Anda di halaman 1dari 3

Tata Suara Alami

Akustika adalah ilmu tentang suara dan berkaitan dengan sumber (asal)
suara baik dalam ruang terbuka atau ruang tertutup/ terisolasi. Frekuensi
jangkauan pendengaran manusia berada sekitar 16 Hz sampai sekitar 20
000 Hz. Hz adalah satuan frekuensi, yang disebut Hertz (1 Hz berarti satu
periode per detik). Gelombang suara dengan frekuensi di bawah kisaran
pendengaran disebut Infrasonic Sounds, sedangkan di atas batas atas,
yaitu, 20 000 Hz dikenal sebagai Ultrasonics sound. Sedangkan suara
dengan frekuensi melebihi 1 gigahertz (= 100 Hz) disebut sebagai
hypersound.
Pada frekuensi berapa telinga manusia mampu mendengar? Telinga
manusia mampu mendengar pada frekuensi antara 16 20.000 Hz.
Desibel (Lambang Internasional = dB) adalah satuan untuk mengukur
intensitas suara. Decibel (desibel) satuan ukuran untuk mengukur
kekerasan suara; satuan ukuran untuk mengukur ketajaman pendengaran.
Pada paparan diatas, terdapat tulisan dB, apakah dB itu? dB singkatan
dari desibel. Desibel menyatakan satuan kekerasan untuk bunyi. Jadi
satuan kekerasan bunyi menggunakan satuan desibel dan bukan
menggunakan meter, inchi atau kg. Bila masih bingung dengan satuan
kekerasan dB, sebagai pengertian awal dan perbandingan, intensitas atau
kekerasan bunyi disekitar berada, gambarannya sebagai berikut:
1) Suara lemah (berbisik) 10 dB, 2) bercakap-cakap 40-50 dB, 3) suara
orang berbicara normal atau berbicara biasa 60-70 dB, 4) telepon
berdering atau motor distarter sekitar 80-85 dB, 5) Konser musik Rock
sekitar 100 dB sampai 120 dB, 6) pengeboran saat perbaikan jalan sekitar
115 dB, 7) bunyi pesawat jet take off sekitar 120-130 dB.
Telinga ternyata mempunyai ambang batas pendengaran yaitu 120 dB,
angka 120 dB juga disebut dengan threshold of pain. Arti angka 120 dB
adalah telinga akan mulai merasa sakit. Jadi bila terdengar bunyi misalkan
sedang menonton sebuah konser atau latihan band disebuah lapangan
atau studio rental, telinga pendengar merasakan sakit, berarti tingkat
(level) bunyi di tempat tersebut mencapai angka 120 dB, keadaan seperti
ini dikatakan bising. Bila mendengarkan suara rebut/gaduh, tidak jelas
kata perkata, bercampur teriak-teriakan disebut bising. Disarankan
janganlah berlama-lama ditempat itu, bila tidak ingin telinga menjadi
rusak! Bila berlama-lama atau terus bertahan ditempat itu biasanya akan
terjadi, telinga terasa sakit. Bunyi (sinyal) tersebut yaitu mulai merasakan
suara ngiiiiingngng setelah meninggalkan tempat tersebut. Sinyal
(bunyi) nging ini bisa berlangsung berhari-hari tergantung kerusakan yang
sudah terjadi pada gendang telinga. Oleh karena itu, lebih baik
menghindar sebisa mungkin dari suara yang keras, apakah ketika latihan
band atau pertunjukan meskipun menggunakan earphone, karena
ternyata pengguna earphone yang tidak hati-hati juga dapat
mengakibatkan kerusakan pada pendengaran.
Bedasarkan paparan diatas penataan bunyi harus diperhatikan untuk
rumah hunian, ruang ceramah, rumah tempat ibadah agar tidak terjadi
pemantulan suara, efek dengung dan terhindar dari bising. Dinding dan
atap rumah dilengkapi dengan interior (dinding dan langit-langit)

menyerap suara. Demikian pula untuk ruangan kerja, perlu suasana


yang lebih tenang, maka dinding-dindingnya dilapisi bahan penyerap
suara.
Ruang mengandalkan akustik alami, artinya ruangan tersebut
tanpa melibatkan peralatan elektroakustik dalam pendistribusian
penguatan suara (speaker), sehingga tiap elemen dalam ruang
dirancang dengan pertimbangan akustik, seperti pantulan dan
penyerapan suara sehingga suara merata dalm ruangan tersebut.
Pada ruang ceramah, rumah tempat ibadah, bioskop dan teater
konfigurasi tempat sumber suara (seperti panggung, pedium, pemantul,
penyerap dll) berada di depan/tengah penonton/pendengar, hal ini dipilih
untuk menghadirkan suara/bunyi penceramah/pemusik tidak terlalu
berbeda dari aslinya, terutama bagi para penonton/pendengar yang
berada jauh dari panggung, pedium, mimbar dll., sekaligus untuk
mewujudkan kedekatan antara penceramah/ pemusik dengan
pendengar/penonton.
Kekerasan dan kejernihan suara secara alami didengar pendengar
bervariasi dengan jarak [X dalam meter (m)] dari sumber suara (bunyi).
Menurut Sai and Wing (1986) jarak sumber terhadap pendengar dibagi
empat kelompok sebagai berikut:
(1) X sampai 15m. released listening
(2) X antara 15m sampai 20m. good intelligibility
(3) X antara 20m sampai 25m. satisfactory
(4) X 30 m. limit of acceptability without electronic amplification.

Apa arti dari batasan-batasan tersebut?


Untuk ruangan bila jarak sumber suara terhadap pendengar, kurang dari
25m, berdasarkan ketentuan Wong dan Ho dengan tekanan suara
sumber 50 70 dB tidak diperlukan pengeras suara elektronik.
Bila pada ruangan, jarak sumber suara dengan pendengar kurang dari 25
m yaitu 20 -25m, tetap memakai penguat suara elektronik, apalagi pada
jarak 15 m, itu berarti pemborosan energi listrik dan/atau perbuatan
mubazir. Untuk menambah kekerasan suara pada jangkauan
sampai 25 m dari sumber suara, gunakan dinding (bidang)
pemantul seperti: berbentuk cembung atau cekung atau tabung
dibelah dua (setengah lingkaran atas dan bawah) tempat sumber
suara berada. Bila masih tetap kurang jelas, atasi kebisingan luar,
masih tetap kurang jelas baru dilengkapi dengan pengeras
elektronik, jadi penguat/pengeras suara elektronik adalah
keputusan terakhir.

Tata Suara Buatan


Tata suara buatan adalah melibatkan peralatan elektroakustik dalam
pendistribusian penguatan suara (speaker) baik di dinding maupun di
plafon (langit-langit). Untuk Masjid, Baca juga: Tata Suara (Akustik)
Masjid: Kasus Masjid Salman
ITBhttps://lizenhs.wordpress.com/2010/03/22/tata-suara-akustik-masjidkasus-masjid-salman-itb/
Tatasuara Alamiah, Tatacahaya Alamiah Dan Tata Udara Alamiah
Tatasuara, tatacahaya dan tataudara alamiah yang baik dipelajari dan
dicontoh adalah Masjid Agung Kordoba Spanyol, walaupun saat
ini (sekarang) hanya sebagai museum. Masjid ini memiliki arsitektur yang
sangat indah, sekaligus memiliki fungsi akustik yang bagus. Meskipun
pada saat itu belum ada alat pengeras suara elektronik. Suara khatib bisa
terdengar jelas hingga ke pojok-pojok masjid yang cukup jauh. Tata ruang
masjid juga ditambah dengan tatacahaya alami dan tata udara alami
(ventilasi alamiah), yang menjamin kecukupan cahaya dan kesegaran
udara dalam masjid secara alami. Memang hebat rancangan masjid
tersebut dan salut kita akan ilmu fisika bangunan orang-orang muslim
saat itu, mungkin belum tertandingi oleh para sarjana sekarang.

Anda mungkin juga menyukai