Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

INTERPROFESSIONAL EDUCATION

Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah interpersonal education

Disusun oleh
Vera Viana
AK118196
4C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Interprofessional education”Makalah ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah IPE (Interpesonal Education).
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki
banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik
penulisannya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. saya berharap makalah
ini dapat bermanfaat, bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Bandung, 21 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang. .....................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................
1.3 Tujuan ...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Interprofessional education dan Interprofessional collaboration.
2.2 Tujuan dan Manfaat IPE dan IPC ..........................................................................
2.3 Gambaran pelaksanaan IPE dan IPC .....................................................................
2.4 Hambatan dan Halangan IPE dan IPC ...................................................................
2.5 Kompetisi Dasar Interprofesional Education
2.6 Pelaksanaan Interprofesional Education
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan. ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan praktek interprofesional dan fungsional yang terbaik dapat Dicapai


melalui pembelajaran antar professional (Williams et al., 2013). Menurut Luecth et al.
(1990) didalam IEPS (Interdisciplinary Education Perception Scale) diterangkan terdapat
empat komponen persepsi tentang Interprofessional Education yaitu kompetensi dan
otonomi, persepsi. Kebutuhan untuk bekerja sama, bukti kerjasama yang sesungguhnya,
dan Pemahaman terhadap profesi lain.

Di era kemajuan ilmu kesehatan saat ini, pendidikan merupakan suatu hal yang
penting dalam mengembangkan kualitas pelayanan kesehatan,berdasarkan hal tersebut
maka untuk menyesuaikan kebutuhan masyarakan perlunya sistem pendidikan yang
bermutu dan mempunyai orientasi pada ilmu pengetahuan yang berkembang pesat seperti
saat iniyang (Febriyani, 2014). Peningkatan permasalahan pasien yang kompleks
membutuhkan keterampilan dan pengetahuan dari beberapa tenaga
profesional(Keshtkaran et al., 2014). Oleh karena itu kerja sama dan kolaborasi yang
baikantar profesi kesehatan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kepuasan pasien
dalam melakukan pelayanan kesehatan. Pendekatan kolaborasi yang masih berkembang
saat ini yaitu interprofessional collaboration (IPC) sebagai wadah dalam upaya
mewujudkan praktik kolaborasi yang efektif antar profesi.Terkait hal itu maka perlu
diadakannya praktik kolaborasi sejak dini dengan melalui proses pembelajaran yaitu
dengan melatih mahasiswa pendidikan kesehatan. Sebuah grand design tentang
pembentukan karakter kolaborasi dalam praktik sebuah bentuk pendidikan yaitu
interprofessional education (IPE) (WHO, 2010, Department of Human Resources for
Health).

Pendidikan interprofessional umumnya diterima dengan baik oleh mahasiswa


pendidikan kesehatan (Sundari, 2013 & Fallatah, 2015). Menurut Hammick (2007), dalam
buku A Best Evidence Systematic Review of Interprofessional Education mengatakan
bahwa pelaksanaan IPE dalam proses pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan, hal tersebut diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Fallatah
(2015), bahwa persepsi yang baik terhadap IPE dapat meningkatkan kerjasama antar tim
dalam memberikan pelayanan dan kepuasan kepada pasien
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu Interprofessional education dan interprofessional
collabration?

1.2.2 Bagaimana tujuan dan manfaat IPE dan IPC ?

1.2.3 Bagaimana gambaran pelaksanaan IPE dan IPC ?

1.2.4 Apa saja hambatan dan penanggulangan IPE dan IPC ?

1.2.5 Apa Kompetisi Dasar dari Interprofesional Education?

1.2.6 Bagaimana Pelaksanaan Interprofesional Education ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untukmengetahui pengertian dari Interprofessional education dan
Interprofessional collaboration.
1.3.2 Untuk mengetahui apa tujuan dan manfaat IPE dan IPC.

1.3.3 Untuk mengetahui seperti apa gambaran pelaksanaan dari IPE danIPC.
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja hambatan dan penanggulangan dalam IPE dan
IPC

1.3.5 Untuk mengetahui kompetisi dasar dari Interprofesional Education

1.3.6 Untuk mengetahui pelaksanaan Interprofesional Education


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Interprofessional education dan Interprofessional collaboration


Interprofessional education (IPE) adalah suatu pelaksanaan pembelajaran
yang diikuti oleh dua atau lebih profesi yang berbeda untuk meningkatkan
kolaborasi dan kualitas pelayanan dan pelaksanaanya dapat dilakukan dalam semua
pembelajaran, baik itu tahap sarjana maupun tahap pendidikan klinik untuk
menciptakan tenaga kesehatan yang professional.
Beberapa ahli mengungkapkan IPE dapat menjadi dasar dalam
pembentukan kolaborasi. Seperti halnya pendapat Mendez et. al.,(2008) IPE
merupakan hal yang potensial sebagai media kolaborasi antar profesional kesehatan
dengan menanamkan pengetahuan dan skill dasar antar profesional dalam masa
pendidikan. IPE merupakan hal yang pentingdalam membantu pengembangan
konsep kerja sama antar profesional yangada dengan mempromosikan sikap dan
perilaku yang positif antar profesi yang terlibat di dalamnya.
Sedangkan Interprofessional Collaboration (IPC) adalah proses dalam
mengembangkan dan Mempertahankan hubungan kerja yang efektif antara pelajar,
praktisi, Pasien/ klien/ keluarga serta masyarakat untuk mengoptimalkan pelayanan
Kesehatan.Ketika banyak petugas kesehatan Dari latar belakang berbeda,
Bekerjasama dengan pasien, Keluarga, pengasuh dan Masyarakat untuk memberikan
Perawatan berkualitas tertinggi (WHO,2010). Interprofessional Collaboration adalah
kerja sama dengan satu atau lebih anggota tim kesehatan untuk mencapai tujuan
umum dimana masing – masing anggota memberikan kontribusi yang unik sesuai
dengan batasannya masing-masing. Hubungan keduanya adalah Meningkatkan
kepuasan profesional IPE dan IPC memupuk praktik kolaboratif di mana dukungan
timbal balik meringankan tekanan pekerjaan, baik dengan menetapkan batasan pada
tuntutan yang dibuatpada satu profesi atau dengan memastikan bahwa dukungan dan
bimbingan lintas- profesional diberikan dengan baik.
2.1 Tujuan dan Manfaat IPE dan IPC
a. Tujuan Interprofessional Education
Tujuan dari Interprofessional education, yaitu
1 Mempersiapkan semua siswa profesi kesehatan untuk dengan sengaja
bekerja bersama dengan tujuan bersama untuk membangun perawatan
kesehatan yang lebih aman dan lebih baik.
2 Meningkatkan pelatihan berbasis tim (pengetahuan, keterampilan dan sikap)
yang mengarah pada peningkatan kualitas dan keamanan dalam
keperawatan pasien berbasis tim (perilaku dan kompetensi).
3 Bagaimana perawatan disampaikan sama pentingnya dengan perawatan apa
yang disampaikan.
Tujuan IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan
berbagai profesi dalam pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama dengan
memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk
berkolaborasi secara efektif (Sargeant, 2009). Implementasi IPE di bidang
kesehatan dilaksanakan kepadamahasiswa dengan tujuan untuk menanamkan.
kompetensi-kompetensiIPE sejak dini dengan retensi bertahap, sehingga ketika
mahasiswa berada di lapangan diharapkan dapat mengutamakan keselamatan
pasien dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bersama profesi kesehatan
yang lain (Buring et al., 2009).
b. Manfaat Interprofessional Education

World Health Organization (2010) menyajikan hasil penelitian di 42


negara tentang dampak dari penerapan praktek kolaborasi dalam dunia kesehatan
menunjukkan hasil bahwa praktek kolaborasi dapat meningkatkan
keterjangkauan serta koordinasi layanan kesehatan, penggunaan sumber daya
klinis spesifik yang sesuai, outcome kesehatan bagi penyakit kronis, dan
pelayanan serta keselamatan pasien. WHO (2010) juga menjelaskan praktek
kolaborasi dapat menurunkan komplikasi yang dialami pasien, jangka waktu
rawat inap, ketegangan dan konflik di antara pemberi layanan (caregivers), biaya
rumah sakit, rata-rata clinical error, dan rata-rata jumlah kematian pasien.
c. Tujuan Interprofessional Collaboration
Pendekatan kolaborasi yang masih berkembang saat ini yaitu
Interprofessional collaboration (IPC) sebagai wadah dalam upaya Mewujudkan
praktik kolaborasi yang efektif antar profesi. Terkait hal itu Maka perlu
diadakannya praktik kolaborasi sejak dini dengan melalui Proses pembelajaran
yaitu dengan melatih mahasiswa pendidikan Kesehatan. IPC merupakan wadah
kolaborasi efektif untuk meningkatkan Pelayanan kesehatan kepada pasien yang
didalamnya terdapat profesi Tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat, farmasi,
ahli gizi, dan Fisioterapi (Health Professional Education Quality (HPEQ), 2011).
d. Manfaat Interprofessional Collaboration.
1 Meningkatkan komunikasi
2 Peningkatan efisiensi
3 Meningkatkan semangat kerja karyawan
4 Menumbuhkan kreativitas
5 Pemecahan masalah yang lebih baik
6 Jaringan
7 Hasil klinis yang lebih baik, efektifitas biaya dan keamanan
8 Memperkuat identitas professional

2.2 Gambaran IPE


Sejak WHO (2010) mengidentifikasi IPE sebagai komponen penting dari
perawatan kesehatan primer pada tahun 1978, berbagai universitas di dunia
mulai mengembangkan IPE dalam kurikulum mereka. Salah satu universitas
yang relah menerapkan IPE adalah Universitas Australia. Pada tahun 2009 telah
dibentuk sebuah komite yang terdiri dari perwakilan seluruh program profesi
kesehatan di Universitas Australia yang bertugas membahas pelaksanaan IPE
danmengidentifikasi berbagai hambatan yang ada. Mahasiswa keperawatan,
patologi, pendidikan dokter, kesehatan masyarakat desa, gizi kesehatan,
kesehatan masyarakat, psikologi dan psikiatri di Universitas Australia belajar
bersama dan berkolaborasi dalam sebuah pendidikan interprofessional.
Program pendidikan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan mahasiswa dalam bekerjasama dengan profesi kesehatan yang
lain. Universitas di Eropa dan Amerika juga telah mengaplikasikan IPE dalam
kurikulum pendidikan mereka. Terdapat departemen khusus di bagian
pendidikan fakultas yang mengelola IPE secara tersendiri yang mengelola dan
melakukan managemen terhadap pelaksanaan IPE. Metode pembelajaran yang
diterapkan adalah dengan ceramah dan diskusi di kelas, fieldtrip untuk
memperdalam pengetahuan mereka dan melakukan diskusi kelompok dengan
topil-topik pembelajaran tertentu (The University of Queensland, 2005). Pada
pelaksanaan program IPE terdapat pengelompokan program dan pengembangan
governance model dalam kurikulum IPE. Metode Interprofessional Learning
Clinic (ILC) dan Stimulated Practice Centre (SPC) mempermudah integrasi
pelaksanaan IPE. Para mahasiswa menjadi mampu mengaitkan antara
teoridengan praktek secara
teamwork yang dapat meningkatkan outcome pasien (Wolfson, 2007).
Dengan di terapkan pelaksanaan IPE otomatis pelaksanaan IPC juga
diterapkan Karena dengan adanya Interprofesional ColaborationAtau dinilai
penting serta dapat meningkatkan kualitias dan efektiftivitas pada sistem
pelayanan kesehatan di masyarakat Kolaborasi interpro1esi dalam pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat memiliki potensi yang komprehensif dalam hal
menawarkan perawatan pasien dengan biaya yang sedikit atau hemat biaya dan
adanya inovasi baru pada promosi kesehatan serta pencegahan penyakit di
masyarakat.
Kolaborasi interpro1esi juga merupakan penerapan dari UUD Nomor 22
tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah pada sektor kesehatan, yang isinya
mengenai kebutuhan sebuahtim medis dalam pelayanan kesehatan. Tim yang
dimaksud tidak hanya terdiri dari para dokter,tetapi juga terdiri dari beberapa
praktisi kesehatan dari bidang-bidang yang terkait, sepertimisalnya perawat, ahli
gizi, 1isioterapis, para teknisi kesehatan dan lain sebagainya. Karena hal itulah,
untuk menciptakan adanya Kolaborasi Interprofesional atau Interprofesional
Colaboration Khususnya diIndonesia, perlu adanya penerapan sistem atau
kurikulum pendidikan bagi calon praktisi atau tenaga kesehatan yang mencakup
mengenai Kolaborasi Interprofesional.
Pendekatan belajar mengajar yang sudah ada disesuaikan dan
dikembangkan sebagai metode belajar baru sebagai penarik perhatian belajar
peserta didik dan inovasi baru dari pengajar. Tidak satu pun metode yang
menjadi pilihan utama, metode pengalaman mengajar dari pengajar dapat
berubah sewaktuwaktu tergantung pada kebutuhan belajar peserta didik dan
bagaimana cara pengajar untuk menjaga perhatian peserta didik terhadap
pelajaran. Metode- metode balajar yang ada dapat saling memperkuat, tidak
berdiri sendiri. Pendekatan belajar mengajar yang dapat diterapkan dalam IPE
yaitu exchange- based learning, actionbased learning, practice-based learning,
simulation-based learning, observationbased learning, dan e-based learning

2.3 Hambatan dan penanggulangan IPE


Berbagai penelitian mengenai hambatan IPE dan IPC sudah banyak
dilakukan. Hambatan ini terdapat dalam berbagai tingkatan dan terdapat pada
pengorganisasian, pelaksanaan, komunikasi, budaya ataupun sikap. Sangat
Universitas Sumatera Utara
17 penting untuk mengatasi hambatan- hambatan ini sebagai persiapan
mahasiswa dan praktisi profesi kesehatan yang lebih baik demi praktik
kolaborasi hingga perubahan sistempelayanan kesehatan Sedyowinarso, dkk.,
2012.
Beberapa hambatan yang mungkin Muncul adalah kalender/
penanggalan Akademik, peraturan akademik, struktur Penghargaan akademik,
lahan praktik klinik, Masalah komunikasi, bagian disiplin ilmu, Bagian
professional, evaluasi pengembangan, Pengembangan pengajar, sumber
keuangan, Jarak geografis, kekurangan pengajar Interdisipliner,
kepemimpinan dan dukungan Administrasi, tingkat persiapan peserta didik,
Logistik, kekuatan pengaturan, promosi, Perhatian dan penghargaan,
resistensi Perubahan, beasiswa, dan komitmen terhadap Waktu (ACCP,
2009).
Terdapat beberapa hambatanhambatan Lain, diantaranya hambatan
logistik yang Mencakup jumlah siswa yang ikut serta dalam program IPE
untuk berkolaborasi oleh karena Jadwal mereka. Selain itu, hambatan internal
Yang mencakup pentingnya kebutuhan untuk Tindakan yang diperlukan
untuk mengatasi hambatanhambatan yang muncul dapat dilakukan dengan
penyesuaian jadwal antar profesi yang bersangkutan, adanya si kap disiplin
dan saling memahami untuk terciptanyakomunikasi dan kedisiplinan yang
baik, menyiapkan bahan diskusi di harisebelumnya, "financial yang cukup u
ntuk pengadaan "fasilitas pendukung dalam IPE & IPC.

2.3 Kompetensi Dasar Interprofessional Education

Tolak ukur bahwa IPE telah berjalan dengan baik adalah dengan

tercapainya suatu kompetensi. Beberapa asosiasi dari beberapa negara yang telah

menerapkan sistem ini telah membuat kompetensinya masing-masing.

Dalam Report of an Expert Panel yang dilakukan oleh American

Association of Colleges of Nursing, American Association of Colleges of

Osteopathic Medicine (AACOM), American Association of Colleges of

Pharmacy (AACP), American Dental Education Association (ADEA),


Association of American Medical Colleges (AAMC), dan Association of Schools

of Public Health (ASPH) (2011) menyebutkan bahwa prinsip-prinsip dari

kompetensi interprofessional meliputi:

a. Patient/family centered (sering disebut “patient centered”)

b. Mengutamakan komunitas/penduduk

c. Hubungan yang terfokus

d. Mengutamakan proses

e. Terhubung dengan kegiatan pembelajaran, strategi pendidikan, dan penilaian

tingkah laku yang sesuai dengan tahap perkebangan pelajar

f. Dapat diintegrasikan

g. Peka terhadap konteks sistem/dapat diterapkan dalam bentuk praktek apapun

h. Dapat diterapkan disemua profesi

i. Stated in language common dan bermakna bagi semua profesi

j. Dorongan hasil

Berikut beberapa kompetensi yang telah di buat oleh beberapa asosiasi

interprofessional yang ada di dunia.

A. Interprofessional Education Collaborative Expert Panel (2011):

1. Nilai/Etik (Values/Ethics)

2. Peran/Tanggung Jawab (Roles/Responsibilities)

3. Interprofessional Communication Competencies

4. Tim dan Kerjasama (Team/Teamwork)

B. Canadian Interprofessional Health Collaborative (2010):

1. Komunikasi interprofesional (Interprofessional Communication)

2. Role Clarification

3. Patient/client/family center
4. Team functioning

5. Collaborative leadership

6. Interprofessional conflict resolution

C. Interprofessional Education Consortium (2002):

1. Family-Centered Practice

2. Integrated Services Collaboration/Group Process

3. Kepemimpinan

4. Komunikasi

5. Assessment dan Outcome

6. Social Policy Issu


2.4 Pelaksanaan Interprofesional Education

2.5.1 Pelaksanaan Interprofessional Education di Dunia

Beberapa universitas jurusan ilmu kesehatan di beberapa negara seperti

Amerika, Kanada, Australia, dan Eropa telah menerapkan Interprofessional

Education. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa persepsi mahasiswa tentang

IPE bernilai positif (Ker dkk., 2003). Sementara penelitian lain menunjukkan

bahwa rata-rata skor kesiapan mahasiswa kedokteran, kedokteran gigi,

keperawatan, kebidanan, fisioterapi, gizi kesehatan, farmasi, dan teknik okupasi

terhadap pelaksanaan IPE termasuk tinggi (Coster dkk., 2008).

All Together Better Health VII International Interprofessional Conference

yang diadakan di Pittsburgh 2014 lalu diikuti oleh beberapa institusi seperti

American Interprofessional Health Collaborative (AIHC), Canadian

Interprofessional Health Collaborative (CIHC), Australasian Interprofessional

Practice and Education Network (AIPPEN), Centre for the Advancement of

Interprofessional Education (CAIPE), dan Nordic Interprofessional Network

(NITNET) membahas tentang segala yang berhubungan dengan Interprofessional

Education. Konferensi itu menunjukkan bahwa IPE sudah sangat berkembang

(Univesity of Pittsburgh dan National Center of Interprofessional Education,

2014).
2.5.2 Pelaksanaan Interprofessional Education di Indonesia

Terdapat 12 universitas negeri di Indonesia yang melaksanakan pendidikan formal

yang di dalamnya terdapat dua atau lebih profesi kesehatan yang memungkinkan

terjadinya interaksi bahkan kolaborasi. Hal ini menjadi kelebihan untuk dapat

mengembangkan konsep IPE di Indonesia (DIKTI, 2006). Beberapa faktor kunci yang

perlu diperhatikan bagi seorang perencana dalam mengimplementasikan

Interprofessional Education, yaitu mempromosikan interaksi interprofessional,

dinamika kelompok, relevansi dan status, fasilitasi ahli, dukungan fasilitator dan

pelatihan, pelaksanaan organisasi, dan dukungan organisasi (Reeves, 2007).

Dunia kesehatan Indonesia baru dikenalkan tentang IPE sejak tahun 2011 dan saat

itulah pemerintah Indonesia memasukkan IPE dalam kurikulum kesehatan. Beberapa

universitas besar telah menerapkan IPE sebagai salah satu metode pembelajaran kepada

mahasiswa. Seminar atau program tertentu telah dilaksanakan untuk menyukseskan IPE.

Pemerintah Indonesia sendiri masih mendapat kesulitan dalam pelaksanaan dan

pengembangannya karena kurangnya sumber daya manusia, fasilitas, dan motivasi

seluruh pihak terkait untuk menyukseskan IPE.


BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan

Peningkatan komunikasi secara efektif dengan tim kesehatan lain


dibutuhkan dalam pelaksanaan Interprofessional Collaboration sehingga petugas
kesehatan dapat melakukan tindakan pelayanan kesehatan yang aman dan
efektif. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan komunikasi antar profesi
adalah dengan catatan perkembangan pasien terintegrasi.Oleh karena itu kerja
sama dan kolaborasi yang baik antar profesi kesehatan sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan kepuasan pasien dalam melakukan pelayanan kesehatan.
Pendekatan kolaborasi yang masih berkembang saat ini yaitu interprofessional
collaboration (IPC) sebagai wadah dalam upaya mewujudkan praktik kolaborasi
yang efektif antar profesi.
Daftar Pustaka
Becker, K.L, Hanyok, L.A, Walton-Moss, B. (2014). The turf and baggage of nursing
and medicine: Moving forward to achieve success in interprofessional education.
The Journal for Nurse Practitioners, 10:4, 240-244

Bennet, P.N, Gum, L., Lindeman, I., Lawn, S., McAllister, S., Richards, J., Kelton, M.,
Ward, H. (2011). Faculty perceptions of interprofessional education, Nurse
Education Today, 31, 571-576

Buring et al. (2009). Interprofessional Education: Definitions, Student Competencies,


and Guidelines for Implementations. Am J Pharm Educ, 73(4).

Liaw, S.Y, Siau, C., Zhou, W.T, Lau. (2014). Interprofessional simulation-based
education program: A promising approach for changing stereotypes and improving
attitudes toward nurse-phisician collaboration. Applied Nursing Research, 27, 258-
260.

Pfaff, Michele A. (2014). Learning together: The image gently interprofessional


simulation for nursing and allied health students. Teaching and Learning in
Nursing, 9 (1), 108–114.

Anda mungkin juga menyukai