada
electron (b) Tentukan percepatan electron
4. Perhatikan gambar di bawah ini. Tentukanlah: (a) intensitas medan E di titik
P, (b) gaya pada muatan -4 x 10-8 C di titik P (c) di mana intensitas medan
listriknya nol?
5. Muatan garis seragam dengan densitas muatan linier λ = 3,5 nC/m, bertambah
panjang dari x = 0 menjadi x = 5 m. (a) berapakah muatan totalnya? Carilah
medan listrik pada sumbu x di (b) x = 6 m, (c) x = 9 m, dan (d) x = 250 m.
6. Muatan 2,75 μC terdistribusi seragam pada cincin berjari-jari 8,5 cm. carilah
medan listrik pada sumbunya di (a) 1,2 cm, (b) 3,6 cm, (c) 4 m dan (d) carilah
kuat medan di 4 m dengan menggunakan pendekatan bawa cincin adalah
muatan titik di titik asal, dan bandingkan hasil anda dengan hasil bagian c
7. cakra berjari-jari 2,5 cm membawa densitas permuakaan seragam sebesar 3,6
μC/m2 . Dengan menggunakan pendekatan yang masuk akal, carilah medan
listrik di sumbu tersebut pada jarah (a) 0,01 cm, (b) 0,04 cm, (c) 5 m, dan (d) 5
cm.

21
8. Untuk muatan cakra pada soal no 7, hitunglah dengan tepat medan listrik di
sumbu tersebut pada jarah (a) 0,04 cm, (b) 5 m, dan bandingkan dengan hasil
(b) dan (c) pada soal no 7.
9. Hitunglah percepatan yang dialami sebuah proton dalam ruang di mana
intensitas medannya 500 N/C. tentukan juga percepatan ini dengan percepatan
grafitasi
10. Sebuah muatan titik sebesar -3x10-5 C diletakkan pada x = 0. tentukan E di
titik x = 5 m

22
MODUL 2 POTENSIAL LISTRIK

Dalam pelajaran mekanika, kita mendapatkan bahwa konsep energi potensial


sangat berguna. Ketika kita mengangkat suatu benda dengan massa m setinggi h
dekat permukaan bumi, kerja yang kita lakukan menjadi energi potensial mgh
dari suatu sistem masa bumi. Jika kita kemudian menjatuhkan benda tersebut,
energi potensial ini diubah menjadi energi kinetik. Gaya listrik antara dua muatan
adalah searah sepanjang garis muatan-muatan dan berbanding terbalik terhadap
kuadrat jaraknya, sama dengan gaya gravitasi antara dua massa. Seperti gaya
gravitasi, gaya listrik adalah konservatif.
Sehingga ada hubungan fungsi energi potensial dengan gaya listrik. Seperti yang
akan kita lihat, energi potensial partikel dalam suatu medan listrik sebanding
dengan muatannya. Energi potensial diukur dalam volt dan umumnya disebut
tegangan. Dalam bab ini, kita akan mendefiniskan fungsi potensial listrik V dan
menunjukkan bagaimana menghitung potensial dari distribusi muatan yang
diberikan atau dari medan listrik yang diberikan, serta bagaimana potensial listrik
dihubungkan dengan medan listrik E dan energi potensial listrik.

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari bab ini diharapkan mehasiswa:


1. Dapat mendefinisikan potensial listrik dan menjelaskan hubungannya dengan
medan listrik
2. Dapat menghitung beda potensial listrik antara dua titik muatan
3. Dapat menghitung potensial listrik untuk berbagai distribusi muatan
4. Dapat menentukan besarnya energi potensial listrik

Prasyarat
Agar dapat mempelajari modul ini dengan baik, anda harus memahami konsep
besaran dan satuan, vektor, gaya, usaha dan energi, medan listrik. Anda juga

23
harus dapat mengoperasikan persamaan deferensial untuk lebih memahami
konsep penurunan perumusan matematis dalam penyelesaian persoalan fisisnya.
Anda juga harus melakukan percobaan- percobaan sederhana dengan teliti untuk
menemukan konsep yang benar

2.1 Definisi Potensial Listrik

Secara umum, ketika gaya konservatif F bekerja pada sebuah partikel yang
mengalami perpindahan dl perubahan dalam fungsi energi potensial dU
didefinisikan dengan persamaan:
dU = - F . dl
Kerja yang dilakukan oleh gaya konservatif mengurangi energi potensial. Gaya
yang digunakan medan listrik E pada muatan qo adalah:
F = qo . E
Ketika muatan mengalami perpindahan dl dalam medan listrik E , perubahan
energi potensial elektrostatik adalah
dU = -q0 E . dl
Jika muatan dipindahkan dari satu titik awal a ke suati titik akhir b, perubahan
energi potensial elektrostatiknya adalah
𝑏 𝑏
∆𝑈 = 𝑈𝑏 + 𝑈𝑎 = ∫𝑎 𝑑𝑈 = − ∫𝑎 𝑞0 𝐸. 𝑑𝑙
Perubahan energi potensial sebanding dengan muatan uji q0. Perubahan energi
potensial per satuan muatan disebut beda potensial dV.
Definisi beda potensial
𝑑𝑈
𝑑𝑉 = = −𝐸. 𝑑𝑙
𝑞0

Untuk perpindahan berhingga dari titik a ke titik b, perubahan potensialnya adalah


𝑑𝑈 𝑏
∆𝑉 = 𝑉𝑏 − 𝑉𝑎 = = − ∫𝑎 𝐸. 𝑑𝑙
𝑞0

Beda potensial Vb – Va adalah negatif dari kerja per satuan muatan


yang dilakukan oleh medan listrik pada muatan uji positif jika
muatan pindah dari titik a ke titik b.

24
satuan SI untuk potensial dan beda potensial adalah joule per coulomb = volt (V).
1 V = 1 J/C

2.2 Beda Potensial Listrik

Bila gaya eksternal melakukan usaha sebesar Wab dalam memindahkan


muatan uji q0 dari titik a ke titik b dalam medan listrik, maka beda potensial
listrik antara kedua titik ini dapat dihitung dengan persamaan:

Vb – Va = Wab

Wab (dan juga Vb - Va ) nilainya tidak tergantung pada lintasan yang


diambil. Titik a di atas sering dianggap sebagai titik acuan universal, yang terletak
di tak hingga, dan Va diberi nilai sebarang nol. Titik b karenanya merupakan
titik medan umum, yang potensial listriknya adalah Vb
Potensial listrik akibat muatan titik diberikan oleh persamaan:
kq
V 
r
Medan listrik antara dua titik dalam medan listrik adalah usaha yang dibutuhkan
untuk membawa muatan 1 C dari suatu titik ke titik yang lain. Secara matematis
dapat ditulis dengan:
W
V
q
Beda potensial listrik antara dua titik pada medan listrik yang seragam adalah
sama dengan perkalian E dengan jarak s antara kedua titik tersebut, yang sejajar
dengan E

V=E.s
Satuan SI untuk potensial listrik adalah volt, yang didefinisikan sebagai 1
joule/coulomb.

25
2.3 Energi Potensial Listrik

Energi potensial listrik dari sistem muatan titik didefinisikan sebagai usaha
yang diperlukan untuk merakit sistem itu, mulai dari muatan diam dan
berada di tak hingga satu sama lain. Untuk dua muatan, energi dihitung
dengan rumus
kq1 q 2
W
r12 Atau W=qV
Dimana:
W = energi potensial listrik
q = muatan
r = jarak muatan dengan titik uji
k = kontanta Coulomb
Energi potensial listrik sistem muatan titik adalah energi yang diperlukan untuk
membawa muatan dari jarak tak hingga ke posisi akhinya

2.4 Potensial Listrik oleh Satu Muatan Titik

Potensial listrik yang disebabkan oleh satu titik muatan dapat dihitung dengan
menggunakan rumusan medan listrik oleh satu titik muatan. Untuk mudahnya
ambil bahwa posisi muatan sumber q terletak di pusat koordinat sehingga 𝑟⃗ = 0
dan d𝑟⃗ = 𝑟̂ dr, sehingga dapat diperoleh bahwa
1 𝑞
𝑉=
4𝜋𝜀0 𝑟
Di mana telah diambil acuan bahwa potensial listrik pada posisi tak hingga adalah
nol. Bila acuan intgral mengambil acuan di mana pada r0
V(r0) = V0
Maka
𝑞 1 1
𝑉(𝑟) = ( − ) + 𝑉0
4𝜋𝜀0 𝑟 𝑟0

26
2.5 Potensial oleh Beberapa Muatan Titik

Potensial listrik V adalah besaran skalar, dengan demikian apabila di dalam ruang
terdapat lebih dari satu muatan listrik (q1, q2, q3, ..., qi ) maka potensial listrik pada
suatu titik akibat semua muatan tersebut tak lain adalah penjumlahan skalar dari
potensial listrik akibat masing-masing muatan pada titik yang ditinjau

1 𝑞
𝑉(𝑟) = ∑𝑖
4𝜋𝜀0 |𝑟⃗−𝑟
⃗⃗⃗⃗|
𝑖

Atau sering ditulis dengan

1 𝑞𝑖
𝑉(𝑟) = ∑
4𝜋𝜀0 𝑟𝑖
𝑖

2.6 Potensial pada kawat berarua

Sebuah kawat penghantar yang panjangnya L dengan luas penampang A dialiri


oleh arus listrik I, menurut hokum Ohm rapar arus J sebanding dengan kuat
medan E.

Beda potensial antara kedua ujung penghantar yang dialiri arus dapat dhitung
dengan menggunakan persamaan:
𝐿𝐼
𝑉=
𝐾𝐴
Besaran L/KA disebut sebagai resistansi, dan satuannya adalah volt/amp = ohm.
Sedangkan 1/K merupakan resistansi dari bahan yang sering juga dinotasikan
dengan 𝜌 .

Rangkuman

1. Beda potensial listrik antara kedua titik ini dapat dihitung dengan rumus:
Vb – Va = Wab
2. Potensial listrik akibat muatan titik diberikan oleh persamaan:

27
kq
V 
r
3. Usaha yang dibutuhkan untuk membawa muatan 1 C dari suatu titik ke titik
yang lain.
W
V
q
4. Beda potensial listrik antara dua titik pada medan listrik yang seragam adalah
sama dengan perkalian E dengan jarak s antara kedua titik tersebut, yang
sejajar dengan E
V=E.s

Soal-soal dan Penyelesaian

1. Beda potensial antara awan dan bumi adalah 107 V. Tentukan energi yang
dikeluarkan jika muatan 50 C dipindahkan dari awan ke bumi pada saat terjadi
sambaran petir
Jawaban:
W = q V = (50 C)(107 V) = 3.5 . 108 J

2. Beda potensial 20 V diberikan antara dua pelat logam sejajar dan medan listrik
yang dihasilkan 500 V/m. Berapakah jarak pelat?
Jawaban
V=E.s
s = V/E = 20 V / 500 V/m
s = 0,04 m = 4 cm

3. (a) Berapakah beda potensial yang harus diberikan pada dua pelat logam yang
berjarak 15 cm, jika medan listrik antara keduanya 600 V/m? (b) Berapa besar
gaya yang harus diberikan pada muatan 10-10 C untuk dapat bergerak melewati
medan sejauh 5 cm dari keadaan diam?
Jawaban
a. V = E . s = 600 V/m . 0,15 m = 90 V

28
b. F = E . q = 600 V/m . 10-10 C = 6 . 10-8 C

4. Berapakah beda potensial yang harus diberikan untuk menghasilkan medan


listrik yang dapat mempercepat elektron sehingga kecepatannya menjadi 107
m/s?
Jawaban
EK = ½ mv2 = ½ (9,1 . 10-31 kg)(107 m/s)2 = 4,6.10-17 J
Energi kinetik = usaha pada elektron oleh medan listrik, sehingga:
W = q V = EK
V = EK/q = 4,6.10-17 J/1,6.10-19 C = 290 V

5. Jika sebuah penghantar memiliki data sebagai berikut:


Jari-jari : 1/𝜋 cm
Panjang : 10 m
Konduktivitas : 5 . 10-2/m
Hitunglah beda potensial kedua ujung penghantar tersebut
Jawaban
𝐿𝐼
𝑉=
𝐾𝐴
10 𝑚 . 1 𝐴
=
1
5 . 10−2 (𝜋 .10−2 )2
= 2/𝜋 . 10-6 volt

Soal-soal Tambahan

1. Beda potensial 100 V diberikan pada pasangan pelat sejajar yang terpisah
sejauh 5 cm. Tentukan:
a. Medan listrik antara kedua pelat
b. Gaya pada muatan elektron yang berada dalam medan tersebut
c. Energi kinetik yang dipunyai jika muatan berpindah dari pelat positif ke
pelat negatif
2. Sebuah proton dipercepat oleh beda potensial 1500 V berapakah energi
kinetiknya?

29
3. Sebuah muatan 10-12 C mulai bergerak dari keadaan diam pada daerah yang
dipengaruhi medan 500 V.
a. Berapakah gaya pada muatan?
b. Berapakah energi kinetiknya jika telah bergerak sejauh 1 cm dalam medan
tersebut?
4. Bila baterai 12 V diisi muatan, seluruhnya ada 105 C yang dipindahkan dari
satu elektroda ke elektroda lain. Tentukan energi yang tersimpan dalam baterai
5. Medan listrik yang serba sama 2 kN/C pada arah x, sebuah muatan titik 3.10-6
C dilepaskan dari keadaan diam di pusat.
a. Berapakah energi kinetik muatan ketika berada di x = 4 m?
b. Berapakah perubahan energi potensial dari x = 0 sampai x = 4 m?
c. Berapakah beda potensialnya?

30
MODUL 3 KAPASITANSI, DIELEKTRIK DAN ENERGI
ELEKTROSTATIK

Pendahuluan

Kapasitor adalah piranti yang berguna untuk menyimpan muatan dan energi.
Setiap penghantar adalah kapasitor, karena setiap penghantar dapat menyimpan
muatan listrik. Banyak atau sedikitnya muatan yang tersimpan bergantung pada
kemampuan kapasitor. Kapasitor memiliki banyak kegunaan. Pemberi cahaya
kilat pada kamera adalah adalah salah satu contoh pemakaian kapasitor, di sini
kapasitor digunakan untuk menyimpan energi yang diperlukan untuk memberikan
kilat secara tiba-tiba. Kapasitor juga digunakan untuk memperhalus riak yang
ditimbulkan ketika arus bolak-balik dikonversi menjadi arus searah pada catu
daya, sehingga dapat digunakan pada kalkulator atau radio ketika baterai tidak
dapat digunakan. Dalam bab ini akan dibahas tentang kapasitor keping sejajar,
kapasitor silinder dan kapasitor bola. Energi kapasitor dan rangkaian kapasitor

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan :


1. Mampu menentukan kapasitansi dan menghitungnya untuk kapasitor keping
paralel dan kapasitor silendris
2. Mampu membahas pengaruh dielektrik, muatan, potensial listrik, dan medan
listrik pada kapasitor keping paralel terhadap kapasitansi
3. Mampu membahas konsep energi medan elektrostatik
4. Mampu menghitung kapasitansi ekivalen dari kombinasi kapasitor seri dan
paralel

Prasyarat
Agar dapat mempelajari modul ini dengan mudah, anda harus memahami konsep
besaran dan satuan, gaya antar muatan, medan listrik dan potensial listrik. Anda

31
juga harus dapat mengoperasikan persamaan deferensial untuk lebih memahami
konsep penurunan perumusan matematis dalam penyelesaian persoalan fisisnya.

3.1 Kapasitor dan Kapasitansi

Kapasitor adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi listrik dalam bentuk
medan listrik. Dengan demikian, kapasitor berbeda dengan batere yang
menyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia yang pada saat akan
digunakan baru dikonversi ke dalam bentuk energi listrik. Kapasitor digunakan
untuk menyimpan. Dengan menggunakan kapasitor energi listrik disimpan dalam
waktu yang singkat untuk dibebaskan kembali dengan cepat sehingga laju energi
yang lepas cukup tinggi untuk memicu lampu blitz pada kamera. Batere hanya
dapat diisi dan dikosongkan (digunakan energi listriknya) dalam laju yang rendah.
Slain pada kamera, kapasitor juga banyak digunakan dalam rangakain untuk
beberapa keperluan sperti; mencari gelombang radio, sebagai filter dalam catu
daya, sebagai salah satu komponen dalam pengapian mobil, sebagai penyimpan
energi dalam rangkaian penyala api dan lain sebagainya
Ketika konduktor-konduktor dihubungkan pada ujung-ujung suatu baterai,
baterai memindahkan suatu muatan dari suatu konduktor ke konduktor lainnya
sampai perbedaan potensial antara ujung-ujung konduktor sama dengan perbedaan
potensial ujung-ujung baterai. Jumlah muatan yang dipindahkan sebanding
dengan perbedaan potensial. Misalkan Q adalah besar muatan pada tiap keping
dan V adalah perbedaan potensial antara keping-keping, maka besarnya
kemampuan kapasitor dalam mmenyimpan energi disebut dengan kapasitansi
yang dinotasikan dengan C. Besarnya kapasitansi dari suatu kapasitor adalah:
Q
C
V
Kapasitansi adalah suatu ukuran “kapasitas” penyimpanan muatan untuk suatu
perbedaan potensial tertentu.
Satuan SI untuk kapasitansi adalah farad (F), 1 F = 1 C/V.

32
Salah satu cara pengisian kapasitor adalah dengan menggunakan batere,
sebuah alat yang menjaga agar beda potensial antara kedua ujung terminalnya
tetap melalui reaksi elektrokimia internalnya. Saat sebuah kapasitor kosong maka
beda potensial antara kedua ujung-ujungnya (atau kedua pelatnya) adalah nol.
Ketika dipasangkan dengan batere maka akan tercipta medan listrik akibat adanya
beda potensial listrik pada kedua ujung kapasitor sehingga muatan akan mengalir
sesuai dengan gaya listriknya yang tercipta antara medan listrik dan jenis
muatannya, sehingga lambat laun masing-masing pelat akan bermuatan listrik
dengan tanda yang berbeda tetapi dengan besar yang sama. Saat kapasitor penuh,
beda potensial yang timbul akan sama dengan beda potensial batere dengan
polaritas yang berlawanan sehingga tercipta kesetimbangan dan tidak memungkin
arus listrik untuk mengalir. Pada keadaan ini tegangan kapasitor sama dengan
tegangan sumber dan hambatannya menjadi tak hingga.

3.2 Kapasitor Keping Sejajar

Kapasitor yang biasa digunakan adalah kapasitor keping sejajar. Kapasitor ini
terdiri dari dua konduktor yang berdekatan tetapi terisolasi satu sama lain dan
membawa muatan yang sama besar dan berlawanan, dalam praktek keping ini
dapat berupa lapisan-lapisan logam yang tipis, yang terpisah dan terisolasi satu
sama lain. Struktur geometri kapasitor kping sejajar diilustrasikan seeperti pada
gambar 3.1

+ +Q
V -Q
-

Gambar 3.1 Suatu kapasitor yang terdiri dari dua keping konduktor sejajar yang
terpisah.

Kapasitor keping sejajar terdiri dari dua keping yang sama luasnya A dan
terpisah dengan jarak s. Harga s lebih kecil dibandingkan dengan panjang dan

33
lebar keping. Tiap bidang memberikan medan listrik seragam sebesar σ/2εo,
sehingga medan total diantara kedua keping adalah E = σ/εo, di mana σ = Q/A
adalah muatan per satuan luas pada tiap bidang. Karena medan listrik antara
bidang-bidang bersifat seragam, perbedaan potensial antara bidang adalah:
 Qs
V  Es  s
o o A
Dengan demikian kapasitansi dari kapasitor keping sejajar adalah:
Q o A
C 
V s
Untuk suatu kapasitor keping sejajar, kapasitansi sebanding dengan luas keping
dan berbanding terbalik dengan jarak pemisah. Secara umum, kapasitor
bergantung pada ukuran, bentuk dan pengaturan geometri dari konduktor-
konduktor.

3.3 Kapasitor Slilinder

Kapasitor silinder terdiri dari suatu konduktor silinder kecil atau kabel dengan
jari-jari a dan suatu lapisan konduktor berbentuk silinder konsentrik dengan jari-
jari b yang lebih besar dari a. Kabel koaksial, seperti yang digunakan pada televisi
dapat dikategorikan sebagai kapasitor silinder. Kapasitansi per satuan panjang
dari suatu kabel koaksial merupakan parameter yang penting dalam penentuan
karakteristik transmisi kabel. Jika L adalah panjang suatu kapasitor, maka
kapasitansinya adalah:
Q 2o L
C 
V ln b / a 

34
(a) (b)
Gambar 3.2 (a) kapasitor silinder (b) arah medan listrik dan permukaan Gauss

Dengan demikian kapasitansi sebanding dengan panjang konduktor, semakin


panjang konduktor yang digunakan, semakin besar jumlah muatan yang dapat
ditampung oleh konduktor tersebut untuk suatu perbedaan potensial.

3.4 Dielektrik

Suatu material nonkonduktor, seperti kaca, kertas, kayu dan paraffin disebut
dielektrik. ketika ruang diantara dua konduktor pada suatu kapasitor diisi dengan
dielektrik, kapasitansi naik sebanding dengan faktor K yang merupakan
karakteristik dielektrik dan disebut konstanta dielektrik. Dielektrik dapat
memperlemah medan listrik antara keping-keping suatu kapasitor karena dengan
hadirnya medan listrik, molekul-molekul di dalam dielektrik akan menghasilkan
medan listrik tambahan yang arahnya berlawanan dengan medan listrik luar.
Pengaruh total dari polarisasi suatu dielektrik homogen adalah hadirnya
muatan permukaan pada bidang batas antara dielektrik dan keping kapasitor
seperti ditunjukkan pada Gambar 3.2. muatan permuaaan yang terikat pada
dielektrik ini akan menghasilkan medan listrik yang berlawanan dengan arah
medan listrik yang disebabkan oleh muatan-muatan bebas pada konduktor-
konduktor. Akibatnya medan listrik di antara kedua keping menjadi lemah.
E

+ - + -
+ -
+ - + -
+ -
+ - + -
+ -
+ - + -
+ -

Gambar 3.3 Medan listrik antara kedua keping kapasitor dengan dielektrik.

35
Jika medan listrik awal antara keping-keping suatu kapasitor tanpa
dielektrik adalah E0, medan listrik dielektrik adalah:
E0
E
K
dimana K adalah konstanta dielektrik, untuk suatu kapasitor keping sejajar yang
terpisah sejauh s, perbedaan potensial antara keping adalah:

E0 s V0
V  Es  
K K
Dalam satuan SI permitivitas ruang hampa εo = 8,85 x 10-12 F/m = 8,85
pF/m. Permitivitas medium ε bergantung pada jenis medium. Harga permitivitas
suatu bahan bergantung pada konstanta dielektrik suatu bahan. Hubungan
konstanta dielektrik suatu bahan dengan permitivitas adalah permitivitas suatu
bahan ε sama dengan hasil kali antara konstanta dielektrik bahan K dengan harga
permitivitas udara/ruang hampa εo. Atau dapat dinyatakan dengan persamaan
matematik:

ε = Kεo

Jika Co adalah kapasitansi sebuah kapasitor tanpa dielektrik, maka kapasitansi


kapasitor setelah ditambahkan dielektrik menjadi:

C = KCo

dimana Co = Q/Vo adalah kapasitansi awal, kapasitansi dari kapasitor keping


sejajar yang berisi dielektrik dengan konstanta K adalah:

K 0 A A
C 
s s

Dielektrik pada sebuah kapasitor berfungsi untuk meningkatkan kapasitansi,


selain itu dielektrik juga berfungsi sebagai pemisah dua konduktor dan dielektrik
dapat meningkatkan kuat dielektrik dari suatu kapasitor karena kuat dielektrik dari
dari suatu dielektrik biasanya lebih besar dibandingkan udara. Contoh dari tiga

36
fungsi dielektrik, dapat diberikan oleh kapasitor keping sejajar yang terbuat dari
dua lapis foil logam yang cukup luas dan dipisahkan oleh suatu lapisan kertas
yang tipis. Kertas akan meningkatkan kapasitansi karena polarisasinya, yaitu K
lebih dari 1. kertas juga dapat berfungsi sebagai pemisah sehingga lapisan-lapisan
dapat berdekatan tampa terjadi kontak listrik.

3.5 Penyimpanan Energi Listrik

Selama kapasitor dimuati, suatu muatan positif dipindahkan dari kanduktor


bermuatan negatif ke konduktor bermuatan positif. Karena konduktor positif
memiliki potensial yang lebih tinggi dari konduktor negatif, energi potensial dari
muatan yang dipindahkan meningkat. Contohnya, jika sejumlah kecil muatan q
dipindahkan melalui perbedaan potensial V, energi potensial naik sebesar qV.
Energi potensial ini adalah energi yang tersimpan dalam suatu kapasitor. Kita
dapat menyatakan energi ini dengan beberapa cara menggunakan C = C/V:

1 Q2 1 1
U  QV  CV 2
2 C 2 2

Persamaan di atas adalah bentuk umum untuk energi potensial elektrostatik yang
tersimpan dalam suatu kapasitor bermuatan.
Dalam proses pemberian muatan pada suatu kapasitor, akan terbentuk
medan listrik di antara keping-kepingnya. Usaha yang dibutuhkan untuk memuati
kapasitor ini dapat dipahami sebagai usaha yang dibutuhkan untuk menciptakan
medan listrik. Artinya kita dapat meyakini energi yang tersimpan dalam suatu
kapasitor sebagai energi yang tersimpan dalam medan listrik, yang disebut energi
medan elektrostatik. Besarnya energi yang tersimpan dalam suatu kapasitor
keping sejajar adalah:

U = ½ QV = ½ (εAE)(Es)
U = ½ εE2 (As)

37
Kuantitas As adalah volume ruang di antara keping-keping kapasitor yang berisi
medan. Energi per volume satuan disebut dengan densiatas energi η. Densitas
energi dalam medan listrik E dengan demikian adalah:
energi 1 2
  E
volume 2

Jadi eneri per volume satuan dari suatu medan listrik berbanding lurus terhadap
kuadrat medan listriknya.

3.6 Rangkaian Kapasitor

Dalam kehidupan sehari-hari untuk kebutuhan dunia kelistrikan khususnya pada


kebutuhan elektronika, sering dijumpai bahwa harga kapasitor yang dibutuhkan
dalam rangkaian listrik tidak dapat dipenuhi dengan hanya mengandalkan
kelipatan-kelipatan harga kapasitor yang ada dipasaran. Untuk memenuhi
kebutuhan itu dirangkai beberapa kapasitor dengan maksud agar dihasilkan harga
ekivalen dari hasil rangkaian sesuai dengan kebutuhan.

3.6.1 Rangkaian paralel

Dua buah kapasitor atau lebih seringkali digunakan bersama-sama sebagai


kombinasi. Gambar 3.4 menunjukkan dua buah kapasitor tersusun paralel.

C1 C2

Gambar 3.4 Dua buah kapasitor tersusun paralel.

Keping atas kedua kapasitor ini dihubungkan oleh sebuah kawat penghantar
sehingga memiliki potensial yang sama Va. keping bawah juga terhubung dan
memiliki potensial yang sama Vb. titik a dan b terhubung pada sebuah baterai atau

38
piranti jenis lain yang menjaga agar beda potensialnya tetap V = Va - Vb yang
merupakan beda potensial di antara keping masing-masing kapasitor. Kapasitor
tersusun paralel berguna untuk meningkatkan kapasitansinya. Jika kapasitansinya
C1 dan C2, maka muatan Q1 dan Q2 yang tersimpan dalam keping dinyatakan oleh:

Q1 = C1V dan Q2 = C2

Muatan total yang tersimpan adalah:

Q = Q1 + Q2 = C1V + C2V = (C1 + C2)V

Kapasitor ekivalen adalah kapasitansi kapasitor tunggal yang mampu


menggantikan sejumlah kombinasi kapasitor dalam suatu rangkaian dan
menyimpan jumlah energi yang sama untuk beda potensial yang diberikan.
Kapasitansi ekivalen dari dua kapasitor paralel adalah:

Ceq = Q/V = C1 + C2

Penalaran yang sama untuk tiga kapasitor atau lebih yang terhubung paralel,
kapasitansi ekivalennya adalah:

Ceq = Q/V = C1 + C2+...+ Cn

3.6.2 Rangkaian Seri

a Va Vc Vb b
C1 C2

Gambar 3.5 Dua kapasitor terhubung seri

Gambar di atas memperlihatkan dua kapasitor seri. Apabila a dan b terhubung


pada terminal sebuah baterai, maka akan muncul beda potensial V = Va - Vb pada
kedua kapasitor tersebut. Akan tetapi beda potensial di seberang salah satu
kapasitor tidak harus sama dengan beda potensial di seberang kapasitor yang lain.
Beda potensial diseberang kapasitor pertama adalah:

39
V1 = Va – Vc = Q/C1

Beda potensial diseberang kapasitor kedua adalah:

V2 = Vc – Vb = Q/C2

Beda potensial di seberang dua kapasitor seri adalah jumlah dari beda potensial:

V = Va – Vb = (Va – Vc) + (Vc – Vb)

 1 1 
V  Q  
 C1 C2 

Kapasitansi ekivalen dua kapasitor seri adalah:

Ceq = Q/V
1 1 1
 
Ceq C1 C2

Untuk tiga kapasitor atau lebih, kapasitansi ekivalennya adalah:

1 1 1 1
   ... 
Ceq C1 C 2 Cn

Rangkuman

1. Kapasitor adalah piranti yang berguna untuk menyimpan muatan dan energi.
Setiap penghantar adalah kapasitor, kapasitansi sebuah kapasitor dinyatakan
oleh:
C = Q/V
2. Kapasitansi suatu kapasitor keping paralel berbanding lurus dengan luas
keping dan berbanding terbalik dengan jarak pemisah:

Q o A
C 
V s

40
Kapasitansi sebuah kapasitor silinder dinyatakan oleh:
Q 2o L
C 
V ln b / a 
3. Suatu bahan nonkonduktor dinamakan dielektrik. Apabila dielektrik disisipkan
diantara keping-keping kapasitor, molekul-molekul didalam dielektrik akan
terpolarisasi dan medan listrik di dalamnya menjadi melemah, sehingga
kapasintansinya meningkat. Permitivitas relative dari sebuah dielektrik
didefinisikan sebagai:
ε = Kεo
4. Energi elektrostatik yang tersimpan di dalam suatu kapasitor bermuatan Q,
beda potensial V, dan kapasitansinya C adalah:

1 Q2 1 1
U  QV  CV 2
2 C 2 2
5. Apabila dua buah kapasitor atau lebih dihubungkan secara paralel, kapasitansi
ekivalen kombinasinya adalah:
Ceq = C1 + C2 + C3 + …+ Cn
Apabila dua buah kapasitor atau lebih dihubungkan secara seri, kapasitansi
ekivalen kombinasi ini adalah:
1 1 1 1
   ... 
Ceq C1 C 2 Cn

Soal-soal yang dipecahkan

1. Kalau kapasitor 300 pF diberi muatan hingga berpotensial 1 kV, berapakah


muatannya:
Jawab:
Q = CV = (300 x 10-12 F)(1000 V) = 3 x 10-7 F = 0,3 μF

2. Suatu kapasitor keping sejajar berbentuk bujur sangkar dengan sisi 10 cm dan
jarak pemisah 1 mm.
a. Hitunglah kapasitansinya

41
b. Jika kapasitor ini dimuatai sampai 12 V, berapa banyak muatan yang
dipindahkan dari satu keping ke keping lain?
Jawab:

C
o A


(8,85 pF / m) 0,1 m 2 
 8,85 x10 11 F  8,85 pF
a. s 0,001 m

b. Muatan yang dipindahkan adalah:


Q = CV= (8,85 x 10-11 F)(12V) =1,06 x 10-9 C = 1,06 nC
Ini adalah besar muatan pada tiap keping.

3. Suatu kabel koaksial terdiri dari kabel berjari-jari 0,5 mm dan lapisan
konduktor terluar dengan jari-jari 1,5 mm. Tentukan kapasitansi per satuan
panjang
Jawab:
C 2o 2 8,85 pF / m 
   50,6 pF / m
L ln b / a  ln 1,5mm / 0,5mm

4. kapasitor berisi udara kapasitansinya 8 μF. Berapakah kapasitansinya apabila


terisi dielektrik yang permitivitas relatifnya adalah 6,0?
Jawab:
C = εC0 = (6,0)(8 μF) = 48 μF

5. Kapasitansi pada contoh 2 terisi dengan dielektrik yang memiliki konstanta K


= 2.
a. tentukan kapasitansi yang baru
b. tentukan muatan pada kapasitor yang diisi dengan dielektrik jika kapasitor
tersebut dihubungkan dengan baterai 12 V
Jawab:

C
K o A 2(8,85 pF / m) 0,1 m 2

 
 8,85 x10 11 F  177 pF
a. s 0,001 m

Q = CV= (17,7 x 10-11 F)(12V) =2,12 x 10-9 C = 2,12 nC

42
6. Kapasitor 1,2 μF diberi muatan hingga berpotensial 3 kV. Berapakah energi
yang terhimpun di dalamnya?
Jawab:
U = ½ QV = ½ CV2 = ½ 91,2 x 10-6 F)(3000V)2 = 5,4 J

7. Kapasitor 2 μF dan kapasitor 4 μF terhubung seri di seberang baterai 18 V


seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Carilah kapasitansi ekivalen, muatan
pada kapasitor ini dan beda potesial di seberang masing-masingnya.

+Q -Q +Q -Q
18 V

Jawab:
Kapasitansi ekivalennya adalah:

1 1 1 1 1 3
    
Ceq C1 C 2 2 F 4 F 4 F
4
Ceq  F
3
Muatan pada masing-masing keping kapasitor ekivalennya adalah:
Q = CeqV = (3/4 μF)(18 V0 = 24 x 10-6 C

Beda potensial di seberang kapasitir 2 μF adalah:


Q 24 F
V1    12 V
C1 2 C
Beda potensial di seberangkapasitor 4 μF adalah:
Q 24 F
V2   6V
C1 4 C
Perhatikan bahwa jumlah semua beda potensial adalah 18 V

43
Soal-soal Tambahan

1. (a) Jika sebuah kapasitor keping paralel memiliki jarak pemisah 0,15 mm,
berapakah luas kapasitor tersebut agar kapasitansinya 1 F? (b) jika keping
berbentuk bujur sangkar berapakah panjang sisinya?
2. Sebuah kapasitor keping paralel memilki kapasitansi 2 μF dan jarak pemisah
1,6 mm. (a) Berapakah beda poensial maksimum diantara keping-keping
tersebut agar kerusakan dielektrik udara di antara kedua keping ini tidak
terjadi? (Emaks = 3 MV/m) (b) Berapa muatan yang tersimpan pada beda
potensial maksimum ini?
3. Sebuah kapasitor keping paralel memiliki muatan 40 μC. Beda potensial di
seberang keping-keping ini adalah 500 V. Berapakah kapasitansinya?
4. Kabel koaksial antara dua kota memiliki jari-jari 0,8 mm dan jari-jari luar 6
mm. panjangnya 8 x 105 m. Perlakukan kabel ini sebagai kapasitor silendris
dan hitung kapasitansinya
5. Sebuah kapasitor keping paralel dibuat dengan menempatkan polietilen (K =
2,3) di antara dua lembaran aluminium foil. Luas setiap lembaran tersebut
adalah 400 cm2, dan tebal polietilen adalah 0,3 mm. carilah kapasitansinya
6. Permitivitas intan adalah 1,46 x 10-12 C2/Nm2. jika intan itu disimpan pada
kondensator pelat yang mempunyai kapasitansi 25 F. berapakah
kapasitansinya sekarang?
7. (a) Kapasitor 3 μF dimuati pada 100 V. berapa banyak energi yang tersimpan
di dalam kapasitor tersebut? (b) berapa energi tambahan yang diperlukan
untuk memuati kapasitor hingga 200 V?
8. Kapasitor pelat 100 μF dengan medium udara dihubungkan pada sumber 24 V
dan kemudian dilepas. (a) Berapakah muatan dan beda tegangan kapasitor? (b)
jika medium diganti Teflon (K = 2,1) berapakah muatan dan beda
tegangannya?
9. Carilah energi per volume satuan di dalam suatu medan listrik yang besarnya
sama dengan kekuatan dielektrik di udara (3 MV/m)
10. Tiga buah kapasitor masing-masing 2 μF, 3 μF dan 4 μF. Berapakah
kapasitansi ekivalennya jika (a) terangkai seri, dan (b) terangkai paralel.

44
11. (a) Berapakah kapasitansi ekivalen kombinasi kapasitor di bawah ini jika
masing-masing kapasitor mempunyai kapasitansi 3 μF? (b) berapa energi yang
tersimpan di dalamnya jika rangkaian terhubung pada sumber tegangan 120
V?

C1 C2

C5 C3

C4

12. Dua kapasitor 3 μF dan 6 μF dihubungkan seri dan dipasangkan dengan


tegangan 2400 V.
a. Hitunglah muatan pada tiap-tiap kapasitor
b. Kapasitor yang telah bermuatan itu dilepas dari rangkaian semula dan
dihubugkan lagi untuk ujung-ujung yang sama, positif dengan positif dan
negative dengan negative hitunglah muatan dan energi yang tersimpan
pada rangkaian akhir ini

45
MODUL 4 ARUS LISTRIK

Pendahuluan

Dalam konduktor logam terdapat elektron-elektron yang bebas dan mudah untuk
bergerak sedangkan pada konduktor elektrolit, muatan bebasnya berupa ion-ion
positif dan negatif yang juga mudah bergerak.
Bila dalam sebuah konduktor terdapat medan listrik, maka muatan-muatan
tersebut akan bergerak dan gerakan dari muatan-muatan ini yang dinamakan arus
listrik. Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan dari
pergerakan elektron-elektron, mengalir melalui suatu titik dalam sirkuit listrik tiap
satuan waktu. Arus listrik dapat diukur dalam satuan Coulomb/detik atau Ampere.
Contoh arus listrik dalam kehidupan sehari-hari berkisar dari yang sangat lemah
dalam satuan mikroAmpere ( ) seperti di dalam jaringan tubuh hingga arus
yang sangat kuat 1-200 kiloAmpere (kA) seperti yang terjadi pada petir. Dalam
kebanyakan sirkuit arus searah dapat diasumsikan resistansi terhadap arus listrik
adalah konstan sehingga besar arus yang mengalir dalam sirkuit bergantung pada
tegangan dan resistansi sesuai dengan hukum Ohm.

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menghitung kuat arus pada sebuah penghantar dalam rangkaian sederhana
2. Menghitung jumlah muatan yang melalui penampang penghantar dalam waktu
tertentu
3. Menghitung kecepatan aliran gerak partikel arus listrik
4. Menghitung resistansi dengan cara menggunakan hukum ohm
5. Membandingkan harga resistansi dari penghantar yang bahannya sama tetapi
ukurannya berbeda
6. Menenetukan resistansi ekivalen dari resistor yang disusun seri dan paralel

46
Prasyarat
Agar dapat mempelajari modul ini dengan baik anda diharuskan telah memahami
konsep mengapa muatan listrik dapat bergerak, konsep potensial listrik dan
memahami konsep resistansi pada suatu bahan.

4.1 Arus dan Gerak Muatan

Ketika kita menyalakan sebuah lampu, kita menghubungkan filamen kawat dalam
bola lampu ke suatu beda potensial yang menyebabkan muatan listrik mengalir
pada kawat. Aliran muatan listrik merupakan arus listrik .
Arus listrik didefinisikan sebagi laju aliran muatan listrik yang melalui
suatu penampang lintang. Gambar 4.1 memperlihatkan segmen kawat pembawa
arus, di mana pembawa muatan bergerak dengan kecepatan rata-rata kecil. Jika
ΔQ adalah muatan yang mengalir melalui penampang A dalam waktu Δt, arus
adalah:
Q dQ
I 
t dt
Satuan SI untuk arus adalah: Ampere (A)
1 A = 1 C/s
Arus listrik selalu bergerak dari terminal positif ke terminal negatif. Gerak dari
elektron-elektron bermuatan negatif dalam satu arah ekivalen dengan
aliran muatan positif yang arah geraknya berlawanan.

q q
q A q

Gambar 4.1 segmen dari sebuah kawat penghantar arus.

Kita perhatikan Gambar 4.1, gambar ini menunjukkan sebuah penghantar


dengan luas penampang A dilalui arus i. Bila jumlah pembawa muatan setiap
satuan volume adalah n dan pembawa muatan itu elektron yang bermuatan e maka
kerapatan muatan bebas tersebut adalah ne. jika laju gerak elektron rata-rata v,

47
dalam selang waktu dt elektron akan menempuh jarak v dt. Jumlah muatan yang
melalui volume kawat penghantar tersebut adalah:
dQ = rapat muatan x volume
dQ = ne v A dt.
Jika persamaan di atas disubstitusikan ke dalam peramaan I = dQ/dt, maka
persamaan kuat arus menjadi
I=nevA

4.2 Rapat Arus Listrik

Rapat arus adalah aliran muatan pada suatu luas penampang tertentu di suatu titik
penghantar. Arus listrik yang mengalir dalam suatu penghantar akan menetukan
rapat arus pada penampang dilaluinya. Rapat arus didefinisikan sebagai kuat arus
persatuan luas.
Dalam SI, rapat arus memiliki satuan Ampere per meter persegi (A/m2).

di mana adalah arus pada penghantar, vektor J adalah rapat arus yang memiliki
arah sama dengan kecepatan gerak muatan jika muatannya positif dan berlawan
arah jika muatannya negatif, dan dA adalah vektor luas elemen yang tegak lurus
terhadap elemen. Jika arus listrik seragam sepanjang permukaan dan sejajar
dengan dA maka J juga seragam dan sejajar terhadap dA sehingga persamaan
menjadi:

maka

di mana adalah luas penampang total dan adalah rapat arus dalam satuan
A/m2.
Hubungan antara rapat arus, kuat medan listrik dan konstanta dielektrik bahan
konduktor dinyatakan dalam persamaan berikut ini:

48
J=KE
Dengan
J = kerapatan arus = I/A (A/m2)
E = kuat medan listrik (N/C)
K = konstanta yang bergantung pada bahan konduktor yang bersangkutan

Bila K besar berarti arus mudah mengalir dan bila K kecil berarti arus sukar
mengalir. Oleh karena itu K disebut sebagai konduktivitas listrik dari bahan
(A/V.m).
Bila panjang kawat L, luas penampang A dialiri arus I, hubungan antara kuat arus
dan beda potensial dijelaskan oleh:
L
V I
KA
Dalam hal ini 1/K disebut juga resistivitas bahan dan (S) dan L/(KA) = S L/A
disebut sebagai resistansi kawat (V/A = ohm)

4.3 Resistansi dan Hukum Ohm

Gambar 4.2 memperlihatkan suatu segmen kawat dengan panjang ΔL dan


penampang lintang A yang membawa arus I. karena arah medan listrik dari daerah
potensial lebih tinggi ke daerah potensial lebih rendah, potensial titik a lebih besar
dari pada poensial titik b. Asumsi bahwa ΔL cukup kecil sehingga kita bisa
menganggap medan listrik yang melitasi segmen adalah konstan, beda potensial
antara titik a dan b adalah:
V = Va – Vb = EΔL

Va L Vb
a b
A

Gambar 4.2 Suatu segmen kawat yang membawa arus I. beda potensial
dihubungkan dengan medan listrik oleh Va – Vb = EΔL

49
Untuk kebanyakan material,
“Arus dalam suatu segmen kawat sebanding dengan beda potensial yang
melintasi segmen”
Hasil eksperimen ini dikenal dengan Hukum ohm. Konstanta
kesebandingannya ditulis 1/R di mana R disebut resistansi:

1
I   V
R
Atau
V
R
I
Persamaan di atas memberikan suatu definisi umum dari resistansi antara dua titik
ditinjau dari penurunan tegangan V antara dua titik
Satuan SI untuk resistansi adalah volt per meter disebut dengan Ohm (Ω):

1 Ω = 1 V/A

Resistansi pada suatu penghantar bergantung pada panjang, luas penampang


lintang, tipe material dan temperatur. Untuk material-material yang mematuhi
hukum Ohm resistansi tidak bergantung pada arus, material seperti ini seperti
pada kebanyakan logam, disebut material ohmik. Untuk material ohmik, tegangan
jatuh pada suatu segmen sebanding dengan arus:

V = IR R adalah konstan

Resistansi kawat penghantar diketahui sebanding dengan panjang kawat dan


berbanding terbalik dengan luas penampang lintang:

L
R
A

Konstanta kesebandingan ρ disebut resistivitas material penghantar. Satuan


resistivitas adalah ohm meter (Ω.m)

50
Kadang kala kita menyebut kawat sebagai konduktor, dan disaat lain kita
menyebutnya resistor, tergantung pada sifat yang akan kita tekankan. Kebalikan
dari resistivitas disebut dengan konduktivitas σ.

1 L
 R
 Maka A

Resistivitas dan konduktivitas suatu logam bergantung pada temperatur.

4.4 Energi dalam Rangkaian Listrik

Ketika arus listrik berada dalam konduktor, energi listrik secara kontinu diubah
menjadi energi panas di dalam konduktor. Medan listrik di dalam konduktor
mempercepat gerakan setiap elektron bebas untuk waktu yang singkat, membuat
suatu peningkatan energi kinetic, tapi energi tambahan ini secara cepat ditransfer
menjadi termal konduktor melalui tumbukan-tumbukan antara elektron dan ion-
ion kisi konduktor. Jadi meskipun elektron terus menerus mendapatkan energi
dari medan listrik, energi ini segera ditransfer menjadi energi termal konduktor,
dan lektron-elektron mempertahankan suatu kecepatan drift yang konstan.
Jika kehilangan energi per satuan waktu adalah daya P yang didisipasikan pada
segmen penghantar, maka besarnya daya adalah:

P = IV

Jika I dalam ampere dan V dalam volt, satuan SI untuk daya adalah watt (W).
pernyataan untuk daya listrik ini dapat diingat dengan mengingat definisi V dan I.
Tegangan jatuh adalah menurunnya energi potensial per satuan muatan, dan arus
adalah muatan yang mengalir per satuan waktu. Hasil kali IV adalah hilangnya
energi persatuan waktu atau daya yang diberikan ke konduktor. Daya akan
memberikan energi termal pada konduktor.
Dengan menggunakan definisi resistansi, R = V/I. persamaan lain untuk daya
dapat ditulis sebagai berikut:
P = (IR)I = I2R

51
V V2
P V 
R R

4.5 Kombinasi Resistor

a. Resistor seri
Dua buah resistor atau lebih yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga muatan
yang sama harus mengalir melalui keduanya dikatakan bahwa resistor itu
terhubung secara seri.

I
a b c a c

R1 Req =R1 +R2


R2

Gambar 4.3 Dua resistor disusun seri membawa arus yang sama.

Gambar 4.3 merupakan kombinasi resistor yag terangkai seri. Jika suatu muatan
ΔQ mengalir ke R1 selama interval waktu tertentu, sejumlah muatan ΔQ harus
mengalir ke luar R2 selama interval yang sama. Tegangan jatuh pada R1 adalah
IR1 dan tegangan jatuh pada R2 adalah IR2. Tegangan jatuh pada kedua resistor
adalah jumlah tegagan jatuh pada masing-masing resistor:

V = IR1 + IR2 = I(R1 + R2)

Resistansi ekivalen Req untuk resistor yang tersusun seri adalah:

Req = R1 + R2 + R3 + …+Rn

Susunan seri dari beberapa kapasitor berguna untuk meningkatkan resistansinya

b. Resistor parallel
I R1

I I
a b

I R2

Gambar 4.4 Dua resistor tersusun paralel

52
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa kedua resistor dihubungkan pada kedua
ujungnya dengan sebuah kawat. Misalkan I adalah arus di titik a ke b. pada titik a
arus terpecah menjadi dua bagian I dalam resistor R1 dan I dalam resistor R2. Arus
total adalah jumlah arus-arus tadi:

I = I1 + I 2 Maka, V =I1R1 + I2R2

Resistansi ekivalen dari kombinasiresistor parallel didefinisikan sebagai :

V
Req 
I

Dengan pemecahan persamaan untuk I, dan dapat ditulis:

V V V
I  
Req R1 R2

Resistansi ekivalen untuk dua resistor paraleldengan demikian dapat ditulis:

1 1 1
 
Req R1 R2

Resistansi ekivalen untuk tiga buah resistor atau lebih adalah:

1 1 1 1
   
Req R1 R2 R3

Rangkuman

1. Arus listrik adalah laju perubahan muatan terhadap waktu


I = dQ/dt
2. kuat arus pada sebuah penghantar keeping sebanding dengan kecepatan rata-
rata pembawa mutannya
I=neVA
3. Rapat arus tidakbergantung pada luas penampang penghantar. Rapat arus
sama dengan konstanta bahan konduktor dikali dengan kuat medannya

53
J=KE
4. Resistansi suatu kawat sebanding dengan panjangnya dan berbanding terbalik
dengan luas penampang lintangnya
L
R
A
Di mana ρ adalah resistivitas material, yang bergantung pada temperature.
Kebalikan dari resistivitas adalah konduktivitas.
1
 

5. Daya yang diberikan ke suatu segmen rangkaian adalah:
P = IV
Daya yang didisipasikan dalam resistor diberikan oleh:

V2
P  IV  I 2 R 
R
6. Resistansi ekivalen sekumpulan resistor yang diseri adalah:
Req = R1 + R2 + R3 + ...+ Rn
Resistansi sekumpulan resistor yang tersusun parallel adalah:
1 1 1 1
   
Req R1 R2 R3

Soal-soal dan penyelesaian

1. Arus tetap 0,5 A mengaliri kawat. Berapakah muatan yang mengalir dalam
kawat itu setiap menit?
Jawab:
Karena I = Q/t, maka Q = I.t = (0,5 A)(60 s) = 30 C

2. Andaikan pada kehidupan sehari-hari diperoleh kawat tembaga yang luas


penampangnya 10 mm2 dilalui arus 2 A. Hitunglah kelajuan rata-rata (drift
velocity) elektronnya
Jawab:

54
Setiap atom tembaga memberikan 2 elektron bebas (valensi 2) dan berat atom
tembaga 63,5 sedangkan rapat massanya 9 gr/cm3, maka setiap cm3 tembaga
mengandung 9/65,3 x 6,02 x 1023 atom. Dengan demikian setiap volume
tembaga mempunyai elektron sebanyak :

n = 2 x 9/63,5 x 6,02 x 1023 x 106


n = 1,55 x 1029

maka kelajuan rata-rata elektronnya adalah:

I 2
V 
  
neA 1,55 x10 1,6 x1019 10 x10 6
29

V  8 x10 5 m / s

3. Berapakah rapat arus kawat tembaga pada soal no 2?


Jawab:
I
J
A
2
J   5 A / m2  2 x105 A / m
10

4. Suatu kawat nikrom (resistivitas 10-6Ω.m) memiliki jari-jari 0,65 mm.


berapakah panjang kawat yang dibutuhkan untuk memperoleh resistansi 2,0
Ω?

Jawab:
Luas penampang kawat ini adalah
A = πr2 = (4,14)(6,5 x 10-4 m)2 = 1,33 x 10-6 m2
panjang kawat yang dibutuhkan adalah

RA 21,33x106 m2 
L   2,66 m
 10 6 .m

5. hitunglah ρ/A dalam ohm per meter untuk kawat tembaga gauge-14 yang
berdiameter d = 1,63 mm.

55
Jawab
Resistivitas tembaga ρ = 1,7 x 10-8 Ωm
Luas penampang lintang kawat tembaga gauge-14 adalah:

d 2  0,00163
A   2,1x10 6 m2
4 4
Sehingga

 1,7 x108 m
 6 2
 8,1x103  / m
A 2,1x10 m

6. Asumsi medan listrik seragam, cari besarnya medan listrik dalam kawat
tembaga gauge – 14 membawa arus 1 A.
Jawab:
Menurut contoh 3. resistansi kawat tembaga gauge-14 sepanjang 1 m adalah
8,1 x 10-3 Ω. dari hukum ohm, tegangan jatug pada kawat 1 m ini adalah:
V = IR = (1 A)(8,1 x 10-3 Ω) = 8,1 x 10-3 V
Jadi medan listriknya adalah:

V 8,1x103 V
E   8,1x10 3V / m
L 1m
7. Resistor 12 Ω membawa muatan 3 A. berapa daya yang didisipasi dalam
resistor ini?
Jawab:
Karena kita hanya mengetahui arus dan resistansi, namun bukan tegangan
jatuh. Persamaan yang paling sesuai untuk menghitung daya adalah:
P = I2R = (3 A)2 (12 Ω) = 108 W
Menggunakan cara lain untuk menghitung daya yaitu dengan menghitung
tegangan jatuh pada resistor terlebih dahulu;
V = IR = (3 A)(12 Ω) = 36 V
Maka dayanya adalah:
P = IV = (3 A)(36 V) = 108 W
8. Pada kompor pemanas yang menggunakan coil tertulis 60 W, 120 V.
Tentukan:

56
a. Hambatan coil yang digunakan
b. Arus pada saat kompor digunakan
c. Panas yang ditimbulkan tiap detik
Jawab:
a. Hambatan coil adalah:

V2
R
P

R
120
2

60
R  240 
b. Arus pada saat kompor digunakan adalah:
P 60 W
I   0,5 A
V 120 V
c. Panas yang ditimbulkan tiap detik adalah:
Gunaan kesetaraan antara energi listrik dan energi panas
1 cal = 0,24 J
P = 60 watt = 60 Joule/detik
1 cal
 60 J x
0,24 J
 250 cal

9. Resistor 4 Ω dan 6 Ω disusun parallel seperti tampak pada gambar 6.7. dan
dikenakan beda potensial 12 V pada kombinasi tersebut. Carilah:
a. Resistansi ekivalen
b. Arus total
c. Arus pada masing-masing resistor
d. Daya yang didisipasi oleh masing-masing resistor
I I1

12 V I2 4 6

Gambar 4.6 dua resistor disusun secar parallel pada suatu beda potensial 12 V
Jawab:

57
a. Resistansi ekivalen dari kombinasi resistor pada gambar 4.6 adalah:
1 1 1
 
Req R1 R2
1 1 1 3 2 5
    
Req 4  6  12  12  12 
12 
Req   2,4 
5
b. Arus totalnya adalah:
V 12 V
I  5 A
Req 2,4 
c. Kita peroleh arus pada masing-masing resistor dari fakta bahwa tegangan
jatuhnya adalah 12 V pada masing-masing resistor.
V = I1R1
I1 (4 Ω) = 12 V
12 V
I1  3 A
4
12 V
I2  2A
6

d. Daya yang didisipasikan dalam resistor 4 Ω adalah:


P = I12R1 = (3 A)2(4 Ω) = 36 W
Daya yang didisipasikan dalam resistor 6 Ω adalah:
P = I22R2 = (2 A)2(6 Ω) = 24 W
Daya ini berasal dari sumber ggl yang menjaga beda potensial 12 V pada
kombinasi resistor. Daya yang dibutuhkan untuk mengalir 5 A pada 12 V
adalah
P = IV = (5 A)(12 V) = 60 W
Yang sama dengan daya total yang didisipasikan dalam kedua resistor

10. Tentukan resistansi ekivalen antara titik a dan b untuk kombinasi resistor yang
ditunjukkan oleh gambar 4.7

58
24 

a 4 b
5

12 

Gambar 4.7 Jaringan resistor untuk contoh 10


Jawab:
Langkah pertama adalah menghitungresistansi ekivalen untuk kombinasi
kapasitor 4 Ω dan 6 Ω yang tersusun parallel:
1 1 1 4 1
   
Req 4  6  12  3 
Req  3 
24 

a b
5 3

Gambar 4.8 Penyederhanaan jaringan resistor pada Gambar 4.7


Karena resistor 5 Ω ini seri dengan resistor 3 Ω, resistor ekivalen cabang
bawah kombinasiini adalah:
Req = 5 Ω + 3 Ω = 8 Ω.
24 

a b
8

Gambar 4.9 Penyederhanaan jaringan resistor pada Gambar 4.8 (resistor 24 Ω


dan 8 Ω tersusun parallel)
Kini tinggal resistor 8 Ω yang paralel dengan resistor 24 Ω. Resistansi
ekivalen total dari jaringan resistor ini adalah:

59
1 1 1 4 1
   
Req 24  8  24  6 
Req  6 
Jadi resistansi ekivalen antara titik a dan b adalah 6 Ω

Soal-soal Tambahan

1. Sebuah kawat dialiri arus konstan 2 A (a) berapa banyak muatan mengalir
melalui luasan penampang melintangkawat selama 5,0 menit? (b) berapa
banyak electron yang mengalir dalam waktu tersebut?
2. Berapa jumlah electron melalui lampu pijar kalau arus dalam lampu 0,75A?
3. sebuah alat baker roi bekerja pada 120 V dan memiliki hambatan 8 Ω.
Berapakah arus di dalamnya?
4. Suatu kawat dengan dengan resistansi 3 Ω membawa arus 1,5 A. berapakah
tegangan jatuh pada kawat?
5. Sebuah kawattembaga 10-gauge dialiri arus 20 A. dengan asumsi satu electron
bebas per atom tembaga, hitung kecepatan drift electron.
6. Sebuah kawat sepanjang 10 m beresistansi 0,2 Ω dialiri arus 5 A. (a)
berapakah besarnya medan listrik dalam kawat?
7. sebuah batang karbon dengan jari-jari 0,1 mm digunakan untuk membuat
suatu resistor. Resistivitas material ini sebesar 3,5 x 10-5 Ωm. Berapakah
panjang batang karbon untuk membuat resistor 10 Ω
8. Berapakah panjang kawat tembaga 14-gauge yang mempunyai resistansi 2 Ω?
9. Berapakah daya yang didisipasikan dalam sebuah resistor 10 Ω jika beda
potensial sebesar 50 V?
10. tentukan daya yang didisipasikan dalam resistor yang dihubungkan ke beda
potensial konstan sebesar 120 V jika resistansinya (a) 5 Ω dan (b) 10 Ω
11. (a) Berapakah resistansi ekivalen antara titik a dan b dalam gambar di bawah
ini? (b) jika tegangan jatuh antara a dan b adalah 12 V, berapa arus dalam
masing-masing resistor

60
4

3
a b
8

12. Ulangi soal 11 untuk rangkaian resistor di bawah ini.


4 6

a 3 b
6

8

61
MODUL 5 MEDAN MAGNETIK

Pendahuluan

Sumber magnet yang paling awal dikenal adalah magnet permanen. Namun
Oested, Biot-Savart dan Ampere melalui penelitian yang dilakukan secara terpisah
telah menemukan bahwa arus listrik juga dapat menghasilkan medan magnetik.
Tahun 1819 Hans Christian Oersted menemukan bahwa jarum kompas dibelokkan
oleh suatu kawat berarus. Kemudian tahun 1920an Jean-Baptiste Biot dan Felix
Savart melakukan eksperimen untuk menentukan gaya yang bekerja pada kompas
oleh suatu kawat berarus dan menganalisis hasil penemuan terhadap besaran
medan magnetik yang dihasilkan oleh elemen arus. Marie Ampere memperluas
percobaan dan menunjukkan bahwa elemen arus juga mengalami gaya ketika
berada dalam medan magnetik dan bahwa dua arus akan saling memberikan gaya.
Dalam bab ini disajikan materi tentang medan magnetik akibat arus listrik, hukum
Ampere, induksi magnetik disekitar seenoida dan teroida.

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu:
1. Dapat menggunakan hukum Biot_Savart untuk menentukan medan magnetik
di sekitar kawat berarus
2. Dapat menggunakan Hukum Ampere untuk menentukan medan magnetik
disekitar kawat lurus, selenoidaa dan teroida

Prasyarat
Agar dapat mempelajari modul ini dengan baik, anda harus memahami konsep
vektor dan analisa vektor, memahami tentang medan listrik, potensial listrik,
kapasitansi, arus dan hambatan

62
5.1 Medan Magnetik dari Muatan Titik yang Bergerak

Apabila muatan titik q bergerak dengan kecepatan v, muatan ini akan


menghasilkan medan magnetik B dalam ruang yang diberikan oleh
 0 qv  rˆ
B
4 r 2
Dengan r̂ merupakan vektor satuan yang mengarah dari muatan q ke titik medan
P (Gambar 5.1) dan μ0 merupakan konstanta kesebandingan yang disebut
permeabilitas ruang hampa (μ0 = 4π x 10-7 T.m/A)

v
θ P
XB ke arah dalam
r

Gambar 5.1. Muatan titik q yang bergerak dengan kecepatan v menghasilkan
medan magnetik B pada titik medan P

5.2 Medan Magnetik oleh Arus Listrik

Percobaan yang dilakukan Oersted mengamati jarum kompas yang diletakkan


di bawah kawat yang dilalui arus listrik. Hasil percobaan diperlihatkan
pada Gambar 5.2

(a) (b) (c)


Gambar 5.2 Pengaruh arus listrik terhadap penunjukan arah jarum kompas

Gambar 5.2.(a) memperlihatkan posisi jarum kompas ketika tidak dialiri arus,
jarum kompas menunjuk arah utara. Selanjutnya jarum kompas dialiri arus ke arah
utara seperti diperlihatkan pada Gambar 5.2.(b), akibatnya penunjukan

63
jarum menyimpang ke arah timur. Apabila jarus kompas dialiri arus ke arah
selatan maka penunjukan jarum menyimpang ke arah barat (Gambar 5.2. (c).)

5.3 Hukum Biot-Savart

Hukum Biot-Savart mempunyai kemiripan dengan hukum Coulomb untuk


menentukan medan listrik. Sedangkan hukum Ampere mempunyai kemiripan
dengan hukum Gauss (untuk menentukan medan listrik).

J. B. Biot dan F. Savart menemukan bahwa konduktor yang mengalirkan


arus steady menimbulkan gaya pada magnet. Dari hasil percobaan mereka
menemukan besar medan magnet dB pada suatu titik yang disebabkan oleh
elemen arus steady ds.


dl
I
r
P

Gambar 5.3. Kawat yang dialiri arus



Medan magnet di titik P akibat elemen dl adalah:


 dl  rˆ
dB  0
4 r 2

Persamaan di atas dikenal sebagai Hukum Biot-Savart. r̂ adalah vektor satuan



dalam arah r yaitu vektor posisi titik P dari elemen dl dan k adalah tetapan
yang besarnya bergantung pada medium tempat sistem berada. μ0 adalah
permeabilitas ruang hampa ( 4π x 10-7 N/A2)
Medan magnetik tegak lurus terhadap elemen arus maupun terhadap vektor r̂
dan elemen arus ke titik medan tersbut. Mdan magnet total vektor B pada suatu

64
titik karena konduktor dengan ukuran tertentu dinyatakan oleh:

⃗⃗⃗⃗⃗ 𝑥 𝑟⃗
⃗⃗ = 𝜇0 𝐼 ∫
𝐵
𝑑𝑠
4𝜋 𝑅2

5.3.1 Induksi Magnet Oleh Kawat Lurus Berarus

Hubungan antara besarnya arus listrik dan medan magnet dinyatakan oleh Biot
Savart, yang kemudian dikenal dengan Hukum Biot-Savart.

Gambar 5.4. Medan magnetik di sekitar kawat lurus berarusng lurus dengan

Besarnya arus I dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Arah medan
magnet tersebut tegak lurus dengan bidang yang melalui elemen arus dari titik P
Induksi magnet di P oleh kawat lurus berarus akibat senbarang segmen
kawatyang dinyatakan dalam jarrak tegak lurus a dan sudut yang diperpanjang ke
bawah sampai ujung kawat tersebut dan dinyatakan dalam persamaan:
0 I
B cos1  cos 2 
2 a
Induksi magnet di titik P oleh kawat panjang tak berhingga adalah:
0 I
B
2 a
Persamaan di atas diperoleh oleh Biot dan Savart melalui eksperimennya pada
tahun 1820

65
5.3.2 Induksi Magnetik di Sekitar Kawat Melingkar

Pada sebuah kawat berarus melingkar akan ada induksi magnet yang
arahnya seperti diperlihatkan pada Gambar 5.5. Pada Gambar 5.5 tampak
bahwa pada tepi kawat arah induksinya melingkari kawat dan makin ke
tengah radius lingkarannya semakin besar. semakin besar radius kawat
berarus maka radius arah induksi magnet dipusat lingkaran juga
semakin besar

I dl


R
dB
z

(a) (b)
Gambar 5.5 (a) Arah induksi magnet oleh kawat melingkar berarus, (b) Elemen
arus untuk menghitung medan magnetik di pusat simpal arus
melingkar

Medan magnetik akibat arus melingkar diperoleh dengan mengintegralkan untuk


seluruuh elemen arus dalam simpalnya. Secara matematis dapat di tulis dengan:
0 1
B   dB 
4 R 
dl

 dl = 2πR, medan magneik akibat simpal keseluruhan dengan demikian adalah


0 I
B
2R
Gambar 5.6 menunjukkan geometri untuk mengghitung medan magnetik di suatu
titik pada sumbu simpal arus melingkar yang berjarak x dari pusatnya.

66
Gambar 5.5. Geometri untuk menghitung medan magnetik di suatu titik
pada sumbu simpal arus melingkar.

Kuat medan magnetik di titik P yang berjarak x dari pusat simpal dinyatakan oleh
persamaan:

0 2R 2 I
Bx 
4 ( x 2  R 2 ) 3 / 2
Pada jarak yang sangat jauh dari simpalnya, x jauh lebih besar dari pada R,
sehingga
(x2 + R2)3/2  (x2)3/2 = x3. maka,

 0 2 IR 2  0 2m
Bx  Bx 
4 x 3 atau 4 x 3
Dengan m = IπR2 merupakan besar momen magnetik simpalnya.

5.4 Definisi Ampere

“ Jika dua kawat sejajar yang sangat panjang yang terpisah sejauh satu meter
menyalurkan arus yang sama, arus dalam setiap kawat didefinisikan satu ampere
apabila gaya per panjang satuan pada setiap kawat adalah 2 x 10-7 N/m”.
Definisi ampere memungkinkan pengukuran satuan arus dengan pengukuran
mekanis. Namun pada prakteknya digunakan arus pada kondisi dua kawat
berjarak kurang dari 1 meter agar kawatnya tidak perlu demikian panjang dan
gayanya cukup besar untuk dapat diukur secara teliti.

67
R
B1
I2
I1
F2

Gambar 5. 7 Dua kawat lurus panjang menyalurkan arus sjajar

Gambar di atas menunjukkan dua kawat panjang, sejajar menyalurkan arus dalam
arah yang sama. Medan magnetik B1 akibat arus I1 adalah tegak lurus terhadap
segmen kawat. Dua arus yang searah akan mengalami gaya tarik menarik dan jika
salah satu arus dibalik, gayanya akan berlawanan. Besar gaya F2 diberikan oleh:

F2 = I2Δl2B1

Jika jarak R antara kedua kawat jauh lebih kecil dibandingkan dengan
panjangnya, maka besarnya gaya adalah:

 0 I1
F2  I 2 l 2
2R
Gaya per satuan panjang ialah:

F2  II  II
 0 1 2 2 0 1 2
l 2 2 R 4 R

5.5 Hukum Ampere

Dalam modul medan listrik kita telah mempelajari hukum Gauss, yang
menghubungkan komponen normal medan listrik yang dijumlahkan terhadap
suatu permukaan tertutup di dekat muatan total di dalam permukaan tersebut.
Terdapat kesamaan yang analog untuk medan magnetik yang disebut hukum
Ampere yang menghubungkan komponen tangensial B yang dijumlah pada

68
seluruh kurva tertutup C dengan arus IC yang melintasi kurva tersebut. Dalam
bentuk matematis, hukum ampere ialah

 B  dl   I
0 C

Dengan IC merupakan arus menembus luasan yang dibatasi oleh kurva C tadi.
Hukum ampere berlaku untuk sembarang kurva C asalkan arusnya kontinu dan
kurva C dalam keadaan dengan derajat kesimetrian yang tinggi.
Penggunaan hukum Ampere yang paling sederhana adalah untuk mencari medan
magnetik dari kawat lurus yang dialiri arus dan panjangnya terhingga.

5.5.1 Induksi magnetik disekitar kawat lurus

Penggunaan paling sederhana hukum Ampere adalah untuk menghitung medan


magnetik di sekitar kawat yang menyalukan arus dengan panjang tak hingga dan
lurus.

Ic

Gambar 5.8 Geometri untuk menghitung medan magnetik kawat panjnag lurus

Kita mengasumsikan bahwa medan listrik menyinggung lingkaran dan sama pada
sembarang titik pada lingkaran tersebut. Hukum ampere dengan demikian
memberikan:

 B  dl   I
0 C

Integral dl di seluruh lingkaran adala 2πr, dengan demikian kita peroleh:

69
B(2r )   0 I
0 I
B
2r

5.5.2 Medan Magnetik Akibat Adanya arus dalam Selenoida

Selenoida merupakan kawat yang digulung rapat menjadi heliks lilitan rapat,
selenoida adalah gabungan banyak kawat melingkar (loop melingkar). Selenoida
digunakan untuk menghasilkan medan magnetik kuat dan seragam di dalam
daerah yang dikelilingi oleh simpalnya. Garis medan di dalam kumparan hampir
paralel, terdistribusi secara uniform dan berdekatan. Medan diluar selenoida non
uniform dan lemah. Jika lilitan rapat dan panjang maka smakin unifurm medan di
dalamnya. Selenoida ideal jika lilitan kawatnya rapat dan panjang selenoida jauh
lebih besar dibandingkan radiusnya

Ganbar 5. 7. Penampang selenoida.

Solenoida dengan jumlah ilitan N, panjangnya l, jumlah lilitan pesatuan


panjang n= N/ l, jika dialiri arus sebesar I, maka besarnya medan magnetik
ditengan-tengah solenoid yang panjang tak berhingga adalah:

B = μ0nI

Induksi magnetik di suatu titik di salah satu ujung selenoida yang panjangnya jauh
lebih besar dari pada jari-jari selenoida diberikan oleh persamaan:

B  12  0 nI

70
5.5.3 Induksi magnet oleh Toroida.

Suatu toroida adalah bangun berbentuk seperti ban yang dililiti dengan kawat
sedemikian hingga tiap lilitan berbentuk lingkaran seperti diperlihatkan dalam
Gambar 5.9. Toroida dianggap seperti solenoida sangat panjang yang
dilengkungkan sehingga ujung-ujungnya berimpit, sehingga induksi magnet
oleh toroida dapat diperoleh dari persamaan:

 B.dl  B 2r   I   0 NI
0 c
Atau
 o NI
B ar b
2r
a adalah jari-jari luar dan b jari-jari luar toroida. Arus toatal yang melalui
lingkaran berjari-jari r untuk a  r  b adalah NI.
Jika r lebih kecil dari pada a, maka tidak arus yang melewati lingkaran
tersebut dan jika r lebih besar dari b maka arus total yang melaewati lingkaran
berjari-jari r adalah nol.

Gambar 5.8 Toroida

Rangkuman

1. Apabila muatan titik q bergerak dengan kecepatan v, muatan ini akan


menghasilkan medan magnetik B dalam ruang yang diberikan oleh
 0 qv  rˆ
B
4 r 2
2. Induksi magnet di titik P oleh kawat panjang tak berhingga adalah:

71
0 I
B
2 a
3. Medan magnetik akibat arus melingkar diperoleh:
0 I
B
2R
4. Kuat medan magnetik di titik P yang berjarak x dari pusat simpal dinyatakan
oleh persamaan:

0 2R 2 I
Bx 
4 ( x 2  R 2 ) 3 / 2
5. Medan magnetik ditengan-tengah solenoid yang panjang tak berhingga
adalah:
B = μ0nI
6. Medan magnetik pada toroida diberikan oleh persamaan
 o NI
B ar b
2r

Soal-soal dan penyelesaian

1. Dua buah kawat sejajar terpisah sejauh 10 cm, keduanya dialiri arus sebesar 8
Ampere dengan arah sama. Berapakah medan magnit ditenga-tengan antara
kedua kawat?
Jawaban:
Medan magnit ditengah-tengah kawat B = 0, Karena medan yang ditimbulkan
oleh masing-masing arus sama besar dan berawanan arah
2. Berapakah medan magnetik pada soal nomor 1 jika kedua kawat berlawanan
arah?
Jawaban:
Besarnya medan magnetik masing-masing kawat adalah:

 0 I 4 .10 7 8 A
B   32.10 6 T
2r 2 .5.10 2

Karena arus pada kawat berlawanan arah, maka medan magnetik saling
memperkuat, sehingga medan magnetik totalnya adalah:

72
2B = 2 x 32 . 10-6 = 64 . 10-6 T
3. Sebuah selenoidaa mempunyai panjang 20 cm, jumlah lilitan sebanyak 200
lilitan. Arus pada selenoida tersebut 5 A. berapakah induksi magnetik di
tengah dan di ujung sumbu selenoida?
Jawaban:
B di tengah-tengan sumbu selenoida adalah:
B = μ0 I n = (4π.10-7 )(5 A)(200/0,2) = 2π . 10-5 T
B di ujung selenoida adalah:
B = μ0 I n/2 = 2π . 10-5 T/ 2 = π . 10-5 T = 3,14 . 10-5 T
4. Carilah medan magnetik di pusat simpal bujur sangkar dengan sisi L = 50 cm
yang mnyalurkan arus 1,5 A
L

I
½L

Gambar 5.9 Simpal arus bujur sangkar untuk contoh 4


Jawaban:
Dari gambar di atas kita lihat bahwa setiap sisi simpalnya menimbulkan
medan dengan arah keluar bidang. Karena kesimetrian gambar, maka kita
hanya perlu menghitung medan magnetik di satu sisi bujur sangkar saja dan
medan magnetik total diperoleh dengan mengalikan dengan 4 :

 I 
B  4 0 (sin n45 o  sin 45 o )   (4.10 7 )(1,5 / 0,25)( 2 sin 45 o )  3,39.10 6 T
 4r 

Soal-soal Tambahan

1. Simpal lilitan tunggal, melingkar dengan jari-jari 10 cm harus menghasilkan


medan di pusatnya agar dapat meniadakan medan magnetik bumi di

73
katulistiwa, yang kuatnya 0,7 G ke arah utara. Carilah arus dalam simpalnya
dan buatlah sketsa yang menunjukkan orientasi simpal dan arusnya
2. Selenoida dengan panjang 30 cm, jarijari 1,2 cm, dan 300 lilitan menyalurkan
arus 2,6 A. Carilah B pada sumbu selenoida (a) dipusatnya (b) di dalam
selenoida dititik sejauh 10 cm dari satu ujungnya, dan (c) di satu ujungnya
3. Kawat panjang dan lurus menyalurkan arus 10 A. carilah besar B di (a) 10 cm,
(b) 50 cm, dan (c) 2 m dari pusat kawatnya.
4. Dua kawat panjang, lurus, sejajar terpisah sejauh 8,6 cm menyalurkan arus
dengan dengan besaran I yang sama. Keduanya saling menolak dengan gaya
per panjang satuan 3,6 nN/m. (a) sejajar atau anti sejajar arus tersebut? (b)
carilah I
5. Teroid yang digulung rapat dengan jari-jari luar 2 cm memiliki 100 lilitan dan
menyalurkan arus 1,5 A. (a) berapakah medan magnetik pada jarak 1,1 cm
dari pusatnya? (b) berapakah kuat medan di 1,5 cm dari pusatnya?

74
MODUL 6. GAYA MAGNETIK

Pendahuluan

Magnet adalah suatu benda yang mempunyai sifat dapat menarik atau
menolak benda lain tanpa menyentuhya, magnet mempunyai dua kutub yaitu
kutub utara dan kutub selatan. Bila dua kutub magnet yang sejenis berdekatan
maka terjadi gaya tolak menolak sebaliknya bila dua kutub yang berlainan jenis
berdekatan akan terjadi gaya tarik menerik. Kutub magnet selalu muncul
berpasangan.
Dalam bab ini kita akam mempelajari gaya magnetik pada kutub magnet,
pada muatan bergerk dan pada penghantar panjang serta simpal arus.

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari bab ini diharapkan anda mampu:


1. Menentukan besaran yang mempengaruhi kekuatan gaya antara dua kutub
magnet
2. Menghitung gaya yang dialami oleh muatan listrik dalam medan magnet’
3. Menentukan gaya yang dialami penghantar panjang dan kumparan berarus

6.1 Gaya pada Kutub Magnet

Momen magnetik yang diakibatkan arus pada lup atau muatan yang bergerak
melingkar adalah m = ia
Jumlah momen magnetik tiap satuan volume disebut magnetisasi (M) ditulis
dengan:

M 
 mi
V
Kuat kutub magnet (qm) adalah sebagai hasil kali magnetisasi dengan luas
penampang. Jadi

75
 
qm  M . A
Gaya antara dua kutub analogi dengan gaya antara dua muatan yang didefinisikan
oleh Coulomb. Besarnya gaya antara dua kutub ditulis dengan
qm1qm 2
F k
r2
Jika kutub magnet berada dalam medan magnetik, besarnya gaya magnetik
adalah:
  
F  qm .B

6.2 Gaya Magnetik pada Muatan Bergerak

Medan magnet mempengaruhi benda bermuatan yang sedang bergerak. Gaya


akibat medan magnet yang dialami oleh partikel bermuatan yang bergerak
adalah

F = qv x B

B adalah medan magnetik


Besarnya gaya magnetik F yang bekerja pada suatu partikel sebanding dengan
muatan q dan laju partikel |v|.
Arah dari gaya F bergantung pada arah kecepatan partikel v dan arah medan
magnetik B

Gambar 6. 1 Kaidah tangan kanan untuk menentukan Arah gaya magnetik yang
dikerahkan pada muatan yang bergerak dalam medan magnetik

76
Ketika partikel bergerak sejajar dengan vektor medan magnetik, gaya magnetik
yang bekerja pada partikel adalah nol dan ketika vektor kecepatan partikel v
membuat sudut θ ≠ 0 dengan medan magnetik, gaya magnetik bekerja dalam arah
yang tegak lurus dengan v dan B. Dengan kata lain F ⊥ bidang yang dibentuk
oleh v dan B

Jika muatan berada dalam medan magnetik dan medan listrik, maka gaya yang
dialami partikel muatan adalah

F = Fcoulomb + F magnet = qE + qv x B = q(E + vB)

Persamaan di atas dikenal dengan persamaan gaya lorentz

6. 3 Beberapa Penerapan Gaya Lorentz

Prinsip gaya lorentz dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan


suatu partikel apakah partikel bermuatan positif, negatif atau tak bermuatan.
Partikel bermuatan (radio aktif) dalam medan magnet. Partikel-partikel α (muatan
positif), β (muatan negatif) dan γ (muatan netral) bergerak dengan kecepatan v
dalam medan magnetik, maka arah lintasan partikel dapat ditentukan dengan gaya
lorentz seperti pada gambar 6.2.

Jika tak
bermuatan
jika jika
bermuatan + x x x x x bermuatan -
x x x x x
x x x x x
x x x x x

Gambar 6.2. Lintasan radio aktif dalam medan magnet

77
Gaya magnet arahnya selalu tegak lurus permukaan yang dibentuk oleh v
dan B. Artinya F selalu tegak lurus dengan v, dan untuk v yang besarnya
konstan dan arahnya tegak lurus dengan arah B, maka gerak muatan
adalah gerak 2R melingkar beraturan pada suatu bidang datar tertentu.

x x x x x
x x x x x
x x x x x
B
2R
Gaya yang membuat benda bergerak melingkar (gaya sentripetal) adalah gaya
magnet, yang besarnya

F = qvB
Persamaan di atas berlaku jika v dan B saling tegak lurus, sehingga:

mv 2 mv
R
F = qvB = R , maka qB
Artinya untuk partikel dengan v yang sama, jari-jari lintasannya ditentukan oleh
perbandingan massa dan muatan, ini adalah prinsip spektrometer massa
Ion dari sumber ion dipercepat melalui beda potensial dan mmasuki medan
seragam. Medan magnetik mengarah keluar dari bidang gambar yang ditantai
dengan oleh titik-titik. Jika arah v tidak tegak lurus dengan arah B, misalnya
v = voxi + voyj + vozk sedangkan B = B0 k, maka
F = qv x B = q (vox i + voy j + voz k) x (Bo k)

= qBo (voy i - vox j)

R Partikel dengan
m/q tertentu

78
Sumber
ion

Ganbar 6.4. Skematik spektrometer massa.

6.4 Gaya Lorentz oleh Kawat Berarus

Karena arus listrik adalah muatan yang bergerak, maka pada kawat pembawa arus
yang sejajar dengan mdan magnet B, tidak terjadi gaya dan bila tegak lurus medan
magnet, gaya yang terjadi maksimum, besar gaya aksimum tersebut adalah:
F=BIL
Dengan :
I = arus yang mengalir
L = panjang penghantar pada mdan magnet
Arah gaya yang terjadi ditunjukkan pada gambar 6.4

Gambar 6.4 Kaidah tangan kanan untuk menentukan Arah gaya magnetik yang
dikerahkan pada muatan yang bergerak dalam medan magnetic

Jika arah medan magnet membentuk sudut α terhadap arus maka


F = BIL sin α

79
L
B B

α
i

(a) (b)
Gambar 6.5. (a) B tegak lurus I, (b) B membentuk sudut α terhadap i

Disebabkan oleh perbedaan gaya yang menekan pada tiap sisinya, loop arus pada
medan magnet selalu cendrung untuk berputar hingga bidang trsebut tgak lurus
medan magnetik B. Fek ini dipergunakan dalam operasi motor listrik

6.4.1 Gaya pada penghantar panjang berarus

x x x x
x xi x x
L
x x x x
x x x x
x x x x
x x oleh
Gambar 6.6 Gaya pada penghantar x medan
x disekitarnya

Apabila suatu penghantar berarus I dengan arah ke bawah dengan panjang L


berada dalam daerah medan magnet induksi B terarah tegak lurus menjauhi
pembaca . besarnya arus adalah:
I=nqvA
Maka besarnya gaya pada tiap muatan q menurut persamaan gaya lorentz
Fq = q v B
Jika rapat muatan adalah n, maka gaya sepanjang penghantar adalah
F=nLAv=nLAqvB
Karena I = nqvA maka F = BIL. Dalam hal ini B tegak lurus arah arus.

80
6.4.2 Gaya lorentz untuk dua kawat lurus berarus

Dua penghantar berarus berjarak r, masing-masing dialiri arus i1 dan i2. seperti
ditunjuuka pada gambar 6.7. Gaya tiap satuan panjang F/L pada masing-masing
arus trgantung pada besarnya masing-masing arus I1, I2 dan jarak kedua
penghantar r
Gaya yang dialami oleh penghantar satu akibat induksi penghantar dua adalah
F = BIL sin 90o = BIL
 0 i1i2
L
Atau F = 2 r
Gaya persatuan panjang adalah
F  0 i1i2

L 2 r

i i

Gambar 6.7. Dua penghantar berarus

Jika arah arus sama, keduanya akan tarik menarik, dan sebaliknya bila arah arus
berlawanan keduanya akan saling tolak.
Gaya antara dua kawat sejajar ini berguna untuk kalibrasi arus listrik.

Rangkuman

1. Kuat kutub magnet sama dengan hasil kali megnetisasi dengan luas
penampang
qm = M . A
2. Besarnya gaya antara dua kutub adalah:
qm1qm 2
F k
r2

81
3. Gaya pada muatan q dalam medan magnet adalah:
F = qvB
4. gaya magnetik antara dua penghantar berarus
 0 i1i2
L
2 r

Soal-soal dan Penyelesaian

1. Sepotong kawat yang panjangnya 3 mm menyalurkan arus 3 A dalam arah x.


kawat ini terletak dalam medan magnetik yang besarnya 0,02 T yang berada
pada bidang xy yang membentuk sudut 30o dengan sumbu x. Berapakah gaya
magnetik yang dikerahkan pada potongan kawat tersebut?
Jawaban
F = BIL sin 30o
= (3 A)(0,003 m)(0,002 T)(sin 30o)
= 9 x 10-5 N
2. Penghantar yang berarus 15 A embujur dari utara ke selatan dalam medan
magnet yang berarah ke tenggara B = 5.10-3 T. panjang penghantar 50 cm.
arus engalir ke Utara dan massa penghantar 100 gram.
Penyelesaian:
F = LI x B
F = IB sin α
= (15 A)(5.10-3 Tesla) sin 135o

= 3,75 2 . 10-2 N
3. Jika pada gambar 7. panjang masing-masing kawat 2 m dan masing-masing
arus 5 A dan jarak ke dua penghantar 80 cm. Hitunglah gaya pada masing-
masing penghantar dan gaya persatuan panjangnya.
Penyelesaian:

82
 0 i1 .i2
F L
2 a
5 A.5 A
F  2.10 7 1
 1,25.10 5 N
8.10

Gaya persatuan panjang,


F/L = 1,25.10-5/2 = 6,125.10-6 N/m

Soal-soal Tambahan

1. Sebutkan besaran yang mempengaruhi besar gaya magnetik


2. Sebuah proton bergerak memasuki medan magnet dengan B = 2π 10-3 Wb/m2
dengan gerakan menyudut 30o terhadap edan tersebut serta besar kecepatan
4.106 m/s
a. Gambarkan lintasan proton untuk beberapa saat setalah memasuki medan
itu
b. Hitung gaya yang dialami proton
c. Hitung percepatan proton
3. Penghantar panjang 20 cm, diletakkan dalam medan magnet 6.10-2 T arahnya
membentuk sudut 30o dengan penghantar. Jika penghantar itu hanya bermassa
10 gram, berpakah percepatan yang dialaminya? Tentukan pula arahnya

83
MODUL 7 INDUKSI ELEKTROMAGNET

Pendahuluan
Induksi elektromagnetik dihasilkan oleh medan magnet pada muatan-muatan yang
bergerak. Bila kabel bergerak melintasi medan magnet elektron-lektron yang
terkandung mendapatkan gaya, bergerak spanjang kabel menyebabkan arus
mengalir. Arus dapat juga terjadi pada konduktor diam yang berada pada medan
magnet, bila medan magnetnya berubah maka jumlah garis gaya yang
dilingkupinya ikut berubah.
Induksi elektromagnetik adalah rahasia di balik fenomena besar diproduksinya
listrik untuk kehidupan manusia.

Pada bab ini kita akan membahas suatu aspek yang sangat penting tentang
kemagnetan, yaitu apa yang akan terjadi bila fluks atau garis gaya medan
magnetnya berubah terhadap waktu. Peristiwa perubahan fluks megakibatkab
munculnya gaya gerak listrik yang dapat menghasilkan arus listrik. Peristiwa ini
dinyatakan secara kunttitatif oleh Faraday melalui hukum induksi Faraday.

Tujuan Instruksional Khusus:


Setelah mempelajari bab ini diharapkan anda mampu:
1. Menentukan arah arus induksi yang terjadi
2. Mengunakan persamaan Faraday untuk menghitung gaya gerak listrik
induksi
3. Mengitung GGL induksi yang digerakkan medan magnet

Prasyarat
Modul ini dapat dipelajari setelah Anda mempelajari listrik statis, listrik dinamis.
Medan magnetik

Suatu arus yang mengalir bila konduktor melintas garis gaya magnetik dinamakan
induksi elektromagntik. Bila gerakan konduktor sejajar garis gaya tidak ada arus

84
yang dihasilkan. Untuk menghasilkan arus listrik dari medan magnet, Faraday
menggunakan peralatan yang ditunjukkan pada 7.1. Kumparan sebelah kiri
dihubungkan ke baterai. Ketika arus mengalir melalui kawat, dihasilkan medan
magnet. Kuat medan magnet diperbesar oleh inti besi, sebagai sebuah
elektromagnet. Faraday berharap bahwa arus searah akan menghasilkan arus
padakumparan/koil sebelah kanan. Tetapi bagaimanapun kuatnya arussearah yang
digunakan, Faraday tidak memperoleh hasil sepertiyang diinginkan. Medan
magnet tersebut tidak menghasilkan arus pada kumparan kedua. Tetapi, sesuatu
yang aneh mengganggu perhatian Faraday. Jarumgalvanometer menyimpang
ketika arus dialirkan dan diputus secara cepat. Dengan demikian arus dihasilkan
pada kumparan sebelah kanan, tetapi hanyaketika arus (demikian juga medan
magnet) berubah. Faraday menyimpulkan meskipun medan magnet yang konstan
tidak menghasilkan arus listrik, tetapi medan magnet yang berubah akan
menghasilkan arus listrik. Arus demikian disebut arus induksi. Proses
menghasilkan arus oleh perubahan medan magnet disebut induksi
elektromagnetik.

Gambar 7.1 Rangkaian percobaan Faraday

85
7.1 Fluks Magnetik

Sebagaimana fluks listrik, fluks magnet juga dapat diilustrasikan sebagai


“banyaknya garis medan magnetik ” yang menembus tegak lurus suatu
bidang kumparan. Gambar 7.2 memperlihatkan kerapatan fluks magnetik seragam
yang menembus suatu kumparan kawat dengan luas penampang A. fluks magnetik

(  m) didefinisikan sebagai perkalian medan magnetik B tegak lurus dengan luas


A yang dibatasi oleh rangkaiannya.
Fluks listrik yang dihasilkan oleh medan B pada permukaan yang luasnya dA
adalah
 
  B. A
Jika garis gaya magnetik yang menembus bidang tida tegak lurus dengan bidang
yang ditembusi, maka besar fluks magnetik adalah
 
  B.A cos 
θ adalah sudut antara garis gaya magnetik dengan normal bidang

(a) (b)
Gambar 7.2 (a) Bidang kumpara dalam medan magnetik, (b) Garis gaya magnetik
yang melalui bidang kumparan membentuk sudut θ

7. 2 Hukum Faraday

Percobaan lain yang dilakukan oleh Faraday adalah dengan menggerakkan sebuah
magnet dekat lingkaran kawat tertutup, seperti diperlihatkan pada Gambar 7.2.
Ketika magnet tidak digerakkan, tidak ada arus dalam kawat tersebut. Tetapi
ketika magnet digerakkan, arus diinduksikan dalam kawat tersebut. Arah arus
bergantung pada arah gerakan magnet. Dari eksperimen ini menunjukkan

86
bahwa perubahan fluks magnet pada suatu permukaan yang dibatasi oleh suatu
lintasan tertututup akan mengakibatkan adanya ggl (emf, electromotive
force) pada lintasan tersebut. Ggl ini dinamakan ggl induksi.

Gambar 7.3 Percobaan Faraday menggunakan simpal tunggal dan magnet


permanen yang digerakkan dan menghasilkan arus induksi

Gambar 7.3 menunjukkan ekperimen Faraday yang menghasilkan arus induksi.


Pada saat magnet batang digerakkan ke dalam kumparan, galvanometer
menunjukkan penyimpanyan jarum ke arah positif, hal ini menunjukkan bahwa
arus telah dihasilkan dalam loop tersebut. Ketika magnet batang ditahan di dalam
kumparan ternyata jarum galvanometer tidak menyimpang, hal ini menunjukkan
tidak ada arus yang dihasilkan. Ketika magnet batang digerakkan keluar menjauhi
kumparan jarum galvanometer kembali menyimpang ke arah berlawanan. Hal ini
membuktikan ketika terjadi perubahan fluks magnetik pada suatu kumparan maka
akan terjadi gaya gerak listrik induksi dan menghasilkan arus induksi.
Gejala timbulnya arus listrik pada suatu penghantar karena pengaruh
medan magnetik yang berubah disebut induksi elektromagnetik. Gaya gerak listrik
yang timbul di ujung-ujung penghatar karena perubahan medan magnetik disebut
gaya gerak listrik indulsi (ggl induksi). Arus listrik yang dihasilkan oleh ggl
induksi dinamakan arus induksi.
Ggl induksi atau arus induksi hanya timbul bila kumparan mengalami
perubahan fluks magnetik. Ggl induksi pada ujung-ujung suatu kumparan
sebanding dengan laju perubahan fluks magnetik (ΔΦ/Δt) dan banyaknya lilitan
(N).

87
Ggl induksi hanya timbul jika ada perubahan fluks, Ggl induksi tidak bergantung
pada besar flkus tetapi bergantung pada laju perubahannya
Menurut persamaan Φ = BA cos θ. Fluks magnetik dapat dibangkitkan dengan
empat cara yaitu:
1. Mengubah besar besar induksi magnetik B
2. Mengubah luas bidang kumparan A yang ditembus oleh medan magnetik
3. Mengubah sudut θ antara arah nolmal bidang dengan arah induksi magnetik
4. Gabungan dari 1, 2, dan 3

Hukum Faraday
Eksperimen yang dilakukan oleh Faraday menunjukkan bahwa perubahan
fluks magnet pada suatu permukaan yang dibatasi oleh suatu lintasan
tertututup akan mengakibatkan adanya ggl (emf, electromotive force) pada
lintasan tersebut. Ggl ini dinamakan ggl induksi.
Adanya ggl induksi tersebut dapat menimbulkan arus yang dinamakan arus
induksi. Fenomena ini dinamakan induksi magnetik.
Berdasarkan eksperimen Faraday diketahui bahwa tegangan listrik yang
diinduksikan oleh medan magnet bergantung pada tiga hal berikut:
1. Jumlah lilitan. Semakin banyak lilitan pada kumparan, semakin besar tegangan
yang diinduksikan.
2. Kecepatan gerakan medan magnet. Semakin cepat garis gaya magnet yang
mengenai konduktor, semakin besar tegangan induksi.
3. Jumlah garis gaya magnet. Semakin besar jumlah garis gaya magnet yang
mengenai konduktor, semakin besar tegangan induksi.

Jika loop terdiri dari N lilitan rapat maka fluks di setiap lilitan akan sama
besarnya. Ggl induksi yang ditimbulkan adalah:
d
  N
dt
Ggl Induksi Oleh Perubahan Luas Bidang Kumparan

88
Persamaan Faraday untuk kasus luas bidang A berubah-ubah dan B tetap ditulis
dengan:
  
d ( B  A)  dA
  N   NB 
dt dt
Sehingga diperoleh ggl induksi:
dA
   N cos 
dt
Ggl induksi oleh perubahan induksi magnetik
Persamaan Faraday untuk ggl induksi akibat perubahan induksi magnetik
diberikan oeh persamaan:
  
d ( B  A)  dB
  N   NB 
dt dt

Hukum Lenz
Tanda negatif pada hukum Faraday adalah konsekuensi dari hukum Lenz, hal ini
berkaitan dengan arah ggl induksi yang ditimbulkan. “Arus induksi yang
ditimbulkan arahnya sedemikian sehingga menimbulkan medan magnet induksi
yang melawan perubahan arah medan magnet”. Arus induksi di dalam koil
berarah brlawanan dengan jarum jam, dalam usaha untuk menambah mdan
magnetik B sehingga mngurrangi laju penurunan B. Jika B naik maka arus induksi
yang terjadi sarah dengan jarum jam, hingga mdan magnt yang timbul akan
mengurangi laju knaikan B.

7.3 Generator

Sebagian besar energi listrik yang digunakan sekarang dihasilkan oleh generator
listrik dalam bentuk arus bolak-balik (AC). Generator sederhana untuk arus bolak-
balik merupakan kumparan dalam medan magnetik seragam. Ketika bidang
kumparan membuat sudut θ dengan medan magnetik seragam B (seperti Gambar
7.4), fluks magnetik yang melalui kumparan adalah:

89
 
m  NB.A cos 

Gambar 7.5 Kumparan yang berputar dalam medan magnetik pada sebuah
generator

Apabila kumparan diputas scara mekanis, fluksyang melaluinya akan


berubah, dan ggl akan dinduksikan dalam kumparan sesuai dengan hukum
Faraday. Jika sudut sama dengan δ, maka sudut pada saat t berikutnya diberikan
oleh persamaa:
θ = ωt + δ
dengan ω adalah frekuensi sudut putaran. Jika persamaan di atas disubstitusikan
ke persamaan fluks magnetik, diperolah:
 
m  NB. A cos (t   )
 NBA cos (2f   )
Ggl dalam kumparan akan sama dengan
d
    maks sin t   
dt
εmaks = NωBA

7. 4 Induktansi

Dari pembahasan tentang hukum Biot-Savart dan hukum Ampere, telah


ditunjukkan bahwa adanya arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar
menyebabkan adanya medan magnet di sekitar penghantar tersebut. Besarnya
medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik sebanding dengan besarnya arus
listrik.
 
Sedangkan fluks magnetik adalah d  B  dA dan karena B sebanding dengan I
maka fluks magnet juga sebanding dengan I.
  LI

90
L adalah tetapan kesebandingan antara fluks dan I yang dinamakan induktansi
(diri) sistem tersebut. Nilai L bergantung pada bentuk geometri sistem.
Menurut hukum Faraday, perubahan fluks listrik dapat menimbulkan ggl induksi
dan dapat dinyatakan dengan:
d d ( LI ) dI
    L
dt dt dt

Gambar 7.6 Dua buah rangkaian yang berdekatan menghasilkan induksi bersama

Apabila dua dua rangkaian berdekatan satu sama lain, fluks magnetik yang
melalui suatu rangkaian tidak saja bergantung pada arus dalam rangkaian
bersangkutan tetapi dipengaruhi juga oleh arus pada rangkaian yang ada
didekatnya.
Arus I1 dalam kumparan 1 menghasilkan medan magnetik. Garis gaya akibat
kumparan satu juga masuk ke dalam kumparan 2, sehingga menimbulkan fluks
pada kumparan 2. besarnya fluks magnetik pada kumparan 2 akibat arus pada
kumparan satu diberikan oleh persamaan:
m2  L2 I 2  M 12 I1
Dengan L2 merupakan induktansi diri rangaian 2 dan M12 disebut induktansi
bersama kedua rangkaian, yang besarnya:
m 2
M 12 
I1
Satuan induktansi adalah Henry (H)
Energi yang disimpan dalam induktor yang menyalurkan arus I diberikan oleh
persamaan:
Um = ½ LI2

91
Fungsi utama dari selenoida di dalam suatu rangkaian adalah untuk
melawan fluktuasi arus yang melewatinya. Aplikasinya pada rangkaian dc salah
satunya adalah untuk menghasilkan tegangan dc yang konstan terhadap fluktuasi
beban arus. Pada aplikasi rangkaian ac, salah satu gunanya adalah bisa untuk
meredam perubahan fluktuasi arus yang tidak dinginkan. Akan lebih banyak lagi
fungsi dari induktor yang bisa diaplikasikan pada rangkaian filter, tuner dan
sebagainya.

Rangkuman

1. Fluks listrik yang dihasilkan oleh medan B pada permukaan yang luasnya dA
adalah
 
  B. A
2. Ggl induksi atau arus induksi hanya timbul bila kumparan mengalami
perubahan fluks magnetik. Besarnya ggl induksi adalah:

3. Ggl induksi akibat perubahan luas adalah:


dA
   N cos 
dt
4. Ggl induksi akibat perubahan induksi magnetik diberikan oeh persamaan:
  
d ( B  A)  dB
  N   NB 
dt dt
4. Ggl induksi yang dihasilkan oleh kumparan pada generator
d
    maks sin t   
dt
εmaks = NωBA
5. Ggl induksi akibat perubahan arus dalam kumparan diberikan oleh:
d d ( LI ) dI
    L
dt dt dt
6. Induktansi bersama pada dua kumparan yang berdekatan diberikan oleh
persamaan:

92
m 2
M 12 
I1
7. Energi yang disimpan dalam induktor yang menyalurkan arus I diberikan oleh
persamaan:
Um = ½ LI2

Soal-soal dan Penyelesaian

1. Medan magnetik seragam yang pesarnya 2000 G membenuk sudut 30o dengan
sumbu kumparan melingkar yang terdiri atas 300 lilitan dan jari-jari 4 cm.
carilah fluks magnetik yang melalui kumparan ini

Penyelesaian:
Karena 1 G = 10-4 T, maka 2000 G = 0,2 T. Luas kumparan adalah:
A = πr2 = (3,14)(0,04m)2 = 0,00502 m2
Fluks yang melalui kumparan adalah:
 
m  NB.A cos  = (300)(0,2 T)(0,00502 m2) cos 30o = 0,26 Wb.

2. Kumparan dengan 80 lilitan memiliki jari-jari 5 cm dan tahanan 30 ohm. Pada


laju berapakah medan magnetik yang tegak lurus harus berubah untuk
menghasilkan arus sebesar 4 A dalam kumparan tersebut?
Penyelesaian:
ε = IR = (4)(3. 0)=120 Vet tegak lurus
karena medan magnet tegak lurus bidang kumparan, maka besar fluks adalah:
 
m  NB. A
Besar ggl induksi sama dengan laju perubahan fluks
d m dB
  120V   Nr 2
dt dt
dB 120 V
  191 T / s
dt 80 0,052

3. kumparan dengan 250 lilitan memiliki luas 3 cm2. jika kumparan itu berputar
dalam medan magnetik 0,4 T pada 60 Hz, berapakah εmaks?

93
Penyelesaian:
εmaks = NωBA = (250)(2π60 Hz)(0,4 T)(3 . 10-4 m2) = 11,3 V

4. sebuah koil dengan 600 lilitan dilalui oleh fluks 8 . 10-5 Weber. Jika fluks
berubah menjadi 3 . 10-5 weber dalam waktu 0,015 detik, berapa ggl induksi
yang terjadi pada koil tersebut?

Penyelesaian
𝑑∅
𝜀=𝑁
𝑑𝑡
(8 . 10−5 − 3 . 10−5 )
𝜀 = 600 = 2 𝑣𝑜𝑙𝑡
0,015

I = 600 x 10 . 10-2

= 750 ohm
𝜀𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 2
𝐼𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = = = 2, 67 .10−3 𝐴
𝑅 750

Soal-soal Tambahan

1. Carilah fluks magnetik yang selenoida yang panjangnya 30 cm, jari-jari 2 cm,
dan 800 lilitan yang menyalurkan arus 5 A
2. kumparan dengan 1000 lilitan memiliki jari-jari 4 cm, dan tahanan 25 Ω, pada
laju berapakan medan magnetik yang tegak lurus harus berubah untuk
menghasilkan arus 5 A dalam simpal ini?
3. Kumparan dengan induktansi diri 80 H menyalurkan arus 3 A yang berubah
pada laju 200 A/s. carilah (a) fluks magnetik yang melalui kumparan dan (b)
ggl induksi dalam kumparan
4. Dua selenoida yang berjari-jari 2 cm dan 5 cm memiliki sumbu yang sama.
Selenoida ini masing-masing panjangnya 25 cm dan memiliki 300 dan 1000
lilitan. Carilah induktansi bersama.
5. Kumparan dengan induktansi 2 H dan tahanan 12 Ω dihubungkan pada batere
24 Volt dengan tahanan dalam yang dapat diabaikan (a) berapakah arus

94
akhirnya? (b) berapakah banyak energi yang disimpan dalam konduktor
ketika arus akhirnya dicapai?

95
DAFTAR PUSTAKA

Athur Beiser, Aplied Physics, Schaum series, 1987


Athur Beiser, Konsep fisika Modern, Edisi keempat, Erlangga, Jakarta, 1987
Buche F. J,, Teori dan Soal-Soal Fisika, Seri BukuSchaum, Erlangga, Jakarta,
1984
Daryanto, Fisika Teknik, Rineka Cipta, Jakarta, 2000
Halliday and Resnick, Fundamental of Physics, 1987
Sutrisno, Fisika Dasar, penerbit ITB, 1985
Suratmi Sri, Listrik Magnet, P5D, Bandung, 1995
Tipler A. Paul, Fisika untukSain dan Teknik, Edisi ketiga Jilid 1, Erlangga,
Jakarta, 1996
Tipler A. Paul, Fisika untukSain dan Teknik, Edisi ketiga Jilid 2, Erlangga,
Jakarta, 1996

96
TAKARIR

Akurasi: : Ketepatan
Besaran : Sesuatu yang memiliki kuantitas/nilai dan satuan.
Besaran pokok : Besaran yang satuannya didefinisikan sendiri melalui
konferensi internasional.
Besaran turunan : Besaran-besaran yang satuannya diturunkan dari besaran
pokok.
Jangka sorong : Alat ukur panjang dengan ketelitian hingga 0,1 mm
atau 0,05 mm.
Massa benda : Jumlah materi yang terkandung dalam suatu benda.
Neraca lengan : Alat ukur massa.
Neraca pegas : Alat ukur gaya, termasuk gaya berat.
Newton (N) : Satuan SI untuk gaya.
Nonius : Skala terkecil
Panjang : Jarak antara dua titik.
Pengukuran : Kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran
lain sejenis yang digunakan sebagai satuan.
Presisi : Berkaitan dengan ketelitian, pengukuran yang mengandung
ketidak pastian kecil.
Sekon : Satuan SI untuk waktu.
Skala terkecil : Skala pada alat ukur yang nilainya paling kecil, dibatasi
oleh dua garis skala yang paling dekat.
Stopwatch : Alat pengukur waktu.
Waktu : Selang antara dua kejadian atau peristiwa.
Besaran : Sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan
angka.
Percepatan : Perubahan kecepatan suatu benda yang bergerak.
Gerak melingkar : Gerak yang lintasannya melingkar
Kecepatan linier : Kecepatan gerak melingkar yang arahnya selalu tegak
lurus jari-jari lingkaran.
Kecepatan sudut : Perpindahan sudut persatuan waktu
Kelembaman : Mempertahankan dalam keadaan semula baik dalam
keadaan bergerak maupun diam.
Gaya : Tarikan atau dorongan
Gaya aksi : Gaya yang diberikan oleh benda pertama kepada benda
kedua.
Gaya reaksi : Gaya yang diberikan benda kedua sebagai akibat adanya
gaya oleh benda pertama, yang mempunyai besar sama
dengan gaya aksi tetapi arahnya berlawanan.
Gaya Normal : Gaya yang arahnya tegak lurus bidang suatu benda
Gaya Gesek : Merupakan gaya akibat Kedua permukaan benda saing
bersentuhan
Berat : Merupakan gaya yang disebabkan adanya tarikan bumi

97
Usaha : Hasil kali besar perpindahan dengan komponen gaya
yang sejajar dengan perpindahan benda.
Joule : Satuan energi dalam MKS atau SI.
Energi Potensial : Energi yang dimiliki oleh suatu benda karena kedudukan.
Energi Kinetik : Energi yang dimiliki oleh suatu benda karena
kecepatan.
Energi Mekanik : Penjumlahan antara energi potensial dengan energi
kinetik pada sistem tertentu.
Arus : Gerak muatan
Dielektrikum : Zat yang mempengaruhi sifat kelistrikan
Ekipotensial : Tempat titik-titik yang berpotensial sama
Elektron : Muatan listrik terkecil
Fluks : Jumlah garis gaya yang menembus suatu bidang
Induksi : Pengaruh
Intensitas magnetik : Kekuatan medan magnetik
Kapasitor : alat penyimpan muatan listrik
Konduktor : Bahan yang dapat mengalirkan muatan listrik
Lup : Rangkaian tertutup
Medan listrik : Daerah yang dipengaruhi oleh kelistrikan
Momen : Torsi gaya
Permeabilitas : Harga tetapan sifat kemagnetan
Permitivitas : Harga tetapan sifat kelistrikan
Selenoida : Penghantar berbentuk helik
Toroida : Selenoida yang dilingkarkan
Proton : Muatan positif terkecil
Vacum : hampa
Vektor : Besaran yang mempunyai arah dan nilai

98
Indeks

A
Alat ukur 1, 4
Ayunan 61
Amplitudo 62
Aksi 40
Arah 24
Adhesi 42
Arus listrik 120
Ampere 120
Atom 177

B
Berat 41
Bandul 61
Besaran 1
Bunyi 80
Beda potensial 97
Biot-Savart 138

C
Coulomb 86
Cahaya 165
Cermin 180
Cincin 91
Cakra 91
Cepat rambat 81

D
Dielektrik 104
Dinamika partikel 37
Doppler 82
Definisi Ampere 141
Densitas muatan 93
Difraksi 70
Dispersi 161
Decibel 76

E
Energi potensial 48
Energi kinetik 46
Energi mekanik 49
Elektron 81
Efek doppler 76

99
Ekipotensial 96
Ekivalen 107
Energi elektrostatika 105

F
Faraday 147
Frekuensi 53
Frekuensi sudut 26
Fluks listrik 84
Fluks magnetik 146

G
Gaya 33
Gaya berat 37
Gaya pegas 37
Gaya normal 38
Gaya gesek 39
Gaya aksi 36
Gaya reaksi 36
Gaya elektrostatika coulomb 82
Gerak satu dimensi 20
Gerak melingkar beraturan 26
Gerak dua dimensi 20
Gerak melingkar berubah beraturan 27
Gerak parabola 27
Gerak relatif 25
Garis gaya medan listrik 84
Garis gaya medan magnet 128
GGL induksi 148
Gauss 89
Gelombang 63
Gerak harmonik 53

H
Hukum pertama Newton 35
Hukum kedua Newton 35
Hukum ketiga Newton 36
Hukum Ampere 133
Hukum Coulomb 82
Hukum Snelius157
Hukum Gauss 89
Hukum lentz 150
Hukum Faraday 147
Hukum kekekalan energi 48

100
Hukum Ohm 116
Henry 151

I
Indek bias 156
Induksi elektromagnetik 146
Induktansi 150
Induktor 151
Induksi bersama 150
Induksi diri 150
Intensitas cahaya 161
Intensitas bunyi 175
Isotop 165

J
Joule 46
Jarak 20
Jatuh bebas 23

K
Kapasitor 101
Kapasitor keping sejajar 101
Kapasitor silinder 103
Kapasitansi 101
Kapasitor seri 107
Kapasitor paralel 109
Kecepatan 21
Konstanta Coulomb 82
Konstanta dielektrik 104
Kinematika 20
Kuat medan listrik 83
Kuat medan magnet 81
Kerja 45

L
Laju gelombang 64
Laju cahaya 67
Listrik 81
Lourentz 140
M
Muatan listrik 81
Massa 5
Medan listrik 82
Medan magnetik
Momen magnetik
Mekanika 20

101
N
Neraca 6
Newton 34
Neutron 81

O
Osilasi 53
Oersted 128
Ohm 117

P
Pajang 1
Panjang gelombang 65
Pembiasan 158
Pemantulan 156
Potensial listrik 96
Perioda 53
Permitivitas 104
Permeabilitas 120
Prinsip Huygens 155
Proton 81
Pengukuran 1
Polarisasi gelombang 71

R
Radian 26
Radar 77
Resistor 115
Resistansi 116
Resistivitas 116
Resistor paralel 118
Resistor seri 118
Rotasi 27
Rangkaian listrik 118
Reaksi nuklir 166
Reaktor nuklir 167

S
Satuan 1
Skalar 2
Sinar datang 156
Sudut 26
Serat optik 158
Selenoida
Semikonduktor 104

102
Superposisi 69
Struktur nuklir165

T
Tarik menarik 82
Tolak menolak 82
Tegangan tali 39
Toroida
Tali
Tekanan
Temperatur
Tenaga nuklir

103
Lampiran 1

FAKTOR-FAKTOR KONVERSI

Panjang
1 km = 1000 m
1m = 100 cm
1m = 1,0936 yd = 3,28 ft
1 yard = 3ft = 36 in
1 in = 0,0254 m = 2,54 cm
1 mile = 1609 m
1 mikron = 10-6 m
1 Angstrom = 10-10 m

Massa
1 lb = 0,4536 kg
1 slug = 14,59 kg
1 ton = 1000 kg
1u = 1,6606 x 10-27 kg
1 kg = 1000 gram

Waktu
1 hari = 24 jam
1 jam = 60 menit
1 menit = 60 sekon
1 tahun = 365,24 hari = 31,56 Ms

Gaya
1N = 0,224 lb = 105 dyne
1 lb = 4,448 N
1 dyne = 10-5 N
1 kgf = 9,807 N

Energi
1 BTU = 1055 J = 252 kal
1 kal = 4, 186 J
1 ft lb = 1, 356 J
1 hp jam = 2, 685 x 106 J
1 erg = 10-7 J
1 kW.h = 3,6 J

104
Daya
1 hp = 745,4 W
1 kW = 1,341 hp
1 BTU/jam = 0,293

Tekanan
1 atm = 76 cm Hg = 1,013 x 105 N/m2 = 1013 millibar = 14,7 lb/in2
1 Pa = 1 N/m2
1 bar = 106 dyne/cm2 = 105 Pa

Volume
1 liter = 10-3 m3
1 ft3 = 2,832 x 10-2 m3
1 gallon (UK) = 4,546 liter
1 gallon (US) = 3,785 liter
1 barrel (UK) = 31, 5 gallon
1 barrel (US) = 42 gallon

Kecepatan
1 km/jam = 0,2778 m/s
1 mile/jam = 1,609 km/jam
1 knot = 1,852 km/jam
1 ft/s = 0,3048 m/s

Sudut dan Kecepatan sudut


π rad = 180o
1 rad = 57,30o
1 rpm = 0,1947 rad/s

Medan Magnet
1G = 10-4 T
1T = 10-4 G

105
Lampiran 2

KONTANTA FISIKA

Konstanta gravitasi G 6,672 x 10-11 Nm2/kg2


Kecepatan cahaya c 2,997 924 58 x 108 m/s
Muatan elektron e 1,602 177 x 10-19 C
Konstanta avogadro NA 6,022 137 x 1022 partikel/mol
Konstanta gas R 8,314 51 J/mol.K
Konstanta Boltzmann k=R/NA 1,380 x 10-23 J/K
Konstanta Coulomb k = 1/4πε0 8,987 551 788 x 109 N.m2/C2
Permitivitas ruang hampa ε0 8,854 x 10-12 C2/Nm2
Permiabilitas ruang hampa μ0 4  x 10-7 N/A2
Massa elektrom me 9,109 x 10-31 kg
Massa proton mp 1,672 x 10-27 kg
Massa neutron mn 1,674 x 10-27 kg
Percepatan gravitasi bumi g 9,81 m/s2

106
107

Anda mungkin juga menyukai