PERENCANAAN INSTALASI
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
..............................................................................(3.1)
.......................................................................................... (3.2)
......................................................................(3.3)
...................................................................................(3.4)
Dengan :
I = Kuat arus listrik maksimum yang boleh dilewatkan (ampere)
P = Daya beban terpasang (watt)
= Tegangan fasa terpasang (volt)
= Tegangan line terpasang (volt)
Cos φ = Faktor daya
Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PUIL 2000 pasal 5.16.2.1
halaman 210 dimana “Penghantar sirkit suplai harus mempunyai KHA yang
tidak kurang dari besarnya arus beban yang tercatat ditambah dengan 25%
dari arus beban penuhnya, dapat dituliskan dalam persamaan dibawah ini :
I KHA = 125% x In ................................................................................... (3.5)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
R XL I
BEBAN
Vk Vt
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Vk d
δV
V
IX L
0 Vt a b c e
IR IR
I R cos g
f
I XL sin
I dV
V
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
dimana :
dV = ....................................................................................... (3.11)
dan
δV = ...................................................................................... (3.12)
atau
Vk – Vt = ................................................................................. (3.14)
ΔV = ......................................................................................... (3.15)
Vt, biasanya diambil tegangan sistem yang bersangkutan, dalam hal ini
Vf yang merupakan tegangan fasa sistem. Jadi persamaan 3.16 biasa ditulis
dalam bentuk :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
R XL
s
Atau
δV = x100%........................................................... (3.20)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
R XL
BEBAN
Gambar 3.6 Sistem fasa tiga , tiga kawat
Untuk sistem fasa tiga seimbang, dengan beban S = √3 , maka arus-
%= = x 100
δV % = x100
Dengan :
ΔV = Susut tegangan (V)
S = Daya semu (VA)
P = Daya aktif (W)
Q = Daya reaktif (Var)
r = Resistansi per fasa/panjang satuan (Ώ/km)
x = Reaktansi per fasa/panjang satuan (Ώ/km)
R = r. L dalam ohm
X = x. L dalam ohm
L = Panjang kabel (km)
VL = Tegangan jala jala (V)
Vf = Tegangan fasa (V)
Persamaan 3.21 dapat ditulis dalam bentuk :
(δV) % = S x L x k ................................................................................. (3.22)
Dimana k adalah suatu konstanta yang besarnya ditentukan oleh persamaan :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Sebuah formula yang membuat deduksi dan pada saat yang sama
mengubah impedansi dengan nilai setara di LV diberikan, sebagai
berikut:
ZS = ......................................................................................... (3.27)
Ztr = .............................................................................(3.28)
Pn = rating transformer
Usc = impedansi tegangan hubung singkat trafo dalam %
Transformator gulungan Rtr resistensi dapat diturunkan dari
kerugian total sebagai berikut :
Di mana :
Pcu = total losses in watts
In = nominal full-load current in amps
Rtr = resistanceof one phase of the transformer in milli-ohms (the LV
and corresponding MV winding for one LV phase are included
in this resistance value)
Xtr =
Untuk perhitungan perkiraan Rtr dapat diabaikan karena X ≈ Z
dalam standar. Jenis distribusi transformator.
Tabel 3.4 Resistensi, reaktansi dan impedansi nilai untuk type
transformator distribusi 400 dengan MV gulungan y 20 kV
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
3.5 Busbar
Busbar adalah penghantar arus listrik yang terbuat dari tembaga.
Busbar memiliki fungsi yang sama dengan kabel. Tetapi kapasitas hantar
arus busbar lebih besar daripada kabel. Untuk arus diatas 250 A maka
disarankan untuk memakai busbar. Pemakaian busbar ini untuk
mempermudah pemasangan sambungan komponen-komponen lainnya pada
panel. Apabila arus 250 A ke atas dan menggunakan kabel maka
pemasangannya akan lebih sulit untuk sambungan ke penghantar lainnya.
Hal ini dikarenakan pada busbar pada tiap bagian penampangnya terdapat
lubang-lubang yang dapat dijadikan tempat penghubung dengan penghantar
lainnya. Berdasarkan standar pada PUIL, maka dalam penggunaan busbar
untuk tiap fasanya diberi warna yang berbeda :
Merah untuk fasa R
Kuning untuk fasa S
Hitam untuk fasa T
Biru untuk netral
Untuk menentukan besar luas penampang busbar panel dapat
menggunakan rumusan seperti pada rumusan mencari besar luas penampang
kabel tembaga, yaitu arus busbarnya dikalikan dengan 125% untuk KHA
busbar. Berikut Tabel 3.6 untuk ukuran busbar tembaga sesuai kemampuan
KHA pada PUIL.
Tabel 3.6 Pembebanan penghantar untuk tembaga penampang persegi
pembebanan kontinu ( A )
Luas Arus Bolak-Balik
ukuran Berat
penampang dilapisi lapisan konduktif
(mm) (kg/m) telanjang (jumlah batang)
(mm²) (jumlah batang)
1 2 3 4 1 2 3 4
12x2 24 0,23 123 202 - - 100 182 - -
15x2 30 0,27 148 240 - - 128 252 - -
15x3 45 0,4 187 316 - - 162 282 - -
20x2 40 0,36 205 350 - - 185 315 - -
20x3 60 0,53 237 394 - - 204 384 - -
20x5 100 0,89 325 470 - - 290 495 - -
25x3 75 0,67 287 766 - - 245 412 - -
25x5 125 1,11 385 670 - - 350 600 - -
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
bidang kerja
0,80 m
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
= ....................................................................................(3.31)
Dimana :
Φg = Fluks cahaya yang mencapai bidang kerja,langsung
maupun tidak langsung setelah dipantulkan dinding dan
langit-langit.
Φo = Fluks cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya yang
ada dalam ruangan.
2. Efisiensi Penerangan
Dari dua persamaan di atas,maka diperoleh rumus fluks cahaya :
O = .............................................................................(3.32)
Dimana :
A = luas bidang kerja (m2)
E = Intensitas penerangan yang dibutuhkan di bidang kerja
(lux)
Efisiensi penerangannya ditentukan dari tabel-tabel, lihat pada
tabel 3.7. Setiap tabel hanya berlaku untuk suatu armatur tertentu
dengan jenis lampu tertentu dalam ruangan tertentu pula. Untuk
menentukan efisiensi penerangannya harus diperhitungkan:
a. Efisiensi armaturnya (v).
b. Faktor refleksi dindingnya (rw) , faktor langit-langitnya (rp)
dan faktor refleksi bidang pengukurannya (rm).
c. Indeks ruangannya.
3. Efisiensi Armatur
Efisiensi /randemen armature (v)
v= .......................................................................(3.33)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
4. Faktor-faktor refleksi
Bagian fluks cahaya yang dipantulkan ditentukan oleh factor
refleksi r suatu permukaan. Faktor refleksi 0,6 atau 60% berarti
bahwa 60% dari fluks cahaya yang mengenai permukaan
dipantulkan.
r= ..................................... (3.34)
k= .............................................................................(3.35)
6. Faktor Depresiasi/Penyusutan
Faktor depresiasi/penyusutan adalah intensitas penerangan dalam
keadaan dipakai. Faktor depresiasi ini dibagi atas 3 golongan
utama:
Pengotoran Ringan
Pengotoran ini terjadi didaerah-daerah yang hampir tidak
berdebu. Misalnya di toko, kantor,sekolah, dan lain-lain.
Pengotoran Berat
Pengotoran ini terjadi di ruangan-ruangan yang banyak
debu. Misalnya di perusahaan cor, pertambangan,
pemintalan dsb.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Pengotoran biasa
Pengotoran ini terjadi diperusahaan selain yang disebutkan
diatas. Bila tingkat pengotoran tidak diketahui, maka
digunakan faktor depresiasi 0.8.
Dibawah ini adalah tabel 3.7 yang menunjukan efisiensi
penerangan & depresiasi lampu seperti berikut :
Tabel 3.7 Efisiensi penerangan & depresiasi lampu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
n= .................................................................(3.36)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
N= ....................................................... (3.37)
N=
Dimana :
N = jumlah titik lampu
E = Kuat Penerangan /target kuat penerangan yang akan
dicapai (Lux)
L = Panjang Ruang(Meter)
W = Lebar Ruang (Meter)
Ø = Total Lumen Lampu / Lamp Luminous Flux
LLF = Light loss factor / Faktor Cahaya Rugi (0,7-0,8)
CU = coeffesien of utilization / Faktor Pemanfaatan (50-65
%)
n = Jumlah Lampu dalam 1 titik Lampu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
cos 𝜑 = pf = ...............................................................................(3.39)
Daya aktif adalah daya yang digunakan sistem untuk bekerja.
Sedang daya reaktif adalah daya yang digunakan sistem untuk
membangkitkan medan. Pada suatu tegangan V, daya aktif, daya
reaktif dan daya total adalah sebanding dengan arus dan akan sesuai
dengan persamaan 2, yaitu:
= ....................................................... (3.40)
Salah satu cara yang lazim untuk memperbaiki faktor daya
adalah dengan cara kompensasi daya reaktif dimana sebagian
kebutuhan daya reaktif yang dibutuhkan beban didapat dari
kompensator daya reaktif. Salah satu kompensator daya reaktif adalah
kapasitor bank dengan rating kvar sebagai berikut:
............................................... (3.41)
Penambahan daya reaktif tersebut dibatasi pada nilai faktor daya
maksimal 100% dan tidak merubah keadaan leading atau lagging
sistem sehingga tidak merusak beban terpasang.
“Total Power”
Apparent Power
(S) = Volt Amperes = I²Z
Reactive Power
(Q) = Vars = (XL-Xc) I²
Real Power
(P) = Watts = I²R
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
B. Kapasitor Breaker
Kapasitor Breaker digunakan untuk mengamankan instalasi
kabel dari breaker ke kapasitor bank dan juga kapasitor itu
sendiri. Kapasitas breaker yang digunakan sebesar 1,5 kali dari
arus nominal dengan Im = 10 x Ir.
Untuk menghitung besarnya arus dapat digunakan rumus :
I n = Qc / 3 . VL .................................................................... (3.43)
Sebagai contoh : masing masing step dari 10 step besarnya 20
kVAR maka dengan menggunakan rumus diatas didapat
besarnya arus sebesar 29 ampere, maka pemilihan kapasitas
breaker sebesar 29 + 50 % = 43 A atau yang dipakai 40 Ampere.
Selain breaker dapat pula digunakan Fuse, Pemakaian Fuse ini
sebenarnya lebih baik karena respon dari kondisi over current
dan Short circuit lebih baik namun tidak efisien dalam
pengoperasian jika dalam kondisi putus harus selalu ada
penggantian fuse. Jika memakai fuse perhitungannya juga sama
dengan pemakaian breaker.
C. Magnetic Contactor
Magnetic contactor diperlukan sebagai Peralatan kontrol.
Beban kapasitor mempunyai arus puncak yang tinggi, lebih
tinggi dari beban motor. Untuk pemilihan magnetic contactor
minimal 10 % lebih tinggi dari arus nominal (pada AC 3 dengan
beban induktif/kapasitif). Pemilihan magnetic dengan range
ampere lebih tinggi akan lebih baik sehingga umur pemakaian
magnetic contactor lebih lama.
D. Kapasitor Bank
Kapasitor bank adalah peralatan listrik yang mempunyai
sifat kapasitif yang akan berfungsi sebagai penyeimbang sifat
induktif. Kapasitas kapasitor dari ukuran 5 KVar sampai 60 Kvar
dari tegangan kerja 230 V sampai 525 Volt, atau Kapasitor Bank
adalah sekumpulan beberapa kapasitor yang disambung secara
parallel untuk mendapatkan kapasitas kapasitif tertentu. Besaran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
S
Q
P
Gambar 3.17 Segitiga daya
Dari penggunaan prinsip segitiga daya tersebut, didapat hasil
hitungan untuk menentukan kapasitas transformator. Yaitu dengan
penjumlahan beban terpasang di gedung dibagi dengan perkiraan
power factor dipanel induk tegangan rendah (LVDP) seperti berikut :
P = S x Cos φ ................................................................................. (3.44)
Dengan :
S = Daya semu (volt ampere)
Cos φ = Faktor daya yang diperkirakan terjadi
P = Daya nyata (watt)
Suplai tenaga listrik darurat (generator set).
Sistem suplai tenaga listrik yang dapat beroperasi secara kontinu,
harus dilengkapi dengan sumber cadangan tenaga dengan
menggunakan generator set. Dengan demikian apabila sumber utama
dari PLN mengalami pemadaman, maka sumber cadangan generator
set dapat mengganti memasok untuk pendistribusian listrik pada
gedung. Seperti pada gambar 3.18 untuk lebih jelas bagaimana bentuk
generator set pada umumnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
Gambar 3.21 Kurva kinerja ATS open type dan ATS fast closed type.
http://digilib.mercubuana.ac.id/