Anda di halaman 1dari 11

REHABILITASI MEDIK PADA ANAK DENGAN ASMA BRONKIAL

1
dr. Irithca Jayanty Tengker
2
Dr. dr. Theresia Isye Mogi, Sp. KFR (K), SH, MKes
1
PPDS-1 Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado
2
Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Email : irithca_tengker@yahoo.co.id , dokter_isye@gmail.com

PENDAHULUAN
Asma adalah penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi kronik yang
mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran respiratori dengan derajat bervariasi.
Prevalensi asma meningkat dari waktu ke waktu baik di negara maju maupun negara sedang
berkembang. pada hampir separuh penderita asma, gejala mulai muncul selama masa kanak-
kanak.1
Patogenesis inflamasi saluran respiratori pada asma, diawali dengan mekanisme
imunologis inflamasi saluran respiratologi, adanya reaksi fase awal dan fase lambat pada
inflamasi akut dan kronis, inflamasi alergi dan remodeling saluran respiratologi. Patofisiologi
asma sendiri terdiri dari onstruksi saluran respiratologi yang mendasari gangguan fungsi dan
hiperreaktivitas saluran respiratori yang berhubungan dengan perubahan otot polos saluran
respiratori yang menyebabkan perubahan kontraktilitas.1,3
Tatalaksana asma pada anak terdiri dari medikamentosa dan non medikamentosa.
Salah satu tatalaksana dari non medikamentosa yaitu Rehabilitasi paru yang dapat diberikan
pada serangan asma akut dan kondisi asma tanpa eksaserbasi. Menurut The Global Initiative
for Asthma (GINA) Rehabilitasi paru direkomendasikan untuk pasien dengan penyakit paru-
paru kronis dengan penurunan kapasitas aerobik dan kekuatan otot.4,6
DEFINISI memperkirakan terdapat 383.000 kematian
Asma sebagai suatu penyakit akibat asma pada tahun 2016. Prevalensi
heterogen, basanya ditandai dengan asma di Indonesia berdasarkan diagnosis
inflamasi kronik saluran respiratori. dokter 2,4%. Dengan provinsi terbanyak
Inflamasi kronik ini ditandai dengan Yaitu D I Yogyakarta, Kalimantan timur
riwayat gejala-gejala pada saluran dan bali. Sulawesi utara sendiri berada di
respiratori seperti wheezing (mengi), sesak urutan ke 23 (2%).9
napas, dan batuk yang bervariasi dalam
waktu maupun intensitas, disertai dengan ETIOLOGI DAN FAKTOR
limitasi aliran udara ekspiratori.( Global RISIKO
Initiative Asthma (GINA) 2020). Penyebab asma masih belum
Sedangkan menurut Unit Kerja Koordinasi jelas. Diduga yang memegang peranan
Respiratologi IDAI, Asma adalah penyakit
utama adalah reaksi yang berlebihan dari
saluran respiratori dengan dasar inflamasi
kronik yang mengakibatkan obstruksi dan trakea dan bronkus (hiper reaktivitas
hiperreaktivitas saluran respiratori dengan bronkus). Hiper reaktivitas bronkus ini
derajat bervariasi. 3,4
belum diketahui dengan jelas
EPIDEMIOLOGI penyebabnya.1 Namun diduga karena
Asma merupakan penyakit kronik adanya hambatan sebagian sistem
yang sering dijumpai pada anak di negara adrenergik-beta, kurangnya enzim adenil
maju. Sejak dua dekade terakhir, siklase dan meningginya tonus sistem
dilaporkan bahwa prevalens asma
parasimpatis. Keadaan demikian
meningkat pada anak maupun dewasa.
Namun, akhir-akhir ini di Amerika cenderung meningkatkan tonus
dilaporkan tidak terjadi peningkatan lagi di parasimpatis bila ada rangsangan sehingga
beberapa negara bagian. Prevalens total terjadi spasme bronkus. Asma merupakan
asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada gangguan kompleks yang melibatkan
dewasa dan 10% pada anak). Prevalens banyak faktor yang turut menentukan
tersebut sangat bervariasi.8
derajat reaktivitas atau iritabilitas tersebut.1
Masalah epidemiologi yang lain
saat ini adalah morbiditas dan mortalitas
asma yang relatif tinggi. WHO
karena itu asma disebut penyakit Hipertrofi dan hiperplasia otot polos
multifaktorial, secara umum faktor risiko saluran respiratori serta sel goblet kelenjar
asma dipengaruhi oleh3,7,11 submukosa timbul pada bronkus pasien
1. Faktor Genetik asma terutama pada yang kronik dan
a. Atopi/alergi berat.1,15
b. Hipereaktivitas bronkus
c. Ras/etnik PATOFISIOLOGI
d. Obesitas Inflamasi saluran respiratori yang
ditemukan pada pasien asma diyakini
2. Faktor Lingkungan
merupakan hal yang mendasari gangguan
a. Alergen dalam rumah fungsi.Obstruksi saluran respiratori
b. Alergen luar rumah menyebabkan keterbatasan aliran udara
3. Faktor lain yang dapat kembali baik secara spontan
a. Alergen makanan maupun setelah pengobatan. Perubahan
b. Alergen obat obat tertentu fungsional yang terjadi dihubungkan
c. Bahan yang mengiritasi dengan gejala khas pada asma, yaitu batuk,
sesak, wheezing, dan hiperreaktivitas
d. Faktor emosi
saluran respiratori terhadap berbagai
e. Asap rokok bagi perokok rangsangan. Batuk sangat mungkin
aktif maupun pasif disebabkan oleh stimulasi saraf sensoris
f. Perubahan cuaca pada saluran respiratori oleh mediator
g. Infeksi saluran nafas inflamasi. Terutama pada anak, batuk
berulang dapat menjadi satu-satunya gejala
asma yang ditemukan.(Gambar 1).18
PATOGENESIS
Konsep terkini pathogenesis asma
adalah asma merupakan suatu proses
inflamasi kronik yang khas, melibatkan
dinding saluran respiratori, peningkatan
reaktivitas saluran respiratori dan
menyebabkan terbatasnya aliran udara.
Hiperreaktivitas ini merupakan
Gambar 1. Patofisiologi Asma Bronkial
predisposisi terjadi penyempitan saluran
respiratori sebagai respons terhadap Penyempitan saluran respiratori
berbagai macam rangsangan. Gambaran pada asma dipengaruhi oleh banyak faktor.
khas adanya inflamasi saluran respiratori Penyebab utama penyempitan saluran
adalah aktivasi eosinofil, sel mast, respiratori adalah kontraksi otot polos,
makrofag, dan sel limfosit T pada mukosa bronkus yang diprovokasi oleh pelepasan
dan lumen saluran respiratori. Perubahan agonis dari sel-sel inflamasi. Yang
ini dapat terjadi meskipun secara klinis termasuk agonis adalah histamin, triptase,
asmanya tidak bergejala. Pemunculan sel – prostaglandin D2 dan leukotrien C4 dari
sel tersebut secara luas berhubungan sel mast, neuropeptida dari saraf aferen
dengan derajat beratnya penyakit secara setempat, dan asetilkolin dari saraf eferen
klinis. Sejalan dengan proses inflamasi postganglionik.19
kronik, perlukaan epitel bronkus Kontraksi otot polos saluran
merangsang proses reparasi saluran respiratori diperkuat oleh penebalan
respiratori. Proses tersebut menghasilkan dinding saluran respiratori akibat edema
perubahan struktural dan fungsional yang akut, infiltrasi sel-sel inflamasi dan
menyimpang pada saluran respiratologi.14 remodeling, hiperplasia dan hipertrofi
Remodeling saluran respiratologi kronik otot polos, vaskular, dan sel-sel
merupakan serangkaian proses yang sekretori, serta deposisi matriks pada
menyebabkan deposisi jaringan dan dinding saluran respiratori. Selain itu,
mengubah struktur saluran respiratori hambatan saluran respiratori juga
melalui proses deferensiasi, migrasi, bertambah akibat produksi sekret yang
diferensiasi, dan maturasi struktur sel.
banyak, kental,dan lengket oleh sel goblet
dan kelenjar submukosa, protein plasma
yang keluar melalui mikrovaskular
bronkus, dan debris selular.20
Pada anak, sebagaimana pada
orang dewasa, perubahan patologis pada
bronkus (airway remodeling) terjadi pada
saluran respiratori. Inflamasi dicetuskan
oleh berbagai faktor, termasuk alergen,
virus, olahraga, dll.9 Faktor tersebut juga
menimbulkan respons hiperreaktivitas
pada saluran respiratori penderita asma.
Inflamasi dan hiperreaktivitas
menyebabkan obstruksi saluran
respiratori.Meskipun perubahan
patofisiologis yang berkaitan dengan asma
pada umumnya reversibel, penyembuhan Gambar 2 Remodeling saluran respiratori
pada asma
sebagian parsial dapat terjadi. (gambar
2).13
DIAGNOSIS PEMERIKSAAN
1. Anamnesis 1. Pemeriksaan Fisik
Pada anamnesis ditemukan Dalam keadaan stabil tanpa
keluhan wheezing atau batuk berulang gejala, pada pemeriksaan fisik pasien
merupakan manifestasi klinis yang biasanya tidak ditemukan kelainan. Dalam
diterima luas sebagai titik awal diagnosis keadaan sedang batuk atau sesak dapat
asma. Gejala respiratori asma berupa ditemukan:
kombinasi dari batuk, wheezing, sesak
napas, dada tertekan dan produksi sputum.
Chronic recurrent cough (batuk kronik 1). Sistem respirasi
berulang) dapat menjadi petunjuk awal Pada inspeksi pergerakan dinding
untuk membantu diagnosis asma. dada simetris, adanya retraksi interkostal
Karakteristik yang mengarah ke asma hingga suprasternal, pada palpasi taktil
adalah: fremitus agak menurun, saat perkusi
1. Gejala timbul secara episodik didapatkan hyper – resonant, dan pada
atau berulang kasus berat bisa ditemukan bronchophony
2. Timbul bila ada faktor pencetus yang meningkat serta adanya wheezing
3. Adanya riwayat alergi baik yang terdengar langsung (audible
4. Variabilitas, yaitu intensitas wheeze) atau yang terdengar dengan
gejala bervariasi dari waktu ke stetoskop. Selain itu perlu dicari gejala
waktu, bahkan dalam 24 jam. alergi lain pada pasien seperti dermatitis
Biasanya gejala lebih berat pada atopi atau rhinitis alergi, dan dapat
malam hari (nokturnal) dijumpai pula tanda alergi seperti allergic
5. Reversibilitas, yaitu gejala dapat shiners atau geographic tongue
membaik secara spontan atau 2). Sistem kardiovaskular
dengan pemberian obat pereda Pada serangan sedang dan berat
asma. 1, 12 terdapat takikardi sedangkan pada kondisi
ancaman henti napas ditemukan
Pada anamnesis tidak hanya melihat bradikardi, Sianosis terjadi pada serangan
tanda dan gejala klinis tetapi penting berat dan ancaman henti napas,
ditanyakan aktivitas fungsional anak, pemeriksaan pulsus paradoksus minimal
misalnya: bagaimana tingkat kehadiran atau < 10 mmHg pada serangan ringan,
anak di sekolah, apakah anak bisa 10-20 mmHg pada serangan sedang, >20
mengikuti kegitan belajar mengajar dengan mmHg pada serangan berat, sedangkan
baik tanpa terganggu dengan penyakitnya, pada saat ancaman henti napas tidak
apakah anak bisa mengikuti kegiatan ditemukan dikarenakan tanda kelelahan
olahraga maupun kegiatan ekstrakurikuler otot napas.
terlebih pada saat kondisi dingin atau 3). Sistem muskuloskeletal
lingkungan yang terdapat allergen atau Asma pada anak mempengaruhi
polusi. Selain ada beberapa kuosiner yang kapasitas fungsional otot perifer biasanya
dapat digunakan pada anak dengan asma, pada otot quadriceps, serta penurunan
antara lain fungsi otot skeletal.
1. The pediatric asthma quality of Pada pemeriksaan fisik untuk
life questionnaire, mengukur tingkat intensitas aktivitas fisik
Digunakan untuk mengukur dapat menggunakan skala borg. Skala borg
kualitas hidup yang berhubungan digunakan untuk mengukur sesak napas
dengan kesehatan pada anak-anak selama melaksanakan kegiatan atau
dengan asma. Dimana menilai pekerjaan.
batasan aktivitas, gejala dan 2. Pemeriksaan penunjang
fungsi emosional.14 Pemeriksaan ini untuk
2. Asthma control test menunjukkan variabilitas gangguan aliran
Digunakan untuk menilai derajat napas akibat obstruksi, hiperreaktivitas,dan
control asma

4
inflamasi saluran respiratori, atau adanya penderita asma menunjukan hasil yang
atopi pada pasien. 1,6,23 normal, namun pada beberapa kasus bisa
1. Pemeriksaan fungsi paru ditemukan perubahan akibat asma yang
Ditemukan nilai forced expiratory muncul dalam waktu yang lama, seperti:
volume in 1 second (FEV 1) menurun, Hiperinflasi paru, penebalan dinding
forced vital capacity (FVC) bisa normal bronkus dan edema paru.
atau menurun, FEV1/FVC menurun, Total
lung capacity (TLC) normal atau menurun,
Residual volume (RV) normal atau
menurun. Pada fasilitas terbatas dapat
dilakukan pemeriksaan dengan peak
expiratory flowmeter (PEF). Pada
pedoman nasional anak asma, untuk
mendukung diagnosis asma anak dipakai
batasan sebagai berikut:
- Variasi pada PFR (peak flow
meter = arus puncak ekspirasi)
atau FEV1 = volume
- Kenaikan PEF atau FEV1 > 15%
setelah pemberian inhalasi
bronkodilator
- Penurunan PEF atau FEV1 > 20%
setelah provokasi bronkus
2. Penilaian status alergi
Dapat dilakukan dengan Uji cukit
kulit (skin prick test), eosinofil total
darah. pemeriksaan IgE spesifik. Tes ini
pada anak dibawah usia 5 tahun dapat
digunakan untuk menentukan apakah Gambar 3. Alur Diagnosis asma pada anak
anak atopi, mengarahkan untuk
manipulasi lingkungan dan memprediksi
KLASIFIKASI
Klasifikasi kekerapan gejala asma
prognosis anak dengan mengi.
pada anak dibagi 4, yaitu: intermiten,
- Uji cukit kulit (skin prick test)
persisten ringan, persisten sedang dan
ditemukan hasil positif
persisten berat. Yang di nilai pada
- Pemeriksaan IgE total dengan
kunjungan – kunjungan awal dan dibuat
PRIST (paper
berdasarkan anamnesis (tabel 1). Selain
radioimmunosorbent test) kadar
itu, klasifikasi ini dibuat setelah diagnosis
IgE > 30u/ml
kerja asma dan dilakukan tatalaksana
- Nilai eosinofil total terjadi
umum (pengendalian lingkungan,
peningkatan dari nilai normal
penghindaran pencetus) selama 6 minggu.
3. Pemeriksaan hiperreaktivitas
Jika sudah yakin dengan diagnosis asma
saluran napas
dan klasifikasi sejak kunjungan awal, tata
Pada pasien yang mempunyai
laksana dapat dilakukan sesuai klasifikasi.
gejala asma tetapi fungsi paru normal,
Selain itu klasifikasi kekerapan ini
Uji provokasi bronkus dengan histamin,
ditujukan sebagai acuan awal penetapan
metakolin, latihan udara dingin dan
jenjang tata laksana jangka panjang. 1
larutan salin hipertonik dapat membantu
Tabel 1. Klasifikasi penyakit asma anak
menentukan diagnosis
berdasarkan kekerapan timbulnya gejala
3. Pemeriksaan Radiologi
Sumber: Pedoman Nasional Asma Anak
Pada pemeriksaan foto rontgen
2016
thoraks untuk melihat adanya gambaran
emfisematous. Pada sebagian besar

5
tahun menit

TATALAKSANA
Tatalaksana asma pada anak lebih
ditekankan pada faktor tumbuh kembang
anak secara optimal. Tujuan tatalaksana
asma pada anak secara umum agar anak
Tujuan utama tata laksana asma
dapat beraktivitas normal baik di rumah
adalah terkendalinya penyakit. Asma
maupun di sekolah termasuk bermain dan
terkendali adalah asma yang tidak
berolahraga, gejala tidak timbul pada saat
bergejala, dengan atau tanpa obat
siang maupun malam hari, kebutuhan obat
pengendali dan kualitas hidup pasien baik.
seminimal mungkin dan tidak ada
Klasifikasi derajat kendali dipakai untuk
serangan serta mencegah efek samping
menilai keberhasilan tata laksana yang
obat bila terpaksa digunakan, sehingga
sedang dijalani dan untuk penentuan tata
fungsi atau faal paru tetap normal. Untuk
laksana yang akan diberikan. (step up,
menghasilkan tujuan tersebut tatalaksana
maintenance and step down)3
asma dibagi menjadi 2 hal penting yaitu
Tabel 2. Tabel klasifikasi berdasarkan
pemberian medikamentosa, dan non
derajat kendali
medikamentosa.
A. Medikamentosa
Tatalaksana medikamentosa dibagi 2
tahap, yaitu: tatalaksana pada saat
serangan asma dan tatalaksana jangka
panjang (fase intermiten dan persisten
ringan)3,7
1. Tatalaksana serangan asma
Tujuan tatalaksana serangan asma
antara lain sebagai berikut:
- Mengatasi penyempitan saluran
Penilaian laju napas dan nadi
pada anak dan dewasa berbeda, pada anak respiratori secepat mungkin
pun dibagi 4 tingkatan usia berbeda untuk - Mengurangi
nilai napas normal, yaitu: usia < 2 bulan, hipoksemia
2-12 bulan, 1-5 tahun dan 6-8 tahun. - Mengembalikan fungsi paru ke
Untuk nilai nadi normal dibagi dalam 3 keadaan normal secepatnya
tingkatan usia, yaitu: 2-12 bulan, 1-2
- Mengeevaluasi dan memperbarui
tahun, 3-8 tahun. (Tabel 3)
tata laksana jangka panjang untuk
Tabel 3. Laju napas dan nadi anak
mencegah kekambuhan
Usia Laju Usia Laju nadi
Dibawah ini alur tata laksana
napas normal
serangan asma anak di fasyankes dan
normal rumah sakit, yang dibagi 3 derajat, yaitu:
serangan ringan – sedang, serangan berat
< 2 < 60 / 2-12 < 160 / dan ancaman henti napas.

bulan menit bulan menit


2-12 < 50 / 1-2 < 120 /
bulan menit tahun menit
1-5 < 40 / 3-8 < 110 /
tahun menit tahun menit
6-8 < 30 /

6
NON MEDIKAMENTOSA
Tatalaksana non medikamentosa
di bagi 2 tahap yaitu Rehabilitasi paru
(fase eksaserbasi dan non eksaserbasi)
dan program Komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE)
1. Rehabilitasi paru
American Thoracic Society dan
European Respiratory Society
membuat dokumen untuk mendukung
jenis intervensi ini. Secara rinci,
mereka mendeskripsikan Rehabilitasi
Paru sebagai intervensi komprehensif
berdasarkan penilaian pasien
menyeluruh diikuti dengan terapi yang
disesuaikan dengan kondisi pasien.
Terapi latihan, edukasi dan perubahan
perilaku, yang dirancang untuk
Gambar 4. Alur tatalaksana serangan asma meningkatkan kondisi fisik dan
psikologis pasien. Spruit el al
TATALAKSANA JANGKA mengemukakan pasien dengan
PANJANG penyakit pernapasan kronis harus
Tujuan tatalaksana adalah untuk memperhatikan kepatuhan pengobatan
mencapai dan mempertahankan kendali jangka panjang untuk meningkatkan
asma serta menjamin tercapainya tumbuh kualitas kehidupan .31
kembang anak secara optimal. Obat asma Rehabilitasi paru dibagi 2 fase, yaitu:
dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, fase eksaserbasi dan fase non eksaserbasi.
yaitu:3,7 A. Rehabilitasi paru fase eksaserbasi
1. Obat pereda (reliever) Tujuan Rehabilitasi paru pada fase
Yang digunakan untuk meredakan eksaserbasi antara lain sebagai
serangan atau gejala asma bila berikut:32,33
sedang timbul, bila serangan - Untuk mengurangi gejala
sudah teratasi dan gejala tidak ada - Relaksasi
lagi, maka pemakaian obat ini - Mengurangi
dihentikan.
kebutuhan/penggunaan
2. Obat pengendali (controller)
energi selama respirasi
Yang digunakan untuk mencegah
- Mencegah obstruksi airway
serangan asma. Obat ini untuk
dan akumulasi sekresi yang
mengatasi masalah dasar asma
mengganggu respirasi
yaitu inflamasi respiratori kronik,
normal
sehingga tidak timbul serangan
- Meningkatkan kebersihan
atau gejala asma. Pemakaian obat
airway dan ventilasi melalui
ini secara terus menerus dalam
mobilisasi dan mengalirkan
jangka waktu relative lama,
sekresi
bergantung pada kekerapan gejala
- Memelihara dan
asma dan responnya terhadap
memperbaiki mobilisasi
pengobatan. Obat pengendali
chest
asma terdiri dari steroid anti-
Rehabilitasi paru yang dapat diberikan
inflamasi inhalasi atau sistemik,
pada fase eksaserbasi, yaitu: Chest
antileukotrien, kombinasi steroid-
physical therapy. Penggunaan metoda fisik
agonis b2 kerja panjang, teofilin
untuk perawatan pernafasan pada penderita
lepas lambat dan anti-
asma pada anak. Bila penderita terbaring
imunoglobulin E.

7
terlentang, dimana gerakan otot diafragma
dan intercostals menurun, pernafasan
menjadi dangkal, juga terjadi
pengumpulan sekret di bagian bawah.34
Chest physical therapy yang dapat
diberikan pada fase eksaserbasi, terdiri
dari:
1. Teknik relaksasi
2. Breathing control
3. Breathing exercise
4. Postural drainage
5. Teknik manual

1) Teknik Relaksasi
Penderita asma seringkali mengalami Gambar 5. Posisi relaksasi
episode sesak periodik (Periodic episodes
of dyspnea) saat aktifitas atau ketika 2) Breathing control
terpapar alergen. Beberapa penderita asma Yaitu pernafasan yang
memahami secara intuisi batas aktifitas menggunakan bagian bawah dada,
fungsional yang dapat dilakukan. Bila Membutuhkan sedikit tenaga,
penderita mengalami sesak napas maka Mengurangi sesak nafas. Otot-otot
mereka menghentikan aktifitasnya dan yang dipakai : intercostal, scalenus,
mengontrol pernapasan. Relaksasi dan diafragma dan abdomen. 33
kontrol pernapasan penting dalam
Manfaat :
penanganan asma baik ringan maupun
1. Mengurangi kerja pernafasan
berat.35
2. Mengurangi sesak nafas
Tujuannya untuk mengurangi
3.Membantu pernafasan ke pola
tegangan otot-otot pernapasan tambahan,
normal
mengurangi kecemasan karena dyspneu,
4. Perbaiki ventilasi bagian basal paru
merangsang “sense of well being” terdiri
Cara :
dari :
 Posisi : duduk / miring
- Posisi optimal untuk latihan
 Dinding abdomen relaks, lutut
pernafasan diafragma (
sedikit fleksi
Semifowler & Miring )
 Tangan pada bagian ant.costal
- Gentle repetitive movements:
margin
dengan peregangan manual, pasif,
 Bernafas tenang lewat
gentle , dan shacking techniques
hidung
oleh terapis pada leher, bahu dan
lengan sehingga mengurangi  Bahu dan dada atas
tegangan. relaks
 Gerakkan iga-iga bawah ke
Penderita diminta dalam posisi relaks bawah dan medial
dengan tubuh sedikit fleksi ke depan  Merasakan gerakan dada bagian
(gambar 5). Posisi ini mengakibatkan bawah
viscera terdorong ke arah depan bawah Penting :bernafas dengan usaha
dan diafragma turun sehingga lebih minimal dan lewat hidung22
memudahkan terjadinya pernapasan
diafragma.34 3) Breathing exercise
Tujuan Breathing exercise:34
 Memperbaiki ventilasi, kekuatan,
endurance dan koordinasi otot
respirasi

8
 Meningkatkan efektivitas - Ad Functionam : Bonam
mekanisme batuk - Ad sanationam : Bonam
 Mencegah atelektasis
 Memelihara dan memperbaiki
mobilitas thorax KESIMPULAN
Asma adalah suatu penyakit
 Memperbaiki pola nafas
obstruksi jalan nafas yang reversibel
abnormal
dengan dikarakteristikan oleh
 Menstimulasi relaksasi
hiperreaktivitas bronkus,
Prinsip umum mengajarkan bronkokonstriksi, dan inflamasi saluran
Breathing exercise:34 nafas kronik. Regimen obat yang
 Tempat tenang, agar mudah digunakan untuk terapi dari penyakit
berinteraksi dengan pasien tanpa tersebut,secara umum berupa
ada gangguan bronkodilator untuk melebarkan saluran
 Jelaskan tujuan Breathing nafas, dan anti inflamasi untuk
exercise: meredakan proses inflames yang terjadi.
Selain itu juga ada beberapa regimen
 Posisi pasien rileks, nyaman dan
obat lainnya. Pemberian terapi
tidak menggunakan pakaian ketat
disesuaikan dengan berat ringannya
Ajarkan teknik rilekksasi ( otot upper gejala dan frekuensi serta beratnya
thorax, neck dan shoulder) 34,35 serangan. 2,4
B. Rehabilitasi paru pada fase non Tujuan tatalaksana asma anak
eksaserbasi secara umum adalah mencapai kendali
Tujuan rehabilitasi pada fase ini, yaitu:40 asma sehingga menjamin tercapainya
- Aktivitas anak berjalan normal, potensi tumbuh kembang anak secara
termasuk bermain dan optimal. Secara lebih rinci, tujuan yang
berolahraga. ingin dicapai adalah33,34:
- Gejala tidak timbul pada siang 1. Aktivitas pasien berjalan normal,
maupun malam hari termasuk bermain dan
- Meningkatkan konsentrasi anak berolahraga.
- Meningkatkan kebugaran 2. Gejala tidak timbul pada siang
kardiorespi anak maupun malam hari.
- Meningkatkan kekuatan dan 3. Kebutuhan obat seminimal
ketahanan otot mungkin dan tidak ada
- Memperbaiki postur anak serangan.
4. Efek samping obat dapat dicegah
Untuk mencapai tujuan tersebut maka untuk tidak atau sesedikit
tindakan rehabilitasi yang dapat diberikan mungkin terjadi, terutama yang
pada fase non eksaserbasi, yaitu: aerobic memengaruhi tumbuh kembang
exercise, latihan penguatan dan ketahanan anak.
serta dapat diberikan chest physical
therapy yang sesuai dengan kondisi anak.
Sebelum melakukan intervensi latihan, DAFTAR PUSTAKA
maka harus dilakukan uji latih terlebih 1. Rahajoe N, Kartasasmita C,
dahulu. Supriyatno B. Dalam: Pedoman
nasional asma anak IDAI, 2016
PROGNOSIS 2. Beyond the basics of respiratory
Pada penderita asma yang care; Pulmonary anatomy,
melakukan terapi rehabilitasi pulmonar Orlando regional health care,
teratur, mengkonsumsi obat dan education and development. 2015
memperhatikan asupan nutrisi yang 3. Nastiti R, Supriyatno B. Asma
seimbang pada anak dalam: Buku Ajar
- Ad vitam : Bonam

9
Respiratologi anak Ed pertama 17. ERC task force, definition,
2018 assessment and treatment of
4. Global Initiative for Asthma. wheezing disorders in preschool:
Global strategy for asthma an evidence based approach 2008
management and prevention. 2020 18. Bateman ED, Jithoo A. Asthma
5. Rajagopal, Paul J, Apllied anatomy and allergy a global perspective.
and physiology of the airway Allergy. 2007;62:213-5
breathing. Indian J anaesth 2005 19. Plats-Mills TAE, Sporik RB,
6. Lu kim d, forno E in exercise and Chapman MD. The role of
lefe style changes in asthma domestic allergen. Dalam: The
Pennsylvania 2020 rising trends in asthma. New York;
7. Pocket guide for asthma 2015
management and prevention (for 20. ERS Task Force. Definition,
children 5 years and younger). A assessment, and treatment of
Guide for Health Care wheezing disorders in preschool
Professionals. Global Initiative for children: an evidence based
Asthma(GINA);2020 approach. Eur respi 2018
8. Epidemiologi dalam Infodatin 21. Cates CJ, Weish, Holding
pusat data dan informasi chambers (spacers) versus
kementrian kesehatan RI 2019 nebulisers for B agonist treatment
9. Kartasasmita CB. Epidemiologi of acute asthma. The Cochrane
asma anak Dalam: buku ajar database Pf systematic review
respiratologi anak Jakarta; 2013. 2013
H.71-84 22. Behrman R.E, Kliegman RM.
10. The global asthma report, New Asthma. Dalam: Nelson text book
Zealand 2019 of pediatrics. Ed. 17th Philadelphia:
11. Alfonso D, Allred D, Eapen B. WB saunders Comp; 2014
pulmonary rehabilitation in 23. Bergstorm J, Mckenzie M et all
pulmonary disease IN: Bradom Diagnosis and management of
Physical medicine & rehabilitation asthma. Institute for clinical
5th edition 2016 systems improvement 2016
12. Bosquet J, Jeffrey PK, Busse WW, 24. Griffith S, Duchane FM,
Asthma: From Combined Inhaled anticholinergic
bronchoconstriction to airway and short acting beta 2 agonist for
remodeling. Arm J. respiratory initial treatment of acute asthma in
critical care Med. 2000;161 children. The Cochrane 2013
13. Papadopoulos NG, Arakawa H, 25. Spruit Ma, Singh Sj, Garvey key
Carlsen KH, Custovic A, Gern concept and advances in
J,Lemanske R, dkk. International pulmonary rehabilitation. An
consensus on (ICON) pediatric official American thoracic society
asthma. Allergy.2012;67:976–97 europan respiratory society
14. Kay AB, asthma and statement, 2013
inflammation, In: Journal allergy 26. Larsen Gary L, Colasurdo G.
immunology, 2001 Assesment and treatment of acute
15. Asthma quality of life asthma in childrens and
questionnaire (AQLQ), asthma adolecens. Dalam: Text book of
control therapy (ACT) American pediatrics Asthma. In international
thotacic society Perspective Ed. 1 United Kingdom
16. Yuhei H, Kohno Y, Ebisawa M 2015
dalam Japanese guideline for 27. American thoracic society ,
childhood asthma allergol int 2014 American college of chest
physians. ATS/ACCP statement

10
on cardiopulmonary exercise da educacao e do brinquedo.
testing 2013 Brazil 2005
28. Reimberg M, Agnelo Effects of a 38. Deep breathing exercises for kids
pulmonary rehabilitation program In copingskillsforkids.com di
on physical capacity, peripheral akses pada rabu 23 september
muscle function and inflammatory 2020
markers in asthmatic children and 39. Morrow B. airway clearance
adolescents: study protocol for a therapy in pediatrics respiratory
randomized controlled trial Brazil illness: A state of the art review
2018 2019.
29. Zampogna E, Zappa M, Spanello 40. Shei RJ, Paris HL, Wilhite DP,
A. Rehabilitation pulmonary in Chapman RF, Mickleborough TD.
asthma 2020 The role of inspiratory muscle
30. Kirkby s, Rosseti A, Benefits of training in the management of
pulmonary rehabilitation in asthma and exercise-induced
pediatric asthma, ohio 2018 bronchoconstriction. Phys
31. Haas F, Axen K: Pulmonary Sportsmed. 2016;26:1-8.
Therapy and rehabilitation : in 41. Guidelines for exercise testing in
Principles and practice, Baltimore asthma and children IN; ACSM’s
2011 guidelines for exercise testing and
32. Rondinelli RD,Bach J, Altschuler prescription 9th edition 2013
E, Rehabilitations of the patients 42. Eichenberger PA, Diener SN,
with respiratory dysfunction IN: Kofmehl R, Spengler CM. Effects
Delisa’s Physical Medicine & of exercise training on airway
Rehabilitation 5th edition 2010 hyperreactivity in asthma: a
33. Adone, Roberto chest physical systematic review and meta-
training in patients with acute analysis. Sport Med 2013;
exacerbation of chronic bronchitis. 43:1157–1170.
Arch Phys Med Rehabilitation Vol. 43. Andrade L, Britto M The efficacy
81 2015 of aerobic training in improving
34. Nusdwinuringtyas N, chest the inflammatory component of
physical therapy in the asthmatic children Randomized
rehabilitation of lung function trial 2014
2006 44. Wanrooij VH, Willeboordse M,
35. Schenkel I, Garcia J theraupetic Dompeling E, van de Kant KD.
play as technique supporting to Exercise training in children with
physiotheraupetic treatment in asthma: a systematic review. Br J
children with respiratory disorders Sports Med 2014; 48:1024–103
2013 45. Wamg q, Zhang W, Liu L Effects
36. Kumar Y, Kaur P, Effectiveness of of physical therapy on lung
breathing exercise as theraupetic function in children with asthma
play on respiratory status among China 2019
children undergoing nebulization
therapy with lower respiratoty 46. Fransisco C, Bhatawadekar S,
tract disorders India 2017 et al Effects of physical exercise
37. Pareira J. E a importantio do training on nocturnal symptoms
ludico na formaco de educadores: in asthma: systematic review
uma pesquisa na acao do museu Canada 2018

11

Anda mungkin juga menyukai