Anda di halaman 1dari 27

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v


DAFTAR ISI....................................................................................................... vii
BAB 1 PENGENALAN DASAR KELISTRIKAN .................................................. 1
BAB 2 DASAR ELEKTRONIKA .......................................................................... 5
BAB 3 DASAR KESELAMATAN KERJA .......................................................... 11
BAB 4 DASAR ALAT UKUR ............................................................................. 27
BAB 5 DASAR SAMBUNGAN KABEL ............................................................. 31
BAB 6 PENGENALAN DASAR PERALATAN LISTRIK .................................... 37
BAB 7 PENGENALAN KEGAGALAN DAN BAHAYA PERALATAN LISTRIK .. 41
BAB 8 CARA KERJA DAN PERBAIKAN SETRIKA, RICE COOKER Dan Teko
ELEKTRIK ............................................................................................. 47
BAB 9 CARA KERJA DAN PERBAIKAN DISPENSER .................................... 57
BAB 10 CARA KERJA DAN PERBAIKAN KIPAS ANGIN, POMPA AIR,
BLENDER DAN MIXER ....................................................................... 63
BAB 11 CARA KERJA DAN PERBAIKAN INSTALASI RUMAH ...................... 79
BAB 12 CARA KERJA DAN PERBAIKAN SOUND SYSTEM .......................... 94
BAB 13 PROJECT 1 : PEMASANGAN CHARGER HP PADA MOTOR ......... 97
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 99

vii
BAB 1
PENGENALAN DASAR KELISTRIKAN

1. Arus Listrik

Arus merupakan perubahan kecepatan muatan terhadap waktu atau


muatan yang mengalir dalam satuan waktu dengan simbol i (dari kata Perancis:
intensite), dengan kata lain arus adalah muatan yang bergerak. Selama muatan
tersebut bergerak maka akan muncul arus tetapi ketika muatan tersebut diam
maka arus pun akan hilang. Muatan akan bergerak jika ada energi luar yang
memepengaruhinya. Muatan adalah satuan terkecil dari atom atau sub bagian
dari atom. Dimana dalam teori atom modern menyatakan atom terdiri dari
partikel inti (proton bermuatan + dan neutron bersifat netral) yang dikelilingi oleh
muatan electron (-), normalnya atom bermuatan netral. Muatan terdiri dari dua
jenis yaitu muatan positif dan muatan negative Arah arus searah dengan arah
muatan positif (arah arus listrik) atau berlawanan dengan arah aliran elektron.
Suatu partikel dapat menjadi muatan positif apabila kehilangan elektron dan
menjadi muatan negatif apabila menerima elektron dari partikel lain.

2. Macam-macam arus :

1. Arus Searah (Direct Current/DC)


Arus DC adalah arus yang mempunyai nilai tetap atau konstan terhadapa
satuan waktu, artinya dimanapun kkita meninjau arus tersebut pada
waktu berbeda akan mendapatkan nilai yang sama.

Gambar 1.1 Arus Searah (DC)


2. Arus Bolak balik (Alternating Current/AC)

1
Arus AC adalah arus yang mempunyai nilai yang berubah terhadap
satuan waktu dengan karakteristik akan selalu berulang untuk perioda
waktu tertentu (mempunyai perioda waktu : T)

Gambar 1.2 Arus Bolak Balik (AC)

3. Tegangan

Tegangan atau seringkali orang menyebut dengan beda potensial dalam


bahasa Inggris voltage adalah kerja yang dilakukan untuk menggerakkan satu
muatan (sebesar satu coulomb) pada elemen atau komponen dari satu
terminal/kutub ke terminal/kutub lainnya, atau pada kedua terminal/kutub akan
mempunyai beda potensial jika kita menggerakkan/memindahkan muatan
sebesar satu coulomb dari satu terminal ke terminal lainnya. Keterkaitan antara
kerja yang dilakukan sebenarnya adalah energi yang dikeluarkan, sehingga
pengertian diatas dapat dipersingkat bahwa tegangan adalah energi per satuan
muatan. Satuanya adalah Volt (V)

Gambar 1.3 Simbol Tegangan (V)

Pada gambar 1.3, jika terminal/kutub A mempunyai potensial lebih tinggi


daripada potensial di terminal/kutub B. Maka ada dua istilah yang seringkali
dipakai pada Rangkaian Listrik, yaitu:
1. Tegangan turun/ voltage drop Jika dipandang dari potensial lebih tinggi
ke potensial lebih rendah dalam hal ini dari terminal A ke terminal B.

2
2. Tegangan naik/ voltage rise Jika dipandang dari potensial lebih rendah
ke potensial lebih tinggi dalam hal ini dari terminal B ke terminal A. Pada
buku ini istilah yang akan dipakai adalah pengertian pada item nomor 1
yaitu tegangan turun. Maka jika beda potensial antara kedua titik tersebut
adalah sebesar 5 Volt, maka VAB = 5 Volt dan VBA = -5 Volt

4. Energi

Kerja yang dilakukan oleh gaya sebesar satu Newton sejauh satu meter.
Jadi energi adalah sesuatu kerja dimana kita memindahkan sesuatu dengan
mengeluarkan gayasebesar satu Newton dengan jarak tempuh atau sesuatu
tersebut berpindah dengan selisih jarak satu meter. Pada alam akan berlaku
hukum Kekekalan Energi dimana energi sebetulnya tidak dapat dihasilkan dan
tidak dapat dihilangkan, energi hanya berpindah dari satu bentuk ke bentuk
yang lainnya. Contohnya pada pembangkit listrik, energi dari air yang bergerak
akan berpindah menjadi energi yang menghasilkan energi listrik, energi listrik
akan berpindah menjadi energi cahaya jika anergi listrik tersebut melewati
suatu lampu, energi cahaya akan berpinda menjadi energi panas jika bola
lampu tersebut pemakaiannya lama, demikian seterusnya.
Untuk menyatakan apakah energi dikirim atau diserap tidak hanya
polaritas tegangan tetapi arah arus juga berpengaruh. Elemen/komponen listrik
digolongkan menjadi:
1. Menyerap energi
Jika arus positif meninggalkan terminal positif menuju terminal
elemen/komponen, atau arus positif menuju terminal positif
elemen/komponen tersebut.

3
Gambar 1.4 Ilustrasi Penyerapan Energi

2. Mengirim Energi
Jika arus positif masuk terminal positif dari terminal elemen/komponen,
atau arus positif meninggalkan terminal positif elemen/komponen.

Gambar 1.5 Ilustrasi Pengiriman Energi

4
BAB 2
DASAR ELEKTRONIKA

a. Elektronika

Rangkaian elektronika merupakan salah satu peralatan yang terbentuk


dari beberapa komponen elektronika, dimana masing-masing komponen
tersebut memiliki fungsi tersendiri. Perbedaan antara rangkaian elektronika
dengan elektrik adalah pada penggunaan komponen nya. Peralatan elektrik
terdiri dari beberapa komponen pasif seperti resistor, kapasitor, dan induktor.
Sedangkan peralatan elektronika terdiri dari komponen aktif dan komponen
pasif. Contoh dari komponen aktif adalah IC (Integrated Circuit), transistor, dan
dioda.

b. Komponen Elektronik Pasif

Suatu komponen elektronika yang tidak memerlukan sumber arus listrik


eksternal untuk pengoperasianya atau yang biasa disebut dengan komponen
elektronika pasif. Adapun komponen yang termasuk elektronik pasif adalah
resistor, kapasitor, dan induktor.

a. Resistor (Hambatan)
Resistor berfungsi untuk penghambat dari suatu rangkaian. Semakin
besar nilai resistansi sebuah resistor yang dipasang, maka semakin kecil arus
yang mengalir. Satuan nilai dari resistor adalah Ohm (Ω). Terdapat dua macam
resistor berdasarkan fungsinya yaitu resistor tetap dan resistor variabel.
Tampilan dari resistor dapat dilihat pada Gambar 2.1.

5
(a) Resistor tetap (b) Resistor variabel

Gambar 2.1 Ilustrasi Penyerapan Energi

Resistor tetap adalah suatu resistor yang mempunyai nilai hambatan


tetap. Biasanya terbuat dari karbon, kawat atau paduan logam. Pada resistor
tetap nilai resistansi biasanya ditentukan dengan kode warna. Resistor yang
termasuk jenis ini adalah resistor kawat, batang karbon, keramik atau porselin,
film karbon dan film metal. Kode warna resistor dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kode warna resistor

Resistor variabel merupakan resistor yang nilai tahanannya dapat berubah


seperti potensiometer, dan trimpot. Potensiometer adalah resistor tiga terminal
yang nilai tahananya dapat diubah ubah. Sedangkan trimpot adalah
potensiometer yang cara mengubah nilai tahanannya dengan cara mentrim
menggunakan obeng trim.

6
b. Kapasitor
Kondensator atau yang sering disebut dengan kapasitor adalah suatu alat
yang dapat menyimpan muatan listrik. Kapasitas kondensator diukur dalam
satuan Farad. Nilai kapasitansi dari suatu kondensator dapat dilihat dari kode
angka dan huruf yang terdapat padanya. Tampilan dari kapasitor dapat dilihat
pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Tampilan kapasitor

c. Induktor
Sebuah induktor atau reaktor adalah sebuah komponen elektronika pasif
yang dapat menyimpan energi pada medan magnet yang ditimbulkan oleh arus
listrik yang melintasinya. Induktor biasanya dikontruksi sebagai sebuah lilitan
dari bahan penghantar, biasanya berupa kawat tembaga yang digulung pada
inti magnet. Tampilan dari Induktor dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Tampilan induktor

7
c. Komponen Elektronika Aktif
Komponen Elektronika Aktif adalah jenis komponen elektronika yang
memerlukan arus eksternal untuk dapat beroperasi. Dengan kata lain,
komponen elektronika aktif hanya dapat berfungsi apabila mendapatkan
sumber arus listrik dari luar (eksternal). Komponen yang termasuk dalam
komponen elektronika aktif adalah dioda, IC, dan transistor.

a. Dioda

Dalam suatu rangkaian elektronika, diode sering digunakan karena


bentuknya yang sederhana dan penggunaanya sangat luas. Ada beberapa
macam rangkaian diode, diantaranya adalah penyearah setengah gelombang
(Half-Wave Rectifier), penyearah gelombang penuh (Full-Wave Rectifier),
rangkaian pemotong (Clipper), rangkaian penjepit (clamper), serta penanda
tegangan (Voltage multiplier).

Dioda mempunyai 2 sisi yaitu sisi positif (P) disebut anoda dan sisi
negative (N) yang disebut sebagai katoda dan terbuat dari bahan
semikonduktor. Selain itu, dioda mempunyai fungsi yang unik yaitu hanya dapat
mengalirkan arus listrik dalam satu arah saja (dari anoda ke katoda). Diode
terbagi atas beberapa jenis, antara lain diode Zener, LED (Light Emitting diode)
dan masih banyak lagi. Tampilan dari diode Zener dan LED dapat dilihat pada
Gambar 2.4.

(a) (b)

Gambar 2.4 Tampilan inductor

b. Integrated Circuit (IC)

8
Integrated circuit atau yang sering disingkat dengan IC adalah komponen
elektronika aktif yang terdiri dari gabungan ratusan bahkan jutaan transistor,
resistor dan komponen lainya. Dimana komponen komponen tersebut
diintegrasikan menjadi sebuah rangkaian elektronika dalam suatu kemasan
kecil.

Berdasarkan fungsinya IC dapat dikelompokkan menjadi IC Comparator


(pembanding), timer (pewaktu), logic gates (Gerbang logika), amplifier
(penguat), dan switching (pengendali). Komponen ini memudahkan untuk
membuat sebuah peralatan elektronika yang lebih kecil, dan ringan. Konsumsi
daya dari IC lebih rendah disbanding dengan transistor.Tampilan dari IC dapat
dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Tampilan IC

c. Transistor
Walter H. Brattain dan John Bardeen pada akhir Desember 1947 di Bell
Telephone Laboratories berhasil menciptakan suatu komponen yang
mempunyai sifat menguatkan atau yang biasa disebut dengan transistor.
Keuntungan komponen ini adalah ukuran fisiknya yang sangat kecil dan ringan.
Disamping itu, komponen semikonduktor ini membutuhkan sumber daya yang
kecil serta efisiensi yang tinggi. Transistor terdiri dari 3 terminal yang dikenal
sebagai Emitor (E), Basis (B) dan Kolektor (C). simbol dari transistor dapat
dilihat pada Gambar 2.6.

9
Gambar 2.6 Simbol transistor

10
BAB 3
DASAR KESELAMATAN KERJA

1. Pengertian Keselamatan kerja

Kecelakaan dalam bekerja sering terjadi di Industri. Kecelakaan kerja


menurut (Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor: 03/Men/1998)
merupakan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula
yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja suatu industri memiliki
standart keselamatan dalam bekerja berdasarkan kebutuhan masing-masing
yang sesuai untuk menunjang kelancaran dalam produksi. Keselamatan kerja
merupakan suatu upaya agar pekerja selamat ditempat kerjanya sehingga
terhindar dari berbagai kecelakaan termasuk juga untuk menyelamatkan
peralatan serta produksinya.

2. Faktor Kecelakaan Kerja

a. Faktor manusia
- Umur
Faktor ini mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik,
mental, kemampuan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Umur pekerja
juga diatur oleh Undang-Undang Perburuhan yaitu Undang-Undang
tanggal 6 Januari 1951 No.1 Pasal 1 (Malayu S. P. Hasibuan,
2003:48). Kapasitas fisik, seperti penglihatan, pendengaran dan
kecepatan reaksi, menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih. Sebaliknya
mereka lebih berhati-hati, lebih dapat dipercaya dan lebih menyadari
akan bahaya dari pada tenaga kerja usia muda. Namun begitu terdapat
kecenderungan bahwa beberapa jenis kecelakaan kerja seperti terjatuh
lebih sering terjadi pada tenaga kerja usia 30 tahun atau lebih dari pada

11
tenaga kerja berusia sedang atau muda. Angka kecelakaan rata-rata
lebih meningkat mengikuti pertambahan usia ( Suma’mur PK., 1989:305 )
- Jenis kelamin
Pembagian kerja secara sosial antara pria dan wanita menyebabkan
perbedaan terjadinya paparan yang diterima orang, sehingga penyakit
yang dialami berbeda pula. Secara anatomis, fisiologis, dan psikologis
tubuh wanita dan pria memiliki perbedaan sehingga dibutuhkan
penyesuaian-penyesuaian dalam beban dan kebijakan kerja
- Masa kerja
Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif.
Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya
masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan
tugasnya. Sebaliknya, akan memberi pengaruh negatif apabila dengan
semakin lamanya masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja
- Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk
melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya
atau kecelakaan kerja. APD tidak secara sempurna dapat melindungi
tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin
terjadi. Penggunaan alat pelindung diri dapat mencegah kecelakaan kerja
sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan praktek pekerja dalam
penggunaan alat pelindung diri.
- Tingkat pendidikan
Proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-
bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses
sosial yakni orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang
terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia
dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial
dan kemampuan individu yang optimal (Achmad Munib, dkk., 2004:33).
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka mereka cenderung

12
untuk menghindari potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan.
b. Faktor lingkungan
- Kebisingan
Bising adalah suara/bunyi yang tidak diinginkan. Kebisingan pada tenaga
kerja dapat mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu
komunikasi/percakapan antar pekerja, mengurangi konsentrasi,
menurunkan daya dengar dan tuli akibat kebisingan. Sesuai dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-51/MEN/1999 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, Intensitas kebisingan
yang dianjurkan adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja.
- Suhu udara
Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku dan kurangnya
koordinasi otot. Suhu panas terutama berakibat menurunkan prestasi
kerja pekerja, mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan
waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak,
mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan
untuk dirangsang. Sedangkan menurut Grandjean dkondisi panas
sekeliling yang berlebih akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk,
mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja.
Hal ini akan menurunkan daya kreasi tubuh manusia untuk menghasilkan
panas dengan jumlah yang sangat sedikit.
- Penerangan
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang
dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya tidak perlu.
Penerangan adalah penting sebagai suatu faktor keselamatan dalam
lingkungan fisik pekerja. Beberapa penyelidikan mengenai hubungan
antara produksi dan penerangan telah memperlihatkan bahwa
penerangan yang cukup dan diatur sesuai dengan jenis pekerjaan yang
harus dilakukan secara tidak langsung dapat mengurangi banyaknya
kecelakaan. Faktor penerangan yang berperan pada kecelakaan antara

13
lain kilauan cahaya langsung pantulan benda mengkilap dan bayang-
bayang gelap (ILO, 1989:101). Selain itu pencahayaan yang kurang
memadai atau menyilaukan akan melelahkan mata. Kelelahan mata akan
menimbulkan rasa kantuk dan hal ini berbahaya bila karyawan
mengoperasikan mesin-mesin berbahaya sehingga dapat menyebabkan
kecelakaan (Depnaker RI, 1996:45).
- Lantai licin
Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras, tahan
air dan bahan kimia yang merusak (Bennet NB. Silalahi, 1995:228).
Karena lantai licin akibat tumpahan air, tahan minyak atau oli berpotensi
besar terhadap terjadinya kecelakaan, seperti terpeleset.

c. Faktor peralatan
- Kondisi mesin
Dengan mesin dan alat mekanik, produksi dan produktivitas dapat
ditingkatkan. Selain itu, beban kerja faktor manusia dikurangi dan
pekerjaan dapat lebih berarti. Apabila keadaan mesin rusak, dan tidak
segera diantisipasi dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
Ketersediaan alat pengaman mesin Mesin dan alat mekanik terutama
diamankan dengan pemasangan pagar dan perlengkapan pengamanan
mesin ata disebut pengaman mesin.
- Letak mesin
Termasuk juga dalam tata letak dalam menempatkan posisi mesin.
Semakin jauh letak mesin dengan pekerja, maka potensi bahaya yang
menyebabkan kecelakaan akan lebih kecil. Sehingga dapat mengurangi
jumlah kecelakaan yang mungkin terjadi.

14
3. Tujuan Keselamatan Kerja
a. Mencagah terjadinya kecelakaan yang diakibatkan dari beberapa faktor.
b. Mencegah/mengurangi angka kematian.
c. Mencegah/mengurangi cacad tetap.
d. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan-
bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, instalasi dsb.
e. Meningkatkan produktifitas kerja dan menjamin kehidupan produktifnya.
f. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumber produktif
lainnya sewaktu kerja.
g. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga
dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
h. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi, industri serta
pembangunan.

4. Syarat – Syarat Keseselamatan Kerja menurut UU 1/1970 Pasal 3 ayat


(1)

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.


b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mancegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik phisik
maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

15
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara
dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan
dan penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

5. Alat pelindung diri, seragam kerja, dan ID card

a. Standart berpakaian

Gambar 3.1. Standar Berpakaian Secara Umum (a)

16
Gambar 3.2. Standar Berpakaian Secara Umum (b)

b. Standart berpakaian saat pengelasan

Gambar 3.3. Standar Berpakaian Proses pengelasan

17
c. Standart Berpakaian saat bekerja dengan bahan kimia berbahaya

Gambar 3.4. Standar Berpakaian Saat Bekerja untuk Bahan Kimia

18
Gambar 3.5. Persyaratan Alat Pelindung Diri

6. PELINDUNG WAJAH
1. Pekerjaan yang spesifik membahayakan muka pekerja (pekerjaan
pengelasan, pemotongan, gerinda, dll.) harus menggunakan pelindung muka
sesuai standar ANSI Z.87.1-2010.
2. Pekerjaan pengelasan dan pemotongan baik dengan trafo las maupun las
potong harus menggunakan masker pengelasan.
3. Pekerjaan gerinda dan alat portabel yang berputar lainnya (mesin senai,
sekop, dll.) pada area terbuka harus menggunakan tameng wajah yang
dikombinasikan dengan helm, sedangkan pekerjaan di bengkel kerja dapat
menggunakan tameng wajah biasa.
4. Cek APD sebelum digunakan, jangan menggunakan APD yang rusak.

19
Gambar 3.6. Rope / Tali Pengaman

Gambar 3.7. Pemasangan Rope

20
7. PELINDUNG JATUH DARI KETINGGIAN
1. Sabuk pengaman tubuh (gambar 4.6 (1)) dan sabuk keselamatan (gambar
4.6 (2)) yang digunakan harus memenuhi standar ANSI Z.359.1-2016 atau
standar SNI.
2. Kait yang digunakan untuk sabuk pengaman tubuh atau sabuk keselamatan
harus menggunakan kait yang besar.
3. Penggunaan sabuk pengaman tubuh dan sabuk keselamatan (gambar 4.7
(8).
4. Panjang tali koneksi tidak boleh lebih dari 1,7 m.
5. Setiap pekerjaan di ketinggian lebih dari 1,8 m harus menggunakan sabuk
pengaman tubuh dan pengait dikaitkan minimal harus di atas pinggang
(gambar 4.6 (6).
6. Setiap pekerjaan di ketinggian harus terpasang tali keselamatan horizontal
dari pipa galvanis atau tali bantu angkat (tali baja atau tali serat) dia. 8 mm
untuk mengaitkan kait pada sabuk pengaman tubuh (gambar 4.7(7)).
7. Bila menggunakan tali bantu angkat, 1 tali bantu angkat dilarang digunakan
untuk 2 sabuk pengaman tubuh (gambar 4.7(9)).
8. Tali keselamatan vertikal untuk operator kran menara atau gondola atau
pekerjaan struktur baja, sabuk pengaman tubuh harus dikaitkan
menggunakan kelengkapan untuk turun dari ketinggian dengan tali yang
terdiri dari karmantel statis diameter minimum 8 mm (gambar 4.6 (5)),
karabiner (gambar 4.6 (3)) dan pemberhentian otomatis (gambar 4.6 (4)).
9. Pengait sabuk keselamatan pada penggunaan seperti (gambar 4.6(2)), harus
dikaitkan pada angkur atau bagian struktur bangunan yang kuat.

21
1. PELINDUNG TANGAN

Gambar 3.7. Pelindung Tangan

1. Semua pekerja harus menggunakan sarung tangan sesuai standar SNI-06-


0652-2015.
2. Pekerja pada umumnya harus menggunakan sarung tangan katun min. 8
benang (gambar 4.7 (1)).
3. Pekerjaan yang lebih kasar, seperti tukang besi, baja, bekisting, penanganan
tali baja, kawat, dll, harus menggunakan sarung tangan kombinasi (gambar
4.7 (2)).
4. Pekerjaan pengelasan, pemotongan, dan gerinda harus menggunakan
sarung tangan kulit (gambar 4.7 (3)).
5. Pekerjaan dengan bahan kimia dan beracun harus menggunakan sarung
tangan tahan kimia (bahan vynil, PVC, nitril, dll.) (gambar 4.7 (4)).
6. Teknisi listrik harus menggunakan sarung tangan tahan listrik min. 5KV
(gambar 4.7(5)).
7. Cek kondisi sarung tangan setiap akan digunakan, ganti bila cacat atau
rusak.

22
2. PELINDUNG PENDENGARAN

Gambar 3.8. Pelindung Pendengaran

1. Jika bekerja pada level bising di atas 85 dB untuk pemajanan selama 8 jam
harus menggunakan pelindung telinga (sumbat telinga atau penutup
telinga).
2. Sumbat telinga adalah sumbat yang dimasukkan ke liang telinga.
3. Sumbat telinga (gambar 4.8 (1)) harus terbuat dari bahan karet atau plastik
lunak dan harus dapat mereduksi bising X-85 dB (X adalah intensitas bising
yang diterima pekerja).
4. Penutup telinga (gambar 4.8 (2)) adalah penutup seluruh telinga yang dapat
mereduksi bising sebesar 35-45 dB.
5. Periksa sumbat telinga atau penutup telinga sebelum digunakan, pastikan
dalam kondisi bersih dan simpan kembali ke dalam kotak setelah digunakan
setelah dibersihkan.

3. PELINDUNG PERNAPASAN

Gambar 3.9. Pelindung Pernapasan

1. Pekerjaan yang berpotensi terpajan debu, asap, uap atau gas harus
menggunakan pelindung pernapasan.

23
2. Masker dan respirator harus digunakan disesuaikan dengan pekerjaan dan
potensi kontaminasi atau gangguan pernapasan.
3. Untuk pelindung debu dapat digunakan masker sekali pakai yang terbuat dari
katun, kertas atau kasa (gambar 4.9 (1)).
4. Untuk pelindung gas, uap dan asap harus menggunakan respirator dengan
penyaring yang sesuai (gambar 4.9 (2)).
5. Pada pekerjaan di ruang terbatas atau area yang terkontaminasi gas harus
menggunakan SCBA (alat bantu pernapasan) (gambar 4.9 (3)).

11. PAKAIAN PELINDUNG

Gambar 3.10. Pakaian Pelindung

1. Semua pekerja dan orang yang memasuki proyek harus menggunakan baju
lengan panjang dan celana panjang yang baik, tidak robek atau bolong-
bolong (gambar 4.10 (1)).
2. Pelindung lengan dari kulit atau pakaian pelindung tahan api harus dipakai
pada pekerjaan pengelasan, pemotongan atau gerinda bila diperlukan
(gambar 4.10 (2)).
3. Pada saat hujan, pekerja harus menggunakan jas hujan (gambar 4.10 (3)).

24
12. SERAGAM KERJA DAN KARTU IDENTITAS

Gambar 3.11. Pakaian Pelindung


1. Semua pekerja harus menggunakan seragam kerja yang rapi dan rompi
reflektif.
2. Seragam yang digunakan harus memantulkan cahaya/ reflektif (gambar 4.11
(1)). Bila menggunakan kaos lengan panjang, harus dilengkapi dengan rompi
reflektif (gambar 4.11 (2)).
3. Kartu identitas harus dipakai selama berada di dalam proyek.
4. Kartu identitas harus ditandatangani pejabat proyek dan dapat diberikan
setelah lulus induksi keselamatan.
Pada waktu melaksanakan pekerjaan, badan kita harus benar-benar terlindung
dari kemungkinan terjadinya kecelakaan. Untuk melindungi diri dari resiko yang
ditimbulkan akibat kecelakaan, maka badan kita perlu menggunakan alat-alat
pelindung seperti diatas ketika melaksanakan suatu pekerjaan.

25
--halaman ini sengaja dikosongkan--

26

Anda mungkin juga menyukai