Anda di halaman 1dari 15

TUGAS 2

MATA KULIAH INSTALASI TENAGA

NAMA : REINHARDT ORLAND IMMANUEL LEO

KELAS : 1B D4 TEKNIK LISTRIK

NIM : 42122042

1. Jelaskan tujuan utama adanya pengaman motor listrik!

Jawaban :

Circuit dalam motor listrik standar minimal terdiri atas Circuit Breaker yang berupa :
MCCB/ NFB (No Fuse Breaker), Magnetic Contactor, serta OL (overload relay) yang berupa
TOR (Thermal Overload Relay) atau ada yang menyebut OCR (Over Current Relay).
Circuit breaker berfungsi untuk melindungi jaringan, sistem distribusi dari arus yang tinggi
yang diakibatkan oleh peralatan, dalam hal ini motor listrik. Magnetic contactor berfungsi
untuk memutus dan menyambung jaringan listrik dengan motor yang dikendalikan oleh
tombol tekan/saklar. Overload Relay (TOR) berfungsi untuk melindungi motor listrik dari
beban lebih yang ditunjukkan oleh arus yang mengalir pada jaringan listrik. Apabila arus
yang mengalir melebihi nilai TOR, maka timbul panas pada TOR, kemudian TOR membuka
dan memerintahkan untuk memutuskan jaringan listrik yang masuk ke motor tsb, sehingga
motor terhindar dari kerusakan. Permasalahannya adalah menentukan berapa besar/nilai
Overload Relay (TOR).
1.Starting Motor Listrik
Metode yang digunakan untuk starting (menjalankan awal) motor listrik cukup banyak.
Sistem ini terkait dengan sifat motor listrik yang menyerap arus listrik yang tinggi pada saat
start. Setelah beberapa saat, arus tersebut akan menurun sesuai dengan arus yang diserap
motor berdasarkan beban yang digerakkan. Metode yang digunakan antara lain sistem DOL
(Direct On Line), Star-Delta, Auto Transformer, Reostat, soft starter dll.
Dengan memperhatikan sifat dari arus start motor listrik, maka dapat ditentukan jenis dan
besarnya nilai Overload Relay (TOR). Arus start sistem DOL sebesar 6 x In (Arus nominal
motor), sedangkan pada sistem Start-Delta maksimal sebesar 3 x In. Berdasarkan karakter
tersebut, maka apabila menggunakan sistem DOL, nilai TOR = In, apabila Star-Delta , nilai
TOR = In/v3 = 0,732 In.
2.Karekatersitik Overload Relay (TOR)
Overload Ralay mempunyai karakteristik sesuai dengan standar-standar kelistrikan,
diantaranya IEEE, NEMA, IEC, dll. Penulis akan membahas sesuai standar IEC yang cukup
banyak digunakan di Indonesia. Standar IEC membagi Overload Relay dalam 3 kelas , yaitu
Class 10, Class 20 dan Class 30 Grafik diatas, lajur mendatar merupakan arus kelipatan dari
nilai Overload Relay. Vertikal ke atas merupakan waktu trip dalam detik (sec) dan menit
(min).
Misalnya suatu Overload Relay (TOR) tertulis IEC 947-4-1, Class 20 bernilai trip = 10
Ampere. Dengan membaca grafik tersebut, maka kita tahu karakteristik overload relay
tersebut. Selang waktu trip digunakan agar TOR tidak trip bila sedang start maupun ketika
ada beban kejut. Dengan berpedoman pada karakterstik tersebut, maka bisa didesain nilainya
dengan memperhatikan arus start dan selang waktunya sehingga tidak trip serta nilai yang
tepat untuk trip (sesuai dengan kemampuan motor listrik yang dikendalikan) jika terjadi
overload sehingga jaringan listrik segera terputus dan motor listrik aman dari
kerusakan/terbakar. Karakteristik motor harus diketahui karakteristik thermalnya berdasarkan
informasi dari motor (name plate)tersebut.

Pengaman Listrik CB, MCB dan ELCB


A.Circuit Bracke (CB)
Keuntungan sebuah pengaman otomatis ialah dapat segera digunakan lagi setelah terjadi
pemutusan. Dalam pengaman otomatis terdapat kopeling jalan bebas. Karena kopeling ini
otomatnya tidak bisa dihubungkan kembali, kalau gangguannya belum diperbaiki. Pengaman
otomatis memberi pengamanan termis maupun elektromagnetik. Untuk pengamanan termis
digunakan sebuah eleman dwilogam. Kalau melebihi nilai yang telah ditentukan, arusnya
diputuskan oleh elemen ini.  Untuk pengamanan elektromagnetik digunakan sebuah
kumparan yang dapat menarik sebuah angker dari besi lunak. Umumnya pemutusan secara
elektromagnetik ini berlangsung tanpa hambatan. Kalau melebihi nilai yang telah ditentukan,
arusnya akan segera diputuskan. Pemutusan secara termis berlangsung dengan kelambatan.
Waktu pemutusan tergantung pada nilai arusnya. Arus paling rendah yang lama – kelamaan
masih menyebabkan otomatnya membuka, dinamakan arus jatuh.
Berdasarkan waktu pemutusannya, pengaman – penaman otomatis dapat dibagi atas otomat-
L, otomat-H dan otomat-G.
a. Otomat-L (untuk hantaran)
Pada otomat jenis ini pangaman termisnya disesuaikan dengan meningkatnya suhu hantaran.
Kalau terjadi beban lebih dan suhu hantarannya melebihi suatu nilai tertentu, elemen
dwilogamnya akan memutuskan arusnya. Kalau terjadi hubung singkat, arusnya diputuskan
oleh pengaman elektromagnetiknya. Untuk arus bolak-balik yang sama dengan 4 In – 6 In’
dan arus searah yang sama dengan 8 In’ pemutusan arusnya berlangsung dalam waktu 0,2
sekon.
b. Otomat-H (untuk instalasi rumah)
Secara termis jenis ini sama dengan Otomat-L. tetapi pengaman elektomagnetiknya
memutuskan dalam wakti 0,2 sekon, kalau arusnya sama dengan       2,5 In – 3 In utuk arus
bolak-balik atau sama dengan 4 In untuk arus searah. Jenis otomat ini digunakan untuk
instalasi rumah. Pada instalasi rumah, arus gangguan yang rendah pun harus diputuskan
dengan cepat. Jadi kalau terjadi gangguan tanah, bagian – bagian yang teruat dari logam tidak
akan lama bertegangan.
c. Otomat-G
Jenis otomat ini digunakan untuk mengamankan motor – motor listrik kecil untuk arus bolak-
balik dan arus searah, alat – alat listrik dan juga rangkaian akhir besar untuk penerangan,
misalnya penerangan bangsal pabrik. Pengaman elektromagnetiknya berfungsi pada 8 In  –
11 I n untuk arus bolak-balik, atau pada 14 In untuk arus searah. Kontak – kontak saklarnya
dan ruang, pemadam busur apinya memiliki konstruksi khusus. Karena itu jenis otomat ini
dapat memutuskan arus hubung-singkat yang besar, yaitu hingga 1500 A. Untuk bangunan –
bangunan besar, mesalnya bangunan flat, diperlukan hantaran suplai utama sampai 35 mm2
atau lebih. Arus hubung-singkat yang dapat timbul dalam instalasi – instalasi ini dapat
melebihi 2000 A. arus yang demikian besar akan merusak pengaman otomatisnya, sebelum
arusnya dapat diputuskan. Elemen dwilogamnya akan menjadi lebur atau kontak – kontaknya
menjadi lengket, sehingga otomatnya tidak dapat digunakan lagi. Untuk mencegah kerusakan
ini, didepan otomat dipasang sebuah patron lebur yang tahan hubung singkat. Patron lebur ini
dinamakan pengaman pengawal, dan harus sudah putus sebelum otomatnya menjadi rusak.
Tabel dibawah ini memuat beberapa data untuk menentukan patron lebur yang harus
digunakan sebagai pangaman pengawal.

B.  Pemutus Sirkit Mini (MCB)


MCB ini memproteksi arus lebih yang disebabkan terjadinya beban lebih dan arus lebih
karena adanya hubung pendek. Dengan demikian fungsi dasar kerjanya yaitu untuk pemutus
hubungan yang disebabkan beban lebih dengan relai termis digunakan bimetal dan pengaman
hubung pendek dengan relai arus lebih seketika digunakan elektromagnet. Bila bimetal
ataupun elektromagnet bekerja, maka ini akan memutus dengan kontak yang terletak pada
pemadam busur dan membuka saklar. Berdasarkan IEC 898-95 terdapat tiga macam
karakteristik, yaitu tipe B, C dan D. Arus nominal yang digunakan untuk rumah hunian bukan
pada APP dengan pengenal tegangan 230/400 V ialah: 6, 8, 10, 12, 16, 20, 25, 32, 40, 50, dan
63 A. Dengan kemampuan membuka (Breaking Capacity) bila terjadi hubung pendek 3 kA, 6
kA atau 10 kA. Sedang MCB pada APP diutamakan sebagai pembatas arus dengan
karakteristik CL (Current Limitter) disamping itu juga sebagai gawai pengaman arus hubung
pendek yang bekerja seketika.
Arus nominal yang digunakan pada APP dengan pengenal tegangan 230/400 V ialah: 1, 2, 4,
6, 10, 16, 20, 25, 35, dan 50 A disesuaikan dengan VA konsumen. Adapun kemampuan
membuka bila terjadi hubung singkat 3 kA dan 6 kA ( SPLN 108-1993) MCB yang khusus
digunakan oleh PLN mempunyai tombol biru.  MCB yang berfungsi sebagai pengaman
tunggal, didalamnya hanya terdapat relay hubungan singkat ( Shoct Circuit Relay ) yang
bertindak sebagai pemutus rangkaian apabila terjadi hubungan singkat, dibawah ini adalah
gambar kostruksi MCB tunggal satu kutub. 
MCB pada saat sekarang paling banyak digunakan untuk instalasi industri maupun instalasi
gedung bertingkat.

Adapun penggunaan tipe-tipe tersebut adalah :


Tipe B    :    Sebagai pengaman kabel atau penghantar terutama untuk perumahan.
Tipe C    :    Sebagai pengaman kabel atau penghantar terutama sangat menguntungkan bila
arus inrush tinggi misalnya lampu mercury,  dan motor.
Tipe D    :    Untuk penerapan yang menyangkut menimbulkan pulsa cukup besar : contoh
transformator, katup selenoid, kapasitor.

C.  ELCB

Guna ELCB untuk memutuskan rangkaian dari sumber jika terjadi tegangan sentuh.
Penyusun utama ELCB adalah sebuah mekanik pemutus, sebuah penghantar pasa, inti trafo
arus seimbang dan penghantar netral. Jika tidak ada arus gangguan pada rangkaian maka arus
seimbang, sehingga tidak ada pengaruh kemagnetan pada trafo dan tida ada tegangan yang
diimbaskan pada belitan sekunder trafo arus. Jika terjadi arus ganguan pada beban karena
kerusaan isolasi sehingga mengalir arus ke bumi, maka keseimbangan pada trafo arus
terganggu dan menghasilkan medan magnet yang mengimbaskan suatu tegangan pada belitan
sekunder trafo arus yang menyebabkan rangkaian diputuskan oleh system pemutusnya.
ELCB bekerja berdasarkan keseimbangan arus beban antara fasa dan netral.  
Pengaman motor listrik pada pengontrolan motor listrik terdiri atas 3 macam, yaitu sebagai
berikut. 
1. Pengaman Hubungan Singkat 
    Arus hubungan singkat dalam suatu rangkaian motor terjadi karena adanya hubungan
singkat. Baik hubungan singkat dalam lilitan motor maupun hubungan dari komponen-
komponen pada rangkalan motornya. Arus hubungan singkat pada rangkaian tersebut
menimbulkan panas yang berlebihan pada motor dan komponen-komponen lain, yang dapat
menimbulkan kerusakan. Maka, untuk melindungi motor listrik digunakan alat pengaman.
Macam alat pengaman yang digunakan, yaitu : sekring dan  pengaman otomatis.
2. Pengaman Beban Lebih 
   Berbicara masalah beban dalam rangkaian listrik, akan teringat pada beban fisik yang
berupa lampu-lampu, tahanan, beban mekanik dari motor listrik dan sebagainya. Apabila
motor mengangkat beban yang lebih berat, maka arus yang mengalir pada motor itu akan
bertambah besar. Suatu motor listrik dikatakan mempunyai beban lebih, apabila arus yang
mengalir melebihi arus nominalnya. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa motor yang
berbeban lebih akan menyerap arus yang berlebihan, sehingga timbul panas yang tinggi.
Panas yang tinggi dan terus-menerus akan menyebabkan kerusakan pada lilitan motor, yang
akhirnya dapat membakar  lilitan motor. 
Besar panas yang dihasilkan oleh arus listrik dinyatakan dengan persamaan: 
Peu = e. I  2. R. t. 
di mana :
e : Konstanta Joule

Dari sini ternyata panas itu merupakan kuadrat dari arus. Apabila arus itu naik menjadi 2 kali,
maka panasnya naik menjadi 4 kali. Oleh karena itu, untuk melindungi atau mengamankan
motor dari panas yang berlebihan, maka dipasanglah relay suhu beban lebih. Dalam
perdagangan, dikenal dengan nama Thermal Overload Relays (TOR).
3. Pengaman hubungan singkat dan beban lebih 
Alat yang dapat melindungi motor listrik terhadap adanya hubungan singkat dan beban lebih
dalam perdagangan dikenal dengan nama "Pengaman Pemutus Rangkaian Motor atau Motor
Protection Circuit Breaker (MPCB). Di dalam MPCB terdapat dua buah relay yaitu relay
magnet dan relay thermis. Relay magnet akan memutuskan rangkaian apabila terjadi
hubungan singkat, sedangkan relay therrnis akan memutuskan rangkaian apabila terjadi
beban lebih pada motor. Konstruksi MPCB ada yang dilengkapi dengan pengaman terhadap
tegangan rendah, ada yang tidak. Apabila motor listrik dikontrol langsung dengan
menggunakan MPCB, maka gunakanlah MPCB yang dilengkapi dengan relay pelindung
terhadap tegangan rendah. Sebaliknya apabila motor dikontrol dengan menggunakan
kontaktor magnet, maka gunakanlah MPCB yang tidak dilengkapi dengan relay pelindung
terhadap tegangan rendah, sebab kontaktor magnet itu sendiri sudah dapat melindungi sendiri
terhadap adanya penurunan tegangan.

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR) Pengaman Motor


THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR) Pengaman Motor listrik mutlak digunakan pada
perangkat - perangkat motor listrik di industri yang berdaya besar,Dalam instalasi motor
listrik, dibutuhkan pengaman terhadap bebab lebih dengan tujuan untuk menjaga dan
melindungi motor listrik dari kerusakan yang fatal akibat gangguan beban lebih. Thermal
Overload Relay (TOR) atau disebut juga Pengaman Relay Termis adalah salah  satu
pengaman motor listrik dari arus yang berlebihan. Bila Arus yang melewati motor listrik 
terlalu besar maka akan merusak beban, oleh sebab itu TOR akan memutuskan rangkaian
apabila ada arus listrik yang melebihi batas beban.

Relay ini dihubungkan dengan kontaktor pada kontak utama 2, 4, 6 sebelum ke beban (motor
listrik). Gunanya untuk mengamankan motor listrik atau memberi perlindungan kepada motor
listrik dari kerusakan akibat beban lebih. Beberapa penyebab terjadinya beban lebih antara
lain:
1)  Terlalu besarnya beban mekanik dari motor listrik
2)  Arus start yang tertalu besar atau motor listrik berhenti secara mendadak
3)  Terjadinya hubung singkat
4)  Terbukanya salah satu fasa dari motor listrik 3 fasa.

Arus yang terlalu besar yang timbul pada beban motor listrik akan mengalir pada belitan
motor listrik yang dapat menyebabkan kerusakan dan terbakarnya belitan motor listrik. Untuk
menghindari hal itu dipasang termal beban lebih pada alat pengontrol. Prinsip kerja termal
beban lebih berdasarkan panas (temperatur) yang ditimbulkan oleh arus yang mengalir
melalui elemen-elemen pemanas bimetal. Dan sifatnya pelengkungan bimetal akibat panas
yang ditimbulkan, bimetal akan menggerakkan kontak-kontak mekanis pemutus rangkaian
listrik (Kontak 95-96 membuka) TOR bekerja berdasarkan prinsip pemuaian dan benda
bimetal.  Apabila benda terkena arus yang tinggi, maka benda akan memuai sehingga akan
melengkung dan memutuskan arus.
Proteksi Terhadap Beban

Motor listrik kadang kala diberikan beban lebih tanpa disadari. Beban yang berlebihan dapat
membuat beberapa komponen tak sanggup menahannya, akibatnya terjadi kerusakan.
Misalnya, motor digunakan untuk memutar beban melebihi kapasitas putaran motor sehingga
arus disuplay melebihi daya tahan kawat, akibatnya kawat kumparan hangus dan tidak dapat
digunakan lagi. Untuk kejadian seperti ini, proses proteksi motor listrik dapat kita bantu
dengan menggunakan rangkaian.
Beberapa relai yang digunakan untuk memproteksi motor listrik:

a. Relai Arus Lebih dan Skring Lebur


Untuk memproteksi motor listrik dari pembebanan lebih maupun hubungan singkat kita dapat
menggunakan relai arus lebih.

b. Relai Stall
Stall adalah fenomena dimana putaran motor sewaktu start tidak dapat dinaikkan dengan
cepat karena beban yang terlalu berat. Relai arus lebih harus distel sedemikian rupa dimana
relai arus lebih selama periode start harus membolehkan arus start yang tinggi selama
tidakmelampui batas waktu tertentu yang menyangkut kemampuan termal motor.

c. Relai tegangan rendah/hilang


Saklar motor listrik umumnya menggunakan magnet pemegang kontak-kontak saklar
(holding coil). Proteksi tegangan rendah atau hilang diperlukan karena tegangan yang rendah
dapat menimbulkan arus lebih. Sedangkan tegangan pasokan hilang perlu diikuti pembukaan
saklar agar jangan timbul arus berlebihan jika tegangan pasokan datang kembali.

d. Relai arus urutan negatif


Apabila pasokan daya dari salah satu fasa hilang, dapat menimbulkan pemanasan berlebihan
dalam stator dan rotor motor. Relai ini mampu melakukan proteksi motor terhadap gangguan
antar fasa, gangguan fasa-tanah, beban lebih, arus urutan negatif dan motor macet.
2. Jelaskan tujuan pengasutan motor !

Jawaban :

Motor Listrik adalah alat yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, motor listrik
ini penggunaannya paling di butuhkan dalam dunia industri dan paling banyak menimbulkan
goncangan tegangan ( flicker ). Agar dapat meminimalisir goncangan tegangan maka kita
harus mengetahui diantaranya teknik pengasutan motor listrik.

Pengasutan motor induksi adalah cara menjalankan pertama kali motor, tujuannya agar arus
starting kecil dan drop tegangan masih dalam batas toleransi.

Ada beberapa cara teknik pengasutan, di antaranya:

1. Hubungan langsung (Direct On Line = DOL)

Starting dengan metoda ini menggunakan tegangan jala-jala / line penuh yang dihubungkan
langsung ke terminal motor melalui rangkaia pengendali mekanik atau dengan relay
kontaktor magnit. Biasanya dilakukan bila motor adalah motor dengan daya kecil.

Arus starting sekitar 4 sampai 8 kali arus nominal. Dan torsi awal sekitar 0,5 – 1,5 torsi
nominal. Tidak dianjurkan bila starting lebih dari 10 detik mengingat arus starting yang
sangat besar.

2. Tahanan depan Stator (Primary Resistor)


Starting dengan menggunakan tahanan primer adalah suatu cara menurunkan tegangan yang
masuk ke motor melalui tahanan yang disebut tahanan primer karena tahanan ini terhubung
pada sisi stator. Hal ini menggunakan prinsip tegangan jatuh.

Untuk start kita menggunakan kontaktor 1 yang di seri dengan resistans untuk mengurangi
arus awal, setelah putaran lebih lancar, gunakan kontaktor 2 dan matikan kontaktor 1 agar
arus tidak melewati resistans. Metode ini banyak digunakan untuk motor dengan daya kecil.

3. Autotransformator

Prinsipnya sama dengan menggunakan tahanan primer namun digantikan dengan traffo
otomatis yang akan mengatur tegangan start dari motor. Setelah beberapa saat motor
dipercepat, transformator diputuskan dari rangkaian dan motor terhubung langsung pada
tegangan penuh.

4. Segitiga-Bintang (Star-Delta)

Metode starting Y – ∆ banyak digunakan untuk menjalankan motor induksi rotor sangkar
yang mempunyai daya di atas 5 kW (atau sekitar 7 HP). Untuk menjalankan motor dapat
dipilih starter yang umum dipakai antara lain : saklar rotari Y – ∆, saklar khusus Y- ∆ atau
dapat juga menggunakan beberapa kontaktor magnit beserta kelengkapannya yang dirancang
khusus untuk rangkaian starter Y – ∆. Arus starting sekitar 1,8 sampai 2,6 kali arus nominal.
Dan torsi awal sekitar 0,5 torsi nominal.
5. Tahanan Rotor lilit

Metoda lain untuk menurunkan arus starting  adalah dengan menggunakan tahanan (R) yang
dihubungkan pada rangkaian rotor. Starting ini hanya dapat dipakai untuk motor induksi
motor rotor lilit (motor slip ring), sedangkan untuk motor induksi rotor sangkar hal ini tidak
bisa dilakukan.

Motor induksi rotor lilit juga disebut motor induksi cincin geser (slipring), rotornya
mempunyai lilitan yang dihubungkan ke tahanan luar. Pada waktu starting, motor
dihubungkan dengan tahanan (Rheostat) dengan harga R yang maksimum. Setelah motor
running, maka rheostat dihubung singkat.
3. Jelaskan tujuan pengereman motor !

Jawaban :

Pengereman Mekanik

Pengereman mekanik merupakan pengereman standar yang ada pada sebuah motor listrik.
Prinsip kerja pengereman mekanis ini adalah dengan menjepit bangian yang berputar pada
motor sehingga motor melambat dan pada akhirnya berhenti.

Dibalik kesederhanaannya, pengereman secara mekanis ini tentu memiliki kekurangan,


diantaranya adalah :

a. Durasi Pengereman Agak Lama

Prinsip kerjanya dengan menjepit bagian motor yang berputar hingga berhenti membuat
proses pengereman memakan waktu yang sedikit lama.

Pengereman ini tentu tidak cocok untuk jenis motor yang bekerja para peralatan angkut dan
sejenisnya yang sangat membutuhkan pengereman yang cepat.

b. Menyebabkan Kerusakan Pada Motor

Bagian motor listrik yang dijepit saat dilakukan pengereman membuat adanya gaya gesek.
Gaya gesek ini sebenarnya tidak masalah jika terjadi sekali dua kali saja. 

Namun karena terjadi pada sistem pengereman yang selalu digunakan sehingga dapat
membuat kerusakan pada motor itu sendiri.

Pengereman Dinamik

Pengereman elektrik jenis dinamik ini menjadi salah satu jenis pengereman yang efisien. Hal
tersebut didasarkan karena proses pengeremannya memerlukan waktu yang singkat sehingga
motor listrik dapat berhenti dengan cepat.

Proses pengereman dinamik ini dilakukan dengan memutus sumber tegangan yang menuju ke
motor yang sedang berjalan, setelah itu dihubungkan ke sebuah tahanan pada terminal
jangkarnya.

Hal tersebut membuat motor akan bekerja sebagai generator sehingga mengalirkan arus
menuju tahanan tersebut. Selanjutnya energi akan dihasilkan oleh jangkar yang berasal dari
putaran motor (selaku generator tadi). Energi tersebut akan dilepas melalui tahanan dalam
bentuk panas.
Pengereman Regeneratif

Pengereman regeneratif terjadi ketika enegi yang tersimpan pada putaran dikembalikan pada
sistem jala-jala. 

Hal ini bisa terjadi ketika motor berputar dengan cepat melebihi putaran nominalnya
meskipun dengan sumber tegangan yang sama. 

Contoh kasusnya adalah pada kereta listrik yang menuruni sebuah lereng sehingga kecepatan
motornya berputar melebihi batas nominalnya meskipun sumber tegangan yang diberikan
sama pada saat jalur datar.

Nah ketika hal tersebut tejadi maka (Ea) lebih besar daripada (Vt) dan membuat energi yang
tersimpan akibat putaran kencang tersebut dikembalikan ke sistem. Pada saat energi
dikembalikan ke jala-jala maka kecepatan motor menurun dan terjadilah proses pengereman.

Adapun pengereman regeneratif motor DC penguatan seri dilakukan dengan cara menaikkan
kecepatan motor maka fluksi yang dihasilkan akan menurun sehingga gaya gerak listrik
induksi yang dihasilkan akan mendekati harga tegangan terminal Vt.

Pengereman regeneratif motor DC penguatan seri tersebut dilakukan dengan mengubah


medan serinya menjadi medan shunt.

Pengereman Plugging

Pengereman plugging biasa juga disebut sebagai pengereman mendadak. Pengereman ini
membuat motor berhenti dengan cepat dalam waktu yang sangat singkat dan tiba-tiba.
Prinsipnya adalah dengan membalik polaritas pada motor arus searah tersebut.

Pada dasarnya pengereman ini dilakukan dengan membalik arah putaran motor yang sedang
berputar. Untuk membalik putaran suatu motor dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan membalik arah arus medan ( If ) atau membalik arah arus jangkar ( Ia ).
Jika salah satu cara tersebut dilakukan maka timbul torsi baru yang berlawanan arah dengan
torsi semula. Torsi tersebut dipengaruhi oleh besar arus yang mengalir pada tahanan jangkar. 

Agar dapat membatasi arus yang mengalir maka dipasang tahanan yang diserikan dengan
tahanan jangkar. Besar tahanan tersebut akan memperngaruhi durasi pengereman hingga
motor berhenti.

Ketika kecepatan motor menjadi nol (berhenti) maka sumber tegangan harus dilepas, jika
tidak maka motor akan berputar dengan arah yang berlawanan.

4. Tentukan nilai komponen-komponen pengaman dan KHAnya ketika Anda mendesign,


menghasut, dan mengerem motor listrik sesuai dengan spesifikasinya name plate
motor Anda !
Jawaban :

Perhitungan untuk menentukan nilai komponen pengaman dan KHAnya dalam desain,
penghasutan, dan pengereman motor listrik 3 fase dengan spesifikasi sebagai berikut :

 Daya motor : 11 HP (7 kW)


 Tegangan motor : 380 V
 Frekuensi : 50 Hz
 Motor : 1450 RPM
 Jumlah kutub : 4
 Kelas isolasi : F
 Tingkat perlindungan : IP 55
a) Circuit Breaker (CB)
CB harus memiliki rating yang sesuai dengan arus nominal motor.

Untuk menghitung arus nominal motor, kita dapat menggunakan rumus


berikut:
I_nom = P / (√ (3) x V x cos phi)

Dimana:
P = daya motor dalam kW
V = tegangan motor dalam volt
cos phi = faktor daya motor (KHAnya)
 Mencari fakto KHAnya
Rumus
cos phi = P / (√ (3) x V x I)
Dimana:
P = daya motor dalam watt (untuk menghitung nilai cos phi, kita harus
mengkonversi daya dalam HP atau kW menjadi watt)
V = tegangan motor dalam volt
I = arus motor dalam ampere
Jika kita asumsikan nilai arus nominal motor sebesar 18,42 A (seperti
yang telah dihitung pada contoh sebelumnya), maka:
P = 7 x 746 = 5.222 watt (karena 1 HP = 746 watt)
cos phi = 5.222 / (√ (3) x 380 x 18,42) = 0,85
Dalam hal ini, nilai cos phi atau faktor daya (PF) atau KHAnya dari
motor listrik adalah 0,85.

Jika KHAnya adalah 0,85, maka:


I_nom = 7000 / (√ (3) x 380 x 0,85)
= 12 A

Kita dapat memilih CB dengan rating 12 A untuk melindungi motor dari


overcurrent.

b) Thermal Overload Relay (TOR)


TOR harus memiliki setting yang sesuai dengan arus nominal motor. Untuk
menghitung setting TOR, kita dapat menggunakan rumus berikut:

I_set = 1,2 x I_nom

Dimana:
I_nom = arus nominal motor
Jadi, jika kita asumsikan nilai I_nom adalah 32,8 A, maka:
I_set = 1,2 x 12 A
= 14,4 A
Kita dapat memilih TOR dengan setting 21.72 A untuk melindungi motor dari
beban berlebihan.

c) Kontrol Kecepatan Untuk mengendalikan kecepatan motor, kita dapat


menggunakan VFD. Pemilihan VFD harus didasarkan pada daya motor dan
frekuensi jaringan listrik. Dalam hal ini, kita dapat memilih VFD dengan
rating 7 kW dan input frekuensi 50 Hz.

d) Rem Magnetik Untuk mengerem motor listrik, kita dapat menggunakan rem
magnetik yang dapat menahan putaran motor. Rem magnetik harus memiliki
rating yang sesuai dengan daya motor. Dalam hal ini, kita dapat memilih rem
magnetik dengan rating 11 HP (7 kW).

e) Power Factor Correction (PFC) Untuk meningkatkan efisiensi motor listrik,


kita dapat menggunakan PFC. PFC harus memiliki rating yang sesuai dengan
daya motor dan faktor daya (KHAnya). Jika nilai KHAnya adalah 0,85, maka
PFC yang cocok untuk motor ini adalah sekitar 12 kVAR.
Perhitungan nilai komponen pengaman dan KHAnya dapat berbeda tergantung pada
aplikasi dan kondisi penggunaan motor listrik. Oleh karena itu, sangat penting untuk
melakukan perhitungan yang akurat dan berkonsultasi dengan ahli teknik listrik yang
berpengalaman sebelum mendesain dan mengasut motor listrik.

Anda mungkin juga menyukai