Anda di halaman 1dari 4

Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri dari jantung,

komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan mengalirkan suplai
oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses
metabolisme tubuh. Sistem kardiovaskular memerlukan banyak mekanisme yang
bervariasi agar fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya
adalah meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi.
Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan pada organ-organ
vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memlihara dan mempertahankan sistem
sirkulasi itu sendiri.
Pada kehamilan, akan terjadi banyak perubahan pada ibu hamil yang terjadi secara
fisiologis. Hal ini terjadi sebagai efek sekunder dari progesteron dan estrogen
yang diproduksi secara dominan oleh ovarium pada 12 minggu pertama kehamilan dan
selanjutnya diproduksi oleh plasenta. Perubahan ini memungkinkan untuk pertumbuhan
janin dan plasenta, serta persiapan ibu untuk kelahiran bayi.
Kehamilan merupakan suatu proses yang dinamis yang berhubungan dengan terjadinya
perubahan pada sistem kardiovaskuler secara fisiologis. Perubahan ini merupakan
mekanisme tubuh dalam mengompensasi kebutuhan metabolik ibu dan janin yang
meningkat, serta untuk menjamin adekuatnya sirkulasi uretroplasental yang penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan riwayat penyakit jantung
dapat mengalami eksaserbasi sebagai akibat dari adaptasi fisiologis selama
kehamilan. Sehingga, kejadian tersebut membutuhkan keterampilan terapeutik yang
serius dalam memberikan penatalaksanaan pada ibu hamil dengan penyakit jantung.
Penyakit kardiovaskular adalah gangguan kesehatan yang melibatkan fungsi sistem
kardiovaskular, yaitu jantung dan pembuluh darah.
Adapun perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu hamil dalam bidang sistem
kardiovaskuler, yaitu:
1. Perubahan pada Jantung
Perubahan pada sistem kardiovaskuler selama kehamilan ditandai dengan adanya
peningkatan volume darah, curah jantung, denyut jantung, isi sekuncup, dan
penurunan resistensi vaskuler. Hemodinamik yang pertama kali berubah selama masa
kehamilan adalah terjadinya peningkatan denyut jantung. Bermula antara dua sampai
lima minggu kehamilan hingga trimester ketiga. Isi sekuncup dan denyut jantung
meningkat pada usia awal kehamilan dan menurun pasca persalinan. Perubahan lainnya
yang terjadi adalah rendahnya tekanan darah arteri dan peningkatan volume plasma,
volume darah dan volume sel darah merah, sementara tekanan vena sentral (tekanan di
dalam atrium kanan pada vena besar dalam rongga toraks) konstan, yaitu 3-8 cmH2O.
 
Curah jantung juga meningkat selama kehamilan 30-40% lebih tinggi daripada kondisi
tidak hamil pada trimester pertama dan meningkat 40-50% pada trimester ketiga.
Peningkatan curah jantung pada awal kehamilan dipengaruhi oleh estrogen dan
menyebabkan banyak bagian dari sistem kardiovaskuler yang mengalami dilatasi,
seperti dilatasi jantung, dilatasi aorta, resistensi pembuluh darah ginjal,
resistensi plasenta, dan dilatasi sistem vena. Semua perubahan yang terjadi
mendukung perfusi ke tubuh ibu hamil. Dilatasi jantung meningkatkan isi sekuncup
secara langsung, dilatasi aorta meningkatkan kerentanan pada dinding pembuluh
aorta, dilatasi perifer meningkatkan aliran darah dan dilatasi vena meningkatkan
volume darah.
Curah jantung bergantung pada kecepatan denyut jantung dan isi sekuncup.
Peningkatan curah jantung menambah beban bagi jantung, terutama bila dikaitkan
dengan peningkatan denyut jantung. Dalam hal ini, pengeluaran energi jantung
meningkat ketika suplai oksigen menurun. Peningkatan pengeluaran energi jantung
disebabkan oleh peningkatan laju aliran darah, terutama aliran turbulensi pada
kasus stenosis katup. Adaptasi sistem kardiovaskuler selama kehamilan meningkatkan
risiko terjadinya kelainan kardiovaskuler atau pada beberapa kasus ibu hamil dengan
riwayat penyakit jantung sebelum hamil dapat berpotensi menjadi gagal jantung.
 
2. Perubahan pada Pembuluh dan Tekanan Darah
Peningkatan curah jantung terjadi akibat peningkatan volume darah. Volume darah
meningkat secara progresif selama kehamilan pada usia 6-8 minggu kehamilan dan
mencapai puncaknya pada usia 32-34 minggu kehamilan. Jantung harus memompa dengan
kekuatan yang lebih besar, khususnya pada saat menjelang aterm, sehingga terjadi
sedikit dilatasi. Hormon progesteron akan menimbulkan relaksasi otot-otot polos dan
menyebabkan dilatasi dinding pembuluh darah yang akan mengimbangi peningkatan
kekuatan dari jantung. Dengan demikian, tekanan darah harus tetap atau mendekati
nilai pada keadaan tidak hamil. Walaupun demikian, seorang wanita hamil cenderung
mengalami hipotensi supinasio apabila berbaring terlentang karena vena kava
inferior akan tertekan oleh isi uterus yang berat.
• Penebalan otot dinding ventrikel (trimester I)
• Terjadi dilatasi (pelebaran) secara fisiologis pada jantung
• Volume rongga perut (abdomen) meningkat menyebabkan hipertropi jantung dan posisi
jantung bergeser ke atas dan ke kriri
• Pada fonokardiogram terdapat: splitting (bunyi jantung tambahan), murmur sistolik
dan murmur diastolik
• Perubahan tekanan darah mengakibatkan kebutuhan suplai Fe kepada ibu hamil
meningkat sekitar 500 mg/hari
• Ibu hamil sering lebih cepat mengalami kelelahan dalam beraktifitas
• Bengkak pada tungkai bawah, namun hati-hati bila pembengkakan berlebihan dan
terjadi di tangan atau wajah karena bisa merupakan gejala pre eklampsi
• Terjadinya anemia fisiologis (keadaan normal Hb 12gr% dan hematokrit 35%)
• 10% wanita hamil mengalami hipotensi dan diaphoretic bila berada dalam posisi
terlengtang.
Ada beberapa perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu hamil trimester I, II dan
III dalam bidang sistem kardiovaskuler, yaitu:
1. Trimester I
Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi pada 8 minggu pertama kehamilan.
Pada awal minggu kelima curah jantung mengalami peningkatan yang merupakan fungsi
dari penurunan resistensi vaskuler sistemik serta peningkatan frekuensi denyut
jantung. Preload meningkat sebagai akibat bertambahnya volume plasma yang terjadi
pada minggu ke Hipertrofi (pembesaran) atau dilatasi ringan jantung mungkin
disebabkan oleh peningkatan volume darah dan curah jantung. Karena diafragma
terdorong ke atas, jantung terangkat ke atas dan berotasi ke depan dan ke kiri.
Impuls pada apeks, titik impuls maksimum bergeser ke atas dan lateral sekitar 1-1,5
cm. Derajat pergeseran bergantung pada lama kehamilan dan ukuran serta posisi
uterus. Volume darah meningkat sekitar 1500 cc (nilai normal: 8,5%-9% berat badan).
Peningkatan terdiri atas 1000 ml plasma ditambah 450 ml sel darah merah.
Peningkatan volume mulai terjadi pada sekitar minggu ke-10 sampai ke-12 mencapai
puncak sekitar 30-50% di atas volume tidak hamil pada minggu ke -20 sampai ke -26
dan menurun setelah minggu ke -32. Selama masa hamil terjadi percepatan produksi
eritrosit. Massa sel darah merah meningkat 30-33% pada kehamilan aterm, jika ibu
mengkonsumsi suplemen besi, tapi jika tidak hanya meningkat 17%. Aliran darah
ginjal meningkat sebanyak 70-80% pada akhir trimester I Peningkatan volume darah
juga dimulai pada minggu ke-10 sampai dengan ke-12 dengan presentase sekitar 20%
atau 100% sampai minggu ke 40. mencapai puncak sekitar minggu (peningkatan
maksimum).
2. Trimester II
Sejak pertengahan kehamilan, pembesaran uterus akan menekan vena cava inferior dan
aorta bawah saat ibu berada pada posisi terlentang. Hal itu akan berdampak pada
pengurangan darah balik vena ke jantung hingga terjadi penurunan Preload dan
cardiac Output yang kemudian dapat menyebabkan hipotensi arterial. Peningkatan
curah jantung pada kehamilan 16 minggu sekitar 40-50% dari biasanya. Cardiac output
meningkat karena adanya peningkatan volume darah Antara minggu ke-14 dan ke-20,
denyut meningkat perlahan, mencapai 10 sampai 15 kali per menit, kemudian menetap
sampai aterm. Ukuran jantung juga akan membesar sekitar 12%.
 
 
3. Trimester III
Selama trimester terakhir, kelanjutan penekanan aorta pada pembesaran uterus juga
akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Pada posisi terlentang ini
akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan dengan posisi miring. Terdapat
sedikit peningkatan tekanan darah sampai umur kehamilan 30 minggu Peningkatan
volume darah, bersamaan dengan distensi pada vena dan tekanan uterus menyebabkan
oedema pada kaki, vulva dan saluran anal, sehingga beresiko terjadi varises vena
dan sering hemoroid Curah jantung meningkat dari 30-50% pada minggu ke-32 kemudian
menurun sampai sekitar 20% pada minggu ke-40. peningkatan curah jantung disebabkan
oleh peningkatan volume sekuncup (stroke volume) yang merupakn respons terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen jaringan (normal: 5-5,5 liter/menit).
 
2.2 Adaptasi Sistem Cardiovaskular pada Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai
(inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka
dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum dapat
dikategorikan inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan atau
pembukaan serviks.
Adapun Perubahan Fisiologi Pada Ibu Bersalin, seperti:
1) Tekanan darah, pada saat kontraksi terjadi peningkatan sistolik rata-rata 15
mmHg dan diastolik rata–rata 5 – 10 mmHg.
2) Metabolisme, peningkatan aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu
tubuh, denyut nadi, pernapasan, curah jantung dan cairan yang hilang.
3) Suhu, peningkatan suhu yang normal yaitu tidak lebih dari 0,50 C – 1 0 C yang
mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan.
4) Denyut nadi, frekuensi denyut nadi di antara kontraksi sedikit lebih tinggi
dibanding selama periode menjelang persalinan.
5) Pernapasan, pada saat persalinan pernapasan mengalami sedikit peningkatan namun
masih dalam batas normal.
6) Perubahan pada ginjal, poliuria sering terjadi selama persalinan kondisi ini
dapat diakibatkan karena peningkatan lebih laju curah jantung selama persalinan dan
kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal.
7) Perubahan pada saluran cerna, absorpsi lambung terhadap makanan padat jauh
berkurang. Kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung
selama persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu
pengosongan lambung tetap seperti biasa.
Macam-macam Perubahan Sistem Kardiovaskuler Pada Masa Persalinan: 
1. Volume Darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan darah
selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema
fisiologis). Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang
cepat, tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang
menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke 3 dan ke 4 setelah
bayi lahir volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume darah sebelum
hamil.
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. bila kehiran
melalui seksio sesaria, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan
terdiri dari volume darah dan hermatokrit (haemoconcentration). Bila perasalinan
pervaginan, hematokrit akan naik dan pada seksio sesaria, hemaktokrit cendrung
stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.Tiga perubahan fisiologi pascapartum
yang melindungi wanita:
a.    Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah
maternal 10% sampai 15%.
b.    Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus vasolitasi.
c.    Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama wanita hamil.
 
 
2. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil.
Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini meningkat bahkan lebih tinggi selama
30 sampai 60 menit karena darah yang biasaya melintasi sikuir uteroplasenta tiba-
tiba kembali kesirkulasi umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran.
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume
darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin
kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas,
namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu
mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah
harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresis terjadi, yang secara cepat
mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4
jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali
jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat
dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama
dengan trauma selama persalinan.
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif
akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan
decompensation cordia pada penderita vitum cordia. Keadaan ini dapat diatasi dengan
mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah
kembali seperti sediakala, umumnya hal ini terjadi pada hari 3-5 post partum.
3. Varises
Varises ditungkai dan disekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada wanita hamil.
Varises, bahkan varises vulva yang jarang dijumpai, dapat mengecil dengan cepat
setelah bayi lahir. Operasi varises tidak dipertimbangkan selama masa hamil.
Regresi total atau mendekati total diharapkan terjadi setelah melahirkan.
 
Masa persalinan adalah masa setealah lahirnya hasil konsepsi sampai pulihnya organ
reproduksi seperti sebelium hamil, pada masa ini banyak terjadi perubahan yang di
alami oleh wanita postpartum pada sistem endokrin terjadi perubahan peningkatan dan
penurunan hormon–hormon, pada sistem kardiovaskuler terjadi perubahan pada volume
darah dan curah jantung.
Perubahan-perubahan tersebut ada yang bersifat fisiologis dan patologis. Oleh
karena itu, tenaga kesehatan terutama bidan harus memehami perubahan-perubahan
tersebut agar dapat memberikan penjelasan dan intervensi yang tepat kepada pasien.
 
 
 

Anda mungkin juga menyukai