Rusman Sinaga
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
JURUSAN TEKIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Buku Ajar Jaringan Tegangan Rendah merupakan buku yang berisi bahan
pengajaran matakuliah Jaringan Tegangan Rendah pada program studi Teknik
Listrik dan Teknik Instalasi Listrik. Penyajian buku ini disederhanakan sedemikian
rupa sehingga para mahasiswa akan mudah mengerti setiap pembahasan materi
yang disajikan. Semua materi kuliah yang disajikan dalam buku ajar ini diberikan
pada semester tiga dan pada prinsipnya membahas Jaringan Tegangan Rendah
secara komprehensif.
Hasil Belajar Mata Kuliah ini mengharapkan mahasiswa memiliki
kemampuan: 1) mengidentifikasi masing-masing elemen, variabel maupun
paramater pada sistem jaringan tegangan rendah. 2) Dalam melakukan identifikasi
sistem jaringan tegangan rendah, mahasiswa diharapkan mampu memilih sistem
jaringan tegangan rendah yang paling efesien, ekonomis dan ramah lingkungan
dengan membuat perbandingan terhadap sistem setera yang telah ada. 3)
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep teoritis dari sistem jaringan tegangan
rendah secara umum maupun secara spesifik untuk setiap sistem jaringan tegangan
rendah yang dipelajari. Penjelasan tersebut dapat disampaikan secara lisan dan juga
tertulis dalam dokumen yang sistematis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah.
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan buku ajar ini. Kiranya Buku Ajar ini bermanfaat
bagi kita semua.
Rusman Sinaga
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL v
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.1 Sistem pendistribusian tenaga listrik 2
1.2 Diagram garis sistem tenaga listrik 3
1.3 Sistem pendistribusian langsung dan tak langsung 4
1.4 Tiang penyangga jaringan distribusi primer 20 KV 4
2.1 Kontruksi tiang penyangga (TR) 11
2.2 Konstruksi tiang penegang / sudut (TR) 12
2.3 Kontruksi tiang awal/akhir (TR) 12
2.4 Kontruksi tiang penyangga silang TR 13
2.5 Kontruksi tiang penyangga dan sudut silang 13
2.6 Mendirikan tiang beton secara manual 14
2.7 Mendirikan tiang menggunakan alat 15
2.8 Pemasangan TC pada jaringan 0o-45o pada tiang beton bulat 15
2.9 Pemasangan TC pada jaringan 45o-120o pada tiang beton bulat 16
2.10 Hasil survei pemasangan tiang SUTR di Alak Kupang 16
2.11 Kabel udara melintasi jalan umum yang dilalui kendaraan bermotor 16
2.12 Kabel udara yang dipasang di sepanjang jalan raya 20
2.13 Kabel udara yang dipasang di bawah pekerjaan konstruksi 20
2.14 Dua Kabel udara (SUTM & SUTR) dipasang pada satu tiang 21
2.15 Kabel udara melintasi sungai 21
2.16 Kabel udara yang melintas di sebelah jembatan 22
4.1 Peletakan 1 kabel tanah TR 26
4.2 Peletakan 2 kabel tanah TR 26
4.3 Peletakan 3 kabel tanah TR 27
4.4 Susunan struktur penanaman kabel tanah dan pemasangan kabel 27
4.5 Peletakan kabel tanah pada tanah galian 28
4.6 Ukuran penempatan kabel tanah 1 dan 2 kabel 28
4.7 Kabel NYFGbY yang digunakan pada JTR Saluran Bawah Tanah 29
5.1 Ketentuan umum sambungan pelanggan 31
5.2 Ketentuan umum sambungan luar pelanggan 32
5.3 Konstruksi sambungan udara Tipe A untuk rumah tinggal 33
5.4 Konstruksi sambungan udara Tipe A untuk rumah ganda 34
5.5 Konstruksi sambungan udara Tipe B untuk rumah tunggal 35
5.6 Konstruksi sambungan udara Tipe B untuk rumah seri 36
5.7 Konstruksi sambungan udara Tipe C 36
5.8 Konstruksi sambungan udara Tipe D 36
5.9 Konstruksi sambungan udara Tipe E 37
5.10 Konstruksi sambungan udara Tipe F 38
5.11 Konstruksi sambungan udara Tipe G 38
5.12 Kabel NFA2X-T 39
iii
5.13 Sengkang (fixing collar) 40
5.14 Stainless steel strip veer impex 40
5.15 Link mata rantai 41
5.16 Plastic Strap/ Plastic Tie 41
5.17 Klem jepit (Service Wedge Clamp) 42
5.18 Klem tarik (Strain Clamp) 42
5.19 Pipa Galvanis 43
5.20 Kait pengaman (Strain Hook) 43
5.21 Penutup tiang atap (protective cup) 44
5.22 Penutup ujung pipa (Tule) 45
5.23 Pipa PVC Ф 0.5 inci 45
5.24 Pipa PVC konduit 46
5.25 Stopping Buckle 46
5.26 Plastic/Glass Cover Transparent 48
5.27 Miniature Circuit Breaker (MCB) 48
5.28 Joint Sleeve Bimetal 49
5.29 Heatshrink Sleeve 49
5.30 Coldshrink sleeve 50
5.31 Cable Clamp dan Cable Lug 51
5.1 Monogram gardu distribusi 55
5.2 Konstruksi PHB TR 57
5.3 Pemasangan PHB pada gardu distribusi 57
5.4 Titik beban berada di lokasi Gardu Distrbusi KT 75 58
5.5 Gardu distribusi KT 175 BTN Kolhua 59
5.6 Monogram jaringan distribusi tegangan rendah 60
iv
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Spesifikasi kabel LVTC 17
3.1 Acuan penarikan kabel bawah tanah 27
3.2 Ukuran galian tanah untuk beberapa pipa beton 27
3.3 Jenis kabel dan KHA pada saluran bawah tanah TR 28
4.1 Penghantar Kabel Udara Jenis NFA2X-T 39
4.2 Tipe strain hook 44
5.1 Jenis konstruksi pada tiang jaringan distribusi tegangan rendah 62
5.2 Jarak aman saluran udara kabel pilin terhadap lingkungan 64
5.3 Kebutuhan daya pada Blok VA BTN Kolhua Kupang 65
5.4 Rencana teknis kebutuhan bahan utama pada JTR 66
v
BAB I
SISTEM JARINGAN TEGANGAN RENDAH
Pendahuluan
Awal dari perkuliahan Jaringan Tegangan Rendah terlebih dahulu harus mengetahui
sistem. Sistem adalah elemen-elemen, parameter-parameter dan atau variabel-variabel yang
saling berhubungan antara satu dengan yang lain untuk suatu tujuan tertentu.
Materi perkuliahan dengan pokok bahasan Sistem Jaringan Tegangan Rendah
menjelaskan gambaran elemen-elemen, parameter-parameter dan atau variabel-variabel
yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain, sehingga para mahasiswa
mendapatkan bayangan dimana dan bagaimana sistem tersebut bekerja sehingga energi
listrik melalui jaringan tegangan rendah dapat tersalurkan dengan baik dan benar.
Penyajian
Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke konsumen (beban),
merupakan hal penting untuk dipelajari. Mengingat penyaluran tenaga listrik ini, prosesnya
1
melalui beberapa tahap, yaitu dari pembangkit tenaga listrik penghasil energi listrik,
disalurankan ke jaringan transmisi (SUTET) langsung ke gardu induk. Dari gardu induk
tenaga listrik disalurkan ke jaringan distribusi primer (SUTM), dan melalui gardu distribusi
langsung ke jaringan distribusi sekuder (SUTR), tenaga listrik dialirkan ke konsumen.
Dengan demikian sistem distribusi tenaga listrik berfungsi membagikan tenaga listrik kepada
pihak pemakai melalui jaringan tegangan rendah (SUTR), sedangkan suatu saluran transmisi
berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik bertegangan ekstra tinggi ke pusat-pusat beban
dalam daya yang besar (melalui jaringan distribusi). Pada Gambar 1.1 dapat dilihat, bahwa
tenaga listrik yang dihasilkan dan dikirimkan ke konsumen melalui Pusat Pembangkit
Tenaga Listrik, Gardu Induk, Saluran Transmisi, Gardu Induk, Saluran Distribusi, dan
kemudian ke beban (konsumen tenaga listrik).
Sistem pembangkit (generation plant) terdiri dari satu atau lebih unit pembangkit yang
akan mengkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik dan harus mampu
menghasilkan daya listrik yang cukup sesuai kebutuhan konsumen. Sistem transmisi
berfungsi mentransfer energi listrik dari unit-unit pembangkitan di berbagai lokasi dengan
jarak yang jauh ke sistem distribusi, sedangkan sistem distribusi berfungsi untuk
menghantarkan energi listrik ke konsumen, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2.
2
Gambar 1.2 Diagram garis sistem tenaga listrik
Sistem jaringan tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik dari pembangkit tenaga
listrik (power station) hingga sampai kepada konsumen (pemakai) pada tingkat tegangan
yang diperlukan. Sistem tenaga listrik ini terdiri dari unit pembangkit, unit transmisi dan
unit distribusi. Sistem pendistribusian tenaga listrik dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu sistem pendistribusian langsung dan sistem pendistribusian tak langsung.
3
Gambar 1.3 Sistem pendistribusian langsung dan tak langsung
Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrik dari Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik ke konsumen untuk sistem pendistribusian langsung. Sedangkan
untuk sistem pendistribusian tak langsung merupakan tahap berikutnya dari jaringan
transmisi dalam upaya menyalurkan tenaga listrik ke konsumen. Jaringan distribusi primer
atau Jaringan Distribusi Tegangan Tinggi (JDTT) memiliki tegangan sistem sebesar 20 kV.
Untuk wilayah kota tegangan diatas 20 kV tidak diperkenankan, mengingat pada tegangan
30 kV akan terjadi gejala-gejala korona yang dapat mengganggu frekuensi radio, TV,
telekomunikasi, dan telepon.
4
Gambar 1.4 Tiang penyangga jaringan distribusi primer 20 KV
Sifat pelayanan sistem distribusi sangat luas dan komplek, karena konsumen yang
harus dilayani mempunyai lokasi dan karaktristik yang berbeda. Sistem distribusi harus
dapat melayani konsumen yang terkonsentrasi di kota, pinggiran kota dan konsumen di
daerah terpencil. Sedangkan dari karaktristiknya ada konsumen perumahan dan konsumen
dunia industri. Sistem konstruksi saluran distribusi terdiri dari saluran udara dan saluran
bawah tanah. Pemilihan konstruksi tersebut didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
alasan teknis yaitu berupa persyaratan teknis, alasan ekonomis, alasan estetika dan alasan
pelayanan yaitu kontinuitas pelayanan sesuai jenis konsumen.
5
Penutup
Tes/Soal:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sistem
2. Sistem Jaringan Tegangan Rendah meliputi sistem pendistribusian tenaga listrik, uraikan
elemen-elemen, parameter-parameter serta variabel yang berada pada sistem
pendistribusian tenaga listrik khususnya pendistribusian tegangan rensah
3. Apa Kegunaan dari transformator pada sistem distribusi
4. Sebutkan elemen-elemen dari sistem pendistribusian tegangan rendah
5. Gambarkan dan jelaskan proses penyaluran energi listrik sampai ke pelanggan
Referensi
6
BAB II
SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH
Pendahuluan
Tiang listrik merupakan salah satu komponen penting pada jaringan distribusi
khususnya pada jaringan tegangan rendah. Tiang Listrik berfungsi sebagai alat
penopang/pemegang kabel hantaran atau saluran, dalam penggunaannya pada jaringan.
Tiang harus ditanam dan untuk dapat menanam tiang listrik ini ada persyaratan-persyaratan
yang harus diikuti dari cara penanaman, jarak aman antar tiang dan kontruksi-kontruksi
tiang. Tiang listrik pada jaringan distribusi digunakan untuk saluran udara (overhead line)
sebagai penyangga kawat penghantar agar penyaluran tenaga listrik ke konsumen atau
pusat-pusat beban dapat disalurkan dengan baik dan benar.
Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) merupakan salah satu sitem pendistribusian
tegangan rendah kepada konsumen dengan menggunakan perlengkapan listrik melalui
saluran udara. Pada kontruksi jaringan tegangan rendah harus diperhatikan lintasan yang
akan dilewati saluran kabel, misalnya pada saat kabel udara melintasi jalan umum, kabel
udara yang dipasang di bawah pekerjaan konstruksi, kabel udara melintasi sungai, dan
lintasan- lintasan lain yang perlu perhatian sehubungan dengan keamanan kabel dan
keselamatan yang berada di sekitar kabel tersebut.
7
mahasiswa akan dapat melakukan pengembangan baik dalam perancangan JTR maupun
dalam pemasangannya.
Penyajian
Tiang Saluran Tegangan Rendah
Pada umumnya tiang listrik yang sekarang digunakan pada SUTR terbuat dari beton
bertulang dan tiang besi. Tiang kayu sudah jarang digunakan karena daya tahannya
(umumnya) relatif pendek dan memerlukan pemeliharaan khusus. Sedang tiang besi jarang
digunakan karena harganya relative mahal dibanding tiang beton, disamping itu
juga memerlukan biaya pemeliharaan rutin. Tiang Untuk konstruksi jaringan SUTR yang
berdiri sendiri dipakai tiang beton atau tiang besi dengan panjang 9 meter. Tiang beton
yang dipakai dari berbagai jenis yang memiliki kekuatan beban kerja (working load)
200daN, 350daN dan 500daN (dengan angka faktor keamanan tiang=2). Batas andongan
pada jaringan tegangan rendah sendiri adalah tidak boleh lebih dari 1m. Pada titik yang
memerlukan pembumian dipakai tiang beton yang dilengkapi dengan terminal
pembumian. Pada dasarnya pemilihan kemampuan mekanis tiang SUTR berlandaskan
kepada empat hal, yaitu:
• Posisi fungsi tiang (tiang awal, tiang tengah, tiang sudut)
• Ukuran penghantar
8
• Jarak andongan
• Tiupan angin
Tiang Besi dipergunakan untuk konstruksi pada lingkungan dimana Tiang Beton tidak
mungkin dipasang. Penggunaan tiang beton H-type tidak direkomendasikan karena tingkat
kesulitan pemasangannya.
9
memakai isolator guy-wire (toei insulator) namun dibumikan bersama-sama penghantar
netral di atas tiang.
Ruang Bebas Hambatan (Right of Way) dan Jarak aman (Safety Distance).
Ruang bebas hambatan pada jaringan tegangan rendah kabel pilin adalah jalur lintas yang
dilalui jaringan tegangan rendah tersebut. Pada jalur lintas tersebut tidak ada penghalang
yang menyebabkan penghantar bersentuhan dengan pohon atau bangunan.
10
Konstruksi Sambungan SUTR dan Sambungan Tenaga Listrik TR di Tiang
Sambungan SUTR dan sambungan tenaga listrik TR harus menggunakan konektor
yang sesuai dengan jenis material penghantarnya. Penyambungan wajib menggunakan
sambungan ciut panas dengan connector press. Ujung bukaan kabel SKTR harus
menggunakan celana kabel ciut panas dan kedap air.
11
Gambar 2.2 Konstruksi tiang penegang / sudut (TR)
12
Gambar 2.4 Kontruksi tiang penyangga silang TR
13
sistem underbuilt tidak perlu menambah tiang jika jarak antara tiang SUTM tidak melebihi
50 meter. Jika harus ditambah satu buah tiang sisipan, ujung atas tiang sisipan sekurang-
kurangnya berjarak 1.2 meter dari penghantar SUTM pada kondisi andongan maksimum.
Pondasi Tiang Pemasangan pondasi (cor beton) tiang pada dasarnya digunakan pada
semua tiang, baik tiang tumpu, tiang awal/akhir atau tiang sudut. Jenis, pondasi dan
ukurannya disesuaikan dengan kondisi/struktur tanah dimana tiang tersebut akan didirikan.
Untuk tepatnya, masalah pondasi sebaiknya dikonsultasikan dengan ahli teknik sipil
(terutama pondasi untuk konstruksi pada daerah tanah lembek, tanah rawa-rawa, tanah
gambut). Pada tanah keras pondasi dipasang untuk tiang dengan ukuran 350 daN, 500
daN, 800 daN. Kedudukan tiang yang diperkuat dengan pondasi bergantung atas jenis
tanah dan kekuatan fisik dari fungsi tiang.
14
Gambar 2.7 Mendirikan tiang menggunakan alat
Gambar 2.8 Pemasangan TC pada jaringan 0o-45o pada tiang beton bulat
15
Gambar 2.9 Pemasangan TC pada jaringan 45o-120o pada tiang beton bulat
16
Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dengan LVTC (Low Voltage Twistad Cable),
saat ini sudah dikembangkan, hal ini untuk mempertinggi keandalan, faktor keamanan dan
lain-lain. Untuk kabel LVTC ini pemasangannya: 1) Dibawah SUTM (Underbuilt). 2) Khusus
LVTC (JTR murni). Spesifikasi kabel LVTC disajikan pada Tabel 2.1.
Pemakaian guy set pada SUTR digunakan type ringan, pada stay set SUTR ini tidak
mempergunakan guy insulator. Spesifikasi material guy set sesuai dengan gambar standar,
sedang kawat baja galvanisnya yang digunakan: 1) Ultimate load 17 kN. 2) Penampang 22
mm2. 3) Material baja
Pada pemasangan Saluran Udara, konduktor harus ditarik tidak terlalu kencang dan
juga tidak boleh terlalu kendor, agar konduktor tidak mengalami kerusakan mekanis
17
maupun kelelahan akibat tarikan dan ayunan, dilain pihak dicapai penghematan pemakaian
konduktor. Dalam pemasangan kabel udara setelah tiang berdiri, sambil menggelar kabel
dari haspel terlebih dahulu dipasang perlengkapan bantu ( klem service), pengikat,
pemegang dan sebagainya. Untuk kabel penghantar berisolasi, bagian yang diikat pada
pemegang di tiang adalah penghantar Nol, baik untuk dua kabel (sistem satu fasa) maupun
empat kabel (sistem tiga fasa). Penarikan kabel dimulai dari salah satu tiang ujung,
kemudian ditarik dengan alat penegang (hand tracker. Setelah tarikan dianggap cukup kuat,
maka pada setiap tiang kabel Nol diikat dengan pemegang yang telah disiapkan.
Sebagaimana diketahui bahwa harga konduktor berkisar 40% dari harga perkilometer
jaringan. Batasan-batasannya adalah sebagai berikut:
1. Tarikan AAAC yang diijinkan maksimum 30% dari tegangan putus (Ultimate tensile
strength).
2. Tarikan Twisted cable yang diijinkan maksimum 35% dari tegangan putus dari kawat
penggantung.
3. Andongan yang terjadi pada SUTR dengan jarak gawang 35-50 meter, tidak boleh lebih
dari 1 meter.
Pada kontruksi jaringan tegangan rendah harus diperhatikan lintasan yang akan
dilewati saluran kabel, misalnya pada saat kabel udara melintasi jalan umum, kabel udara
yang dipasang di bawah pekerjaan konstruksi, kabel udara melintasi sungai, dan lintasan-
lintasan lain yang perlu perhatian sehubungan dengan keamanan kabel dan keselamatan
yang berada di sekitar kabel tersebut. Berikut ini adalah beberapa contoh bentuk saluran
kabel udara yang melewati lokasi tersebut, dan ukuran-ukuran jarak aman terhadap
lingkungan yang tercantum dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakaan tugas
pemasangan kabel.
18
Gambar 2.11 Kabel udara melintasi jalan umum yang dilalui kendaraan bermotor
19
Gambar 2.12 Kabel udara yang dipasang di sepanjang jalan raya
20
Gambar 2.14 Dua Kabel udara (SUTM & SUTR) dipasang pada satu tiang
21
Gambar 3.6 Kabel udara yang melintas di sebelah jembatan
C. Penutup
Tes/Soal:
1. Berapa meter panjang tiang untuk konstruksi jaringan SUTR
2. Berapa kekuatan tiang beton yang dipakai pada jaringan SUTR
3. Berapa meter batas andongan pada jaringan tegangan rendah
4. Pada dasarnya pemilihan kemampuan mekanis tiang SUTR berlandaskan kepada empat
hal, sebutkan dan jelaskan
5. Jelaskan cara pendirian tiang beton
6. Apa yang dimaksud dengan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)
7. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dengan LVTC (Low Voltage Twistad Cable),
saat ini sudah dikembangkan, sebutkan dan jelaskan Accesoreis twisted cable
8. Berapa meter Jarak keamanan H penghantar berisolasi pada SUTR, jelaskan secara
ringkas
9. Bagaimana cara pemasangan kabel udara yang dipasang di sepanjang jalan raya?
10. Bagaimana cara pemasangan kabel udara yang melintasi sungai?
22
Referensi
Gonen T. 1986. Electric Power Distribution System Engineering, Mc Graw-Hill Book
Company. New York (US)
Nagara Adi, 2013. Jaringan Distribusi Tegangan Rendah. Electric Power. Tersedia pada
[http://wasiatewonglistrik.blogspot.com/2013/07/jaringan-distribusi-tegangan-
rendah.html]
Pabla AS, Hadi A. 1991. Sistem Distribusi Daya Listrik. Erlangga. Jakarta.
[PLN 3]. 2010. Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah Tenaga Listrik. Buku 3.
PT.PLN (Persero). Jakarta
Suhadi. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik 2. Depdiknas. Jakarta
Suswanto D. 2009. Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang. Padang.
23
BAB III
SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN RENDAH
Pendahuluan
Jaringan distribusi bawah tanah dewasa ini telah banyak digunakan, terutama untuk
perkotaan atau wilayah tertentu yang menonjolkan unsur estetika. Hal ini disebabkan,
distribusi bawah tanah tersembunyi dibandingkan dengan saluran udara dan lebih handal.
Salah satu dari penggunaan jaringan distribusi bawah tanah adalah untuk jaringan distribusi
perumahan (underground residential distribution = URD). Beberapa fasilitas juga
menggunakan konstruksi jaringan bawah tanah seperti industri dan pusat-pusat layanan
komersial. Penggunaan lain dari saluran bawah tanah seperti jaringan yang melewati
sungai, jalan tol atau pada persilangan saluran transmisi
Materi perkuliahan dengan pokok bahasan saluran bawah tanah tegangan rendah
menjelaskan sistem pemasangan jaringan tegangan rendah dalam tanah yang dapat
digunakan menjadi acuan dalam perencanaan jaringan tegangan rendah khususnya pada
sistem istalasi di dalam tanah.
24
Penyajian
Saluran bawah tanah tegangan rendah adalah Saluran distribusi yang menyalurkan
energi listrik melalui kabel yang ditanam didalam tanah dari gardu Distribusi menuju ke
pusat-pusat beban. Kategori saluran distribusi seperti ini adalah yang favorit untuk
pemasangan di dalam kota, karena berada didalam tanah, maka tidak mengganggu
keindahan kota dan juga tidak mudah terjadi gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi
alam. Namun juga memilik kekurangan, yaitu mahalnya biaya investasi dansulitnya
menentukan titik gangguan dan perbaikannya.
25
Penempatan Kabel pada Galian tanah
Gambar 3.1 sampai dengan 3.6 menunjukkan ukuran lebar dan kedalaman galian dan
persyaratan lain berkaitan dengan pekerjaan penanaman kabel tanah.
26
Gambar 3.3 Peletakan 3 kabel tanah TR
Kabel tanah dilindungi dengan pipa beton digunakan acuan seperti pada Tabel 4.2
Gambar 3.4 Susunan struktur penanaman kabel tanah dan pemasangan kabel tanah
dengan pipa pelindung
27
Gambar 3.5 Peletakan kabel tanah pada tanah galian
Penghantar (Kabel)
Jenis kabel yang digunakan pada pada JTR dengan menggunakan saluran bawah
tanah adalah jenis kabel berpelindung mekanis seperti NYFGbY dengan ukuran penampang
dan KHA pada t=30°C dan kedalaman penggelaran bawah tanah 70 cm seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 4, sedangkan bentuk kabel tanah yang digunakan disajikan pada
Gambar 3.7.
28
Tabel 3.3 Jenis kabel dan KHA pada saluran bawah tanah TR
Gambar 3.7 Kabel NYFGbY yang digunakan pada JTR Saluran Bawah Tanah
Penutup
Tes/Soal:
1. Apa yang dimaksud dengan saluran bawah tanah tegangan rendah
2. Jelasakan secara ringkas cara pemasangan kabel tanah pada JTR
3. Jelaskan keuntungan dan kerugian dalam penggunaan sistem jaringan tegangan rendah
menggunakan sistem SUTR dengan SBT
4. Kabel apa saja yang digunakan pada SBT
5. Jelaskan ukuran penempatan kabel pada SBT
Referensi
Gonen T. 1986. Electric Power Distribution System Engineering. Mc Graw-Hill Book
Company. New York (US)
Pabla AS, Hadi A. 1991. Sistem Distribusi Daya Listrik. Erlangga. Jakarta
[SNI] 2011. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011). Badan Standardisasi
Nasional. Jakarta
Suhadi. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik 2. Depdiknas. Jakarta.
29
BAB IV
SAMBUNGAN LAYANAN TEGANGAN RENDAH
Pendahuluan
Konstruksi Sambungan layanan tegangan rendah dijabarkan dari berbagai tipe
sambungan yang disesuaikan dengan jenis pelanggan PLN. Jenis konstruksi di golongkan
dalam jenis-jenis konstruksi tipe A, Tipe B, Tipe C, tipe D, Tipe E, tipe F dan tipe G.
Konstruksi sambungan menggunakan konstruksi saluran udara mempunyai sejumlah
komponen utama yang harus di pergunakan dan dijelsakan dalam bab ini antara lain:
Penghantar, Sengkang, klem beugel (Fixing Collar), Stainless Steel Strip , Mata Rantai (Link),
Plastic Strap/ Plastic Tie , Klem jepit (Service Wedge Clamp) , Klem Tarik (Strain Clamp) ,
Pipa Galvanis, Kait Pengaman (Strain Hook), Penutup Tiang Atap (Protective Cup) , Pipa
PVC Ф 0.5 inci , Pipa, PVC Konduit (PVC Conduit Pipe), Gasper pengikat (Stopping Buckle),
Papan Alat Pengukur dan Pembatas (APP) , Panel Hubung Bagi (PHB), Plastic/Glass Cover
Transparent, Pemutus Beban Mini (Miniature Circuit Breaker), Joint Sleeve Bimetal ,
Heatshrink and Coldshrink Sleeve , Sadapan dan Terminasi (Connector Tap) , Cable Clamp
dan Cable Lug, Meter kWh, Trafo Arus (CT) dan Trafo Tegangan (PT)
30
Penyajian
Ketentuan umum yang perlu diperhatikan dalam sambungan pelayanan pelanggan,
antara lain adalah jarak aman saluran kabel, jumlah pelanggan pada setiap Sambungan Luar
Pelanggan (SLP). Batasan-batasan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.1
31
Gambar 4.2 Ketentuan umum sambungan luar pelanggan
32
Persyaratan Konstruksi
Konstruksi fisik sambungan melalui saluran udara harus memenuhi dua syarat, yaitu:
1) Mempunyai ruang bebas (RoW). 2) Mempunyai jarak aman (safety distance) yang
cukup dari sekelilingnya. Jarak aman dipertimbangkan berdasarkan pertimbangan
mekanis dan elektris agar penghantar sambungan luar pelayanan tidak terjangkau oleh
tangan manusia.
33
Gambar 4.4 Konstruksi sambungan udara Tipe A untuk rumah ganda
34
Gambar 4.5 Konstruksi sambungan udara Tipe B untuk rumah tunggal
35
Gambar 4.7 Konstruksi sambungan udara Tipe C
36
Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik pada Tiang Melalui Kabel Tanah Tipe E
Konstruksi tipe E menggunakan kabel NYFGbY yang di tarik dari tiang SUTR. Ujung
2
kabel pada tiang harus diterminasi. Sambungan ke jaringan harus memakai bimetal joint
Al-Cu yang di bungkus dengan heathshrink sleeve. Kabel turun ke tanah di beri pelindung
pipa galvani 1 ½ inci sepanjang 2.5 meter di atas tanah dan tiap 1.5 mm diikat dengan
stainlis steel dan link protective plastic tape. Selanjutnya persyaratan konstruksi sama
dengan persyaratan konstruksi kabel bawah tanah. Kabel naik di dalam bangunan di
lindungi dengan pipa Galvanis 1 ½ inci yang diikat pada tembok dengan expanding fixing
collar (dyna bolt fixing collar) sampai ke titik pasang meter kWh.
37
Gambar 4.10 Konstruksi sambungan udara Tipe F
38
Penghantar
Penghantar yang digunakan adalah dari jenis kabel pilin (twisted cable) NFA2X-T
Gambar 4.12 dengan menggunakan ukuran seperti pada Tabel 5.1
39
Sengkang, klem beugel (Fixing Collar)
Komponen sengkang (fixing collar) atau beugel berbentuk bulat di pasang pada tiang
atas, tiang atap, dan penguat pipa pada dinding bangunan. Sebagai pemegang kait service
wedge clamp.
40
Rantai dari besi Galvanis 2.5 x 2.5 cm Mata rantai dari besi Galvanis 2.5 x 5 cm
Gambar 4.15 Link mata rantai
41
Gambar 4.17 Klem jepit (Service Wedge Clamp)
42
sebagai pelindung kabel agar tidak mudah putus. Namun fungsi ini biasanya digunakan
untuk kabel yang berada di luar ruangan, seperti untuk tiang listrik.
43
Tabel 4.2 Tipe strain hook
Tipe Penggunaan
Tipe 1 L100 • Tembus tembok
Tipe 2 L200 • Tembus tembok
Tipe 3 L300 • Tembus tembok atau tiang beton
Tipe 4 • Pemasangan pada plafon atap
Tipe 5 rumah
• Pemasangan pada dak standar
Penggunaan tipe 1, 2 dan 3 disesuaikan dengan konstruksi ketebalan tembok.
44
Penuttup Ujung Pipa (Tule)
Penuttup Ujung Pipa (Tule) berfungsi sebagai penutup ujung pipa Galvanis agar
kabel sambungan pelayanan tidak terluka. Tule terbuat dari bahan stainless agar terhindar
dari karat dan tule terdapat bergai ukuran seperti diperlihatkan pada Gambar 4.22.
45
Pipa PVC Konduit (PVC Conduit Pipe)
Pipa PVC konduit (PVC Conduit Pipe) digunakan sebagai pelindung kabel ke arah
APP atau pelindung kabel pada titik belok, dengan ukuran 3/4 inci, 11/2 inci, dan 2 inci.
Pipa PVC Konduit disajikan pada Gambar 4.24.
46
Papan Alat Pengukur dan Pembatas (APP)
Papan APP adalah merupakan tempat dudukan APP, terbuat dari plat dengan tebal 2
mm. Terdapat dua jenis papan APP:
• Papan APP tipe 1 : Untuk meter kWh Fasa 1
• Papan APP tipe 2 dan 3 : Untuk meter kWh Fasa 3
Pada instalasi kotak APP terpadu tempat dudukan APP sudah menjadi satu kesatuan dengan
APP.
47
Gambar 4.26 Plastic/Glass Cover Transparent
48
Joint Sleeve Bimetal
Joint Sleeve Bimetal digunakan sebelum terminasi kabel sambungan pelayanan pada
terminal meter kWh, mengingat inti kabel terbuat dari alumunium dan terminal kWh
terbuat dari tembaga. Bentuk Joint Sleeve Bimetal disajikan pada Gambar 4.28.
49
Coldshrink sleeve adalah selongsong karet terbuka, yang dibuat terutama dari
elastomer karet dengan sifat fisik berkinerja tinggi, yang telah diperluas pabrik atau
direntangkan sebelumnya, dan dirangkai menjadi inti plastik yang dapat dilepas. Bentuk
Coldshrink sleeve disajikan pada Gambar 4.30.
Material Penunjang
Sejumlah material penunjang yang di pergunakan adalah cable clamp (perangkat
mekanis atau klip yang menetukan rute untuk satu atau lebih kabel sepanjang dinding
bangunan), cable lug (digunakan untuk menghubungkan kabel ke peralatan listrik, kabel,
permukaan, atau mekanisme lain), baut, paku beton dan lain-lain.
50
Cable Clamp (penjepit kabel) Cable Lug
Gambar 4.31 Cable Clamp dan Cable Lug
Meter kWh
Meter kWh atau meter energi adalah alat penghitung pemakaian energi listrik. Meter
kWh atau meter energi terdiri atas 2 jenis: 1) Meter energi Fasa 1 dan 2) Meter energi Fasa
3.
51
Penutup
Tes/Soal:
1. Apa saja Ketentuan-ketentuan Sambungan Pelayanan, jelaskan secara ringkas
2. Jenis konstruksi sambungan pelayanan tenaga listrik digolongkan dalam jenis-jenis
konstruksi tipe A, Tipe B, Tipe C, tipe D, Tipe E, tipe F dan tipe G. sebutkan dan
jelaskan tipe konstruksi tersebut
3. Jelaskan nomenclatur penghantar kabel udara jenis NFA2X-T
4. Jelaskan ukuran luas penampang kabel udara jenis NFA2X-T dalam penggunaan 1 fasa
tunggal dari daya tersambung menggunakan MCB 2 s/d 50 Amper
5. Uraikan tipe strain hook dalam penggunaannya pada Jaringan Tegangan Rendah
Referensi
Gonen T. 1986. Electric Power Distribution System Engineering. Mc Graw-Hill Book Company.
New York (US)
Pabla AS, Hadi A. 1991. Sistem Distribusi Daya Listrik. Erlangga. Jakarta
[PLN 2]. 2010. Standar Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik. Buku 2. PT.PLN (Persero).
Jakarta
Suhadi. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik 2. Depdiknas. Jakarta.
52
BAB V
PERENCANAAN TEKNIS PERLUASAN JARINGAN
TEGANGAN RENDAH
Pendahuluan
Sistem Distribusi Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga
listrik pada tegangan distribusi dibawah 1.000 Volt yang langsung memasok kebutuhan
listrik tegangan rendah kepada para pelanggan/konsumen tegangan rendah. Jaringan
distribusi tegangan rendah dimulai dari sumber yang disebut gardu distribusi mulai dari
panel hubung bagi tegangan rendah yang selanjutnya didistribusikan kepada pelanggan.
Sistem pendistribusian energi listrik dari sisi sekunder pada trafo distribusi sampai kepada
pelanggan perlu direncanakan dengan baik dan benar sehingga materi kuliah ini sangat
diperlukan agar para mahasiswa mampu merencanakan secara teknis jaringan distribusi
tegangan rendah.
53
Penyajian
Membuat perencanaan teknis perluasan jaringan distribusi tegangan rendah
Dalam perencanaan teknis perluasan jaringan distribusi tegangan rendah prosedur
utama yang harus dilakukan adalah: 1) Menentukan titik-titik beban dengan cara mengukur
luas area untuk menentukan panjang jaringan dan mengukur jarak antar pelanggan. 2)
Menentukan kebutuhan daya dengan cara memperoleh data beban pada setiap pelanggan
(Golongan Tarif). 3) Menentukkan sumber energi listrik yang akan digunakan, apakah
melalui gardu distribusi atau melalui pembangkit tenaga listrik yang terdekat. 4) Menetukan
jenis tiang listrik yang akan digunakan. 5) Menentukan panjang kabel, luas penampang
kabel dan jenis bahan konduktor yang dibutuhkan. Pada pembelajaran bab ini membahas
perencanaan energi listrik yang didistribusikan melalui gardu distribusi 20 KV saluran udara,
Gardu Distribusi
Gardu listrik pada dasarnya adalah rangkaian dari suatu perlengkapan hubung bagi
yaitu PHB tegangan menengah dan PHB tegangan rendah. Masing-masing dilengkapi
gawai-gawai kendali dengan komponen proteksinya. Jenis-jenis gardu listrik atau gardu
distribusi didesain berdasarkan maksud dan tujuan penggunaannya sesuai dengan peraturan
Pemda setempat, yaitu: 1) Gardu Distribusi konstruksi beton (Gardu Beton). 2) Gardu
Distribusi konstruksi metal clad (Gardu besi), G3a) Gardu Distribusi tipe tiang portal. 3b)
Distribusi tipe tiang cantol (Gardu Tiang) dan 4a) Gardu Distribusi mobil tipe kios, 4b)
Gardu Distribusi mobil tipe trailer (Gardu Mobil).
Komponen-komponen gardu distribusi: a) PHB sisi tegangan rendah. b) PHB pemisah
saklar daya). c) PHB pengaman transformator). d) PHB sisi tegangan rendah; e) Pengaman
tegangan rendah. f) Sistem pembumian. g) alat-alat indikator. Instalasi perlengkapan
hubung bagi tegangan rendah berupa PHB TR atau rak TR terdiri atas 3 bagian, yaitu: 1)
Sirkit masuk + sakelar. 2) Rel pembagi. 3) Sirkit keluar + pengaman lebur maksimum 8 sirkit
Spesifikasi mengikuti kapasitas transformator distribusi yang dipakai.
Instalasi kabel daya dan kabel kontrol, yaitu KHA kabel daya antara kubikel ke
transformator minimal 125 % arus beban nominal transformator. Pada beban konstruksi
memakai kubikel TM single core Cu: 3 x 1 x 25 mm2 atau 3x1x35mm2. Antara transformator
54
dengan Rak TR memakai kabel daya dengan KHA 125 % arus nominal. Pada beberapa
instalasi memakai kabel inti tunggal masing-masing kabel perfasa, Cu 2 x 3 x 1 x 240 mm2
+ 1 x 240 mm2. Single Line Diagram (SLD) gardu distribusi disajikan pada Gambar 5.1.
55
dinding atau ruangan tertentu setelah APP ditempat pelanggan tersebut. Menurut tipenya
PHB di kelompokkan menjadi 2 tipe yaitu tipe tertutup dan tipe terbuka. PHB dengan tipe
tertutup yaitu apabila seluruh komponen PHB berada disuatu tempat yang tertutup oleh
selungkup/pelindung mekanis maupun pelindung elektris. PHB tipe terbuka yaitu PHB yang
semua peralatan atau komponennya berada diluar dan tampak secara kasar mata dan
dilengkapi dengan pagar maupun peralatan isolasi guna melindungi dari bahaya mekanis
dan elektrisnya.
Fungsi atau kegunaan PHB TR adalah sebagai penghubung dan pembagi atau
pendistribusian tenaga listrik dari out put trafo sisi tegangan rendah TR ke Rel pembagi dan
diteruskan ke Jaringan Tegangan Rendah (JTR) melalui kabel jurusan (Opstyg Cable) yang
diamankan oleh NH Fuse jurusan masing-masing. Untuk kepentingan efisiensi dan
penekanan susut jaringan (loses) saat ini banyak unit PLN yang mengambil kebijaksanaan
untuk melepas atau tidak memfungsikan rangkaian pengukuran maupun rangkaian
kontrolnya, hal ini dimaksudkan agar tidak banyak energi listrik yang mengalir ke alat ukur
maupun kontrol terbuang untuk keperluan kontrol dan pengukuran secara terus menerus,
sedangkan untuk mengetahui besarnya beban maupun tegangan, dilakukan pengukuran
pada saat di perlukan saja dan bisa menggunakan peralatan ukur portable seperti AVO atau
Tang Ampere saja. Menurut Konstruksinya PHB TR dibagi menjadi 2 (dua) macam
konstruksi yaitu: 1) Konstruksi PHB TR 2 Jurusan. 2. Konstruksi PHB TR 4 Jurusan seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 5.1, sedangkan salah satu contoh pemasangan PHB pada
gardu distribusi disajikan pada Gambar 5.2.
56
Gambar 5.2 Konstruksi PHB TR
Menentukan titik-titik beban, kebutuhan daya dan sumber energi yang digunakan
Titik beban ditentukan dengan cara mengukur luas area untuk menentukan panjang
jaringan dan mengukur jarak antar pelanggan. Sebagai contoh hasil survey redesain sistem
57
distribusi tegangan rendah perumahan BTN Kolhua. Gardu terletak di Perumahan BTN
Kolhua Blok VA, Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang NTT seperti
diperlihatkan pada Gambar 5.4. Dengan demikian dari lokasi gardu distribusi tersebut mulai
dilakukan pengukuran titik-titik beban yang akan menerima supply energi listrik sesuai
dengan jenis tarif pelanggan yang direncanakan. Kebutuhan daya diperoleh dari data
pelanggan yang mendapatkan supply energi listrik.
Gambar 5.4 Titik beban berada di lokasi Gardu Distrbusi KT 75 sebagai sumber energi
listrik yang akan didistribusikan ke pelanggan
58
Gambar 5.5 Gardu distribusi KT 175 BTN Kolhua
59
Gsmbar 5.6 Monogram jaringan distribusi tegangan rendah
60
Desain Konstruksi 3 Fasa dengan Kabel Pilin (twisted cable)
Penghantar kabel twisted ditumpu pada tiang dengan konstruksi Dead End (DE),
Adjustable Dead End (ADE) dan suspension (SS) yang penggunaannya disesuaikan dengan
bentuk lintasan jaringan. Kedua konstruksi tersebut dipasang di atas tiang, dikenal dengan
istilah konstruksi atas tiang (pole top construction). Bentuk lintasan jaringan adalah lurus,
sudut, dan akhir, sehingga tiang pada lintasan tersebut diberi nama sesuai fungsinya:
• Tiang awal / akhir / ujung
• Tiang tengah / penumpu
• Tiang sudut dengan sudut kecil (α < 300) dan sudut besar α > 300.
• Tiang Peregang
• Tiang seksi
Pemakaian DE dan SS disesuaikan dengan fungsi tiang pada jaringan tersebut
Fungsi Konstruksi Fixed Dead End (FDE) dan Adjestable adead end (ADE)
Konstruksi Fixed Dead End mengikat penghantar netral. Kabel Pilin dengan
komponen pokok klem jepit (strain clamp) dan klem tarik (tension bracket). Beban
Kerja (Working load) untuk strain clamp tidak kurang dari 1500 daN dan untuk tension
bracket tidak kurang dari 2200 daN gaya horizontal.
Jenis Penghantar
Penghantar yang dipergunakan adalah jenis penghantar kabel pilin (NFAAX–T)
dengan penghantar inti/fasa Alumunium murni dan Almelec sebagai penghantar netral yang
sekaligus sebagai penggantung (messenger). Ukuran kabel untuk kabel Fasa: 35 mm2, 50
61
mm2, 70 mm2 (Alumunium murni), dan untuk Netral 54.6 mm2 (Almelec = Allumunium
Alloy). Penghantar netral mempunyai breaking load maksimal 1755 daN. Jenis konstruksi
pada tiang jaringan distribusi tegangan rendah disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Jenis konstruksi pada tiang jaringan distribusi tegangan rendah
Penghantar Netral dibumikan pada tiap‐tiap 200-meter atau 5 gawang (jarak antar gawang
rata‐rata 40 meter). Titik Pembumian dapat berupa:
• Pembumian pertama pada tiang kedua setelah tiang awal (pada gardu portal & gardu
cantol).
• Pembumian pertama pada tiang pertama pada gardu tembok/beton (dapat berfungsi
sebagai pembumian titik netral transformator).
• Pembumian terakhir pada 1(satu) tiang sebelum tiang ujung
Ikatan atau sadapan penghantar pembumian memakai tap konektor jenis kompresi,
penghantar pembumian ini adalah penghantar Alumunium Untuk ikatan dengan terminal
pembumian harus memakai sepatu kabel jenis bimetal. Penghantar diberi lapisan timah
sebelum pengencangan sepatu kabel dengan terminal pembumian pada tiang Jika fasilitas
konstruksi pembumian tidak terdapat pada tiang, maka dipakai penghantar pembumian
tersendiri dari tembaga ukuran 35 mm2, 3 meter di atas tanah dilindungi dengan pipa
62
galvanis 3/4 inchi. Ikatan dengan penghantar netral harus menggunakan ikatan bimetal.
Elektroda pembumian ditanam minimal 20 cm di bawah tanah dan berjarak 30 cm dari
tiang. Ikatan penghantar pembumian dengan elektroda pembumian wajib memakai sepatu
kabel dan dilapisi bahan anti karat. Nilai tahanan pembumian tidak melebihi 10 Ohm, jika
tidak terpenuhi harus dilakukan penggandaan elektroda pembumian dengan jarak antar
elektroda minimal 2.5 meter.
63
Tabel 5.2 Jarak aman saluran udara kabel pilin terhadap lingkungan
64
Kebutuhan Daya
Sebagai contoh berdasarkan data yang diperoleh pada hasil survey redesain sistem
distribusi tegangan rendah perumahan BTN Kolhua Blok VA, Kelurahan Kolhua, Kecamatan
Maulafa, Kota Kupang NTT terdapat pelanggan perumahan R1 450 VA s/d 1300 VA
sebanyak 50 pelanggan sedangkan pelanggan R1 2.200 VA terdiri dari 15 pelanggan,
sementara pelanggan R2, R3, B2, B3, I3, I4, P1 dan P2 tidak ada. Sehingga total kebutuhan
daya pada Blok VA BTN Kolhua berjumlah 88.250 VA (88 KVA) seperti disajikan pada
Tabel 6.3.
65
Tabel 5.4 Rencana teknis kebutuhan bahan utama pada JTR
No Uraian Jumlah Satuan
1 Panjang Jaringan 760 m
2 Jarak antar tiang 40 m
3 Tiang besi 9 m 19 Tiang
4 Tiang besi 12 m 2 Tiang
5 Andongan 5 %
6 Kebutuhan kabel gawang 21 m
7 Kabel TIC 35 mm2 = 42*19 798 m
8 Kabel TIC (SR) 10 mm2 200 m
Twisted Insulated Conduktor (TIC) NFAAX–T
Penutup
Tes/Soal:
1. Dalam perencanaan teknis perluasan jaringan distribusi tegangan rendah, jelaskan
prosedur utama yang harus dilakukan
2. Sebutkan dan jelaskan komponen-komponen listrik yang ada pada gardu distribusi
3. Gambarkan dan jelaskan monogram gardu distribusi
4. Apa yang dimaksud dengan Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) dan Kendali, jelaskan
secara ringkas
5. Gambarkan salah satu contoh monogram jaringan distribusi tegangan rendah saluran
udara dan berikan penjelasan gambar tersebut
Referensi
Gonen T. 1986. Electric Power Distribution System Engineering. Mc Graw-Hill Book Company.
New York (US):
Pabla AS, Hadi A. 1991. Sistem Distribusi Daya Listrik. Erlangga. Jakarta
[PLN 1]. 2010. Kriteria Desain Enjinering Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik. Buku 1.
PT.PLN (Persero). Jakarta
[PLN 4]. 2010. Standar Konstruksi Gardu Disribusi dan Gardu Hubung Tenaga Listrik. Buku
4. PT.PLN (Persero). Jakarta
Suswanto D. 2009. Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang. Padang.
66
67