Anda di halaman 1dari 4

1.

Klasifikasi kejang
Kejang diklasifikasikan sebagai parsial atau generalisata berdasarkan apakah kesadaran utuh
atau lenyap.
Kejang dengan kesadaran utuh disebut sebagai kejang parsial, walaupun kesadaran mungkin
berubah; focus disatu bagian tetapi dapat menyebar kebagian lain. Dimulai disuatu daerah otak,
biasanya korteks serebrum. Gejala kejang ini bergantung oada lokasi focus otak.
- Parsial sederhana
Dapat bersifat motoric, gerakan unilateral yg abnormal, sensorik (merasakan, membaui,
mendengar sesuatu yang abnormal), autonomic (takikardi,bradikardia,takipnu, kemerahan,
rasa tidak enak di epigastrium), psikik (disfagia, gangguan daya inget)
Biasanya berlangsung kurang dari 1 menit
- PArsial kompleks
- Dimulai sebagai kejang parsial sederhana, berkembang menjadi perubahan kesadaran yang
disertai oleh
 Gejala motoric, gejala sensorik, otomatisme (mengecap2kan bibir, mengunyah,
menarik-narik baju)
 Beberapa kejang parsial kompleks mungkin berkembang menjadi kejang
generalisata
 Biasanya berlangsung 1-3 menit

Kejang generalisata, yaitu kejang dengan hilangnya kesadaran; tidak ada awitan fokal; bilateral
dan simetrik; tidak ada aura

- Tonik klonik, spasme tonik-klonik; inkontinensia urin dan alvi; menggigit lidah; fase
pascaiktus
- Absence, sering salah diagnosis sebagai melamun. Menatap kosong, kepala sedikit lunglai,
kelompak mata bergetar, atau berkedip secara cepar; tonus postural tidak hilang.
Berlangsung beberapa detik
- Mioklonik, kontraksi mirip syok mendadak yang terbatas dibeberapa otot atau tungkai ;
cenderung singkat.
- Atonik , hilangnya secara mendadak tonus otot disertai lenyapnya postur tubuh
- Klonik , gerakan menyentak , repetitive, tajam, lambat, dan tunggal atau multiple di lengan,
tungkai atau torso
- Tonik, peningkatan mendadak tonus otot (menjadi kaku, kontraksi) wajah dan tubuh bagian
atas, fleksi lengan dan ekstensi tungkai
Mata dan kepala mungkin berputar ke satu sisi
Dapat menyebabkan henti nafas
2. Patofisiologi kejang pada kasus

3. Apa makna Rita mulai berkeringat, badannya teraba panas, dan kulitnya memerah
sebelum timbul kejang?
(Penyesuaian tubuh dalam kehilangan panas)
Bentuk kompensasi tubuh terhadap adanya paparan suhu tinggi “heat stress” saat
paparan suhu lingkungan/benda yang lebih tinggi dari suhu permukaan kulit. Maka panas
selalu mengalir menuruni gradien konsentrasinya. Yaitu, menuruni gradien termal dari
bagian panas ke yang lebih dingin.
Panas secara evaporasi keluar melalui uap H2O. molekul-molekul H2O secara terus
menerus berdifusi menembus kulit dan menguap. “panas dibutuhkan untuk mengubah air
menjadi gas”
Penyesuaian dalam aktivitas kardiovaskular sangat penting untuk pengeluaran suhu
tubuh. Karna sistem kardiovaskular mentransfer panans dari inti suhu tubuh ke
permukaan tubuh. Aliran darah kulit yang cukup sangat penting untuk terjadinya
perpindahan panas.

4. Bagaimana mekanisme abnormal dari primary survey?

5. Bagaimana cara pemeriksaan secondary survey?


Pemeriksaan secondary survey dilakukan setelah primary survey selesai, resusitai
telah dilakukan dan ABCDE pasien dipastikan membaik. Pemeriksaan secondary survey
adalah pemeriksaan kepala sampai kaki (head to toe) termasuk re-evaluasi tanda-tanda
vital.
1) Kepala
- Periksa seluruh kulit kepala apakah ada luka, kontusio, atau fraktur
- Jika kemungkinan ada mata bengkak, periksa:
o Ketajaman visus
o Ukuran pupil
o Perdarahan konjungtiva dan fundus
o Dislocatio lentis
o Luka tembus pada mata
o Lensa kontak
o Jepitan otot bola mata
o
2) Maksilofacial
Lihat apakah ada yang mengganggu airay atau tidak. Jika ada yang mengganggu
airway harus ditangani saat primary survey, sedangkan yang tidak mengganggu
airway dikerjakan setelah pasien stabil sepenuhnya dan pengelolaan definitif dapat
dilakukan. Jika ada kemungkinan trauma tulang wajah mungkin juga ada fraktur pada
lamina cribrosa maka dilakukan pemasangan kateter lambung harus melalui jalan
oral.
3) Vertebrae servikalis
Pemeriksan leher meliputi inspeksi, palpasi dan auskultasi. Nyeri daerah vertebrae
servikalis, emfisema subkutan, deviasi trakea, dan fraktur laring dapat ditemukan
pada pemeriksaan yang teliti. Dilakukan palpasi dan auskultasi pada a. Carotis.
Adanya jejas pada a. Carotis harus dicatat karena kemungkinan adanya perlukaan
pada a. Carotis.
4) Thoraks
Inspeksi dari depan dan belakang akan menunjukkan adanya flail chest atau open
pneumothorax. Palpasi harus dilakukan pada setiap iga dan klavikula. Penekanan
pada sternum dapat nyeri bila ada fraktur sternum atau adaa costochondral separation.
Auskultasi pada thoraks untuk membedakan apakah tension pneumothoraks atau
tamponade jantung. Jika suara napas melemah/hilang kemungkinan tension
pneumothorax, sedangkn jika suara jantung jauh kemungkinan tamponade jantung.
Perkusi jika didapatkan hipersonor curiga adanya tension pneumothorax.
5) Abdomen
Pasien hipotensi yang tidak dapat diterangkan kelainan neurologis, gangguan
kesadaran karen alkohol/obat dan pemeriksaan abdomen yang meragukan harus
dilakukan pemeriksaan DPL, USG abdomen, CT Scan abdomen dengan kontras bila
keadaan memungkinkan.
6) Pelvis
- Diperiksa adanya: kontusio (memar), hematom, laserasi (robek), dan perdarahan
uretra
- Diteliti juga adanya kemungkinan darah dari lumen rektum, prostat letak tinggi,
adanya fraktur pelvis, utuh/tidak dinding rektum dan tonus m.sfingter ani.
- Pada wanita: pemeriksaan colok dubur untuk menentukan adanya darah dalam
vagina/laserasi(robek) dan tes kehamilan pada wanita usia subur.
7) Muskuloskeletal
- Ektremitas
Periksa adanya luka/deformitas, dan frakur (nyeri, krepitasi, gerakan abnormal)
- Pelvis
Periksa adanya jejas daerah ala ossis illi, pubis, labia/skrotum, nyeri pada kkompresi
kedua SIAS, gangguan sensasi/hilang kemampuan kontraksi otot disebabkan
kerusakan saraf perifer/iskemia.
8) Neurologis
Pemeriksaan: tingkat kesadaran (GCS), ukuran dan reaksi pupil, pemeriksaan motorik
dan sensorik.
(ATLS, 2012)

6. Bagaimana working diagnosis pada kasus?


Heat stroke

7. NNI

Anda mungkin juga menyukai