2. Prematuritas
3. Post-maturitas
5. Hipoglikemia juga bisa terjadi pada bayi yang memiliki kadar insulin
tinggi. Bayi yang ibunya menderita diabetes sering kali memiliki kadar
insulin yang tinggi karena ibunya memiliki kadar darah yang tinggi,
sejumlah besar guladarah ini melewati plasenta dan sampai ke janin
selama masa kehamilan akibatnya, janin menghasilkan sejumlah besar
insulin,
3
4
4. Patofisiologi
Pada anak dan dewasa mempunyai persamaan substrat dan pengaturan
metabolisme hormonal, namun homeostatis glukosa pada bayi berbeda.
Bila seorang ibu saat hamil mendapat nutrisi yang adekuat, maka
pada janin tidak terjadi glukoneogenesis. Selain di dalam kandungan,
energi pokok yang digunakan oleh janin adalah glukosa dan asam amino.
Glukosa pada ibu masuk kejanin melalui plasenta secara difusi karena
adanya perbedaan konsentrasi pada ibu dan plasma janin, dimana kadar
glukosa plasma janin 70-80% sama dengan kadar dalam vena ibu
(Susanto, 2007).
2. Sistem endokrin
Insulin merupakan hormon regulasi glukosa plasma. Insulin
6
disertai dengan hipoglikemia yang lama. Pada neonatus biasanya gejala disertai
sianosis, apnea, hipotermia, hipotonia dan kejang-kejang (Sperling dalam Nelson,
2000).
6. Tipe Hipoglikemia
Menurut Vera (2013), tipe hipoglikemia digolongkan menjadi beberapa
jenis yakni :
1. Transisi dini neonatus (Early transitional neonatal )
Ukuran bayi yang besar ataupun normal yang mengalami
kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.
2. Hipoglikemia klasik sementara (Classic transient neonatal) Terjadi
jika bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan
cadangan lemak dan glikogen.
3. Hipoglikemia sekunder (Secondary)
Sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi
peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan
glikogen.
4. Hipoglikemia berulang (Recurrent)
Disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme
insulin terganggu.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang disertai gejala klinis penting untuk
menentukan diagnosa hipoglikemia. Apabila terdapat gejala dari
hipoglikemia maka harus dilakukan pemeriksaan kadar gula darah
untuk memastikan. Kadar glukosa darah dapat diukur dengan
menggunakan glukometer. Bayi yang memiliki resiko harus dilakukan
pemeriksaan kadar glukosa darah (Pundjaji, et al. 2011).
Pemeriksaan glukosa darah penting dilakukan secara berkala
hingga bayi dapat meminum ASI secara peroral dan tidak memakai
infus selama 24 jam. Bayi dengan hipoglikemia membutuhkan infus
glukosa selama 5 hari lebih untuk dilakukan evaluasi penyebabnya.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan serum
terhadap kadar insulin, kortisol, hormon pertumbuhan, elektrolit darah,
tes faal hati dan pemeriksaan formal gula darah puasa (Pundjaji, et al.
11
2011).
8. Penatalaksanaan
Menurut Iswanto (2012), penatalaksanaan untuk hipoglikemia pada neonatus
adalah sebagai berikut :
1. Beri air gula kira-kira 30 cc satu kali pemberian dan observasi
keadaannya.
2. Pertahankan suhu tubuh dengan cara membungkus bayi dengan kain
hangat, jauhkan dari hal-hal yang dapat menyerap panas bayi.
3. Segera beri ASI (Air Susu Ibu).
4. Observasi keadaan bayi, yaitu tanda-tanda vital, warna kulit, reflek dan
tangisan bayi.
5. Bila tidak ada perubahan selama ± 24 jam dalam gejala-gejala tersebut
segera rujuk ke rumah sakit.
Menurut Iswanto (2012) jika ditemukan masalah seperti berikut
penatalaksanaanya adalah :
1. Glukosa darah <25 mg/dl (1,1 mmol/l) atau terdapat tanda
hipoglikemia, maka:
a. Pasang jalur IV, berikan glukosa 10% 2 ml/kg BB secara pelan
dalam 5 menit.
b. Infus glukosa 20% sesuai kebutuhan rawatan.
c. Periksa kadar glukosa darah 1 jam setelah bolus glukosa dan
kemudian 3 jam sekali.
d. Jika kadar glukosa darah masih <25 mg/dl (1,1 mmol/l) ulangi
pemberian air gula dan lanjutkan pemberian infus.
e. Jika kadar glukosa darah 24-25 mg/dl (1,1-2,6 mmol/l) lanjutkan
infus dan ulangi pemeriksaan kadar glukosa setiap 3 jam sampai
kadar glukosa 45 mg/dl (2,6 mmol/l) atau lebih.
f. Jika kadar gluosa darah 45 mg/dl (2,6 mmol/l) atau lebih dalam
dua kali pemberian berturut-turut lanjutkan infus glukosa.
g. Anjurkan ibu menyusui, bila bayi tidak menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan sendok.
h. Bila kemampuan minum bayi meningkat, turunkan pemberian
12
Bayi lahir kurang bulan berat < 2500gram Bayi lahir cukup bulan berat 2500-3500 g
Jika kadar gula darah Jika kadar gula darah >25-45 mg/dl dengan
Jika kadar gulatanda
darahdan
<25 gejala
mg/dl hip
den
25-40 mg/dl tanpa
tanda dan gejala
hipoglikemia
1. Anjurkan ibu 1. Beri air gula kira-kira 1. Pasang jalur IV, berikan
untuk 30 cc satu kali glukosa 10% 2 ml/kg BB secara pelan
Sumber: Iswanto (2012). pemberian dan
2. Pantau tand
Gambar 2.1 Bagan Penatalaksanaan Hipoglikemia Bayi Baru Lahir menit Infus
observasi keadaannya 2. glukosa20%
3. Periksa kadar glukosa sesuai rawata
2. Pertahankan suhu tubuh kebutuha n
darah dalam setiap 3 3. Segera beri ASI
4. Observasi keadaan Periksa kadar glukosa
bayi, yaitu tanda-tanda darah1jam
vital, warna kulit, 3.setelah bolus glukosa
reflek dan kemudian 3
5. Bila tidak ada
Bilakemampua
perubahan selama ± 24
minum bayi meningkat, turunkan pe
jam dalam gejala-gejala
tersebut segera rujuk ke
Seorang Ibu dengan riwayat DM melahirkan bayi pada usia gestasi 29 minggu dengan
berat 1100 gram. Bayi tampak pucat, nadi 93x/menit, bayi menangis lambat, kaki dan
tangan lemah, pernafasan 25x/menit dan pemberian oksigen. Setelah dilakukan
resusitasi, di cek GDS hasilnya 35 mg/dl, Sa02 84% lalu di beri terapi surfaktan dan
dipindahkan di ruang NICU.
25
B. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 Maret 2024 jam 08.00 WIB
1. Identitas Data
a. Nama : By. Ny. L
b. Alamat : Jembangan Kec. Sukolilo Kab. Pati
c. Tanggal Lahir/ Umur : 16 Oktober 2014/ 1 Hari
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. No. Register 302468
g. Tanggal Masuk/ Jam : 16 Oktober 2014 jam 15.00
h. Diagnosa Medis : Neonatus Preterm, BBLR, Asfiksia Berat,
Neonatus Infeksius
2. Keluhan Utama
bayi usia gestasi 29 minggu dengan berat 1100 gram. Bayi tampak pucat,
nadi 93x/menit, bayi menangis lambat, kaki dan tangan lemah, pernafasan
25x/menit.
26
27
c. Post Natal
Setelah kelahiran bayi sempat tidak menangis dan langsung
dipasang kanul O2 dengan resusitasi selama 3 menit dengan nilai
apgar score 4, keadaan lemah, nafas 25x/menit.
Keterangan
= Laki-laki = Pasien
6. Riwayat Sosial
a. Yang Merawat
Saat ini klien diwarat diruang NICU dan dirawat oleh perawat dan
sesekali ibu klien menjenguk saat jam kunjung rumah sakit.
b. Hubungan dengan Keluarga
28
7. Pola Sehari-hari
a. Nutrisi dan Metabolisme
Saat ini pasien mendapat diit susu formula khusus BBLR 3 jam sekali
sekitar 30 cc melalui selang OGT
b. Eliminasi Urine dan Feses
Klien BAB ± 3-5x sehari dengan konsistensi warna hitam, lembek
cair, bau khas feses bayi. BAK menggunakan pempers dan
diganti setian 6 jam sekali dan terisi ± 100 cc
c. Istirahat dan Tidur
Klien terlihat sering tidur dan bangun jika lapar dan merasa
kotor setelah BAB dan BAK, rata-rata tidur per hari yaitu 20-22
jam
d. Peran dan Hubungan
Keluarga mengatakan anak akan diasuh oleh orang tuanya sendiri,
dan selama ini ibu bayi menengok keruang perinatologi
e. Toleransi Stress dan Koping
Klien merintih
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas, kurang aktif, menangis lemah,
perawatan dalam inkubator
b. Tanda-tanda Vital
- Nadi :145x per menit
- Pernafasan : 49 x per menit
- Suhu : 36,8°C
c. Antropometri
- Panjang Badan : 34 cm
- Berat Lahir : 1100 gram
- Lingkar Dada : 26 cm
- Lingkar Kepala : 23 cm
d. Kepala : Fontanel anterior lunak, wajah simetris,
rambut hitam
29
- Ncpap
- IV line Dextrose 10%
- Susu formula BBLR 8x10cc/hari melalui selang OGT
- Termoregulasi incubator suhu 34°C
Arterial Blood
Settings Volumes
Pressure
pCO pO bi Pip/Pee MA Rat O
pH Ti Te Vt MV
2 2 c p P e 2
7,5 0, 0, 9, 0,5
26 200 19 25/5 12 60 80
1 3 6 8 8
ANALISA DATA
31
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
3 DS : - Ketidakseimbangan Prematuritas,
DO : nutrisi : kurang dari ketidakmampuan
- Terpasang selang OGT kebutuhan tubuh mengabsorbsi
- Reflek hisap lemah nutrisi
- BB 1100 gram
- Bayi lahir 29 minggu
3 10.30 S:-
-Memantau suhu klien O : Suhu klien 36,2
2 11.00 S:-
-Memonitor BB klien O : BB : 1060 gram ,
LD : 26 cm , PB :
34cm , LK : 23cm
3 12.00 S:-
-Membersihkan incubator secara O : Incubator tampak
berkala bersih
2 14.00 -mengkaji reflek hisap S:-
O : Reflek hisap klien
tampak lemah
1.4 EVALUASI
41
NO TANGGAL TTD
EVALUASI
DX JAM
1 17-10-2014 S:-
14.00 O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 98% , auskultasi paru : ronchi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler
2 14.00 S:-
O : BB : 1060gram
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi
3 14.00 S:-
O : Hasil leukosit klien 24.7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- batasi jumlah pengunjung
- gunakan tekhnik aseptic selama
berinteraksi dengan klien
1 18-10-2014 S:-
14.00 O : Cairan dalam tabung suction tampak jernih
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler
2 14.00 S:-
O : Klien tampak masih terpasang OGT dengan diit 30cc
A : Masalah belum teratasi
42
43
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi
3 14.00 S:-
O : Leukosit 24.7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- gunakan teknik aseptic selama berinteraksi
dengan klien
- bersihkan incubator secara berkala
1 19-10-2014 S:-
14.00 O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 90% , auskultasi : ronchi
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler
2 14.00 S :-
O : Klien tampak masih terpasang infus umbilikel 5%
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi
3 14.00 S:
O : Hasil leukosit 24,7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- batasi jumlah pengunjung
- gunakan teknik aseptic selama berinteraksi
dengan klien
- bersihkan incubator secara berkala
44
45
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah
atau kondisi ketidaknormalankadar glukosa serum yang
rendah.Frekuensi hipoglikemia pada bayi/anak belum diketahui pasti.
Di Amerika dilaporkan sekitar14000 bayi menderita hipoglikemia.
Gutberlet dan Cornblath melaporkan frekuensi hipoglikemia4,4 per
1000 kelahiran hidup dan 15,5 per 1000 BBI:R. Hanya 200-240
penderita hipoglikemia persisten maupun intermitten setiap tahunnya
yang masuk rumah sakit.Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan mekanisme kontrol pada metabolismeglukose, antara lain :
inborn erors of metabolism, perubahan keseimbangan endokrin dan
pengaruh obat-obatan maupun toksin.Hipoglikemia simtomatik pada
neonatus cenderung terjadi selama 6-12 jam kehidupan.
Seringmenyertai penyakit-penyakit seperti : distress perinatal,
terlambat pemberian minum dan bayi dariibu DM.Pada bayi/anak,
gejala-gejala hipoglikemia dapat berupa: sakit kepala, nausea, cemas,
lapar,gerakan motorik tidak terkoordinasi, pucat, penglihatan
b'erkunang-kunang, ketidakpedulian,cengeng, ataksia, strabismus,
kejang,malas/lemah, tidak ada perhatian dan gangguan tingkah
laku.Hipoglikemia bisa disertai atau tidak dengan banyak keringat dan
takhikardi.Hipoglikemia asimptomatik yang terjadi pada neonatus, jika
pemeriksaan uji dextrostixmenunjukkan kadar gula darah rendah,
harus dikuatkan oleh pemeriksaan laboratorik.Hipoglikemia
simptomatik yang terjadi pada neonatus, bila klinik dan uji dextrostix
menunjukkanhipoglikemia, keadaan ini harus dikuatkan oleh
pemeriksaan laboratorik. Infus glukose harussegera dimulai (glukose
peroral bukan merupakan pengan adekuat untuk
hipoglikemiasimptomatik). Glukagon bisa diberikan selama terpasang
infus glukose.Sejumlah kasus (1-12%) yang gejala kliniknya
menetap/berulang meskipun sudah diberikanglukose IV 12-16
mg/kgBB/menit, maka harus dipikirkan penyebab primemya. Diambil
darah 5-10 cc sebelum dan sesudah pemberian glukagon (30
mikrogram/kgBB IV/IM/IC tidak lebih dari.1 mg).Makan makanan
hidrat arang yang sering telang digunakan dengan hasil bervariasi.
Sekarangtelang digunakan pengobatan dengan pemberian makanan
melalui naso gastric drips.
Hipoglikemi Akietosis :Pengobatan dasar dan penyakit ini
terdiri atas tindakan sederhanamenghindari puasa lebih dari 1 jam dan
hindari penyebab-penyebab muntah.Dalam keadaan serangan
hipoglikemia diberikan segera 1-2 ml glukose 50%/kgBB IV,
dilanjtkandengan infuse glukose 10%. Diet tinggi protein tinggi hidrat
arang dengan pemberian 4-5kali/hari.Jika tidak diobati, Hipoglikemia
yang berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan kematian pada
setiap golongan umur.Pada neonatus prognosis tergantung dari berat,
lama, adanya gejala-gejala klinik dan kelainan patologik yang
menyertainya, demikian pula etiologi, diagnosis dini dan pengobatan
yangadekuat.
5.2 Saran
Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam
memahami tentang pengertian,frekuensi penderita, etiologi,
manifestasi klinik, pengobatan dan pragnosis dari hipoglikemia
DAFTAR PUSTAKA
Pudjaji, AH, et al. 2011. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia Edisi II. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
Rahardjo,dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Susanto, R. 2007. Hipoglikemia pada Bayi dan Anak. Semarang: Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran UNDIP.
40