Anda di halaman 1dari 30

BAB II

SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI

2.1 Pengertian Sistem Jaringan Distribusi


Sistem jaringan distribusi tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik
dari pembangkit tenaga listrik (power station) hingga sampai kepada konsumen
(pemakai) pada tingkat tegangan yang diperlukan. Setiap elemen jaringan
distribusi pada lokasi tertentu dipasang trafo-trafo distribusi, dimana tegangan
distribusi 20 KV diturunkan ke level tegangan yang lebih rendah menjadi
380/220Volt (SPLN 72 : 1987). Dari trafo-trafo ini kemudian para pelanggan
listrik dilayani dengan menarik kabel-kabel tegangan rendah menjelajah ke
sepanjang pusat-pusat pemukiman,

baik itu komersial maupun beberapa

industri.

Gambar 2.1.Konfigurasi Sistem Penyaluran Tenaga Listrik


8

2.2.Jaringan Distribusi Primer


Jaringan distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik
yang bertegangan menengah (20 KV) dari gardu induk distribusi ke pusat-pusat
beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel
tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi
lingkungan.Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi
primer, yaitu :
a) Jaringan Radial.
Jaringan ini hanya memiliki satu saluran (line) antara titik sumber dan titik
beban, tidak ada alternatif saluran lainnya. Bentuk Jaringan ini merupakan
bentuk dasar, paling sederhana dan paling banyak digunakan.Dinamakan radial
karena saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik yang merupakan sumber
dari jaringan itu,dan dicabang-cabang ke titik-titik beban yang dilayani.

Gambar 2.2. Konfigurasi Jaringan Distribusi Primer Radial


b) Jaringan Hantaran Penghubung (Tie Line)
Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar 2.3. digunakan untuk pelanggan
penting yang tidak boleh padam seperti bandar udara, rumah sakit, dan lainlain.

Gambar 2.3. Konfigurasi Jaringan Hantaran Penghubung

c) Jaringan Lingkar (Loop)


Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran (Loop) seperti Gambar
2.4. dimungkinkan pemasokannya dari beberapa gardu induk, sehingga dengan
demikian tingkat keandalannya relatif lebih baik.

Gambar 2.4. Konfigurasi Jaringan Loop

d) Jaringan Spindel
Sistem Spindel seperti pada Gambar 2.5. adalah suatu pola kombinasi jaringan
dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder)

10

yang tegangannya diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir
pada sebuah Gardu Hubung (GH).

Gambar 2.5. Konfigurasi Jaringan Spindel

e) Sistem Gugus atau Sistem Kluster


Konfigurasi Gugus seperti pada Gambar 2.6. banyak digunakan untuk kota
besar yang mempunyai kerapatan beban yang tinggi. Dalam sistem ini terdapat
Saklar

Pemutus Beban, dan penyulang cadangan. Dimana penyulang ini

berfungsi bila ada gangguan yang terjadi pada salah satu penyulang konsumen
maka penyulang cadangan inilah yang

menggantikan fungsi suplai

kekonsumen.

11

Gambar 2.6. Konfigurasi Sistem Kluster

2.2.1 Komponen Utama


2.2.1.1. Tiang
A. Tiang Kayu
SPLN 115 : 1995 berisikan tentang Tiang Kayu untuk jaringan distribusi,
kekuatan, ketinggian dan pengawetan kayu sehingga pada beberapa wilayah
pengusahaan PT PLN Persero bila suplai kayu memungkinkan, dapat
digunakan sebagai tiang penopang penghantar penghantar SUTM.
B. Tiang Besi
Adalah jenis tiang

terbuat dari pipa besi yang

disambungkan hingga

diperoleh kekuatan beban tertentu sesuai kebutuhan. Walaupun lebih mahal,


pilihan tiang besi untuk area/wilayah tertentu masih diijinkan karena bobotnya
lebih ringan dibandingkan dengan tiang beton. Pilihan utama juga
dimungkinkan bilamana total biaya material dan transportasi lebih murah
dibandingkan dengan tiang beton akibat diwilayah tersebut belum ada pabrik
tiang beton.

12

C. Tiang Beton
Untuk kekuatan sama dengan tiang besi, pilihan tiang jenis ini dianjurkan
digunakan di seluruh PLN karena lebih murah dibandingkan dengan jenis
konstruksi tiang lainnya. Tabel 2.1 dan gambar 2.7 adalah spesifikasi dan
gambar tiang beton untuk SUTM.
Tabel.2.1.Spesifikasi Tiang Beton Untuk SUTM
Panjan
g
(m)

Tiinggi titik
Tumpu/batas
Tanam (m)

Diamete
r
(cm)

1,5

11

1,9

12

2,0

115,7
15,7
19
19
22
22
19
19
19
22
22
19
19
19
22
22

Beba
n
Kerja
(daN)
100
200
350
500
800
1200
200
350
500
800
1200
200
350
500
800
1200

Panjan
g
(m)

Diamete
r
(cm

13

Tinggi titik
Tumpu/bata
s
Tanam (m)
2,2

19
19
19
22
22

Beba
n
Kerja
(daN)
200
350
500
800
1200

14

2,4

19
19
19
22
22

200
350
500
800
1200

(Sumber : Buku 5 : Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik


PT. PLN (PERSERO) Edisi 1 Tahun 2010 Hal 8)

13

Gambar 2.7 Foto Tiang Beton


Sedangkan untuk kekuatan tarik tiang awal /ujung dan tiang sudut JTM dapat
diperhatikan table 2.2 dan 2.3 di bawah ini .
Tabel 2.2. Kekuatan Tarik Tiang Awal/Ujung (Working Load) JTM
N
o
1
2
3
4
5

Penghantar (mm 2)

AAAC 3 X 35
AAAC 3 X 50
AAAC 3 X 70
AAAC 3 X 150
AAAC 3 X 240

Kekuatan Tiang (daN)


200
X
X

350

500

X
X
2X

800

Alternatif
Pilihan
1200
+GW
200 daN + GW
200 daN + GW
200 daN + GW
200 daN + GW

(Sumber Buku 1 : Kriteria Disain Enjinering Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
PT.PLN (Persero) Edisi 1 Tahun 2010 Hal.9)

N
o
1

Tabel 2.3. Kekuatan Tarik Tiang Sudut (Working Load) fasa-3 Konstruksi
Underbuilit JYM/JTR
Kekuatan Tiang
Jarak
Penghantar Sudut
Alternatif
(daN)
Gawang
(mm 2)
Deviasi
Pilihan
200 350
500
0 o -15 o
50 meter AAAC.35+
X
200 daN + GW
o
o
15
-30
X
200 daN + GW
LVTC
o
o
30
-60
X
200 daN + GW
3X70+N
60 o -90o
2X
200 daN + GW
o
o
0 -15
50 meter AAAC.70+
X
+ GW
o
o
15
-30
X
200 daN + GW
LVTC
o
o
30
-60
2X
200 daN + GW
3X70+N
60 o -90o
2X
200 daN + GW
o
o
0 -15
50 meter AAAC.150
X
+ GW
o
o
15
-30
X
+ GW
+LVTC
o
o
30
-60
X
200 daN + GW
3X70+N
60 o -90o
X
200 daN + GW
o
o
0 -15
50 meter AAAC.240
X
+ GW
o
o
15
-30
+ GW
X
+LVTC
o
o
30
-60
2X
200 daN + GW
3X70+N
60 o -90o
2X
200 daN + GW
(Sumber Buku 1 : Kriteria Disain Enjinering Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
PT.PLN (Persero) Edisi 1 Tahun 2010 Hal.10)

2.2.1 .2. Penghantar

14

A. Penghantar Telanjang (BC : Bare Conductor)


Konduktor dengan bahan utama tembaga (Cu) atau alluminium (Al) yang
dipilin bulat padat , sesuai SPLN 42 -10 : 1986 dan SPLN 74 : 1987. Pilihan
konduktor penghantar telanjang yang memenuhi pada dekade ini adalah AAC
(All Aluminum Conductor) atau AAAC (All Alumnium Alloy Conductor).
Sebagai akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini belum memungkinkan
penggunaan penghantar berbahan tembaga sebagai pilihan yang baik.
Gambar 2.8 adalah gambar penghantar jenis AAAC.

Gambar 2.8. Penghantar Jenis AAAC

B. Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated single core)


Konduktor dengan bahan utama aluminium ini diisolasi dengan material
XLPE (crosslink polyetilene langsung), dengan batas tegangan 6 kV dan
harus memenuhi SPLN No 43-5-6 tahun 1995.
Untuk menentukan luas penampang, sebelumnya harus diketahui besar arus
yang akan dilewati penghantar tersebut dengan persamaan :

I=

S
3 . V

(1)
Dimana : S = Besar Daya Semu (kVA)
V= Tegangan Awal (KV)
15

Tabel 2.4. Kemampuan Hantar Arus Penghantar AAAC


No
1
2
3
4

Luas Penampang (mm2)


35
70
120
240

KHA (A)
170
210
365
585

(Sumber : Puil 2000 Halaman 350)

Tabel 2.5. Konstruksi Penghantar AAAC


No

1
2
3
4

Luas
Penampan
g (mm2)
35
70
120
240

Jumla
h
Kawat
7
19
16
61

Diamete
r Kawat
(mm)
2,5
3,0
2,75
2,25

Diameter
Penghanta
r (mm)
7,5
9,0
13,75
20,25

Berat
Penghanta
r (Kg/Km)
94
208
310
670

Kuat Tarik
Penghanta
r (Kg)
960
136
315
677

(Sumber : Puil 2000 Halaman.298)

2.2.1.3. Isolator
Pada jaringan SUTM, Isolator pengaman penghantar bertegangan dengan
tiang penopang / travers dibedakan untuk jenis konstruksinya adalah :

A. Isolator Tumpu

Gambar 2.9. Jenis - jenis Isolator Tumpu

B. Isolator Tarik

16

Gambar 2.10. Jenis - Jenis Isolator Tarik

2.2.1.4. Peralatan Hubung (Switching)


Pada percabangan atau pengalokasian seksi pada jaringan SUTM untuk
maksud kemudahan operasional harus dipasang Pemutus Beban (Load Break
Switch : LBS), selain LBS dapat juga dipasangkan Fused Cut-Out (FCO). Gambar
2.11 adalah gambar contoh pemasangan FCO dan LBS dan gambar 2.12 adalah
gambar FCO dan Fuse Link.

Gambar 2.11. Contoh Pemasangan FCO dan LBS pada SUTM

Gambar 2.12. Fuse Cut Out dan Fuse Link


2.2.1.5. Konektor
17

Konektor adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyambung kawat


penghantar. Jenis konektor yang digunakan ada beberapa macam yaitu :
a. Joint Sleeve Connector (Sambungan Lurus)
b. Paralel Groove Connector (Sambungan Percabangan)
c. Live Line Connector (Sambungan Sementara yang bisa dibuka pasang)
Gambar 2.13 adalah salah satu contoh konektor yaitu Life line Connector
(LLC).

Gambar 2.13. Life line Connector (LLC)

2.2.1.6 Lightning Arrester


Merupakan peralatan proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan
lebih yang disebabkan sambaran petir.Bersifat sebagai by pass disekitar isolasi
yang membentuk jalan dan mudah dilalui oleh arus kilat ke sistem pentanahan.
Gambar 2.14 adalah foto dari lightning arrester.

Gambar 2.14. Lightning Arrester


2.2.2.Konstruksi Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

18

Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi


termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya 20 kV. Konstruksi ini paling
banyak digunakan untuk konsumen jaringan tegangan menengah di Indonesia.
Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang
dengan isolator pada tiang besi/beton. Untuk gambar terminologi pada saluran
SUTM dan bentuk konstruksi SUTM dapat diperhatikan pada gambar 2.15 dan
2.16 di bawah ini.

Gambar 2.15. Terminologi pada Saluran Udara Tegangan Menengah

Gambar 2.16. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)


A. Konstruksi Tiang Penumpu (line pole)
19

Tiang Penumpu adalah


jaringan

konstruksi tiang yang dipasang

pada lintasan

SUTM dengan sudut 0 - 15). Konstruksi ini memakai 3buah

isolator tumpu dan 1 buah cross arm UNP 10 x 2000. (Gambar Konstruksinya
bisa diperhatikan di lampiran 2).
B. Konstruksi Tiang Sudut Kecil
Konstruksi tiang sudut kecil ini dipasang untuk jaringan SUTM dengan sudut
15- 30 . Konstruksi ini memakai 6 buah isolator tumpu, 2 buah cross arm
UNP 10 x 2200. (Gambar Konstruksinya bisa diperhatikan di lampiran 2).
C. Konstruksi Tiang Sudut Sedang
Konstruksi tiang sudut sedang dipasang untuk jaringan SUTM dengan sudut
lintasan 30- 60 Konstruksi ini memakai 6 set isolator tarik, 3 buah isolator
tumpu dan 2 buah cross arm UNP 10 x 2200. (Gambar Konstruksinya bisa
diperhatikan di lampiran 2).
D. Konstruksi Tiang Sudut Besar
Konstruksi tiang sudut besar disang untuk jaringan SUTM dengan sudut
lintasan 60- 90. Konstruksi ini memakai 6 set isolator tarik, 1 buah isolator
tumpu dan 4 buah cross arm UNP 10 x 2000. (Gambar Konstruksinya bisa
diperhatikan di lampiran 2).
E. Konstruksi tiang awal (Riser Pole)
Konstruksi tiang awal ini dipasang pada awal jaringan dimana terdapat kabel
naik dari gardu induk/pusat listrik. Pada tiang ini terpasang 3 set isolator tarik,
2 buah cross arm UNP 10 x 2000, lightning arrester, pipa galvanis pelindung

20

kabel diameter 4 inci, dan instalasi pembumian. Kekuatan tiang disesuaikan


dengan besarnya penampang penghantar yang digunakan.

(Gambar

Konstruksinya bisa diperhatikan di lampiran 2).


F. Konstruksi tiang Peregang (Tension Pole)
Konstruksi tiang peregang ini di pasang pada tiap-tiap 10 gawang jaringan.
Kekuatan tiang (Working Load) sama dengan kekuatan tiang awal atau tiang
dengan kekuatan tiang lebih kecil namun harus di tambah 2 set konstruksi
Topang tarik dengan arah berlawanan. Pada konstruksi ini terpasang 6 set
isolator tarik, 3 buah isolator tumpu dan 2 buah cross arm UNP 10 x 2000.
(Gambar Konstruksinya bisa diperhatikan di lampiran 2).
G. Konstruksi tiang pencabangan ( Tee- Off Pole)
Konstruksi ini adalah gabungan antara konstruksi tiang penumpu dan tiang
awal tanpa lightning arrester, kabel naik, namun di tambah dengan 1 buah
isolator tumpu dan 1 set Topang tarik, jika tidak memungkinkan penggantian
tiang dengan kekuatan tarik yang lebih besar. (Gambar Konstruksinya bisa
diperhatikan di lampiran 2).
H. Konstruksi tiang akhir (End Pole).
Konstruksi tiang akhir ini sebagaimana konstruksi tiang awal dengan atau
tanpa kabel naik. Tiang yang di pakai dengan kekuatan tarik sesuai
penampang penghantar atau dengan kekuatan tarik lebih kecil di tambah
konstruksi topang tarik. (Gambar Konstruksinya bisa diperhatikan di lampiran
2).
I. Konstruksi penopang tiang

21

Terdapat 3 macam konstruksi penopang tiang yang dipakai :


Topang tarik ( Down Guy Wire (Track Schoor))
Topang tekan (Strut Pole / Drukskur)
Kontramast (Span Guy Wire)
(Gambar Konstruksinya bisa diperhatikan di lampiran 2).

2.2.3. Ruang Bebas (Right Of Way) dan Jarak Aman (Safety Distance)
Jarak aman adalah jarak antara bagian aktif / fase dari jaringan terhadap
benda-benda disekelilingnya baik secara mekanis atau elektromagnetis yang tidak
memberikan pengaruh membahayakan. Secara rinci jarak aman jaringan terhadap
bangunan lain dapat dilihat pada tabel 2.4

Tabel 2.6. Jarak Aman SUTM


No

Uraian

Jarak Aman

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Terhadap permukaan jalan raya


Balkon rumah
Atap rumah
Dinding Bangunan
Antena TV/radio,menara
Pohon
Lintasan kereta api
Underbuilt TM TM
Underbuilt TM TR

> 6 meter
>2,5 meter
>2 meter
>2,5 meter
>2,5 meter
>2,5 meter
>2meter dari atap kereta
>1 meter
>2 meter

(Sumber : Buku 5 : Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik


PT. PLN (PERSERO)Edisi 1 Tahun 2010 Hal 9)

2.2.4.Jarak Andongan (Sag)


Andongan (sag) merupakan jarak lenturan dari suatu bentangan kawat
penghantar antara dua tiang penyangga jaringan atau lebih. Besar andongan

22

memperhatikan berat penghantar, tegangan tarik penghantar dan panjang gawang.


(Untuk ketentuan jarak andongan penghantar AAAC dapat dilihat pada
lampiran1).
Berikut adalah persamaan untuk mengetahui besar andongan .

D =

W S2
8T

(2)
Dimana :
D = Jarak Andongan (m)
W= Berat Penghantar (Kg/m)
T = Tegangan Tarik Penghantar (Kg)
S = Panjang Gawang (m)
Setelah mengetahui besar andongan, maka bisa dihitung penambahan
panjang penghantar setiap gawang dengan persamaan berikut :

Lo

8. D2
+ 3. s

(3)
Dimana :
Lo = Panjang Penghantar Pergawang (m)
S = Panjang Gawang (m)
D = Jarak Andongan (m)
2.3.Jaringan Distribusi Sekunder
23

Jaringan distribusi skunder seperti yang dilihat pada gambar 2.7 adalah
jaringan daya listrik yang termasuk dalam kategori tegangan rendah (sistem
380/220 Volt). yaitu rating yang sama dengan tegangan peralatan yang dilayani.
Jaringan distribusi skunder bermula dari sisi skunder trafo distribusi dan berakhir
hingga ke alat ukur (meteran) pelanggan.

Gambar 2.17. Hubungan Tegangan Menengah Ke


Tegangan Rendah Dan Konsumen

Komponen saluran distribusi sekunder seperti ditunjukkan pada gambar 2.18


berikut ini.

Gambar 2.18. Komponen Sistem Distribusi Tegangan Rendah

24

Diagram rangkaian sisi sekunder trafo distribusi untuk masing-masing


sistem tegangan tersebut ditunjukkan pada gambar berikut ini:
1) Sistem distribusi satu fasa dengan dua kawat.

Gambar 2.19 Sistem Satu phasa dua kawat tegangan 120 Volt

2) Sistem distribusi satu fasa dengan tiga kawat.

Gambar 2.20. Sistem satu fasa tiga kawat tegangan 120/240 Volt

3) Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/240 Volt

Gambar 2.21. Sistem distribusi tiga phasa empat kawat tegangan 120/240 Volt

4) Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/208 Volt

Gambar 2.22. Sistem distribusi tiga phasa empat kawat tegangan 120/208

5) Sistem distribusi tiga fasa dengan tiga kawat

Gambar 2.23. Sistem Distribusi tiga phasa tiga kawat

25

6) Sistem distribusi tiga fasa dengan empat kawat

Gambar 2.24 Sistem distribusi tiga phasa empat kawat 220/380 Volt

2.3.1. Komponen Utama


A. Tiang
Untuk SUTR Underbuilt mengikuti tiang pada SUTM, sedangkan untuk
konstruksi jaringan SUTR yang berdiri sendiri (murni) dipakai tiang beton
atau tiang besi dengan panjang 9 meter dan 11 meter. Tiang beton yang
dipakai dari berbagai jenis yang memiliki kekuatan beban kerja (working
load) 200daN, 350daN dan 500daN). Pada dasarnya pemilihan kemampuan
mekanis tiang SUTR berlandaskan kepada tiga hal, yaitu :
1. Posisi fungsi tiang (tiang awal, tiang tengah, tiang sudut)
2. Ukuran penghantar
3. Jarak andongan
Tabel 2.7 dan 2.8

adalah tabulasi data tentang kekuatan mekanis tiang

berdasarkan ukuran penghantar yang digunakan. Tabel ini sebagai pedoman


dalam pemilihan kekuatan tiang.
Tabel 2.7 Kekuatan Mekanis Tiang Awal/Akhir SUTR
No
1
2
3

Ukuran Penghantar (mm2)


3 x 35 + N
3 x 50 + N
3 x 70 + N

Kekuatan Tiang (daN)


350
350
500

(Sumber : Buku PLN 3 Edisi 1 Tahun 2010 Hal.9)

Tabel 2.8 Kekuatan Mekanis Tiang Sudut SUTR


No

Ukuran Penghantar

300

450

600

900

26

1
2
3

(mm2)
3 x 35 + N
200 daN 200 daN 350 daN
3 x 50 + N
200 daN 350 dAN 350 daN
3 x 70 + N
350 daN 350 daN 500 daN
(Sumber : Buku PLN 3 Edisi 1 Tahun 2010 Hal.9)

500 daN
500 daN
500 daN

Keterangan :
Jika keadaan lingkungan dan peraturan Pemerintah Daerah mengizinkan. tiang sudut
dan tiang ujung dapat memakai tiang dengan kekutan 200 daN di tambah konstruksi
guy Wire.

B. Penghantar
Jenis penghantar yang dipergunakan adalah kabel pilin udara (NFA2X)
alumunium twisted cable dengan inti alumunium sebagai inti penghantar
phasa dan almelec/ alumunium alloy sebagai netral. Penghantar Netral (N)
dengan ukuran 3x35+N, 3x50+N, 3x70+N berfungsi sebagai pemikul beban
mekanis kabel atau messenger. Gambar 2.25 adalah gambar kabel pilin dan
table 2.7 adalah tabulasi data kemampuan hantar arus (KHA) Kabel pilin
NFA2X. (Gambar konstruksi kabel pilin dapat dilihat pada Lampiran 3)

Gambar 2.25.Gambar Kabel Pilin Tegangan Rendah

No
1
2
3
4
5

Tabel 2.9. Kemampuan Hantar Arus Kabel Pilin NFA2X


Jenis Kabel
Penampang
KHA
Penggunaan
Nominal (mm)
NFA2X
3 x 25 + 25
103
Saluran Tegangan
3 x 35 + 25
125
Rendah
3 x 50 + 35
154
3 x 70 + 50
196
3 x 95 + 70
242
(Sumber Buku 1 PT.PLN (Persero) Tahun 2010 Hal.13)

Tabel 2.10.Karakteristik Penghantar Allumnium JTR

27

NO
1
2
3
4

Penghantar
Jenis
Ukuran (mm)
3x35+50
Kabel
3x50+50
3x70+50
Twisted
3x95+50

KHA
125
154
196
242

Resistans
i (/Km)
0,867
0,641
0,443
0,308

Reaktans
i (/Km)
0,3790
0,3678
0,3572
0,3449

(Sumber : PT PLN (PERSERO). 2010. Kriteria Desain Enjiniring


Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik & SPLN 64 Tahun
1985)

C. Pole Bracket
Terdapat dua jenis komponen pole bracket :
1. Tension bracket , dipergunakan pada tiang ujung dan tiang sudut, Breaking
capacity 1000 daN terbuat dari Alumunium Alloy
2. Suspension bracket dipergunakan pada tiang sudut dengan sudut lintasan
sampai dengan 30 0.
Ikatan pole bracket pada tiang memakai stainless teel strip atau baut
galvanized M30 pada posisi tidak melebihi 15 cm dari ujung tiang. (Gambar
Konstruksi pole bracket dapat dilihat pada lampiran 3).
D. Strain clamp
Strain Clamp atau clamp tarik dipakai pada Pole Bracket tipe Tension Bracket.
Bagian penghantar yang dijepit adalah penghantar netral. (Gambar
konstruksinya dapat dilihat pada lampiran 3)
E. Suspension Clamp
Fungsi Suspension Clamp adalah menggantung bagian penghantar netral pada
tiang dengan sudut lintasan jaringan sampai dengan 30

(Gambar

konstruksinya dapat dilihat pada lampiran 3).


F. Stainless steel strip

28

Pengikat Pole Bracket pada tiang yang diikat mati dengan stopping buckle.
Dibutuhkan lebih kurang 120 cm untuk tiap tiang. (Gambar konstruksinya
dapat dilihat pada lampiran 3).
G. Plastic Strip (plastic tie)
Plastic strap digunakan untuk mengikat kabel pilin yang terurai agar terlihat
rapi dan kokoh. (Gambar konstruksinya dapat dilihat pada lampiran 3).
2.3.2 Konstruksi Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)

Gambar 2.26.Monogram Konstruksi Saluran Udara Tegangan Rendah

Penghantar kabel twisted ditumpu pada tiang dengan konstruksi dead


end

(DE),

Adjustable

Dead

End

(ADE)

dan

suspension

(SS) yang

29

penggunaannya

disesuaikan dengan bentuk lintasan jaringan. Kedua konstruksi

tersebut dipasang di atas tiang, dikenal dengan istilah konstruksi atas tiang (pole
top construction). Bentuk lintasan jaringan adalah lurus, sudut, dan akhir,
sehingga konstruksi tiang pada lintasan tersebut diberi nama sesuai fungsinya
(gambar konstruksi dapat dilihat pada lampiran 3 ), yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Tiang awal / akhir


Tiang penumpu (0 o -30 o)
Tiang sudut (30 o -90 o)
Tiang Peregang
Tiang Percabangan (Tee-off)
Tiang Penyangga (Pole Support)
Untuk menambah kemampuan beban kerja tiang atau mengurangi

penggunaan tiang dengan beban kerja besar, dipakai penyangga tiang pada tiangtiang dengan beban kerja dasar (200 daN). Penyangga tiang dapat berupa topang
tarik (guy wire) atau topang tekan (strut pole) dengan sudut miring penyangga
tidak melebihi 60. Jika tidak memungkinkan, dapat menggunakan variasi
penyangga (span guy wire /kontra mast). (Gambar konstruksi topang tarik, topang
tekan dan kontramast dapat dilihat pada Lampiran 3).

2.3.3. Ruang Bebas Hambatan (Right of Way) dan Jarak aman (Safety Distance)
Ruang bebas hambatan atau right of way pada jaringan tegangan rendah
kabel pilin adalah jalur lintas yang dilalui jaringan tegangan rendah tersebut. Pada
jalur lintas tersebut tidak ada penghalang yang menyebabkan penghantar
bersentuhan dengan pohon atau bangunan. Jarak Aman atau safety distance
merupakan jarak dimana penghantar saluran udara tidak terjangkau oleh tangan
manusia dan kendaraan yang berjalan. Ukuran jarak aman terdapat pada table 2.10
berikut ini,

30

No
1
2
3
4
5
6
7

Tabel 2.11. Jarak Aman SUTR dengan Lingkungan


Uraian
Batas Jarak Aman
Permukaan jalan raya
Tidak kurang dari 6 m
Terhadap atap rumah
Tidak kurang 1 m
Terhadapo Balkon
Tidak kurang 2,5 m
Terhadap Saluran Telekomunikasi Tidak kurang dari 2,5 m
Terhadap SUTM (Underbuilt)
Tidak kurang dari 2 m
Terhadap Bangunan / tower
Tidak kurang dar 3,5 m
Lintasan Kereta api
Tidak dianjurkan, diperlukan
konstruksi khusus

2.3.4.Drop Tegangan pada SUTR


Drop tegangan yang terjadi pada SUTR berbanding terbalik dengan
panjang penghantar dan berbading lurus dengan luas penampang penghantar.
Drop tegangan yang diijinkan PLN adalah 5% (SPLN 72,1987). Sehingga untuk
menghitung drop tegangan pada saluran SUTR dapat digunakan persamaan :
V = I ( R.cos + X.sin ) L (4)
Dimana :

V = Drop tegangan (V) (1 line)


I = Arus pada saluran ( 1 line)
R = Resistansi Penghantar (ohm/Km)
X = Reaktansi Penghantar (ohm/Km)
L = Panjang Penghantar (Km)

Kemudian untuk mengetahui nilai cos

sebagai berikut : Cos =

R
R +X 2
2

dapat digunakan persamaan

(5)

31

Dimana, R adalah resistansi dan X adalah reaktansi.


Kemudian untuk mengetahui nilasi sin dapat digunakan persamaan
sebagai berikut : Sin = Sin(Arc Cos ) ....(6)
Setelah mendapatkan drop tegangan kemudian dapat dipresentasekan
dengan menggunakan persamaan :
%

V
V LN

..

.(7)
Dimana,

% V = Presentase drop tegangan (%)


V

= Drop tegangan (V)

V LN

= 220 Volt

Dengan mengetahui drop tegangan maka dalam perencanaan dapat


ditentukan profil tegangannya apakah bagus atau tidak. Jika profil tegangannya
tidak bagus maka bisa ditelaah dan dilakukan perbaikan terhadap penghantar
seperti mengganti luas penampang penghantar dengan yang lebih besar. Selain
itu juga dapat memperpendek panjang penghantar menambahkan trafo ke lokasi
perumahan pelanggan.

2.3.5.Jarak antar tiang dan andongan (sag)


Jarak antar tiang pada SUTR tidak melebihi dari 50 meter. Tiang yang
dipakai adalah tiang dengan kekuatan/beban kerja (working load) sebesar 200
daN, 350 daN, 500 daN dengan faktor keamanan 2 (breaking load = 2 x working
load). Sedangkan untuk ketentuan panjang andongan penghantar 3x70 mm + N

32

adalah jika panjang gawang 45 m dan 50 m maka panjang andongannya adalah


0,6 m dan 0,68 m. (Lampiran 3).

2.4.Gardu Distribusi
Gardu Distribusi adalah bangunan gardu transformator yang memasok
kebutuhan tenaga listrik bagi para konsumen dengan tegangan menengah maupun
tegangan rendah. Gardu distribusi merupakan kumpulan / gabungan dari
perlengkapan hubung bagi baik tegangan menengah dan tegangan rendah. Jenis
perlengkapan hubung bagi tegangan menengah pada gardu distribusi berbeda
sesuai dengan jenis konstruksi gardunya.

Jenis Konstruksi gardu dibedakan atas 2 jenis :


a) Gardu distribusi konstruksi pasangan luar. Umumnya disebut gardu portal
(konstruksi 2 tiang), gardu cantol (konstruksi 1 tiang) dengan kapasitas
transformator terbatas. Gambar 2.26 dan 2.27 adalah gambar dari foto dan
diagram satu garis Gardu distribusi portal.

Gambar 2.27.Foto Gardu


Distribusi Portal

Gambar 2.28.Bagan Satu


Garis Gardu Distribusi Portal
33

b) Gardu distribusi pasangan dalam, umumnya disebut gardu beton ( masonry


wall distribution substation) dengan kapasitas transformator besar.

Gambar 2.29. Bagan satu garis Gardu Beton

Fungsi masing-masing komponen Gardu Distribusi:


1)

Trafo Distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan 20 KV menjadi


tegangan rendah yaitu 380/220 Volt sesuai tegangan JTR.

2)

Fuse Cut Out berfungsi sebagai pengaman utama trafo dan merupakan
pengaman cadangan bila terjadi beban berlebihan atau gangguan hubung
singkat pada LV dan JTR.

3)

NH Fuse berfungsi sebagai pengaman utama bila terjadi beban lebih atau
terjadi hubung singkat antar fasa atau fasa kebumi pada JTR.

4)

Arrester berfungsi sebagai pengaman tegangan Surya/petir atau tegangan


Swithing.

5)

Pembumian Arrester berfungsi untuk menyalurkan arus ke bumi akibat


tegangan surya atau swithing.

6)

Pembumian titik netral trafo berfungsi membatasi kenaikan tegangan fasa


yang tidak terganggu saat terjadi gangguan satu fasa ke bumi akibat beban
tidak seimbang.

34

7)

Pembumian badan trafo dan LV Panel berfungsi :


Untuk membatasi tegangan antara bagian peralatan yang dialiri arus
dengan peralatan ke bumi pada suatu harga yang aman (tidak
membahayakan) pada kondisi operasi normal dan gangguan.
Untuk memperoleh impedansi yang kecil dari jalan balik arus hubung
singkat ke bumi sehingga bila terjadi satu fasa ke badan peralatan, arus
yang terjadi mengikuti sifat pada pembumian netral.

2.5.Transformator Distribusi
Transformator distribusi digunakan untuk membagi/menyalurkan arus atau
energi listrik dengan tegangan distribusi supaya jumlah energi yang tercecer dan
hilang pada saluran tidak terlalu banyak.

Untuk mengurangi panas akibat

pembebanan pada transformator, maka diperlukan pendinginan. Menurut jenis


pendinginannya, transformator distribusi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Transformator konvensional
2. Transformator lengkap dengan pengaman sendiri
3. Transformator lengkap dengan pengaman pada sisi sekunder

Transformator konvensional, peralatan sistem pengamanannya terdapat


diluar transformator, sedangkan transformator dengan pengaman sendiri terdapat
di dalam transformator itu sehingga dikenal juga dengan Transformator
Berpengaman Sendiri (BPS). Transformator memiliki kapasitas 25 kVA, 50 kVA,
100 kVA, 160 kVA, 200 kVA dan 250 kVA.

35

Berikut adalah persamaan untuk menghitung besar kapasitas trafo yang


akan digunakan berdasarkan jumlah beban maksimum :

X=

( I total. 3. V ) :3
1000

.. (8)

Dimana :
X

= Kapasitas Trafo (kVA)

I total

= Jumlah beban total (A)

= Tegangan antara 2 saluran (V)

Selain menghitung kapasitas trafo, juga dapat dihitung persentase beban


trafoyang digunakan. Hal ini juga harus diperhatikan karena persentase beban
trafo yang digunakan adalah 80%, jika melebihi akan memperpendek umur trafo.

Persentase beban =

kVA Beban
kVA Trafo

. 100% .

(9)
Dimana :
kVA Beban

= Beban maksimum (kVA)

kVA Trafo

= Kapasitas Trafo (kVA)

Kemudian juga dapat menghitung peresentase beban tak seimbang pada


trafo dengan persamaan :
Presentase baban tak seimbang =

(Bebantertinggi Beban terendah)


Beban Tertinggi

100%.......(10)

36

37

Anda mungkin juga menyukai