Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran sehingga
dapat melindungi dan terbebas dari risiko dan bahaya kecelakaan kerja.
Identifikasi bahaya merupakan proses untuk mengetahui adanya sumber bahaya
dan menentukan karakteristiknya. Salah satu industry yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja adalah industry petrokimia. PT. Nipoon Shokubai Indonesia
merupakan salah satu industry petrokimia yang memproduksi acrylic acid, ethyl
acrylate, buthylacrylate, 2-ethylhexyl acrylate dan superabsorbent polymer.
Teknologi-teknologi yang digunakan oleh PT NSI dalam proses produksinya
sudah menggunakan teknologi terbaru yang berasal dari Jepang. Teknologi-
teknologi yang digunakan masih memiliki potensi bahaya dan risiko kecelakaan
kerja yang tinggi. Potensi bahaya lebih banyak didominasi oleh jenis bahaya
mekanik, bahaya fisik dan bahaya kimia. PT NSI dalam mengidentifikasi bahaya
memiliki prosedur yang sudah dibuat oleh departemen Safety Environment. Semua
kegiatan yang dapat menimbulkan bahaya sudah dilakukan pengendaliannya oleh
PT NSI. Pengendalian yang dilakukan menggunakan metode substitusi,
pengendalian teknik, pengendalian administrative, dan APD.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa tetapi juga kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses produksi
secara menyeluruh, dan merusak lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada
masyarakat luas.
Maka dari itu perlu diketahui informasi penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di PT Nippon Shokubai Indonesia, untuk lebih memahami penerapan ilmu
K3 di industry.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan paper ini yaitu untuk mengetahui penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT Nippon Shokubai Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Berdasarkan Undang-undang No.01 tahun 1970, program K3 mempunyai
tujuan yang di selenggarakan bagi tenaga kerja, proses produksi yang
berlangsung dan terhadap perlindungan sumber daya produksi. Menurut
Tawarka (2008) tujuan tersebut baru dapat dicapai antara lain bila kecelakaan
termasuk kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan, dan penyakit akibat
kerja dapat dicegah dan dikendalikan sampai batas yang tidak mebahayakan.
Suatu perusahaan mempunyai kebijakan untuk selalu memperhatikan dan
menjamin implementasi peraturan keselamatan, kesehatan dan lingkungan
yang meliputi:
1. Peningkatan berkelanjutan
2. Sesuai dengan aturan dan perundangan keselamatan dan kesehatan di
tempat kerja
3. Mengkomunikasikan kepada karyawan agar para karyawan sadar dan
mawas akan kewajiban keselamatan dan kesehatan pribadi
4. Dapat diketahui atau terbuka bagi pihak pihak yang berminat
5. Evaluasi berkala untuk mempertahankan agar tetap relevan dan sesuai
dengan perusahaan
Visi, Misi dan Kebijakan PT Nipoon Shokubai Indonesia sebagai berikut:
Visi:
Meningkatkan LHK3 dan prosesnya secara terus menurus untuk
melindungi keselamatan, lingkungan dan orang-orang dimana kita bekerja dan
tinggal.
Misi:
Menerapkan semua aktivitas bisnis dengan cara yang bertanggung jawab
untuk mencegah insiden, penyakit, dan bahaya terhdap orang-orang dan
kerusakan terhadap lingkungan.
PT Nippon Shokubai Indonesia memiliki jumlah karyawan sebanyak 430
orang yang terdiri dari :
- 245 orang bekerja non shift (untuk menangani produk sebelumnya
dan produk baru).
- 185 orang bekerja shift (untuk menangani produk sebelumnya dan
produk baru). Dengan jumlah tenaga kerja per shift sebanyak 45 orang yang
dikelompokan ke dalam beberapa bagian berdasarkan tanggung jawab sebagai
berikut:
• Produksi : 33 orang
• Security : 9 orang
• Paramedis : 1 orang
• Supir : 2 orang
PT Nippon Shokubai Indonesia memiliki waktu operasi pabrik dalam satu
hari selama 24 jam dan dalam satu minggu 7 hari kerja (senin s/d minggu).
Perusahaan menetapkan waktu kerja untuk yang non shift selama 5 hari kerja
dengan 40 jam kerja dengan waktu istirahat selama 1 jam. Untuk pembagian
waktu kerja shift dibagi atas 3 bagian shift, yaitu:
- Shift I : 08.00-16.00
- Shift II : 16.00-24.00
- Shift III : 24.00-08.00
Tenaga kerja yang dimiliki oleh PT Nippon Shokubai indonesia memiliki
latar belakang pendidikan yang beragam di sesuaikan dengan pekerjaan
dilapangan. Klasifikasi pekerja di PT Nippon Shokubai Indonesia dibagi atas 3
bagian, yaitu:
1. Karyawan, memiliki jumlah pekerja sebanyak 332 orang dengan
jumlah laki-laki 314 orang dan jumlah perempuan 21 orang dengan latar
belakang pemdidikan lulusan SMA 26 orang dan lulusan perguruan tinggi
sebanyak 308 orang.
2. Staff/Engineer, memiliki jumlah pekerja sebanyak 64 orang dengan
jumlah laki-laki sebanyak 61 orang dan perempuan 4 orang dengan latar
belakang pendidikan lulusan SMA 17 orang dan lulusan perguruan tinggi 48
orang.
3. Manager ke atas, memiliki jumlah pekerja sebanyak 29 orang
dengan jumlah laki-laki sebanyak 28 orang dan jumlah perempuan 1 orang
dengan latar belakang pendidikan lulusan SMA 1 orang dan lulusan perguruan
tinggi 28 orang.

2.2 Pelaksanaan K3
PT Nippon Shokubai Indonesia merupakan perusahaan manufaktur petrokimia
yang memproduksi Acrylic Acid, Ethyl Acrylate, Buthyl Acrylate, 2-Ethylhexyl
Acrylate, dan Superabsorbent Polymer. Bahan-bahan tersebut merupakan bahan
yang paling banyak digunakan dalam berbagai industri emulsi, polimer, fiber, dan
lain-lain. Hingga saat ini PT Nippon Shokubai Indonesia sudah memproduksi
Acrylic Acid 140 000MT, Ethyl Acrylate 20 000MT, Buthyl Acrylate 40 000MT,
2-Ethylhexyl Acrylate 40 000MT, dan Superabsorbent Polymer 90 000MT. Jenis
bahan baku dan bahan penolong seperti yang di tunjukan pada (Tabel 1). Produksi
yang dihasilkan oleh PT Nippon Shokubai Indonesia lebih banyak ekspor ke
berbagai belahan dunia. Sekitar 80% PT Nippon Shokubai Indonesia mengekspor
dan 20% digunakan di dalam negeri.
Pabrik-pabrik di Nippon Shokubai Indonesia telah beroperasi secara sukses
dan efisien dengan dukungan sepenuhnya dari Nippon Shokubai di Jepang.
Teknologi-teknologi yang digunakan pada proses produksinya sudah
menggunakan teknologi terbaru yang berasal dari Jepang. Dengan teknologi ini,
Nippon Shokubai Indonesia mededikasikan diri untuk mengejar kualitas dan
produktivitas terbaik yang ramah lingkungan. Teknologi-teknologi tersebut
diterapkan pada proses kontrol, informasi di sekitar pabrik dan sistem manajeman
perwatan, perencanaan sumberdaya, dan sistem bermanfaat lainnya. Diharapkan
dengan menggunakan teknologi tersebut PT Nippon Shokubai Indonesia mampu
menyediakan produk dengan kualitas tertinggi.
Tabel 1 Bahan baku dan bahan penolong
Bahan Baku Sifat Bahan Bahan Penolong Sifat Bahan
Propylene Flamable Maganase acetate Beracun
Flamable, Flamable,
Ethanol Phenothiazine
Beracun, Berbau Beracun
Dibuthyl dithio
Flamable, Flamable,
n-Buthanol carbamic acid
Beracun, Berbau Beracun
coper salt
Flamable, Flamable,
2-Ethylhexanol Hydroquinone
Beracun, Berbau Beracun
Korosif, Reaktif,
Hydroquinone Flamable,
Caustic Soda Tidak Berwarna,
monomethyl ether Beracun
Tidak Berbau
Flamable,
- - Toluene
Beracun, Berbau
Flamable,
- - Methanol
Beracun, Berbau
Flamable,
- - Hydrazine hydart Beracun, Berbau,
Korosif
Sumber: UKL-UPL 2-AA dan SAP tahun 2013

Metode analisis yang dilakukan PT Nippon Shokubai Indonesia untuk


Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko menggunakan Risk Assesement Table
pada setiap kegiataan yang ada di pabrik. Risk Assessment Table merupakan
metode tersendiri yang hanya dimiliki oleh PT Nippon Shokubai Indonesia yang
mengikuti prosedur di Jepang. Di dalam Risk Assessment Table terdapat 19
accident classification yang mungkin terjadi pada suatu kegiataan. Selain terdapat
19 accident calssification, ada juga 3 parameter yang digunakan untuk menghitung
nilai tingkat resiko bahaya yang akan terjadi. Paramater-parameter tersebut adalah
parameter Work Frequency (Tabel 2), parameter Protection Level (Tabel 3), dan
parameter Hazardous Consequence (Tabel 4).

Tabel 2 Parameter Work Frequency


Point Kriteria Penjelasan
Kegiataan dilakukan
1 Every day
setiap hari
Kegiatan yang dilakukan
2 More than once per week lebih dari satu kali
perminggu
Kegiatan yang hanya
More than once per
3 dilakukan lebih dari satu
month
kali perbulan
Kegiatan yang dilakukan
4 More than once per year lebih dari satu kali
pertahun
Kurang dari sekali
5 Less than once per year
pertahun
Sumber: Risk Assessment Tabel PT Nippon Shokubai Indonesia

Tabel 3 parameter Protection Level


Point Kriteria Penjelasan
Tidak ada tindakan
No countermeasure of perbaikan baik dari
1
software and equipment penggunaan alat ataupun
himbauan
Beberapa tindakan
A few countermeasure
2 perbaikan hanya
about software
menggunakan himbauan
Enough countermeasure Tindakan perbaikan
3
about software dengan himbauan cukup
Enough countermeasure Tindakan perbaikan
4
about equipment menggunakan alat cukup
Tindakan perbaikan
Complete
lengkap baik himbauan
5 countermeasure of
ataupun menggunakan
equipment and software
alat
Sumber: Risk Assessment Tabel PT Nippon Shokubai Indonesia
Tabel 4 parameter Hazardous Consequence
Point Kriteria Penjelasan
1 Death Menyebabkan kematian
Menyeababkan cacad
2 Injuries with handycap
permanen
Terluka hingga tidak bisa
Injuries with lost work
3 bekerja hingga beberapa
days
hari
Terluka tetapi masih bisa
Injuries without lost work
4 bekerja pada hari
days
kejadian
5 Sight injuries Hanya luka ringan
Sumber: Risk Assessment Tabel PT Nippon Shokubai Indonesia

Rumus untuk menghitung nilai risiko adalah

Risk = {(parameter 1 + parameter 2)/2} x parameter 3

Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dimasukan ke dalam kolom


penilaian risiko yang ada di Risk Assessment Tabel dan di lihat di Risk klasifikasi
termasuk ke dalam Risk level berapa dan countermeasure yang dilakukan harus
seperti apa (Tabel 5).

Tabel 5 Risk Klasifikasi


Risk value Risk level Countermeasure
Hanya perlu dijaga
1 - 9.5 I
kondisinya
10 - 14.5 II Harus ada perubahan
Wajib melakukan tidakan
15 - 25 III
dan objective
Sumber: : Risk Assessment Tabel PT Nippon Shokubai Indonesia

PT Nippon Shokubai Indonesia merupakan perusahaan yang memproduksi


acrylate acid dan buyhyl acrylate terbesar se-Asia Tenggara dan satu-satunya di
Indonesia. Proses produksi yang dilakukan semuanya menggunakan mesin-mesin
canggih yang berasal dari induk perusahaan di Jepang. Secara umum tahapan-
tahapan produksi yang ada di PT Nippon Shokubai Indonesia meliputi bahan baku
(raw material), proses, hasil produk, dan pengiriman. Untuk proses produksi
pembuataan acrylate acid dan buthyl acrylate memiliki proses yang berbeda.
Acrylate acid menggunakan jenis proses oxidasi sedangkan buthyl acrylate
menggunakan proses esterifikasi.
Dari hasil proses produksi tersebut, sama-sama dapat menimbulkan berbagai
risiko bahaya. Risiko bahaya dapat menimbulkan kerugiaan material baik bagi
pekerja maupun bagi perusahaan. Oleh karena itu untuk mengurangi terjadinya
risiko bahaya yang akan ditimbulkan dari proses produksi tersebut, maka perlu
dilakukan identifikasi bahaya.
Bahaya adalah sesuatu atau sumber yang berpotensi menimbulkan cidera atau
kerugian baik manusia, proses, properti, dan lingkungan (Okleqs 2008). Bahaya
dapat dketahui dengan berbagai cara dan berbagai sumber antara lain peristiwa
atau kecelakaan yang terjadi, pemeriksaan tempat kerja, melakukan wawancara
dengan pekerja, data keselamatan bahan (material safety data sheet) dan lainnya
(Ramli 2009). Sumber bahaya merupakan faktor penyebab terjadinya kecelakaan
kerja yang dapat ditentukan dan dapat dikendalikan dengan baik, apabila
sebelumnya sudah dilakukan langkah identifikasi dan pengendalian yang terpadu.
Langkah pertama untuk menghilangkan atau mengendalikan bahaya adalah
dengan mengidentifikasi atau mengenali kehadiran bahaya di tempat kerja.
Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dari suatu sistem manajemen
pengendalian risiko yang merupakan suatu cara untuk mencari dan mengenali
terhadap semua kegiatan, alat, produk, dan jasa yang dapat menimbulkan potensi
cidera atau sakit. Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat
dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai
penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di
tempat kerja.
PT Nippon Shokubai Indonesia dalam mengidentifikasi bahaya memiliki
prosedur yang sudah di buat oleh departemen Safety Environment. Prosedur dalam
mengidentifikasi tersebut harus di lakukan oleh masing-masing departemen untuk
mengidenifikasi bahaya yang ada. Masing-masing departemen harus
mengumpulkan hasil diskusi mereka mengenai identifikasi bahaya apa saja yang
ada pada kegiataan departemen tersebut ke bagian Safety.
Setelah melakukan identifikasi bahaya pada setiap proses produksi yang
dilakukan, selanjutnya setiap bahaya yang diidentifikasi harus dinilai risikonya.
Penialaian risiko ini digunakan untuk menyusun penanganan bahaya. Menurut
Soehatman Ramli (2010) risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber
bahaya yang timbul dalam aktifitas bisinis yang menyangkut aspek manusia,
perlatan, material, dan lingkungan kerja. Semakin tinggi suatu bahaya semakin
kritis sifat bahaya tersebut dan berarti menentukan tindakan perbaikan yang tepat.
Setelah mengetahui berbagai potensi bahaya yang ada proses produksi tersebut
maka perlu dilakukan penilaian risiko untuk menentukan tindakan pengendalian
yang tepat. Penilaian risiko ini dilakukan prediksi tingkat risko melalui evaluasi
dan merupakan langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian
tingkat risiko. Tingkat risiko ialah perkalian tingkat kekerapan (probability) dan
keparahan (Severity) dari suatu kegiatan yang dapat menyebabkan kecelakaan di
tempat kerja. Untuk di PT Nippon Shokubai Indonesia mencari tingkat risiko yaitu
Risk = {(parameter 1 + parameter 2)/2} x parameter 3. Parameter 1 merupakan
work freuquency, parameter 2 merupakan protection level, dan parameter 3
merupakan hazardous consequences.
Selanjutnya hasil dari penilaian tingkat risiko dilihat memperoleh nilai risiko
dan termasuk ke dalam risk level berapa untuk mengetahui countermeasure atau
tindakan perbaikan yang tepat. Apabila tingkat risiko tersebut masuk ke dalam
risk level I maka countermeasure yang harus dilakukan hanya perlu dijaga
kondisinya. Apabila tingkat risiko masuk ke dalam risk level II-III maka
countermeasure yang harus dilakukan wajib melakukan perbaikan agar risiko
bahaya yang ditimbulkan dapat dicegah atau dikurangi.
Upaya pengendalian risiko merupakan kegiatan terakhir yang harus dilakukan
setelah melakukan identifikasi terhadap bahaya dan melakukan penilaian terhadap
risiko. Pengendalian risiko bertujuan untuk menurunkan atau mengurangi risko
bahaya terhadap suatu pekerjaan atau kegiatan menjadi tingkat yang lebih aman.
Pengendalian risiko merupakan suatu hirarki (dilakukan berurutan sampai dengan
tingkat resiko/bahaya berkurang menuju titik yang aman). Pengendalia risiko
harus mengikuti hirarki yang sudah tercantum di dalam OHSAS 18001. PT
Nippon Shokubai Indonesia melakukan pengendalian terhadap risiko sebelum
kegiataan di pabrik dilakukan. PT Nippon Shokubai Indonesia mengikuti hirarki
pengendalian yang terdapat di OHSAS 18001. Hirarki pengendalian tersebut
adalah:
a. Eliminasi
Pengendalian dengan cara eliminasi merupakan pengendalian yang dilakukan
dengan menghilangkan sumber bahaya baik dari bahan maupun kegiatan yang
dilakukan yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya. Pengendalian ini
merupakan cara pengendalian yang paling efektif untuk mengurangi risiko bahaya
ke tingkat yang aman. PT Nippon Shokubai Indonesia tidak melakukan
pengendalian dengan cara ini. PT Nippon Shokubai Indonesia lebih memilih
untuk menggunaka pengedalian yang lain karena untuk pengendalian eliminasi
membutuhkan biaya yang sangat besar. Biaya yang besar ini menjadi
pertimbangan perusahaan walaupun pengendalian merupakan pengendalian yang
paling efektif digunakan.
b. Subtitusi
Pengendalian dengan cara subtitusi merupakan pengendalian yang paling baik
setelah eliminasi. Pengendalian ini mengganti bahan yang berbahaya maupun
proses yang berbahaya menjadi yang lebih aman. PT Nippon Shokubai Indonesia
sudah melakukan pengendalian ini dengan cara mendesain semua proses produksi
maupun proses pengolahan limbah dilakukan otomatis dan tertutup sehingga
pekerja hanya perlu mengoperasikan dan memantaunya dari ruang kontrol. Cara
sistem otomatis ini dapat mengurangi interaksi mesin-mesin yang berbahaya
dengan operator atau pekerja. dengan cara seperti ini dapat mengurangi risiko
bahaya menjadi lebih aman. Contoh lain ialah penggunaan forklift untuk
mengangakat atau memindahkan barang-barang yang berat. Penggunaan forklift
ini sangat mengurangi risiko terjadinya bahaya yang dialami pekerja.
c. Pengendalian Teknik
Pengendalian dengan cara ini merupaka pengendalian dengan merubah
peralatan atau pekerjaan ke tingkat yang lebih aman. Pengendalian ini bertujuan
untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia dan juga memisahkan bahaya
dengan pekerja. Di PT Nippon Shokubai Indonesia pengendalian ini dilakukan
dengan menutup semua pipa, tangki, maupun mesin yang ada di pabrik dengan
carbon silikat.
d. Pengendalian administratif
Pengendalian ini merupakan pengendalian yang dilakukan dengan cara
melakukan pergantian shift, melakukan pelatihan terhadap karyawan, mengatur
jam istirahat, melakukan pemeliharaan dan perawatan baik dari mesin atau
pekerjanya. Pengendalian administratif ditujukan untuk pekerja yang melakukan
pekerjaan dengan dikendalikan dengan metode kerja yang sudah diatur dan
disepakati. Di PT Nippon Shokubai Indonesia pengendalian dengan cara ini
merupakan pengendalian yang paling sering digunakan. Pengendalian
administratif lebih murah dibandingkan dengan pengendalian yang lain walaupun,
kefektifannya tidak seefektif pengendalian eliminasi,subtitusi maupun teknik.
Pengendalian administratif yang dilakukan PT Nippon Shokubai Indoneisa
ialah dengan membagi shift kerja ke dalam 3 bagian shift. Selain melakukan shift
kerja PT Nippon Shokubai Indonesia juga melakukan pelatihan-pelatihan K3
kepada seluruh karyawan nya. Terdapat 25 pelatihan yang dilakukan departemen
SE untuk karyawan yang ada di PT Nippon Shokubai Indonesia. Pengawasan dan
perawatan juga dilakukan secara rutin untuk memastikan tidak ada mesin yang
rusak.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran sehingga
dapat melindungi dan terbebas dari risiko dan bahaya kecelakaan kerja.
Identifikasi bahaya merupakan proses untuk mengetahui adanya sumber
bahaya dan menentukan karakteristiknya. Salah satu industry yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja adalah industry petrokimia. PT. Nipoon
Shokubai Indonesia merupakan salah satu industry petrokimia yang
memproduksi acrylic acid, ethyl acrylate, buthylacrylate, 2-ethylhexyl acrylate
dan superabsorbent polymer. Visi, Misi dan Kebijakan PT Nipoon Shokubai
Indonesia adalah meningkatkan LHK3 dan prosesnya secara terus menurus
untuk melindungi keselamatan, lingkungan dan orang-orang dimana kita
bekerja dan tinggal. Menerapkan semua aktivitas bisnis dengan cara yang
bertanggung jawab untuk mencegah insiden, penyakit, dan bahaya terhdap
orang-orang dan kerusakan terhadap lingkungan. Metode analisis yang
dilakukan PT Nippon Shokubai Indonesia untuk Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Resiko menggunakan Risk Assesement Table pada setiap kegiataan
yang ada di pabrik. Risk Assessment Table merupakan metode tersendiri yang
hanya dimiliki oleh PT Nippon Shokubai Indonesia yang mengikuti prosedur
di Jepang. Di dalam Risk Assessment Table terdapat 19 accident classification
yang mungkin terjadi pada suatu kegiataan. Selain terdapat 19 accident
calssification, ada juga 3 parameter yang digunakan untuk menghitung nilai
tingkat resiko bahaya yang akan terjadi. Paramater-parameter tersebut adalah
parameter Work Frequency, parameter Protection Level dan parameter
Hazardous Consequence. Rumus untuk menghitung nilai risiko adalah Risk
= {(parameter 1 + parameter 2)/2} x parameter 3. PengendaliaN risiko harus
mengikuti hirarki yang sudah tercantum di dalam OHSAS 18001. PT Nippon
Shokubai Indonesia melakukan pengendalian terhadap risiko sebelum
kegiataan di pabrik dilakukan. PT Nippon Shokubai Indonesia mengikuti
hirarki pengendalian yang terdapat di OHSAS 18001. Hirarki pengendalian
tersebut meliputi: eliminasi, substitusi, pengendalian teknik dan pengendalian
administrative.
DAFTAR PUSTAKA
ANALISIS KECELAKAAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN
METODE HAZARD AND OPERABILITY STUDY (HAZOP) Dian Palupi
Restuputri Resti Prima Dyan Sari
Fikri, Ahmad. 2015. IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN
PENGENDALIAN RISIKO DI PT.NIPPON SHOKUBAI INDONESIA. Bogor:
Institute Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai