Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari,
dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim
menjadi di luar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada
semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur
yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Pada usia yang rentan
ini, berbagai masalah kesehatan bisa muncul. Tanpa penanganan yang tepat, bisa
berakibat fatal. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko
pada kelompok ini diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin
tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.
Dengan melihat adanya risiko kematian yang tinggi dan berbagai
serangan komplikasi pada minggu pertama, maka setiap bayi baru lahir harus
mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering (minimal 2 kali) dalam
minggu pertama. Langkah ini dilakukan untuk menemukan secara dini jika
terdapat penyakit atau tanda bahaya pada neonatus sehingga pertolongan dapat
segera diberikan untuk mencegah penyakit bertambah berat yang dapat
menyebabkan kematian. Kunjungan neonatus merupakan salah satu intervensi
untuk menurunkan kematian bayi baru lahir.
B. Penyebab Kematian Neonatus

Menurut UNICEF Indonesia (2012) sebagian besar kematian anak di


Indonesia saat ini terjadi pada masa baru lahir (neonatal). Kemungkinan anak
meninggal pada usia yang berbeda adalah 19 per seribu selama masa neonatal, 15
per seribu dari usia 2 hingga 11 bulan dan 10 per seribu dari usia 1 sampai 5
tahun. Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada masa
neonatus (bayi baru lahir umur 0-28 hari).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
menunjukkan bahwa kematian neonatal sebesar 19 /1000 kelahiran hidup. Hasil
ini tidak jauh berbeda dengan hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa 78,5%
dari kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari. Komplikasi yang menjadi
penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi.
1. Asfiksia
a. Definisi
.
b. Etiologi
.
c. Gejala

d. Penatalaksanaan Neonatus dengan Asfiksia

2. Berat Badan Lahir Rendah


a. Definisi
b. Etiologi
c. Gejala
d. Penatalaksanaan Neonatus dengan BBLR
3. Penyakit Infeksi
a
C. Faktor Risiko Kematian Neonatus
Berdasarkan hasil penelitian Asnawi Abullah, dkk dengan sponsor dari
Australia Indonesia Partnership for Maternal and Neonatal Health (AIPMNH)
di Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2015 diketahui bahwa variabel yang
signifikan terhadap kematian neonatus yaitu faktor ibu, neonatal dan tempat
9

persalinan. Setelah dianalisis secara multivariat, diketahui enam variabel


merupakan faktor risiko kematian neonatal. Faktor-faktor risiko tersebut
meliputi, 1) komplikasi neonatal pada saat dilahirkan; 2) neonatal memiliki
masalah kesehatan selama 28 hari pertama; 3) ibu

mempunyai

pengetahuan

yang rendah mengenai tanda-tanda bahaya bagi bayi yang baru lahir;
4) memiliki Apgar skor rendah; 5) melahirkan di rumah; dan 6) ibu memiliki
komplikasi selama kehamilan.
1. Komplikasi Neonatal pada saat dilahirkan
Komplikasi-komplikasi selama kehamilan atau selama persalinan
ditemukan sebagai faktor risiko utama kematian neonatal. Harus dicatat,
bahwa komplikasi-komplikasi yang dimaksud di dalam variabel ini adalah
komplikasi yang diidentifikasi dan dilaporkan oleh responden, dan lebih
berhubungan dengan tanda-tanda gangguan kesehatan pada ibu dan bayi baru
lahir, bukan komplikasi hasil diagnosis tenaga kesehatan secara khusus.
Penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa komplikasi berkontribusi
sekitar 23,4% dari kematian neonatal di Indonesia [8].
Menurut hasil Rikesdas 2007, komplikasi yang menjadi penyebab
kematian terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi.
Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani, namun terkendala
oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaan
sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik,
terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan
kesehatan.
Komplikasi neonatal saat persalinan, komplikasi selama kehamilan dan
memiliki riwayat komplikasi semua ditemukan secara independen berkaitan
10

dengan kematian neonatal. Memiliki semua tiga komplikasi, risiko bagi


kematian neonatal sekitar 80 kali lipat lebih tinggi (Abdullah, dkk, 2015).
2. Penyakit Neonatal dan Pengetahuan Ibu yang rendah tentang tandatanda bahaya bagi bayi baru lahir
Neonatal yang sakit selama bulan pertama kelahiran dan rendahnya
pengetahun ibu mengenai tandatanda bahaya bagi neonatal juga muncul
sebagai faktor risiko utama kematian neonatal. Walaupun faktor ini secara
statistik signifikan, tidak berarti ada hubungan sebab akibat, dan juga tidak
berarti bahwa pengetahuan yang lebih baik mengenai tentang tanda-tanda
bahaya bagi bayi baru lahir akan secara otomoatis berdampak terhadap
penurunan risiko kematian neonatal.
Hal ini menunjukkan pentingnya deteksi dini akan penyakit-penyakit
yang sering dialami oleh neonatal sebagai langkah penting menuju
peningkatan kelangsungan hidup bayi baru lahir [11] dan ini juga
menunjukkan pentingnya perhatian pada riwayat kehamilan seorang ibu dan
perawatan selama kehamilan. Aspek-aspek ini diperkuat oleh dua faktor lain,
yaitu perawatan bayi setelah lahir atau selama minggu-minggu pertama
kelahiran, yang muncul sebagai variabel yang signifikan.
Faktor - faktor ini menunjukkan bahwa perawatan saat persalinan
merupakan variabel yang cukup penting, khususnya dalam hal inisiasi
menyusi dini dan pemberian ASI serta dan perawatan bagi bayi yang baru
lahir dengan berat lahir rendah. Temuan-temuan ini juga menunjukkan adanya
kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan para ibu dalam pelayanan
antenatal care bagi mereka yang tidak lagi dirawat di fasilitas kesehatan
setelah melahirkan [12].
11

3. Apgar Score Rendah


Apgar skor merupakan sebuah indikator penting yang dikaitkan
dengan risiko kematian neonatal. Skor ini tidak hanya berguna untuk
mengevaluasi status kondisi kesehatan bayi pada menit-menit pertama setelah
kelahiran [13], akan tetapi juga untuk menentukan sejauh mana kebutuhan
bayi untuk resusitasi dan mengevaluasi tingkat efektivitasnya [14].
Penelitian ini menujukkan bahwa neonatal yang dilahirkan dengan
Apgar skor yang rendah memiliki risiko enam kali lebih tinggi akan kematian
neonatal dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan Apgar skor yang
normal. Khusus untuk bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan memilik
Apgar skor yang rendah, risiko akan kematian neonatal mencapai 28 kali lipat
lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang memiliki Apgar skor normal.
Banyak penelitian lain juga menunjukkan bahwa tingginya risiko
kematian neonatal bagi bayi dengan Apgar skor rendah, sebagai contoh
Berglund dan koleganya melaporkan 45 kali lipat peningkatan risiko bagi
kematian neonatal (95% CI: 30-68) dibandingkan dengan anak-anak yang
memiliki Apgar skor normal [15].
Sekitar 15% dari bayi yang baru lahir dalam penelitian ini tidak
memiliki catatan Apgar skor walaupun bayi-bayi tersebut dilahirkan di
fasilitas kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan. Dari kontrol, 8%
mempunyai Apgar skor skor yang rendah, angka ini termasuk relatif tinggi
dibandingkan dengan negara sedang berkembang lainnya (seperti Uganda
hanya sekitar 2,8%) [16]. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa proporsi
Apgar skor rendah relatif tinggi mengindikasikan tingkat obstetric care [14]
dan mutu pelayanan obstetrik selama persalinan [17].
12

4. Tempat Persalinan
Tempat persalinan diketahui secara statistik berhubungan erat dengan
risiko kematian neonatal. Bagi bayi yang dilahirkan di rumah dan dibantu oleh
seorang dukun memiliki risiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan
bayi yang dilahirkan di fasilitas kesehatan. Untuk itu setiap petugas kesehatan
terutama tenaga bidan diharapkan agar selalu memotivasi seorang ibu hamil
untuk tidak melahirkan di rumah. Hal tersebut merupakan sebuah tantangan
besar bagi petugas kesehatan yang bekerja di daerah perifer seperti di
pedesaan atau kampung yang memiliki preferensi budaya untuk melahirkan
bayi di rumah.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa sekitar 90% responden
mengatakan bahwa ada dukun di desa mereka atau di desa tetangga dan 58%
ibu hamil mengaku bahwa mereka pernah mengunjungi dukun (seperti untuk
pijat perut). Diperkirakan dengan mendorong ibu hamil untuk melahirkan di
fasilitas kesehatan, sekitar 29% risiko kematian neonatal dapat dikurangi [18].
5. Komplikasi yang dialami ibu selama kahamilan

D. Kerangka Teori
Berdasarkan landasan teori yang ada maka peneliti menyusun kerangka teori
sebagaimana tertera pada gambar berikut :

Komplikasi pada
saat kehamilan ibu
dan bayi dilahir

Kematian Neonatus
13

Penyakit Infeksi

Tingkat
Pengetahuan Ibu

Sarana Pelayanan
Kesehatan

E. Kerangka Konsep
Variabel Independen

Variabel Dependen

Komplikasi yang
dialami Neonatus

Tingkat
Pengetahuan Ibu
Komplikasi yang
Tempat Persalinan
dialami
ibu selama
hamil

14

Kematian Neonatus

Anda mungkin juga menyukai