Anda di halaman 1dari 73

BUKU AJAR

JARINGAN TEGANGAN RENDAH

Rusman Sinaga
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
JURUSAN TEKIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2022
KATA PENGANTAR

Buku Ajar Jaringan Tegangan Rendah merupakan buku yang berisi bahan
pengajaran matakuliah Jaringan Tegangan Rendah pada program studi Teknik
Listrik dan Teknik Instalasi Listrik. Penyajian buku ini disederhanakan sedemikian
rupa sehingga para mahasiswa akan mudah mengerti setiap pembahasan materi
yang disajikan. Semua materi kuliah yang disajikan dalam buku ajar ini diberikan
pada semester tiga dan pada prinsipnya membahas Jaringan Tegangan Rendah
secara komprehensif.
Hasil Belajar Mata Kuliah ini mengharapkan mahasiswa memiliki
kemampuan: 1) mengidentifikasi masing-masing elemen, variabel maupun
paramater pada sistem jaringan tegangan rendah. 2) Dalam melakukan identifikasi
sistem jaringan tegangan rendah, mahasiswa diharapkan mampu memilih sistem
jaringan tegangan rendah yang paling efesien, ekonomis dan ramah lingkungan
dengan membuat perbandingan terhadap sistem setera yang telah ada. 3)
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep teoritis dari sistem jaringan tegangan
rendah secara umum maupun secara spesifik untuk setiap sistem jaringan tegangan
rendah yang dipelajari. Penjelasan tersebut dapat disampaikan secara lisan dan juga
tertulis dalam dokumen yang sistematis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah.
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan buku ajar ini. Kiranya Buku Ajar ini bermanfaat
bagi kita semua.

Kupang, 5 September 2022


Penulis,

Rusman Sinaga

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL v

BAB I SISTEM JARINGAN TEGANGAN RENDAH 1


BAB II SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH 7
BAB III SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN RENDAH 24
BAB IV SAMBUNGAN LAYANAN TEGANGAN RENDAH 30
BAB V PERENCANAAN TEKNIS JARINGAN TEGANGAN RENDAH 53

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar
1.1 Sistem pendistribusian tenaga listrik 2
1.2 Diagram garis sistem tenaga listrik 3
1.3 Sistem pendistribusian langsung dan tak langsung 4
1.4 Tiang penyangga jaringan distribusi primer 20 KV 4
2.1 Kontruksi tiang penyangga (TR) 11
2.2 Konstruksi tiang penegang / sudut (TR) 12
2.3 Kontruksi tiang awal/akhir (TR) 12
2.4 Kontruksi tiang penyangga silang TR 13
2.5 Kontruksi tiang penyangga dan sudut silang 13
2.6 Mendirikan tiang beton secara manual 14
2.7 Mendirikan tiang menggunakan alat 15
2.8 Pemasangan TC pada jaringan 0o-45o pada tiang beton bulat 15
2.9 Pemasangan TC pada jaringan 45o-120o pada tiang beton bulat 16
2.10 Hasil survei pemasangan tiang SUTR di Alak Kupang 16
2.11 Kabel udara melintasi jalan umum yang dilalui kendaraan bermotor 16
2.12 Kabel udara yang dipasang di sepanjang jalan raya 20
2.13 Kabel udara yang dipasang di bawah pekerjaan konstruksi 20
2.14 Dua Kabel udara (SUTM & SUTR) dipasang pada satu tiang 21
2.15 Kabel udara melintasi sungai 21
2.16 Kabel udara yang melintas di sebelah jembatan 22
4.1 Peletakan 1 kabel tanah TR 26
4.2 Peletakan 2 kabel tanah TR 26
4.3 Peletakan 3 kabel tanah TR 27
4.4 Susunan struktur penanaman kabel tanah dan pemasangan kabel 27
4.5 Peletakan kabel tanah pada tanah galian 28
4.6 Ukuran penempatan kabel tanah 1 dan 2 kabel 28
4.7 Kabel NYFGbY yang digunakan pada JTR Saluran Bawah Tanah 29
5.1 Ketentuan umum sambungan pelanggan 31
5.2 Ketentuan umum sambungan luar pelanggan 32
5.3 Konstruksi sambungan udara Tipe A untuk rumah tinggal 33
5.4 Konstruksi sambungan udara Tipe A untuk rumah ganda 34
5.5 Konstruksi sambungan udara Tipe B untuk rumah tunggal 35
5.6 Konstruksi sambungan udara Tipe B untuk rumah seri 36
5.7 Konstruksi sambungan udara Tipe C 36
5.8 Konstruksi sambungan udara Tipe D 36
5.9 Konstruksi sambungan udara Tipe E 37
5.10 Konstruksi sambungan udara Tipe F 38
5.11 Konstruksi sambungan udara Tipe G 38
5.12 Kabel NFA2X-T 39

iii
5.13 Sengkang (fixing collar) 40
5.14 Stainless steel strip veer impex 40
5.15 Link mata rantai 41
5.16 Plastic Strap/ Plastic Tie 41
5.17 Klem jepit (Service Wedge Clamp) 42
5.18 Klem tarik (Strain Clamp) 42
5.19 Pipa Galvanis 43
5.20 Kait pengaman (Strain Hook) 43
5.21 Penutup tiang atap (protective cup) 44
5.22 Penutup ujung pipa (Tule) 45
5.23 Pipa PVC Ф 0.5 inci 45
5.24 Pipa PVC konduit 46
5.25 Stopping Buckle 46
5.26 Plastic/Glass Cover Transparent 48
5.27 Miniature Circuit Breaker (MCB) 48
5.28 Joint Sleeve Bimetal 49
5.29 Heatshrink Sleeve 49
5.30 Coldshrink sleeve 50
5.31 Cable Clamp dan Cable Lug 51
5.1 Monogram gardu distribusi 55
5.2 Konstruksi PHB TR 57
5.3 Pemasangan PHB pada gardu distribusi 57
5.4 Titik beban berada di lokasi Gardu Distrbusi KT 75 58
5.5 Gardu distribusi KT 175 BTN Kolhua 59
5.6 Monogram jaringan distribusi tegangan rendah 60

iv
DAFTAR TABEL

Tabel
2.1 Spesifikasi kabel LVTC 17
3.1 Acuan penarikan kabel bawah tanah 27
3.2 Ukuran galian tanah untuk beberapa pipa beton 27
3.3 Jenis kabel dan KHA pada saluran bawah tanah TR 28
4.1 Penghantar Kabel Udara Jenis NFA2X-T 39
4.2 Tipe strain hook 44
5.1 Jenis konstruksi pada tiang jaringan distribusi tegangan rendah 62
5.2 Jarak aman saluran udara kabel pilin terhadap lingkungan 64
5.3 Kebutuhan daya pada Blok VA BTN Kolhua Kupang 65
5.4 Rencana teknis kebutuhan bahan utama pada JTR 66

v
BAB I
SISTEM JARINGAN TEGANGAN RENDAH

Pendahuluan
Awal dari perkuliahan Jaringan Tegangan Rendah terlebih dahulu harus mengetahui
sistem. Sistem adalah elemen-elemen, parameter-parameter dan atau variabel-variabel yang
saling berhubungan antara satu dengan yang lain untuk suatu tujuan tertentu.
Materi perkuliahan dengan pokok bahasan Sistem Jaringan Tegangan Rendah
menjelaskan gambaran elemen-elemen, parameter-parameter dan atau variabel-variabel
yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain, sehingga para mahasiswa
mendapatkan bayangan dimana dan bagaimana sistem tersebut bekerja sehingga energi
listrik melalui jaringan tegangan rendah dapat tersalurkan dengan baik dan benar.

Relevansi dengan Pengetahuan Mahasiswa


Untuk bekerja di perusahaan, baik perusahaan milik negara maupun swasta dan atau
berwirausaha mahasiswa memiliki kemampuan mengidentifikasi masing-masing elemen-
elemen, variabel-variabel maupun paramater-parameter penting yang saling berinteraksi
sehingga sistem jaringan tegangan rendah dapat berfungsi sesuai dengan tujuannya untuk
menyalurkan energi listrik sampai kepada pelanggan.

Kemampuan Akhir yang Diharapkan


Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan Sistem
Jaringan Tegangan Rendah dengan interaksi masing-masing elemen-elemen, variabel-
variabel dan parameter-parameter penting pada Jaringan tegangan rendah untuk suatu
tujuan yaitu menyalurkan energi listrik ke pelanggan dengan baik dan benar.

Penyajian
Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke konsumen (beban),
merupakan hal penting untuk dipelajari. Mengingat penyaluran tenaga listrik ini, prosesnya

1
melalui beberapa tahap, yaitu dari pembangkit tenaga listrik penghasil energi listrik,
disalurankan ke jaringan transmisi (SUTET) langsung ke gardu induk. Dari gardu induk
tenaga listrik disalurkan ke jaringan distribusi primer (SUTM), dan melalui gardu distribusi
langsung ke jaringan distribusi sekuder (SUTR), tenaga listrik dialirkan ke konsumen.
Dengan demikian sistem distribusi tenaga listrik berfungsi membagikan tenaga listrik kepada
pihak pemakai melalui jaringan tegangan rendah (SUTR), sedangkan suatu saluran transmisi
berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik bertegangan ekstra tinggi ke pusat-pusat beban
dalam daya yang besar (melalui jaringan distribusi). Pada Gambar 1.1 dapat dilihat, bahwa
tenaga listrik yang dihasilkan dan dikirimkan ke konsumen melalui Pusat Pembangkit
Tenaga Listrik, Gardu Induk, Saluran Transmisi, Gardu Induk, Saluran Distribusi, dan
kemudian ke beban (konsumen tenaga listrik).

Gambar 1.1 Sistem pendistribusian tenaga listrik

Sistem pembangkit (generation plant) terdiri dari satu atau lebih unit pembangkit yang
akan mengkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik dan harus mampu
menghasilkan daya listrik yang cukup sesuai kebutuhan konsumen. Sistem transmisi
berfungsi mentransfer energi listrik dari unit-unit pembangkitan di berbagai lokasi dengan
jarak yang jauh ke sistem distribusi, sedangkan sistem distribusi berfungsi untuk
menghantarkan energi listrik ke konsumen, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2.

2
Gambar 1.2 Diagram garis sistem tenaga listrik

Sistem jaringan tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik dari pembangkit tenaga
listrik (power station) hingga sampai kepada konsumen (pemakai) pada tingkat tegangan
yang diperlukan. Sistem tenaga listrik ini terdiri dari unit pembangkit, unit transmisi dan
unit distribusi. Sistem pendistribusian tenaga listrik dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu sistem pendistribusian langsung dan sistem pendistribusian tak langsung.

Sistem Pendistribusian Langsung


Sistem pendistribusian langsung merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang
dilakukan secara langsung dari Pusat Pembangkit Tenaga Listrik, dan tidak melalui jaringan
transmisi terlebih dahulu. Sistem pendistribusian langsung ini digunakan jika Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik berada tidak jauh dari pusat-pusat beban, biasanya terletak
daerah pelayanan beban atau dipinggiran Kota.

Sistem Pendistribusian Tak Langsung


Sistem pendistribusian tak langsung merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang
dilakukan jika Pusat Pembangkit Tenaga Listrik jauh dari pusat-pusat beban, sehingga untuk
penyaluran tenaga listrik memerlukan jaringan transmisi sebagai jaringan perantara sebelum
dihubungkan dengan jaringan distribusi yang langsung menyalurkan tenaga listrik ke
konsumen. Sistem pendistribusian langsung dan tak langsung disajikan pada Gambar 1.3.

3
Gambar 1.3 Sistem pendistribusian langsung dan tak langsung

Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrik dari Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik ke konsumen untuk sistem pendistribusian langsung. Sedangkan
untuk sistem pendistribusian tak langsung merupakan tahap berikutnya dari jaringan
transmisi dalam upaya menyalurkan tenaga listrik ke konsumen. Jaringan distribusi primer
atau Jaringan Distribusi Tegangan Tinggi (JDTT) memiliki tegangan sistem sebesar 20 kV.
Untuk wilayah kota tegangan diatas 20 kV tidak diperkenankan, mengingat pada tegangan
30 kV akan terjadi gejala-gejala korona yang dapat mengganggu frekuensi radio, TV,
telekomunikasi, dan telepon.

4
Gambar 1.4 Tiang penyangga jaringan distribusi primer 20 KV

Sifat pelayanan sistem distribusi sangat luas dan komplek, karena konsumen yang
harus dilayani mempunyai lokasi dan karaktristik yang berbeda. Sistem distribusi harus
dapat melayani konsumen yang terkonsentrasi di kota, pinggiran kota dan konsumen di
daerah terpencil. Sedangkan dari karaktristiknya ada konsumen perumahan dan konsumen
dunia industri. Sistem konstruksi saluran distribusi terdiri dari saluran udara dan saluran
bawah tanah. Pemilihan konstruksi tersebut didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
alasan teknis yaitu berupa persyaratan teknis, alasan ekonomis, alasan estetika dan alasan
pelayanan yaitu kontinuitas pelayanan sesuai jenis konsumen.

5
Penutup
Tes/Soal:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sistem
2. Sistem Jaringan Tegangan Rendah meliputi sistem pendistribusian tenaga listrik, uraikan
elemen-elemen, parameter-parameter serta variabel yang berada pada sistem
pendistribusian tenaga listrik khususnya pendistribusian tegangan rensah
3. Apa Kegunaan dari transformator pada sistem distribusi
4. Sebutkan elemen-elemen dari sistem pendistribusian tegangan rendah
5. Gambarkan dan jelaskan proses penyaluran energi listrik sampai ke pelanggan

Referensi

Gonen T. 1986. Electric Power Distribution System Engineering, Mc Graw-Hill Book


Company. New York (US)
Pabla AS, Hadi A. 1991. Sistem Distribusi Daya Listrik. Erlangga. Jakarta
Suswanto D. 2009. Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang. Padang
Zuhal, 2000, Dasar Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

6
BAB II
SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH

Pendahuluan
Tiang listrik merupakan salah satu komponen penting pada jaringan distribusi
khususnya pada jaringan tegangan rendah. Tiang Listrik berfungsi sebagai alat
penopang/pemegang kabel hantaran atau saluran, dalam penggunaannya pada jaringan.
Tiang harus ditanam dan untuk dapat menanam tiang listrik ini ada persyaratan-persyaratan
yang harus diikuti dari cara penanaman, jarak aman antar tiang dan kontruksi-kontruksi
tiang. Tiang listrik pada jaringan distribusi digunakan untuk saluran udara (overhead line)
sebagai penyangga kawat penghantar agar penyaluran tenaga listrik ke konsumen atau
pusat-pusat beban dapat disalurkan dengan baik dan benar.
Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) merupakan salah satu sitem pendistribusian
tegangan rendah kepada konsumen dengan menggunakan perlengkapan listrik melalui
saluran udara. Pada kontruksi jaringan tegangan rendah harus diperhatikan lintasan yang
akan dilewati saluran kabel, misalnya pada saat kabel udara melintasi jalan umum, kabel
udara yang dipasang di bawah pekerjaan konstruksi, kabel udara melintasi sungai, dan
lintasan- lintasan lain yang perlu perhatian sehubungan dengan keamanan kabel dan
keselamatan yang berada di sekitar kabel tersebut.

Relevansi dengan Pengetahuan Mahasiswa


Untuk bekerja di perusahaan, baik perusahaan milik negara maupun swasta dan atau
berwirausaha membuka sebuah konsultan perencana khususnya di bidang Instalasi Listrik
maka para mahasiswa harus mampu menentukan tiang listrik yang digunakan pada JTR
dan mengetahui cara pemasangannya. Dengan demikian pada mahasiswa dengan beberapa
contoh gambar yang ada akan dapat melakukan pengembangan baik dalam perancangan
JTR maupun dalam pemasangannya.
Para mahasiswa juga diharapkan memahami kontruksi jaringan tegangan rendah
dengan memperhatikan lintasan yang akan dilewati saluran kabel. Dengan demikian para

7
mahasiswa akan dapat melakukan pengembangan baik dalam perancangan JTR maupun
dalam pemasangannya.

Kemampuan Akhir yang Diharapkan


Setelah mempelajari materi kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menentukan
tiang listrik yang digunakan pada JTR dan mengetahui teknik pemasangannya. Diharapkan
mahasiswa juga mampu merencanakan kontruksi jaringan tegangan rendah dengan
memperhatikan lintasan yang akan dilewati saluran kabel, misalnya pada saat kabel udara
melintasi jalan umum, kabel udara yang dipasang di bawah pekerjaan konstruksi, kabel
udara melintasi sungai, dan lintasan- lintasan lain yang perlu perhatian sehubungan dengan
keamanan kabel dan keselamatan yang berada di sekitar kabel tersebut. Dengan demikian
materi kuliah ini diharapkan bisa menjadi dasar mahasiswa dalam melaksanakan
pengawasan dan atau perencanaan jaringan tegangan rendah.

Penyajian
Tiang Saluran Tegangan Rendah
Pada umumnya tiang listrik yang sekarang digunakan pada SUTR terbuat dari beton
bertulang dan tiang besi. Tiang kayu sudah jarang digunakan karena daya tahannya
(umumnya) relatif pendek dan memerlukan pemeliharaan khusus. Sedang tiang besi jarang
digunakan karena harganya relative mahal dibanding tiang beton, disamping itu
juga memerlukan biaya pemeliharaan rutin. Tiang Untuk konstruksi jaringan SUTR yang
berdiri sendiri dipakai tiang beton atau tiang besi dengan panjang 9 meter. Tiang beton
yang dipakai dari berbagai jenis yang memiliki kekuatan beban kerja (working load)
200daN, 350daN dan 500daN (dengan angka faktor keamanan tiang=2). Batas andongan
pada jaringan tegangan rendah sendiri adalah tidak boleh lebih dari 1m. Pada titik yang
memerlukan pembumian dipakai tiang beton yang dilengkapi dengan terminal
pembumian. Pada dasarnya pemilihan kemampuan mekanis tiang SUTR berlandaskan
kepada empat hal, yaitu:
• Posisi fungsi tiang (tiang awal, tiang tengah, tiang sudut)
• Ukuran penghantar

8
• Jarak andongan
• Tiupan angin
Tiang Besi dipergunakan untuk konstruksi pada lingkungan dimana Tiang Beton tidak
mungkin dipasang. Penggunaan tiang beton H-type tidak direkomendasikan karena tingkat
kesulitan pemasangannya.

Konstruksi Bagian Atas


Konstruksi bagian atas dimana penghantar bertumpu (pole top construction)
dibedakan berdasarkan fungsi tiang. Demikian pula jenis material pendukung utamanya,
antara lain strain clamp, suspension clamp. Bagian penghantar saluran udara kabel pilin
yang diikat atau digantung adalah penghantar netralnya yang terbuat dari alumunium
alloy. Penghantar fasa yang terbuat dari alumunium tidak memikul beban mekanis kecuali
beratnya sendiri. Jika kabel terurai, harus diperbaiki kembali dengan jarak puntiran (pitch)
tidak lebih dari 60 cm atau diikat dengan plastic-strap.

Jarak Antara Tiang atau Gawang


Jarak antar tiang pada SUTR tidak melebihi dari 50 meter. Tiang yang dipakai adalah
tiang dengan kekuatan/beban kerja (working load) sebesar 200 daN, 350 daN, 500 daN
dengan faktor keamanan 2 (breaking load = 2 x working load). Pemilihan jenis beban kerja
tiang disesuaikan dengan fungsi tiang (tiang tengah, tiang awal/ujung, tiang sudut, tiang
peregang) dan berdasarkan pengaruh gaya-gaya mekanis maksimum pada tiang tersebut.

Penyangga Tiang (Pole Support)


Untuk menambah kemampuan beban kerja tiang atau mengurangi penggunaan tiang
dengan beban kerja besar, dipakai penyangga tiang pada tiang-tiang dengan beban kerja
dasar (200 daN). Penyangga tiang dapat berupa topang tarik (guy wire) atau topang tekan
(strut pole) dengan sudut miring penyangga tidak melebihi 60º. Jika tidak memungkinkan,
dapat menggunakan variasi penyangga. Penyangga tiang tidak digunakan pada tiang awal
jaringan. Mengingat beratnya tiang beton, maka tiang ini tidak dipakai sebagai topang
tekan (Strut Pole). Pada system multiground common netral, konstruksi topang tarik tidak

9
memakai isolator guy-wire (toei insulator) namun dibumikan bersama-sama penghantar
netral di atas tiang.

Ruang Bebas Hambatan (Right of Way) dan Jarak aman (Safety Distance).
Ruang bebas hambatan pada jaringan tegangan rendah kabel pilin adalah jalur lintas yang
dilalui jaringan tegangan rendah tersebut. Pada jalur lintas tersebut tidak ada penghalang
yang menyebabkan penghantar bersentuhan dengan pohon atau bangunan.

Beban Mekanis Tiang


Beban mekanis akibat berat penghantar, pengaruh tiupan angin dan beban-beban
mekanis lainnya perlu diperhitungkan khususnya pada tiang awal, tiang sudut dan tiang
akhir. Jumlah total beban gaya mekanis pada tiang tidak boleh melebihi beban kerja tiang.
Jika melebihi, maka perlu dipasang konstruksi topang (guy wire, strut pole).

Konstruksi Jalur Ganda JTR dan Underbuilt TM-TR


Pada satu jalur yang sama dapat dikonstruksi lebih dari 1 saluran udara. Jarak antar
saluran tidak kurang dari 30 cm untuk jaringan kabel pilin (twisted cable) dan 60 cm untuk
penghantar tak berisolasi.
Jika jaringan udara tegangan rendah (SUTR) berada di bawah jalur yang sama dengan
jaringan udara tegangan menengah A3C dan melintasi pohon, penghantar SUTR tidak
boleh menyentuh dahan pohon.
Pada konstruksi saluran udara dibawah jaringan tegangan menengah (underbuilt), jarak
antar penghantar tegangan rendah dan tegangan menengah tidak kurang dari 1.2 meter.

Konstruksi JTR campuran


Penempatan jaringan telematika dan PJU harus pada sisi tiang yang berlainan dengan
JTR. Jarak antara jaringan tegangan rendah dengan jaring Telekomunikasi tidak kurang dari
100cm direlokasikan hanya ada satu saluran telekomunikasi pada tiang JTR.

10
Konstruksi Sambungan SUTR dan Sambungan Tenaga Listrik TR di Tiang
Sambungan SUTR dan sambungan tenaga listrik TR harus menggunakan konektor
yang sesuai dengan jenis material penghantarnya. Penyambungan wajib menggunakan
sambungan ciut panas dengan connector press. Ujung bukaan kabel SKTR harus
menggunakan celana kabel ciut panas dan kedap air.

Gambar 2.1 Kontruksi tiang penyangga (TR)

11
Gambar 2.2 Konstruksi tiang penegang / sudut (TR)

Gambar 2.3 Kontruksi tiang awal/akhir (TR)

12
Gambar 2.4 Kontruksi tiang penyangga silang TR

Gambar 2.5 Kontruksi tiang penyangga dan sudut silang

Pendirian Tiang (pole erection) dan Kelengkapannya


Sebelum pendirian tiang dilaksanakan, harus dilakukan pengamanan lingkungan.
Pendirian dilakukan dengan mobil kran atau menggunakan konstruksi kaki tiga dengan
minimal 3 petugas. Kedalaman lubang 1/6 kali panjang tiang + 10 cm. Pengamanan
lingkungan perlu diperhatikan khususnya pada saat pendirian tiang. Tiang beton tidak
boleh terjatuh/terbanting. Transportasi tiang dengan trailer kecil. Pelaksanaan pendirian
harus menggunakan katrol dengan kapasitas 3 ton. Tiang tidak boleh didirikan miring
namun dapat diberikan toleransi kemiringan 50. Pemadatan sekeliling tiang dilakukan
dengan mesin stamper atau pemadat. Untuk tiang-tiang degan kekuatan 350daN, 500daN
diperlukan pemasangan pondasi. Penggalian lubang tiang pada daerah rawa atau tepi
pantai bila sulit dilakukan, dapat menggunakan drum bekas sebagai penahan tanah. Pada

13
sistem underbuilt tidak perlu menambah tiang jika jarak antara tiang SUTM tidak melebihi
50 meter. Jika harus ditambah satu buah tiang sisipan, ujung atas tiang sisipan sekurang-
kurangnya berjarak 1.2 meter dari penghantar SUTM pada kondisi andongan maksimum.
Pondasi Tiang Pemasangan pondasi (cor beton) tiang pada dasarnya digunakan pada
semua tiang, baik tiang tumpu, tiang awal/akhir atau tiang sudut. Jenis, pondasi dan
ukurannya disesuaikan dengan kondisi/struktur tanah dimana tiang tersebut akan didirikan.
Untuk tepatnya, masalah pondasi sebaiknya dikonsultasikan dengan ahli teknik sipil
(terutama pondasi untuk konstruksi pada daerah tanah lembek, tanah rawa-rawa, tanah
gambut). Pada tanah keras pondasi dipasang untuk tiang dengan ukuran 350 daN, 500
daN, 800 daN. Kedudukan tiang yang diperkuat dengan pondasi bergantung atas jenis
tanah dan kekuatan fisik dari fungsi tiang.

Gambar 2.6 Mendirikan tiang beton secara manual

14
Gambar 2.7 Mendirikan tiang menggunakan alat

Gambar 2.8 Pemasangan TC pada jaringan 0o-45o pada tiang beton bulat

15
Gambar 2.9 Pemasangan TC pada jaringan 45o-120o pada tiang beton bulat

Gambar 2.10 Hasil survei pemasangan tiang SUTR di Alak Kupang

16
Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dengan LVTC (Low Voltage Twistad Cable),
saat ini sudah dikembangkan, hal ini untuk mempertinggi keandalan, faktor keamanan dan
lain-lain. Untuk kabel LVTC ini pemasangannya: 1) Dibawah SUTM (Underbuilt). 2) Khusus
LVTC (JTR murni). Spesifikasi kabel LVTC disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Spesifikasi kabel LVTC

Accesoreis twisted cable terdiri dari:


1. Suspension assembly
2. Large angle assembly
3. Dead end assembly
4. Insulated tap connector berbagai ukuran
5. Insulated Nontension joint
6. Insulated tension joint.
7. Guy set/stay set SUTR

Pemakaian guy set pada SUTR digunakan type ringan, pada stay set SUTR ini tidak
mempergunakan guy insulator. Spesifikasi material guy set sesuai dengan gambar standar,
sedang kawat baja galvanisnya yang digunakan: 1) Ultimate load 17 kN. 2) Penampang 22
mm2. 3) Material baja
Pada pemasangan Saluran Udara, konduktor harus ditarik tidak terlalu kencang dan
juga tidak boleh terlalu kendor, agar konduktor tidak mengalami kerusakan mekanis

17
maupun kelelahan akibat tarikan dan ayunan, dilain pihak dicapai penghematan pemakaian
konduktor. Dalam pemasangan kabel udara setelah tiang berdiri, sambil menggelar kabel
dari haspel terlebih dahulu dipasang perlengkapan bantu ( klem service), pengikat,
pemegang dan sebagainya. Untuk kabel penghantar berisolasi, bagian yang diikat pada
pemegang di tiang adalah penghantar Nol, baik untuk dua kabel (sistem satu fasa) maupun
empat kabel (sistem tiga fasa). Penarikan kabel dimulai dari salah satu tiang ujung,
kemudian ditarik dengan alat penegang (hand tracker. Setelah tarikan dianggap cukup kuat,
maka pada setiap tiang kabel Nol diikat dengan pemegang yang telah disiapkan.
Sebagaimana diketahui bahwa harga konduktor berkisar 40% dari harga perkilometer
jaringan. Batasan-batasannya adalah sebagai berikut:
1. Tarikan AAAC yang diijinkan maksimum 30% dari tegangan putus (Ultimate tensile
strength).
2. Tarikan Twisted cable yang diijinkan maksimum 35% dari tegangan putus dari kawat
penggantung.
3. Andongan yang terjadi pada SUTR dengan jarak gawang 35-50 meter, tidak boleh lebih
dari 1 meter.
Pada kontruksi jaringan tegangan rendah harus diperhatikan lintasan yang akan
dilewati saluran kabel, misalnya pada saat kabel udara melintasi jalan umum, kabel udara
yang dipasang di bawah pekerjaan konstruksi, kabel udara melintasi sungai, dan lintasan-
lintasan lain yang perlu perhatian sehubungan dengan keamanan kabel dan keselamatan
yang berada di sekitar kabel tersebut. Berikut ini adalah beberapa contoh bentuk saluran
kabel udara yang melewati lokasi tersebut, dan ukuran-ukuran jarak aman terhadap
lingkungan yang tercantum dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakaan tugas
pemasangan kabel.

18
Gambar 2.11 Kabel udara melintasi jalan umum yang dilalui kendaraan bermotor

Jarak keamanan H penghantar berisolasi


• Jalan umum 6 m
• Jalan pribadi 4 m
• Wilayah Pribadi 3 m

19
Gambar 2.12 Kabel udara yang dipasang di sepanjang jalan raya

Gambar 2.13 Kabel udara yang dipasang di bawah pekerjaan konstruksi

20
Gambar 2.14 Dua Kabel udara (SUTM & SUTR) dipasang pada satu tiang

Gambar 2.15 Kabel udara melintasi sungai

21
Gambar 3.6 Kabel udara yang melintas di sebelah jembatan

C. Penutup
Tes/Soal:
1. Berapa meter panjang tiang untuk konstruksi jaringan SUTR
2. Berapa kekuatan tiang beton yang dipakai pada jaringan SUTR
3. Berapa meter batas andongan pada jaringan tegangan rendah
4. Pada dasarnya pemilihan kemampuan mekanis tiang SUTR berlandaskan kepada empat
hal, sebutkan dan jelaskan
5. Jelaskan cara pendirian tiang beton
6. Apa yang dimaksud dengan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)
7. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dengan LVTC (Low Voltage Twistad Cable),
saat ini sudah dikembangkan, sebutkan dan jelaskan Accesoreis twisted cable
8. Berapa meter Jarak keamanan H penghantar berisolasi pada SUTR, jelaskan secara
ringkas
9. Bagaimana cara pemasangan kabel udara yang dipasang di sepanjang jalan raya?
10. Bagaimana cara pemasangan kabel udara yang melintasi sungai?

22
Referensi
Gonen T. 1986. Electric Power Distribution System Engineering, Mc Graw-Hill Book
Company. New York (US)
Nagara Adi, 2013. Jaringan Distribusi Tegangan Rendah. Electric Power. Tersedia pada
[http://wasiatewonglistrik.blogspot.com/2013/07/jaringan-distribusi-tegangan-
rendah.html]
Pabla AS, Hadi A. 1991. Sistem Distribusi Daya Listrik. Erlangga. Jakarta.
[PLN 3]. 2010. Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah Tenaga Listrik. Buku 3.
PT.PLN (Persero). Jakarta
Suhadi. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik 2. Depdiknas. Jakarta
Suswanto D. 2009. Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang. Padang.

23
BAB III
SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN RENDAH

Pendahuluan
Jaringan distribusi bawah tanah dewasa ini telah banyak digunakan, terutama untuk
perkotaan atau wilayah tertentu yang menonjolkan unsur estetika. Hal ini disebabkan,
distribusi bawah tanah tersembunyi dibandingkan dengan saluran udara dan lebih handal.
Salah satu dari penggunaan jaringan distribusi bawah tanah adalah untuk jaringan distribusi
perumahan (underground residential distribution = URD). Beberapa fasilitas juga
menggunakan konstruksi jaringan bawah tanah seperti industri dan pusat-pusat layanan
komersial. Penggunaan lain dari saluran bawah tanah seperti jaringan yang melewati
sungai, jalan tol atau pada persilangan saluran transmisi
Materi perkuliahan dengan pokok bahasan saluran bawah tanah tegangan rendah
menjelaskan sistem pemasangan jaringan tegangan rendah dalam tanah yang dapat
digunakan menjadi acuan dalam perencanaan jaringan tegangan rendah khususnya pada
sistem istalasi di dalam tanah.

Relevansi Dengan Pengetahuan Mahasiswa


Untuk bekerja di perusahaan, baik perusahaan milik negara maupun swasta dan atau
berwirausaha membuka sebuah konsultan perencana khususnya di bidang Instalasi Listrik
maka para mahasiswa harus mampu merencanakan jaringan tegangan rendah dengan
sistem instalasi bawah tanah. Dengan demikian para mahasiswa akan siap bekerja sesuai
dengan bidang kerja yang dibutuhkan

Kemampuan Akhir yang Diharapkan


Setelah mempelajari Materi Kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu merencanakan
sistem jaringan tegangan rendah dengan sistem instalasi bawah tanah sesuai diskripsi kerja
yang diperlukan oleh stakeholder.

24
Penyajian
Saluran bawah tanah tegangan rendah adalah Saluran distribusi yang menyalurkan
energi listrik melalui kabel yang ditanam didalam tanah dari gardu Distribusi menuju ke
pusat-pusat beban. Kategori saluran distribusi seperti ini adalah yang favorit untuk
pemasangan di dalam kota, karena berada didalam tanah, maka tidak mengganggu
keindahan kota dan juga tidak mudah terjadi gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi
alam. Namun juga memilik kekurangan, yaitu mahalnya biaya investasi dansulitnya
menentukan titik gangguan dan perbaikannya.

Memasang Saluran Kabel Tanah Tegangan Rendah


Pengecekan Pekerjaan Penarikan Kabel
Sebelum melaksanakan pekerjaan penarikan kabel, maka perlu diadakan
pengecekan secara menyeluruh apakah semua hal yang terkait dengan pekerjaan
penarikan kabel sudah dipersiapkan dengan baik. Untuk pengecekan pekerjaan penarikan
kabel dapat diikuti acuan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Acuan penarikan kabel bawah tanah

25
Penempatan Kabel pada Galian tanah
Gambar 3.1 sampai dengan 3.6 menunjukkan ukuran lebar dan kedalaman galian dan
persyaratan lain berkaitan dengan pekerjaan penanaman kabel tanah.

Gambar 3.1 Peletakan 1 kabel tanah TR

Gambar 3.2 Peletakan 2 kabel tanah TR

26
Gambar 3.3 Peletakan 3 kabel tanah TR

Kabel tanah dilindungi dengan pipa beton digunakan acuan seperti pada Tabel 4.2

Tabel 3.2 Ukuran galian tanah untuk beberapa pipa beton

Gambar 3.4 Susunan struktur penanaman kabel tanah dan pemasangan kabel tanah
dengan pipa pelindung

27
Gambar 3.5 Peletakan kabel tanah pada tanah galian

Gambar 3.6 Ukuran penempatan kabel tanah 1 dan 2 kabel

Penghantar (Kabel)
Jenis kabel yang digunakan pada pada JTR dengan menggunakan saluran bawah
tanah adalah jenis kabel berpelindung mekanis seperti NYFGbY dengan ukuran penampang
dan KHA pada t=30°C dan kedalaman penggelaran bawah tanah 70 cm seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 4, sedangkan bentuk kabel tanah yang digunakan disajikan pada
Gambar 3.7.

28
Tabel 3.3 Jenis kabel dan KHA pada saluran bawah tanah TR

Gambar 3.7 Kabel NYFGbY yang digunakan pada JTR Saluran Bawah Tanah

Penutup
Tes/Soal:
1. Apa yang dimaksud dengan saluran bawah tanah tegangan rendah
2. Jelasakan secara ringkas cara pemasangan kabel tanah pada JTR
3. Jelaskan keuntungan dan kerugian dalam penggunaan sistem jaringan tegangan rendah
menggunakan sistem SUTR dengan SBT
4. Kabel apa saja yang digunakan pada SBT
5. Jelaskan ukuran penempatan kabel pada SBT
Referensi
Gonen T. 1986. Electric Power Distribution System Engineering. Mc Graw-Hill Book
Company. New York (US)
Pabla AS, Hadi A. 1991. Sistem Distribusi Daya Listrik. Erlangga. Jakarta
[SNI] 2011. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011). Badan Standardisasi
Nasional. Jakarta
Suhadi. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik 2. Depdiknas. Jakarta.

29
BAB IV
SAMBUNGAN LAYANAN TEGANGAN RENDAH

Pendahuluan
Konstruksi Sambungan layanan tegangan rendah dijabarkan dari berbagai tipe
sambungan yang disesuaikan dengan jenis pelanggan PLN. Jenis konstruksi di golongkan
dalam jenis-jenis konstruksi tipe A, Tipe B, Tipe C, tipe D, Tipe E, tipe F dan tipe G.
Konstruksi sambungan menggunakan konstruksi saluran udara mempunyai sejumlah
komponen utama yang harus di pergunakan dan dijelsakan dalam bab ini antara lain:
Penghantar, Sengkang, klem beugel (Fixing Collar), Stainless Steel Strip , Mata Rantai (Link),
Plastic Strap/ Plastic Tie , Klem jepit (Service Wedge Clamp) , Klem Tarik (Strain Clamp) ,
Pipa Galvanis, Kait Pengaman (Strain Hook), Penutup Tiang Atap (Protective Cup) , Pipa
PVC Ф 0.5 inci , Pipa, PVC Konduit (PVC Conduit Pipe), Gasper pengikat (Stopping Buckle),
Papan Alat Pengukur dan Pembatas (APP) , Panel Hubung Bagi (PHB), Plastic/Glass Cover
Transparent, Pemutus Beban Mini (Miniature Circuit Breaker), Joint Sleeve Bimetal ,
Heatshrink and Coldshrink Sleeve , Sadapan dan Terminasi (Connector Tap) , Cable Clamp
dan Cable Lug, Meter kWh, Trafo Arus (CT) dan Trafo Tegangan (PT)

Relevansi dengan Pengetahuan Mahasiswa


Kualifikasi yang dibutuhkan untuk tenaga teknisi dan atau analis di bidang
ketenagalistrikan adalah memahami sistem jaringan tegangan rendah yang termasuk
didalamnya Sambungan Layanan Tegangan Rendah.

Kemampuan Akhir yang Diharapkan


Mahasiswa mampu memahami sambungan layanan tegangan rendah khususnya pada
penggunaan sambngan saluran udara serta mengenal seluruh komponen utama yang
digunakan pada sistem penyambungan tersebut.

30
Penyajian
Ketentuan umum yang perlu diperhatikan dalam sambungan pelayanan pelanggan,
antara lain adalah jarak aman saluran kabel, jumlah pelanggan pada setiap Sambungan Luar
Pelanggan (SLP). Batasan-batasan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Ketentuan umum sambungan pelanggan


Keterangan:
JTR = STR s/d APP (STR + SLP + SMP + APP)
SP = SLP s/d APP (SLP + SMP + APP)
SR = SLP s/d SMP (SLP + SMP)
L = 30 m u/ Kabel isolasi dipilin (LVTC), 45 m u/ Kabel jenis Dx/Qx
T = 6 m Melintasi Simpang Jalan Umum, 5.5 m Melintasi Rel Kereta Api, 5 m Melintasi
Jalan Umum, 4 m Tidak melintasi Jalan Umum

31
Gambar 4.2 Ketentuan umum sambungan luar pelanggan

Ketentuan-ketentuan Sambungan Pelayanan:


1. Dari satu tiang boleh dipasang maksimum 5 SLP.
2. Dari SLP 1 boleh disambung berturut-turut (seri) maksimum 5 pelanggan dan tetap
memperhatikan beban dan susut tegangan.
3. Jarak sambungan dari tiang ke rumah atau dari rumah ke rumah maksimum 30 meter u/
SLP jenis twisted dan maksimum 45 meter u/ SLP jenis DX/QX.
4. Jarak sambungan dari tiang ke rumah terakhir maksimum 150 meter dan tetap
memperhatikan susut tegangan yang diijinkan.
5. Susut tegangan sepanjang SR yang diijinkan maksimum 2% bila SLP disambung pada
STR, maksimum 10% bila SLP disambung pada Gardu Trafo/Peti TR.
6. Pada satu tiang atap boleh dipasang maksimum 3 SLP.

Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Melalui Saluran Udara


Konstruksi ini merupakan sambungan tenaga listrik dengan menggunakan konstruksi
saluran udara baik untuk sambungan Fasa 1 atau Fasa 3. Jenis konstruksi di golongkan
dalam jenis-jenis konstruksi tipe A, Tipe B, Tipe C, tipe D, Tipe E, tipe F dan tipe G.

32
Persyaratan Konstruksi
Konstruksi fisik sambungan melalui saluran udara harus memenuhi dua syarat, yaitu:
1) Mempunyai ruang bebas (RoW). 2) Mempunyai jarak aman (safety distance) yang
cukup dari sekelilingnya. Jarak aman dipertimbangkan berdasarkan pertimbangan
mekanis dan elektris agar penghantar sambungan luar pelayanan tidak terjangkau oleh
tangan manusia.

Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tipe A


Konstruksi tipe A adalah konstruksi sambungan tenaga listrik tanpa memakai tiang
atap/dak standar dan di pergunakan jika jarak antara tiang dan bangunan (sambungan luar
pelayanan) sampai dengan APP tidak melebihi 30 meter. Sambungan masuk pelayanan
tidak mengenai fisik bangunan dan di lindungi dengan pipa PVC tahan mekanis atau
sejenis. Konstruksi tipe A disajikan pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.

Gambar 4.3 Konstruksi sambungan udara Tipe A untuk rumah tinggal

33
Gambar 4.4 Konstruksi sambungan udara Tipe A untuk rumah ganda

Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tipe B


Konstruksi tipe B adalah konstruksi sambungan tenaga listrik memakai tiang atap/dak
standar dan di pergunakan apabila jarak aman terhadap lingkungan atau permukaan jalan
tidak memenuhi syarat jika memakai sambungan tipe A. Penghantar sambungan masuk
pelayanan, diluar pipa dak standar, dilindungi dengan pipa PVC atau sejenis. Ujung pipa
bagian atas di tutup dengan protective cup dan bagian bawah di tutup dengan cable gland.
Konstruksi tipe B disajikan pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6.

34
Gambar 4.5 Konstruksi sambungan udara Tipe B untuk rumah tunggal

Gambar 4.6 Konstruksi sambungan udara Tipe B untuk rumah seri

Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tipe C


Konstruksi tipe C adalah sambungan pelayanan dengan sambungan luar pelayanan
mendatar dimana jarak bangunan dan tiang atap sangat dekat (± 3 meter). Umumnya di
gunakan pada daerah pertokoan/ruko/rukan. Ketentuan mengenai sambungan pelayanan
sama dengan Tipe A atau B.

35
Gambar 4.7 Konstruksi sambungan udara Tipe C

Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tipe D


Konstruksi tipe D untuk sambungan tenaga listrik seri pada ruko, rumah petak, toko
dan pertokoan atau mall. Sambungan pelayanan memakai kabel jenis NYFGbY atau NYY
yang di masukan dalam pipa PVC tahan mekanis. Semua kabel dilindungi secara fisik dari
sentuhan tangan. Pada konstruksi ini sadapan pencabangan dapat dilakukan dengan: 1) T
doos atau kotak pencabangan. 2) Konektor/H atau O Pressed Connector atau tipe piercing.

Gambar 4.8 Konstruksi sambungan udara Tipe D

36
Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik pada Tiang Melalui Kabel Tanah Tipe E
Konstruksi tipe E menggunakan kabel NYFGbY yang di tarik dari tiang SUTR. Ujung
2

kabel pada tiang harus diterminasi. Sambungan ke jaringan harus memakai bimetal joint
Al-Cu yang di bungkus dengan heathshrink sleeve. Kabel turun ke tanah di beri pelindung
pipa galvani 1 ½ inci sepanjang 2.5 meter di atas tanah dan tiap 1.5 mm diikat dengan
stainlis steel dan link protective plastic tape. Selanjutnya persyaratan konstruksi sama
dengan persyaratan konstruksi kabel bawah tanah. Kabel naik di dalam bangunan di
lindungi dengan pipa Galvanis 1 ½ inci yang diikat pada tembok dengan expanding fixing
collar (dyna bolt fixing collar) sampai ke titik pasang meter kWh.

Gambar 4.9 Konstruksi sambungan udara Tipe E

Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik tipe F


Konstruksi tipe F merupakan sambungan tenaga listrik dengan alat pengukur kWh
meter dan pembatas terpasang terpusat pada tiang untuk beberapa rumah/bangunan.

37
Gambar 4.10 Konstruksi sambungan udara Tipe F

Konstruksi Sambungan Tenaga LIstrik tipe G


Konstruksi tipe G sama dengan tipe F, hanya alat pengukur kWh dan
pembatas terpasang terpusat pada bangunan.

Gambar 4.11 Konstruksi sambungan udara Tipe G

Komponen Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Saluran Udara


Konstruksi sambungan dengan konstruksi saluran udara mempunyai sejumlah
komponen pokok (utama) yang harus di pergunakan antara lain:

38
Penghantar
Penghantar yang digunakan adalah dari jenis kabel pilin (twisted cable) NFA2X-T
Gambar 4.12 dengan menggunakan ukuran seperti pada Tabel 5.1

Tabel 4.1 Penghantar Kabel Udara Jenis NFA2X-T


Daya Sistem Fasa-1 Sistem Fasa-3
Tersambung Tunggal Seri 5 Tunggal Seri 3
(MCB) Sambungan Sambungan
2A 2X10 mm2 2X10 mm2 - -
4A 2X10 mm2 2X10 mm2 - -
6A 2X10 mm2 2X10 mm2 - -
10 A 2X10 mm2 2X10 mm2 - -
16 A 2X10 mm2 - 4x10 mm2 -
20 A 2x16 mm2 - 4x10 mm2 -
25 A 2x25 mm2 - 4x16 mm2 -
30 A 2x25 mm2 - 4x16 mm2 -
43 A 2x25 mm2 - 4x16 mm2 -
50 A 2x35 mm2 - 4x25 mm2 -
Catatan:
• Untuk daya tersambung MCB lebih besar dari 50 Ampere di gunakan jenis Kabel Pilin Saluran Udara
Tegangan rendah.
• Sambungan Pelayanan Fasa 1 dan Fasa 3, t = 300C, ∆U 1%, panjang maksimum 30 meter sirkit

Gambar 4.12 Kabel NFA2X-T

39
Sengkang, klem beugel (Fixing Collar)
Komponen sengkang (fixing collar) atau beugel berbentuk bulat di pasang pada tiang
atas, tiang atap, dan penguat pipa pada dinding bangunan. Sebagai pemegang kait service
wedge clamp.

Gambar 4.13 Sengkang (fixing collar)

Stainless Steel Strip


Stainless steel strip merupakan pita baja anti karat untuk berbagai macam penggunaan
sebagai sabuk pengikat material pada tiang. Stainless steel strip disajikan pada Gambar 5.14.

Gambar 4.14 Stainless steel strip veer impex

Mata Rantai (Link)


Link merupakan mata rantai dari besi Galvanis Ф 6 mm berbentuk bujur sangkar atau
persegi panjang untuk berbagai penggunaan. Link di gunakan sebagai penguat ikatan
stainless steel strip pada tiang untuk ikatan kabel atau pipa. Terdapat dua jenis link ukuran
2.5 x 2.5 cm dan 2.5 x 5 cm diperlihatkan pada Gambar 4.15.

40
Rantai dari besi Galvanis 2.5 x 2.5 cm Mata rantai dari besi Galvanis 2.5 x 5 cm
Gambar 4.15 Link mata rantai

Plastic Strap/ Plastic Tie


Plastic Strap/ Plastic Tie adalah pengikat kabel yang memiliki banyak fungsi dan
penggunaanya sangat mudah dan fleksibel karena ukurannya yang kecil disajikan pada
Gambar 4.16.

Gambar 4.16 Plastic Strap/ Plastic Tie

Klem jepit (Service Wedge Clamp)


Ikatan penghantar pada tiang di gunakan material service wedge clamp. Ukuran
Service wedge clamp dapat di pakai sampai dengan panjang 25 mm. Untuk penampang
ukuran lebih besar atau daya yang lebih besar dapat di gunakan strain clamp kabel berpilin
(twisted cable). Klem jepit sambungan pelayanan diperlukan dua buah setiap sambungan.
Gambar Klem jepit disajikan pada Gambar 4.17.

41
Gambar 4.17 Klem jepit (Service Wedge Clamp)

Klem Tarik (Strain Clamp)


Klem tarik (Strain Clamp) digunakan untuk sambungan pelayanan yang memakai
kabel jenis pilin (twisted cable) dengan ukuran 35 mm2 atau lebih. Alat ini digunakan untuk
memperbaiki konduktor dan kabel ground ke isolator atau menghubungkan fitting ke
tower arm dan struktur gardu. Bentuk Klem tarik (Strain Clamp) disajikan pada Gambar
4.18

Gambar 4.18 Klem tarik (Strain Clamp)


Pipa Galvanis
Pipa Galvanis adalah pipa yang terbuat dari besi namun diberikan lapisan seng sebagai
zat kimia yang berfungsi untuk mencegah korosi. Pipa Galvanis juga sering digunakan

42
sebagai pelindung kabel agar tidak mudah putus. Namun fungsi ini biasanya digunakan
untuk kabel yang berada di luar ruangan, seperti untuk tiang listrik.

Gambar 4.19 Pipa Galvanis

Kait Pengaman (Strain Hook)


Kait Pengaman (Strain Hook) atau jangkar tarik di gunakan sebagai tempat kaitan service
wedge clamp atau pemegang kabel sambungan pelayanan ke rumah dan di tempatkan
pada bangunan atau atap. Klem tarik (Strain hook) disajikan pada Gambar 4.20 sedangkan
tipe strain hook disajikan pada Tabel 4.2

Gambar 4.20 Kait pengaman (Strain Hook)

43
Tabel 4.2 Tipe strain hook
Tipe Penggunaan
Tipe 1 L100 • Tembus tembok
Tipe 2 L200 • Tembus tembok
Tipe 3 L300 • Tembus tembok atau tiang beton
Tipe 4 • Pemasangan pada plafon atap
Tipe 5 rumah
• Pemasangan pada dak standar
Penggunaan tipe 1, 2 dan 3 disesuaikan dengan konstruksi ketebalan tembok.

Penutup Tiang Atap (Protective Cup)


Penutup tiang atap (protective cup) atau invoering digunakan untuk menutup bagian
atas pipa tiang agar tidak masuk air. Terdapat dua jenis model penutup tiang, yaitu model
T dan model C. Penutup tiang atap (protective cup) disajikan pada Gambar 4.21.

Gambar 4.21 Penutup tiang atap (protective cup)

44
Penuttup Ujung Pipa (Tule)
Penuttup Ujung Pipa (Tule) berfungsi sebagai penutup ujung pipa Galvanis agar
kabel sambungan pelayanan tidak terluka. Tule terbuat dari bahan stainless agar terhindar
dari karat dan tule terdapat bergai ukuran seperti diperlihatkan pada Gambar 4.22.

Gambar 4.22 Penutup ujung pipa (Tule)

Pipa PVC Ф 0.5 inci


Pipa PVC Ф 0.5 inci digunakan sebagai pelindung kabel pada dinding bangunan agar
aman dari sentuhan tangan. Pipa PVC Ф 0.5 inci disajikan pada Gambar 4.23.

Gambar 4.23 Pipa PVC Ф 0.5 inci

45
Pipa PVC Konduit (PVC Conduit Pipe)
Pipa PVC konduit (PVC Conduit Pipe) digunakan sebagai pelindung kabel ke arah
APP atau pelindung kabel pada titik belok, dengan ukuran 3/4 inci, 11/2 inci, dan 2 inci.
Pipa PVC Konduit disajikan pada Gambar 4.24.

Gambar 4.24 Pipa PVC konduit

Gasper pengikat (Stopping Buckle)


Stopping Buckle adalah merupakan pengikat atau pengunci pita baja anti karat
(stainless steel strip). Pengikat ini didesain khusus sehingga mudah dipasang dalam
penggunaannya. Stopping Buckle disajikan pada Gambar 4.25.

Gambar 4.25 Stopping Buckle

46
Papan Alat Pengukur dan Pembatas (APP)
Papan APP adalah merupakan tempat dudukan APP, terbuat dari plat dengan tebal 2
mm. Terdapat dua jenis papan APP:
• Papan APP tipe 1 : Untuk meter kWh Fasa 1
• Papan APP tipe 2 dan 3 : Untuk meter kWh Fasa 3
Pada instalasi kotak APP terpadu tempat dudukan APP sudah menjadi satu kesatuan dengan
APP.

Panel Hubung Bagi (PHB)


Panel hubung bagi merupakan alat yang digunakan sebagai pengaman segala
kecelakaan di rangkaian instalasi listrik yang berupa hubung singkat atau pun beban lebih.
Tempat dudukan peralatan ukur dan peralatan proteksi. Terdapat dua jenis panel hubung
bagi: 1) Panel terpasang di luar dengan klasifikasi minimal IP 45. 2) Panel terpasang di luar
namun di bawah atap bangunan dengan klasifikasi IP 44. Kode IP: IP (Ingress Protection)
adalah sisitem Kode yang menunjukan tingkat proteksi yang di berikan oleh selungkup dari
sentuh langsung ke bagian yang berbahaya/bertegangan, dari masuknya benda asing (angka
pertama) dan dari masuknya air (angka kedua). Contoh: IP 44, IP 45. Angka pertama: 4 =
tidak di masuki benda padat yang lebih besar dari 1 mm. Angka kedua: 4 = terlindung dari
air dari segala arah. 5 = terlindung dari air yang di semprotkan dari segala arah. Tiap panel
mempunyai kapasitas maksimum 6 (enam) sirkit keluar. Pada sisi masuk di lengkapi saklar
jenis No Fused Breaker, pada sisi keluar di proteksi dengan pengaman lebur jenis NH/NY.

Plastic/Glass Cover Transparent


Plastic/Glass Cover Transparent digunakan sebagai penutup meter kWh dan kVARh
dengan ukuran yang sesuai. Manfaat dari penutup meter kWh sebagai perlindungan dari
air, terik matahari, gangguan hewan melata seperti cicak serta relatif aman dari gangguan
orang-orang jahil terhadap kWh prabayar, baik pencurian maupun pengerusakan.
Plastic/Glass Cover Transparent disajikan pada Gambar 4.26.

47
Gambar 4.26 Plastic/Glass Cover Transparent

Pemutus Beban Mini (Miniature Circuit Breaker)


Miniature Circuit Breaker (MCB) adalah sebuah perangkat elektromekanikal yang
berfungsi sebagai pelindung rangkaian listrik dari arus yang berlebihan atau sebagai gawai
pembatas arus beban pelanggan. Dengan kata lain, MCB dapat memutuskan arus listrik
secara otomatis ketika arus listrik yang melewati MCB tersebut melebihi nilai yang
ditentukan. Namun, saat arus dalam kondisi normal MCB dapat berfungsi sebagai sakelar
yang bisa menghubungkan atau memutuskan arus listrik secara manual. Bentuk MCB
disajikan pada Gambar 4.27.

Gambar 4.27 Miniature Circuit Breaker (MCB)

48
Joint Sleeve Bimetal
Joint Sleeve Bimetal digunakan sebelum terminasi kabel sambungan pelayanan pada
terminal meter kWh, mengingat inti kabel terbuat dari alumunium dan terminal kWh
terbuat dari tembaga. Bentuk Joint Sleeve Bimetal disajikan pada Gambar 4.28.

Gambar 4.28 Joint Sleeve Bimetal

Heatshrink and Coldshrink Sleeve


Heatshrink and Coldshrink Sleeve Adalah sarana penutup atau sebagai pembungkus
Joint Sleeve bimetal dalam proses penyambungan. Heatshrink sleeve adalah lapisan
pelindung korosi untuk pipa-pipa dalam bentuk lengan sampul atau tubular yang
diaplikasikan ke lapangan.

Gambar 4.29 Heatshrink Sleeve

49
Coldshrink sleeve adalah selongsong karet terbuka, yang dibuat terutama dari
elastomer karet dengan sifat fisik berkinerja tinggi, yang telah diperluas pabrik atau
direntangkan sebelumnya, dan dirangkai menjadi inti plastik yang dapat dilepas. Bentuk
Coldshrink sleeve disajikan pada Gambar 4.30.

Gambar 4.30 Coldshrink sleeve

Sadapan dan Terminasi (Connector Tap)


Sadapan dan Terminasi (Connector Tap) pada saluran udara memakai hydraulic press
tap connector (ti pe H atau ti pe O press connector) atau handpress connector untuk
berbagai macam ukuran penampang jenis piercing. Jenisnya dapat berupa dari logam Al
atau Cu, penggunaan di sesuaikan dengan jenis logam penghantar saluran udaranya.
Terminal pada PHB memakai terminal lug (sepatu kabel atau kabel skun) jenis Al Cu atau
bimetal.

Material Penunjang
Sejumlah material penunjang yang di pergunakan adalah cable clamp (perangkat
mekanis atau klip yang menetukan rute untuk satu atau lebih kabel sepanjang dinding
bangunan), cable lug (digunakan untuk menghubungkan kabel ke peralatan listrik, kabel,
permukaan, atau mekanisme lain), baut, paku beton dan lain-lain.

50
Cable Clamp (penjepit kabel) Cable Lug
Gambar 4.31 Cable Clamp dan Cable Lug

Meter kWh
Meter kWh atau meter energi adalah alat penghitung pemakaian energi listrik. Meter
kWh atau meter energi terdiri atas 2 jenis: 1) Meter energi Fasa 1 dan 2) Meter energi Fasa
3.

Trafo Arus (CT) dan Trafo Tegangan (PT)


Trafo Arus (CT) berfungsi untuk mentransformasikan arus yang besar ke arus yang
kecil guna pengukuran atau proteksi, juga berfungsi sebagai isolasi sirkit sekunder dan sisi
primernya dengan penggunaan standar arus pengenal untuk alat ukur pada sisi
sekundernya. Trafo arus di gunakan untuk pelanggan listrik dengan daya lebih besar dari
43 kVA, pengukuran menggunakan trafo arus (pengukuran ti dak langsung). Trafo arus
yang dipergunakan sebesar-besarnya kelas 0.5 dengan Burden (beban) tidak lebih dari 30
VA untuk trafo arus pada tegangan rendah. Untuk tegangan menengah menggunakan trafo
arus kelas 0.2 Burden 30 VA.
Trafo Tegangan (PT) berfungsi untuk mentransformasikan dari tegangan tinggi ke
tegangan rendah guna pengukuran dan proteksi dan sebagai isolasi antara sisi tegangan
yang diukur/diproteksikan dengan alat ukurnya/proteksinya. Trafo tegangan di pergunakan
untuk mengukur tegangan atau sebagai sumber tegangan alat-alat pembatas dan pengukur
pada sistem tegangan menengah dengan kelas 0.2 dan burden 30 VA.

51
Penutup
Tes/Soal:
1. Apa saja Ketentuan-ketentuan Sambungan Pelayanan, jelaskan secara ringkas
2. Jenis konstruksi sambungan pelayanan tenaga listrik digolongkan dalam jenis-jenis
konstruksi tipe A, Tipe B, Tipe C, tipe D, Tipe E, tipe F dan tipe G. sebutkan dan
jelaskan tipe konstruksi tersebut
3. Jelaskan nomenclatur penghantar kabel udara jenis NFA2X-T
4. Jelaskan ukuran luas penampang kabel udara jenis NFA2X-T dalam penggunaan 1 fasa
tunggal dari daya tersambung menggunakan MCB 2 s/d 50 Amper
5. Uraikan tipe strain hook dalam penggunaannya pada Jaringan Tegangan Rendah

Referensi

Gonen T. 1986. Electric Power Distribution System Engineering. Mc Graw-Hill Book Company.
New York (US)
Pabla AS, Hadi A. 1991. Sistem Distribusi Daya Listrik. Erlangga. Jakarta
[PLN 2]. 2010. Standar Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik. Buku 2. PT.PLN (Persero).
Jakarta
Suhadi. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik 2. Depdiknas. Jakarta.

52
BAB V
PERENCANAAN TEKNIS PERLUASAN JARINGAN
TEGANGAN RENDAH

Pendahuluan
Sistem Distribusi Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga
listrik pada tegangan distribusi dibawah 1.000 Volt yang langsung memasok kebutuhan
listrik tegangan rendah kepada para pelanggan/konsumen tegangan rendah. Jaringan
distribusi tegangan rendah dimulai dari sumber yang disebut gardu distribusi mulai dari
panel hubung bagi tegangan rendah yang selanjutnya didistribusikan kepada pelanggan.
Sistem pendistribusian energi listrik dari sisi sekunder pada trafo distribusi sampai kepada
pelanggan perlu direncanakan dengan baik dan benar sehingga materi kuliah ini sangat
diperlukan agar para mahasiswa mampu merencanakan secara teknis jaringan distribusi
tegangan rendah.

Relevansi dengan Pengetahuan Mahasiswa


Salah satu kualifikasi yang dibutuhkan untuk tenaga teknisi dan atau analis di bidang
ketenagalistrikan khususnya kompetensi sistem distribusi tenaga listrik adalah memahami
sistem jaringan tegangan rendah yang termasuk didalamnya perencanaan teknis jaringan
tegangan rendah. Dengan demikian materi kuliah ini selain mahasiswa mendapatkan teori
perencanaan teknis jaringan distribusi tegangan rendah di kelas mahasiswa juga ditugaskan
untuk melakukan inspeksi di lapangan dimana lokasi jaringan tengagan rendah tersebut
berada.

Kemampuan Akhir yang Diharapkan


Mahasiswa mampu merencanakan sistem distribusi tegangan rendah secara teknis
yang dimulai dari gardu distribusi sampai kepada pelanggan dengan memperhitungkan
sumber listrik, jenis tiang, panjang kabel, penampang kabel, bahan konduktor dan titik
beban, kebutuhan daya serta mampu menggambarkan monogram sistem pendistribusian
tenaga listrik.

53
Penyajian
Membuat perencanaan teknis perluasan jaringan distribusi tegangan rendah
Dalam perencanaan teknis perluasan jaringan distribusi tegangan rendah prosedur
utama yang harus dilakukan adalah: 1) Menentukan titik-titik beban dengan cara mengukur
luas area untuk menentukan panjang jaringan dan mengukur jarak antar pelanggan. 2)
Menentukan kebutuhan daya dengan cara memperoleh data beban pada setiap pelanggan
(Golongan Tarif). 3) Menentukkan sumber energi listrik yang akan digunakan, apakah
melalui gardu distribusi atau melalui pembangkit tenaga listrik yang terdekat. 4) Menetukan
jenis tiang listrik yang akan digunakan. 5) Menentukan panjang kabel, luas penampang
kabel dan jenis bahan konduktor yang dibutuhkan. Pada pembelajaran bab ini membahas
perencanaan energi listrik yang didistribusikan melalui gardu distribusi 20 KV saluran udara,

Gardu Distribusi
Gardu listrik pada dasarnya adalah rangkaian dari suatu perlengkapan hubung bagi
yaitu PHB tegangan menengah dan PHB tegangan rendah. Masing-masing dilengkapi
gawai-gawai kendali dengan komponen proteksinya. Jenis-jenis gardu listrik atau gardu
distribusi didesain berdasarkan maksud dan tujuan penggunaannya sesuai dengan peraturan
Pemda setempat, yaitu: 1) Gardu Distribusi konstruksi beton (Gardu Beton). 2) Gardu
Distribusi konstruksi metal clad (Gardu besi), G3a) Gardu Distribusi tipe tiang portal. 3b)
Distribusi tipe tiang cantol (Gardu Tiang) dan 4a) Gardu Distribusi mobil tipe kios, 4b)
Gardu Distribusi mobil tipe trailer (Gardu Mobil).
Komponen-komponen gardu distribusi: a) PHB sisi tegangan rendah. b) PHB pemisah
saklar daya). c) PHB pengaman transformator). d) PHB sisi tegangan rendah; e) Pengaman
tegangan rendah. f) Sistem pembumian. g) alat-alat indikator. Instalasi perlengkapan
hubung bagi tegangan rendah berupa PHB TR atau rak TR terdiri atas 3 bagian, yaitu: 1)
Sirkit masuk + sakelar. 2) Rel pembagi. 3) Sirkit keluar + pengaman lebur maksimum 8 sirkit
Spesifikasi mengikuti kapasitas transformator distribusi yang dipakai.
Instalasi kabel daya dan kabel kontrol, yaitu KHA kabel daya antara kubikel ke
transformator minimal 125 % arus beban nominal transformator. Pada beban konstruksi
memakai kubikel TM single core Cu: 3 x 1 x 25 mm2 atau 3x1x35mm2. Antara transformator

54
dengan Rak TR memakai kabel daya dengan KHA 125 % arus nominal. Pada beberapa
instalasi memakai kabel inti tunggal masing-masing kabel perfasa, Cu 2 x 3 x 1 x 240 mm2
+ 1 x 240 mm2. Single Line Diagram (SLD) gardu distribusi disajikan pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1 SLD gardu distribusi

Perlengkapan Penghubung dan Pemisah


Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) dan Kendali ialah suatu perlengkapan atau
peralatan listrik yang berfungsi sebagai pengendali, pengubung dan pelindung serta
membagi tenaga listrik dari sumber tenaga listrik seperti; pembangkit, gardu induk, gardu
distribusi dan transformator ke saluran pelayanan atau ke pelanggan. Jika komponen-
komponen dari PHB terlihat dari luar tanpa perlindungan selungkup tertutup maka PHB
itu dari jenis terbuka. Pembuatan lain adalah PHB tertutup. Menurut ukuran dan bentuknya
PHB disebut elmari, kotak atau meja hubung bagi.
Fungsi PHB adalah untuk: 1) Mengendalikan sirkuit dilakukan oleh saklar utama. 2)
Melindungi sirkuit dilakukan oleh MCB dan atau fuse/pelebur. 3) Membagi sirkuit dilakuan
oleh pembagian jurusan/kelompok. Menurut tegangan sumbernya, PHB dibedakan
menjadi sesuai dengan tingkat tegangan sistemnya yaitu: PHB tegangan rendah (TR), PHB
tegangan menengah (TM) dan PHB tegangan tinggi (TT). PHB TR yaitu PHB yang banyak
dipasang pada instalasi baik milik PLN maupun milik pelanggan, PHB yang terpasang milik
pelanggan, PHB yang terpasang milik PLN biasanya ditempatkan gardu induk distribusi sisi
sekunder trafo distribusi sedangkan PHB yang di pelanggan biasanya terpasang pada

55
dinding atau ruangan tertentu setelah APP ditempat pelanggan tersebut. Menurut tipenya
PHB di kelompokkan menjadi 2 tipe yaitu tipe tertutup dan tipe terbuka. PHB dengan tipe
tertutup yaitu apabila seluruh komponen PHB berada disuatu tempat yang tertutup oleh
selungkup/pelindung mekanis maupun pelindung elektris. PHB tipe terbuka yaitu PHB yang
semua peralatan atau komponennya berada diluar dan tampak secara kasar mata dan
dilengkapi dengan pagar maupun peralatan isolasi guna melindungi dari bahaya mekanis
dan elektrisnya.
Fungsi atau kegunaan PHB TR adalah sebagai penghubung dan pembagi atau
pendistribusian tenaga listrik dari out put trafo sisi tegangan rendah TR ke Rel pembagi dan
diteruskan ke Jaringan Tegangan Rendah (JTR) melalui kabel jurusan (Opstyg Cable) yang
diamankan oleh NH Fuse jurusan masing-masing. Untuk kepentingan efisiensi dan
penekanan susut jaringan (loses) saat ini banyak unit PLN yang mengambil kebijaksanaan
untuk melepas atau tidak memfungsikan rangkaian pengukuran maupun rangkaian
kontrolnya, hal ini dimaksudkan agar tidak banyak energi listrik yang mengalir ke alat ukur
maupun kontrol terbuang untuk keperluan kontrol dan pengukuran secara terus menerus,
sedangkan untuk mengetahui besarnya beban maupun tegangan, dilakukan pengukuran
pada saat di perlukan saja dan bisa menggunakan peralatan ukur portable seperti AVO atau
Tang Ampere saja. Menurut Konstruksinya PHB TR dibagi menjadi 2 (dua) macam
konstruksi yaitu: 1) Konstruksi PHB TR 2 Jurusan. 2. Konstruksi PHB TR 4 Jurusan seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 5.1, sedangkan salah satu contoh pemasangan PHB pada
gardu distribusi disajikan pada Gambar 5.2.

56
Gambar 5.2 Konstruksi PHB TR

Gambar 5.3 Pemasangan PHB pada gardu distribusi

Menentukan titik-titik beban, kebutuhan daya dan sumber energi yang digunakan
Titik beban ditentukan dengan cara mengukur luas area untuk menentukan panjang
jaringan dan mengukur jarak antar pelanggan. Sebagai contoh hasil survey redesain sistem

57
distribusi tegangan rendah perumahan BTN Kolhua. Gardu terletak di Perumahan BTN
Kolhua Blok VA, Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang NTT seperti
diperlihatkan pada Gambar 5.4. Dengan demikian dari lokasi gardu distribusi tersebut mulai
dilakukan pengukuran titik-titik beban yang akan menerima supply energi listrik sesuai
dengan jenis tarif pelanggan yang direncanakan. Kebutuhan daya diperoleh dari data
pelanggan yang mendapatkan supply energi listrik.

Gambar 5.4 Titik beban berada di lokasi Gardu Distrbusi KT 75 sebagai sumber energi
listrik yang akan didistribusikan ke pelanggan

58
Gambar 5.5 Gardu distribusi KT 175 BTN Kolhua

Monogram Jaringan Distribusi Tegangan Rendah


Monogram jaringan distribusi Tegangan Rendah saluran udara kabel twisted tiga fasa
disajikan pada Gambar 5.6. Monogram ini merupakan salah satu contoh perluasan jaringan
distribusi tegangan rendah dengan penyaluran energi listrik dari gardu distribusi KT 175.
Terdapat 2 jenis konstruksi jaringan distribusi Tegangan Rendah sesuai dengan
sistemnya yaitu: 1) Konfigurasi fasa‐3 menggunakan kabel Pilin (twisted cable) dengan 3
penghantar fasa + 1 netral. 2) Konfigurasi fasa‐2 menggunakan kabel Pilin (twisted cable)
dengan 2 penghantar fasa + 1 netral atau penghantar BC atau AAAC. Kedua sistem tersebut
berdiri pada tiang atau di bawah Saluran Udara Tegangan enengah (underbuilt). Radius
pelayanan jaringan lebih kurang 300-meter dan tingkat tegangan pelayanan dibatasi + 5
% dan – 10 %. Jenis tiang yang digunakan adalah tiang beton berukuran panjang 9 m
dengan kedalaman penanaman 1/6 kali panjang tiang. Untuk Jaringan Tegangan Rendah,
Beban Kerja (working load) tiang yang dipakai adalah 160 daN, 200 daN, 350 daN dan
500 daN (1 daN = 1,01 kg. gaya).

59
Gsmbar 5.6 Monogram jaringan distribusi tegangan rendah

60
Desain Konstruksi 3 Fasa dengan Kabel Pilin (twisted cable)
Penghantar kabel twisted ditumpu pada tiang dengan konstruksi Dead End (DE),
Adjustable Dead End (ADE) dan suspension (SS) yang penggunaannya disesuaikan dengan
bentuk lintasan jaringan. Kedua konstruksi tersebut dipasang di atas tiang, dikenal dengan
istilah konstruksi atas tiang (pole top construction). Bentuk lintasan jaringan adalah lurus,
sudut, dan akhir, sehingga tiang pada lintasan tersebut diberi nama sesuai fungsinya:
• Tiang awal / akhir / ujung
• Tiang tengah / penumpu
• Tiang sudut dengan sudut kecil (α < 300) dan sudut besar α > 300.
• Tiang Peregang
• Tiang seksi
Pemakaian DE dan SS disesuaikan dengan fungsi tiang pada jaringan tersebut

Fungsi Konstruksi Fixed Dead End (FDE) dan Adjestable adead end (ADE)
Konstruksi Fixed Dead End mengikat penghantar netral. Kabel Pilin dengan
komponen pokok klem jepit (strain clamp) dan klem tarik (tension bracket). Beban
Kerja (Working load) untuk strain clamp tidak kurang dari 1500 daN dan untuk tension
bracket tidak kurang dari 2200 daN gaya horizontal.

Fungsi Konstruksi Suspension (SS)


Konstruksi suspension dipakai untuk menggantung penghantar netral kabel twisted
dan dengan kemampuan sudut lintasan ≤ 300. Komponen utama konstruksi suspension
adalah suspension bracket dengan sanggup memikul Beban Kerja (working load) tidak
kurang dari 800 daN gaya vertical dan suspension clamp sebagai penggantung atau penjepit
kabel penggantung (messenger).

Jenis Penghantar
Penghantar yang dipergunakan adalah jenis penghantar kabel pilin (NFAAX–T)
dengan penghantar inti/fasa Alumunium murni dan Almelec sebagai penghantar netral yang
sekaligus sebagai penggantung (messenger). Ukuran kabel untuk kabel Fasa: 35 mm2, 50

61
mm2, 70 mm2 (Alumunium murni), dan untuk Netral 54.6 mm2 (Almelec = Allumunium
Alloy). Penghantar netral mempunyai breaking load maksimal 1755 daN. Jenis konstruksi
pada tiang jaringan distribusi tegangan rendah disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Jenis konstruksi pada tiang jaringan distribusi tegangan rendah

Pembumian Penghantar Netral dan Titik Netral Trafo

Penghantar Netral dibumikan pada tiap‐tiap 200-meter atau 5 gawang (jarak antar gawang
rata‐rata 40 meter). Titik Pembumian dapat berupa:
• Pembumian pertama pada tiang kedua setelah tiang awal (pada gardu portal & gardu
cantol).
• Pembumian pertama pada tiang pertama pada gardu tembok/beton (dapat berfungsi
sebagai pembumian titik netral transformator).
• Pembumian terakhir pada 1(satu) tiang sebelum tiang ujung

Ikatan atau sadapan penghantar pembumian memakai tap konektor jenis kompresi,
penghantar pembumian ini adalah penghantar Alumunium Untuk ikatan dengan terminal
pembumian harus memakai sepatu kabel jenis bimetal. Penghantar diberi lapisan timah
sebelum pengencangan sepatu kabel dengan terminal pembumian pada tiang Jika fasilitas
konstruksi pembumian tidak terdapat pada tiang, maka dipakai penghantar pembumian
tersendiri dari tembaga ukuran 35 mm2, 3 meter di atas tanah dilindungi dengan pipa

62
galvanis 3/4 inchi. Ikatan dengan penghantar netral harus menggunakan ikatan bimetal.
Elektroda pembumian ditanam minimal 20 cm di bawah tanah dan berjarak 30 cm dari
tiang. Ikatan penghantar pembumian dengan elektroda pembumian wajib memakai sepatu
kabel dan dilapisi bahan anti karat. Nilai tahanan pembumian tidak melebihi 10 Ohm, jika
tidak terpenuhi harus dilakukan penggandaan elektroda pembumian dengan jarak antar
elektroda minimal 2.5 meter.

Sambungan dan Sadapan


Sambungan antar penghantar harus dilakukan dengan hydraulic press joint sleeve.
Sambungan tidak boleh menahan beban mekanis. Sadapan atau pencabangan memakai
konektor jenis hydraulic press yang kokoh atau jenis piercing. Sambungan langsung
penghantar harus dilakukan dengan hydraulic press joint sleeve berisolasi. Semua
pembungkus sadapan dan sambungan di lapisi greese (gemuk) dan kedap air.

Jarak Antar Tiang atau Gawang (span) dan Andongan (sag)


Jarak Gawang (span) rata‐rata adalah 40 meter, atau tidak melebihi 50 meter. Tinggi
andongan atau lenduran (sag) minimal 60 cm pada suhu 200C tanpa angin, atau 1(satu)
meter pada suhu penghantar 90o. Perhitungan harus dilakukan agar pada suhu rendah
(200C) tiang tidak menerima beban horizontal lain kecuali akibat berat beban penghantar
itu sendiri. Dalam kondisi khusus (listrik desa) jarak gawang dapat mencapai 60 meter

Jarak Aman (Safety Distance)


Jarak aman saluran udara adalah jarak dimana saluran tersebut aman terhadap
lingkungan dan terhadap manusia. Tabel 6.2 berikut memberikan jarak aman saluran kabel
pilin terhadap lingkungan.

63
Tabel 5.2 Jarak aman saluran udara kabel pilin terhadap lingkungan

Jaring distribusi Tegangan Rendah Sistem 2 Fasa


Sistem 2 fasa pada jaring distribusi tegangan rendah bersumber pada transformator:
1) Transformator 2 fasa dipakai pada sistem jaringan 2 fasa. 2) Transformator 1 fasa dipakai
pada sistem jaringan 3 fasa, 4 kawat (hanya dipakai di PLN Jawa Tengah dengan multi
ground Common Neutral). Kedua macam transformator tersebut adalah dari jenis
transformator Completely Self Protected (CSP). Kriteria konstruksi jaringan tegangan
rendah untuk transformator 2 fasa sama dengan sistem 3 fasa. Demikian pula pada
transformator 1 fasa dengan jaringan tegangan rendah memakai kabel pilin. Untuk
pemakaian penghantar BC, maka penghantar Netral berada diatas penghantar Fasa namun
berada dibawah penghantar TM. Penghantar netral dihubungkan pada massa tiang,
selanjutnya dibumikan.

64
Kebutuhan Daya
Sebagai contoh berdasarkan data yang diperoleh pada hasil survey redesain sistem
distribusi tegangan rendah perumahan BTN Kolhua Blok VA, Kelurahan Kolhua, Kecamatan
Maulafa, Kota Kupang NTT terdapat pelanggan perumahan R1 450 VA s/d 1300 VA
sebanyak 50 pelanggan sedangkan pelanggan R1 2.200 VA terdiri dari 15 pelanggan,
sementara pelanggan R2, R3, B2, B3, I3, I4, P1 dan P2 tidak ada. Sehingga total kebutuhan
daya pada Blok VA BTN Kolhua berjumlah 88.250 VA (88 KVA) seperti disajikan pada
Tabel 6.3.

Tabel 5.3 Kebutuhan daya pada Blok VA BTN Kolhua Kupang


Batas Daya Kebutuhan Daya
NO P Jumlah
(VA) (VA)
1 R1 450 3 1.350
2 R1 900 21 18.900
3 R1 1.300 27 35.000
4 R1 2.200 15 33.000
5 R2 3.500 -
6 R3 6.600 -
7 B2 6.600 -
8 B3 200.000 -
9 I3 200.000 -
10 I4 30.000.000 -
11 P1 6.600 -
12 P2 200.000 -
Total 88.250

Rencana Teknis Kebutuhan Bahan pada Jaringan Tegangan Rendah


Rencana teknis kebutuhan bahan utama pada Jaringan tegangan rendah
berdasarkan hasil survey untuk menentukan panjang jaringan, jarak antar tiang, ukuran,
jenis dan jumlah tiang, kebutuhan kabel gawang dan kabel TIC seperti disajikan pada
Tabel 5.4.

65
Tabel 5.4 Rencana teknis kebutuhan bahan utama pada JTR
No Uraian Jumlah Satuan
1 Panjang Jaringan 760 m
2 Jarak antar tiang 40 m
3 Tiang besi 9 m 19 Tiang
4 Tiang besi 12 m 2 Tiang
5 Andongan 5 %
6 Kebutuhan kabel gawang 21 m
7 Kabel TIC 35 mm2 = 42*19 798 m
8 Kabel TIC (SR) 10 mm2 200 m
Twisted Insulated Conduktor (TIC) NFAAX–T

Penutup
Tes/Soal:
1. Dalam perencanaan teknis perluasan jaringan distribusi tegangan rendah, jelaskan
prosedur utama yang harus dilakukan
2. Sebutkan dan jelaskan komponen-komponen listrik yang ada pada gardu distribusi
3. Gambarkan dan jelaskan monogram gardu distribusi
4. Apa yang dimaksud dengan Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) dan Kendali, jelaskan
secara ringkas
5. Gambarkan salah satu contoh monogram jaringan distribusi tegangan rendah saluran
udara dan berikan penjelasan gambar tersebut

Referensi

Gonen T. 1986. Electric Power Distribution System Engineering. Mc Graw-Hill Book Company.
New York (US):
Pabla AS, Hadi A. 1991. Sistem Distribusi Daya Listrik. Erlangga. Jakarta
[PLN 1]. 2010. Kriteria Desain Enjinering Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik. Buku 1.
PT.PLN (Persero). Jakarta
[PLN 4]. 2010. Standar Konstruksi Gardu Disribusi dan Gardu Hubung Tenaga Listrik. Buku
4. PT.PLN (Persero). Jakarta
Suswanto D. 2009. Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang. Padang.

66
67

Anda mungkin juga menyukai