Anda di halaman 1dari 40

BAB III

PERENCANAAN INSTALASI

Tahapan dalam perancangan sistem distribusi kelistrikan dibangun bertingkat


dapat dibagi jadi 2 bagian, yaitu :
1. Perancangan skematik diagram distribusi listrik
2. Perancangan skematik diagram panel
Tahapan-tahapan tersebut harus disusun dan diproses secara detail dan analisis,
supaya mendapatkan hasil perencanaan instalasi listrik dalam gedung yang
mumpuni sehingga saat pada masa pelaksanaan, dapat teraplikasikan dengan baik
sesuai prosedur demi kenyamanan dan keselamatan para penghuni yang bertempat
digedung tersebut setelah dibangun.

3.1 Perancangan Skematik Diagram Distribusi Listrik


Tujuan pertama dari perancangan skematik diagram distribusi listrik
adalah sebagai pemisahan dan sarana pengecekan, penempatan posisi lantai
panel-panel, genset transformator dan gardu induk berada. Tahapan
perancangan skematik yaitu :
1. Menggambarkan lantai-lantai gedung bertingkat secara keseluruhan.
2. Menaruh semua letak-letak panel yang akan digunakan, letak trafo
ataupun letak gardu induk.
3. Melakukan pengecakan pada skematik diagram gedung.

21

http://digilib.mercubuana.ac.id/
22

Pada umumnya gambar gedung bertingkat tipe highrises building,


minimal sudah mencakup item berikut :
a. Gardu induk / gardu PLN.
b. Panel tegangan menegah / MVMDP.
c. Transformator penurun tegangan (step down tranfomator).
d. Panel induk tegangan tendah / LVDP.
e. Generator set.
f. Panel distribusi tiap lantai.
g. Panel supply darurat (panel emergency)
4. Kemudian menentukan hubungan antar panel-panel atau panel
dengan transformator penurun atau penaik tegangan. Sedangkan
tujuan kedua dari perancangan diagram vertikal adalah untuk
melihat tinggi jarak antar lantai, sehingga bagi pelaksana lapangan
seperti kontraktor ME bisa mengestimasi kebutuhan kabel feeder yang
akan digunakan.

3.2 Perancangan Skematik Diagram Panel


Tujuan dari skematik diagram panel adalah deskripsi rencana isi
sistem proteksi yang ada di dalam panel, deskripsi rencana kabel yang akan
menghubungkan panel dengan beban maupun deskripsi jenis penghantar
yang akan digunakan antar panel atau transformator.
Perancangan diagram rencana sistem distribusi kelistrikan di
bangunan bertipe highrises building adalah dimulai dengan merancang
sistem dari sisi beban (load). Beban dapat berupa jenis elektrikal seperti
beban penerangan, beban stop kontak, beban stop kontak khusus seperti:
stop kontak AC, stop kontak handryer, stop kontak gondola, beban
penerangan luar (special lighting), dan beban motor yang digunakan di
gedung. Beban juga ada dari jenis beban elektronik dan biasa diatur
khusus dalam diagram rencana satu garis tersendiri. Beban elektronik ini
meliputi: sistem alarm kebakaran (fire alarm system), sistem suara
(sound system), sistem telepon, sistem kamera keamanan (CCTV),
sistem televisi kabel (MATV) maupun sistem kontrol otomatis (building

http://digilib.mercubuana.ac.id/
23

automatic system). Diagram satu garis dalam perancangan distribusi gedung


bertingkat biasanya meliputi :
1. Panel tipe ruangan
2. Panel distribusi lantai
3. Panel induk tegangan rendah (LVDP)
4. Panel tegangan menengah (MVMDP)
5. Hubungan trafo dengan panel induk tegangan rendah (LVDP)
6. Hubungan panel tegangan menengah dengan generator set.
Untuk contoh skematik diagram panel distribusi dapat dilihat pada gambar
3.1 dibawah.

Gambar 3.1 Contoh diagram panel distribusi


Langkah-langkah yang perlu diambil dalam merancang diagram rencana
panel tipe ruangan dan diagram rencana panel distribusi adalah:
1. Membuat diagram satu garis yang menghubungkan panel distribusi
dengan beban.
Beban dirancang dalam satuan watt, karena di Indonesia untuk
acuan energi yang tertera pada armatur biasanya dalam satuan watt.
Sehingga bisa memudahkan dalam suplai material. Beban diusahakan
diatur seimbang pada masing-masing tarikan fasa R, fasa S, dan fasa T
agar tidak banyak arus yang mengalir ke kawat netral.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
24

2. Menentukan kabel untuk masing-masing tarikan ke beban.


Tarikan ke beban yang berupa instalasi penerangan harus
menggunakan kabel tembaga minimal 2,5 mm² (PUIL 2000). Pada
umumnya para perancang merekomendasikan kabel NYM 3 × 2,5
mm² untuk instalasi penerangan pada gedung bertingkat. Tiga
kawat dalam tiap tarikan tersebut adalah untuk keperluan kabel
fasa, kabel netral dan kabel pembumian. Kabel pentanahan di
gedung bertingkat adalah untuk proteksi internal arus lebih
terutama peluang kemungkinan tersambar petir yang besar karena
ketinggiannya. Tarikan ke beban yang berupa instalasi stop kontak
minimal harus menggunakan kabel tembaga minimal 2,5 mm².
3. Menentukan proteksi arus lebih untuk masing-masing tarikan kabel.
Ampere frame MCB yang biasa diproduksi di pabrik adalah MCB
2A, MCB 4A, MCB 6A, MCB 10A, MCB 16A, MCB 20A,
MCB 25A, MCB 35A, MCB 50A, MCB 63A, dll.
4. Menentukan busbar untuk panel.
Busbar dapat dihitung dengan cara yang mirip mencari
penampang kabel yaitu menghitung arus nominalnya dahulu. Busbar
yang diproduksi oleh pabrik adalah sesuai dengan tabel standar
busbar yang ada di PUIL 2000.
5. Menentukan proteksi incoming panel.
Dalam perancangan panel ruangan, sesuai dengan pernyataan
dalam PUIL 2000 tentang batasan aplikasi panel distribusi yaitu
bahwa pada setiap penghantar keluar ke beban setidaknya
dipasang satu proteksi arus dan dalam satu ruangan harus ada saklar
putus hubung.
Dalam pola perancangan skematik dari panel ruangan tertera pada gambar
3.2 dibawah.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
25

Gambar 3.2 Panel ruangan secara sederhana.

Proteksi arus lebih dapat berupa saklar hubung putus seperti:


MCB, MCCB atau ACB, dengan tujuan utama adalah:
1. Pengisolasian terhadap gangguan ruangan agar gangguan tidak juga
berdampak ke ruangan lain.
2. Pengisolasian ketika pemeliharaan atau ketika ada pelayanan
kerusakan atau penambahan instalasi di dalam ruangan.
Hal ini sesuai dengan PUIL 2000 yang menyatakan bahwa saklar
putus hubung ini sudah seharusnya dilengkapi proteksi terhadap arus
lebih dan untuk besar saklar putus hubung ini adalah minimal memiliki
ketahanan sama besar dengan arus hubung pendek yang mungkin
terjadi dalam rangkaian yang diamankan.
Perancangan kabel instalasi listrik
Kabel listrik adalah media untuk menyalurkan energi listrik. Sebuah
kabel listrik terdiri dari isolator dan konduktor. Isolator disini adalah bahan
pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari bahan thermoplastik,
sedangkan konduktornya terbuat dari bahan tembaga ataupun aluminium.
Kemampuan hantar sebuah kabel listrik ditentukan oleh KHA
(kemampuan hantar arus) yang dimilikinya, sebab parameter hantaran listrik
ditentukan dalam satuan Ampere. Kemampuan hantar arus ditentukan oleh
luas penampang konduktor yang berada dalam kabel listrik.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
26

Adapun ketentuan mengenai KHA kabel listrik diatur dalam peraturan


PUIL 2000. Sedangkan tegangan listrik dinyatakan dalam volt, besar daya
yang diterima dinyatakan dalam satuan watt, yang merupakan perkalian dari
ampere x volt = watt. Untuk menghitung kuat arus listrik yang melewati
kabel, perlu dibedakan antara instalasi fasa satu dan fasa tiga.
 Instalasi fasa satu
Rumus yang digunakan untuk menghitung kuat arus listrik untuk
instalasi fasa satu adalah :

..............................................................................(3.1)

Jika yang beban yang diketahui S (VA) maka persamaanya menjadi :

.......................................................................................... (3.2)

 Instalasi fasa tiga


Rumus yang digunakan untuk menghitung kuat arus listrik untuk
instalasi fasa tiga adalah :

......................................................................(3.3)

Jika yang beban yang diketahui S (VA) maka persamaanya menjadi :

...................................................................................(3.4)

Dengan :
I = Kuat arus listrik maksimum yang boleh dilewatkan (ampere)
P = Daya beban terpasang (watt)
= Tegangan fasa terpasang (volt)
= Tegangan line terpasang (volt)
Cos φ = Faktor daya
Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PUIL 2000 pasal 5.16.2.1
halaman 210 dimana “Penghantar sirkit suplai harus mempunyai KHA yang
tidak kurang dari besarnya arus beban yang tercatat ditambah dengan 25%
dari arus beban penuhnya, dapat dituliskan dalam persamaan dibawah ini :
I KHA = 125% x In ................................................................................... (3.5)

http://digilib.mercubuana.ac.id/
27

Untuk penentuan penggunaan kabel instalasi listrik bisa dilihat dari


kemampuan kuat hantar arus. Berikut Tabel 3.1 untuk ukuran penentuan
kabel sesuai kemampuan KHA, bedasarkan PUIL, SNI 04-0225-2000.
Tabel 3.1 KHA yang diizinkan untuk kabel instalasi dengan tegangan
230/400 volt
Luas penampang (mm²) KHA (A) KHA pengenal gawai proteksi (A)
1,5 18 10
2,5 26 20
4 34 25
6 44 35
10 61 50
16 82 63
25 108 80
35 135 100
50 168 125
70 207 160
95 250 200
120 292 250
150 335 250
185 382 315
240 453 400
300 504 400
400 - -
500 - -

3.3 Susut Tegangan


Pada PUIL 2000 pasal 4.2.3.1 halaman 110 dinyatakan bahwa susut
tegangan antara terminal konsumen dan sembarang titik dari instalasi tidak
boleh lebih dari 5% dari tegangan pengenal pada terminal konsumen bila
semua penghantar dialiri arus listrik maksimum. Terjadinya susut tegangan
yang melebihi batas yang ditetapkan oleh standar PUIL 2000, pasal 4.2.3.1
maka jika pada suatu instalasi terjadi susut tegangan melebihi batas akan

http://digilib.mercubuana.ac.id/
28

mempengaruhi peningkatan jumlah arus listrik yang mengalir pada


penghantar.
Penghantar listrik yang banyak digunakan pada instalasi listrik gedung
dari bahan tembaga (CU) karena tembaga memiliki resistan jenis yang kecil
dan mudah didapatkan, sehingga kabel dengan inti berbahan tembaga
memiliki daya hantar listrik yang bagus. Susut tegangan dipengaruhi oleh
reaktansi induktif penghantar dan resistan penghantar. Resistan dan
reaktansi penghantar akan berbanding lurus terhadap panjang penghantar.
Susut tegangan juga dipengaruhi oleh daya listrik yang dipasang pada
instalasi tersebut, semakin besar daya listrik terpasang maka jumalah susut
tegangan akan meningkat.

R XL I

BEBAN
Vk Vt

Gambar 3.3 Rangkaian eqivalen saluran distribusi


Dengan menggambarkan rangkaian eqivalen saluran distribusi seperti
terlihat pada Gambar 3.3 dan kemudian digambarkan dengan diagram vektor
seperti pada Gambar 3.4.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
29

Vk d

δV
V
IX L
0 Vt a b c e
IR IR
I R cos g
f
I XL sin
I dV
V

Gambar 3.4 Diagram vektor saluran distribusi


Susut tegangan ΔV seperti ditunjukan pada Gambar 3.4 merupakan
perbedaan secara ilmu hitung antara tegangan kirim dan tegangan terima
atau kemudian dapat dituliskan seperti pada persamaan 3.6, sesuai dengan
definisi jatuh tegangan adalah :
ΔV = |Vk| - |Vt| ........................................................................................... (3.6)
dengan:
Vk = nilai mutlak tegangan ujung kirim.
Vt = nilai mutlak tegangan ujung terima.
Sebagai dasar dalam menghitung ΔV, misalkan suatu sirkuit fasa satu
dua kawat, dimana resistan dan reaktansinya masing-masing dinyatakan
dengan R dan XL dan pada ujung saluran terdapat suatu beban, seperti
Gambar 3.4. Dalam perhitungan susut tegangan ini akan memakai secara
pendekatan, dalam Gambar 3.4, yang merupakan pasor diagram dari Gambar
3.3. Dengan titik O sebagai titik pusat lingkaran dengan jari-jari Od = Vk,
dibuat lingkaran sehingga memotong perpanjangan Vt pada titik e. Jadi Vk =
oa+ac+ce. Oleh karena ce << Vk ; ce dapat diabaikan, sehingga Vk = oa+ac
Selanjutnya , oa = Vt ; ac = ab + bc dimana ab = I.R Cosφ dan bc = I.XL Sin
φ ; sehingga ac = dV = I.R Cosφ + I.XL Sin φ sesuai dengan definisi diatas :
ΔV = |Vk| - |Vt| maka didapat :

http://digilib.mercubuana.ac.id/
30

ΔV = I.R Cosφ + I.XL Sin φ .....................................................................(3.7)


Mengacu pada Gambar 3.4, yang merupakan pasor diagram dari
Gambar 3.3, maka dapat dicari persamaan yang berkaitan dengan Vk, Vt dan
δV, persamaannya adalah :
V²k = (Vt + dV )² + δV²............................................................................. (3.8)
V²k = (Vt + I.R Cosφ + I.XL Sin φ)² + (I.R Cosφ - I.XL Sin φ)² ............ (3.9)
Bila beban fasa satu, daya aktif beban (P) dan daya reaktif beban (Q)

diketahui, besar arusnya I = atau I = , maka persamaan

3.9 dapat dibentuk :

V²k = ( )²+( ) ² ............................................ (3.10)

dimana :

dV = ....................................................................................... (3.11)

dan
δV = ...................................................................................... (3.12)

Jatuh tegangan secara pendekatan dapat juga dinyatakan dalam daya-


aktif beban (P) dan daya-reaktif beban (Q) bedasarkan persamaan 3.8. Jika
δV << Vt + dV, maka δV dapat diabaikan, sehingga persamaan tersebut
menjadi :
V²k = (Vt + )² ............................................................................. (3.13)

atau

Vk – Vt = ................................................................................. (3.14)

Sesuai dengan definisi ΔV = |Vk| - |Vt| maka didapat :

ΔV = ......................................................................................... (3.15)

Jatuh tegangan dalam prosen , menurut definisi adalah :

%= x 100 ...................................................................... (3.16)

Vt, biasanya diambil tegangan sistem yang bersangkutan, dalam hal ini
Vf yang merupakan tegangan fasa sistem. Jadi persamaan 3.16 biasa ditulis
dalam bentuk :

http://digilib.mercubuana.ac.id/
31

%= x 100 ................................................................................ (3.17)

Menurut persamaan 3.7 ΔV = |Vk| - |Vt| = I.R Cosφ + I.XL Sin φ,


sehingga didapat persamaan seperti berikut 3) :

%= = x 100 ......................................... (3.18)

Dalam sebuah instalasi gedung bertingkat dikenal dengan instalasi fasa


tiga dan fasa satu. Berikut persamaan untuk memperhitungkan susut
tegangan pada instalasi listrik fasa satu dan fasa tiga. Dalam menentukan
besar nilai susut tegangan pada instalasi listrik fasa satu tegangan yang
digunakan adalah tegangan fasa (L-N) dan panjang saluran dikalikan dua.
Sedangkan untuk instalasi tiga fasa digunakan tegangan pengenal fasa ke
fasa (L-L) Untuk menentukan besar nilai susut tegangan pada instalasi listrik
digunakan persamaan sebagai berikut:
Susut tegangan pada instalasi fasa satu

R XL
s

Gambar 3.5 Sirkit fasa satu dengan beban S


Terlihat pada Gambar 3.5 bila bebannya sama dengan S, maka didapat

hubungan S = I, dan I = . Jika nilai arus ini disubsitusikan kedalam

persamaan 3.18, maka didapat susut tegangannya adalah :

δV = x100% ............................................................ (3.19)

Atau

δV = x100%........................................................... (3.20)

Susut tegangan pada instalasi fasa tiga


Dalam menghitung jatuh tegangan pada sistem fasa tiga, tiga kawat, terlihat
pada Gambar 3.6 diasumsikan bebannya fasa tiga empat kawat, yaitu
bebannya seimbang per fasanya.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
32

R XL

BEBAN
Gambar 3.6 Sistem fasa tiga , tiga kawat
Untuk sistem fasa tiga seimbang, dengan beban S = √3 , maka arus-

jalanya adalah I = . Bila nilai arus ini dimasukan kedalam persamaan

3.18. maka jatuh tegangannya dalam prosen adalah :

%= = x 100

δV % = x100

δV % = x100 ..................................................... (3.21)

Dengan :
ΔV = Susut tegangan (V)
S = Daya semu (VA)
P = Daya aktif (W)
Q = Daya reaktif (Var)
r = Resistansi per fasa/panjang satuan (Ώ/km)
x = Reaktansi per fasa/panjang satuan (Ώ/km)
R = r. L dalam ohm
X = x. L dalam ohm
L = Panjang kabel (km)
VL = Tegangan jala jala (V)
Vf = Tegangan fasa (V)
Persamaan 3.21 dapat ditulis dalam bentuk :
(δV) % = S x L x k ................................................................................. (3.22)
Dimana k adalah suatu konstanta yang besarnya ditentukan oleh persamaan :

k = x100 ........................................................................ (3.23)

http://digilib.mercubuana.ac.id/
33

Setelah diperhitungkan susut tegangan dan didapat nilai arus yang


mengalir pada penghantar, maka arus nominal dikalikan dengan 125%
seperti pada Persamaan 3.5 diatas. Hasil perhitungan arus KHA dicocokkan
dengan tabel KHA kabel yang dapat dilihat pada data teknis produk kabel,
data kabel.

3.4 Gangguan Hubung Singkat Fasa Tiga


Hubung singkat pada penyulang motor dapat terjadi di jaringan sisi
atas (tegangan menengah), transformator, kabel, rel, pemutus daya motor,
ataupun di motor nya sendiri.
3.4.1 Formula Perhitungan Arus Hubung Singkat
Dalam pendekatan simplifed, impedansi dari sistem MV
diasumsikan diabaikan kecil, sehingga

Isc = where In = ................................................... (3.24)

P = kVA rating transformator


U20 = fasa-ke-fase sekunder volt pada rangkaian terbuka
In = arus nominal dalam ampere
Isc = arus pendek dalam amper
Usc = impedansi tegangan hubung pendek transformator dalam %.
Nilai-nilai Usc untuk trafo distribusi diberikan dalam tabel 3.2 berikut:
Usc in %
Transformer rating (kVA)
Oil-immersed Cast-resin dry type
50 to 750 4 6
800 to 3200 6 6
Contoh :
400 kVA tranformer, 420 V at no load
Usc = 4%

In = = 550 A Isc = = 13.7 kA

http://digilib.mercubuana.ac.id/
34

Gambar 3.7 Rangkaian trafo yang pararel


Kasus beberapa transformator yang terhubung secara paralel
pada busbar Nilai arus gangguan pada sirkuit keluar dari hilir busbar
(lihat Gambar 3.7) dapat diperkirakan sebagai jumlah dari Isc masing-
masing transformator yang dihitung secara terpisah. Hal ini
diasumsikan bahwa semua transformator dipasok dari jaringan MV
yang sama, di mana kasus nilai yang diperoleh dari Gambar 3.7 bila
ditambahkan bersama-sama akan memberikan nilai tingkat kesalahan
yang sedikit tinggi daripada yang benar-benar akan terjadi. Faktor lain
yang belum diperhitungkan adalah impedansi dari busbar dan pemutus
sirkuit. Nilai kesalahan saat konservatif yang diperoleh adalah cukup
akurat untuk desain instalasi dasar.
Dalam instalasi 3-fase Isc pada titik manapun adalah diberikan
oleh :

Isc = ....................................................... (3.25)

U20 = tegangan fasa-ke-fase transformator


ZT = total impedansi per fase dari instalasi hulu dari lokasi gangguan
(dalam Ω)

R3 = or for reactances X3 = .................................... (3.26)

Tabel 3.3 Impedansi MV jaringan disebut sisi LV dari MV / LV


transformator
Psc Uo (V) Ra (m) Xa (m)
250 MVA 420 0.07 0.7
500 MVA 420 0.035 0.351

http://digilib.mercubuana.ac.id/
35

Sebuah formula yang membuat deduksi dan pada saat yang sama
mengubah impedansi dengan nilai setara di LV diberikan, sebagai
berikut:

ZS = ......................................................................................... (3.27)

Zs = impedansi jaringan sisi MV, dalam mili ohm


Uo = tegangan fasa ke fasa, dalam Volt
Psc = MV 3 phasa short cicuit, dalam kVA
3.4.2 Transformator
Ztr adalah impedansi transformator dilihat dari terminal LV,
diberikan oleh rumus :

Ztr = .............................................................................(3.28)

Pn = rating transformer
Usc = impedansi tegangan hubung singkat trafo dalam %
Transformator gulungan Rtr resistensi dapat diturunkan dari
kerugian total sebagai berikut :

Pcu = 3In2 x Rtr so that Rtr = in milli-ohms .................. (3.29)

Di mana :
Pcu = total losses in watts
In = nominal full-load current in amps
Rtr = resistanceof one phase of the transformer in milli-ohms (the LV
and corresponding MV winding for one LV phase are included
in this resistance value)
Xtr =
Untuk perhitungan perkiraan Rtr dapat diabaikan karena X ≈ Z
dalam standar. Jenis distribusi transformator.
Tabel 3.4 Resistensi, reaktansi dan impedansi nilai untuk type
transformator distribusi 400 dengan MV gulungan y 20 kV

http://digilib.mercubuana.ac.id/
36

3.4.3 Perhitungan Arus Hubung Pendek


Perhitungan arus hubung pendek secara rinci pada suatu titik instalasi.

U20 = Fase-ke-fase tanpa beban tegangan sekunder dari MV/LV


transformator (dalam volt)
Psc = Daya hubung singkat 3-fase di terminal MV dari MV / LV
transformer (kVA)
Pcu = Rugi daya total 3 fase MV/LV transformator (dalam watt).
Pn = Rating trafo Penilaian MV/LV transformator (dalam kVA).
Usc = impedansi tegangan hubung pendek MV / LV transfomer
(dalam%).
Rt = resistansi total. XT: reaktansi total (1)
ρ = resistivitas pada suhu normal konduktor dalam pelayanan
ρ = 22,5 x MQ mm2 / m untuk tembaga
ρ = 36 MQ x mm2 / m untuk aluminium (2)

http://digilib.mercubuana.ac.id/
37

Jika ada beberapa konduktor paralel per fase, kemudian membagi


hambatan dari satu konduktor dengan jumlah konduktor. Reaktansi
tetap praktis tidak berubah.
Contoh 1 :

Contoh 2 : Perhitungan arus hubung singkat dengan tabel.


Isc pada akhir penerimaan pengumpan sebagai fungsi dari Isc di
ujungnya kirim

Gambar 3.8 Perhitungan Arus Hubung Singkat


Pilih c.s.a. dari konduktor dalam kolom untuk konduktor
tembaga (dalam hal ini contoh c.s.a. adalah 47,5 mm2). Cari di
sepanjang baris yang sesuai dengan 47,5 mm2 untuk panjang
konduktor yang samadengan yang dari sirkuit yang bersangkutan (atau
mungkin terdekat di sisi rendah). Turun vertikal kolom yang panjang
berada, dan berhenti pada baris di tengahbagian (dari 3 bagian Gambar

http://digilib.mercubuana.ac.id/
38

tersebut) sesuai dengan kesalahan yang dikenal saat initingkat (atau


yang terdekat untuk itu pada sisi yang tinggi). Dalam kasus ini 30 kA
adalah terdekat sampai 28 kA pada sisi yang tinggi. Nilai sirkuit
pendek saat ini pada akhir hilir dari rangkaian meteran 20 diberikan di
persimpangan kolom vertikal yang panjang berada, dan baris
horisontal yang sesuai ke hulu Isc (atau terdekat untuk itu pada sisi
yang tinggi).
Nilai ini dalam contoh dipandang 14,7 kA. Prosedur untuk
konduktor aluminium adalah serupa, tetapi kolom vertikal harus naik
ke bagian tengah meja. Akibatnya, sebuah DIN-rel-mount pemutus
sirkuit-nilai di A dan Isc 63 dari 25 kA (seperti unit 125N NG) dapat
digunakan untuk 55 rangkaian A dalam Gambar 4. Sebuah Compact
dinilai pada 160 A dengan kapasitas dari 25 kA Isc (seperti unit
NS160) dapat di lihat pada tabel 3.5 berikut :

http://digilib.mercubuana.ac.id/
39

3.5 Busbar
Busbar adalah penghantar arus listrik yang terbuat dari tembaga.
Busbar memiliki fungsi yang sama dengan kabel. Tetapi kapasitas hantar
arus busbar lebih besar daripada kabel. Untuk arus diatas 250 A maka
disarankan untuk memakai busbar. Pemakaian busbar ini untuk
mempermudah pemasangan sambungan komponen-komponen lainnya pada
panel. Apabila arus 250 A ke atas dan menggunakan kabel maka
pemasangannya akan lebih sulit untuk sambungan ke penghantar lainnya.
Hal ini dikarenakan pada busbar pada tiap bagian penampangnya terdapat
lubang-lubang yang dapat dijadikan tempat penghubung dengan penghantar
lainnya. Berdasarkan standar pada PUIL, maka dalam penggunaan busbar
untuk tiap fasanya diberi warna yang berbeda :
Merah untuk fasa R
Kuning untuk fasa S
Hitam untuk fasa T
Biru untuk netral
Untuk menentukan besar luas penampang busbar panel dapat
menggunakan rumusan seperti pada rumusan mencari besar luas penampang
kabel tembaga, yaitu arus busbarnya dikalikan dengan 125% untuk KHA
busbar. Berikut Tabel 3.6 untuk ukuran busbar tembaga sesuai kemampuan
KHA pada PUIL.
Tabel 3.6 Pembebanan penghantar untuk tembaga penampang persegi
pembebanan kontinu ( A )
Luas Arus Bolak-Balik
ukuran Berat
penampang dilapisi lapisan konduktif
(mm) (kg/m) telanjang (jumlah batang)
(mm²) (jumlah batang)
1 2 3 4 1 2 3 4
12x2 24 0,23 123 202 - - 100 182 - -
15x2 30 0,27 148 240 - - 128 252 - -
15x3 45 0,4 187 316 - - 162 282 - -
20x2 40 0,36 205 350 - - 185 315 - -
20x3 60 0,53 237 394 - - 204 384 - -
20x5 100 0,89 325 470 - - 290 495 - -
25x3 75 0,67 287 766 - - 245 412 - -
25x5 125 1,11 385 670 - - 350 600 - -

http://digilib.mercubuana.ac.id/
40

30x3 90 0,8 350 600 - - 315 540 - -


30x5 150 1,34 448 760 - - 379 672 - -
40x3 120 1,07 460 780 - - 420 710 - -
40x5 200 1,78 576 952 - - 482 836 - -
40x10 400 3,56 865 1470 2060 2800 715 1290 1650 2500
50x5 250 2,23 703 1140 1750 2310 588 994 1550 2100
50x10 500 4,46 1050 1720 2450 3330 852 1510 2200 3000
60x5 300 2,67 825 1400 1983 2650 750 1300 1800 2400
60x10 600 5,34 1230 1960 2800 3800 985 1720 2500 3400
80x5 400 3,56 1060 1800 2450 3300 950 1650 2700 2900
80x10 800 7,2 1590 2410 3450 4600 1240 2110 3100 4200
100x5 500 4,45 1310 2200 2950 3800 1200 2000 2800 3400
100x10 1000 8,9 1940 2850 4000 5400 1490 2480 3600 4800

3.6 Perencanaan Sistem Penerangan


Penerangan yang baik dan memadai merupakan salah satu hal
terpenting yang diperlukan oleh sebuah gedung atau bangunan agar
pekerjaan berlangsung didalamnya dapat dijalankan secara efisien dan aman
sistem penerangan dapat dirancang dengan menggunakan berbagai jenis
luminari dan fitting lampu. Luminari merupakan salah satu istilah modern
yang diberikan kepada peralatan yang berfungsi mendukung lampu
penerangan serta dapat mengendalikan distribusi cahaya dari lampu
penerangan tersebut. Penerangan dalam menghasilkan cahaya yang
ditujukan langsung pada permukaan dimana pekerjaan dilakukan.
Dalam perencanaan penerangan ada nama istilah intensitas
penerangan. Intensitas penerangan harus ditentukan ditempat dimana
pekerjaannya akan dilakukan. Bidang kerja umumnya diambil 80 cm di atas
lantai. Bidang kerja ini sebuah meja atau bangku kerja, atau juga suatu
bidang horizontal khayalan, 80 cm di atas lantai. Gambar 3.9 bagaimana
pembagian flux cahaya di ruangan dilihat seperti dibawah.
3
2 2
1

bidang kerja
0,80 m

Gambar 3.9 Pembagian flux cahaya pada ruangan

http://digilib.mercubuana.ac.id/
41

Sistem penerangan dibedakan menjadi 5 tipe, yaitu:


1. System iluminasi langsung (Direct Lighting)
System ini paling efektif dalam menyediakan penerangan karena 90%-
100% cahaya diarahkan langsung kepermukaan yang perlu diterangi.
Tetapi kelemahan system ini adalah timbulnya bayangan-bayangan
yang mengganggu serta memungkinkan kesilauan baik karena
penyinaran langsung maupun karena pemantulan sinar lampu. Untuk
mengatasinya dapat dilakukan pemberian warna-warna cerah pada
langit-langit agar tampak menyegarkan.
2. System iluminasi semi langsung (Semi Direct Lighting)
System ini mengarahkan 60%-90% cahaya kepermukaan yang perlu
diterangi, selebihnya menerangi dan dipantulkan oleh langit-langit dan
dinding.
3. System iluminasi difus dan langsung tak langsung (General Diffuse
and Direct-Indirect Lighting)
System ini mengarahkan 40%-60% cahaya kepermukaan yang perlu
diterangi, sisanya menerangi dan dipantulkan oleh langit-langit dan
dinding. Pada system ini masih ditemukan adanya masalah bayangan
dan kesilauan.
4. System iluminasi semi tidak langsung (Semi Indirect Lighting)
System ini mengarahkan cahaya 60%-90% ke langit-langit dan dinding
bagian atas, selebihnya ke bawah. Pada system ini bayangan secara
praktis tidak ada dan mengurangi kesilauan.
5. System iluminasi tidak langsung (Indirect Lighting)
System ini mengarahkan cahaya 90%-100% ke langit-langit dan
dinding bagian atas ruangan untuk dipantulkan yang kemudian
menerangi seluruh ruangan berupa cahaya difus.
3.6.1 Dasar Perencanaan Penerangan Buatan
Perencanaan penerangan buatan adalah kombinasi dari seni dan
ilmu sains yang diaplikasikan. Pada tahap awal perencanaan
perancangan instalasi penerangan, hal pertama yang perlu diperhatikan
adalah efek penerangan buatan di dalam ruangan. Pada tahap awal ini

http://digilib.mercubuana.ac.id/
42

dibutuhkan kerjasama dan koordinasi yang baik antara divisi


arsitektur, struktur dan mekanikal-elektrikal. Hal ini diperlukan untuk
memperoleh perencanaan instalasi yang baik dengan
mempertimbangkan faktor keartistikan bangunan dan adanya
kemungkinan untuk melakukan ekspansi gedung. Adapun data-data
yang diperlukan untuk melakukan perencanaan instalasi penerangan
adalah :
1. Gambar ruangan, dimensi ruangan, dan rencana tata letak lampu.
2. Detail konstruksi langit-langit.
3. Warna dan pantulan dari : langit-langit, dinding,lantai dan meja
kursi.
4. Peruntukan ruangan (pekerjaan visual yang akan dilakukan
didalam ruangan tersebut).
5. Perlengkapan mesin atau peralatan didalam ruangan.Kondisi
ruangan seperti ; temperatur, kelembaban dan debu.
Berdasarkan data-data tersebut perencanaan instalasi penerangan
dapat dibuat dan pada akhirnya diaplikasikan pada bangunan atau
gedung. Setelah mengetahui data-data tersebut di atas, maka bagian
desain dapat melakukan estimasi. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam melakukan estimasi penerangan buatan adalah sebagai berikut:
1. Intensitas Penerangan
Sebelum menentukan intensitas penerangan yang dibutuhkan
terlebih dahulu harus diketahui jenis pekerjaan apa yang harus
dilakukan diruangan tersebut. Intensitas penerangan harus
ditentukan di tempat dimana pekerjaan itu akan dilakukan.
Intensitas penerangan E dengan satuan lux sama dengan jumlah
lumen.
Φ per meter persegi. Jadi jumlah fluks cahaya yang diperlukan
untuk bidang kerja seluas A m2 adalah ;
Φ = E x A .............................................................................. (3.30)
Namun fluks cahaya yang dipancarkan lampu tidak semuannya
mencapai bidang kerja. Sebagian akan dipancarkan ke dinding

http://digilib.mercubuana.ac.id/
43

dan langit-langit. Karena itu untuk menentukan fluks cahaya


harus diperhitungkan efisiensi dan rendemennya.

= ....................................................................................(3.31)

Dimana :
Φg = Fluks cahaya yang mencapai bidang kerja,langsung
maupun tidak langsung setelah dipantulkan dinding dan
langit-langit.
Φo = Fluks cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya yang
ada dalam ruangan.
2. Efisiensi Penerangan
Dari dua persamaan di atas,maka diperoleh rumus fluks cahaya :

O = .............................................................................(3.32)
Dimana :
A = luas bidang kerja (m2)
E = Intensitas penerangan yang dibutuhkan di bidang kerja
(lux)
Efisiensi penerangannya ditentukan dari tabel-tabel, lihat pada
tabel 3.7. Setiap tabel hanya berlaku untuk suatu armatur tertentu
dengan jenis lampu tertentu dalam ruangan tertentu pula. Untuk
menentukan efisiensi penerangannya harus diperhitungkan:
a. Efisiensi armaturnya (v).
b. Faktor refleksi dindingnya (rw) , faktor langit-langitnya (rp)
dan faktor refleksi bidang pengukurannya (rm).
c. Indeks ruangannya.
3. Efisiensi Armatur
Efisiensi /randemen armature (v)

v= .......................................................................(3.33)

Efisiensi sebuah armatur ditentukan oleh konstruksi dan bahan


yang digunakan. Dalam efisiensi penerangan selalu sudah
ditentukan efisiensi armaturnya.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
44

4. Faktor-faktor refleksi
Bagian fluks cahaya yang dipantulkan ditentukan oleh factor
refleksi r suatu permukaan. Faktor refleksi 0,6 atau 60% berarti
bahwa 60% dari fluks cahaya yang mengenai permukaan
dipantulkan.

r= ..................................... (3.34)

Faktor refleksi tergantung dari warna dan finishing. Pemantulan


ini tidak penting dalam sistem penerangan langsung. Langit-
langit dan warna dinding terang memantulkan 50-70%.
Sedangkan untuk warna gelap 10-20%. Untuk lebih detailnya,
warna putih dan warna sangat muda memiliki refleksi 0,7. Warna
sedang 0,3. Warna gelap 0,1.
5. Indeks Ruangan/Indeks Bentuk
Indeks ruangan/indeks bentuk k menyatakan perbandingan antara
ukuran-ukuran utama suatu ruangan berbentuk bujur sangkar.
Dimana :
p = panjang ruangan (meter)
l = lebar ruangan (meter)
h = tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja (meter)

k= .............................................................................(3.35)

6. Faktor Depresiasi/Penyusutan
Faktor depresiasi/penyusutan adalah intensitas penerangan dalam
keadaan dipakai. Faktor depresiasi ini dibagi atas 3 golongan
utama:
 Pengotoran Ringan
Pengotoran ini terjadi didaerah-daerah yang hampir tidak
berdebu. Misalnya di toko, kantor,sekolah, dan lain-lain.
 Pengotoran Berat
Pengotoran ini terjadi di ruangan-ruangan yang banyak
debu. Misalnya di perusahaan cor, pertambangan,
pemintalan dsb.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
45

 Pengotoran biasa
Pengotoran ini terjadi diperusahaan selain yang disebutkan
diatas. Bila tingkat pengotoran tidak diketahui, maka
digunakan faktor depresiasi 0.8.
Dibawah ini adalah tabel 3.7 yang menunjukan efisiensi
penerangan & depresiasi lampu seperti berikut :
Tabel 3.7 Efisiensi penerangan & depresiasi lampu

http://digilib.mercubuana.ac.id/
46

7. Jumlah Lampu / Armatur (n)


Jumlah armatur / lampu dapat ditentukan dengan persamaan
dibawah ini :

n= .................................................................(3.36)

8. Pengaruh Armatur Lampu


Cahaya yang dikeluarkan, direfleksikan, dan diserap oleh
Armatur Lampu Gelas.
Tabel 3.8 Armatur Lampu Jenis Gelas
Tebal Daya Daya
Daya
Jenis Gelas Lampu Transmisi Refleksi
Penyerapan
Mm % %

Bola kaca bening permukaan


1-4 92-90 6-8 2-4
rata
3-6 90-70 5-20 5-10
Gelas prisma
3-6 90-60 7-20 3-20
Gelas yang memakai ornamen
2-3 88-82 7-88 5-10
Gelas warna susu
2-3 60-40 20-40 10-20
Acrylic putih susu

Tabel 3.9 Standar Kuat Penerangan dalam Ruangan

http://digilib.mercubuana.ac.id/
47

3.6.2 Perencanaan Gambar Instalasi Lampu Penerangan


1. Perhitungan Titik Lampu
Untuk menghitung jumlah titik lampu di tiap ruangan
menggunaksn perhitungan mengacu SNI, IEC, PUIL atau
Standar lain adalah sebagai berikut :
 Untuk Lampu jenis TL kuat penerangan yang akan di capai
400 LUX.
 Untuk Lampu jenis Down Light kuat penerangan yang akan
di capai 300 LUX.
 Rumus Perhitungan titik lampu sbb:

N= ....................................................... (3.37)

Menurut SNI, daya pencahayaan maksimum :


- Untuk ruang kantor/ industri adalah 15 watt/m2.
- Untuk rumah tak melebihi 10 watt/m2.
- Untuk toko 20-40 watt/m2
- Hotel 10-30 watt/m2, sekolah 15-30 watt/m2,
- Rumah sakit 10-30 watt/m2 ).
Jumlah lampu pada suatu ruang ditentukan / dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :

N=

Dimana :
N = jumlah titik lampu
E = Kuat Penerangan /target kuat penerangan yang akan
dicapai (Lux)
L = Panjang Ruang(Meter)
W = Lebar Ruang (Meter)
Ø = Total Lumen Lampu / Lamp Luminous Flux
LLF = Light loss factor / Faktor Cahaya Rugi (0,7-0,8)
CU = coeffesien of utilization / Faktor Pemanfaatan (50-65
%)
n = Jumlah Lampu dalam 1 titik Lampu

http://digilib.mercubuana.ac.id/
48

Kuat Penerangan (E)


Perkantoran = 200 - 500 Lux
Apartemen / Rumah = 100 - 250 Lux
Hotel = 200 - 400 Lux
Rumah sakit / Sekolah = 200 - 800 Lux
Basement / Toilet / Coridor / Hall / = 100 - 200 Lux
Gudang / Lobby
Restaurant / Store / Toko = 200 - 500 Lux
Ø = W x L/w ........................................................................ (3.38)
Dimana :
W = Daya lampu,
L/w = Luminous Efficacy Lamp / Lumen per watt (dapat dilihat
pada box lampu yang kita beli).

3.7 Perbaikan Faktor Daya Menggunakan Kapasitor Bank


Karena beban-beban listrik nantinya sebahagian besar adalah bersifat
induktif seperti pompa, kompressor, elevator, mesin-mesin pengkondisian
udara dan juga peralatan-peralatan yang menghasilkan harmonic.
Peningkatan pemakaian daya reaktif inilah yang menyebabkan faktor daya
dari pelanggan turun. Faktor daya (cos ) adalah perbandingan daya aktif
dan daya nyata. Untuk itu perlu dipasang suatu alat yang berfungsi untuk
mengkompensasi daya reaktif tersebut agar faktor daya tidak kurang dari
standar yang telah ditetapkan oleh penyedia layanan jaringan listrik. Dalam
hal ini PLN menetapkan batas minimum faktor daya sebesar 0.85. Jika
faktor daya kurang dari standar PLN, maka pelanggan wajib membayar
denda sebanyak daya reaktif yang digunakan. Oleh karena itu, diperlukan
pengurangan konsumsi daya reaktif dengan memperbaiki faktor daya. Untuk
memperbaiki faktor daya secara umum digunakan kapasitor bank. Kapasitor
bank memberikan sumbangan arus mendahului (leading), sehingga juga
akan memberikan faktor daya leading. Dengan demikian kapasitor bank
disebut juga kVar generator. Pemasangan kapasitor bank akan berpengaruh
terhadap perbaikan faktor daya.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
49

3.7.1 Faktor Daya


Faktor daya merupakan salah satu indikator baik buruknya
kualitas daya listrik. Faktor daya didefinisikan sebagai perbandingan
antara daya aktif dan daya reaktif. Faktor daya disimbolkan sebagai
cos 𝜑, dimana:

cos 𝜑 = pf = ...............................................................................(3.39)
Daya aktif adalah daya yang digunakan sistem untuk bekerja.
Sedang daya reaktif adalah daya yang digunakan sistem untuk
membangkitkan medan. Pada suatu tegangan V, daya aktif, daya
reaktif dan daya total adalah sebanding dengan arus dan akan sesuai
dengan persamaan 2, yaitu:

= ....................................................... (3.40)
Salah satu cara yang lazim untuk memperbaiki faktor daya
adalah dengan cara kompensasi daya reaktif dimana sebagian
kebutuhan daya reaktif yang dibutuhkan beban didapat dari
kompensator daya reaktif. Salah satu kompensator daya reaktif adalah
kapasitor bank dengan rating kvar sebagai berikut:
............................................... (3.41)
Penambahan daya reaktif tersebut dibatasi pada nilai faktor daya
maksimal 100% dan tidak merubah keadaan leading atau lagging
sistem sehingga tidak merusak beban terpasang.
“Total Power”
Apparent Power
(S) = Volt Amperes = I²Z
Reactive Power
(Q) = Vars = (XL-Xc) I²

Real Power
(P) = Watts = I²R

Gambar 3.10 Hubungan Daya Pada Sistem AC

http://digilib.mercubuana.ac.id/
50

3.7.2 Kapasitor Bank


Fungsi dari kapasitor bank yang tersedia dalam bentuk tunggal
unit maupun dalam bentuk group adalah sebagai penyuply kilovars
dengan faktor daya tertinggal (lagging) kepada suatu sistem dimana
kapasitor tersebut dihubungkan. Kapasitor bank yang dipasang pada
ujung beban dari sirkuit mensuplai beban dengan faktor daya tertinggal
(lagging), mempunyai beberapa efek, yaitu :
 Kapasitor bank memperbaiki faktor daya (cos phi)
 Menghilangkan denda / kelebihan biaya (kVARh) yang timbul di
tagihan PLN, sehingga pembayaran PLN akan turun (reduce
cost)
 Menghindari kelebihan beban transformer
 Memberikan tambahan daya tersedia
 Menghindari kenaikan arus/suhu pada kabel
 Memaksimalkan pemakaian daya (kVA)
 Menghemat daya / efesiensi
 Menghindari Drop Line Voltage
 Mengawetkan instalasi & peralatan listrik
 Kapasitor bank juga mengurangi rugi–rugi lainnya pada instalasi
listrik

Gambar 3.11 Panel Kapasitor Bank

http://digilib.mercubuana.ac.id/
51

3.7.3 Perbaikan Faktor Daya


Dalam sebuah sumber arus bolak-balik, bila beban yang
diaplikasikan bersifat resistif murni, maka gelombang tegangan dan
arus adalah sefasa seperti diperlihatkan pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12 Beban Resistif


Beban yang bersifat induktif atau kapasitif dapat menggeser titik
persilangan nol antara tegangan dan arus. Bila bebannya merupakan
beban induktif persilangan nol gelombang arus muncul beberapa saat
setelah persilangan nol gelombang tegangan muncul. Hal ini biasa
dikatakan sebagai arus tertinggal.

Gambar 3.13 Beban Induktif


Sebaliknya untuk arus beban yang bersifat kapasitif, persilangan
nol gelombang arus akan muncul beberapa saat sebelum persilangan
nol gelombang tegangan. Hal ini biasa dikatakan sebagai arus
mendahului.

Gambar 3.14 Beban Kapasitif

http://digilib.mercubuana.ac.id/
52

Sebuah kapasitor daya atau yang dikenal dengan nama kapasitor


bank harus mempunyai daya Qc yang sama dengan daya reaktif dari
sistem yang akan diperbaiki factor dayanya. Jika keadaan ini dipenuhi,
kapasitor bank akan memperbaiki faktor daya menjadi bernilai
maksimum (faktor daya = 1). Besarnya daya reaktif yang diperlukan
untuk mengubah faktor daya dari cos 𝜑1 menjadi cos 𝜑2 dapat
ditentukan dengan :
............................................................... (3.42)

Gambar 3.15 Prinsip Perbaikan Faktor Daya


3.7.4 Komponen Utama yang terdapat pada Panel Kapasitor
A. Main switch / load break switch
Main switch ini sebagai peralatan kontrol dan isolasi jika
ada pemeliharaan panel. Sedangkan untuk pengaman kabel /
instalasi sudah tersedia disisi atasnya (dari) MDP. Mains switch
atau lebih dikenal load break switch adalah peralatan pemutus
dan penyambung yang sifatnya on load yakni dapat diputus dan
disambung dalam keadaan berbeban, berbeda dengan on-off
switch model knife yang hanya dioperasikan pada saat tidak
berbeban. Untuk menentukan kapasitas yang dipakai dengan
perhitungan minimal 25 % lebih besar dari perhitungan KVAR
terpasang. Sebagai contoh :
Jika daya kVAR terpasang 400 KVAR dengan arus 600 Ampere,
maka pilihan kita berdasarkan
600 A + 25 % = 757 Ampere, yang dipakai size 800 Ampere.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
53

B. Kapasitor Breaker
Kapasitor Breaker digunakan untuk mengamankan instalasi
kabel dari breaker ke kapasitor bank dan juga kapasitor itu
sendiri. Kapasitas breaker yang digunakan sebesar 1,5 kali dari
arus nominal dengan Im = 10 x Ir.
Untuk menghitung besarnya arus dapat digunakan rumus :
I n = Qc / 3 . VL .................................................................... (3.43)
Sebagai contoh : masing masing step dari 10 step besarnya 20
kVAR maka dengan menggunakan rumus diatas didapat
besarnya arus sebesar 29 ampere, maka pemilihan kapasitas
breaker sebesar 29 + 50 % = 43 A atau yang dipakai 40 Ampere.
Selain breaker dapat pula digunakan Fuse, Pemakaian Fuse ini
sebenarnya lebih baik karena respon dari kondisi over current
dan Short circuit lebih baik namun tidak efisien dalam
pengoperasian jika dalam kondisi putus harus selalu ada
penggantian fuse. Jika memakai fuse perhitungannya juga sama
dengan pemakaian breaker.
C. Magnetic Contactor
Magnetic contactor diperlukan sebagai Peralatan kontrol.
Beban kapasitor mempunyai arus puncak yang tinggi, lebih
tinggi dari beban motor. Untuk pemilihan magnetic contactor
minimal 10 % lebih tinggi dari arus nominal (pada AC 3 dengan
beban induktif/kapasitif). Pemilihan magnetic dengan range
ampere lebih tinggi akan lebih baik sehingga umur pemakaian
magnetic contactor lebih lama.
D. Kapasitor Bank
Kapasitor bank adalah peralatan listrik yang mempunyai
sifat kapasitif yang akan berfungsi sebagai penyeimbang sifat
induktif. Kapasitas kapasitor dari ukuran 5 KVar sampai 60 Kvar
dari tegangan kerja 230 V sampai 525 Volt, atau Kapasitor Bank
adalah sekumpulan beberapa kapasitor yang disambung secara
parallel untuk mendapatkan kapasitas kapasitif tertentu. Besaran

http://digilib.mercubuana.ac.id/
54

yang sering dipakai adalah Kvar (Kilovolt ampere reaktif)


meskipun didalamnya terkandung / tercantum besaran
kapasitansi yaitu Farad atau microfarad. Kapasitor ini
mempunyai sifat listrik yang kapasitif (leading). Sehingga
mempunyai sifat mengurangi / menghilangkan terhadap sifat
induktif (leaging)
E. Reactive Power Regulator
Peralatan ini berfungsi untuk mengatur kerja kontaktor agar
daya reaktif yang akan disupply ke jaringan / system dapat
bekerja sesuai kapasitas yang dibutuhkan. Dengan acuan
pembacaan besaran arus dan tegangan pada sisi utama Breaker
maka daya reaktif yang dibutuhkan dapat terbaca dan regulator
inilah yang akan mengatur kapan dan berapa daya reaktif yang
diperlukan. Peralatan ini mempunyai bermacam macam steps
dari 6 steps, 12 steps sampai 18 steps.
F. Peralatan Tambahan
 Push button on dan push button off yang berfungsi
mengoperasikan magnetic contactor secara manual.
 Selektor auto – off – manual yang berfungsi memilih sistem
operasional auto dari modul atau manual dari push button.
 Exhaust fan + thermostat yang berfungsi mengatur ambeint
temperature (suhu udara sekitar) dalam ruang panel
kapasitor. Karena kapasitor, kontaktor dan kabel
penghantar mempunyai disipasi daya panas yang besar
maka temperatur ruang panel meningkat.setelah setting dari
thermostat terlampaui maka exhust fan akan otomatis
berhenti.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
55

3.8 Sumber Daya Listrik


 Transformator penurun tegangan (step down transformator)
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar
dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh
gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70kV,
154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran
transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil
kerugian daya listrik pada saluran transmisi. Dari saluran transmisi,
tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun
tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem
tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran
distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu
distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan
trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt.
Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke peralatan-
peralatan yang bekerja pada tegangan rendah seperti pompa air, mesin
pendingin , dan lain-lain. Dengan ini jelas bahwa transformator adalah
bagian penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan pada
gedung.
Seperti pada gambar 3.16 untuk lebih jelas bagaimana bentuk
transformator pada umumnya.

Gambar 3.16 Transformator

http://digilib.mercubuana.ac.id/
56

Untuk menentukan kapasitas transformator dapat menggunakan


prinsip dari segitiga daya. Pada gambar segitiga daya ditunjukkan
bahwa besar daya semu dipengaruhi oleh besar sudut φ. Disaat sudut φ
kecil maka besar daya semu dan daya nyata semakin mendekati
sementara daya reaktif semakin kecil atau bisa dikatakan disaat cos φ 1
maka sudut φ adalah 0 sehingga tidak terjadi daya rektif atau S = P,
tidak terjadi perbedaan sudut antar S dan P, sehingga Q = 0. Pada
gambar 3.17 diperlihatkan polanya segitiga daya dibawah ini.

S
Q

P
Gambar 3.17 Segitiga daya
Dari penggunaan prinsip segitiga daya tersebut, didapat hasil
hitungan untuk menentukan kapasitas transformator. Yaitu dengan
penjumlahan beban terpasang di gedung dibagi dengan perkiraan
power factor dipanel induk tegangan rendah (LVDP) seperti berikut :
P = S x Cos φ ................................................................................. (3.44)
Dengan :
S = Daya semu (volt ampere)
Cos φ = Faktor daya yang diperkirakan terjadi
P = Daya nyata (watt)
 Suplai tenaga listrik darurat (generator set).
Sistem suplai tenaga listrik yang dapat beroperasi secara kontinu,
harus dilengkapi dengan sumber cadangan tenaga dengan
menggunakan generator set. Dengan demikian apabila sumber utama
dari PLN mengalami pemadaman, maka sumber cadangan generator
set dapat mengganti memasok untuk pendistribusian listrik pada
gedung. Seperti pada gambar 3.18 untuk lebih jelas bagaimana bentuk
generator set pada umumnya.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
57

Gambar 3.18 Generator set


Biasanya generator set difungsikan hanya sekitar 80% dari
kapasitas daya yang terpasang digedung atau difungsikan untuk beban
darurat. Karena diasumsikan pada saat PLN mati, generator set akan
memberi cadangan sumber listrik yang paling diprioritaskan saja,
seperti area publik, area service, area darurat seperti tangga kebakaran,
& smoke area.
Untuk menentukan kapasitas generator set dapat langsung dilihat
dari jumlah beban yang ada dipanel unduk tegangan renadah (LVDP)
atau dihitung dari beban emergency/darurat yang akan dipasang.
 Automatic Transfer Switch (ATS)
Automatic Transfer Switch adalah inti dari sebuah sistem daya
darurat, memberikan sebuah peralihan sumber daya listrik, antara
utilitas dan generator darurat, atau antara tipe sumber daya yang lain
dan beban fasilitas terkait. Ketika sumber daya normal gagal atau drop,
transfer switch akan mendeteksi jumlah kehilangan sumber daya, dan
mengirimkan sebuah sinyal ke generator dan kemudian terhubung
dengan generator ke beban, ketika generator telah mencapai jumlah
frekuensi dan voltasi yang sesuai.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
58

Tipe automatic transfer switch :


Automatic transfer switch dapat dikategorikan kedalam 2 jenis secara
umum, diantaranya :
- Open-Transition transfer devices : dimana membuka koneksi
sumber daya sebelum memutus sumber daya yang baru, yang
menyebabkan jumlah daya terinterupsi pada jangka waktu
pendek.
- Fast closed-Transition transfer devices: dimana
pengoperasiannya seperti saklar pemindahan peralihan terbuka
ketika sumber daya drop atau gagal, dua sumber daya yang
terparalel selama 100 milidetik atau kurang darinya, dan
kemudian memutuskan ketika kedua sumber daya yang tersedia,
maka total interupsi tegangan daya dapat dihindarkan.
Untuk automatic transfer switch tipe open dengan kinerjanya yaitu,
pada saklar ini memberikan sebuah tindakan pengalihan “break-
before-make”. Secara spesifik didesain dalam pemindahan daya antara
sebuah utilitas dan sistem daya dilokasi. Sebuah koneksi pada satu
sumber yang dinyalakan sebelum koneksi ke sumber kedua dimatikan.
Interlock mekanik yang mencegah interkoneksi pada sumber daya
pada mode otomasi dan manual yang sering digunakan. Saklar
digunakan di berbagai tipe aplikasi kelistrikan. Tipikal aplikasi
peralatan ini, yang sering digunakan untuk bisnis skala kecil, seperti
industri menengah dan gedung perkantoran yang dapat mentoleransi
seubah interupsi selama sistem daya memindahkan kembali ke utilitas
setelah penghentian. Pada gambar 3.19 dibawah adalah konfigurasi
kinerja ATS open transition.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
59

Gambar 3.19 Konfigurasi ATS open transition


Untuk automatic transfer switch tipe fast closed dengan kinerja yaitu,
memberikan sebuah tindakan pengalihan “make-before-break” dan
mengutilisasi transisi tertutup sebuah parelelisasi sesaat dari kedua
sumber (<100 milidetik) selama waktu pemindahan. Mekanisme saklar
transisi tertutup lebih kompleks dan mahal daripada saklar transfer
transisi terbuka. Secara umumnya, pada saat gangguan pasokan daya
PLN ke beban yang disebabkan oleh beban yang tiba-tiba ada
perubahan pada sumber daya, terjadi pemindahan beban dari sumber
utama ke generator. Hal ini mencegah gangguan sementara. Saklar
pemindahan transisi tertutup harus dilakukan pemindahan secara
berurutan. Saklar transfer transisi terutup ini pengoperasiannya secara
sinkronisasi, yang terdiri dari sebuah pengecekan sinkronisasi, untuk
mendeteksi akan fase hubungan antara dua sumber daya yang hidup
dan mengizinkan adanya interkoneksi antara sumber daya hanya ketika
mereka sinkron. Sinkronisasi ini dikenal “pasif” dikarenakan tidak
adanya kontrol langsung terhadap frekuensi generator. Melainkan ini
bergantung pada perubahan beban atau perbedaan pada frekuensi
sumber yang menginduksi kecocokan sudut fase dari sumber daya.
Sebagaimana beban pada perubahan sistem, dan kecepatan perubahan
genset, dua sumber daya tersebut akan tersinkornisasi. Pemindahan
diukur berdasarkan waktu dan sinyal ketika sumber daya terhubung.
Sumber tersebut tersinkronisasi secara singkat ketika generator

http://digilib.mercubuana.ac.id/
60

terintekoneksi dengan sumber utama. Secara paralel sebuah sumber


daya terjadi pada waktu yang tetap (tidak lebih dari sepersepuluh
detik). Durasi yang pendek dari paralelisasi membuat hal tersebut tidak
diperlunya penambahan kontrol kompleks lagi dalam kontrol beban di
generator saat terparalelisasi dengan jaringan utilitas. Pada gambar
3.20 dibawah adalah konfigurasi kinerja ATS closed transition.

Gambar 3.20 Konfigurasi ATS closed transition


Lalu dibawah ini adalah sebuah kurva perbandingan yang menunjukan
kinerja ATS open type dan ATS fast closed type.

Gambar 3.21 Kurva kinerja ATS open type dan ATS fast closed type.

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai