PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ tubuh terluar yang melindungi tubuh manusia dari lingkungan
sekitar. Sebagai organ yang esensial dan vital, kulit mencerminkan kesehatan manusia, sangat
kompleks, elastis dan sensitif. Kulit tersusun dari jutaan sel. Normalnya, sel-sel di dalam tubuh
akan membelah lebih cepat pada masa pertumbuhan, sedangkan pada masa dewasa sel akan lebih
banyak membelah untuk menggantikan sel-sel yang mati atau untuk memperbaiki kerusakan
jaringan. Sel kanker terjadi akibat kerusakan DNA. Sel kanker akan terus tumbuh dan membelah
menjadi sel yang abnormal, juga dapat meluas ke jaringan yang normal. Pengawasan dan
penemuan kanker kulit dapat dilakukan lebih teliti dan dini bila masyarakat memiliki
pengetahuan yang baik, sadar dan peduli akan kesehatan kulitnya, serta mau berkonsultasi ke
dokter atau pusat kesehatan terdekat.1
Kanker kulit secara umum dibagi menjadi kanker kulit melanoma dan nonmelanoma. Yang
termasuk kanker kulit non melanoma adalah karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa.
Karsinoma Sel Basal (KSB) merupakan penyakit kanker kulit yang terbanyak dijumpai, berkisar
75-80% dari jumlah pasien kanker non melanoma. Di Amerika Serikat, angka kejadian KSB
meningkat, dari 65% pada tahun 1980 menjadi 80% pada tahun 2010.2
Karsinoma Sel Basal adalah tumor ganas yang bersifat invasif secara lokal, agresif dan
destruktif. Etiopatogenesis KSB adalah predisposisi genetik, lingkungan dan paparan sinar
matahari, khususnya ultraviolet B (UVB) yang merangsang terjadinya mutasi supressor genes.
Berkaitan dengan hal tersebut, malignansi ini biasanya timbul di daerah yang terpapar sinar
matahari. Biasanya lesi KSB berupa lesi tunggal dan 80% kasus terdapat pada kepala dan leher.
Daerah yang perlu diwaspadai adalah kantus medialis dan lateralis, lipatan nasolabial dan di
belakang telinga. Karsinoma Sel Basal (KSB) merupakan keganasan kulit yang berasal dari sel
non-keratinisasi basal sel epidermis. KSB disebut juga basalioma, epitelioma sel basal, ulkus
Rodent, ulkus Jacob, atau tumor Komprecher.1,2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : HDH
Umur : 79 tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Pattolosang
B. ANAMNESIS
Anamnesis Terpimpin :
Seorang perempuan 79 tahun datang ke poli kulit RSUD Syekh Yusuf Gowa dengan keluhan
benjolan pada daerah wajah sebelah kiri sejak ± 10 tahun yang lalu. Awalnya seperti kutil
,lama kelaman benjolan semakin besar. Benjolan terasa gatal, mudah berdarah tetapi tidak
nyeri. Pasien mengatakan menggaruk pada daerah benjolan hingga menjadi luka. Pasien
tidak merasa demam selama ada luka. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain
sebelumnya. Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga. Riwayat pengobatan dan
riwayat alergi tidak ada. Pasien sering terpapar matahari karena bekerja sebagai petani.
C. STATUS PRESENS
Gizi (Baik)
Hygiene (Sedang)
D. STATUS DERMATOLOGIS
Distribusi : regional
Ukuran : plakat
Effloresensi: Nodul, krusta, ulkus, serta teleangiektasia. Lesi yang besar disertai dengan
nekrosis sentral .
E. RESUME
Seorang perempuan 79 tahun datang ke poli kulit RSUD Syekh Yusuf Gowa dengan
keluhan benjolan pada daerah wajah sebelah kiri sejak ± 10 tahun yang lalu. Awalnya seperti
kutil ,lama kelaman benjolan semakin besar. Benjolan terasa gatal , mudah berdarah tetapi
tidak nyeri. Pasien mengatakan menggaruk pada daerah benjolan hingga menjadi luka.
Pasien tidak merasa demam selama ada luka. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain
sebelumnya. Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga. Riwayat pengobatan dan
riwayat alergi tidak ada. Pasien sering terpapar matahari karena bekerja sebagai petani.
Keadaan umum penderita baik. Higiene sedang. Lokasi lesi di daerah wajah, dengan
effloresensi nodul, krusta, ulkus, serta teleangiektasia. Lesi yang besar disertai dengan
nekrosis sentral .
DIAGNOSIS
F. TERAPI
Konsul Bedah
BAB III
PEMBAHASAN
A. Definisi
Karsinoma Sel Basal (KSB) adalah tumor ganas kulit, bersifat destruktif, dan invasi
setempat, serta sangat jarang metastasis.3 Menurut World Health Organization (WHO),
basalioma adalah satu kelompok tumor ganas kulit yang dikarakteristik oleh sel-sel basaloid
Basalioma merupakan karsinoma lowgrade dimana secara klinis sering ditemukan pada
area yang terpapar sinar matahari dan tidak menimbulkan masalah dalam diagnosis klinis.
Namun sejak penampakan KSB bervariasi sesuai dengan pola histologisnya, dan lokasinya
kadang tidak seperti biasa, diagnosis tidak selalu tercapai secara klinis. KSB kadang kala
sulit untuk dibedakan dengan lesi epitelial jinak maupun ganas. 5,6
B. Epidemiologi
Basalioma merupakan tumor ganas tersering di Amerika Serikat dan daerah-daerah lain,
terutama pada populasi kulit putih. Kandungan pigmen melanin yang tinggi pada kulit hitam
dapat melindungi terhadap perkembangan tumor ini. Diperkirakan 900.000 kasus per tahun
ditemukan di Amerika Serikat. Australia mempunyai insiden tertinggi penyakit kanker kulit;
insiden basalioma >2%. Insiden basalioma telah meningkat pada dekade terakhir seperti
per tahun. Jumlah basalioma sekitar 80% dari kanker kulit non-melanoma.
Data Badan Registrasi Kanker (BRK) tahun 2009 di Indonesia menunjukkan kanker kulit
menempati urutan ke-4 dari 10 jenis kanker terbanyak; di Manado kanker kulit berada pada
individu terutama anak-anak ke daerah dengan radiasi tinggi ultra violet (UV) dikaitkan
dengan peningkatan kejadian kanker kulit, namun hal ini tidak cukup untuk mengakibatkan
basalioma karena penyakit ini jarang terjadi pada tangan dan jari. Khas penyakit ini terdapat
pada orang dewasa, tetapi tumor ini juga dapat berkembang pada anak. Pada usia lanjut
basalioma lebih banyak pada pria, tetapi pada usia muda lebih banyak pada wanita. Hal ini
mungkin akibat peningkatan paparan sinar matahari pada wanita muda yang dikaitkan
Kulit yang terpapar sinar matahari selama masa kanak-kanak dan dewasa merupakan
faktor risiko basalioma. Paparan arsen dan radiasi ion juga dapat menginduksi terjadinya
penyakit ini. Faktor risiko lainnya ialah Fitzpatrick skin tipe 1 dan 2, rambut merah, freckling
pada masa kanak-kanak, riwayat keluarga dengan kanker kulit, jenis kelamin laki-laki, dan
celtic ancestry. Imunodefisiensi sekunder dari acquired immune deficiency syndrome (AIDS)
C. Etiologi
Faktor etiologi utama yang bertanggung jawab untuk BCC adalah paparan UV kronis
dengan sebagian besar sinar UVB dengan panjang 290-320 mm. 7 10 Hal ini menyebabkan
mengaktifkan proto-onkogen dan inaktivasi gen penekan tumor di keratinosit. Dosis tinggi
dari sinar UV melantik radikal oksigen bebas, yang dikombinasikan dengan berkurangnya
hasil sistem proteksi antioksidan dalam proses degenerasi berbeda inklusif karsinogenesis.
Sinar UV melantik produksi dimer pyramidine dan hilangnya heterozigositas dari kedua
penekan tumor (pelindung) gen-ТР53 dan РТСН, sehingga BCC sebagai urutan
ketidakstabilan mikrosatelit dalam kombinasi tetra nukleotida yang dipilih dari gen coding.7
D. Patogenesis
Faktor Genetik
Faktor genetik yang berperan pada KSB adalah kromosom 1 dan satu varian dari setiap
kromosom 5, 7, 9, dan 12. Varian tersebut bersifat heterozigot. Walaupun hubungan varian
tersebut dengan warna rambut, mata, dan warna kulit tidak diketahui, namun terdapat hubungan
dengan ketidakmampuan kulit dalam memproteksi diri terhadap pajanan sinar matahari.14
Kelainan genetik yang bersifat homozigot seperti pada sindroma nevus sel basal berhubungan
dengan aktivasi pengaturan sonic hedgehog pathway signaling (SHH).8 Kelainan tersebut dapat
disebabkan oleh aktifnya kembali SHH yang hanya aktif pada fetus,15,16 atau mutasi pada SHH
dengan mengaktivasi patched tumor-supressor homologue 1 (PTCH1) dan protein forkhead box
(FOX) yang mencetuskan ekspresi gen dalam pertumbuhan sel dengan memicu messenger
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang sudah diketahui dapat memicu terjadinya KSB adalah
rangsangan onkogen, luka kronis, trauma akut, hidrokarbon, arsenik, tar batubara, obat topikal
metoksipsoralen, dan yang terpenting adalah pajanan sinar ultraviolet (UV). Luka kronis, trauma
akut, dan rangsangan onkogen diduga dapat mengakibatkan pertumbuhan keratinosit bulbus
folikel rambut yang tumbuh ke arah epidermis, walaupun mekanismenya belum diketahui
dengan pasti. Efek radiasi sinar UV terhadap kulit dapat bersifat akut dan kronik.
Secara klinis, efek akut radiasi UV adalah sunburn inflammation, eritema, nyeri, panas,
tanning karena sintesis melanin, gangguan modulasi sistem imun atau imunosupresif lokal dan
sistemik. Oksigen dalam jaringan berpengaruh terhadap kerusakan oksidatif oleh sinar UV, yaitu
saat hipoksia jaringan dengan menginduksi pembentukan sunburn cell dan edema kulit,
sedangkan pada pajanan sinar UV kronik terjadi inflamasi akibat stres oksidatif. Kerusakan DNA
dapat menyebabkan akumulasi perubahan delesi genetik. Kerusakan DNA tersebut akan
direparasi dengan perbaikan eksisi nukleotida atau nucleotide excision repair (NER) pada sel
punca yang terletak pada folikel rambut untuk berproliferasi menggantikan sel yang rusak
(homesostasis) . Sel yang rusak karena radiasi atau radikal bebas akibat stres oksidatif (sunburn
cell) juga dapat menyebabkan timbulnya klon mutan (contohnya klon mutan p53) dari sel
Pajanan kronis UVB selama 3-5 minggu atau selama lebih dari 12 jam secara terus-
menerus di keratinosit sel basal dapat merusak gen p53 dan p63 yang bersifat supresor tumor
sehingga tidak terjadi apoptosis. Fungsi normal gen supresor tumor adalah sebagai barier
fisiologis terhadap ekspansi klonal dan mutasi gen, juga menghalangi proliferasi sel yang
berlebihan maupun metastasis sel yang dikendalikan oleh onkogen. Pajanan kronis UVB juga
dapat menginduksi mutasi ekspresi gen p53 yang spesifik terhadap kerusakan sinar matahari atau
Bila efek protoonkogen atau fotokarsinogen sinar UV tersebut mengenai sel punca yang
sedang mengalami mitosis atau proliferasi, maka dapat menyebabkan gangguan pengaturan pada
penggantian sel baru, terjadi akumulasi mutasi protoonkogen, selanjutnya akan memicu sel
punca/progenitor, mengubah sel transformasi menjadi sel ganas. Kerusakan DNA kronis
menyebabkan kerusakan DNA permanen sehingga tidak terjadi proses reparasi DNA yang
menyebabkan mutasi pada SHH, p53, dan aktifnya telomerase. Telomerase adalah enzim yang
mengontrol panjang DNA pada ujung kromosom (telomer). Pada sel normal, telomer memendek
sel bersifat abadi. Ekspresi gen p53 yang aktif (mutasi signature) dan mutasi gen p53
mengakibatkan terhambatnya apoptosis sel. Mutasi gen p53 ini akan merangsang Src
(protoonkogen tirosin kinase) untuk memulai siklus cyclic adenosine monophosphate response
element binding (CREB) yang meningkatkan proliferasi sel punca. Terdapat dua gen utama pada
Mutasi pada gen PTCH1 mencegah PTCH1 berikatan dengan SMO dan menstimulasi
SHH. Kehadiran SHH akan mengikat PTCH1, lalu melepaskan dan mengaktifkan SMO.
Selanjutnya, akan terjadi aktivasi supresor protein fused (SuFu) dan glioma (GLI) dengan
mentranskrip gen di nukleus sehingga terjadi proliferasi sel punca dengan tujuan homeostasis
epidermis, juga proliferasi sel punca yang terus-menerus. Penghantaran sinyal tanpa hambatan
E. Gambaran Klinis
Terdapat 5 subtipe KSB yaitu KSB nodular, superfisial, morpheaform, KSB berpigmen, dan
fibroepitelioma.
a. KSB tipe nodulo-ulseratif : nodus menimbul, membesar, permukaan menjadi tidak rata,
dan menjadi ulkus. Ulkus dapat dengan tepi berbentuk papul berkilat, seperti mutiara
(pearly border), kerusakan jaringan semakin dalam bahkan dapat sampai tulang. 3
Bagian tengah cekung yang dapat berkembang menjadi ulkus rodent ditutupi krusta,
Gambar 2. Ulkus rodent ; tepi berbentuk papul berkilat, seperti mutiara (pearly border),
kulit berwarna kemerahan.
b. KSB tipe berpigmen ialah KSB nodulo-ulseratif yang berpigmen atau nodular yang
menunjukkan peningkatan melanisasi. Biasanya berwarna coklat sampai biru atau hitam.
Permukaan yang halus dan berkilau, keras, tegas, biasanya tidak dapat dibedakan dari
penyebaran superfisial atau melanoma nodular tetapi biasanya lebih sulit. Lesi kistik
c. KSB tipe superfisial: plak dengan tepi berbatas tegas dan dapat dengan pearly border
yang tersusun linear menimbul, seperti benang. Pada permukaaan lesi dapat ditemukan
Gambar 4. KSB tipe superfisial : Tampak plak dengan tepi betbatas tegas dan permukaan
lesi yang erosi.
d. KSB tipe morfea: makula atau plak padat karena fibrosis, batas tidak tegas, permukaan
licin, warna kekuningan, dan kadang-kadang seperti jaringn parut. Ulkus jarang terjadi
e. KSB tipe fibroepitelioma: jarang dijumpai, berupa nodus agak bertangkai, dan warna
kemerahan.3
F. Diagnosa
histopatologi pada salah satu lesi untuk menentukan subtipe KSB. Sangat sulit membedakan
bentuk dini KSB, karsinoma sel skuamosa, maupun melanoma maligna. Penderita KSB sering
datang dengan keluhan bercak di wajah yang mudah berdarah dan tidak sembuh-sembuh, atau
seperti tahi lalat (andeng-andeng) yang ukurannya bertambah besar, gatal, dan nyeri. Jika
terdeteksi lebih awal, lesi belum meluas, tentu hasil pengobatan akan lebih baik. Pada lesi KSB
yang dibiarkan dan akhirnya meluas, kecacatan yang timbul lebih besar, lebih sulit ditangani,
secara kosmetik juga hasilnya kurang memuaskan. Karena diagnosis dini keganasan kulit
sangatlah penting maka patut dicurigai beberapa gejala dan tanda keganasan kulit seperti yang
Karakteristik histologik umum dari basalioma ialah adanya sel-sel tumor basaloid dalam
kelompok dengan bagian tepi tersusun palisading, sel-sel dengan inti mitosis, badan apoptosis,
stroma miksoid, dan adanya celah artefak di daerah peritumor antara sel-sel tumor dan stroma
sekitarnya.4
Sel-sel tumor basaloid memiliki gambaran yang mirip sel epitel basal, mengandung inti sel
besar, oval atau memanjang dan sitoplasma relatif sedikit. Pada beberapa kasus, sukar
didapatkan gambaran sitoplasma dari sel tumor. Perbedaan antara sel tumor basaloid dan sel
basal ialah sel tumor basaloid mempunyai rasio inti sitoplasma yang lebih besar dibandingkan
dengan sel epitel basal dan tidak menunjukkan adanya jembatan interselular. Inti sel tumor
biasanya tampak berukuran relatif sama, tidak bervariasi, dan mengandung intensitas warna
homogen. Gambaran daerah kistik, lakunar atau celah di antara kelompok sel tumor dengan
stroma di sekitarnya timbul akibat nekrosis sel-sel tumor atau penurunan adesi seluler. Gambaran
ini awalnya dianggap sebagai artefak akibat fiksasi namun ternyata hal ini didapatkan juga pada
sediaan potong beku yang tidak difiksasi, dan dengan pengecatan imunohistokimia didapatkan
ekspresi positif dari antibodi laminin dan kolagen tipe IV. Terdapat beberapa variasi tipe
histopatologik basalioma yang dapat muncul dalam bentuk murni ataupun kombinasi beberapa
tipe utama dan tipe tambahan. Tipe utama basalioma ialah tipe superfisial, nodular, morfea dan
menempel pada epidermis atau struktur adneksa. Kelompok-kelompok sel tumor ini terpisah
satu sama lain oleh daerah epidermis normal. Tipe nodular ditandai adanya kelompok-kelompok
sel tumor berbentuk nodul pada dermis, terlepas dari epidermis sampai pada lapisan dermis
retikular. Ukuran dan bentuk nodul bervariasi. Beberapa penulis membagi tipe ini menjadi tipe
nodular dan mikronodular berdasarkan ukuran diameter kelompok sel tumor <0,5mm. Pada tipe
morfea dan infiltratif, istilah infiltratif digunakan untuk menggambarkan tumor yang kurang
memiliki gambaran nodul solid dan didominasi oleh kelompok-kelompok sel yang tersusun
ireguler, dalam bentuk pita-pita, atau sebaran sel tumor tunggal di antara stroma. Distribusi sel
tumor yang ireguler di antara stroma ini memberikan gambaran seperti tumor infiltratif. Istilah
morfeaform atau sklerosing berarti terdapat banyak daerah fibrosis pada stroma yang
menyebabkan sel-sel tumor terjepit di antara stroma seperti pita-pita tipis; biasanya tidak
Pinkus) dengan karakteristik adanya kelompok sel tumor dalam bentuk pita yang beranastomosis
membentuk gambaran fenestrasi di antara proliferasi jaringan ikat fibrosa. Tipe infundibulokistik
biasanya berupa lesi kecil dan indolent, dengan adanya struktur keratosit kecil dan sel-sel epitel
Tipe-tipe tambahan terdiri dari: basalioma adenoid, basalioma pigmented, basalioma dengan
diferensiasi skuamous (tipe metatipikal), clear cell basalioma, basalioma dengan diferensiasi
Tipe nodular
Tipe superfisial
Tipe infiltratif
Tipe fibroepiteliomatous
Tipe infundibulokistik
G. Diagnosa Banding
2. Melanoma maligna
Melanoma maligna merupakan keganasan kulit yang berasal dari sel sel melanosit
Etiologi : idiopatik, iritasi berulang pada tahi lalat, herediter
Gejala klinis : bentuk lesi asimetris, batas regular, warna bisa hitam, biru, coklat, kemerahan dan
abu abu
Gambar :
3. Nevus Pigmentosusu
Nevus Pigmentosus merupakan tumor jinak kulit yang berasal dari krista neural
Tempat predileksi : muka dan badan lainnya
Gambaran klinis : papul berbatas tegas dan berkilat, umumnya berambut.
Gambar :
4. Trichoepitelioma
Trichoepithelioma merupakan salah satu tumor jinak kulit yang beraal dari folikel rambut
Tempat predileksi : muka dan badan
Gambaran klinik : papul papul coklat, telangiektasis, miliar, lentikuler
Gambar :
5. Keratosis seboroik
Keratosis seboroik merupakan tumor jinak kulit yang berasal dari epidermis kulit
Tempat predileksinya : tubuh bagian atas dan muka
Gambaran klinis : papul berwarna coklat sampai hitam, dapat generalisata, perabaan kenyal
Gambar :
H. Tatalaksana
Tujuan dari penatalaksanaan KSB adalah menghilangkan total lesi KSB, menjaga jaringan
normal, fungsi jaringan, serta mendapatkan hasil optimal secara kosmetik.1 Umumnya
penanganan basalioma dilakukan dengan terapi lokal, dapat berupa terapi bedah dan non-
1. Terapi bedah
Terapi bedah dapat berupa kuretase dan elektrodesikasi, cryosurgery, eksisi bedah, dan eksisi
Mohs. Dengan kuretase dan elektrodesikasi, five years survival rate mencapai 95%,
a. Untuk KSB primer, jika pertumbuhan tumor tidak agresif, dan lokasinya berada di
badan atau ekstremitas, eksisi standar merupakan teknik terapi dengan tingkat
lokasi-lokasi seperti lipatan nasolabial, sekitar mata, belakang telinga, skalp, atau
dengan bedah eksisi standar. Eksisi Mohs dapat mengangkat sekaligus 100%
melihat apakah batas-batas eksisi dan dasar eksisi tumor masih mengandung masa
tumor. 10
c.
Kuretase dan elektrodesikasi merupakan salah satu modalitas penanganan yang
lesi. Pada lesi < 1 cm tingkat kesembuhan mencapai 98,8%, untuk lesi antaar 1 –
2 cm adalah 95,5% dan untuk lesi > 2 cm sebesar 84%. Kuretase dan
elektrodesikasi ini tidak direkomendasikan pada KSB tipe morfea atau lesi KSB
2. Terapi non-bedah
Terapi non-bedah biasanya digunakan untuk pasien yang tidak bisa menjalani
pembedahan atau lokasi tumor yang sulit dijangkau dengan pembedahan. Saat ini banyak
dikembangkan uji klinik targeting therapy untuk basalioma yang menggunakan molekul
Hedgehog pathway inhibitor (HPI) karena jalur signal Hedgehog (Hh) berperan penting
a) Terapi topikal berupa 5- Fluorourasil yang telah banyak digunakan pada actinic
keratosis dan karsinoma squamous insitu. Hanya satu tipe basalioma yang pernah
dilakukan dengan pengobatan ini yaitu basalioma tipe superficial. Krim terapi
digunakan dua kali sehari selama 11 minggu dengan 90% penyembuhan yang
diobservasi selama 3 minggu setelah pengobatan tapi tidak ada follow up yang
diberikan. Imiquiod; efek samping dari penggunaan obat ini adalah reaksi lokal
termasuk erosi, ulserasi, mengeras serta gatal, terbakar, atau nyeri, yang dirasakan oleh
58 – 92% pasien, banyak regimen treatment berbeda yang berbeda tapi efektif
b) Radioterapi, treatment baik untuk KSB primer dan baik untuk pengobatan pada KSB
yang berulang kecuali pada KSB rekurent yang baru saja di radioterapi.
I. Edukasi
Pencegahan:
Proteksi terhadap sinar matahari , dengan penggunaan tabir surya SPF 15 menunjukkan
pengurangan insidens karsinoma sel skuamosa berikutnya namun tidak tidak terdapat
J. Prognosis
Prognosis penderita KSB umumnya baik. Angka kekambuhan KSB hanya 1% jika diterapi
dengan tepat. Pasien harus tetap di-follow up untuk kekambuhan atau lesi KSB baru. Edukasi
penderita penting agar melakukan pemeriksaan kulit periodik dan menghindari segala faktor
risiko. Perlindungan terhadap paparan sinar matahari dianjurkan untuk setiap pasien dengan
riwayat KSB.2
DISKUSI
Pada kasus telah datang pasien berinisial HDH umur 79 tahun (wanita) ke
Poli Kulit RSUD Syekh Yusuf Gowa, dengan keluhan benjolan pada daerah wajah sebelah kiri
Diagnosis karsinoma sel basal pada pasien ditegakan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pada anamnesis dijumpai keluhan utama berupa keluhan benjolan pada daerah
wajah sebelah kiri sejak ± 10 tahun yang lalu. Awalnya seperti kutil ,lama kelaman benjolan
semakin besar. Benjolan terasa gatal , mudah berdarah tetapi tidak nyeri. Pasien mengatakan
menggaruk pada daerah benjolan hingga menjadi luka. Pada anamnesis kemungkinan timbulnya
keluhan disebabkan oleh faktor etiologi yaitu sering terpapar sinar matahari.
Pada pemeriksaan dermatologi dijumpai pada regio facialis dengan effloresensi nodul,
krusta, ulkus, serta teleangiektasia. Lesi yang besar disertai dengan nekrosis sentral. Hal ini
sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa KSB tipe nodulo-ulseratif : nodus
menimbul, membesar, permukaan menjadi tidak rata, dan menjadi ulkus. Ulkus dapat dengan
tepi berbentuk papul berkilat, seperti mutiara (pearly border), kerusakan jaringan semakin dalam
bahkan dapat sampai tulang. Bagian tengah cekung yang dapat berkembang menjadi ulkus
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka diagnosis banding pada kasus ini
Keratosis seboroik. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan diagnosis banding .
Penatalaksanan pada pasien ini yaitu untuk lesi KSB dengan pertumbuhan agresif,
tumor > 2cm atau terdapat di lokasi-lokasi seperti lipatan nasolabial, sekitar mata, belakang
telinga, skalp, atau lesi berulang, teknik MMS (Mohs Micrographic Surgery) merupakan pilihan.
berdasarkan stadium melalui penentuan batas lesi tepi tumor. Dengan demikian, hasil preservasi
jaringan normal menjadi maksimal dibandingkan dengan bedah eksisi standar. Eksisi Mohs dapat
mengangkat sekaligus 100% tumor karena secara bersamaan menggunakan pemeriksaan potong
beku untuk melihat apakah batas-batas eksisi dan dasar eksisi tumor masih mengandung masa
tumor.
Prognosis pada pasien penderita KSB umumnya baik. Angka kekambuhan KSB hanya
1% jika diterapi dengan tepat. Pasien harus tetap di-follow up untuk kekambuhan atau lesi KSB
baru. Edukasi penderita penting agar melakukan pemeriksaan kulit periodik dan menghindari
segala faktor risiko. Perlindungan terhadap paparan sinar matahari dianjurkan untuk setiap pasien
KESIMPULAN
Karsinoma sel basal merupakan tumor kulit ganas yang berasal dari sel nonkeratinisasi lapisan
basal epidermis. Patogenesisnya berhubungan dengan faktor genetik, lingkungan, dan paparan
sinar matahari. Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, gambaran klinis, dan pemeriksaan
histopatologi. Pengobatan KSB bertujuan untuk kesembuhan dengan hasil kosmetik yang baik.
1. Tansil Tan, Sukmawati., Ghaznawie, Mahmud., Reginata, Gabriela. 2016. Artikel Konsep :
Deteksi Dini Karsinoma Sel Basal. Indonesian Journal of Cancer Vol.10, No.2, hal.61-65.
2. Tansil Tan, Sukmawati., Reginata, Gabriela. 2015. Continuing Medical Education :
Diagnosis dan Tatalaksana Karsinoma Sel Basal. CDK-235, Vol.42, No.12, hal 897-899.
3. Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W. (editors). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.7.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2018.
4. Loho LL, Durry MF. Basalioma. J Biomedik. Nov 2013; Supl: 5(3): S21-6.
5. Pramuningtyas R, Mawardi P. Gejala Klinis Sebagai Prediktor pada Karsinoma Sel Basal. J
Biomedika. Feb 2012; 4(1): 33-5.
6. Basal and Squamous Cell Skin Cancer. http://www.cancer.org/acs/groups/cid/003139-
pdf.pdf. American Cancer Society.
7. Dourmishev Lyubomir A. 2013. Clinical Variants, Stages, and Management of Basal Cell
Carcinoma.
http://www.idoj.in/article.asp?issn=22295178%3Byear=2013%3Bvolume=4%3Bissue=1%3
Bspage=12%3Bepage=17%3Baulast=Dourmishev
8. Tansil Tan, Sukmawati. 2016. Etiopatogenesis Karsinoma Sel Basal. Indonesian Journal of
Cancer http://www.perdoski.or.id/doc/mdvi/fulltext/40/271/Tinjauan_Pustaka_2.pdf
9. Siregar, R.S. 2002. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2.Jakarta
10. Fitzpatric Goldsmith LA, Wolff K, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ.
Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine Seventh Edition Volumes 1 & 2. 2009. Hal
1036-42.
11. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatologi Sixth
Edition. 2008. Hal 287-95.
12. Panduan Praktik Klinis Spesialis Kulit dan Kelamin .2017. Jakarta
13. Guideline on The Treatment of Basal Cell Carsinoma. http://Guidelines-on-Basal-Cell-