Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

INTERPROFESIONAL EDUCATION DAN


INTERPROFESIONAL COLLABORATION

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 15


1. Binar Aura Fatmawati
2. Ninda Aulia
3. Sinta Rukyani

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


2020

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum WR.WB

Puja dan puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan berujudul
‘’INTERPROFESIONAL EDUCATION DAN INTERPROFESIONAL COLLABORATION’’
ini dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurang yang mendasar pada makalah ini. oleh
karna kami meminta kesedian Ibu Dosen sangat kami harapkan untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun kami. kritik dan saran dari Ibu sangat kami harapkan
penyempurnaan makalah selanjutnya.

akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Wassalamu’alaikum WR.WB
DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………………………….X

Kata Pengantar……………………………………………………………………XI

daftar isi………………………………………………………………………….XII

BAB I

PENDAHULUAN………………………………………………………………..1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….1


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………..1
1.3 tujuan …………………………………………………………………..1

BAB II

Tinjauan Teori……………………………………………………………………….

2.1 Ciri khas interprofessional education ………………………………………………..2


2.2 Faktor yang mempengaruhi Interprofessional education ………………………..………2
2.3 bentuk/jenis kolaborasi tim kesehatan……………………………………………….3
2.4 Komponen yang Dibutuhkan untuk Tercapainya Suatu Kerjasama Tim yang Efektif
BAB III
3.1 Penutup……………………………………………………………………………….4
3.2 Saran………………………………………………………………………………….4
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………………5
BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Pendidikan inter-profesional (IPE) dan praktik kolaborasi interprofesional (IPCP) adalah
konsep yang terpisah namun terkait. Salah satu maksud dari IPE adalah bahwa para
siswa/mahasiswa dari berbagai profesi kesehatan berlatih sampai tingkat penuh dalam
pendidikan dan pelatihan mereka dan, dalam prosesnya, mengeksplorasi batasan dari praktik
mereka. Pada saat yang sama, mereka belajar bagaimana memiliki hubungan
interprofessional yang efektif melalui berbagi keterampilan dan pengetahuan kolaboratif.
IPE terjadi ketika dua atau lebih profesi kesehatan belajar bersama, belajar dari profesi
kesehatan lain, dan mempelajari peran masing-masing profesi kesehatan untuk
meningkatkan kemampuan kolaborasi dan kualitas pelayanan kesehatan, Kolaborasi terjadi
ketika individu saling menghormati satu sama lain dan profesi satu sama lain dan bersedia
berpartisipasi dalam suasana kooperatif.

1.2 Rumusan Masalah


A. Ciri khas interprofessional education
B. Faktor yang mempengaruhi Interprofessional education
C. bentuk/jenis kolaborasi tim kesehatan
D. Komponen yang Dibutuhkan untuk Tercapainya Suatu Kerjasama Tim yang Efektif

1.3 Tujuan

tujuan penulisan artikel ini yaitu untuk mengetahui gambaran pelaksanaan IPE dan IPC
untuk memiliki hubungan interprofesional yang efektif melalui berbagi keterampilan dan
pengetahuan kolaboratif.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A.Ciri khas Interprofessional education


menurut Freeth & Reeves (2004) adalah terjadinya perubahan mindset, pengetahuan dan perilaku
peserta didik/atau mahasiswa:
a. Mahasiswa paham akan prinsip dasar, konsep dan kontribusi dari setiap bidang profesi.
b. Familier dengan bahasa atau istilah serta pola pikir dari berbagai jenis profesi.
c. Mahasiswa harus sudah menguasai dasar keilmuan dan ketrampilan spesifik masing-masing
profesi.
d. Mahasiswa harus mengusai konsep tentang kolaborasi.

B. Faktor yang mempengaruhi Interprofessional education


a. Faktor budaya
Dampak dari faktor budaya merupakan pertimbangan penting bagi individu untuk
mengembangkan pendidikan interprofesional. Banyak dari tim ahli yang menganggap bahwa
pendidikan interprofesional tidak perlu digunakan dan sering menganggap tidak penting. Oleh
karena itu, direkomendasikan bahwa staf yang berkomitmen dalam pentingnya kolaborasi di
dunia kesehatan harus terlibat dengan kegiatan ini (Lary, 1997).

b. Faktor pendidikan
Pendidikan antar profesi lebih diperparah oleh keberadaan dari sejumlah faktor pendidikan.
Untuk misalnya, mengingat ketidakseimbangan sosial-politik sejarah yang telah ada antara
profesi kesehatan (Hugman, 1991; Porter, 1995), sangat penting bahwa setiap antar profesi
dilandasi dan secara eksplisit menekankan kesetaraan antara peserta. Disarankan bahwa jenis
aktivitas harus dilakukan di profesional lingkungan belajar yang netral (Parsell, 1998),
memastikan bahwa satu kelompok profesional tidak mengambil kesempatan untuk mendominasi
kegiatan pembelajaran (Funnell, 1995). Penelitian telah menemukan bahwa di mana pendidikan
antar profesi tidak memenuhi kebutuhan belajar siswa (khususnya dalam hal mengembangkan
profesi-spesifik kompetensi) resistensi terhadap kegiatan kolaboratif dapat dihasilkan (Fallsberg
dan Hammar, 2000; Reeves dan Freeth, 2002).
Fasilisator

c. Faktor organisasi
Interprofessional education umumnya dianggap sebagian besar oleh pemerintah meragukan dan
tidak berhasil. Halangan dari luar lebih banyak dibandingkan dengan hambatan dari dalam.
Misalnya, institusi yang berbeda dan adanya kompetisi di antara institusi. Tetapi masalah
tersebut dapat diatasi dengan adanya perencanaan dan adanya koordinasi antar pendidikan
kesehatan

C. Berikut merupakan bentuk/jenis kolaborasi tim kesehatan, diantaranya:

1.      Fully Integrated Major


Bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim memiliki tanggung jawab dan kontribusi yang
sama untuk tujuan yang sama.
2.      Partially Integrated Major
Bentuk kolaborasi yang setiap anggota dari tim memiliki tanggung jawab yang berbeda tetapi
tetap memiliki tujuan bersama
3.      Joint Program Office
Bentuk kolaborasi yang tidak memiliki tujuan bersama tetapi memiliki hubungan pekerjaan yang
menguntungkan bila dikerjakan bersama.
4.      Joint Partnership with Affiliated Programming
Kerja sama untuk memberikan jasa dan umumnya tidak mencari keuntungan antara satu dan
lainnya.
5.      Joint Partnership for Issue Advocacy
Bentuk kolaborasi yang memiliki misi jangka panjang tapi dengan tujuan jangka pendek, namun
tidak harus membentuk tim yang baru.

D. Komponen yang Dibutuhkan untuk Tercapainya Suatu Kerjasama Tim yang


Efektif

            Menurut O’Daniel, komponen kerjasama tim yang efektif, yaitu komunikasi terbuka,
lingkungan yang leluasa, memiliki tujuan yang jelas, peran dan tugas yang jelas bagi angota-
anggota tim, saling menghormati, berbagi tanggung jawab demi kesuksesan tim, keseimbangan
patisipasi setiap anggota dalam mengemban tugas, pengakuan dan pengolahan konflik,
spesifikasi yang jelas mengenai wewenang dan akuntabilitas, mengetahui secara jelas prosedur
pengambilan keputusan, berkomunikasi dan berbagi informasi secara teratur dan rutin,
lingkungan yang mendukung (termasuk akses ke sumber daya yang dibutuhkan), dan mekanisme
untuk mengevaluasi hasil dan menyesuaikan sesuai peraturan yang berlaku.
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
IPE dan IPC adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan berbagai profesi
dalam pembelajaran tentang bagaimana bekerja sama dan memberi pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang diperlukan untuk berkolaborasi secara efektif.

3.2 Saran
Mutu pelayanan kesehatan dapat meningkat dengan adanya kerjasama tim dari
tenaga kesehatan. Penyedia layanan kesehatan masa depan dalam hal ini mahasiswa perlu
menerima pendidikan yang memberi mereka kompetensi yang diperlukan untuk menjadi anggota
tim yang efektif. IPE memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan
kemampuan kerjasama yang dibutuhkan untuk bekerja sebagai anggota tim interprofessional.
Tenaga kesehatan yang kompeten dituntut untuk bekerja sama dalam lingkungan kesehatan yang
kompleks dan dinamis untuk berkolaborasi dalam tim.
Daftar Pustaka
http://jurnal.unpad.ac.id/farmasetika/article/view/25626

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

http://en.wikipedia.org/wiki/Collaboration.

PENDAHULUAN

Anda mungkin juga menyukai