Anda di halaman 1dari 19

MAROKO

Diposkan oleh Dan Ali

1. LETAK GEOGRAFIS MAROKO

Morocco map
A. PENDUDUK
Jumlah : 25.380.000 (1989)
Kepadatan Penduduk : 57 jiwa per ,
Suku : Arab Berber 99 %.
Bahasa : Arab , Berber, Perancis, dan sedikit Spanyol.
Maroko sendiri salah satu dari 22 Negara Arab yang tergabung dalam Organisasi Liga
Arab yang bermarkas di Cairo, Mesir. Negara ini terletak persis di ujung utara benua Afrika dan
berbatasan di sebelah utara dengan laut tengah, sebelah timur dengan aljazair, sebelah selatan
dengan Mauritania dan sebelah barat dengan Samudera Atlantik. Letak Maroko yang sangat
strategis di perairan Samudera Atlantik dan Laut Tengah menyebabkan Negara ini menjadi
incaran kaum imperialis barat.
Maroko mempunyai empat ibu kota: Rabat, ibu kota adminitrasi, Casablanca, ibu kota
perdagangan dan perindustrian, Marrakech, ibu kota wisata dan Fes, ibu kota budaya dan ilmu
pengetahuan.
Mayoritas rakyat Maroko (99%) memeluk agama Islam, selebihnya memeluk agama
Yahudi dan Nasrani. Jumlah rakyat Maroko sekitar 30 juta jiwa. Bahasa resmi Negara adalah
bahasa Arab, sedangkan bahasa keduanya adalah bahasa Perancis, Spanyol dan Barbar.
Walaupun bahasa Perancis merupakan bahasa kedua, namun penggunaannya, baik di bidang
administrasi Negara maupun sebagai bahasa pengantar pendidikan, kadangkala melebihi bahasa
resmi, yaitu bahasa Arab.
Sistem Pemerintahan Maroko menganut sistem monarki konstitusional. Tahta kerajaan
merupakan warisan turun temurun yang dipegang oleh Dinasti Alwiyah. Raja sebagai Kepala
Negara dibaiat sebagaimana layaknya system khilafah dan diberi gelar Amirul Mukminin yang
mengisyaratkan sebagai pemimpin umat Islam di Maroko. Roda pemerintahan dijalankan oleh
Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri yang diangkat oleh raja. Maroko mempunyai
parlemen yang terdiri dari majelis rendah yang dipilih melalui pemilihan secara langsung dan
majelis tinggi yang dipilih secara tidak langsung.
B. KEADAAN ALAM
Luas : 446.550 km2.
Letak : di barat laut Afrika.
Batas Negara : Sahara Barat di sebelah Selatan, Aljazair di Timur.
Topografi : Wilayahnya terdiri dari 5 bagian, yaitu pegunungan, lahan subur di barat, tanah
lumpur di barat daya, lahan pertanian di tengah, dan Gurun dekat Sahara.
Walaupun letak Maroko di benua Afrika, alamnya tak jauh berbeda dengan wilayah asia
yang subur, hijau dan terdapat perngairan di mana-mana. Sehingga tak jarang pelancong dari
manca negara tercengang melihat kesuburan tanah Maroko yang dipenuhi dengan pepohonan
dan penghijauan di segenap wilayah. Pemerintah Maroko juga memberikan perhatian yang
cukup besar terhadap usaha penghijauan wilayah. Bahkan boleh dikatakan, di antara Negara-
negara Arab dan Afrika, Maroko termasuk Negara pertanian terkemuka dan unggul.
Kota-kota penting di Maroko umumnya berada di wilayah pesisir, seperti Tanger,
Tetouan (baca: tetwan), Nador, Oujda (baca: wujda), Casablanca, Rabat, Safi, es-Soiurah dan
Agadir. Sebagian berada di sekitar Pegunungan Atlas, seperti Fes, Marrakech, Meknes dan Ifran.
Letak geografis masing-masing kota tersebut sangat mempengaruhi keadaan suhu dan cuaca
setempat. Misalnya pada puncak musim dingin, daerah pesisir umumnya berada pada suhu
maksimal 5 o C sedangkan daerah pegunungan dan pedalaman melewati angka 0 o c hingga -10
o c yang ditandai turunnya salju di beberapa kota seperti ifran. Demikian juga sebaliknya pada
puncak musim panas, suhu daerah pesisir berkisar antara 25 o c 29 o c, sedangkan daerah
pedalaman dan pegunungan, kadangkala melebihi angka 50 o c. namun di balik itu, daerah
pedalam dan pegunungan umumnya memiliki udara yang bersih dan sehat dibandingkan dengan
daerah pesisir. Maroko mengenai empat musim yaitu musim dingin, musim semi, musim panas
dan musim gugur.Menurut sejarah, sebelum bangsa Arab masuk dan membawa Islam di bawah
pimpinan Uqbah bin Nafi pada pertengahan abad pertama hijriyah, Suku Barbar sudah berada di
Maroko yang kemudian terbagi menjadi tiga suku, yaitu: Amazigh, Syilha dan Rifi. Ketiga suku
ini memiliki bahasa dan dialek tersendiri dan diakui oleh pemerintah Maroko.
Dilihat dari urutan sejarah di atas, dapat diambil kesimpulan, bahwa rakyat Maroko
merupakan perpaduan berbagai suku yang intinya ada dua, yaitu Suku Barbar dan Suku Arab.
Suku Barbar kebanyakan mendiami wilayah bagian selatan (Marrakech, Agadir, Ouarzazat dan
sekitarnya), dan sebagian lagi di utara (Tetouan, Nador dan sekitarnya).
C. PEREKONOMIAN
Industri : Karpet, pakaian jadi, barang barang dari kulit, dan Pariwisata.
Hasil Bumi : beras, buah buahan, dan Anggur.
Hasil Tambang : antimony, kobalt, mangan, fosfat, minyak dan batu bara.
Daerah Subur : 18 %
Perekonomian Maroko, sebagaimana terlihat jelas dengan tingginya tingkat ekspor hasil
pertanian Maroko ke berbagai Negara eropa dan timur tengah. Di samping itu, peran sektor
perikanan juga tidak dapat disisihkan dalam menambah devisa Negara, mengingat sebagian besar
wilayah Maroko berada di pantai Samudera Atlantik dan laut tengah.
Dalam sektor wisata pun Maroko boleh dikatakan unggul. Ini terbukti dengan banyaknya
obyek wisata yang menarik minat pelancong dari Eropa, Asia maupun benua lainya. Di antara
objek wisata tersebut adalah pantai indah yang berada di pinggiran kota-kota pesisir seperti:
pantai pelaya di Tanger, pantai Ashila, pantai Mehdia di Kenitra, pantai Agadir yang dikenal
dengan penjara di tengah lautnya, dan banyak menyimpan kesan di benak para pelancong dengan
fasilitas kafe dan restoran di pinggir pantai serta fasilitas lainnya. Di samping itu ada juga obyek
wisata air terjun yang ada di Sopro, Fes dan Khribga. Serta sumber air panas ainullah, fes. Obyek
wisata lain yang terdapat di kota Fes ataupun di Jami Alfena di Marrakech.
Demikian pula tempat-tempat yang bernilai sejarah seperti Goa Hercules di Tanger,
Penjara Portugis di Safi, Jami Quaraouyine (baca: qarawiyyin) di Fes. Volubilis versi nama Itali
dan Walili versi nama Maroko, terletak di sebelah utara kota Meknes, sebagai kota bersejarah
peninggalan Pemerintahan Romawi Kuno di Maroko, Volubilis tetap terjaga keaslian dan
kekunoannya. Dan benteng-benteng kokoh bercat merah kekuningan yang dapat disaksikan di
setiap kota di Maroko. Begitu juga perkampungan unik yang menyimpang nyanyian gurun
sahara di Ouarzazat, sebelah selatan kota Marrakech.
Dari sejumlah obyek wisata yang terdapat di Maroko, tidak dapat dilupakan sebuah
warisan yang paling dibanggakan yang dibangun di zaman raja Hasan II, yaitu mesjid hasan II
yang terletak di kota casablanca. Mesjid ini memiliki bangun megah, bahkan termegah ketiga di
dunia setelah haramain (masjidil haram dan masjid nabawai), dan dapat menampung lebih
kurang 100.000 jamaah serta selalu dipakai untuk acara keagamaan kerajaan, seperti peringatan
Maulid Nabi.
Dalam sektor industri, Maroko juga dikenal sebagai negara penghasil fosfat terbesar di
dunia. Pabrik fosfat yang berada di kota Shafi merupakan penopangan terpenting ekonomi
negara setelah pertanian. Juga tidak dapat dilupakan, keberadaan pelabuhan-pelabuhan laut
internasional yang berada di beberapa kota pesisir seperti Safi, Tanger, Mohammedia dan
Casablanca yang telah banyak menyumbangkan devisa bagi Maroko. Bahkan boleh dikatakan,
pelabuhan kapal casablanca merupakan yang terbesar di wilayah Afrika Utara. Menurut statistik
ekonomi Maroko tahun 1999, Maroko telah memililki income perkapita sebesar US$ 1300. dan
di bawah pemerintahan raja mohammad VI yang naik tahta yang cukup berarti. Hal ini terbukt
dari berbagai proyek dan perencanaan pembangunan yang dicanangkan pemerintahan dengan
berbagai negara yang tergabung dalam Uni Eropa.

2. SEJARAH
Kata Maroko berasal dari Marrakech yaitu nama salah satu kota di selatan Maroko.
Dalam bahasa Arab, Maroko disebut dengan al-maghrib yang artinya wilayah bagian barat atau
tempat terbenam matahari, sedangkan al-maghrib al arabi adalah kaukus Negara-negara afrika
bagian utara yang terdiri dari aljazair, Tunisia, libya, Mauritania dan Maroko. Kelima Negara
tersebut telah membentuk persatuan magrib arabi (Union du magebeinne arabe {UMA}).
Terdapat bukti arkeolog yang kuat bahwa Maroko pernah dihuni oleh manusia gua dari
zaman batu. Mereka meninggalkan banyak jejak atas kehadiran mereka. Sekitar tahun 2.000
tahun sebelum masehi, bangsa Berber tiba di daerah itu dan bermukim disana. Bangsa Funisia
tampil di daerah itu sekitar abad ke-11 sebelum masehi, yaitu ketika mereka mendirikan
beberapa pos perdagangan di pantai laut tengah. Kemudian bangsa Kartaginia mendirikan pusat
perdagangan di wilayah pantai Maroko di laut tengah dan Atlantik. Setelah terjadi serangkaian
peperangan yang bersejarah, bangsa Kartaginia akhirnya digilas oleh bangsa Romawi. Dari abad
ke-1 sebelum masehi abad ke-5 masehi lahan itu menjadi sebuah propinsi Romawi. Pengaruh
Romawi bahkan berlangsung lebih lama dari pada bangsa Vandal Germanik, yang bergerak
melalui daerah ini sebelum menaklukan Italia Selatan sampai hari ini reruntuhan Romawi masih
dapat dilihat di bagian utara Maroko. Selama abad ke-2 dan ke-3 Masehi, Volubilis, yang
terletak di kaki bukit Zerhoun. Pada pertengahan abad ke-7 kaum muslimin Arab menyerang dari
timur. Sebagian kecil dari angkatan perang arab ini bermukim di Maroko. Namun, penyerang
Arab berikutnya pun terjadi dan diawal abad ke-8 orang Arab itu menduduki wilayah itu. Bangsa
Berber tetap mepertahankan jati diri mereka selama penyerbuan itu meskipun akhirnya mereka
menerima agama Islam. Namun, mereka menerima agama itu setelah mengadakan perubahan
yang sesuai dengan cara hidup tradisional mereka. Orang Berber kemudian bergabung dengan
angkatan perang Arab alam menaklukkan sebagian Spanyol, yang pertama kali mereka serang
pada tahun 711. Menjelang akhir abad ke-8, Idris I, seorang keturunan Nabi Muhammad,
mendirikan dinasti Islam yang pertama di Maroko. Anaknya, Idris II, mendirikan kota Fez, yang
menjadi terkenal sebagai pusat agama dan kebudayaan Islam.
Kekaisaran Maroko Raya pertama didirikan oleh suku Almoravid di abad ke-11. Sebagai
penunggang kuda yang andal dan manggala perang yang tangguh, suku Almoravid menyerang
Maroko dari seberang gurun. Mereka mendirikan ibu kota kerajaan di Marrakesh. Pengaruh
Almoravid mencapai mencapai timur sampai ke Tunisia dan ke utara sampai ke Spanyol
sehingga mengikat lebih erat sejarah Spanyol dan Maroko. Namun, dalam abad-abad berikut
maroko secara bertahap kehilangan daerahnya yang jauh. Spanyol dan Portugal menyerang
negeri itu. Mendirikan permukiman berbenteng. Dan menduduki beberapa pelabuhan Maroko.
Pada abad ke-16, bangsa Maroko mampu menggalang kekuatan yang memadai untuk mengusir
para penyerang sejak akhir abad ke-17 sampai awal abad ke-19 Maroko bertahan sebagai negara
yang sama sekali bebas dari pengaruh asing.
Setelah Prancis berhasil menduduki kota Aljier pada tahun 1830, perhatian dari kekuatan
imperialis Eropa terjaga. Prancis, Spanyol, Inggris, dan kemudian Jerman mempunyai ambisi
untuk daerah dan pengaruh ekonomi. Dengan letaknya yang hanya 14 km dari Gibraltar dan
menguasai pintu masuk barat ke laut tengah. Maroko memiliki nilai strategis yang
menguntungkan sehingga akhirnya negeri itu justru jatuh kebawah kekuasaan berbagai kekuatan
imperialis tersebut.

3. PERMASALAHAN DI MAROKO

a. Latar Belakang Krisis Maroko I


Krisis Maroko Pertama (juga dikenal sebagai Krisis Tangier) adalah krisis internasional
atas status internasional Maroko antara Maret 1905 dan Mei 1906. Maroko terletak di Afrika
bagian utara sebelah barat, letaknya sangat strategis di selat Gibraltar dan berhadapan langsung
dengan Spanyol bagian selatan. Selat ini satu-satunya pintu masuk-keluar dari dan ke Laut
Tengah. Dari abad ke 17 sampai awal abad 19 Maroko mampu bertahan sebagai negara
berdaulat.
Letak Maroko yang sangat strategis ini pada akhirnya justru telah menjadi incaran bagi
Negara-negara Eropa yang tengah gencar-gencarnya meluaskan kekuasaan khususnya di wilayah
Afrika, apalagi Maroko begitu dekat dengan Eropa. Spanyol sebagai negara Eropa yang terdekat
wilayahnya dengan Maroko mencoba mengirimkan pasukannya ke Maroko tetapi dapat di halau
oleh Inggris. Pada prinsipnya Inggris tidak menginginkan adanya kekuasaan permanen siapapun
di Maroko, karena bagaimanapun penguasaan Maroko oleh satu kekuatan Barat tertentu akan
dapat memicu bagi terjadinya krisis Internasional.
Sebaliknya Perancis justru sangat berkeinginan untuk menguasai Maroko, meskipun
Jerman sejak 1873 sudah menempatkan perwakilannya di Maroko. Itulah sebabnya ketika
Perancis mendirikan pangkalan militer di Fez maka Negara-negara Eropa ramai-ramai
melakukan protes. Maka untuk menghindarkan konflik yang lebih besar, diadakanlah suatu
konvensi yang membahas masalah Maroko pada tahun 1880, yang dihadiri oleh 15 negara Eropa
dan Amerika Serikat di Madrid. Hasilnya Status quo Sultan Maroko harus dipertahankan dan
Maroko tetap menjalankan politik pintu terbuka. Sejak itu maka banyak Negara yang berlomba
menanamkan modal di Maroko.
Mundurnya Perancis dari Fashoda (dalam kriris Fashoda) bagaimanapun merupakan
tamparan dahsyat bagi Perancis, dan jelas negara ini pun tidak bisa melupakannya begitu saja,
demikian pula kekalahan yang dirasakan setelah mundur dari Suez pada saat terjadinya perang
melawan rakyat Mesir. Kekalahan demi kekalahan yang diderita Perancis, tentu membutuhkan
suatu tirai untuk menyembuhkannya. Maka hal yang paling tepat yang dapat dilakukan Perancis,
adalah menduduki Maroko. Kalau Inggris telah menduduki pintu keluar menuju India yaitu Suez,
maka Perancis seharusnya dapat menguasai pintu masuk yaitu Maroko. Disaat Inggris sibuk
menghadapi perjuangan bangsa Boer di Afrika Selatan, maka Perancis secara diam-diam
melakukan perjanjian dengan Italia yang isinya Italia tidak keberatan apabila Perancis di
Maroko, sebaliknya Perancis juga tidak akan menghalangi keinginan Italia di Tripoli dan
Cyrenaica. Perjanjian ini di ratifikasi pada tahun 1902 dengan memasukkan apabila salah satu
Negara diserang musuh maka yang lain akan bersikap netral.
http://puntodewoblogspotcom.blogspot.com/2012/05/krisis-fashoda-dan-maroko-di-afrika.html
b. Krisis Maroko 1
Maroko terletak di Afrika Utara sudut barat, disebelah selatan Jabaltarik. Tanahnya
subur, kaya akan baja dan besi, iklimnya menyenangkan, letaknya strategis dan memiliki bandar-
bandar yang baik.Daerah luas itu diperintah oleh seorang Sultan dengan sebutan Sherif. Banyak
kaum kapitalis Barat menanamkan modalnya dinegeri tersebut. Untuk dapat memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya, maka negeri-negeri Barat bersaingan dalam menanamkan
kekuasaannya. Spanyol karene alasan historis, pada 1859-1860 mengirimkan angkatan
perangnya, tetapi dikembalikan oleh Inggris. Prancis ingin mendapatkan Maroko untuk
memperluas imperiumnya, Inggris karena alasan-alasan strategi dan menghendaki agar di Tanger
tidak didirikan benteng-benteng, sedang Jerman sejak 1873 telah memiliki perwakilan di Istana
Sultan.
Berhubung semua negara tersebut mempunyai kepentingan di Maroko, maka semua
negara tidak menghendaki apabila salah satu diantaranya dapat menguasai negeri tersebut. Oleh
sebab itu kedaulatan Sultan tetap terjamin. Tetapi pada 1878, ketika Prancis mendirikan
pangkalan militer di Fez, sehingga membuat negara-negara barat lainnya khawatir Prancis dapat
menguasai Maroko. Mereka menuntut diadakannya suatu konvensi untuk menentukan nasib
Maroko. Pada 1880 empat belas negara-negara Eropa beserta Amerika Serikat berkumpul di
Madrid dan konvensi ini memutuskan bahwa status quo Sultan Maroko harus dipertahankan dan
negeri itu harus menjalankan politik pintu terbuka. Sejak itu makin banyaklah modal Barat yang
masuk ke Maroko.
Persaingan diantara mereka makin hebat, sehingga Maroko merupakan tempat yang
sangat berbahaya dalam gelanggang politik internasional. Persaingan Prancis dan Jerman
dinegeri ini akan dapat mengancam perdamaian dunia, khususnya bagi Eropa. Sesudah
mengalami kekalahan dalam menghadapi masalah Fashoda, Menteri Luar Negeri Prancis
Delcase ( 1898-1905) berusaha menaikan prestise negerinya dengan menumpahkan perhatiannya
ke Maroko. Prancis menggunakan kesempatan yang baik itu, sewaktu Inggris sedang sibuk
dengan urusan Afrika Selatan sedang Italia dan Prancis telah ada pendekatan-pendekatan.
Maka selain memperkuat tentaranya, Prancis juga mengadakan perjanjian-perjanjian.
Pada 1900 tercapailah perjanjian Prancis dengan Italia yang berisi antara lain Italia tidak
mempunyai kepentingan di Maroko. Sebaliknya tidak punya kepentingan di Tripoli dan
Cyrenaica. pendekatan Italia pada prancis ini disebabkan karena kegagalan usaha Italia untuk
menguasai Afrika Timur Laut.Pada 1902 tercapailah lagi perjanjian antara Prancis dengan Italia.
Isinya antara lain :
1. Prancis bebas bertindak di Maroko, sebaliknya Italia bebas bertindak di Tripoli
2. Jika salah satu dari dua negara tersebut diserang musuh, yang lain akan tatap bersikap netral.
Tindakan Italia ini disebut extra tour dan mengakibatkan selesainya riwayat Triple
Alliance. Pada tahun itu juga Prinetti, Menteri Luar Negeri Italia menolak pembaharuan Triple
Alliance. Prancis juga mengadakan perjanjian dengan Spanyol, yang berarti memperkuat
kedudukan Prancis di kontinen dan akan membahayakan Jerman. Isi perjanjian tersebut membagi
Maroko menjadi daerah-daerah pengaruh antara kedua penguasa itu. Spanyol mendapat pantai
utara, termasuk Tanger dan Fez dan sebagian lagi disebelah selatan. Prancis mendapat sisanya.
Tetapi ketika di Spanyol ada pargantian kobinet baru itu tidak berani melanjutkan hubungan baik
dengan Prancis karena takut kepada Inggris, maka perjanjia Prancis-Spanyol itu tidak ada
artinya.
Pada 1902 Inggris meninggalkan politik spendid isolation. Perjanjian persekutuan
Inggris-Jepang ditandatangani. Persekutuan ini oleh Inggris ditujukan untuk bersama-sama
menghadapi kekuasaan Rusia di Asia Timur. Tetapi Inggris juga insyaf bahwa sangat berat jika
ia harus mnghadapi lawan-lawannya yang sesama negara Barat, yaitu Jerman, Prancis dan Rusia.
Oleh sebab itu ia harus memilih pihak. Dengan Jerman tidak mungkin diadakan persekutuan,
kerena keduanya bersaingan dalam masalah Afrika Selatan, perebutan kekuasaan dilautan dan
proyek jalan kereta api Bagdad.
Pada 1903 Raja Edward VII, pengganti Ratu Victoria, bersikap lain condong pada
Prancis dari pada Jerman. Prancis mula-mula ragu-ragu, sebab persekutuan dengan Inggris akan
berakibat melemahkan persekutuan Prancis-Rusia dan akan mengakibatkan munculnya kembali
Dreikaiserbund. Tetapi akhirnya Prancis menerima usul Inggris untuk menghentikan
pertentangan antara Inggris dan Prancis dikoloni-koloni. Pertikaian, pertentangan di
Newfoundland, di Afrika Barat dan Afrika Tengah dapat diatasi. Pertentangan Inggris,
penguasaan Prancis terhadap Maroko dalah sangat berbahaya, karena letaknya berhadapan
dengan Jabaltarik. Disamping itu juga karena itu mnyukarkan Inggris dalam mengawasi Laut
Tengah. Dengan demikian Inggris menhendaki supaya jangan ada negara lain yang menguasai
daerah yang letaknya dihadapan Jabaltarik.
Pada 1903 Delcase mengunjungi London. Masalah Mesir dibicarakan dan berhasil dapat
mengatasi segala kesulitan pada tahun berikutnya terjadi perang antara Rusia dan Jepang. Dalam
hal ini Prancis bersikap netral, tidak membantu Rusia. Dua bulan kemudian tercapailah suatu
perjanjian antara inggris dan prancis yang terkenal dengan nama Morocco Egyptian Agreement
atau Entente Cordiale (1904), isinya: Prancis melepaskan kepentingannya di Mesir sebaliknya
Inggris tidak berkeberatan jika prancis menanamkan kekuasaannya di Maroko, selain daerah
pantai utara yang akan diserahkan kepada spanyol, negeri yang tidak kuat. Tidak boleh ada
benteng didirikan di depan Jabaltarik. Semua pertentangan antara Inggrius dan Prancis baik
mengenai urusan ekonomi maupun koloni diakhiri. Kedua negeri tersebut akan saling bantu
membantu.
Pada 1904 itu juga Prancis mengadakan perjanjian dengan Spanyol. Tentang Fez tidak
dibicarakan seperti pada perjanjian sebelumnya. Pembagian daerah pengaruh diadakan. Spanyol
menerima daerah di sepanjang pantai dan sisanya untuk Prancis. Spanyol harus berjanji bahwa
haknya di daerah Maroko tidak akan diserahkan kepada negara ketiga. Kota Tanger berada
dibawah pengawasan internasional, untuk menjaga jangan sampai di kota tersebut didirikan
benteng-benteng.
Sesudah mengadakan perjanjian-perjanjian tersebut, Delcase mengumumkan bahwa telah
tiba saatnya bagi Prancis untuk menjaga kepentingannya di Maroko. Prancis mulai melakukan
peacafulpenetration dengan cara mendapatkan konsesi-konsesi dari Sultan Abdul Azis untuk
kaum kapitalis Prancis. Tindakan semacam ini disebut pula Tunification terhadap Maroko.
Sultan Abdul Azis yang naik tahta pada 1900 pada usia 16 tahun, menghambur-hamburkan uang
sehingga uang khas negeri menjadi kosong. Untuk mengisi kas tersebut, ia memasukkan sistem
pemungutan pajak yang berat dan mencari pinjaman pada bank-bank Prancis. Ketika ia tidak
dapat membayar kembali, ia terpaksa harus menerima bantuan orang-orang Eropa untuk
menjalankan sistem pengumpulan pajak secara modern dan juga aparatur polisi sevara modern.
Delcase mengirimkan M.Saint Rene Tailliandier ke Fez dengan membawa program
pembaharuan yang pelaksanaanya harus berada dibawah pengawasan Prancis. Polisi militer
dibentuk dibawah opsir-opsir Prancis. Bank negara didirikan untuk memperbaiki keadaan
keuangan dan berbagai bangunan didirika dengan menggunakan modal Prancis. Satu-satunya
negara Eropa yang menentang tindakan Prancis ini adalah Jerman. Italia, Spanyol dan Inggris
telah terikat oleh perjanjian-perjanjian, sedang Rusia adalah sekutunya. Jerman menolak
penentuan nasib Maroko melalui perjanjian-perjanjian tersebut diatas, dan menuntut agar isi
konvensi Madrid (1880) tetap dihormati. Maroko harus tetap merupakan lapangan penanaman
modal bagi modal-modal Eropa. Didaerah itu kepentingan Jerman harus dianggap sama dengan
kepentingan Prancis ataupun Inggris. Intervensi Jerman terhadap Maroko ini disebabkan kerena
Jerman pada waktu itu sangat membutuhkan ekspansi kolonial bagi kepentingan modalnya.
Pada Maret 1905, menteri Baron Von Holstein mempersilahkan Kaisar Wilhelm II
mengunjungi Tanger. Kaisar mendarat selama 4 jam dan mengadakan pidato yang isinya
mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Maroko. Kaisar juga mengumumkan bahwa beliau
adalah pembela kemerdekaan Maroko, dan maroko akan tetap terbuka bagi perdagangan segala
bangsa dengan hak-hak yang sama. Sudah barang tentu pidato kaisar tersebut merupakan
tantangan bagi rencana Delcasse. Tetapi Prancis pada waktu itu belum siap untuk mengadakan
perang. Kepentingan antara kedua negeri tersebut makin hari makin memuncak. Rusia, sekutu
Prancis, sesudah mengalami kekalahan melawan jepang pasti tidak akan membantu Prancis
sedang bantuan dari Inggris belum dapat dipastikan.
Politik jerman pada waktu itu ditunjukkan untuk mematahkan Entente Cordiale dengan
cara menarik Rusia, kemudian Prancis kepihaknya. Dalam hal ini Jerman akan menunjukkan
kepada Prancis bahwa Entente Cordiale itu tidak ada artinya. Dan ini berarti suatu ujian bagi
Entente. Pemerintah inggris tidak pernah lupa akan bahaya apabila Eropa bagian kontinen
bersatu seperti pada zaman Nelson. Bahaya persatuan eropa dibawah pimpinan Jerman
menghadapi Inggris seakan-akan dapat direlisasi, ketika kaisar menjumpai Tsar di Teluk Bjorko
di Laut Timur, yang pada waktu sedang berusaha melupakan keruwetan-keruwetan didalam
negerinya.
Kedua kepala negara itu mendatangani perjanjian yang berarti menyeret Rusia pada pihak
Jerman. Perjanjian ini akan diperbaharui dan akan menarik Prancis kedalamnya, apabila Inggris
terbukti tidak memberi bantuan kepada Prancis. Dengan demikian Kaisar menganggap bahwa
Liga Kontinental pasti akan tercapai. Ketika Jerman menuntut diadakan konferensi internasional,
Paris harus menentukan pilihannya, setia pada Entente Cordiale (1904) atau menerima usul
Jerman. Delcasse menolak tuntunan Jerman, tetapi suara publik dan juga menteri-menteri lainnya
dalam kabinet Rouvier menyesalkan bahwa politik Delcasse yang anti-jerman itu akan membawa
negerinya dalam kedudukan yang berbahaya.
Kekalahan armada adminal Rozdeztwensky oleh armada Jepang di Selat Tsushima pada
mei 1905 merupakan pertempuran yang menentukan. Amerika Serikat dan Jerman yang takut
politik pintu terbuka di Tiongkok diakhiri. Cepat-cepat menganjurkan agar Rusia menghentikan
perangnya. Kekalahan rusia yang merupakan sekutu Prancis, mengakibatkan Prancis menerima
tuntunan jerman, mengadakan suatu konferensi untuk menentukan nasib Maroko. Rouvier
sendiri bertindak sebagai menteri luar negeri dan Delcasse meletakkan jabatan. Konferensi
tersebut dilangsungkan di Algeciras (Januari 1906).
Konferensi itu akan dipergunakan Jerman untuk menghina Prancis mematahkan Dua
Alliance dan menunjukkan kepada Inggris bahwa ia salam dalam memilih sahabat. Diadakannya
pertemuan itu berarti suatu kemenangan bagi Jerman. Tetapi kemenangan itu hanya langsung
sebentar saja, karena hasilnya merupakan kekalahan bagi Jerman. Dalam konferensi itu Inggris,
Prancis, Rusia dan Spanyol merupakan kelompok kuat untuk menghadapi Jerman. Mengenai hal-
hal yang penting, Amerika Serikat dan Italia juga membantu Prancis. Hanya Austria sajalah yang
membantu Jerman. Akhirnya diputuskan :
Kedaulan sultan secara formal diakui.
Kepolisian dan bank nasional berada dibawah pengawasan internasional.
Prinsip politik pintu terbuka bagi semua bangsa tetap berlaku.
Prancis diberi kebebasan menjalankan peaceful penetration di Maroko, kecuali pantai utara.
Daerah pantai utara diserahkan kepada Spanyol.
Dengan demikian Jerman mengalami kekalahan diplomatik di Algeciras. Kemenangan
Jerman dalam perjuangan tersebut dapat disebut kemenangan Phyrrhic. Sebaliknya Inggris
adalah pemenang dalam perjuangan itu. Entente Cordiale tidak hanya diuji tentang kstabilannya,
tetapi juga menjadi lebih kuat, karena Rusia telah bersedia mendekati Inggris. Italia melanjutkan
extra tour-nya mendekati Prancis dan Inggris. Dengan lain perkataan Jerman sama sekali
gagal dalam usahanya memecah belah Inggris dan Prancis. Untuk sementara krisis Maroko fase
pertama ini telah dapat diatasi, krisis ini dapat dianggap sebagai percobaan mengadu kekuatan
yang pertama kali antara Jerman disatu pihak dan negara-negara Barat lainnya dipihk lain. (
Soeratman : 118 124)
c. Latar Belakang Krisis Maroko ke-II
Krisis Maroko kedua(yang juga dikenal sebagai Krisis Agadir, atau Panthersprung).
Perancis merasa perlu untuk memantapkan kedudukannya di Maroko. Tetapi kondisi didalam
negeri Maroko sendiri menjadi bergolak, karena munculnya perlawanan-perlawanan rakyat
terhadap Perancis. Pergolakan-pergolakan yang terjadi dan sikap Perancis dalam mengahadapi
pergolakan tersebut, membuat Jerman masuk kembali ke masalah Maroko dengan mengakui
kemerdekaan Maroko tahun 1808. Akibatnya pemberontakan-pemberontakanpun semakin hebat.
Pada tahun 1911 ibukota Maroko, Fez bahkan dapat dikepung oleh kaum pemberontak dan
tentara Perancis-pun menduduki kota tersebut.
Tindakan ini memaksa Jerman mengirimkan kapal-kapal perangnya ke Maroko yang
merupakan tantangan bagi Perancis dan Inggris. Menurut Inggris tindakan Jerman tersebut
mengancam perdamaian dunia karena melibatkan tiga Negara besar yaitu, Perancis, Jerman dan
Inggris. Tetapi kondisi ini dapat diakhiri dengan perjanjian yang intinya Jerman harus
meninggalkan Maroko dan mengakui kekuasaan Perancis atas Maroko. Dan sebagai imbalannya
Jerman mendapatkan sebagian daerah Perancis di Kongo.
Dengan adanya perjanjian ini maka krisis Maroko episode ke II inipun berakhir dan
Perancis makin memantapkan kedudukannya di Maroko, dan pada tahun 1918, Maroko
dijadikan wilayah protektorat Prancis.
http://puntodewoblogspotcom.blogspot.com/2012/05/krisis-fashoda-dan-maroko-di-afrika.html

d. Krisis Maroko ke-II


Sesudah diadakan Konferensi Algeciras sampai 1911, terjadilah bermacam-macam
konflik antara tentara Prancis dan penduduk maroko dan di Melilla antara orang-orang Spanyol
dan penduduk pegunungan. Pada 1908 Sultan Abdul-Azis didesak oleh adiknya, Mulia Hafid,
yang kemudian diakui oleh penguasa-penguasa Barat (1909). Pada tahun itu sebuah perjanjian
antara Jerman dan Prancis ditandatangani. Isinya berdasarkan prinsip-prinsip perjanjian
Algeciras, ialah kemerdekaan Sultan diakui dan persamaan hak dalm lapanagn ekonomi
diberikan bagi semua bangsa. Pengaruh Prancis di maroko makin bertambah, tetapi situasi
perekonomiannya terancam.
Kedudukan prancis sangat sulit, lebih-lebih ketika mulai ada pemberontakan pada 1911.
Fez , ibu kota Maroko dikepung oleh kaum pemberontak dan tentara Prancis segera menduduki
kota tersebut. Jerman menuduh tindakan Prancis itu sebagai tanda bahwa Prancis menghendaki
protektorat atas Maroko. Peristiwa tersebut dipakai oleh Jerman untuk mendapatkan kompensasi.
Paris sibuk membicarakan masalah tersebut, bahkan disebut-sebut nama daerah Congo
Prancis untuk ganti kerugian apabila Jerman menuntutnya. Pada Juli 1911 kedutaan-kedutaan
Jerman di berbagai ibu kota mengumumkan, bahwa pemerintahnya telah memutuskan untuk
melindungi kepentingan Jerman, terutama yang mengirimkan sebuah kapal perang dan kapal
meriam Panther memasuki bandar Agadir di pantai samudra Atlantik. Munculnya Panther di
Agadir itu merupakan suatu tantangan bagi Prancis, juga bagi Inggris. Inggris menuduh Jerman
mendirikan pengkalan laut di pantai Lautan Atlantik dan tidakan tersebut mengancam
perdamaian dunia.
Ketika Inggris memberi peringatan kepada Jerman, maka Jerman menjawab bahwa
hinaan yang dilemparkan kepadanya itu tidak akan dibiarkan lalu begitu saja. Terjadilah krisis
Maroko yang kedua. Persiapan perang secara mendalam telah dilakukan baik oleh Inggris,
Prancis, maupun oleh Jerman. Tetapi kemudian keadaan yang penting itu dapat diatasi dengan
mengadakan perjanjian yang berisi Jerman harus meninggalkan Agadir dan mengakui
protektorat Prancis terhadap Maroko. Sebagai kompensasi Prancis memberi bagian barat-laut
Congo Prancis kepada Jerman. Sejak itu Prancis memperoleh daerah yang sangat luas di Afrika
Utara. Krisis Maroko kedua telah berakhir.
Akibatnya hubungan antara Inggris dan Jerman menjadi sangat buruk. Pada orang-orang
Jerman terbitlah perasaan bahwa Inggrislah musuh yang sebenarnya. Tetapi sedikit demi sedikit
ketegangan antara dua bangsa tersebut dapat dikurangi. Hubungan baik antara Inggris dan
Jerman selalu diusahakan, tetapi gagal. Perang dunia I membuktikan adanya kegagalan itu. (
Soeratman : 124-125).
e. Gerakan Kemerdekaan Maroko
Seperti bangsa Afrika lainnya Maroko juga merupakan negara Protektorat dari Prancis.
Selain dijajah Prancis Maroko juga pernah dijajah oleh Spanyol, disini terdapat tokoh
perlawanan melawan Spanyol yang sangat terkenal yaitu Amir Abdul Karim pahlawan Rif yang
sangat terkenal. Akan tetapi akhirnya Abdul Karim berhasil dilumpuhkan oleh Spanyol yang
bekerja sama dengan Prancis.
Sebagai negara protektorat tentunya Maroko ingin mendapatkan sebuah kemerdekaan
penuh. Dan perjuangan menuju arah itu terus dilakukan baik melalui jalur perundingan atau jalur
kekerasan. Jalur kekerasan Maroko selalu mengalami kekagalan karena dalam bidang
persenjataan tentara Prancis jauh lebih maju. Dan cara ini yang disenangi oleh Prancis.
Selain jalur kekerasan Maroko juga melakukan perjuangan melalui jalur perundingan dan
diplomasi. Selama perang Dunia II Maroko amat penting bagi upaya perang sekutu. Pada tanggal
8 November 1942. Tentara Amerika merupakan pendaratan bersejarah di Maroko. Tahun
berikutnya Presiden Franklin D.Roosevelt dari Amerika Serikat dan perdana Menteri Winston
Churchill dari Inggris bertemu secara rahasia di Maroko pada Konferensi Kasablanka. Dekat
akhir perang timbullah suatu pergerakan kemerdekaan Maroko yang kuat. Pergerakan ini
dipelopori oleh sekelompok nasionalis yang mendapat dukungan bersemangat dari segenap
penduduk negeri. Partai Istiqlal pun didirikan untuk melaksanakan perjuangan kemerdekaan itu.
Pada tahun 1953 Prancis menangkap dan mengasingkan Sultan Mohammad V karena
mendukung pergerakan kemerdekaan itu. Tindakan ini mengakibatkan terjadi kericuhan dan
pertumpahan darah selama 2 tahun di Maroko. Hal ini sampai membawa masalah Maroko ke
dalam sidang PBB pada tanggal 15 Oktober 1952, akhirnya di tahun 1955 Prancis mengizinkan
Mohammad V kembali. Pada tahun berikutnya Maroko mendapat kemerdekaan penuh. Pada
tahun 1957 Mohammad V memakai gelar raja. Ia memerintah sampai wafatnya pada tahun 1961
dan digantikan oleh putranya Hassan II. (Syakiraah : 76)
4. TOKOH (MOHAMMAD V)
Memerintah : 1927 - 1961

Pendahulu : Yusef
Pengganti : Hassan II
Ayah : Yusef
Ibu : Lalla Ya'aqut
Lahir : 10 Agustus 1909 Fes,Maroko
Meninggal : 26-02-1961 (umur 51) Rabat
Dikubur : Royal Mausoleum, Rabat
Agama : Islam

Muhammad V (Sidi Muhammad ibn Youssef), Raja Maroko (1957-1961). Ia


menggantikan ayahnya, Moulay Youssef, sebagai sultan pada tahun 1927. Seorang nasionalis
bersemangat, dia digulingkan dan diasingkan (1953) oleh Perancis. Setelah tekanan nasionalis
yang kuat, Perancis dibawa (1955) Muhammad dari pengasingan di Madagaskar ke Prancis, di
mana ia sekali lagi diakui sebagai sultan. Ia memperoleh (1956) pengakuan penuh kedaulatan
Maroko dari Perancis dan Spanyol dan, pada tahun 1957, ia mengambil gelar raja Maroko.
Sidi Muhammad Ben Yusuf adalah anak ketiga dari Mulay Yusuf, seorang pangeran
berwarna dan saudara Sultan Maroko, Mulay Hafid. Muhammad lahir di Fez pada tahun 1910,
pada awal periode protektorat, tampaknya tidak mungkin ia akan memerintah. Dua tahun
kemudian, Prancis dinominasikan ayahnya untuk sukses Sultan, yang telah mereka digulingkan
karena ia menolak untuk memerintah seperti yang mereka inginkan. Muhammad V datang ke
kekuasaan setelah kematian ayahnya pada tahun 1927, karena pemerintah Perancis menganggap
dia untuk menjadi lebih fleksibel dan kurang ambisius dibandingkan saudara-saudaranya. Namun
demikian, ia menggunakan kepopulerannya dan keterampilan dalam diplomasi internasional
untuk melibatkan diri dalam perjuangan, pada awalnya tidak merata, dengan otoritas protektorat
itu.
Setelah Dahir Berber pada tahun 1930, yang dari suku lega Berber mengirimkan Sharia (
hukum Islam ), Muhammad menjadi lebih sensitif terhadap nasionalisme Maroko, yang baru
mulai terbangun. Tanpa putus dari protektorat itu, ia mendukung demonstrasi oleh para
intelektual tradisional dan modern muda, seperti Allal al - Fasi, Hassan El Ouezzani, dan Ahmed
Balafrej, yang pada tahun 1944, melahirkan Partai Istiqlal (Kemerdekaan). Perang Dunia II
disajikan kesempatan untuk membujuk protektorat untuk bergerak ke arah rezim koperasi lebih
setia dengan semangat perjanjian asli antara Prancis dan Maroko.
Muhammad menentang upaya Prancis untuk melindungi Maroko Yahudi dari
penganiayaan saat ia membantu membangun kembali kekuatan militer untuk melawan lagi
dengan Sekutu. 1942 Pertemuan Casablanca dengan Presiden AS Franklin D. Roosevelt dan
Perdana Menteri Inggris Winston Churchill S. memperkuat perlawanan . Sejak saat itu , ia
menggunakan strategi mempromosikan perubahan bertahap untuk mendapatkan kembali
kedaulatan negaranya yang telah hilangan pada tahun 1912. Dia mendekati otoritas Perancis
langsung untuk menghindari rintangan yang dibentuk oleh kedua pemukim dan pegawai negeri
sipil Perancis, yang menentang perubahan. Tapi dia tidak berhasil meskipun hubungan baik
dengan Jenderal Charles de Gaulle. Di tingkat lokal, oposisi terhadap Perancis menjadi lebih dan
lebih ganas dan menyebabkan sultan deposisi dan pengasingan di Madagaskar pada tanggal 20
Agustus 1953. Tapi Prancis tidak bisa melengserkan Muhammad pada tahun 1953 dengan cara
yang sama itu digulingkan pamannya Mulay Hafid. Lingkungan internasional yang tidak
menguntungkan ke Prancis , opini publik Perancis diterima enggan plot pro - konsul', dan di atas
semua, Muhammad adalah simbol dari gerakan oposisi yang sangat dalam, yang dimobilisasi
kota Maroko serta pedesaan. Bangsa ini tidak bisa lagi diatur, dan pemerintah Perancis runtuh
dalam waktu dua tahun dalam menghadapi pemberontakan. Muhammad dipanggil kembali untuk
melestarikan ekonomi dan militer kehadiran Perancis, yang jika tidak, bisa saja tersapu oleh arus
nasionalisme yang jauh lebih radikal dari pada yang diwakili oleh raja dan kaum borjuis Maroko.
Setelah ia kembali kepada tahtanya pada bulan November 1955, Muhammad mengambil
peran juru bicara nasionalisme. Dia membiarkan Partai Istiqlal mengerahkan kekuatan tanpa
menjadi seorang tahanan dari gerakan nasionalis. Dia terus membela hak monarki itu.
Muhammad dan negaranya keluar dari konfrontasi antara Perancis dan Aljazair Front de
Libration Nationale ( FLN ).
Setelah berhasil membangun kembali kemerdekaan negaranya di panggung internasional,
Muhammad juga mengkonsolidasikan posisi monarki dalam sistem kelembagaan, yang
terguncang oleh 1953 - krisis 1955. Beberapa di antara kaum nasionalis menyambut seorang raja
yang memerintah tanpa pemerintahan.
Dukungan yang diperoleh pertempuran dengan Istiqlal melawan protektorat
membantunya menjaga kekuasaannya atas bagian penting dari gerakan nasionalis. Pasukan
militer dan polisi ditempatkan di bawah otoritas monarki, tetapi sektor administratif lainnya
bergantung pada pemerintah di dominasi oleh Istiqlal. Tanpa bantuan dari monarki, itu tidak
mungkin untuk memastikan baik kontrol gerakan perlawanan atau penyelesaian pemberontakan
pedesaan.
Selama tiga puluh dua tahun ini pemerintahan , Muhammad V mendengarkan negaranya
dan mengambil bagian dalam evolusinya , yang memungkinkan untuk memulihkan independensi
dan memproyeksikan dirinya menjadi modernitas. Muhammad V adalah simbol baik
kemerdekaan dan modernitas . Simbol yang terus hari ini untuk cap citra monarki dan memberi
Maroko identitas yang kuat yang sangat dibedakan dari yang negara-negara tetangganya.
http://www.answers.com/topic/mohammed-v-of-morocco # ixzz2oJRYw5Q9

Sebelum zaman penjajahan,Tunisia diperintah oleh satu rentetan Bey sehingga tahun 1881.
Sehingga saat itu, para Bey meminjam wang untuk membiayai pemodenan Tunisia. Wang itu
dipinjam daripada Eropah dan apabila penduduk-penduduk berasa geram terhadap kenaikan-
kenaikan cukai untuk membiayai pembayaran pinjaman, negara itu mendapati diri muflis.
Adalah ketika itu bahawa kuasa-kuasa besar Perancis, Britain dan Itali meletakkan kewangan
Tunisia di bawah kuasa pentadbiran melalui perjanjian antarabangsa.

Pada mula-mulanya, Itali merupakan negara yang menunjukkan paling banyak minat untuk
menjajahkan Tunisia, dengan pelaburan, warganegara, dan dekatnya lokasi itu sebagai dorongan.
Bagaimanapun, ini ditolak apabila Britain dan Perancis bekerjasama untuk menghalangnya
antara tahun-tahun 18711878 yang berakhir dengan Britain menyokong pengaruh Perancis di
Tunisia sebagai balasan untuk Perancis mengiktiraf penguasaan British ke atas Cyprus. Perancis
masih menghadapi persoalan pengaruh Itali dan oleh itu, memutuskan untuk mencari-cari suatu
alasan untuk melancarkan serangan terlebih dahulu. Dengan dalih serangan mendadak Tunisia ke
atas Algeria, Perancis memarakan angkatan tenteranya yang terdiri daripada kira-kira 36,000
orang masuk ke Tunisia dan memaksa Bey untuk memeterai Perjanjian Bardo (Al Qasr as Sa'id)
pada tahun 1881. Perjanjian itu memberikan Perancis penguasaan terhadap Tunisia dan
menyebabkannya menjadi sebuah negeri naungan de-facto.

Tunisia mendapat banyak faedah daripada pemerintahan Perancis. Walaupun begitu, keinginan
untuk pemerintahan sendiri masih wujud dan pada tahun 1910, Ali Bach Hamba dan Bechir Sfar
menubuhkan sebuah kumpulan pemuda Tunisia yang kemudian menyebabkan penubuhan parti
Destour (perlembagaan) pada tahun 1920. Untuk mengawal gerakan yang baru ini, pihak
Perancis mempergunakan gabungan taktik ganjaran dan hukuman yang walaupun berkesan, tidak
berupaya untuk menghentikan desakan untuk kemerdekaan. Pada tahun 1934, unsur-unsur parti
Destour yang lebih muda dan lebih membara, muncul dengan Habib Bourguiba, Dr. Mahmoud
Materi, Tahar Sfar, dan Bahri Guiga sebagai pemimpin-pemimpinnya. Dipanggil Neo-Destour,
parti yang baru itu diharamkan dengan segera oleh pentadbiran Perancis.

Habib Bourguiba menghabiskan banyak masa di dalam penjara-penjara Perancis. Bagaimanapun,


ini tidak dapat menyekat pengaruhnya ataupun menghentikan desakan untuk perubahan. Perang
Dunia II memanfaatkan Bourguiba ketika beliau dipindah dari penjara-penjara Vichy Perancis ke
Rom, dan kemudian ke Tunisia apabila Kuasa Paksi menempah pengaruhnya di Tunisia.
Bourguiba tidak pernah melayani permintaan-permintaan tersebut. Dua bulan kemudian, Pihak
Berikat menawan Tunisia.

Pada tempoh sepuluh tahun yang berikut, perjuangan untuk kemerdekaan semakin bertambah
kuat. Antara tahun-tahun 19521954, Bourguiba sekali lagi dipenjarakan, dan mengakibatkan
serangan-serangan oleh para penyokongnya. Keadaan berubah dengan tiba-tiba pada tahun 1954,
apabila Pierre Mendes-France menjadi ketua kerajaan Perancis dan mengejarkan dasar untuk
menarik diri daripada tanah-tanah jajahan Perancis, dengan Tunisia termasuk dalam kategori ini.
Ini menyebabkan perjanjian April 1955 yang memberikan autonomi dalaman kepada Tunisia,
manakala hubungan antarabangsanya diurus oleh Perancis, suatu keadaan yang serupa dengan
kaedah pemerintahan Bey Turki sebelum tahun 1881.

Parti Neo-Detour kini memiliki penguasaan, tetapi Bourguiba enggan mengetuainya sehingga
pihak Perancis melepaskan segala kuasanya terhadap Tunisia. Beliau tidak perlu menunggu
lama, apabila Perang Kemerdekaan Algeria yang dahsyat mengubah minat Perancis terhadap
penjajahan dan menyebabkan pemansuhan Perjanjian Bardo. Tunisia mencapai kemerdekaan
penuh pada 20 Mac 1956. Bourguiba menjadi Perdana Menteri dan selepas tahun 1957, beliau
menjadi presiden pertama Republik Tunisia ketika peranan perlembagaan Bey dibubarkan

Anda mungkin juga menyukai