Halaman
vii
BAB 1
PENGENALAN DASAR KELISTRIKAN
1. Arus Listrik
2. Macam-macam arus :
1
Arus AC adalah arus yang mempunyai nilai yang berubah terhadap
satuan waktu dengan karakteristik akan selalu berulang untuk perioda
waktu tertentu (mempunyai perioda waktu : T)
3. Tegangan
2
2. Tegangan naik/ voltage rise Jika dipandang dari potensial lebih rendah
ke potensial lebih tinggi dalam hal ini dari terminal B ke terminal A. Pada
buku ini istilah yang akan dipakai adalah pengertian pada item nomor 1
yaitu tegangan turun. Maka jika beda potensial antara kedua titik tersebut
adalah sebesar 5 Volt, maka VAB = 5 Volt dan VBA = -5 Volt
4. Energi
Kerja yang dilakukan oleh gaya sebesar satu Newton sejauh satu meter.
Jadi energi adalah sesuatu kerja dimana kita memindahkan sesuatu dengan
mengeluarkan gayasebesar satu Newton dengan jarak tempuh atau sesuatu
tersebut berpindah dengan selisih jarak satu meter. Pada alam akan berlaku
hukum Kekekalan Energi dimana energi sebetulnya tidak dapat dihasilkan dan
tidak dapat dihilangkan, energi hanya berpindah dari satu bentuk ke bentuk
yang lainnya. Contohnya pada pembangkit listrik, energi dari air yang bergerak
akan berpindah menjadi energi yang menghasilkan energi listrik, energi listrik
akan berpindah menjadi energi cahaya jika anergi listrik tersebut melewati
suatu lampu, energi cahaya akan berpinda menjadi energi panas jika bola
lampu tersebut pemakaiannya lama, demikian seterusnya.
Untuk menyatakan apakah energi dikirim atau diserap tidak hanya
polaritas tegangan tetapi arah arus juga berpengaruh. Elemen/komponen listrik
digolongkan menjadi:
1. Menyerap energi
Jika arus positif meninggalkan terminal positif menuju terminal
elemen/komponen, atau arus positif menuju terminal positif
elemen/komponen tersebut.
3
Gambar 1.4 Ilustrasi Penyerapan Energi
2. Mengirim Energi
Jika arus positif masuk terminal positif dari terminal elemen/komponen,
atau arus positif meninggalkan terminal positif elemen/komponen.
4
BAB 2
DASAR ELEKTRONIKA
a. Elektronika
a. Resistor (Hambatan)
Resistor berfungsi untuk penghambat dari suatu rangkaian. Semakin
besar nilai resistansi sebuah resistor yang dipasang, maka semakin kecil arus
yang mengalir. Satuan nilai dari resistor adalah Ohm (Ω). Terdapat dua macam
resistor berdasarkan fungsinya yaitu resistor tetap dan resistor variabel.
Tampilan dari resistor dapat dilihat pada Gambar 2.1.
5
(a) Resistor tetap (b) Resistor variabel
6
b. Kapasitor
Kondensator atau yang sering disebut dengan kapasitor adalah suatu alat
yang dapat menyimpan muatan listrik. Kapasitas kondensator diukur dalam
satuan Farad. Nilai kapasitansi dari suatu kondensator dapat dilihat dari kode
angka dan huruf yang terdapat padanya. Tampilan dari kapasitor dapat dilihat
pada gambar 2.2.
c. Induktor
Sebuah induktor atau reaktor adalah sebuah komponen elektronika pasif
yang dapat menyimpan energi pada medan magnet yang ditimbulkan oleh arus
listrik yang melintasinya. Induktor biasanya dikontruksi sebagai sebuah lilitan
dari bahan penghantar, biasanya berupa kawat tembaga yang digulung pada
inti magnet. Tampilan dari Induktor dapat dilihat pada gambar 2.3.
7
c. Komponen Elektronika Aktif
Komponen Elektronika Aktif adalah jenis komponen elektronika yang
memerlukan arus eksternal untuk dapat beroperasi. Dengan kata lain,
komponen elektronika aktif hanya dapat berfungsi apabila mendapatkan
sumber arus listrik dari luar (eksternal). Komponen yang termasuk dalam
komponen elektronika aktif adalah dioda, IC, dan transistor.
a. Dioda
Dioda mempunyai 2 sisi yaitu sisi positif (P) disebut anoda dan sisi
negative (N) yang disebut sebagai katoda dan terbuat dari bahan
semikonduktor. Selain itu, dioda mempunyai fungsi yang unik yaitu hanya dapat
mengalirkan arus listrik dalam satu arah saja (dari anoda ke katoda). Diode
terbagi atas beberapa jenis, antara lain diode Zener, LED (Light Emitting diode)
dan masih banyak lagi. Tampilan dari diode Zener dan LED dapat dilihat pada
Gambar 2.4.
(a) (b)
8
Integrated circuit atau yang sering disingkat dengan IC adalah komponen
elektronika aktif yang terdiri dari gabungan ratusan bahkan jutaan transistor,
resistor dan komponen lainya. Dimana komponen komponen tersebut
diintegrasikan menjadi sebuah rangkaian elektronika dalam suatu kemasan
kecil.
c. Transistor
Walter H. Brattain dan John Bardeen pada akhir Desember 1947 di Bell
Telephone Laboratories berhasil menciptakan suatu komponen yang
mempunyai sifat menguatkan atau yang biasa disebut dengan transistor.
Keuntungan komponen ini adalah ukuran fisiknya yang sangat kecil dan ringan.
Disamping itu, komponen semikonduktor ini membutuhkan sumber daya yang
kecil serta efisiensi yang tinggi. Transistor terdiri dari 3 terminal yang dikenal
sebagai Emitor (E), Basis (B) dan Kolektor (C). simbol dari transistor dapat
dilihat pada Gambar 2.6.
9
Gambar 2.6 Simbol transistor
10
BAB 3
DASAR KESELAMATAN KERJA
a. Faktor manusia
- Umur
Faktor ini mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik,
mental, kemampuan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Umur pekerja
juga diatur oleh Undang-Undang Perburuhan yaitu Undang-Undang
tanggal 6 Januari 1951 No.1 Pasal 1 (Malayu S. P. Hasibuan,
2003:48). Kapasitas fisik, seperti penglihatan, pendengaran dan
kecepatan reaksi, menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih. Sebaliknya
mereka lebih berhati-hati, lebih dapat dipercaya dan lebih menyadari
akan bahaya dari pada tenaga kerja usia muda. Namun begitu terdapat
kecenderungan bahwa beberapa jenis kecelakaan kerja seperti terjatuh
lebih sering terjadi pada tenaga kerja usia 30 tahun atau lebih dari pada
11
tenaga kerja berusia sedang atau muda. Angka kecelakaan rata-rata
lebih meningkat mengikuti pertambahan usia ( Suma’mur PK., 1989:305 )
- Jenis kelamin
Pembagian kerja secara sosial antara pria dan wanita menyebabkan
perbedaan terjadinya paparan yang diterima orang, sehingga penyakit
yang dialami berbeda pula. Secara anatomis, fisiologis, dan psikologis
tubuh wanita dan pria memiliki perbedaan sehingga dibutuhkan
penyesuaian-penyesuaian dalam beban dan kebijakan kerja
- Masa kerja
Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif.
Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya
masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan
tugasnya. Sebaliknya, akan memberi pengaruh negatif apabila dengan
semakin lamanya masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja
- Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk
melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya
atau kecelakaan kerja. APD tidak secara sempurna dapat melindungi
tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin
terjadi. Penggunaan alat pelindung diri dapat mencegah kecelakaan kerja
sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan praktek pekerja dalam
penggunaan alat pelindung diri.
- Tingkat pendidikan
Proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-
bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses
sosial yakni orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang
terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia
dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial
dan kemampuan individu yang optimal (Achmad Munib, dkk., 2004:33).
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka mereka cenderung
12
untuk menghindari potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan.
b. Faktor lingkungan
- Kebisingan
Bising adalah suara/bunyi yang tidak diinginkan. Kebisingan pada tenaga
kerja dapat mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu
komunikasi/percakapan antar pekerja, mengurangi konsentrasi,
menurunkan daya dengar dan tuli akibat kebisingan. Sesuai dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-51/MEN/1999 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, Intensitas kebisingan
yang dianjurkan adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja.
- Suhu udara
Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku dan kurangnya
koordinasi otot. Suhu panas terutama berakibat menurunkan prestasi
kerja pekerja, mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan
waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak,
mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan
untuk dirangsang. Sedangkan menurut Grandjean dkondisi panas
sekeliling yang berlebih akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk,
mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja.
Hal ini akan menurunkan daya kreasi tubuh manusia untuk menghasilkan
panas dengan jumlah yang sangat sedikit.
- Penerangan
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang
dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya tidak perlu.
Penerangan adalah penting sebagai suatu faktor keselamatan dalam
lingkungan fisik pekerja. Beberapa penyelidikan mengenai hubungan
antara produksi dan penerangan telah memperlihatkan bahwa
penerangan yang cukup dan diatur sesuai dengan jenis pekerjaan yang
harus dilakukan secara tidak langsung dapat mengurangi banyaknya
kecelakaan. Faktor penerangan yang berperan pada kecelakaan antara
13
lain kilauan cahaya langsung pantulan benda mengkilap dan bayang-
bayang gelap (ILO, 1989:101). Selain itu pencahayaan yang kurang
memadai atau menyilaukan akan melelahkan mata. Kelelahan mata akan
menimbulkan rasa kantuk dan hal ini berbahaya bila karyawan
mengoperasikan mesin-mesin berbahaya sehingga dapat menyebabkan
kecelakaan (Depnaker RI, 1996:45).
- Lantai licin
Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras, tahan
air dan bahan kimia yang merusak (Bennet NB. Silalahi, 1995:228).
Karena lantai licin akibat tumpahan air, tahan minyak atau oli berpotensi
besar terhadap terjadinya kecelakaan, seperti terpeleset.
c. Faktor peralatan
- Kondisi mesin
Dengan mesin dan alat mekanik, produksi dan produktivitas dapat
ditingkatkan. Selain itu, beban kerja faktor manusia dikurangi dan
pekerjaan dapat lebih berarti. Apabila keadaan mesin rusak, dan tidak
segera diantisipasi dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
Ketersediaan alat pengaman mesin Mesin dan alat mekanik terutama
diamankan dengan pemasangan pagar dan perlengkapan pengamanan
mesin ata disebut pengaman mesin.
- Letak mesin
Termasuk juga dalam tata letak dalam menempatkan posisi mesin.
Semakin jauh letak mesin dengan pekerja, maka potensi bahaya yang
menyebabkan kecelakaan akan lebih kecil. Sehingga dapat mengurangi
jumlah kecelakaan yang mungkin terjadi.
14
3. Tujuan Keselamatan Kerja
a. Mencagah terjadinya kecelakaan yang diakibatkan dari beberapa faktor.
b. Mencegah/mengurangi angka kematian.
c. Mencegah/mengurangi cacad tetap.
d. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan-
bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, instalasi dsb.
e. Meningkatkan produktifitas kerja dan menjamin kehidupan produktifnya.
f. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumber produktif
lainnya sewaktu kerja.
g. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga
dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
h. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi, industri serta
pembangunan.
15
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara
dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan
dan penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
a. Standart berpakaian
16
Gambar 3.2. Standar Berpakaian Secara Umum (b)
17
c. Standart Berpakaian saat bekerja dengan bahan kimia berbahaya
18
Gambar 3.5. Persyaratan Alat Pelindung Diri
6. PELINDUNG WAJAH
1. Pekerjaan yang spesifik membahayakan muka pekerja (pekerjaan
pengelasan, pemotongan, gerinda, dll.) harus menggunakan pelindung muka
sesuai standar ANSI Z.87.1-2010.
2. Pekerjaan pengelasan dan pemotongan baik dengan trafo las maupun las
potong harus menggunakan masker pengelasan.
3. Pekerjaan gerinda dan alat portabel yang berputar lainnya (mesin senai,
sekop, dll.) pada area terbuka harus menggunakan tameng wajah yang
dikombinasikan dengan helm, sedangkan pekerjaan di bengkel kerja dapat
menggunakan tameng wajah biasa.
4. Cek APD sebelum digunakan, jangan menggunakan APD yang rusak.
19
Gambar 3.6. Rope / Tali Pengaman
20
7. PELINDUNG JATUH DARI KETINGGIAN
1. Sabuk pengaman tubuh (gambar 4.6 (1)) dan sabuk keselamatan (gambar
4.6 (2)) yang digunakan harus memenuhi standar ANSI Z.359.1-2016 atau
standar SNI.
2. Kait yang digunakan untuk sabuk pengaman tubuh atau sabuk keselamatan
harus menggunakan kait yang besar.
3. Penggunaan sabuk pengaman tubuh dan sabuk keselamatan (gambar 4.7
(8).
4. Panjang tali koneksi tidak boleh lebih dari 1,7 m.
5. Setiap pekerjaan di ketinggian lebih dari 1,8 m harus menggunakan sabuk
pengaman tubuh dan pengait dikaitkan minimal harus di atas pinggang
(gambar 4.6 (6).
6. Setiap pekerjaan di ketinggian harus terpasang tali keselamatan horizontal
dari pipa galvanis atau tali bantu angkat (tali baja atau tali serat) dia. 8 mm
untuk mengaitkan kait pada sabuk pengaman tubuh (gambar 4.7(7)).
7. Bila menggunakan tali bantu angkat, 1 tali bantu angkat dilarang digunakan
untuk 2 sabuk pengaman tubuh (gambar 4.7(9)).
8. Tali keselamatan vertikal untuk operator kran menara atau gondola atau
pekerjaan struktur baja, sabuk pengaman tubuh harus dikaitkan
menggunakan kelengkapan untuk turun dari ketinggian dengan tali yang
terdiri dari karmantel statis diameter minimum 8 mm (gambar 4.6 (5)),
karabiner (gambar 4.6 (3)) dan pemberhentian otomatis (gambar 4.6 (4)).
9. Pengait sabuk keselamatan pada penggunaan seperti (gambar 4.6(2)), harus
dikaitkan pada angkur atau bagian struktur bangunan yang kuat.
21
1. PELINDUNG TANGAN
22
2. PELINDUNG PENDENGARAN
1. Jika bekerja pada level bising di atas 85 dB untuk pemajanan selama 8 jam
harus menggunakan pelindung telinga (sumbat telinga atau penutup
telinga).
2. Sumbat telinga adalah sumbat yang dimasukkan ke liang telinga.
3. Sumbat telinga (gambar 4.8 (1)) harus terbuat dari bahan karet atau plastik
lunak dan harus dapat mereduksi bising X-85 dB (X adalah intensitas bising
yang diterima pekerja).
4. Penutup telinga (gambar 4.8 (2)) adalah penutup seluruh telinga yang dapat
mereduksi bising sebesar 35-45 dB.
5. Periksa sumbat telinga atau penutup telinga sebelum digunakan, pastikan
dalam kondisi bersih dan simpan kembali ke dalam kotak setelah digunakan
setelah dibersihkan.
3. PELINDUNG PERNAPASAN
1. Pekerjaan yang berpotensi terpajan debu, asap, uap atau gas harus
menggunakan pelindung pernapasan.
23
2. Masker dan respirator harus digunakan disesuaikan dengan pekerjaan dan
potensi kontaminasi atau gangguan pernapasan.
3. Untuk pelindung debu dapat digunakan masker sekali pakai yang terbuat dari
katun, kertas atau kasa (gambar 4.9 (1)).
4. Untuk pelindung gas, uap dan asap harus menggunakan respirator dengan
penyaring yang sesuai (gambar 4.9 (2)).
5. Pada pekerjaan di ruang terbatas atau area yang terkontaminasi gas harus
menggunakan SCBA (alat bantu pernapasan) (gambar 4.9 (3)).
1. Semua pekerja dan orang yang memasuki proyek harus menggunakan baju
lengan panjang dan celana panjang yang baik, tidak robek atau bolong-
bolong (gambar 4.10 (1)).
2. Pelindung lengan dari kulit atau pakaian pelindung tahan api harus dipakai
pada pekerjaan pengelasan, pemotongan atau gerinda bila diperlukan
(gambar 4.10 (2)).
3. Pada saat hujan, pekerja harus menggunakan jas hujan (gambar 4.10 (3)).
24
12. SERAGAM KERJA DAN KARTU IDENTITAS
25
--halaman ini sengaja dikosongkan--
26