Anda di halaman 1dari 27

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Sistem distribusi daya listrik meliputi semua Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20
KV,Gardu Distribusi dan semua Jaringan Tegangan Rendah (JTR) 380/220 Volt hingga ke
meter-metet pelanggan. Pendistribusian daya listrik dilakukan dengan menarik kawat - kawat
distribusi melalui penghantar udara 3 phasa 3 kawat. Setiap elemen jaringan distribusi pada
lokasi tertentu dipasang trafo-trafo distribusi, dimana tegangan distribusi 20 KV diturunkan ke
level tegangan yang lebih rendah menjadi 380/220 Volt. Dari trafo-trafo ini kemudian para
pelanggan listrik dilayani dengan menarik kabel-kabel tegangan rendah ke sepanjang pusat
pusat pemukiman, baik itu komersial maupun beberapa industri . Tenaga listrik yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari untuk mengoperasikan peralatan-peralatan tersebut adalah listrik
dengan tegangan yang rendah (380/220 Volt). Sedangkan tenaga listrik yang bertegangan
menengah (sistem 20 KV) dan tegangan tinggi (sistem 150 KV) hanya dipergunakan sebagai
sistem penyaluran (distribusi dan transmisi) untuk jarak yang jauh.

2.2 Sistem Jaringan Distribusi Tegangan Menengah


Jaringan tegangan primer atau sering dikenal juga dengan sistem distribusi tegangan
menengah merupakan jaringan yang menghubungkan sisi sekunder trafo daya di Gardu Induk
menuju ke Gardu Distribusi, besar tegangan yang disalurkan adalah 20 kV, 12 kV atau 6 kV.
Konstruksi jaringan tegangan menengah dibagi menjadi Saluran Udara Tegangan Menengah
(SUTM) dan Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM). Jaringan tegangan
menengah memiliki beberapa jenis konfigurasi jaringan, diantaranya konfigurasi Radial, Ring,
dan Spindel. Dalam pembuatan makalah ini digunakan konstruksi SUTM dengan konfigurasi
jaringan Radial seusai studi kasus yang dibahas.
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) merupakan sistem saluran listrik yang
secara konstruksi dipasang diatas tiang listrik dengan ketinggian tertentu (di udara terbuka).
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) umumnya terdapat di daerah–daerah dengan
kepadatan beban yang tidak terlalu padat. Suatu Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
biasanya dirancang dengan memperhatikan keperluan listrik dan mekanis. Rancangan Listrik
melibatkan pemilihan tegangan, pemilihan saluran, pengaturan tegangan dan pemilihan alat–
alat pengaman.

3
2.2.1 Konfirgurasi Jaringan Tegangan Menengah
Terdapat 3 jenis jaringan distribusi tegangan menengah yang banyak digunakan
didalam sistem distribusi tenaga listrik di Indonesia, yaitu konfigurasi radial, konfigurasi
ring/loop, dan konfigurasi spindle.
A. Konfigurasi Jaringan Radial
Konfigurasi jaringan Radial merupakan sistem yang paling sederhana dibandingkan
dengan sistem lainnya. Jaringan distribusi radial ini menyalurkan tenaga listrik melalui
satu atau lebih titik pengisian ( feeder ) yang dihubungkan dengan saluran langsung ke
titik penggunaan (peralatan). Dibandingkan dengan bentuk jaringan distribusi lainnya,
bentuk jaringan radial ini merupakan bentuk jaringan distribusi sederhana, terutama
ditinjau dari penggunaannya, namun kemungkinan terjadinya padam sangat besar yang
biasanya disebabkan oleh gangguan trafo distribusi atau salurannya. Keuntungan dari
konfigurasi jaringan radial diantaranya :
1. Pengoperasiannya Mudah
2. Mudah dalam mencari gangguan
3. Lebih Sederhana
4. Biaya Relatif Murah

Gambar 2.1 Konfigurasi Jaringan Radial

B. Sistem Jaringan Distribusi Loop


Jaringan ini merupakan bentuk tertutup, disebut juga bentuk jaringan ring. Susunan
rangkaian saluran membentuk ring, seperti terlihat pada gambar 2.2 yang memungkinkan
titik beban terlayani dari dua arah saluran, sehingga kontinuitas pelayanan lebih terjamin

4
serta kualitas dayanya menjadi lebih baik, karena drop tegangan dan rugi daya pada
saluran menjadi lebih kecil.

Gambar 2.2 Konfigurasi Jaringan Loop

C. Sistem Jaringan Distribusi Spindel


Jaringan distribusi spindel (seperti gambar 2.3) merupakan saluran kabel tanah tegangan
menengah (SKTM) yang penerapannya sangat cocok di kota-kota besar.

Gambar 2.3 Konfigurasi Jaringan Spindel

Sistem jaringan distribusi speindel sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan


kebutuhan antara lain :
1. Peningkatan keandalan atau kontinuitas pelayanan sistem.
2. Menurunkan atau menekan rugi-rugi akibat gangguan.

5
3. Sangat baik untuk mensuplai daerah beban yang memiliki kerapatan beban yang
cukup tinggi.
4. Perluasan jaringan mudah dilakukan.
5. Sistem ini cocok untuk melayani kota-kota besar dimana beban tersebar dimana-
mana.

2.2.2 Komponen Material JTM


Jaringan tegangan menengah adalah Jaringan tegangan primer atau sering dikenal juga
dengan sistem distribusi tegangan menengah merupakan jaringan yang menghubungkan sisi
sekunder trafo daya di Gardu Induk menuju ke Gardu Distribusi, besar tegangan yang
disalurkan adalah 20 kV, 12 kV atau 6 kV. Berikut komponen Jaringan Tegangan Menengah
A. Penghantar
Konduktor / Penghantar adalah komponen utama dalam menghantarkan energi listrik dari
satu tempat ke tempat lainya, Penghantar juga terbagi 2 yaitu Penghantar telanjang
(AAAC) dan Penghantar berisolasi (AAAC - S). Dalam perhitungan kemampuan dan
kehandalan penghantar, tembaga BC (Bare Conductor) menjadi salah satu penghantar
yang baik dalam menhantarkan energi listrik pada suatu jaringan tapi di karenakan harga
yang cukup mahal sehingga beban dalam pembangunan dan pemasangan jaringan baru
juga akan ikut naik , sehingga pihak PLN memilih konduktor penghantar Alluminium
(AL) yang dipilin bulat padat (AAAC), yang juga memiliki daya hantar tinggi, tidak
mudah rapuh, ringan dan kekutan tarik yang tinggi dan juga memenuhi Standart dalam
penghatar energi listrik. Sedangkan penghantar berisolasi (AAAC - S) berbahan dasar
utamanaya adalah Alluminium yang diisolasi dengan material XLPE ( crosslink
polyetilene langsung).

Gambar 2.4 Penghantar Telanjang (AAAC)

6
Gambar 2.5 Penghantar Berisolasi (AAAC - S)
B. Penyambung (Connector)
Untuk menyambung kawat penghantar satu dengan yang lainya diperlukan penyambung
yang baik dan kuat. Ada 3 jenis connector yang sering dipakai pada jaringan distribusi
tegangan menengah yaitu :
• Join Sleeve Connector (Sambungan Lurus )
• Paralel Groove Connector ( Sambungan Percabangan)
• Live Line Connector ( Sambungan sementara yang bisa dibuka dan dipasang)

Gambar 2.6 Penyambung (Connector)

C. Isolator Tumpu
Isolator ( Pin Isolator ) berfungsi sebagai penyekat antara phasa dengan traves ( Besi
tempat dudukan isolator) dan dengan tanah. Isolator juga difungsikan sebagai tempat
dudukan tarikan penghantar, dalam penggunaanya penghantar ditumbukan diatasnya
dengan sudut kemiringan maksimal 2 Derajat, dan 18 Derajat sudut kemiringan (leher)
apabila dipasang pada bagian sisinya. Dalam penggunaanya juga di gunakan pengikat

7
dengan pengikat khusus supaya aman dari goncangan angin maupun hempasan dahan kayu
atau binatang liar. Berdasarkan bahannya, isolataor dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu
• Isolator Keramik
• Isolator polimer
• Isolator kaca.
Dalam pemasangannya, isolator digunakan tidak hanya tempat tumpuan hantaran saja tapi
juga dapat digunakan sebagai penarik hantaran, tapi memiliki bentuk dari spesifikasi yang
berbeda dengan isolator tumpu.

Gambar 2.7 Isolator Tumpu

D. Isolator Tarik
Isolator Tarik (Strain Isolator) memiliki peran banyak dalam konstruksi jaringan yaitu
sebagai pemikul beban berat penghantar dan juga sebagai penarik hantaran. Selain Isolator
Tarik di pasang di awal tarikan, diakhir tarikan, tiang sudut, tiang percabangan dan tiang
penegang, supaya andongan (kendurnya kabel hantaran) hantaran tidak terlalu banyak

Gambar 2.8 Isolator Tarik

8
E. Isolator Telur / Guy Wire Insulator

Isolator telur digunakan sebagai penyekat phasa yang memiliki daya sekat yang tinggi
dengan tanah pada kawat tarikan yang di gunakan sebagai penahan tiang dari kemiringan
akibat pergeseran tanah maupun menahan beban berat kawat hantaran.

Gambar 2.9 Isolator Telur/ Guy Wire Insulator

F. Traves (cross arm)

Bentuk Traves ( Cross Arm ) seperti hurup U yang berbahan dasar besi memiliki ukuran
10 x 5 x 5 yang di celupkan dengan bahan khusus sehingga tahan terhadap korosi akibat
terkena panas matahari dan air hujan, begitu juga tingkat ketebalanya juga harus sesuai
standart yang berlaku yaitu 5 mm, di karenakan memiliki tingkat kerja yang banyak
dan berat seperti tempat dudukan Isolator Tumpu dan juga sebagai tempat (kendurnya
kabel hantaran) dudukan Isolator tarik untuk menegangkan kawat hantaran supaya
andongan tidak terlalu banyak. Dalam pemasanganya dalam konnstruksi tiang beton
adalah dengan menggunakan baut, sedangkan pada tiang besi menggunakan klem besin
dan di cepitkan menggunakan baut juga, agar kuat terhadap beban ketika di pasang
isolator tumpu dan kawat penghantar diatasnya.

Gambar 2.10 Traves ( Cross Arm )

9
G. Penyangga Traves

Penyangga Traves ( Cross Arm ) berfungsi untuk memperkuat dan memperkokoh


dudukan traves terhadap tiang beton ataupun tiang besi agar tidak miring ketika bebandi
letakan diatasnya seperti isolator penyangga dan isolator tarik. Dalam pemasanganya
penyangga traves di pasang pada traves menggunakan baut dan pada tiang menggunakan
pencepit dan dikunci menggunakan baut juga.

Gambar 2.11 Penyangga Traves (Arm Brace)


H. Sistem Pertanahan

Sistem pentanahan bagian penting dalam suatu jaringan distribusi baik tegangan tinggi
maupun tegangan rendah dikarenakan arus dan tegangan lonjakan tinggikapan saja
bisa terjadi dan bisa mengakibatkan kerusakan pada komponen jaringan maupun
kerusakan peralatan rumah pelanggan. Cara kerja sistem pentanahan ini ialah dengan
mengubungkan grounding arrester, grounding transformator, grounding PHB TR ke
tanah menggunakan kawat BC ( Bare Conductor ) di tutup menggunakan pipa galvanis
1/2 inch dan di sambungkan ke batang elektroda yang telah di tancapkan kedalam
tanah.

Gambar 2.12 Sistem Pentanahan ( Grounding )

10
I. Tiang
Tiang merupakan komponen utama dari pembangunan dan pemasangan jaringan tegangan
menengah dan tegangan rendah, dikarenakan tiang merupakan tempat dudukan traves (
Cross arm ), isolator tumpu dan isolator tarik. Tiang harus memiliki daya mekanis yang
tinggi sehingga mampu menahan beban tarikan maupun beban terpaan angin. Berdasarkan
bahanya tiang terbagi menjadi 3 jenis yaitu :
a. Tiang Beton
Tiang beton tiang yang terbuat dari cor coran : semen, batu, krikil dan
kerangka besi sehingga memiliki kekuatan yang tahan lama terhadap
korosi dan bebas perawatan, umumnya ini dipasang pada kondisi tanah
yang keras di karenakan memiliki bobot tiang yang berat.

Gambar 2.13 Tiang beton


Data Spesifikasi Tiang Listrik

TIPE TIANG PANJ DIAMET DIAMETER BEBAN MOMEN


ANG
LISTRIK ERATAS BAWAH KERJA LENTUR
(Mtr)
BETON* (mm) (mm) (daN) (kN.m)
9/200(157) 9 157 267 200 7,25
11/200(190) 11 190 337 200 15,7
11/350(190) 11 190 337 350 17,7
12/350 (190) E 12 190 350 350 30,9S
13/350 (190) E 13 190 363 350 34,13
14/350 (190) E 14 190 377 350 39,73

Keterangan : *) Setiap tipe tiang listrik memiliki jenis pentanahan (Grounding)


berkode E

11
b. Tiang Besi
Tiang besi merupakan tiang yang banyak kita jumpai di daerah yang
memiliki konstur tanah yang lembek dan jauh dari daratan. Karena
bobot tiang yang lebih ringan dibanding tiang beton, sehingga
pemasanganya lebih gampang dalam hal transfortasi menuju lokasi
pekerjaan. Disamping itu tiang besi juga memiliki kekurangan yaitu
rawan terhadap korosi dan membutuhkan perawatan yang serius

Gambar 2.14 Tiang Besi

J. Kawat Seling

Kawat seling juga memiliki peranan yang cukup penting di dalam konstruksi jaringan
tegangan menengah maupun jaringan tegangan rendah, dimana berfungsi sebagai
penopang tiang supaya tidak miring, seperti di sudut tarikan,awal tarikan dan di akhir
tarikan. Dalam penggunaanya di jaringan tegangan menengah, ialah kawat seling di
pasang di tiang konstruksi lalu di pasang isolator penyekat / telur, selanjutnya di tarik ke
tanah dan ditancapkan.

Gambar 2.15 Kawat Seling

12
K. Guy Anchor Rood
Guy Anchor Rod di pasang pada lubang tiang yg diperkuat dengan baut yang tersedia. Guy
anchor rod berfungsi sebagai tempat dudukan span skrup apabilatiang diperlukan treck
Schoor / guy wire sebagai penahan tiang dari beban tarikan kabel.

2.2.3 Alat Manuver Jaringan Distribusi


Manuver atau memanipulasi jaringan distribusi adalah serangkaian kegiatan membuat
modifikasi terhadap operasi normal dari jaringan akibat dari adanya gangguan atau pekerjaan
jaringan yang membutuhkan pemadaman tenaga listrik, sehingga dapat mengurangi daerah
pemadaman dan agar tetap tercapai kondisi penyaluran tenaga listrik yang semaksimal
mungkin. Kegiatan yang dilakukan dalam manuver jaringan antara lain :
1. Memisahkan bagian–bagian jaringan yang semula terhubung dalam
keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya.
2. Menghubungkan bagian–bagian jaringan yang semula terpisah dalam keadaan
bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya.
Optimalisasi atas keberhasilan kegiatan manuver jaringan dari segi teknis ditentukan oleh
konfigurasi jaringan dan peralatan manuver yang tersedia di sepanjang jaringan. Peralatan yang
dimaksud adalah peralatan – peralatan jaringan yang berfungsi sebagai peralatan hubung.
Peralatan tersebut antara lain yaitu :
A. Pemutus Tenaga (PMT)
Pemutus tenaga (PMT) adalah adalah alat pemutus tenaga listrik yang berfungsi untuk
menghubungkan dan memutuskan hubungan listrik (switching equipment) baik dalam
kondisi normal (sesuai rencana dengan tujuan pemeliharaan), abnormal (gangguan), atau
manuver system, sehingga dapat memonitor kontinuitas system tenaga listrik dan
keandalan pekerjaan pemeliharaan. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pemutus
tenaga atau Circuit Breaker (CB) adalah :
• Harus mampu untuk menutup dan dialiri arus beban penuh dalam waktu yang lama.

• Dapat membuka otomatis untuk memutuskan beban atau beban lebih.

• Harus dapat memutus dengan cepat bila terjadi hubung singkat.

• Celah (Gap) harus tahan dengan tegangan rangkaian, bila kontak membuka.

• Mampu dialiri arus hubung singkat dengan waktu tertentu.

• Mampu memutuskan arus magnetisasi trafo atau jaringan serta arus pemuatan

(Charging Current)

13
• Mampu menahan efek dari arching kontaknya, gaya elektromagnetik atau kondisi

termal yang tinggi akibat hubung singkat.


PMT tegangan menengah ini biasanya dipasang pada Gardu Induk, pada kabel masuk ke
busbar tegangan menengah (Incoming Cubicle) maupun pada setiap rel/busbar keluar
(Outgoing Cubicle) yang menuju penyulang keluar dari Gardu Induk (Yang menjadi
kewenangan operator tegangan menengah adalah sisi Incoming Cubicle). Ditinjau dari
media pemadam busur apinya PMT dibedakan atas :
• PMT dengan media minyak (Oil Circuit Breaker)

• PMT dengan media gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)

• PMT dengan media vacum (Vacum Circuit Breaker)

Konstruksi PMT sistem 20 kV pada Gardu Induk biasanya dibuat agar PMT dan
mekanisme penggeraknya dapat ditarik keluar / drawable (agar dapat ditest posisi apabila
ada pemadaman karena pekerjaan pemeliharaan maupun gangguan).

B. Disconector (DS) / Saklar Pemisah


Adalah sebuah alat pemutus yang digunakan untuk menutup dan membuka pada
komponen utama pengaman/recloser, DS tidak dapat dioperasikan secara langsung, karena
alat ini mempunyai desain yang dirancang khusus dan mempunyai kelas atau spesifikasi
tertentu, jika dipaksakan untuk pengoperasian langsung, maka akan menimbulkan busur
api yang dapat berakibat fatal. Yang dimaksud dengan pengoperasian langsung adalah
penghubungan atau pemutusan tenaga listrik dengan menggunakan DS pada saat DS
tersebut masih dialiri tegangan listrik. Pengoperasian DS tidak dapat secara bersamaan
melainkan dioperasikan satu per satu karena antara satu DS dengan DS yang lain tidak
berhubungan, biasanya menggunakan stick (tongkat khusus) yang dapat dipanjangkan atau
dipendekkan sesuai dengan jarak dimana DS itu berada, DS sendiri terdiri dari bahan
keramik sebagai penopang dan sebuah pisau yang berbahan besi logam sebagai switchnya.

14
Gambar 2.16 Disconector (DS) / Saklar Pemisah

C. Air Break Switch (ABSw)


Air Break Switch (ABSw) adalah peralatan hubung yang berfungsi sebagai pemisah dan
biasa dipasang pada jaringan luar. Biasanya medium kontaknya adalah udara yang
dilengkapi dengan peredam busur api / interrupter berupa hembusan udara. ABSw juga
dilengkapi dengan peredam busur api yang berfungsi untuk meredam busur api yang
ditimbulkan pada saat membuka / melepas pisau ABSw yang dalam kondisi bertegangan
.Kemudian ABSw juga dilengkapi dengan isolator tumpu sebagai penopang pisau ABSw
, pisau kontak sebagai kontak gerak yang berfungsi membuka / memutus dan menghubung
/ memasukan ABSw , serta stang ABSw yang berfungsi sebagai tangkai penggerak pisau
ABSw. Perawatan rutin yang dilakukan untuk ABSw karena sering dioperasikan,
mengakibatkan pisau-pisaunya menjadi aus dan terdapat celah ketika dimasukkan ke
peredamnya / kontaknya. Celah ini yang mengakibatkan terjadi lonjakan bunga api yang
dapat membuat ABSw terbakar.

15
Gambar 2.17 Air Break Switch (ABSw)

Pemasangan ABSw pada jaringan, antara lain digunakan untuk :


1. Penambahan beban pada lokasi jaringan
2. Pengurangan beban pada lokasi jaringan
3. Pemisahan jaringan secara manual pada saat jaringan mengalami gangguan.
ABSW terdiri dari :
1. Stang ABSW
2. Cross Arm Besi
3. Isolator Tumpu
4. Pisau Kontak
5. Kawat Pentanahan
6. Peredam Busur Api
7. Pita Logam Fleksibel
D. Load Break Switch (LBS)
Load Break Switch (LBS) atau saklar pemutus beban adalah peralatan hubung yang
digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal. Proses
pemutusan atau pelepasan jaringan dapat dilihat dengan mata telanjang. Saklar pemutus
beban ini tidak dapat bekerja secara otomatis pada waktu terjadi gangguan, dibuka atau
ditutup hanya untuk memanipulasi beban.

16
Gambar 2.19 Load Break Switch (LBS)
E. Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO )
Recloser adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi bila terdapat gangguan,
pada sisi hilirnya akan membuka secara otomatis dan akan melakukan penutupan balik
(reclose) sampai beberapa kali tergantung penyetelannya dan akhirnya akan membuka
secara permanen bila gangguan masih belum hilang (lock out). Penormalan recloser dapat
dilakukan baik secara manual maupun dengan sistem remote. Recloser juga berfungsi
sebagai pembatas daerah yang padam akibat gangguan permanen atau dapat melokalisir
daerah yang terganggu Recloser mempunyai 2 (dua) karateristik waktu operasi (dual
timming), yaitu operasi cepat (fast) dan operasi lambat (delay), Menurut fasanya recloser
dibedakan atas :
• Recloser 1 fasa

• Recloser 3 fasa

Menurut sensor yang digunakan, recloser dibedakan atas :


• Recloser dengan sensor tegangan (dengan menggunakan trafo tegangan)

digunakan di jawa timur


• Recloser dengan sensor arus (dengan menggunakan trafo arus) digunakan di jawa

tengah

17
Gambar 2.20 Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO )

2.3 Gardu Distribusi


Pengertian Gardu Distribusi tegangan Listrik yang paling dikenal adalah sebuah
bangunan Gardu Listrik yang berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi
Tegangan Menengah ( PHB-TM ), Transformator Distribusi, dan Perlengkapan Hubung Bagi
Tegangan Rendah ( PHBTR ) Untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan
baik dengan tegangan menengah ( TM 20 KV ) maupun Tegangan rendah ( TR 220/380 Volt).

Gambar 2.21 Trafo Distribusi

Dalam Gardu Distribusi ini Biasanya digunakan Transformator distribusi yang


berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik dari jaringan distribusi tegangan menengah
menjadi tegangan terpakai pada jaringan distribusi tegangan rendah (step down transformator);
misalkan tegangan 20 KV menjadi tegangan 380 volt atau 220 volt. Sedang transformator yang

18
digunakan untuk menaikan tegangan listrik (step up transformator), hanya digunakan pada
pusat pembangkit tenaga listrik agar tegangan yang didistribusikan pada suatu jaringan panjang
(long line) tidak mengalami penurunan tegangan (voltage drop) yang berarti; yaitu tidak
melebihi ketentuan voltage drop yang diperkenankan 5% dari tegangan semula.

Gambar 2.22 Gardu Distribusi

2.3.1 Jenis jenis Gardu


A. Gardu Distribusi Beton
merupakan Gardu yang seluruh komponen utama instalasinya seperti Transformator dan
Peralatan Proteksi terangkai di dalam sebuah bangunan sipil yang di rancang di bangun
dan di fungsikan dengan kontruksi pasangan Batu Dan Beton. Kontruksi Bangunan Gardu
ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan terbaik bagi sistem keamanan
Ketenagalistrikan. berikut peralatan pada gardu beton :

Gambar 2.23 Gardu Beton

19
- Seluruh peralatan berada dalam bangunan beton
- Luas gardu minimal 7 x 4 m2
- Kapasitas trafo maksimum 2 x 630 kVA
Peralatannya :
1. Satu ruang untuk pemutus beban arah masuk (incoming)
2. Satu beban untuk pemutus beban arah keluar (outgoing)
3. Satu ruang untuk pengukuran
4. satu ruang untuk transformator dan pengamannya
5. Satu ruang untuk pembangi tegangan rendah
6. Cubikel
B. Gardu Distribusi Kios/Metal
Gardu yang bangunan keseluruhannya terbuat dari plat besi dengan konstruksi seperti kios.
Ukuran gardu 3 x 4 m, Peralatannya sama dengangardu beton, berikut peralatan pada gardu
kios :
• Seluruh peralatannya teletak dalam ruangan tertutup dari metal/logam
• Ukuran gardu 3 x 4 m
.

Gambar 2.24 Gardu Kios

C. Gardu Distribusi Portal


merupakan salah satu dari Jenis Konrtuksi Gardu Tiang, Yaitu Gardu Distribusi Tenaga
Listrik Tipe Terbuka ( Out-door ), dengan memakai kontruksi dua tiang atau lebih. Tempat
kedudukan Transformatorsekurang kurangya 3 meter di atas permukaan tanah. Dengan

20
sistem proteksi di bagian atas dan Papan Hubung Bagi Tegangan di bagian bawah untuk
memudahkan kerja teknis dan pemeliharaan.

Gambar 2.25 Gardu Potal


Berikut peralatan pada gardu portal :
• Seluruh peralatan disanggah oleh dua tiang atau lebih
• Luas tanah yang dibutuhkan ± 2 x 3 m2
• Kapasitas transformator maksimum 315 kVA

D. Gardu Distribusi Cantol / Kontrol


Merupakan salah satu dari dua Jenis Kontruksi Gardu Tiang. Yaitu Tipe Gardu Distribusi
Tenaga Listrik dengan Transformator, proteksi, dan Papan Hubung Bagi Tegangan
Rendah ( PHBTR ) di cantokan atau dipasang langsung pada satu tiang yang memiliki
kekuatan minimal 500 dAn.

Gambar 2.26 Gardu Cantol

21
Berikut peralatan pada gardu cantol :
• Seluruh peralatannya disanggah oleh satu tiang
• Kapasitas maksimum transformator 50 kVA
2.3.2 Komponen Gardu
Peralatannya Gardu disini dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
A. Komponen Utama Bagian Atas Gardu.
a. Lightning Arrester ( LA )
b. Fused Cut Out ( FCO atau CO )
c. Wiring Gardu atau Pengawatan Gardu.
d. Tiang
e. Trafo Distribusi ( 315 KVA )
f. Rangka Gardu
g. Pipa Jurusan
B. Komponen Utama Bagian Bawah Gardu :
a. Saklar Utama.
b. Rel Tembaga atau Rel Jurusan
c. NH-Fuse jurusan
d. Kabel Naik atau Kabel Jurusan ( bisa berupa NYY atau NYFGBY )
denganukuran sesuai dengan kebutuhan.
e. Kabel Turun ( Kabel penghubung dari Trafo ke PHB-TR ) dengan ukuran
disesuaikan dengan kebutuhan dan Trafo Distribusi yang terpasang

Gambar 2.27 Rangkaian Dalam Gardu

22
2.3.3 Peralatan Gardu Distribusi
A. Lightning Arrester :
Pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila timbul tegangan surja alat ini
bersifat sebagai konduktor yang tahanannya relatif rendah, sehingga dapat mengalirkan
arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja hilang, arrester harus dapat dengan cepat kembali
menjadi isolasi. Arrester melindungi peralatan listrik pada sistem jaringan terhadap
tegangan lebih yangdisebabkan petir atau surja hubung.

Gambar 2.28 Lightning Arrester


B. Fuse Cut Out :
Fuse link dipasangan pada tabung CO (cut out) yang berfungsi sebagai pemutus jika ada
arus yang melebihi kapasitas ukuran fuse link.CO atau cut out sendiri dipasang sebagai
pemutus JTM ataupun pemutus sebelum trafo gardu.

Gambar 2.29 Fuse Cut Out


C. Pemutus Tenaga ( Circuit Breaker) :

Berfungsi sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik dalam kondisi
berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi arus gangguan (hubung
singkat) pada jaringan atau peralatan lain.

23
Gambar 2.30 Pemutus Tenaga ( Circuit Breaker)

D. NH FUSE
Berfungsi untuk mengamankan Trafo Distribusi dari arus lebih yang disebabkan
karna hubungan singkat pada jaringan tegangan rendah ( SUTR ) maupun karna
Beban lebih.

E. Rel Tembaga atau Rel Jurusan


Berfungsi untuk menghubungkan tegangan dari beberapa komponen padaPHB-TR.
F. Kwh MTD
Berfungsi untuk menghitung pemakaian beban Gardu.

G. Kabel ( Kabel penghubung dari Trafo ke PHB-TR )

Bisa berupa NYY atau NYFGBY dengan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan
dan Trafo Distribusi yang terpasang.
H. Dudukan Trafo
Berfungsi untuk menempatkan Trafo distribusi pada Tiang.

2.4 Alat Kerja


Dalam proses pengoperasian sistem tenaga listrik dibutuhkan alat ukur untuk mengukur
kelayakan jaringan dan mutu listrik yang dihasilkan dan disalurkan kepada pelanggan. Alat
ukur listrik adalah alat ukur yang mampu melakukan pengukuran terhadap besaran-besaran
listrik. Dua jenis besaran yang listrik yang terutama diukur oleh alat ukur listrik adalah arus
listrik dan tegangan listrik. Prinsip kerja dari alat ukur listrik meliputi kumparan putar,
termokopel, besi putar atau elektrostatika.

24
A. Tang Ampere
Clamp meter atau disebut juga dengan tang ampere merupakan alat ukur yang dipakai
untuk mengukur arus listrik pada sebuah kabel konduktor yang dialiri arus listrik dengan
memakai dua rahang penjepit atau clamp tanpa harus kontak langsung dengan terminal
listrik. Dengan memakai alat ini, maka kita tidak lagi harus mengganggu rangkaian listrik
yang akan diukur namun hanya perlu ditempatkan pada sekeliling kabel listrik yang
diukur. Biasanya, clamp meter ini hanya pada di pasaran yang memiliki fungsi sebagai
multimeter juga. Untuk itu selain memiliki dua rahang penjepit, clamp meter juga
mempunyai dua probe yang bisa digunakan untuk mengukur resistansi, tegangan AC,
tegangan DC dan juga ada beberapa model tertentu yang juga bisa digunakan untuk
mengukur frekuensi arus listrik DC kapasitas dan suhu.

Gambar 2.23 Tang Ampere


B. Insulation Tester
Insulation tester digunakan untuk mengukur tahanan isolasi instalasi tegangan menengah
maupun tegangan rendah.
• Untuk instalasi tegangan menengah digunakan insulation tester dengan batas ukur
Mega sampai Giga Ohm dan tegangan alat ukur antara 5.000 sampai dengan
10.000 Volt arus searah.
• Untuk instalasi tegangan rendah digunakan insulation tester dengan batas ukur
sampai Mega Ohm dan tegangan alat ukur antara 500 sampai 1.000 Volt arus
searah.
Ketelitian hasil ukur dari insulation tester ditentukan oleh cukup tidaknya tegangan
generator / baterai yang dipasang pada alat ukur tsb. Dewasa ini telah banyak pula
insulation tester yang mengeluarkan tegangan tinggi, yang didapatkan dari baterai sebesar

25
8 – 12 volt (insulation tester dengan sistem elektronis). insulation tester dengan bateri
umumnya membangkitkan tegangan tinggi yang jauh lebih stabil dibanding insulation
tester dengan generator yang diputar dengan tangan.
Selain untuk memeriksa tahanan isolasi Generator atau Motor listrik, insulation tester
digunakan untuk mengukur tahanan isolasi dari alat² listrik atau instalasi² tenaga listrik
misalnya : kabel ,trafo , OCB, Jaring SUTM dll. Tegangan alat ukur ini umumnya tegangan
Tinggi arus searah yg besarnya berkisar 500 s/ 10.000 Volt. Tegangan insulation tester
dipilih berdasar tegangan kerja daripada sistem tegangan kerja peralatan atau instalasi yang
akan diuji

Gambar 2.24 Insulation Tester


C. Eart Tester
Earth Tester adalah alat untuk mengukur nilai resistansi dari grounding, Besarnya tahanan
tanah sangat penting untuk diketahui sebelum dilakukan pentanahan dalam sistem
pengaman dalam instalasi listrik.

Gambar 2.25 Eart Tester

26
D. Voltage Detector 20 KV
Tespen 20kv (Voltage detector 2kv) adalah alat untuk mendeteksi adanya tegangan arus
listrik 6.000volt sampai dengan 35.000volt. panjang stick isolasi 1,5mtr (dipanjangkan).
Ditandai dengan peringatan lampu LED berkedip dan sinyal bunyi Buzzer.

Gambar 2.26 Voltage Detector 20 KV


E. Phase Sequence Indicator
Alat Ukur Urutan Fasa atau Phase Sequence adalah alat bantu yang dipergunakan untuk
menentukan urutan terminal fasa R, S dan T dari jaringan arus putar atau arus gaya.

Gambar 2.27 Phase Sequence Indicator


F. Telescopic Hot Stick 24 KV
Telescopic Hot Stick 24 KV 12 meter adalah tongkat isolasi yang dirancang untuk
memberikan jarak dan perlindungan kepada pekerja yang berhubungan langsung dengan
kabel listrik tegangan 24kv diatas tiang. Dapat juga digunakan untuk insan kelistrikan
dalam membantu pekerjaannya dalam menangani masalah listrik seperti melepas dan
memasukan CO.

27
Gambar 2.28 Telescopic Hot Stick 24 KV 12 meter

2.5 Sistem Pentanahan /Pembumian


Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman langsung
terhadap peralatan dan manusia bila terjadinya gangguan tanah atau kebocoran arus akibat
kegagalan isolasi dan tegangan lebih pada peralatan jaringan distribusi. Petir dapat
menghasilkan arus gangguan dan juga tegangan lebih dimana gangguan tersebut dapat
dialirkan ke tanah dengan menggunakan sistem pentanahan. Fungsi Pentanahan Secara umum
fungsi dari sistem pentanahan dan grounding pengaman adalah sebagai berikut :
• Mengalirkan arus gangguan ke tanah sehingga aman bagi manusia dan peralatan.
• Mencegah timbul bahaya sentuh tidak langsung yang menyebabkan tegangan kejut.
• Melindungi peralatan / saluran dari bahaya kerusakan yang diakibatkan oleh adanya
ganguan fasa ke tanah
• Melindungi peralatan / saluran dari bahaya kerusakan isolasi yang diakibatkan oleh
tegangan lebih
• Untuk keperluan proteksi jaringan
• Melindungi mahluk hidup dari tegangan sentuh

2.6 Hubungan Masalah Dengan Teori


Pada Konteks dalam evaluasi Pengoperasian Jaringan Tegangan Menengah dan
Pengoperasian Gardu Distribusi di Kecamatan Godang Wetan Kabupaten Pasuruan – Jawa
Timur wilayah kerja PLN ULP Gondang Wetan dibutuhkan beberapa teori untuk membantu
proses evaluasi tersebut. Dimana dalam pelaksanaan pekerjaan dibutuhkan alat ukur dalam
mengukur kelayakan jaringan tegangan menengah sebelum dan sesudah pengopreasian, karena
dalam setiap pengoperasian tenaga listrik perlu pengukuran hasil pengoperasian baik berupa
tahanan listrik, arus listrik, dan pembumian pada komponen Jaringan Tegangan Menengah dan

28
Gardu Distribusi agar kehandalan dan mutu listrik yang dialirkan sesuai dengan kebutuhan
konsumen atau pelanggan listrik di wilayah Kecamatan Gondang Wetan, Kabupaten Pasuruan
,Jawa Timur wilayah kerja PLN ULP Gondang Wetan.

29

Anda mungkin juga menyukai