Anda di halaman 1dari 24

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang landasan teori yang dibutuhkan dalam penulisan tugas

akhir ini, meliputi landasan teori yang berhubungan tentang sistem proteksi beban

lebih dan hubung singkat, serta peralatan yang akan dipergunakan dalam

penulisan tugas akhir.

2.1 PROTEKSI BEBAN LEBIH DAN HUBUNG SINGKAT

Keandalan dan keberlangsungan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani

konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Oleh sebab itu

dalam perencangan suatu sistem tenaga, perlu dipertimbangkan kondisi kondisi

gangguan yang mungkin terjadi pada sistem, melalui analisa gangguan.

Dari hasil analisa gangguan dapat ditentukan sistem proteksi yang akan

digunakan, spesifikasi switchgear, rating circuit breaker (CB) serta penetapan

besaran-besaran yang menentukan bekerjanya suatu relay (setting relay) untuk

keperluan proteksi. Termasuk karakteristik gangguan, beban lebih dan hubung

singkat.

2.1.1 PROTEKSI BEBAN LEBIH (OVERLOAD)

“Arus Batas” (Current Rating) dari elemen sekering dan circuit breaker tidak

akan melampui kapasitas arus yang mengalir pada konduktor/ komponen listrik

yang diproteksi. Arus batas dari alat proteksi adalah suatu harga arus yang

sanggup secara terus menerus mengalirkan arus tanpa kerusakan, jika terjadi

8
9

beban lebih , arus yang tinggi dari batas normal akan membangkitkan panas pada

konduktor yang sebanding dengan kwadrat arus dan waktu (H = I2t).

Gambar 2.1 Proteksi Beban Lebih Sensitif Temperatur


Sumber : Modul Pembelajaran Komponen Dan Sistem Proteksi Tenaga Listrik

2.1.2 PROTEKSI HUBUNG SINGKAT

Proteksi untuk arus hubung singkat biasanya ditentukan oleh impedansi dari

rangkaian yang terganggu. Besarnya impedansi dari rangakian biasanya

dinyatakan dalam satuan per unit (p.u) atau presentase (%). Sebagai contoh

misalnya sebuah transformator dinyatakan mempunyai impedansi sebesar 5% jika

disupply pada tegangan normal 100% akan menghasilkan arus beban penuh, maka

besarnya arus hubung singkat yang dihasilkan oleh transformator tersebut adalah

20 kali arus beban penuh atau sama dengan :

100
(arus beban penuh)×
5

Kenaikan arus pada suatu rangkaian instalasi mengakibatkan kenaikan

kemampuan power supply untuk mensupply arus hubung singkat yang tinggi.
10

2.2 CIRCUIT BREAKER

Circuit breaker seperti halnya sekering adalah merupakan alat proteksi,

walaupun circuit breaker dilengkapi dengan fasilitas untuk switching.

Gambar 2.2 Contoh Circuit breaker (Mini Circuit Breaker)


Sumber : www.directindustry.com

2.2.1 RATING DAN APLIKASI

Dibandingkan dengan sekering, pemakaian circuit breaker lebih bervariasi.

Range circuit breaker dapat dikenal mulai dari type miniature circuit breaker

(MCB) yang banyak digunakan untuk rangkaian penerangan sampai dengan yang

kapasitasnya mega volt ampere pada power house.

Untuk keperluan proteksi komersial dan industri lebih banyak digunakan type

Moulded Case Circuit breaker (MCCB). Untuk pemakaian proteksi sistem 3

phasa lebih baik menggunakan circuit breaker 3 phasa daripada menggunakan

sekering, karena circuit breaker akan memberikan pemutusan secara simultan

untuk 3 phasa dibandingkan dengan sekering.


11

Gambar 2.3 Moulded Case Circuit Breaker


Sumber : www.schneider-electric.com

2.2.2 KLASIFIKASI CIRCUIT BREAKER

Sebagaimana sekering, fungsi proteksi circuit breaker adalah untuk

memproteksi beban lebih dan hubung singkat. Klasifikasi circuit breaker

ditentukan melalui triping action circuit breaker itu sendiri yaitu :

1. Thermal

2. Magnetic

3. Thermal – magentic

4. Solid state atau electronic

1. Thermal

Untuk keperluan tripping type ini menggunakan bimetal yang dipanasi

melalui arus beban lebih karena bimetal mengambil waktu untuk menaikkan

panas, maka type circuit breaker ini mempunyai karakteristik inverse time

limit untuk proteksi


12

Waktu untuk trip tergantung pada kondisi temperatur ruang jadi sangat

cocok untuk proteksi kabel atau proteksi yang memerlukan kelambatan waktu

pemutusannya.

Gambar 2.4 Prinsip Kerja Circuit breaker Tipe Thermal


Sumber : electrical-engineering-portal.com

2. Magnetic

Type ini arus beban yang lewat melalui kumparan elektro magnetik akan

menarik inti jangkar dan secara mekanik akan melepaskan pegangan circuit

breaker dalam posisi “ON” (terjadi proses tripping).

Magnetic circuit breaker akan melengkapi trip yang segera

(instanteneous) terutama pada overload yang cukup berat (biasanya 10 kali

arus beban penuh) atau pada keadaan hubung singkat. Karena medan magnet

cukup kuat untuk menarik jangkar.

Karena magnetic circuit breaker type ini operasionalnya bebas dari

pengaruh suhu ruang, maka proteksi ini lebih cenderung untuk proteksi

hubung singkat.
13

Gambar 2.5 Prinsip Kerja Circuit breaker Tipe Magnetic


Sumber : www.carlingtech.com

3. Thermal – Magnetic

Circuit breaker type ini dilengkapi dengan thermal element untuk

mendapatkan karakteristik dengan kelembaban waktu pemutusan (time delay

characteristic) dari fasiltias pengaruh temperatur ruang. Sedangkan action

magentik diperlukan untuk pemutusan segera. Bila terjadi beban lebih, maka

diperlukan waktu untuk memanasi elemen bimetal (time delay)

Dengan beban lebih yang sangat besar atau hubung singkat, maka elemen

magnetik yang akan mempengaruhi waktu tripping dan diatur 10 kali arus

nominal untuk melengkapi secara lengkap pemutusan instanteneuous dengan

interruping time 0,01.


14

Gambar 2.6 Prinsip Kerja Circuit breaker Tipe Thermal-Magnetic


Sumber : electrical-engineering-portal.com

4. Solid state atau electronic

Solid-state Relays (SSRs) menggunakan output semikonduktor bukan lagi

kontak secara mekanik untuk membuka dan menutup sirkuit. Perangkat output

optik-digabungkan ke sumber cahaya LED di dalam relay. Relay dihidupkan

dengan energi LED ini, biasanya dengan tegangan DC power yang rendah.

Gambar 2.7 Prinsip Kerja Circuit breaker Tipe Solid State


Sumber : www.slideshare.net/infosaneeshss/protection-and-relay-scheme
15

2.3 ACB  (AIR CIRCUIT BREAKER)

Gambar 2.8 Air Circuit Breaker


Sumber : mitsubishi.vibmro.com

ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker dengan sarana

pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan rendah

dan tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer digunakan sebagai

peredam busur api yang timbul akibat proses switching maupun gangguan.

Berikut adalah sistem operasi pada ACB :

1. Under Voltage Release

Bila UVT diisi tegangan maka Coil akan bekerja menarik togle

mekaniknya, sehingga ACB bisa bekerja secara Normal Close (ON)/Open

(OFF) tanpa ada hambatan. Bila tegangan dilepas maka togle mekanik

akan kembali normal melepas togle dan menekan/mengunci sistim

mekanik pada ACB sehingga ACB akan Trip (Bilaposisi sebelumnya ON)

atau akan mengunci sistim mekanik ACB sehingga tidak bisa dioperasikan
16

ON/OFF baiksecara Auto maupun Manual bila UVT belum terdapat

tegangan input.

Gambar 2.9 UVT Controller


Sumber : Mitsubishi Low-Voltage Air Circuit Breakers Series Manual

2. Closing Coil

Bila diisi tegangan maka akan bekerja menekan/mendorong togle

mekanik ACB sehingga ACB akan Close/ON (pemasangan pararel

dengantombol mekanik ON), Setelah ACB ON/Close maka Closing

Release Coil harus dilepas tegangannya agar toggle kembali diposisi

semula dan tidak mengunci sistim OFF/Open, ini biasa di lakukan dengan

cara menginterlock salah satu kabel control yang menuju ke Coil melalui

Auxiliary Contact yang tersedia (NC) sehingga sewaktu ACB sudah

Close/ON, sistim ke Coil terputus dan XF tidak bekerja lagi.


17

Gambar 2.10 Closing Coil


Sumber : Mitsubishi Low-Voltage Air Circuit Breakers Series Manual

3. Shunt Trip Coil

Sistim kerja persis sama dengan biasanya barangnya juga sama/satu

macam. Hanya sedikit perbedaannya adalah terletak pada FUNGSI dan

LETAK pemasangannya. Fungsi MX adalah untuk membuka ACB/Open,

pada saat diisi tegangan, Coil akan mendorong togle mekanik yang

menekan sistim mekanik OFF pada ACB sehingga ACB akan OFF/Open.

Pemasangan biasanya pararel dengan tombol mekanik OFF pada ACB.

Karena sistim kerja hanya sesaat maka wiring cable harus dilewatkan dulu

melalui Auxiliary Contact NO (terbuka/open contact pada saat CB

Off/Open. Dan harus Contact pada saat ACB pada posisi ON/Close.
18

Gambar 2.11 Shunt Trip Device


Sumber : Mitsubishi Low-Voltage Air Circuit Breakers Series Manual

4. Auxiliary Switch

Hanya berupa Switch ON/OFF NO (Normally Open/ kondisi normal

terbuka/ lepas), NC (Normally Close/ kondisi normal berhubungan/

sambung) dan C (Common/basis yang bisa dihubungkan dengan NO/NC)

SDE = AUXILIARY TRIP Sistim Operasi Pada prinsipnya sama dengan

hanya saja Auxiliary jenis ini hanya akan bekerja/ posisi switch berubah

akibat terjadinya Trip Overload/ Over Current/ Fault lainnya. Fungsi

Auxiliary ini adalah untuk memberikan proteksi tambahan agar bila terjadi

Fault/ semacamnya maka motor ACB, MN, MX, XF akan secara

automatis tidak dapat difungsikan kecuali di reset secara manual atau

melalui Remote Reset.


19

5. Motor Charging

Berupa Sistim mekanik dan Motor yang berfungsi untuk menyiapkan

spring mekanik dalam keadaan siap untuk dioperasikan ON (Close) atau

OFF (Open). Biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas pemutus

tegangan bila kondisi motor sudah selesai tugasnya, maka motor tidak

akan bekerja lagi. Fasilitas lain yang tersedia adalah biasanya Motor ACB

setelah melakukan reset/ Energize, maka motor akan berhenti sendiri,

tetapi kadang-kadang dilengkapi dengan fasilitas tambahan NO, sehingga

apabila Motor selesai Energize maka akan keluar tegangan pula (Aux NO)

yang bisa dimanfaatkan lagi untuk Closing/Open ACB.

2.4 PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER ( PLC )

Berdasarkan buku William Bolton, Programmable Logic Control (singkatnya

PLC) merupakan suatu bentuk khusus pengontrol berbasis mikroprosesor yang

memanfaatkan memori yang dapat diprogram untuk menyimpan instruksi-

instruksi dan untuk maengimplementasikan fungsi-fungsi semisal logika,

sequencing, pemwaktuan (timing), pencacah (counting) dan aritmatika guna

mengontrol mesin-mesin dan proses-proses (Gambar 2.15).

Gambar 2.12 Sebuah Programmable Logic Controller


Sumber : William Bolton, Programmable Logic Controller (PLC) edisi 3
20

Tiap-tiap PLC pada dasarnya merupakan sebuah mikrokontroler (CPU-nya

PLC bisa berupa mikrokontroler maupun mikroprosesor) yang dilengkapi dengan

periferal yang dapat berupa masukan digital, keluaran digital atau relay. Perangkat

lunak programnya sama sekali berbeda dengan bahasa komputer seperti pascal,

Basic, C dan lain-lain, programnya menggunakan apa yang dinamakan sebagai

diagram tangga atau ladder diagram.

CPM1A dan CPM2A merupakan PLC produk Omron, perbedaan mendasar

antara CPM1A dan CPM2A adalah fungsi dan jumlah terminal masukan dan

keluarannya, CPM1A 10 memiliki 6 masukan (I0 – I5) dan 4 keluaran (O0 – O3)

total jalur keluaran/masukan, sedangkan CPM2A memiliki 20 jumlah keluaran

dan masukan yang jauh lebih banyak, yaitu 12 masukan dan 8 keluaran (total 20

jalur keluaran/masukan). Pada gambar II.1 dan II.2 ditunjukkan gambar Omron

CPM1A 10 keluaran/masukan (10 I/O), sedangkan pada gambar II.3 ditunjukkan

gambar Omron CPM2A 20 keluaran/masukan.

Sebagai mana terlihat pada gambar II.1 (CPM1A-10) maupun II.3 (CPM2A-

20), selain adanya indikator keluaran dan masukan, terlihat juga adanya 4 macam

lampu indikator, yaitu PWR, RUN, ERR/ALM dan COMM. Arti masing-masing

lampu indikator tersebut ditunjukkan pada tabel 2.1.

INDIKATOR STATUS KETERANGAN


PWR ON Catu daya disalurkan ke PLC
( HIJAU ) OFF Catu daya tidak disalurkan ke PLC
ON PLC dalam kondisi mode kerja RUN atau monitor
RUN
PLC dalam kondisi mode PROGRAM atau
( HIJAU ) OFF
munculnya kesalahan yang fatal
COMM KEDIP Data sedang dikirim melalui port periferal atau RS-
21

232C
( KUNING ) Tidak ada proses pengiriman data melalui port
OFF
periferal maupun RS-232C
Muncul suatu kesalahan fatal (operasi PLC
ON
berhenti)
ERR/ALM
Muncul suatu kesalahan tak-fatal (operasi PLC
( MERAH ) KEDIP
berlanjut)
OFF Operasi berjalan dengan normal

Tabel 2.1 Lampu Indicator Pada Programmable Logic Controller Omron CPM2A
Sumber : Omron CPM2A Operation Manual

Gambar 2.13 CPU unit Components


Sumber : Sumber : Omron CPM2A Operation Manual

Selain 4 lampu indikator, juga bisa ditemukan adanya fasilitas untuk

melakukan hubungan komunikasi dengan komputer, melalui RS-232C atau yang

lebih dikenal dengan port serial. Untuk membuat program atau diagram ladder

maka diperlukan program CX Programmer.


22

CX Programmer adalah software ladder untuk PLC merk OMRON. Software

ini beroperasi di bawah sistem operasi Windows, oleh sebab itu pemakai software

ini diharapkan sudah familier dengan sistem operasi Windows antara lain untuk

menjalankan software program aplikasi, membuat file, menyimpan file, mencetak

file,menutup file, membuka file, dan keluar dari (menutup) software program.

Untuk memulai membuat program pada cx programmer ada beberapa hal

yang harus diketahui, Pertama anda buka aplikasi cx programmer dan akan

muncul jendela sepertipada gambar dibawah ini.

Gambar 2.14 CX Programmer

Setelah itu klik File dan pilih new untuk membuat program baru. Lihat

gambar dibawah ini.


23

Gambar 2.15 File Open


Sumber : Hasil Karya Penulis

2.5 KOMUNIKASI SERIAL

Komunikasi serial adalah komunikasi dimana data dikirim bit per bit. Dengan

sebuah sistem PLC, komunikasi serial dapat digunakan untuk sambungan ke

sebuah komputer, ketika komputer tersebut digunakan sebagai terminal

pemrograman.Standar antarmuka untuk komunikasi serial yang paling lazim

digunakan adalah RS232. Sambungan dilakukan dengan menggunakan konektor

tipe-D 9-pin (Bolton, W.2003).

Komunikasi serial ada dua macam, asynchronous serial dan synchronous

serial.Synchronous serial adalah komunikasi dimana hanya ada satu pihak

(pengirim atau penerima) yang menghasilkan clock dan mengirimkan clock

tersebut bersama-sama dengan data. Contoh pengunaan synchronous

serial terdapat pada transmisi data keyboard. Asynchronous serial adalah

komunikasi dimana kedua pihak (pengirim dan penerima) masing-masing

menghasilkan clock namun hanya data yang ditransmisikan, tanpa clock. Agar
24

data yang dikirim sama dengan data yang diterima, maka kedua frekuensi clock

harus sama dan harus terdapat sinkronisasi. Setelah adanya sinkronisasi, pengirim

akan mengirimkan datanya sesuai dengan frekuensi clock pengirim dan penerima

akan membaca data sesuai dengan frekuensi clock penerima. Contoh penggunaan

asynchronous serial adalah pada Universal Asynchronous Receiver Transmitter

(UART) yang digunakan pada serial port (COM) komputer.

Perangkat yang menggunakan kabel serial untuk komunikasinya dibagi ke

dalam duakategori. Yaitu DCE (Data Communications Equipment) dan DTE

(Data Terminal Equipment). Data Communications Equipment adalah perangkat

seperti modem,TA adapter, plotter dan lain-lain, sedangkan Data Terminal

Equipment adalah Computer anda atau Terminal.

Untuk menjamin terjadinya sebuah transfer data yang cepat dan Realible

antara 2 peralatan, lalu lintas data harus dikoordinasi dengan baik. Tidak seperti

printer yang selalu mencetak setiap karakter yang diterimanya. Namun dalam

komunikasi serial, bisa saja peralatan tidak memiliki lagi tampungan data yang

diterimanya. Sehingga dia harus memberitahukan PC untuk tidak lagi mengirim

data. Hingga modem selesai mengerjakan semua tugasnya. Dan kembali

memberitahukan PC untuk kembali mengirim data berikutnya setelah modem

siap.
25

Gambar 2.16 Konektor Serial RS232


Sumber : http://pancamr.lecture.ub.ac.id/electronics/transfer-data-pc-

menggunakan-serial-port/

2.6 EASY BUILDER PRO

Easy Builder merupakan salah satu produk software dari Weintek, dan

merupakan aplikasi dari Human Machine Interface (HMI), yaitu sistem yang

menghubungkan antara manusia dan teknologi mesin. HMI dapat berupa

pengendali dan visualisasi status baik dengan manual maupun melalui visualisasi

komputer yang bersifat real time. Sistem HMI biasanya bekerja secara online dan

real time dengan membaca data yang dikirimkan melalui I/O port yang digunakan

oleh sistem controller-nya. Port yang biasanya digunakan untuk controller dan

akan dibaca oleh HMI antara lain adalah port com, port USB, port RS232 dan ada

pula yang menggunakan port serial. 


26

Gambar 2.17 Tampilan Dari EasyBuilder Pro


Sumber: Hasil Karya Penulis (2015)

Fungsi HMI :

1. Memberikan informasi plant yang up-to-date kepada operator melalui

graphical user interface

2. Menerjemahkan instruksi operator ke mesin

3. Memonitor keadaan yang ada di plant

4. Mengatur nilai pada parameter yang ada di plant

5. Mengambil tindakan yang sesuai dengan keadaan yang terjadi

6. Memunculkan tanda peringatan dengan menggunakan alarm jika terjadi

sesuatu yang tidak normal

7. Menampilkan pola data kejadian yang ada di plant baik secara real time

maupun historical (Trending history atau real time).


27

2.7 TOUCH SCREEN

Touch Screen adalah sebuah perangkat input komputer yang bekerja dengan

adanya sentuhan tampilan layar menggunakan jari atau pena digital. Antarmuka

layar sentuh, di mana pengguna mengoperasikan sistem komputer dengan

menyentuh gambar atau tulisan di layar itu sendiri, merupakan cara yang paling

mudah untuk mengoperasikan komputer dan kini semakin banyak digunakan

dalam berbagai aplikasi. Salah satunya yaitu Human Machine Interface (HMI).

Touchscreen yang digunakan yaitu Weintek Touchscreen dengan kelebihan

layar lebar penuh warna TFT dengan diagonal 7" dengan backlight LED dan

kontrol layar sentuh. Dengan resolusi tinggi dan dapat visualisasi dari proses

teknologi yang sangat rinci. Konfigurasi MT8070IE dapat dilakukan melalui

software Easy Builder Pro.

Gambar 2.18 Touch Screen Weintek


Sumber : trimantec.com

2.8 RELAY

Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan

komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian


28

utama yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak

Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk

menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power)

dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh,

dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu

menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk

menghantarkan listrik 220V 2A. Dibawah ini adalah gambar bentuk Relay dan

Simbol Relay yang sering ditemukan di Rangkaian Elektronika.

Gambar 2.19 Relay Dan Symbol


Sumber : Priyo Jatmiko, PLC ,HMI and Industrial part: PLC ,
HMI and Industrial ( Halaman 15 – 18 )

Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar  yaitu :

1. Electromagnet (Coil)

2. Armature

3. Switch Contact Point (Saklar)

4. Spring

Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian Relay :


29

Gambar 2.20 Struktur Sederhana Relay


Sumber : Priyo Jatmiko, PLC ,HMI and Industrial part: PLC ,
HMI and Industrial ( Halaman 15 – 18 )

Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :

 Normally CLOSE (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu

berada di posisi CLOSE (tertutup)

 Normally OPEN (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu

berada di posisi OPEN (terbuka)

Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah

kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila

Kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang

kemudian menarik Armature untuk berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke

posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan arus listrik

di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC)

akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik,

Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh
30

Relay untuk menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya

membutuhkan arus listrik yang relatif kecil.

Arti Pole dan Throw pada Relay

Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya sebuah relay, maka

relay dapat digolongkan menjadi :

 Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4

Terminal, 2 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.

 Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5

Terminal, 3 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.

 Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6

Terminal, diantaranya 4 Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal

Saklar sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil. Relay DPST dapat

dijadikan 2 Saklar yang dikendalikan oleh 1 Coil.

 Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki

Terminal sebanyak 8 Terminal, diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2

pasang Relay SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) Coil. Sedangkan 2

Terminal lainnya untuk Coil.

Selain Golongan Relay diatas, terdapat juga Relay-relay yang Pole dan

Throw-nya melebihi dari 2 (dua). Misalnya 3PDT (Triple Pole Double Throw)

ataupun 4PDT (Four Pole Double Throw) dan lain sebagainya.

Untuk lebih jelas mengenai Penggolongan Relay berdasarkan Jumlah Pole

dan Throw, silakan lihat gambar dibawah ini :


31

Gambar 2.21 Jenis Relay


Sumber : Priyo Jatmiko, PLC ,HMI and Industrial part: PLC ,
HMI and Industrial ( Halaman 15 – 18 )

Fungsi-fungsi dan Aplikasi Relay

Beberapa fungsi Relay yang telah umum diaplikasikan kedalam peralatan

Elektronika diantaranya adalah :

1. Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function)

2. Relay digunakan untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay

Function)

3. Relay digunakan untuk mengendalikan Sirkuit Tegangan tinggi dengan

bantuan dari Signal Tegangan rendah.

4. Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun

komponen lainnya dari kelebihan Tegangan ataupun hubung singkat

(Short).

Anda mungkin juga menyukai