Anda di halaman 1dari 36

Dasar-Dasar Listrik

Ir. Danial HB, MT, IPM


Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, UNTAN

10 Pebruari 2021

Daftar Isi

1 Introduksi 1
1.1 Definisi dan Satuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1.1 Definisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1.2 Satuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.2 Muatan dan Arus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.2.1 Muatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.2.2 Arus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
1.3 Tegangan, Energi, dan Daya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1.3.1 Tegangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1.3.2 Energi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
1.3.3 Daya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
1.4 Elemen-Elemen Pasif dan Aktif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

2 Rangkaian Resistive 11
2.1 Hukum Ohm . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.2 Hukum Kirchhoff . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
2.2.1 Hukum Arus Kirchhoff . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
2.2.2 Hukum Tegangan Kirchhoff . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
2.3 Resistansi Seri dan Pembagian Tegangan . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
2.4 Resistansi Parallel dan Pembagian Arus . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
2.5 Contoh-Contoh Analisis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
2.6 Ammeter, Voltmeter, dan Ohmmeter . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32

1
2 Rangkaian Listrik 1

1 Introduksi

1.1 Definisi dan Satuan


1.1.1 Definisi

Rangkaian Listrik Rangkaian listrik adalah kumpulan elemen-elemen elektrikal


yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu. Gambar berikut adalah contoh rang-
kaian listrik sederhana dengan enam elemen elektrikal. Rangkaian listrik harus mem-
punyai sekurang-kurangnya satu lintasan tertutup.

b
a c

Gambar 1. Rangkaian listrik sederhana dengan enam elemen elektrikal.

Elemen Elektrikal Elemen elektrikal adalah komponen-komponen rangkaian listrik.


Elemen elektrikal yang paling sederhana memiliki 2 terminal, seperti resistor, kapasitor,
induktor, batere, dan generator. Elemen elektrikal yang lebih kompleks dapat memiliki
terminal lebih dari 2, transistor dan op-amp adalah contoh dalam kelompok ini.

Terminal Terminal adalah bagian dari elemen elektrikal dan adalah tempat untuk
menghubungkan elemen elektrikal dengan elemen-elemen elektrikal lainnya. Gambar
berikut adalah contoh, secara umum, elemen elektrikal dengan 2 terminal (a dan b).

a b

Gambar 2. Elemen elektrikal dua-terminal secara umum.


Danial HB 3

1.1.2 Satuan

SI Dalam SI (International System of Units) terdapat enam satuan dasar, dan satuan-
satuan lainnya diturunkan dari satuan-satuan dasar ini. Satuan-satuan dasar ini adalah
meter, kilogram, second, coulomb, kelvin, dan candela. Satuan dasar untuk panjang da-
lam SI adalah meter, disingkat m, yang berhubungan dengan sistem British (British
System of Units) inch, 1 inchi = 0.0254 m. Satuan dasar untuk massa adalah kilo-
gram (kg), dan satuan dasar untuk waktu adalah second (s). Dalam satuan British, 1
pound-massa = 0.45359237 kg, dan second sama untuk kedua sistem.
Satuan keempat dalam SI adalah coulomb (C), adalah satuan dasar yang digunakan
untuk mengukur muatan listrik. Nama coulomb dipilih untuk menghargai ilmuwan
Perancis, Charles Augustin de Coulomb (1763-1806). Semua satuan SI yang dibe-
ri nama orang-orang terkenal mempunyai singkatan dalam huruf kapital; jika tidak,
singkatan menggunakan huruf kecil.
Terdapat empat satuan turunan yang sangat bermanfaat dalam teori rangkaian listrik.
Satuan-satuan ini adalah satuan untuk mengukur arus listrik, gaya, kerja atau energi,
dan daya. Satuan dasar untuk arus listrik adalah ampere (A), untuk menghargai
ilmuwan Perancis André Marie Ampère (1775-1836). Satu ampere adalah 1 coulomb
per second.
Satuan dasar untuk gaya adalah newton (N), adalah gaya yang diperlukan untuk mem-
percepat 1-kg massa dengan 1 meter per second per second (1 m/s2 ). Jadi, 1 N = 1
kg-m/s2 . Nama newton untuk menghargai ilmuwan Inggris Sir Isaac Newton (1642-
1727).
Satuan dasar untuk kerja atau energi adalah joule (J), untuk menghargai ilmuwan
Inggris James P. Joule (1818-1889). Satu joule adalah kerja yang dilakukan oleh sebuah
gaya konstan 1-N sejauh 1-m. Jadi, 1 J = 1 N-m.
Satuan dasar untuk daya adalah watt (W), yaitu laju pengeluaran atau pemasukan
energi. Satu watt adalah sama dengan 1 J/s dan diberikan sebagai penghargaan pada
ilmuwan Scotlandia James Watt (1736-1819).

Awalan dalam SI Dalam SI dipergunakan beberapa awalan yang sangat bermanfaat


untuk menunjukkan ukuran yang sangat besar dan sangat kecil. Beberapa diantaranya
ditunjukkan dalam tabel 1 berikut.

Tabel 1: Awalan dalam SI


Multiple Awalan Simbol
109 giga G
106 mega M
103 kilo k
10−3 milli m
10−6 micro µ
10−9 nano n
10−12 pico p
4 Rangkaian Listrik 1

1.2 Muatan dan Arus


1.2.1 Muatan

Kita sudah terbiasa dengan gaya-gaya tarik gravitasi antara benda-benda, yang menje-
laskan mengapa kita tetap berada di bumi dan yang menyebabkan buah apel jatuh ke
tanah tetapi tidak ke udara. Akan tetapi, ada benda-benda yang saling tarik-menarik
dengan gaya-gaya namun tidak proporsional dengan massa-massanya. Juga, teramati
adanya gaya-gaya yang tolak-menolak maupun tarik-menarik dan yang pasti bukanlah
gaya-gaya gravitasi.
Gaya-gaya ini dijelaskan dengan mengatakan bahwa gaya-gaya tersebut bersifat elektri-
kal dan disebabkan oleh adanya muatan-muatan listrik. Keberadaan gaya-gaya tarik-
menarik dan tolak-menolak dijelaskan dengan mempostulasikan bahwa terdapat dua
jenis muatan, positif dan negatif, dan muatan-muatan tak sejenis saling tarik-menarik
dan muatan-muatan sejenis saling tolak-menolak.
Seperti telah diketahui, menurut teori modern, materi tersusun dari atom-atom, dan
atom-atom tersusun dari sejumlah partikel-partikel dasar. Partikel-partikel yang pa-
ling penting adalah proton-proton (muatan-muatan positif) dan neutron (netral, tanpa
muatan) yang terdapat di dalam inti atom dan elektron-elektron (muatan-muatan ne-
gatif) bergerak dalam orbit mengelilingi inti. Secara normal, atom-atom adalah netral
secara elektrikal, muatan negatif elektron-elektron mengimbangi muatan positif proton-
proton. Partikel-partikel dapat bermuatan positif karena kehilangan elektron-elektron
ke partikel lain dan dapat bermuatan negatif karena memperoleh elektron-elektron dari
partikel-partikel lain.
Muatan listrik sebuah elektron adalah −1.6021×10−19 coulomb. Simbol untuk muatan
umumnya adalah q atau Q, huruf kapital biasanya menunjukkan muatan-muatan kon-
stan seperti Q = 4 C, dan huruf kecil menunjukkan muatan tergantung waktu, atau
lebih tegas dituliskan dengan q(t). Cara ini dipergunakan untuk semua besaran-besaran
elektrikal.

1.2.2 Arus

Tujuan utama dari rangkaian listrik adalah untuk menggerakkan atau mentransfer
muatan-muatan sepanjang lintasan tertentu. Gerakan muatan-muatan ini membentuk
arus listrik, yang ditunjukkan dengan huruf i atau I, diambil dari kata Perancis “inten-
sité.” Secara formal, arus adalah laju perubahan muatan terhadap waktu, diberikan
dengan
dq
i= (1)
dt
Dalam teori rangkaian arus pada umumnya dianggap sebagai pergerakan muatan-
muatan positif. Konvensi ini berawal dari Benjamin Franklin (1706-1790), dia meng-
ganggap bahwa listrik bergerak dari positif ke negatif. Kita sekarang mengetahui bah-
wa dalam penghantar-penghantar logam arus adalah pergerakan elektron-elektron yang
terlepas dari orbit-orbit atom logam. Jadi kita harus membedakan arus konvensional
(pergerakan muatan-muatan positif), yang dipergunakan dalam teori rangkaian lis-
trik, dan arus elektron. Kecuali dinyatakan lain, perhatian kita diarahkan pada arus
konvensional.
Danial HB 5

Sebagai contoh, seandainya arus dalam kawat pada gambar 3(a) adalah I = 3 A.
Yaitu, 3 C/s melewati titik tertentu dalam kawat. Arus ini disimbolkan dengan anak
panah berlabel 3 A, yang arahnya menunjukkan gerakan muatan dari kiri ke kanan.
Keadaan ini adalah ekivalen dengan kondisi yang digambarkan pada gambar 3(b), yang
menunjukkan −3 C/s atau −3 A dalam arah dari kanan ke kiri.

3A -3 A

(a) (b)

Gambar 3. Dua representasi arus yang sama.


i

a b

Gambar 4. Arus mengalir dalam sebuah elemen umum.

Gambar 4 menyajikan sebuah elemen rangkaian secara umum dengan arus i mengalir
dari terminal kiri menuju terminal kanan. Muatan total yang memasuki elemen antara
waktu t0 dan t didapat dengan mengintegrasikan pers. (1). Hasilnya adalah
Z t
qT = q(t) − q(t0 ) = i dt (2)
t0

Perlu dicatat bahwa hingga saat ini kita meninjau elemen-elemen rangkaian yang netral
secara elektrikal. Yaitu, tidak ada muatan positif atau muatan negatif bersih yang
terakumulasi di dalam elemen. Suatu muatan positif yang masuk harus disertai dengan
suatu muatan positif yang sama meninggalkan elemen (atau, secara ekivalen, suatu
muatan negatif yang sama memasuki elemen). Jadi arus yang ditunjukkan memasuki
terminal kiri dalam gambar 4 harus meninggalkan terminal kanan.

Contoh 1 Seandainya arus memasuki terminal suatu elemen adalah i = 4t A. Mu-


atan total yang memasuki terminal antara t = 0 dan t = 3 adalah
Z 3
q= 4t dt = 18 C
0

Terdapat beberapa jenis arus yang dipergunakan secara umum, beberapa diantara-
nya adalah arus konstan atau searah (dc), arus bolak-balik atau sinusoidal (ac), arus
eksponensial, dan arus gigi gergaji.
6 Rangkaian Listrik 1

Soal-Soal

1. Berapa banyak elektron yang direpresentasikan oleh suatu muatan sebesar 0.64084
pC?

2. Total muatan yang memasuki suatu terminal sebuah elemen diberikan oleh q =
2t3 − 4t mC. Hitung arus i pada t = 0 dan t = 2 s.

3. Arus yang memasuki sebuah terminal diberikan oleh i = 1 + π sin 2πt A. Cari
muatan total yang memasuki terminal antara t = 0 dan t = 1.5 s.

1.3 Tegangan, Energi, dan Daya


1.3.1 Tegangan

Muatan-muatan dalam sebuah konduktor, misalnya elektron-elektron bebas, dapat ber-


gerak dengan cara random. Akan tetapi, jika kita ingin gerakan yang terarah, seperti
dalam hal arus listrik, kita harus menerapkan suatu gaya eksternal yang disebut ele-
ctromotive force (EMF). Jadi kerja dilakukan pada muatan-muatan. Tegangan antara
sebuah elemen didefinisikan sebagai kerja yang dilakukan untuk menggerakkan satu
satuan muatan (+1 C) melalui elemen dari satu terminal ke terminal lainnya. Satuan
tegangan, atau beda potensial, adalah volt (V), dinamakan sebagai penghargaan pada
ilmuwan Italy Alessandro Giuseppe Antonio Volta (1745-1827).
Karena tegangan adalah jumlah joule kerja yang dilakukan pada 1 coulomb, kita dapat
katakan bahwa 1 V adalah 1 J/C. Jadi volt adalah satuan turunan SI, yang dapat
dinyatakan dalam satuan-satuan lain.
Tegangan biasanya dinyatakan sebagai v atau V dan menggunakan konvensi polaritas
+ dan − (lihat gambar 5). Yaitu, terminal A adalah v volt positif terhadap terminal
B. Dinyatakan dalam beda potensial, terminal A berada pada potensial v volt lebih
tinggi daripada terminal B.

A B
+ v −
Gambar 5. Konvensi polaritas tegangan.

Kadang-kadang tegangan antara elemen dinyatakan dengan jatuh tegangan atau kena-
ikan tegangan. Lihat gambar 5, jika kita bergerak dari A ke B terdapat jatuh tegangan
sebesar v volt. Sebaliknya, jika kita bergerak dari B ke A terdapat kenaikan tegangan
sebesar v volt.
Sebagai contoh, gambar 6(a) dan (b) adalah dua versi representasi tegangan yang sama.
Dalam (a), terminal A adalah +5 V di atas terminal B, dan dalam (b), terminal B
adalah −5 V di atas terminal A (atau +5 V di bawah A).
Danial HB 7

A A
+ −

5V −5 V

− +
B B
(a) (b)

Gambar 6. Representasi dua tegangan ekivalen.


Kita dapat juga menggunakan notasi double-subscript vab untuk menunjukkan potensial
titik a terhadap potensial titik b. Dengan cara ini secara umum, vab = −vba . Jadi,
dalam gambar 6(a), vAB = 5 V dan vBA = −5 V.
Secara formal, tegangan dinyatakan dengan
dw
v= , (3)
dq
dimana w adalah kerja (J) dan q adalah muatan (C).

1.3.2 Energi

Seperti telah disebutkan di atas, dalam menggerakkan muatan melalui sebuah elemen
kerja dilakukan. Atau, dengan kata lain, energi disupplai. Untuk mengetahui apakah
energi disupplai ke elemen atau oleh elemen ke bagian lain dari rangkaian, kita tidak
hanya harus mengetahui polaritas tegangan antara elemen, tetapi juga arah arus me-
lalui elemen. Jika arus positif memasuki terminal positif, maka gaya eksternal harus
diberikan untuk menggerakkan arus dan berarti mensuplai atau mengirim energi ke
elemen. Dalam hal ini elemen menyerap energi. Jika, sebaliknya, arus positif mening-
galkan terminal positif (memasuki terminal negatif), maka elemen mengirim energi ke
rangkaian luar.

2A 2A 2A 2A
A A A A
+ − + −

5V 5V 5V 5V

− + − +
B B B B
(a) (b) (c) (d)

Gambar 7. Bermacam-macam hubungan tegangan-arus.


Sebagai contoh, dalam gambar 7(a) elemen menyerap energi. Arus positif memasuki
terminal positif. Demikian juga pada gambar 7(b). Dalam gambar 7(c) dan (d) arus
positif memasuki terminal negatif, dan oleh karena itu elemen mengirim energi dalam
kedua kasus.
8 Rangkaian Listrik 1

1.3.3 Daya

Sekarang kita tinjau laju energi dikirim ke atau oleh suatu elemen rangkaian. Jika
tegangan antara elemen adalah v dan suatu muatan kecil ∆q digerakkan melalui elemen
dari terminal positif ke terminal negatif, maka energi diserap oleh elemen, katakanlah
∆w, diberikan dengan
∆w = v ∆q.
Jika lama waktu untuk menggerakkan ∆q melalui elemen adalah ∆t, maka laju kerja
dilakukan, atau energi w dikeluarkan, diberikan oleh

∆w ∆q
lim = lim v
∆t→0 ∆t ∆t→0 ∆t
atau
dw dq
=v = vi (4)
dt dt
Karena berdasarkan definisi laju energi diserap atau dikeluarkan adalah daya, ditun-
jukkan dengan p, didapatkan
dw
p= = vi (5)
dt
Besaran-besaran v dan i umumnya adalah fungsi waktu, yang dapat juga kita tun-
jukkan dengan v(t) dan i(t). Oleh karena itu, p yang diberikan oleh pers. (5) adalah
besaran yang bervariasi terhadap waktu. Daya yang demikian kadang-kadang disebut
juga sebagai daya sesaat karena harganya adalah harga daya pada waktu dimana v
dan i diukur.
i

A B
+ v −
Gambar 8. Elemen tipikal dengan tegangan dan arus.

Secara ringkas, elemen tipikal yang diberikan dalam gambar 8 sedang menyerap daya,
diberikan oleh p = vi. Jika salah satu polaritas v atau i (tetapi tidak kedua-duanya)
dibalik, maka elemen mengirim daya, p = vi, ke rangkaian luar. Tentu saja, jika suatu
elemen mengirim daya negatif, katakanlah −10 W, adalah ekivalen dengan mengatakan
elemen menyerap daya positif, yaitu +10 W.
Jika kita pergunakan pers. (5) untuk menghitung energi w yang dikirim ke suatu elemen
antara waktu t0 dan t, dengan mengintegrasikan kedua sisi persamaan antara t0 dan t,
kita dapatkan Z t
w(t) − w(t0 ) = vi dt (6)
0

Jika t0 = −∞ maka w(−∞) = 0, kita dapatkan energi dikirim ke elemen dari permu-
laan waktu hingga t, diberikan oleh
Z t
w(t) = vi dt (7)
−∞
Danial HB 9

Contoh 2 Dalam gambar 7(a) dan (b) elemen menyerap daya sebesar p = (5)(2) = 10
W. Dalam gambar 7(c) dan (d) elemen mengirim daya 10 W ke rangkaian luar.

Contoh 3 Jika dalam gambar 8 i = 2t A dan v = 6 V, energi yang dikirim ke elemen


antara t = 0 dan t = 2 s diberikan oleh
Z 2
w(2) − w(0) = (6)(2t) dt = 24 J
0

Soal-Soal
1. Hitung v jika i = 8 mA dan elemen adalah (a) menyerap daya sebesar p = 40
mW dan (b) mengirim daya ke rangkaian luar sebesar p = 16 mW.

i
A
+


B

Gambar 9. Gambar soal 1.

2. Jika i = 5 A dan v = 12 V dalam soal 1, cari (a) daya yang diserap oleh elemen
dan (b) energi yang dikirim ke elemen antara 2 dan 4 s.
3. Suatu elemen dua-terminal menyerap energi w seperti ditunjukkan. Jika arus
yang memasuki terminal positif adalah i = 100 cos 1000πt mA, cari tegangan
elemen pada t = 1 ms dan pada t = 4 ms.
w(mJ)

13

10

0 2 8 t(ms)
10 Rangkaian Listrik 1

Gambar 10. Gambar soal 3.

1.4 Elemen-Elemen Pasif dan Aktif


Kita dapat mengklasifikasikan elemen-elemen rangkaian ke dalam dua kategori, elemen-
elemen pasif dan elemen-elemen aktif, dengan memperhatikan energi dikirim ke atau
oleh elemen-elemen.
Suatu elemen rangkaian dikatakan elemen pasif apabila energi total yang dikirim ke
elemen dari bagian rangkaian lainnya selalu tidak-negatif. Yaitu, berdasarkan pers. (7),
untuk semua t kita dapatkan
Z t Z t
w(t) = p(t) dt = vi dt ≥ 0 (8)
−∞ −∞

Polaritas v dan i seperti ditunjukkan pada gambar 8. Seperti yang akan kita lihat
kemudian, contoh-contoh elemen pasif adalah resistor, kapasitor, dan induktor.
Elemen aktif, tentu saja, adalah elemen yang bukan elemen pasif. Yaitu, pers. (8) tidak
berlaku untuk semua waktu. Contoh-contoh elemen aktif adalah generator, batere, dan
device elektronik yang membutuhkan suplai daya.
Sekarang ini kita hanya membicarakan dua elemen aktif yang sangat penting, sumber
tegangan independen dan sumber arus independen.
Suatu sumber tegangan independen adalah elemen dua-terminal, seperti batere atau ge-
nerator, yang memberikan tegangan tertentu antara terminal-terminalnya. Tegangan
adalah independen terhadap arus yang mengalir melalui elemen. Simbol untuk sumber
tegangan yang mempunyai tegangan v volt antara terminal-terminalnya ditunjukkan
dalam gambar 11(a). Polaritas adalah seperti ditunjukkan, menunjukkan bahwa termi-
nal a adalah v volt lebih tinggi dari terminal b. Dengan demikian jika v > 0, terminal
a berada pada potensial yang lebih tinggi daripada terminal b. Tentu saja, kebali-
kannya tetap berlaku, jika v < 0. Gambar 11(b) adalah sumber tegangan independen
apabila tegangannya konstan, gambar 11(c) juga sumber tegangan independen dengan
tegangan konstan seperti batere. Dalam kasus sumber-sumber konstan, kita dapat
menggunakan gambar 11(b) atau (c).

a a a

+ +
v − V − V

(a) (b) (c)

b b b

Gambar 11. Sumber tegangan independen. (a) Sumber tegangan bervariasi terhadap
waktu; (b) sumber tegangan konstan; (c) sumber tegangan konstan (batere).
Danial HB 11

Suatu sumber arus independen adalah elemen dua-terminal melalui elemen tersebut
suatu arus tertentu mengalir. Arus adalah independen terhadap tegangan antara ele-
men. Simbol untuk sumber arus independen ditunjukkan pada gambar 12, dimana i
atau I adalah arus tertentu. Arah arus adalah seperti ditunjukkan oleh simbol anak
panah.

a a

i I

(a) (b)

b b

Gambar 12. Sumber arus independen. (a) Sumber arus bervariasi terhadap waktu;
(b) sumber arus konstan.

Sumber-sumber yang telah dibicarakan, maupun elemen-elemen rangkaian yang akan


dibahas kemudian, adalah elemen-elemen ideal. Yaitu, elemen-elemen tersebut adalah
model matematikal yang mendekati elemen-elemen fisikal atau yang sebenarnya pada
kondisi-kondisi tertentu.
12 Rangkaian Listrik 1

2 Rangkaian Resistive
Elemen rangkaian yang paling sederhana dan paling umum dipergunakan adalah re-
sistor. Semua konduktor-konduktor elektrikal memperlihatkan sifat-sifat yang meru-
pakan karakteristik dari sebuah resistor. Apabila arus mengalir dalam sebuah konduk-
tor, elektron-elektron yang membentuk arus akan bertumbukan dengan lattice atom
di dalam konduktor. Kejadian ini, tentu saja, secara rata-rata, menahan gerakan
elektron-elektron. Semakin banyak jumlah tumbukan, semakin besar perlawanan dari
konduktor. Kita akan memandang sebuah resistor sebagai suatu device yang hanya
menunjukkan sifat perlawanan. Material-material yang umum dipergunakan dalam
pembuatan resistor-resistor meliputi metallic alloys dan carbon compounds.

2.1 Hukum Ohm


Hukum Ohm menyatakan bahwa tegangan antara sebuah resistor adalah berbanding
langsung dengan arus yang mengalir melalui resistor. Konstanta perbandingan adalah
nilai resistansi dari resistor yang dinyatakan dalam ohm (Ω), untuk memberikan peng-
hargaan kepada ilmuwan Jerman Georg Simon Ohm (1787-1854). Simbol rangkaian
untuk resistor ditunjukkan pada gambar 13. Untuk arus dan tegangan seperti yang
ditunjukkan, Hukum Ohm adalah
v = Ri (9)
dimana R ≥ 0 adalah resistansi. Jadi, 1 Ω = 1 V/A.
Resistor dengan R konstan disebut resistor linier. Resistor dengan R tidak konstan
untuk arus terminal berbeda-beda disebut resistor nonlinier. Untuk resistor yang
demikian, resistansi adalah fungsi dari arus yang mengalir dalam device. Contoh dari
resistor nonlinier adalah lampu pijar.
i
+

v R

Gambar 13. Simbol rangkaian untuk resistor.

Memperhatikan pers. (9), bersama dengan gambar 13, menunjukkan jika i > 0 (arus
memasuki terminal atas), maka v > 0. Jadi, arus memasuki terminal dengan potensial
lebih tinggi dan keluar dari terminal dengan potensial lebih rendah. Selanjutnya, jika
i < 0 (arus memasuki terminal bawah). Maka, v < 0, dan terminal bawah mempunyai
potensial lebih tinggi dari terminal atas. Sekali lagi, arus memasuki terminal dengan
potensial lebih tinggi. Karena muatan-muatan dibawa dari potensial yang lebih tinggi
ke potensial lebih rendah melewati resistor, energi hilang oleh suatu muatan q (energi
= qv) diserap oleh resistor dalam bentuk panas. Laju energi yang hilang, berdasarkan
Danial HB 13

definisi, adalah daya sesaat

v 2 (t)
p(t) = v(t)i(t) = Ri2 (t) = (10)
R

Selain resistansi, sebuah resistor juga dikarakteristikkan dengan rating daya-nya, atau
rating watt, yaitu daya maksimum yang dapat didissipasi oleh resistor tanpa mengalami
kerusakan akibat pemanasan-lebih. Jadi jika sebuah resistor mendissipasi suatu daya p
rating daya-nya seharusnya paling sedikit sama dengan p atau lebih tinggi. (Daya yang
digunakan dalam rating daya adalah daya rata-rata, untuk arus searah daya rata-rata
dan daya sesaat adalah sama.)
Besaran penting lainnya yang sangat berguna dalam analisis rangkaian dikenal sebagai
konduktansi, yang didefinisikan dengan

1
G= (11)
R

Satuan SI untuk konduktansi adalah siemens (S), sebagai penghargaan kepada ilmuwan
bersaudara Jerman Werner dan William Siemens (akhir abad ke-19). Jadi 1 S = 1
A/V. (Satuan lain untuk konduktansi, yang banyak dipergunakan di AS, yaitu mho,
adalah “ohm” yang dibaca terbalik. Simbol untuk mho adalah omega terbalik (℧).)
Menggabungkan pers. (9) dan (11), kita dapatkan pernyataan Hukum Ohm yang lain
adalah
i = Gv (12)

dan
i2 (t)
p(t) = = Gv 2 (t) (13)
G
Sebagai catatan akhir, konsep resistansi dapat dipergunakan untuk mendefinisikan
dua istilah yang sangat umum dalam teori rangkaian, hubung-singkat dan rangkaian-
terbuka. Suatu hubung-singkat adalah sebuah konduktor ideal antara dua titik yang
dapat dianggap mempunyai resistansi nol ohm. Suatu hubung-singkat dapat memba-
wa sebarang arus, tergantung pada rangkaian, tetapi tegangan antara suatu hubung-
singkat adalah nol. Secara analogi, suatu rangkaian-terbuka adalah suatu kehilangan
hubungan dalam rangkaian sehingga arus tidak dapat mengalir. Jadi rangkaian-terbuka
dapat dipandang sebagai suatu resistansi tak-terhingga, dan dapat mempunyai tegang-
an sebarang, namun tergantung pada rangkaian.

Contoh 4 Cari arus i dan daya yang diserap oleh resistor 1 kΩ pada gambar 14.
Dari pers. (11) dan (12)
1
G= = 10−3 S
1000
dan
i = 10−3 × 12 = 12 mA
14 Rangkaian Listrik 1

i
+

12 V 1 kΩ

Gambar 14. Gambar contoh 4.

Juga, dari pers. (13)


p(t) = 10−3 × 122 = 144 mW

Contoh 5 Arus pada contoh 4 adalah arus searah karena nilainya tidak berubah
dengan waktu. Seandainya sekarang tegangan dirubah dengan tegangan fungsi waktu
v = 10 cos t V dan ulangi perhitungan pada contoh 4.
Arus adalah
v 10 cos t
i= = = 10 cos t mA
R 103
dan daya sesaat adalah

p = vi = 10 cos t × 10 cos t × 10−3 = 100 cos2 t × 10−3 = 0.1 cos2 t W

yang selalu nonnegatif. Arus, dalam kasus ini, adalah arus bolak-balik.

Soal-Soal

1. Tegangan terminal suatu resistor 20-kΩ adalah 100 V. Cari (a) konduktansi, (b)
arus terminal, dan (c) rating watt minimum resistor

2. Daya sesaat yang diserap oleh sebuah resistor adalah 4 sin2 377t W. Jika arus
adalah 40 sin 377t mA, cari v dan R.

3. Cari i dan daya yang dikirim ke resistor

+
6 MΩ 12 V

i

Gambar 15. Gambar soal 3.


Danial HB 15

2.2 Hukum Kirchhoff


Hukum Kirchhoff yang diberikan oleh ilmuwan Jerman Gustav Kirchhoff (1824-1887)
terdiri dari hukum tegangan Kirchhoff dan hukum arus Kirchhoff.

2.2.1 Hukum Arus Kirchhoff

Hukum arus Kirchhoff (KCL) menyatakan bahwa “jumlah aljabar arus yang memasuki
setiap node adalah sama dengan nol.” Sebagai contoh, arus-arus yang memasuki node
pada gambar 16 adalah

i1

i2
i3
+

i4

Gambar 16. Arus mengalir memasuki suatu node.

i1 + i2 + (−i3 ) + i4 = 0
atau
i1 + i2 + i4 = i3
Hasil ini memberikan pernyataan lain untuk KCL, yaitu “jumlah arus yang memasuki
setiap node sama dengan jumlah arus yang meninggalkan node tersebut.”
Secara matematis, KCL adalah
N
X
in = 0, (14)
n=1

dimana in adalah arus ke-n yang memasuki (atau meninggalkan) node dan N adalah
jumlah arus node.

2.2.2 Hukum Tegangan Kirchhoff

Hukum tegangan Kirchhoff (KVL) menyatakan bahwa “jumlah aljabar tegangan di


sekitar sebarang lintasan tertutup adalah nol.” Sebagai contoh, tegangan-tegangan di
sekitar lintasan tertutup abcda pada gambar 17 adalah

−v1 + v2 − v3 = 0

Secara matematis, KVL adalah


N
X
vn = 0, (15)
n=1
16 Rangkaian Listrik 1

dimana vn adalah tegangan ke-n dalam suatu loop dengan N tegangan.

+ v2 −

+

b c

+ −
v1 − v3
+

a d

Gambar 17. Tegangan-tegangan di sekitar lintasan tertutup.

Contoh 6 Hitung ix dan vx dalam gambar 18.

10 V i1
a b
4A 2A

+

i2
+ +
1A vx v2 5Ω
− −
i3 3A
d c
ix

Gambar 18. Gambar contoh 6.

Dengan menjumlahkan arus-arus yang memasuki node a didapatkan

−4 + 1 + i1 = 0

atau i1 = 3 A.
Pada node b
2 − i1 − i2 = 0
atau i2 = −1 A.
Pada node c
i2 + i3 − 3 = 0
atau i3 = 4 A.
Pada node d
−ix − i3 − 1 = 0
atau ix = −5 A.
Danial HB 17

Menggunakan KVL di sekitar lintasan abcda didapatkan


−10 + v2 − vx = 0
Dari hukum Ohm didapatkan v2 = 5i2 = −5 V. Oleh karena itu, vx = −15 V.

10 V i1
a b
4A 2A


+
i2
+ +
1A vx v2 5Ω S
− −
i3 3A
d c
ix

Gambar 19. Jaringan untuk generalisasi KCL.

Perhatikan jaringan pada gambar 19, dimana beberapa elemen ditunjukkan berada di
dalam permukaan tertutup S. Kita tahu bahwa arus yang memasuki setiap elemen sama
dengan arus yang meninggalkan device sedemikian sehingga setiap elemen menyimpan
muatan net nol. Oleh karena itu, muatan net total yang tersimpan di dalam permukaan
adalah nol, hal ini menghendaki bahwa
−4 + 2 − 3 − ix = 0
Hasil ini mengilustrasikan generalisasi KCL, yang menyatakan “jumlah aljabar arus
yang memasuki sebarang permukaan tertutup adalah nol.”
Dengan demikian, ix = −5 A.

Soal-Soal
1. Cari i dan vab

4A
a
2Ω 1Ω 8A
+
4Ω 8Ω
8V

i
6Ω
3A 2A

Gambar 20. Gambar soal 1.


18 Rangkaian Listrik 1

2. Cari v dan i.

2Ω

2A

3Ω
+
+
6V − 3Ω 2Ω 8V

+
v −

Gambar 21. Gambar soal 2.

2.3 Resistansi Seri dan Pembagian Tegangan


Elemen-elemen dikatakan terhubung seri apabila elemen-elemen membawa arus yang
sama. Perhatikan gambar 22(a) berikut, yaitu suatu rangkaian dengan loop-tunggal
mempunyai dua resistor dan suatu sumber tegangan independen.
i iS = i

+
v1 R1

+ +
v − v − RS
+
v2 R2

(a) (b)
Danial HB 19

Gambar 22. (a) Rangkaian loop-tunggal; (b) rangkaian ekivalen.

Langkah pertama dalam prosedur analisis adalah menentukan arus-arus dan tegangan
pada semua elemen di dalam jaringan. Dalam rangkaian ini, jelas dari KCL bahwa
semua elemen membawa arus yang sama. Kita sebut arus ini adalah i dalam arah
yang ditunjukkan. Kemudian kita tentukan tegangan untuk R1 dan R2 sebagai v1 dan
v2 , berturut-turut. Penandaan ini dipilih untuk memenuhi hukum Ohm untuk tanda
aljabar positif.
Langkah kedua dalam analisis adalah penerapan KVL, yang menghasilkan

v = v1 + v2

dimana, dari hukum Ohm,

v1 = R1 i dan v2 = R2 i (16)

Dengan menggabungkan kedua persamaan ini, didapatkan

v = R1 i + R2 i

Maka i adalah
v
i= (17)
R1 + R2
Sekarang perhatikan rangkaian pada gambar 22(b). Jika RS dipilih sedemikian rupa
sehingga
v
iS = = i, (18)
RS
jaringan dikatakan suatu rangkaian ekivalen dari gambar 22(a) karena arus (response)
identik dihasilkan untuk suatu tegangan (eksitasi) v. Secara umum kedua rangkaian
dikatakan ekivalen apabila keduanya menunjukkan hubungan tegangan-arus identik pa-
da terminal-terminalnya. Dengan perkataan lain, suatu sumber pada terminal melihat
resistansi yang sama dalam masing-masing rangkaian.
Dengan membandingkan pers. (17) dan (18), kita dapatkan bahwa

RS = R1 + R2 (19)

Memperhatikan persamaan ini, kita lihat bahwa jika kombinasi seri R1 dan R2 digan-
tikan dengan resistor RS , arus yang sama mengalir dari sumber v. Oleh karena itu, RS
adalah resistansi ekivalen dari hubungan seri.
Dengan menggabungkan pers. (16) dan (17), kita dapatkan

R1 R2
v1 = v dan v2 = v (20)
R1 + R2 R1 + R2

Persamaan ini menunjukkan prinsip pembagian tegangan untuk dua resistor seri. Ka-
rena alasan ini, rangkaian pada gambar 22(a) disebut pembagi tegangan.
20 Rangkaian Listrik 1

Contoh 7 Jika dalam gambar 22(a) R1 = 8 Ω, R2 = 4 Ω, dan v = 12 V, maka dengan


pembagian tegangan,
8
v1 = (12) = 8 V,
8+4
dan oleh karena itu v2 = v − v1 = 4 V. Dengan cara lain, dengan pembagian tegangan,
4
v2 = (12) = 4 V
8+4
Daya sesaat yang diserap oleh R1 dan R2 dalam gambar 22(a) adalah

v12 R1
p1 = = v2
R1 (R1 + R2 )2

dan
v22 R2
p2 = = v2
R2 (R1 + R2 )2
Total daya yang diserap adalah

v2
 
v
p1 + p2 = =v = vi
R1 + R2 R1 + R2

Daya yang dikirim sumber adalah juga sama dengan vi, menunjukkan bahwa daya yang
dikirim oleh sumber sama dengan daya yang diserap oleh R1 dan R2 . Hasil ini dikenal
sebagai konservasi daya (kadang-kadang disebut juga sebagai teorema Tellegen).

Contoh 8 Seandainya v = 120 sin t V dan v1 = 48 sin t V dalam gambar 23, tentukan
R1 , RS , i, dan daya sesaat yang berkaitan dengan masing-masing elemen.
i

+
v1 R1

+
v −
+
v2 R2 = 90 Ω

Gambar 23. Rangkaian loop-tunggal.

Dengan KVL,
v2 = v − v1 = 72 sin t V
Danial HB 21

dan dari pers. (20)


90
72 sin t = 120 sin t
90 + R1
menghasilkan R1 = 60 Ω. Oleh karena itu, RS = R1 + R2 = 150 Ω, dan, dari pers. (17),
i = (120 sin t)/150 = 0.8 sin t A. Daya sesaat pada R1 dan R2 adalah p1 = R1 i2 =
38.4 sin2 t W dan p2 = R2 i2 = 57.6 sin2 t W. Jadi, daya yang dikirim oleh sumber
adalah vi = 96 sin2 t W. Daya yang diserap oleh RS adalah RS i2 = 96 sin2 t W, yang
mana adalah tentu saja daya yang dikirim oleh sumber.
Sekarang kita tinjau hubungan seri N resistor dan sebuah sumber tegangan independen,
seperti ditunjukkan pada gambar 24.
KVL memberikan
v = v1 + v2 + · · · + vN
dimana
v1 = R1 i v2 = R2 i · · · vN = RN i (21)
Oleh karena itu,
v = R1 i + R2 i + · · · RN i
Maka
v
i= (22)
R1 + R2 + · · · + RN
i

+
v1 R1

+
v2 R2
+ −
v −

+
vN RN

Gambar 24. Rangkaian loop-tunggal dengan N resistor seri.

Sekarang kita pilih RS dalam rangkaian gambar 22(b) sehingga pers. (18) terpenuhi.
Ekivalen dari pers. (18) dan (22) menghendaki bahwa
N
X
RS = R1 + R2 + · · · RN = Rn (23)
n=1
22 Rangkaian Listrik 1

Oleh karena itu, resistansi ekivalen dari N resistor seri adalah jumlah dari resistansi
individual.
Dengan mensubstitusikan pers. (22) dan (23) ke dalam pers. (21) didapatkan
R1 R2 RN
v1 = v v2 = v · · · vN = v (24)
RS RS RS
adalah persamaan-persamaan yang menggambarkan sifat pembagian tegangan untuk
N resistor seri.
Daya sesaat yang dikirim ke kombinasi seri, dari pers. (10) dan (24) adalah
v12 v2 v2
p = + 2 +···+ N
R1 R2 RN
R1 2 R2 2 RN
= 2
v + 2 v + · · · + 2 v2
RS RS RS
2
v
= = vi
RS
Daya ini adalah sama dengan daya yang dikirim sumber.

Contoh 9 Dalam gambar 24, cari v1 dan i jika N = 10, R1 = 60 Ω, resistansi yang
lain masing-masing 10 Ω, dan v = 75 V.
Resistansi ekivalen adalah RS = 60 + 9(10) = 150 Ω, dan dengan pembagian tegangan
60
v1 = (75) = 30 V
150
Dengan hukum Ohm didapatkan
v 75
i= = = 0.5 A
RS 150

Soal-Soal

1. Cari (a) resistansi ekivalen dilihat oleh sumber, (b) arus i, (c) daya yang dikirim
oleh sumber, (d) v1 , (e) v2 , dan (f) rating watt minimum yang diperlukan untuk
resistor 6 Ω.

i 6Ω 10 Ω

+ v1 −

+
12 V − 8Ω v2
+

Gambar 25. Gambar soal 1.


Danial HB 23

2. Dalam gambar 22(a), v = 16e−t V, v2 = 4e−t V, dan R1 = 24 Ω. Cari (a) R2 , (b)


daya sesaat yang dikirim ke R2 , dan (c) arus i.

3. Suatu beban resistive membutuhkan 4 V dan mendissipasi daya 2 W. Suatu


batere 12-V tersedia untuk mengoperasikan beban tersebut. Berpedoman pada
gambar 22(a), jika R2 menyatakan beban dan v adalah batere 12-V, cari (a) arus
i, (b) resistansi R1 , dan (c) rating watt minimum dari R1 .

4. Dalam pembagi tegangan yang ditunjukkan pada gambar di bawah, daya yang
dikirim oleh sumber adalah 9 mW dan v1 = v/4. Cari R, v, v1 , dan i.

i 1 kΩ

+
4 kΩ v1

+ −
v −

R
2 kΩ

Gambar 26. Gambar soal 4.

2.4 Resistansi Parallel dan Pembagian Arus


Elemen-elemen terhubung parallel apabila tegangan yang sama dirasakan oleh masing-
masing elemen. Rangkaian sepasang-node-tunggal yang ditunjukkan dalam gambar 27
adalah suatu hubungan parallel dari dua resistor dan suatu sumber arus independen
karena menurut KVL semua elemen mempunyai tegangan yang sama v.
Menggunakan KCL pada node atas dihasilkan

i = i1 + i2

dimana, menurut hukum Ohm,

i1 = G1 v i2 = G2 v (25)

Maka
i = G1 v + G2 v
dan didapatkan v
i
v= (26)
G1 + G2
24 Rangkaian Listrik 1

i1 i2
+ +
i G1 v G2 i vp Gp
− −

(a) (b)

Gambar 27. (a) Rangkaian sepasang-node-tunggal; (b) rangkaian ekivalen.

Dalam rangkaian pada gambar 27(b), jika Gp dipilih sedemikian sehingga


i
vp = = v, (27)
Gp

maka jaringan adalah suatu rangkaian ekivalen dengan jaringan pada gambar 27(a).
Dengan membandingkan pers. (26) dan (27), kita dapatkan

Gp = G1 + G2 (28)

Jelas, Gp adalah konduktansi ekivalen dari dua konduktansi parallel. Dinyatakan dalam
resistansi, pers. (28) menjadi
1 1 1
Gp = = +
Rp R1 R2
atau
R1 R2
Rp = (29)
R1 + R2
Dengan mensubstitusikan pers. (26) ke (25) kita dapatkan
G1 G2
i1 = i i2 = i (30)
G1 + G2 G1 + G2
Persamaan ini mendemonstrasikan prinsip pembagian arus dan rangkaiannya disebut
juga sebagai pembagi arus. Dinyatakan dalam resistansi
R2 R1
i1 = i i2 = i (31)
R1 + R2 R1 + R2
Daya yang diserap oleh kombinasi parallel adalah

p1 + p2 = R1 i21 + R2 i22
R22 i2 R12 i2
= R1 + R2
(R1 + R2 )2 (R1 + R2 )2
R1 R2 2
= i = vi
R1 + R2
sama dengan daya yang dikirim oleh sumber arus ke jaringan.
Danial HB 25

Contoh 10 Seandainya dalam gambar 27(a) R1 = 3 Ω, R2 = 6 Ω, dan i = 3 A, maka

(3)(6)
Rp = = 2Ω
3+6
6 3
i1 = 3 = 2A i2 = 3 = 1A
3+6 3+6
Tegangan v = R1 i1 = R2 i2 = 6 V, atau menggunakan resistansi ekivalen v = Rp i = 6
V.
Tinjau N konduktansi parallel dan suatu sumber arus independen seperti ditunjukkan
pada gambar 28. KCL memberikan

i = i1 + i2 + · · · + iN

dimana
i1 = G1 v i2 = G2 v · · · iN = GN v (32)

i1 i2 iN
+
i G1 G2 v GN

Gambar 28. Rangkaian sepasang-node-tunggal dengan N konduktansi parallel.

Oleh karena itu


i = G1 v + G2 v + · · · + GN v
maka
i
v= (33)
G1 + G2 + · · · + GN
Jika kita pilih Gp dalam gambar 27(b) sedemikian sehingga pers. (27) terpenuhi, maka
pers. (33) menghendaki bahwa
N
X
Gp = G1 + G2 + · · · + GN = Gi (34)
i=1

Dalam resistansi, persamaan ini menjadi


N
1 1 1 1 X 1
= + +···+ = (35)
Rp R1 R2 RN i=1
Ri

Menggabungkan pers. (32)–(35) kita dapatkan


G1 Rp G2 Rp GN Rp
i1 = i= i i2 = i= i · · · iN = i= i (36)
Gp R1 Gp R2 Gp RN
26 Rangkaian Listrik 1

Contoh 11 Cari resistansi ekivalen Req jaringan pada gambar 29(a) dipandang dari
terminal x − y.

7Ω 1Ω 7Ω
x x

Req 12 Ω 5Ω 12 Ω 6Ω

y y
(a) (b)

7Ω
x x

4 Ω Req 11 Ω

y y
(c) (d)

Gambar 29. Langkah-langkah dalam menentukan resistansi ekivalen suatu jaringan.

Resistansi ekivalen jaringan dilihat dari terminal x − y adalah Req = 11 Ω.

Soal-Soal

1. Cari resistansi ekivalen dilihat dari sumber dan gunakan hasilnya untuk menghi-
tung i, i1 , dan v

i 3Ω

i1
+
+
48 V − 6Ω v 30 Ω

Gambar 30. Gambar soal 1.

2. Jika i = 9 A dan i2 = 6 A dalam gambar 27(a), cari rasio R2 /R1 .


Danial HB 27

3. Suatu beban memerlukan 3 A dan menyerap 48 W. Jika hanya tersedia sum-


ber arus 5-A, cari resistansi yang diperlukan untuk ditempatkan parallel dengan
beban.

4. Dalam gambar 28, jika N = 3, R1 = 9 Ω, R2 = 72 Ω, dan v = 12 sin t V dan daya


sesaat yang dikirim oleh sumber arus adalah 24 sin2 t W, cari (a) R3 , (b) i, dan
(c) i3 .

5. Cari resistansi ekivalen yang dilihat oleh sumber dan arus i.

2Ω 18 Ω

i
21 Ω
+
30 V − 12 Ω 8Ω

6Ω 6Ω

Gambar 31. Gambar soal 5.

2.5 Contoh-Contoh Analisis


Contoh 12 Hitung i, v1 , dan vab dalam rangkaian pada gambar 32(a).
KVL dan hukum Ohm memberikan

−30 + 20i + 30i + 20 + 50i = 0,

disederhanakan menjadi
−10 + 100i = 0.
Oleh karena itu, kita dapatkan i = 0.1 A dan v1 = 30i = 3 V.
Rangkaian pada gambar 32(b) adalah ekivalen dari rangkaian pada gambar 32(a) sejauh
arus i yang diperhatikan karena kedua rangkaian digambarkan dengan persamaan yang
direduksi. Kenyataannya, gambar 32(b) dapat diperoleh secara langsung dari gambar
32(a) karena pada gambar 32(a) semua elemen membawa arus yang sama i dan oleh
karena itu terhubung seri. Menambahkan ketiga resistansi menghasilkan resistansi
ekivalen sebesar 100 Ω, dan dengan menambahkan tegangan-tegangan sumber secara
aljabar memberikan sumber ekivalen sebesar 10 V. Hal ini dapat dilihat dengan lebih
mudah pada gambar 32(c), dimana sumber 20 V telah digeser dekat dengan sumber
30 V.
28 Rangkaian Listrik 1

i 20 Ω 30 Ω i
a
+ v1 −
+ + +
30 V − 20 V − 10 V − 100 Ω

(a) b (b)
50 Ω
20 Ω 30 Ω

+
30 V −


20 V +

(c)
50 Ω
Gambar 32. (a) Rangkaian loop-tunggal; (b) rangkaian ekivalen; (c) rangkaian
ekivalen bentuk lain.

Untuk mencari vab kita pergunakan KVL dalam gambar 32(a) ke loop yang terdiri dari
lintasan langsung ba, resistor 20 Ω, dan sumber 30 V. Hasilnya

−vab − 20i + 30 = 0

didapatkan vab = 28 V.

Contoh 13 Tunjukkan bahwa konservasi daya berlaku pada contoh 12.


Karena telah didapatkan i = 0.1 A, daya yang diserap oleh resistor-resistor adalah

p20 Ω = 20(0.1)2 = 0.2 W


p30 Ω = 30(0.1)2 = 0.3 W
p50 Ω = 50(0.1)2 = 0.5 W

Sumber 20 V juga menyerap daya karena arus memasuki terminal positif-nya. Yaitu
p20 V = 20i = 2 W. Sumber 30 V mengirim daya p30 V = 30i = 3 W.
Karena 3 = 2 + 0.2 + 0.3 + 0.5, maka daya yang dikirim sama dengan daya yang diserap
dan ini membuktikan konservasi daya.
Danial HB 29

Contoh 14 Hitung i dan v dan tunjukkan bahwa konservasi daya berlaku untuk
rangkaian pada gambar 33, dimana iac = 10 sin πt A.

i
+
iac v 0.01 S 0.02 S 5A 0.07 S

Gambar 33. Rangkaian pasangan-node-tunggal.

Menggunakan KCL pada node atas didapatkan

10 sin πt − 0.01v − 0.02v − 5 − 0.07v = 0

atau
(10 sin πt − 5) − 0.1v = 0
Jelas dari hasil ini bahwa sumber arus (10 sin πt − 5) A terhubung pada suatu kon-
duktansi 0.1 S (atau resistor 10 Ω) merupakan suatu rangkaian ekivalen sejauh v yang
menjadi perhatian [lihat gambar 27(b)].
Untuk v dan i didapatkan
v = 100 sin πt − 50 V
i = 0.02v = 0.02(100 sin πt − 50) = 2 sin πt − 1 A
Total daya yang diserap oleh konduktansi adalah

pabs = Gp v 2
= 0.1(100 sin πt − 50)2
= 1000 sin2 πt − 1000 sin πt + 250 W

Daya yang dikirim oleh sumber paling kiri adalah

p1 = 10 sin πt(100 sin πt − 50) W

Dengan cara yang sama, sumber 5-A mengirim

p2 = −5(100 sin πt − 50) W

Total daya yang dikirim oleh semua sumber adalah

pabs = p1 + p2 = 1000 sin2 πt − 1000 sin πt + 250 W

adalah sama dengan daya yang diserap oleh semua konduktansi.


30 Rangkaian Listrik 1

Contoh 15 Hitung i, v, dan daya yang dikirim oleh sumber dalam gambar 34(a).

i1 2Ω i 12 Ω 4Ω
a c

+ + +
+
30 V − 16 Ω v1 6Ω v2 8Ω v
− − −

b (a) d

i1 2Ω i 12 Ω i1 2Ω
a c a

+ + +
+ +
30 V − 16 Ω v1 4Ω v2 30 V − 8Ω v1
− − −

b (b) d (c) b

Gambar 34. Rangkaian untuk contoh analisis menggunakan pembagian tegangan.

Kita mulai dengan mendapatkan kombinasi hubungan resistor seri dan parallel seca-
ra berturutan. Resistansi-resistansi 4-Ω dan 8-Ω (seri) ditambahkan menjadi 12 Ω.
Resistansi 12 Ω ini terhubung parallel dengan resistansi 6 Ω, memberikan nilai eki-
valen (12)(6)/(12 + 6) = 4 Ω [gambar 34(b)]. Sekarang kita menambahkan resistansi-
resistansi 4-Ω dan 12-Ω (seri), yang hasilnya terhubung parallel dengan resistansi 16-Ω,
memberikan (16)(16)/(16 + 16) = 8 Ω [gambar 34(c)]. Gambar 34(c) adalah resistansi
ekivalen seperti dilihat dari terminal a − b. Resistansi ekivalen dilihat dari sumber,
dari gambar 34(c) adalah Req = 2 + 8 = 10 Ω, sehingga arus i1 adalah
30
i1 = =3A
10
Oleh karena itu, daya yang dikirim sumber adalah
ps = (30)(3) = 90 W
Dengan pembagian tegangan kita lihat dalam gambar 34(c) bahwa
 
8
v1 = 30 = 24 V
8+2
adalah tegangan antara titik-titik a − b dalam rangkaian. Selanjutnya pada gambar
34(b), kita lihat bahwa v1 adalah tegangan antara kombinasi seri resistor-resistor 12-Ω
dan 4-Ω; jadi, dengan menggunakan pembagian tegangan, kita dapatkan
 
4
v2 = 24 = 6 V
4 + 12
Danial HB 31

adalah tegangan antara titik-titik c − d dalam rangkaian. Dalam gambar 34(a), v2


adalah tegangan antara hubungan seri dari resistor-resistor 4-Ω dan 8-Ω. Oleh karena
itu, dengan pembagian tegangan didapatkan
 
8
v= 6=4V
4+8
Akhirnya, dengan pembagian arus dalam gambar 34(b), kita dapatkan
 
16
i= i1 = 1.5 A
16 + 16

Contoh 16 Hitung i pada gambar 35(a).

i1 3Ω 6Ω
x
i

12 A 6Ω 3Ω 4Ω 6Ω

y (a)

i1 3Ω i1
x x

12 A 6Ω 3Ω 3Ω 12 A 2Ω 6Ω

(b) y (c) y

Gambar 35. Rangkaian untuk contoh analisis menggunakan pembagian arus.

Dua buah resistor 6 Ω yang terhubung seri pada gambar 35(a) adalah terhubung parallel
dengan resistor 4 Ω. Kombinasi parallel ini adalah ekivalen dengan (4)(12)/(4 + 12) =
3 Ω seperti ditunjukkan pada gambar 35(b). Jika sekarang kita ganti dua buah resistor
seri di sebelah kanan titik-titik x−y dan parallel resistor-resistor 6 Ω dan 3 Ω di sebelah
kiri titik-titik x−y dengan ekivalen seri dan parallel-nya masing-masing, kita dapatkan
rangkaian pada gambar 35(c). Menggunakan pembagian arus, kita dapatkan
 
2
i1 = 12 = 3 A
2+6
Menggunakan pembagian arus pada gambar 35(a) kita dapatkan
 
4 3
i= i1 = A
4 + 12 4
32 Rangkaian Listrik 1

Soal-Soal
1. Cari vab dan daya yang dikirim oleh sumber 5-V

20 Ω 60 Ω
a

+ −
10 V − + 5V

b
30 Ω 40 Ω
Gambar 36. Gambar soal 1.

2. Cari R dan buat rangkaian ekivalen dengan satu sumber arus dan sebuah resistor.
Diketahui i1 = 4 sin t A, i2 = 7 sin t A, dan v = 30 sin t V.

+
i1 100 Ω 25 Ω i2 v R

Gambar 37. Gambar soal 2.

3. Cari i1 dan i2 .

2Ω 3Ω

i1
6Ω
+
16 V 15 Ω 56 Ω
− i2

3Ω 6Ω
Danial HB 33

Gambar 38. Gambar soal 3.

4. Cari v dan daya yang dikirim oleh sumber.

20 Ω 4Ω

+
12 A 8Ω 12 Ω 6Ω v 12 Ω 4Ω

Gambar 39. Gambar soal 4.

2.6 Ammeter, Voltmeter, dan Ohmmeter


Salah satu contoh kegunaan dari pembagian arus dan tegangan adalah untuk peran-
cangan instrumen pengukuran dua-terminal sederhana, seperti ammeter, voltmeter,
dan ohmmeter. Suatu ammeter ideal mengukur arus yang mengalir melalui terminal-
terminalnya dan mempunyai tegangan antara terminal-terminalnya nol. Sebaliknya,
suatu voltmeter ideal mengukur tegangan antara terminal-terminalnya dan mempu-
nyai arus terminal nol. Suatu ohmmeter ideal mengukur resistansi yang terhubung
antara terminal-terminalnya dan mengirim daya nol ke resistansi.
Instrumen pengukuran praktis adalah pendekatan dari device-device ideal. Amme-
ter, misalnya, mempunyai tegangan antara terminal-terminal tidak nol. Demikian ju-
ga, voltmeter mempunyai arus terminal tidak nol, dan ohmmeter mengirim daya dari
terminal-terminalnya tidak nol.
Tipe ammeter populer yang terdiri dari suatu gerakan mekanikal dikenal sebagai me-
ter D’Arsonval. Device ini dibuat dengan menggantungkan suatu kumparan elektrikal
antara kutub-kutub magnet permanen. Arus dc yang mengalir melalui kumparan me-
nyebabkan kumparan berputar, sebagai akibat dari gaya-gaya magnetik, yang seban-
ding dengan arus. Suatu pointer yang dipasang pada kumparan sedemikian sehingga
rotasi, atau defleksi meter, dapat diamati secara visual. Meter-meter D’Arsonval dika-
rakteristikkan dengan arus skala-penuh-nya, yaitu arus yang akan menyebabkan meter
membaca nilai terbesarnya. Pada umumnya arus-arus skala-penuh adalah dari 10 µA
sampai 10 mA.
Suatu rangkaian ekivalen meter D’Arsonval terdiri dari suatu ammeter ideal terhubung
seri dengan suatu resistansi RM , seperti ditunjukkan pada gambar 40. Dalam rangkaian
ini RM menyatakan resistansi kumparan elektrikal. Jelas, suatu tegangan muncul
antara terminal-terminal ammeter sebagai akibat dari arus i yang mengalir melalui
RM . RM biasanya hanya beberapa ohm, dan tegangan terminal nominal untuk arus
skala-penuh adalah dari 20 sampai 200 mV.
34 Rangkaian Listrik 1

RM
i
M

Gambar 40. Rangkaian ekivalen untuk suatu meter D’Arsonval.

Meter D’Arsonval pada gambar 40 adalah suatu ammeter yang cocok untuk mengukur
arus-arus dc yang tidak lebih besar dari arus skala-penuh IF S . Akan tetapi, seandainya
kita ingin mengukur arus yang lebih besar dari IF S . Jelas bahwa kita harus tidak
mengijinkan suatu arus yang lebih besar dari IF S mengalir melalui device. Suatu
rangkaian untuk mencapai tujuan ini ditunjukkan pada gambar 41, dimana Rp adalah
suatu resistansi parallel yang mengurangi arus yang mengalir melalui kumparan meter.

iF S IF S RM

ip
M

Rp

Gambar 41. Rangkaian ammeter.

Dari pembagian arus


Rp
IF S = iF S ,
RM + Rp

dimana iF S adalah arus yang menghasilakn IF S dalam meter D’Arsonval. (Jelas, arus
ini adalah arus maximum yang dapat diukur ammeter.) Dan

RM IF S
Rp = (37)
iF S − IF S

Suatu voltmeter dc dapat dibuat menggunakan meter D’Arsonval dengan menempatk-


an resistansi Rs seri dengan device, seperti ditunjukkan dalam gambar 42. Jelas bahwa
tegangan skala-penuh, v = vF S , terjadi apabila arus meter adalah IF S . Oleh karena
itu, dari KVL,
−vF S + Rs IF S + RM IF S = 0,

darimana
vF S
Rs = − RM (38)
IF S
Danial HB 35

Rs
i
+

M
v

RM

Gambar 42. Rangkaian voltmeter.

Sensitivitas arus suatu voltmeter, dinyatakan dalam ohm per volt, adalah nilai yang
diperoleh dengan membagi resistansi voltmeter dengan tegangan skala-penuhnya. Oleh
karena itu,
Rs + RM Rs
Ω/V rating = ≈ (39)
vF S vF S
(Catatan: “≈” berarti mendekati sama dengan.)
Suatu rangkaian ohmmeter sederhana mempergunakan meter D’Arsonval untuk pe-
ngukuran resistansi Rx yang tidak diketahui ditunjukkan pada gambar 43. Dalam
rangkaian ini batere E menyebabkan arus i mengalir apabila Rx dihubungkan pada
rangkaian. Menggunakan KVL, kita dapatkan
−E + (Rs + RM + Rx )i = 0
darimana
E
Rx = − (Rs + RM )
i

Rs
i

E
M
Rx

RM

Gambar 43. Rangkaian ohmmeter.


36 Rangkaian Listrik 1

Kita pilih E dan Rs sedemikian sehingga untuk Rx = 0, i = IF S . Oleh karena itu,


E
IF S =
Rs + RM
Menggabungkan kedua persamaan terakhir, kita dapatkan
 
IF S
Rx = − 1 (Rs + RM ) (40)
i

Suatu meter yang sangat populer yang menggabungkan ketiga rangkaian yang telah
dijelaskan di atas adalah VOM (voltmeter-ohmmeter-milliammeter). Dalam VOM, Rp
dan Rs dapat dirubah sehingga range operasi meter menjadi luas.

Soal-Soal

1. Suatu meter D’Arsonval mempunyai IF S = 1 mA dan RM = 50 Ω. Tentukan Rp


dalam gambar 41 sedemikian sehingga iF S adalah (a) 1.0 mA, (b) 10 mA, dan
(c) 100 mA.

2. Dalam gambar 42, tentukan Rs dan Ω/V rating untuk suatu voltmeter agar
mempunyai tegangan skala-penuh 100 V menggunakan meter D’Arsonval dengan
(a) RM = 100 Ω dan IF S = 50 µA dan (b) RM = 50 Ω dan IF S = 1 mA.

3. Berapa tegangan yang akan diukur untuk masing-masing desain meter dalam
soal 2 dalam rangkaian berikut? Mengapa kedua pengukuran berbeda?

10 mA 10 kΩ v =? M

Gambar 44. Gambar soal 3.

4. Meter pada soal 1 dipergunakan untuk membentuk rangkaian ohmmeter pada


gambar 43. Tentukan Rs dan E sehingga i = IF S /2 mA apabila Rx = 10 kΩ.

Anda mungkin juga menyukai