10 Pebruari 2021
Daftar Isi
1 Introduksi 1
1.1 Definisi dan Satuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1.1 Definisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1.2 Satuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.2 Muatan dan Arus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.2.1 Muatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.2.2 Arus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
1.3 Tegangan, Energi, dan Daya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1.3.1 Tegangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1.3.2 Energi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
1.3.3 Daya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
1.4 Elemen-Elemen Pasif dan Aktif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2 Rangkaian Resistive 11
2.1 Hukum Ohm . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.2 Hukum Kirchhoff . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
2.2.1 Hukum Arus Kirchhoff . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
2.2.2 Hukum Tegangan Kirchhoff . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
2.3 Resistansi Seri dan Pembagian Tegangan . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
2.4 Resistansi Parallel dan Pembagian Arus . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
2.5 Contoh-Contoh Analisis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
2.6 Ammeter, Voltmeter, dan Ohmmeter . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
1
2 Rangkaian Listrik 1
1 Introduksi
b
a c
Terminal Terminal adalah bagian dari elemen elektrikal dan adalah tempat untuk
menghubungkan elemen elektrikal dengan elemen-elemen elektrikal lainnya. Gambar
berikut adalah contoh, secara umum, elemen elektrikal dengan 2 terminal (a dan b).
a b
1.1.2 Satuan
SI Dalam SI (International System of Units) terdapat enam satuan dasar, dan satuan-
satuan lainnya diturunkan dari satuan-satuan dasar ini. Satuan-satuan dasar ini adalah
meter, kilogram, second, coulomb, kelvin, dan candela. Satuan dasar untuk panjang da-
lam SI adalah meter, disingkat m, yang berhubungan dengan sistem British (British
System of Units) inch, 1 inchi = 0.0254 m. Satuan dasar untuk massa adalah kilo-
gram (kg), dan satuan dasar untuk waktu adalah second (s). Dalam satuan British, 1
pound-massa = 0.45359237 kg, dan second sama untuk kedua sistem.
Satuan keempat dalam SI adalah coulomb (C), adalah satuan dasar yang digunakan
untuk mengukur muatan listrik. Nama coulomb dipilih untuk menghargai ilmuwan
Perancis, Charles Augustin de Coulomb (1763-1806). Semua satuan SI yang dibe-
ri nama orang-orang terkenal mempunyai singkatan dalam huruf kapital; jika tidak,
singkatan menggunakan huruf kecil.
Terdapat empat satuan turunan yang sangat bermanfaat dalam teori rangkaian listrik.
Satuan-satuan ini adalah satuan untuk mengukur arus listrik, gaya, kerja atau energi,
dan daya. Satuan dasar untuk arus listrik adalah ampere (A), untuk menghargai
ilmuwan Perancis André Marie Ampère (1775-1836). Satu ampere adalah 1 coulomb
per second.
Satuan dasar untuk gaya adalah newton (N), adalah gaya yang diperlukan untuk mem-
percepat 1-kg massa dengan 1 meter per second per second (1 m/s2 ). Jadi, 1 N = 1
kg-m/s2 . Nama newton untuk menghargai ilmuwan Inggris Sir Isaac Newton (1642-
1727).
Satuan dasar untuk kerja atau energi adalah joule (J), untuk menghargai ilmuwan
Inggris James P. Joule (1818-1889). Satu joule adalah kerja yang dilakukan oleh sebuah
gaya konstan 1-N sejauh 1-m. Jadi, 1 J = 1 N-m.
Satuan dasar untuk daya adalah watt (W), yaitu laju pengeluaran atau pemasukan
energi. Satu watt adalah sama dengan 1 J/s dan diberikan sebagai penghargaan pada
ilmuwan Scotlandia James Watt (1736-1819).
Kita sudah terbiasa dengan gaya-gaya tarik gravitasi antara benda-benda, yang menje-
laskan mengapa kita tetap berada di bumi dan yang menyebabkan buah apel jatuh ke
tanah tetapi tidak ke udara. Akan tetapi, ada benda-benda yang saling tarik-menarik
dengan gaya-gaya namun tidak proporsional dengan massa-massanya. Juga, teramati
adanya gaya-gaya yang tolak-menolak maupun tarik-menarik dan yang pasti bukanlah
gaya-gaya gravitasi.
Gaya-gaya ini dijelaskan dengan mengatakan bahwa gaya-gaya tersebut bersifat elektri-
kal dan disebabkan oleh adanya muatan-muatan listrik. Keberadaan gaya-gaya tarik-
menarik dan tolak-menolak dijelaskan dengan mempostulasikan bahwa terdapat dua
jenis muatan, positif dan negatif, dan muatan-muatan tak sejenis saling tarik-menarik
dan muatan-muatan sejenis saling tolak-menolak.
Seperti telah diketahui, menurut teori modern, materi tersusun dari atom-atom, dan
atom-atom tersusun dari sejumlah partikel-partikel dasar. Partikel-partikel yang pa-
ling penting adalah proton-proton (muatan-muatan positif) dan neutron (netral, tanpa
muatan) yang terdapat di dalam inti atom dan elektron-elektron (muatan-muatan ne-
gatif) bergerak dalam orbit mengelilingi inti. Secara normal, atom-atom adalah netral
secara elektrikal, muatan negatif elektron-elektron mengimbangi muatan positif proton-
proton. Partikel-partikel dapat bermuatan positif karena kehilangan elektron-elektron
ke partikel lain dan dapat bermuatan negatif karena memperoleh elektron-elektron dari
partikel-partikel lain.
Muatan listrik sebuah elektron adalah −1.6021×10−19 coulomb. Simbol untuk muatan
umumnya adalah q atau Q, huruf kapital biasanya menunjukkan muatan-muatan kon-
stan seperti Q = 4 C, dan huruf kecil menunjukkan muatan tergantung waktu, atau
lebih tegas dituliskan dengan q(t). Cara ini dipergunakan untuk semua besaran-besaran
elektrikal.
1.2.2 Arus
Tujuan utama dari rangkaian listrik adalah untuk menggerakkan atau mentransfer
muatan-muatan sepanjang lintasan tertentu. Gerakan muatan-muatan ini membentuk
arus listrik, yang ditunjukkan dengan huruf i atau I, diambil dari kata Perancis “inten-
sité.” Secara formal, arus adalah laju perubahan muatan terhadap waktu, diberikan
dengan
dq
i= (1)
dt
Dalam teori rangkaian arus pada umumnya dianggap sebagai pergerakan muatan-
muatan positif. Konvensi ini berawal dari Benjamin Franklin (1706-1790), dia meng-
ganggap bahwa listrik bergerak dari positif ke negatif. Kita sekarang mengetahui bah-
wa dalam penghantar-penghantar logam arus adalah pergerakan elektron-elektron yang
terlepas dari orbit-orbit atom logam. Jadi kita harus membedakan arus konvensional
(pergerakan muatan-muatan positif), yang dipergunakan dalam teori rangkaian lis-
trik, dan arus elektron. Kecuali dinyatakan lain, perhatian kita diarahkan pada arus
konvensional.
Danial HB 5
Sebagai contoh, seandainya arus dalam kawat pada gambar 3(a) adalah I = 3 A.
Yaitu, 3 C/s melewati titik tertentu dalam kawat. Arus ini disimbolkan dengan anak
panah berlabel 3 A, yang arahnya menunjukkan gerakan muatan dari kiri ke kanan.
Keadaan ini adalah ekivalen dengan kondisi yang digambarkan pada gambar 3(b), yang
menunjukkan −3 C/s atau −3 A dalam arah dari kanan ke kiri.
3A -3 A
(a) (b)
a b
Gambar 4 menyajikan sebuah elemen rangkaian secara umum dengan arus i mengalir
dari terminal kiri menuju terminal kanan. Muatan total yang memasuki elemen antara
waktu t0 dan t didapat dengan mengintegrasikan pers. (1). Hasilnya adalah
Z t
qT = q(t) − q(t0 ) = i dt (2)
t0
Perlu dicatat bahwa hingga saat ini kita meninjau elemen-elemen rangkaian yang netral
secara elektrikal. Yaitu, tidak ada muatan positif atau muatan negatif bersih yang
terakumulasi di dalam elemen. Suatu muatan positif yang masuk harus disertai dengan
suatu muatan positif yang sama meninggalkan elemen (atau, secara ekivalen, suatu
muatan negatif yang sama memasuki elemen). Jadi arus yang ditunjukkan memasuki
terminal kiri dalam gambar 4 harus meninggalkan terminal kanan.
Terdapat beberapa jenis arus yang dipergunakan secara umum, beberapa diantara-
nya adalah arus konstan atau searah (dc), arus bolak-balik atau sinusoidal (ac), arus
eksponensial, dan arus gigi gergaji.
6 Rangkaian Listrik 1
Soal-Soal
1. Berapa banyak elektron yang direpresentasikan oleh suatu muatan sebesar 0.64084
pC?
2. Total muatan yang memasuki suatu terminal sebuah elemen diberikan oleh q =
2t3 − 4t mC. Hitung arus i pada t = 0 dan t = 2 s.
3. Arus yang memasuki sebuah terminal diberikan oleh i = 1 + π sin 2πt A. Cari
muatan total yang memasuki terminal antara t = 0 dan t = 1.5 s.
A B
+ v −
Gambar 5. Konvensi polaritas tegangan.
Kadang-kadang tegangan antara elemen dinyatakan dengan jatuh tegangan atau kena-
ikan tegangan. Lihat gambar 5, jika kita bergerak dari A ke B terdapat jatuh tegangan
sebesar v volt. Sebaliknya, jika kita bergerak dari B ke A terdapat kenaikan tegangan
sebesar v volt.
Sebagai contoh, gambar 6(a) dan (b) adalah dua versi representasi tegangan yang sama.
Dalam (a), terminal A adalah +5 V di atas terminal B, dan dalam (b), terminal B
adalah −5 V di atas terminal A (atau +5 V di bawah A).
Danial HB 7
A A
+ −
5V −5 V
− +
B B
(a) (b)
1.3.2 Energi
Seperti telah disebutkan di atas, dalam menggerakkan muatan melalui sebuah elemen
kerja dilakukan. Atau, dengan kata lain, energi disupplai. Untuk mengetahui apakah
energi disupplai ke elemen atau oleh elemen ke bagian lain dari rangkaian, kita tidak
hanya harus mengetahui polaritas tegangan antara elemen, tetapi juga arah arus me-
lalui elemen. Jika arus positif memasuki terminal positif, maka gaya eksternal harus
diberikan untuk menggerakkan arus dan berarti mensuplai atau mengirim energi ke
elemen. Dalam hal ini elemen menyerap energi. Jika, sebaliknya, arus positif mening-
galkan terminal positif (memasuki terminal negatif), maka elemen mengirim energi ke
rangkaian luar.
2A 2A 2A 2A
A A A A
+ − + −
5V 5V 5V 5V
− + − +
B B B B
(a) (b) (c) (d)
1.3.3 Daya
Sekarang kita tinjau laju energi dikirim ke atau oleh suatu elemen rangkaian. Jika
tegangan antara elemen adalah v dan suatu muatan kecil ∆q digerakkan melalui elemen
dari terminal positif ke terminal negatif, maka energi diserap oleh elemen, katakanlah
∆w, diberikan dengan
∆w = v ∆q.
Jika lama waktu untuk menggerakkan ∆q melalui elemen adalah ∆t, maka laju kerja
dilakukan, atau energi w dikeluarkan, diberikan oleh
∆w ∆q
lim = lim v
∆t→0 ∆t ∆t→0 ∆t
atau
dw dq
=v = vi (4)
dt dt
Karena berdasarkan definisi laju energi diserap atau dikeluarkan adalah daya, ditun-
jukkan dengan p, didapatkan
dw
p= = vi (5)
dt
Besaran-besaran v dan i umumnya adalah fungsi waktu, yang dapat juga kita tun-
jukkan dengan v(t) dan i(t). Oleh karena itu, p yang diberikan oleh pers. (5) adalah
besaran yang bervariasi terhadap waktu. Daya yang demikian kadang-kadang disebut
juga sebagai daya sesaat karena harganya adalah harga daya pada waktu dimana v
dan i diukur.
i
A B
+ v −
Gambar 8. Elemen tipikal dengan tegangan dan arus.
Secara ringkas, elemen tipikal yang diberikan dalam gambar 8 sedang menyerap daya,
diberikan oleh p = vi. Jika salah satu polaritas v atau i (tetapi tidak kedua-duanya)
dibalik, maka elemen mengirim daya, p = vi, ke rangkaian luar. Tentu saja, jika suatu
elemen mengirim daya negatif, katakanlah −10 W, adalah ekivalen dengan mengatakan
elemen menyerap daya positif, yaitu +10 W.
Jika kita pergunakan pers. (5) untuk menghitung energi w yang dikirim ke suatu elemen
antara waktu t0 dan t, dengan mengintegrasikan kedua sisi persamaan antara t0 dan t,
kita dapatkan Z t
w(t) − w(t0 ) = vi dt (6)
0
Jika t0 = −∞ maka w(−∞) = 0, kita dapatkan energi dikirim ke elemen dari permu-
laan waktu hingga t, diberikan oleh
Z t
w(t) = vi dt (7)
−∞
Danial HB 9
Contoh 2 Dalam gambar 7(a) dan (b) elemen menyerap daya sebesar p = (5)(2) = 10
W. Dalam gambar 7(c) dan (d) elemen mengirim daya 10 W ke rangkaian luar.
Soal-Soal
1. Hitung v jika i = 8 mA dan elemen adalah (a) menyerap daya sebesar p = 40
mW dan (b) mengirim daya ke rangkaian luar sebesar p = 16 mW.
i
A
+
−
B
2. Jika i = 5 A dan v = 12 V dalam soal 1, cari (a) daya yang diserap oleh elemen
dan (b) energi yang dikirim ke elemen antara 2 dan 4 s.
3. Suatu elemen dua-terminal menyerap energi w seperti ditunjukkan. Jika arus
yang memasuki terminal positif adalah i = 100 cos 1000πt mA, cari tegangan
elemen pada t = 1 ms dan pada t = 4 ms.
w(mJ)
13
10
0 2 8 t(ms)
10 Rangkaian Listrik 1
Polaritas v dan i seperti ditunjukkan pada gambar 8. Seperti yang akan kita lihat
kemudian, contoh-contoh elemen pasif adalah resistor, kapasitor, dan induktor.
Elemen aktif, tentu saja, adalah elemen yang bukan elemen pasif. Yaitu, pers. (8) tidak
berlaku untuk semua waktu. Contoh-contoh elemen aktif adalah generator, batere, dan
device elektronik yang membutuhkan suplai daya.
Sekarang ini kita hanya membicarakan dua elemen aktif yang sangat penting, sumber
tegangan independen dan sumber arus independen.
Suatu sumber tegangan independen adalah elemen dua-terminal, seperti batere atau ge-
nerator, yang memberikan tegangan tertentu antara terminal-terminalnya. Tegangan
adalah independen terhadap arus yang mengalir melalui elemen. Simbol untuk sumber
tegangan yang mempunyai tegangan v volt antara terminal-terminalnya ditunjukkan
dalam gambar 11(a). Polaritas adalah seperti ditunjukkan, menunjukkan bahwa termi-
nal a adalah v volt lebih tinggi dari terminal b. Dengan demikian jika v > 0, terminal
a berada pada potensial yang lebih tinggi daripada terminal b. Tentu saja, kebali-
kannya tetap berlaku, jika v < 0. Gambar 11(b) adalah sumber tegangan independen
apabila tegangannya konstan, gambar 11(c) juga sumber tegangan independen dengan
tegangan konstan seperti batere. Dalam kasus sumber-sumber konstan, kita dapat
menggunakan gambar 11(b) atau (c).
a a a
+ +
v − V − V
b b b
Gambar 11. Sumber tegangan independen. (a) Sumber tegangan bervariasi terhadap
waktu; (b) sumber tegangan konstan; (c) sumber tegangan konstan (batere).
Danial HB 11
Suatu sumber arus independen adalah elemen dua-terminal melalui elemen tersebut
suatu arus tertentu mengalir. Arus adalah independen terhadap tegangan antara ele-
men. Simbol untuk sumber arus independen ditunjukkan pada gambar 12, dimana i
atau I adalah arus tertentu. Arah arus adalah seperti ditunjukkan oleh simbol anak
panah.
a a
i I
(a) (b)
b b
Gambar 12. Sumber arus independen. (a) Sumber arus bervariasi terhadap waktu;
(b) sumber arus konstan.
2 Rangkaian Resistive
Elemen rangkaian yang paling sederhana dan paling umum dipergunakan adalah re-
sistor. Semua konduktor-konduktor elektrikal memperlihatkan sifat-sifat yang meru-
pakan karakteristik dari sebuah resistor. Apabila arus mengalir dalam sebuah konduk-
tor, elektron-elektron yang membentuk arus akan bertumbukan dengan lattice atom
di dalam konduktor. Kejadian ini, tentu saja, secara rata-rata, menahan gerakan
elektron-elektron. Semakin banyak jumlah tumbukan, semakin besar perlawanan dari
konduktor. Kita akan memandang sebuah resistor sebagai suatu device yang hanya
menunjukkan sifat perlawanan. Material-material yang umum dipergunakan dalam
pembuatan resistor-resistor meliputi metallic alloys dan carbon compounds.
v R
Memperhatikan pers. (9), bersama dengan gambar 13, menunjukkan jika i > 0 (arus
memasuki terminal atas), maka v > 0. Jadi, arus memasuki terminal dengan potensial
lebih tinggi dan keluar dari terminal dengan potensial lebih rendah. Selanjutnya, jika
i < 0 (arus memasuki terminal bawah). Maka, v < 0, dan terminal bawah mempunyai
potensial lebih tinggi dari terminal atas. Sekali lagi, arus memasuki terminal dengan
potensial lebih tinggi. Karena muatan-muatan dibawa dari potensial yang lebih tinggi
ke potensial lebih rendah melewati resistor, energi hilang oleh suatu muatan q (energi
= qv) diserap oleh resistor dalam bentuk panas. Laju energi yang hilang, berdasarkan
Danial HB 13
v 2 (t)
p(t) = v(t)i(t) = Ri2 (t) = (10)
R
Selain resistansi, sebuah resistor juga dikarakteristikkan dengan rating daya-nya, atau
rating watt, yaitu daya maksimum yang dapat didissipasi oleh resistor tanpa mengalami
kerusakan akibat pemanasan-lebih. Jadi jika sebuah resistor mendissipasi suatu daya p
rating daya-nya seharusnya paling sedikit sama dengan p atau lebih tinggi. (Daya yang
digunakan dalam rating daya adalah daya rata-rata, untuk arus searah daya rata-rata
dan daya sesaat adalah sama.)
Besaran penting lainnya yang sangat berguna dalam analisis rangkaian dikenal sebagai
konduktansi, yang didefinisikan dengan
1
G= (11)
R
Satuan SI untuk konduktansi adalah siemens (S), sebagai penghargaan kepada ilmuwan
bersaudara Jerman Werner dan William Siemens (akhir abad ke-19). Jadi 1 S = 1
A/V. (Satuan lain untuk konduktansi, yang banyak dipergunakan di AS, yaitu mho,
adalah “ohm” yang dibaca terbalik. Simbol untuk mho adalah omega terbalik (℧).)
Menggabungkan pers. (9) dan (11), kita dapatkan pernyataan Hukum Ohm yang lain
adalah
i = Gv (12)
dan
i2 (t)
p(t) = = Gv 2 (t) (13)
G
Sebagai catatan akhir, konsep resistansi dapat dipergunakan untuk mendefinisikan
dua istilah yang sangat umum dalam teori rangkaian, hubung-singkat dan rangkaian-
terbuka. Suatu hubung-singkat adalah sebuah konduktor ideal antara dua titik yang
dapat dianggap mempunyai resistansi nol ohm. Suatu hubung-singkat dapat memba-
wa sebarang arus, tergantung pada rangkaian, tetapi tegangan antara suatu hubung-
singkat adalah nol. Secara analogi, suatu rangkaian-terbuka adalah suatu kehilangan
hubungan dalam rangkaian sehingga arus tidak dapat mengalir. Jadi rangkaian-terbuka
dapat dipandang sebagai suatu resistansi tak-terhingga, dan dapat mempunyai tegang-
an sebarang, namun tergantung pada rangkaian.
Contoh 4 Cari arus i dan daya yang diserap oleh resistor 1 kΩ pada gambar 14.
Dari pers. (11) dan (12)
1
G= = 10−3 S
1000
dan
i = 10−3 × 12 = 12 mA
14 Rangkaian Listrik 1
i
+
12 V 1 kΩ
Contoh 5 Arus pada contoh 4 adalah arus searah karena nilainya tidak berubah
dengan waktu. Seandainya sekarang tegangan dirubah dengan tegangan fungsi waktu
v = 10 cos t V dan ulangi perhitungan pada contoh 4.
Arus adalah
v 10 cos t
i= = = 10 cos t mA
R 103
dan daya sesaat adalah
yang selalu nonnegatif. Arus, dalam kasus ini, adalah arus bolak-balik.
Soal-Soal
1. Tegangan terminal suatu resistor 20-kΩ adalah 100 V. Cari (a) konduktansi, (b)
arus terminal, dan (c) rating watt minimum resistor
2. Daya sesaat yang diserap oleh sebuah resistor adalah 4 sin2 377t W. Jika arus
adalah 40 sin 377t mA, cari v dan R.
+
6 MΩ 12 V
−
i
Hukum arus Kirchhoff (KCL) menyatakan bahwa “jumlah aljabar arus yang memasuki
setiap node adalah sama dengan nol.” Sebagai contoh, arus-arus yang memasuki node
pada gambar 16 adalah
i1
i2
i3
+
−
i4
i1 + i2 + (−i3 ) + i4 = 0
atau
i1 + i2 + i4 = i3
Hasil ini memberikan pernyataan lain untuk KCL, yaitu “jumlah arus yang memasuki
setiap node sama dengan jumlah arus yang meninggalkan node tersebut.”
Secara matematis, KCL adalah
N
X
in = 0, (14)
n=1
dimana in adalah arus ke-n yang memasuki (atau meninggalkan) node dan N adalah
jumlah arus node.
−v1 + v2 − v3 = 0
+ v2 −
+
−
b c
+ −
v1 − v3
+
a d
10 V i1
a b
4A 2A
−
+
i2
+ +
1A vx v2 5Ω
− −
i3 3A
d c
ix
−4 + 1 + i1 = 0
atau i1 = 3 A.
Pada node b
2 − i1 − i2 = 0
atau i2 = −1 A.
Pada node c
i2 + i3 − 3 = 0
atau i3 = 4 A.
Pada node d
−ix − i3 − 1 = 0
atau ix = −5 A.
Danial HB 17
10 V i1
a b
4A 2A
−
+
i2
+ +
1A vx v2 5Ω S
− −
i3 3A
d c
ix
Perhatikan jaringan pada gambar 19, dimana beberapa elemen ditunjukkan berada di
dalam permukaan tertutup S. Kita tahu bahwa arus yang memasuki setiap elemen sama
dengan arus yang meninggalkan device sedemikian sehingga setiap elemen menyimpan
muatan net nol. Oleh karena itu, muatan net total yang tersimpan di dalam permukaan
adalah nol, hal ini menghendaki bahwa
−4 + 2 − 3 − ix = 0
Hasil ini mengilustrasikan generalisasi KCL, yang menyatakan “jumlah aljabar arus
yang memasuki sebarang permukaan tertutup adalah nol.”
Dengan demikian, ix = −5 A.
Soal-Soal
1. Cari i dan vab
4A
a
2Ω 1Ω 8A
+
4Ω 8Ω
8V
−
i
6Ω
3A 2A
2. Cari v dan i.
2Ω
2A
3Ω
+
+
6V − 3Ω 2Ω 8V
−
+
v −
+
v1 R1
−
+ +
v − v − RS
+
v2 R2
−
(a) (b)
Danial HB 19
Langkah pertama dalam prosedur analisis adalah menentukan arus-arus dan tegangan
pada semua elemen di dalam jaringan. Dalam rangkaian ini, jelas dari KCL bahwa
semua elemen membawa arus yang sama. Kita sebut arus ini adalah i dalam arah
yang ditunjukkan. Kemudian kita tentukan tegangan untuk R1 dan R2 sebagai v1 dan
v2 , berturut-turut. Penandaan ini dipilih untuk memenuhi hukum Ohm untuk tanda
aljabar positif.
Langkah kedua dalam analisis adalah penerapan KVL, yang menghasilkan
v = v1 + v2
v1 = R1 i dan v2 = R2 i (16)
v = R1 i + R2 i
Maka i adalah
v
i= (17)
R1 + R2
Sekarang perhatikan rangkaian pada gambar 22(b). Jika RS dipilih sedemikian rupa
sehingga
v
iS = = i, (18)
RS
jaringan dikatakan suatu rangkaian ekivalen dari gambar 22(a) karena arus (response)
identik dihasilkan untuk suatu tegangan (eksitasi) v. Secara umum kedua rangkaian
dikatakan ekivalen apabila keduanya menunjukkan hubungan tegangan-arus identik pa-
da terminal-terminalnya. Dengan perkataan lain, suatu sumber pada terminal melihat
resistansi yang sama dalam masing-masing rangkaian.
Dengan membandingkan pers. (17) dan (18), kita dapatkan bahwa
RS = R1 + R2 (19)
Memperhatikan persamaan ini, kita lihat bahwa jika kombinasi seri R1 dan R2 digan-
tikan dengan resistor RS , arus yang sama mengalir dari sumber v. Oleh karena itu, RS
adalah resistansi ekivalen dari hubungan seri.
Dengan menggabungkan pers. (16) dan (17), kita dapatkan
R1 R2
v1 = v dan v2 = v (20)
R1 + R2 R1 + R2
Persamaan ini menunjukkan prinsip pembagian tegangan untuk dua resistor seri. Ka-
rena alasan ini, rangkaian pada gambar 22(a) disebut pembagi tegangan.
20 Rangkaian Listrik 1
v12 R1
p1 = = v2
R1 (R1 + R2 )2
dan
v22 R2
p2 = = v2
R2 (R1 + R2 )2
Total daya yang diserap adalah
v2
v
p1 + p2 = =v = vi
R1 + R2 R1 + R2
Daya yang dikirim sumber adalah juga sama dengan vi, menunjukkan bahwa daya yang
dikirim oleh sumber sama dengan daya yang diserap oleh R1 dan R2 . Hasil ini dikenal
sebagai konservasi daya (kadang-kadang disebut juga sebagai teorema Tellegen).
Contoh 8 Seandainya v = 120 sin t V dan v1 = 48 sin t V dalam gambar 23, tentukan
R1 , RS , i, dan daya sesaat yang berkaitan dengan masing-masing elemen.
i
+
v1 R1
−
+
v −
+
v2 R2 = 90 Ω
−
Dengan KVL,
v2 = v − v1 = 72 sin t V
Danial HB 21
+
v1 R1
−
+
v2 R2
+ −
v −
+
vN RN
−
Sekarang kita pilih RS dalam rangkaian gambar 22(b) sehingga pers. (18) terpenuhi.
Ekivalen dari pers. (18) dan (22) menghendaki bahwa
N
X
RS = R1 + R2 + · · · RN = Rn (23)
n=1
22 Rangkaian Listrik 1
Oleh karena itu, resistansi ekivalen dari N resistor seri adalah jumlah dari resistansi
individual.
Dengan mensubstitusikan pers. (22) dan (23) ke dalam pers. (21) didapatkan
R1 R2 RN
v1 = v v2 = v · · · vN = v (24)
RS RS RS
adalah persamaan-persamaan yang menggambarkan sifat pembagian tegangan untuk
N resistor seri.
Daya sesaat yang dikirim ke kombinasi seri, dari pers. (10) dan (24) adalah
v12 v2 v2
p = + 2 +···+ N
R1 R2 RN
R1 2 R2 2 RN
= 2
v + 2 v + · · · + 2 v2
RS RS RS
2
v
= = vi
RS
Daya ini adalah sama dengan daya yang dikirim sumber.
Contoh 9 Dalam gambar 24, cari v1 dan i jika N = 10, R1 = 60 Ω, resistansi yang
lain masing-masing 10 Ω, dan v = 75 V.
Resistansi ekivalen adalah RS = 60 + 9(10) = 150 Ω, dan dengan pembagian tegangan
60
v1 = (75) = 30 V
150
Dengan hukum Ohm didapatkan
v 75
i= = = 0.5 A
RS 150
Soal-Soal
1. Cari (a) resistansi ekivalen dilihat oleh sumber, (b) arus i, (c) daya yang dikirim
oleh sumber, (d) v1 , (e) v2 , dan (f) rating watt minimum yang diperlukan untuk
resistor 6 Ω.
i 6Ω 10 Ω
+ v1 −
−
+
12 V − 8Ω v2
+
4. Dalam pembagi tegangan yang ditunjukkan pada gambar di bawah, daya yang
dikirim oleh sumber adalah 9 mW dan v1 = v/4. Cari R, v, v1 , dan i.
i 1 kΩ
+
4 kΩ v1
+ −
v −
R
2 kΩ
i = i1 + i2
i1 = G1 v i2 = G2 v (25)
Maka
i = G1 v + G2 v
dan didapatkan v
i
v= (26)
G1 + G2
24 Rangkaian Listrik 1
i1 i2
+ +
i G1 v G2 i vp Gp
− −
(a) (b)
maka jaringan adalah suatu rangkaian ekivalen dengan jaringan pada gambar 27(a).
Dengan membandingkan pers. (26) dan (27), kita dapatkan
Gp = G1 + G2 (28)
Jelas, Gp adalah konduktansi ekivalen dari dua konduktansi parallel. Dinyatakan dalam
resistansi, pers. (28) menjadi
1 1 1
Gp = = +
Rp R1 R2
atau
R1 R2
Rp = (29)
R1 + R2
Dengan mensubstitusikan pers. (26) ke (25) kita dapatkan
G1 G2
i1 = i i2 = i (30)
G1 + G2 G1 + G2
Persamaan ini mendemonstrasikan prinsip pembagian arus dan rangkaiannya disebut
juga sebagai pembagi arus. Dinyatakan dalam resistansi
R2 R1
i1 = i i2 = i (31)
R1 + R2 R1 + R2
Daya yang diserap oleh kombinasi parallel adalah
p1 + p2 = R1 i21 + R2 i22
R22 i2 R12 i2
= R1 + R2
(R1 + R2 )2 (R1 + R2 )2
R1 R2 2
= i = vi
R1 + R2
sama dengan daya yang dikirim oleh sumber arus ke jaringan.
Danial HB 25
(3)(6)
Rp = = 2Ω
3+6
6 3
i1 = 3 = 2A i2 = 3 = 1A
3+6 3+6
Tegangan v = R1 i1 = R2 i2 = 6 V, atau menggunakan resistansi ekivalen v = Rp i = 6
V.
Tinjau N konduktansi parallel dan suatu sumber arus independen seperti ditunjukkan
pada gambar 28. KCL memberikan
i = i1 + i2 + · · · + iN
dimana
i1 = G1 v i2 = G2 v · · · iN = GN v (32)
i1 i2 iN
+
i G1 G2 v GN
−
Contoh 11 Cari resistansi ekivalen Req jaringan pada gambar 29(a) dipandang dari
terminal x − y.
7Ω 1Ω 7Ω
x x
Req 12 Ω 5Ω 12 Ω 6Ω
y y
(a) (b)
7Ω
x x
4 Ω Req 11 Ω
y y
(c) (d)
Soal-Soal
1. Cari resistansi ekivalen dilihat dari sumber dan gunakan hasilnya untuk menghi-
tung i, i1 , dan v
i 3Ω
i1
+
+
48 V − 6Ω v 30 Ω
−
2Ω 18 Ω
i
21 Ω
+
30 V − 12 Ω 8Ω
6Ω 6Ω
disederhanakan menjadi
−10 + 100i = 0.
Oleh karena itu, kita dapatkan i = 0.1 A dan v1 = 30i = 3 V.
Rangkaian pada gambar 32(b) adalah ekivalen dari rangkaian pada gambar 32(a) sejauh
arus i yang diperhatikan karena kedua rangkaian digambarkan dengan persamaan yang
direduksi. Kenyataannya, gambar 32(b) dapat diperoleh secara langsung dari gambar
32(a) karena pada gambar 32(a) semua elemen membawa arus yang sama i dan oleh
karena itu terhubung seri. Menambahkan ketiga resistansi menghasilkan resistansi
ekivalen sebesar 100 Ω, dan dengan menambahkan tegangan-tegangan sumber secara
aljabar memberikan sumber ekivalen sebesar 10 V. Hal ini dapat dilihat dengan lebih
mudah pada gambar 32(c), dimana sumber 20 V telah digeser dekat dengan sumber
30 V.
28 Rangkaian Listrik 1
i 20 Ω 30 Ω i
a
+ v1 −
+ + +
30 V − 20 V − 10 V − 100 Ω
(a) b (b)
50 Ω
20 Ω 30 Ω
+
30 V −
−
20 V +
(c)
50 Ω
Gambar 32. (a) Rangkaian loop-tunggal; (b) rangkaian ekivalen; (c) rangkaian
ekivalen bentuk lain.
Untuk mencari vab kita pergunakan KVL dalam gambar 32(a) ke loop yang terdiri dari
lintasan langsung ba, resistor 20 Ω, dan sumber 30 V. Hasilnya
−vab − 20i + 30 = 0
didapatkan vab = 28 V.
Sumber 20 V juga menyerap daya karena arus memasuki terminal positif-nya. Yaitu
p20 V = 20i = 2 W. Sumber 30 V mengirim daya p30 V = 30i = 3 W.
Karena 3 = 2 + 0.2 + 0.3 + 0.5, maka daya yang dikirim sama dengan daya yang diserap
dan ini membuktikan konservasi daya.
Danial HB 29
Contoh 14 Hitung i dan v dan tunjukkan bahwa konservasi daya berlaku untuk
rangkaian pada gambar 33, dimana iac = 10 sin πt A.
i
+
iac v 0.01 S 0.02 S 5A 0.07 S
−
atau
(10 sin πt − 5) − 0.1v = 0
Jelas dari hasil ini bahwa sumber arus (10 sin πt − 5) A terhubung pada suatu kon-
duktansi 0.1 S (atau resistor 10 Ω) merupakan suatu rangkaian ekivalen sejauh v yang
menjadi perhatian [lihat gambar 27(b)].
Untuk v dan i didapatkan
v = 100 sin πt − 50 V
i = 0.02v = 0.02(100 sin πt − 50) = 2 sin πt − 1 A
Total daya yang diserap oleh konduktansi adalah
pabs = Gp v 2
= 0.1(100 sin πt − 50)2
= 1000 sin2 πt − 1000 sin πt + 250 W
Contoh 15 Hitung i, v, dan daya yang dikirim oleh sumber dalam gambar 34(a).
i1 2Ω i 12 Ω 4Ω
a c
+ + +
+
30 V − 16 Ω v1 6Ω v2 8Ω v
− − −
b (a) d
i1 2Ω i 12 Ω i1 2Ω
a c a
+ + +
+ +
30 V − 16 Ω v1 4Ω v2 30 V − 8Ω v1
− − −
b (b) d (c) b
Kita mulai dengan mendapatkan kombinasi hubungan resistor seri dan parallel seca-
ra berturutan. Resistansi-resistansi 4-Ω dan 8-Ω (seri) ditambahkan menjadi 12 Ω.
Resistansi 12 Ω ini terhubung parallel dengan resistansi 6 Ω, memberikan nilai eki-
valen (12)(6)/(12 + 6) = 4 Ω [gambar 34(b)]. Sekarang kita menambahkan resistansi-
resistansi 4-Ω dan 12-Ω (seri), yang hasilnya terhubung parallel dengan resistansi 16-Ω,
memberikan (16)(16)/(16 + 16) = 8 Ω [gambar 34(c)]. Gambar 34(c) adalah resistansi
ekivalen seperti dilihat dari terminal a − b. Resistansi ekivalen dilihat dari sumber,
dari gambar 34(c) adalah Req = 2 + 8 = 10 Ω, sehingga arus i1 adalah
30
i1 = =3A
10
Oleh karena itu, daya yang dikirim sumber adalah
ps = (30)(3) = 90 W
Dengan pembagian tegangan kita lihat dalam gambar 34(c) bahwa
8
v1 = 30 = 24 V
8+2
adalah tegangan antara titik-titik a − b dalam rangkaian. Selanjutnya pada gambar
34(b), kita lihat bahwa v1 adalah tegangan antara kombinasi seri resistor-resistor 12-Ω
dan 4-Ω; jadi, dengan menggunakan pembagian tegangan, kita dapatkan
4
v2 = 24 = 6 V
4 + 12
Danial HB 31
i1 3Ω 6Ω
x
i
12 A 6Ω 3Ω 4Ω 6Ω
y (a)
i1 3Ω i1
x x
12 A 6Ω 3Ω 3Ω 12 A 2Ω 6Ω
(b) y (c) y
Dua buah resistor 6 Ω yang terhubung seri pada gambar 35(a) adalah terhubung parallel
dengan resistor 4 Ω. Kombinasi parallel ini adalah ekivalen dengan (4)(12)/(4 + 12) =
3 Ω seperti ditunjukkan pada gambar 35(b). Jika sekarang kita ganti dua buah resistor
seri di sebelah kanan titik-titik x−y dan parallel resistor-resistor 6 Ω dan 3 Ω di sebelah
kiri titik-titik x−y dengan ekivalen seri dan parallel-nya masing-masing, kita dapatkan
rangkaian pada gambar 35(c). Menggunakan pembagian arus, kita dapatkan
2
i1 = 12 = 3 A
2+6
Menggunakan pembagian arus pada gambar 35(a) kita dapatkan
4 3
i= i1 = A
4 + 12 4
32 Rangkaian Listrik 1
Soal-Soal
1. Cari vab dan daya yang dikirim oleh sumber 5-V
20 Ω 60 Ω
a
+ −
10 V − + 5V
b
30 Ω 40 Ω
Gambar 36. Gambar soal 1.
2. Cari R dan buat rangkaian ekivalen dengan satu sumber arus dan sebuah resistor.
Diketahui i1 = 4 sin t A, i2 = 7 sin t A, dan v = 30 sin t V.
+
i1 100 Ω 25 Ω i2 v R
−
3. Cari i1 dan i2 .
2Ω 3Ω
i1
6Ω
+
16 V 15 Ω 56 Ω
− i2
3Ω 6Ω
Danial HB 33
20 Ω 4Ω
+
12 A 8Ω 12 Ω 6Ω v 12 Ω 4Ω
−
RM
i
M
Meter D’Arsonval pada gambar 40 adalah suatu ammeter yang cocok untuk mengukur
arus-arus dc yang tidak lebih besar dari arus skala-penuh IF S . Akan tetapi, seandainya
kita ingin mengukur arus yang lebih besar dari IF S . Jelas bahwa kita harus tidak
mengijinkan suatu arus yang lebih besar dari IF S mengalir melalui device. Suatu
rangkaian untuk mencapai tujuan ini ditunjukkan pada gambar 41, dimana Rp adalah
suatu resistansi parallel yang mengurangi arus yang mengalir melalui kumparan meter.
iF S IF S RM
ip
M
Rp
dimana iF S adalah arus yang menghasilakn IF S dalam meter D’Arsonval. (Jelas, arus
ini adalah arus maximum yang dapat diukur ammeter.) Dan
RM IF S
Rp = (37)
iF S − IF S
darimana
vF S
Rs = − RM (38)
IF S
Danial HB 35
Rs
i
+
M
v
RM
Sensitivitas arus suatu voltmeter, dinyatakan dalam ohm per volt, adalah nilai yang
diperoleh dengan membagi resistansi voltmeter dengan tegangan skala-penuhnya. Oleh
karena itu,
Rs + RM Rs
Ω/V rating = ≈ (39)
vF S vF S
(Catatan: “≈” berarti mendekati sama dengan.)
Suatu rangkaian ohmmeter sederhana mempergunakan meter D’Arsonval untuk pe-
ngukuran resistansi Rx yang tidak diketahui ditunjukkan pada gambar 43. Dalam
rangkaian ini batere E menyebabkan arus i mengalir apabila Rx dihubungkan pada
rangkaian. Menggunakan KVL, kita dapatkan
−E + (Rs + RM + Rx )i = 0
darimana
E
Rx = − (Rs + RM )
i
Rs
i
E
M
Rx
RM
Suatu meter yang sangat populer yang menggabungkan ketiga rangkaian yang telah
dijelaskan di atas adalah VOM (voltmeter-ohmmeter-milliammeter). Dalam VOM, Rp
dan Rs dapat dirubah sehingga range operasi meter menjadi luas.
Soal-Soal
2. Dalam gambar 42, tentukan Rs dan Ω/V rating untuk suatu voltmeter agar
mempunyai tegangan skala-penuh 100 V menggunakan meter D’Arsonval dengan
(a) RM = 100 Ω dan IF S = 50 µA dan (b) RM = 50 Ω dan IF S = 1 mA.
3. Berapa tegangan yang akan diukur untuk masing-masing desain meter dalam
soal 2 dalam rangkaian berikut? Mengapa kedua pengukuran berbeda?
10 mA 10 kΩ v =? M
−