Anda di halaman 1dari 64

SKENARIO 2

BLOK TUMBUH
KEMBANG
TUTOR 3
Kasian Bayi Kecil itu…
bayi laki-laki usia 20 jam, BBL 3100 g, PB 49cm, dibawa ke UGD RS UMM oleh orang tuanya. bayi
tsb mengalami gerakan berkedip pada mata terus menerus terkadang disertai gerakan kaki seperti
mengayuh. karena merasa kuwatir, orang tuanya memeriksakan anaknya ke UGD RSUMM. saat
dilakukan alloanamnesis didapatkan data bayi lahir di bidan secara pervaginam dari ibu G1P0A0, usia
kehamilan 37 minggu, tanpa ada ketuban pecah dini (KPD), ketuban jernih, A/S 7/9, sudah diberikan
vit K1 dan gentamycine zalf mata saat lahir. bayi mulai malas minum sejak pulang dari klinik usia 16
jam, tidak ada demam, buang air kecil berkurang, buang air besar sehari sekali, masih meconial, mulai
sering berkedip 2 jam sebelum dibawa ke UGD, sekitar 15 menit dan berhenti sendiri, 2 jam
kemudian berkedip lagi disertai gerakan kaki kanan seperti mengayuh. dari pemeriksaan ditemukan
omphalitis, didapatkan icterus kramer II, didapatkan tremor dan gerakan mengayuh pada ekstremitas
inferior dextra disertai gerakan mata nistagmus dan kelopak mata sering berkedip-kedip, tidak ada
riwayat sakit hamil pada ibu, tetapi saat trimester 3 kehamilan ibu mengalami hiperglikemia. hasil
laboratorium →
hasil laboratorium :
hb : 16,3gr%
leukosit : 16.000/mm3
trombosit : 350.000/mm3
eritrosit : 4.500.000/mm3
LED :2
gula darah acak 22mg/dl
bilirubin total : 10,32
bilirubin direk : 0,32
bilirubin indirek : 10,00
pada USG kepala tidak ditemukan haermorrage
dokter yang memeriksa mengatakan bahwa ada hipoglikemia dan hipotermia pada anak tersebut
juga akan diobservasi lebih lanjut apakah bayi mengalami jitteriness, spasme atau kejang,
sehingga perlu dirawat inapkan
Keyword
1. Hiperglikemi
2. Hipothermia
Kata Sulit
1. Cerebral haermorrage
2. Jitteriness
3. Meconial
4. Omphalitis
5. Gentamicin zalf
6. Icterus Kramer II
7. Nistagmus
8. Gula darah acak
9. Bilirubin direk
10. Bilirubin indirek
11. Spasme
Klarifikasi Istilah
1. Cerebral haermorrage adalah pendarahan dalam otak atau di sekitar otak ( J. Alfredo, 2013)

2. Jitteriness merupakan salah satu gejala gangguan pergerakan yang sulit dibedakan dengan kejang.
(Verrotti A, 2014)

3. Meconial : Mekonium adalah tinja yang berwarna hitam, kental dan lengket, seperti karet yang
merupakan campuran sekresi kelenjar intestinal dan cairan amnion. Pada keadaan normal, mekonium
akan keluar pada 36 jam pertama setelah lahir sebanyak 2-3 kali setiap harinya. (Tehuteru ES, 2001)

4. Omphalitis an infection of the umbilicus and/or surrounding tissues, occurring primarily in the
neonatal period (Painter. K, Feldman. J. 2018)

5. Gentamicin zalf : untuk pengobatan terhadap manifestasi inflamasi atau radang yang disertai oleh
infeksi bakteri yang peka terhadap antibiotik gentamicin (toto, poernomo. 2016)
6. Kramer Ikterus suatu pemeriksaan (tindakan atau cara) dalam menilai / menentukan derajat ikterus yang
merupakan risiko terjadinya kern-ikterus. Kramer ikterus 2 menunjukkan ikterus sampai dengan area dada
hingga pusar dan punggung. (Kramer LI. Advancement of Dermal Icterus in the Jaundiced Newborn. Amer J Dis
Child. 1969; 118: 454-458.)

8. Gula Darah Acak : disebut juga kadar glukosa darah sewaktu. Suatu pemeriksaan gula darah yang
dilakukan setiap waktu tanpa harus memperhatikan makanan terakhir yang dimakan. (Depkes Ri, 2008).

9. Bilirubin direk : yaitu bilirubin yang melekat pada albumin yang tidak larut udara (dini, yuhelfi. 2016)

10. Bilirubin indirek artinya bilirubin yang harus berikatan dengan protein (albumin) agar dari darah bisa masuk
ke dalam hati dan bersifat lebih sukar larut dalam air (Panil,Z.2008)

11. spasme → Spasme otot merupakan kontraksi involunter mendadak satu kelompok otot atau lebih meliputi kram
dan kontraktur (Haigh, 2005 : 1064).
Rumusan Masalah
1. Mengapa bayi tersebut perlu diberikan Vit K1 & Gentamycine Zalf?
2. Bagaimana interpretasi hasil lab?
3. Bagaimana hubungan hiperglikemi pada ibu dengan kondisi bayi yang mengalami hipoglikemi?
4. Bagaimana hubungan hipoglikemi dengan hipotermia pada bayi?
5. Apakah bayi ini mengalami jitteriness, spasme, atau kejang?
6. Mengapa terjadi ikterus kramer II?
7. Bagaimana penanganan hipoglikemi dan hipotermi pada bayi?
Hipotesis
1. Mengapa bayi tersebut perlu diberikan Vit K1 & Gentamycine Zalf?

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K1, semua bayi baru
lahir normal dan cukup bulan perlu diberi 1 mg vitamin K1 pada sepertiga paha bagian luar
secara intramuskular. Selain mencegah perdarahan itu pemberian vit. K1 akan membuat
keadaan bab dan bak yg normal karena bayi yang sesuai dengan skenario mengalami bab yg
frekuensinya sehari sekali dan bak berkurang sehingga penting untuk diberikan vit K1.

Gentamycin Zalf mata adalah obat antibiotik berupa salep mata untuk infeksi maupun peradangan
pada mata yang disebabkan bakteri dan mencegah perkembangan bakteri. Pemberian Gentamicin
zalf mata diberikan sekiranya ada indikasi tersebut.
2. Bagaimana interpretasi hasil lab?
•hasil laboratorium : •gula darah acak 22mg/dl : menurun, normalnya
> 45 → bayi hipoglikemi
•hb : 16,3gr% → normal
•bilirubin total : 10,32 (normalnya hari 1 → tidak
•leukosit : 16.000/mm3 → normal lebih dari 5 mg/dl) → bayi mengalami
•trombosit : 350.000/mm3 → normal hiperbilirubin

•eritrosit : 4.500.000/mm3 → normal •bilirubin direk : 0,32

•LED : 2 → normal •bilirubin indirek : 10,00


3. Bagaimana hubungan hiperglikemi pada ibu dengan kondisi bayi yang mengalami hipoglikemi?
Ibu hiperglikemi → glukosa ibu meningkat → glukosa dan insulin bayi juga meningkat → ketika
lahir, plasenta dipotong → glukosa bayi rendah tapi insulin tetap banyak → hipoglikemi
Penyebab
1.Penggunaan insulin melebihi dosis
2. Pola makan tidak baik
3. Olahraga berlebihan
4. Konsumsi minuman berakhohol berlebihan
5. Kekurangan nutrisi
6. Produksi insulin berlebihan
4. Bagaimana hubungan hipoglikemi dengan hipotermia pada bayi?
Glukosa merupakan bentuk karbohidrat dan merupakan sumber energi utama pada neonatus
dari ASI. Jika menurun drastis, dapat menyebabkan hipoglikemi. Kekurangan glukosa,
pembentukan ATP nya kurang jadi panas nya juga berkurang, sehingga menyebabkan
hipotermi.
5. Apakah bayi ini mengalami jitteriness, spasme, atau kejang?
Bayi mengalami kejang, karena pada ciri ciri kejang :
•ada pergerakan bola mata yang abnormal, pada skenario sering berkedip kedip

Neonatus mengalami kejang subtle


•Tidak terjadi kehilangan kesadaran
•Pergerakan kaki mengayun
6. Mengapa terjadi ikterus kramer II?

Kadar bilirubin total bayi yang mencapai 10,32 bila berdasarkan Kramer, Icterus yang terjadi
menyebabkan icterus sampai bagian atas badan diatas umbilikal, atau ikterus kramer II.
7. Bagaimana penanganan hipoglikemi dan hipotermi pada bayi?
Hipoglikemi
1. Beri f75 pertama, jika tidak dapat disediakan berikan glukosa atau gula 10% secara oral
2. Lanjutkan pemberian f75 setiap 2-3 jam siang dan malam selama minimal 2 hari. Bila masih
mendapat asi, teruskan peberian asi diluar pemberian f75
3. Pemberian iv
Hipotermi
4. Mengganti pakaian dengan yang hangat
5. Hangatkan dengan menggunakan pemancar panas
6. Dll
Peta Konsep
Ibu hiperglikemi (DMG)

Gula darah naik

Bayi lahir

Suplai glukosa putus Peningkatan produksi eritrosit

Produksi insulin tinggi Pemecahan sel darah merah meningkat

Hipoglikemi Sistem hepatik belum matang

Pengeluaran panas meningkat Gangguan produksi ATP Hiperbilirubinemia

Malas minum Gangguan pompa kalium natrium

Hipotermia Kejang
Learning Objective
1. Hipoglikemi
2. Hipotermi
3. Kejang
4. Ikterus
HIPOGLIKEMI
Definisi

● Hipoglikemia merupakan suatu kelainan metabolik dan endokrin yang sering terjadi pada bayi
dan anak yang berakibat kerusakan otak yang menetap
● kadar gula plasma kurang dari 2,6 mmol/L (< 47 mg/dl)
● Untuk neonatus aterm berusia kurang dari 72 jam dipakai batas kadar gula plasma 35 mg/dL
● Sedangkan untuk neonatus prematur dan KMK yang berusia kurang dari 1 minggu, disebut
hipoglikemia bila kadar gula darah plasma kurang dari 25 mg/dl.
Klasifikasi Hipoglikemi pada Neonatus
1. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun
normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi
hiperinsulin.
2. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami
malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.
3. Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi
peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
4. Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme
insulin terganggu.
Penyebab Hipoglikemi pada Neonatus

● Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita diabetes melitus atau menderita diabetes selama
kehamilan, bayi cenderung menderita hiperinsulinisme
● Bayi dengan berat badan lahir rendah yang mungkin mengalami malnutrisi intrauterin, yang
mengakibatkan cadangan glikogen hati dan lemak tubuh total menurun
● Bayi yang sangat imatur atau yang sedang sakit berat dapat menderita hipoglikemia karena
meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi cadangan kalori
● Pada bayi yang menderita kelainan genetik atau gangguan metabolisme primer (jarang terjadi)
mekanisme hipoglikemia neonatus karena ibu DM
Patofisiologi
1. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah. Pada ibu DM terjadi
transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga meningkat pada janin.
Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon
insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi.
2. Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang
berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan
pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.
3. Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes melitus.
4. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan
dan hari-hari pertama pasca lahir.
5. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan
penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan
pernapasan.
Tanda Hipoglikemi
Meliputi pola pernapasan abnormal, seperti
● takipnea,
● apnea,
● distress napas
tanda-tanda kardiovaskuler,seperti
● takikardia
● bradikardia,
manifestasi neurologis seperti
● jitteriness,
● letargis,
● kemampuan mengisap yang lemah,
● instabilitas suhu tubuh,
● kejang
Tatalaksana pada Hipoglikemi Simptomatis
● Segera diberikan intravena glukosa 10%, sebanyak 2 ml/kgBB secara bolus, dilanjutkan dengan
IV glukosa 10% 4-6 mg/kgBB/menit.
● Jangan memberikan secara oral atau intragastrik pada kasus hipoglikemia yang berat atau
simptomatis. Konsentrasi gula darah pada hipoglikemia simptomatis dipertahankan >45 mg/dL
(>2,5 mmol/L), atau kadar gula plasma 45 mg/dL (>2,5 mmol/L), sesuaikan tetesan cairan
intravena dengan kadar glukosa darah.
● Selanjutnya dianjutkan pemberian ASI yang lebih sering,
● Monitor konsentrasi gula darah setiap sebelum diberi minum sampai kadar gula darah stabil dan
pemberian cairan intravena distop.
● Bila kebutuhan glukosa melebihi 12 mg/kgBB/menit segera lakukan pemeriksaan kadar gula
darah, insulin, kortisol, growth hormon, laktat untuk mendeteksi adanya gangguan hormon.
Tatalaksana pada Hipoglikemi
Asimptomatis
● teruskan pemberian ASI setiap 1-2 jam atau 3-10 ml/kg,
● selanjutnya monitor kadar gula darah setiap kali sebelum bayi minum sampai gula darah stabil.
● Hindari pemberian minum yang berlebihan.
● Jika kadar gula darah tetap rendah walaupun setelah diberi minum, dapat dimulai infus glukosa.
Pemberian ASI dapat dilanjutkan selama pemberian infus glukosa
HIPOTERMI
Klasifikasi Hipotermia
Dibagi menjadi 3 jenis :

1. Stres dingin 35,5-36,4°C,


2. Hipotermia sedang 32-35,4°C
3. Hipotermia berat kurang dari 32°C

Wandita, S. 2016. Hipotermia pada Bayi Baru Lahir.


http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/hipotermia-pada-bayi-baru-lahir-kapan-harus-me
mbawa-bayi-ke-dokter
. (29 Oktober 2019)
Cara - Cara Kehilangan Panas
1. Evaporasi
2. Konduksi
3. Konveksi
4. Radiasi
Penyebab hipotermia
1. Peningkatan panas yang hilang Bayi mengalami
2. Penurunan produksi panas stres dingin
3. Anomali kongenital
4. Kelahiran prematur
5. Asfiksia, hipoksia
6. Bayi terpapar obat prenatal (analgesik/anastesi)
7. Bayi yang mengalami sepsis
Mekanisme termoregulasi
Penanganan Hipotermia
1. Pindahkan bayi ke dalam inkubator. Jika bayi yang baru lahir terkena hipotermia maka bayi harus
segera mendapatkan suhu hangat. kondisi dalam inkubator bisa membuat tubuh bayi merasa lebih
hangat dan nyaman. Selain itu dalam inkubator juga ada alat yang bisa membantu mengatur suhu
ruangan bayi. Ketika bayi sudah masuk ke dalam inkubator maka suhu ruangan di luar tidak
berpengaruh untuk bayi.
2. Bedong bayi. Bayi yang terkena hipotermia harus segera dipakaikan pakaian yang hangat.
Sebaiknya bayi yang baru lahir juga harus segera dibedong dengan cara yang benar. Bedong sangat
baik untuk bayi karena membantu bayi mendapatkan kondisi yang nyaman seperti dalam rahim.
Bedong juga hangat untuk tubuh bayi sehingga bisa mencegah bayi menangis terus menerus dan
bayi bisa tidur dengan nyenyak.
3. Berikan pakaian yang hangat. Untuk bayi yang baru lahir maka Anda bisa memilih pakaian yang tepat
untuk bayi. Pakaian untuk bayi yang baru lahir harus tebal, tidak terlalu tipis, berbahan katun dan juga
tidak berat untuk kulit bayi. Anda bisa memilih pakaian bayi dengan mengikuti cara memilih pakaian
bayi yang benar. Biasanya bayi yang baru lahir akan diberi pakaian dari rumah sakit yang merupakan
pakaian khusus untuk membuat suhu tubuh bayi menjadi sangat hangat.
4. Berikan ASI untuk bayi. Bayi yang baru lahir masih memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Mereka tidak memiliki cadangan gula yang cukup dalam tubuh sehingga juga mudah terkena dingin.
Untuk mengatasi ini maka Anda bisa memberikan ASI yang cukup untuk bayi. ASI sangat baik untuk
bayi terlebih untuk kolostrum yang berisi berbagai senyawa alami kimia untuk bayi. ASI tidak hanya
menjadi sumber energi untuk tubuh bayi tapi juga bisa membuat bayi tahan terhadap penyakit infeksi
yang menyerang bayi lebih mudah saat baru lahir.
5. Perawatan darurat dalam ruangan khusus. Bayi yang terkena hipotermia mungkin tidak hanya
disebabkan oleh ruangan atau suhu yang terlalu dingin. Bayi bisa terkena penyakit yang mungkin
memicu bayi demam dan kehilangan suhu dengan cepat. Jika seperti ini maka bayi harus mendapatkan
perawatan khusus di rumah sakit. Bayi mungkin perlu mendapatkan oksigen atau obat untuk melawan
hipotermia.
Cara Mencegah Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

1. Segera berikan pakaian yang hangat untuk bayi, termasuk seperti sarung tangan , sarung kaki dan topi.
2. Segera bedong bayi setelah pemeriksaan dilakukan sehingga bayi tidak terlalu lama kedinginan dalam suhu
ruangan.
3. Segera pindah bayi ke dalam inkubator untuk membantu bayi agar bisa mengatur suhu tubuh yang normal dan bisa
melawan suhu ruangan yang terlalu dingin.
4. Segera berikan ASI atau kolostrum setelah bayi lahir, sehingga bayi bisa menerima makanan yang baik untuk
melindungi kehilangan gula darah dan energi tubuh.
5. Selama hamil maka ibu harus menjaga kehamilan dengan baik sehingga kehamilan sehat dan tidak terkena
berbagai komplikasi kehamilan.

Warih BP, 2014


KEJANG
Kejang pada BBL secara klinis adalah depolarisasi berlebihan sel-sel neuron otak, yang mengakibatkan
perubahan yang bersifat paroksismal fungsi neuron (misalnya perilaku, sensorik, motorik, dan fungsi
autonom sistem syaraf) yang terjadi pada bayi sampai berumur 28 hari.
Mekanisme Kejang
Mekanisme dasar terjadinya kejang akibat loncatan muatan listrik yang berlebihan dan sinkron pada
otak atau depolarisasi otak yang mengakibatkan gerakan yang berulang.

Depolarisasi berlebihan sel-sel neuron otak terjadi akibat masuknya ion natrium ke dalam sel, sedangkan
repolarisasi diakibatkan oleh keluarnya ion kalium ke ekstra sel.
Etiologi
Penyebab kejang pada BBL dapat karena kelainan susunan syaraf pusat primer yang terjadi karena
proses intrakranial (meningitis, perdarahan intrakranial, tumor) atau sekunder karena masalah sistemik
atau metabolik (misalnya iskemik-hipoksik, hipokalsemia, hipoglikemia, hiponatremia).

Etiologi kejang yang sering terjadi dapat digolongkan sebagai berikut :

A. Ensefalopati iskemik hipoksik


B. Perdarahan intrakranial
C. Metabolik

Penyebab paling sering kejang metabolik adalah :

● Hipoglikemi
● Hipokalsemia
● Hippnatremia dan hipernatremia

D. Kernikterus/ensefalopati bilirubin
Klasifikasi Kejang

Empat jenis kejang yang sering ditemui pada neonatus:


● Kejang Tonik
● Kejang Klonik
● Kejang Mioklonik
● Kejang “subtle”
Kejang Tonik

Kejang tonik dapat berbentuk umum atau fokal.


1. Kejang Tonik umum :
● Biasanya pada bayi preterm (< 37 minggu)
● Ekstensi pada ekstremitas atas dan bawah
● Fleksi pada ekstremitas atas dan ekstensi pada ekstremitas bawah

1. Kejang Tonik Fokal


● Terlihat dari postur asimetris dari salah satu ekstremitas
Kejang Klonik
● Biasanya >>>terjadi pada neonatus cukup bulan (>37 minggu) />2500 gram.
● Fokal atau multifokal
● Terdiri dari gerakan kejut pada ekstremitas yang perlahan dan berirama (1-3 /menit).
● Setiap gerakan terdiri dari satu fase gerakan yang cepat dan diikuti oleh fase yang lambat.
● Tidak terjadi hilang kesadaran.
Kejang Mioklonik
Kejang mioklonik fokal, multi-fokal atau umum.
1. Kejang mioklonik fokal biasanya melibatkan otot fleksor pada ekstremitas.
2. Kejang mioklonik multi-fokal terlihat sebagai gerakan kejutan yang tidak sinkron pada beberapa
bagian tubuh.
3. Kejang mioklonik umum terlihat sangat jelas berupa fleksi masif pada kepala dan batang tubuh
dengan ekstensi atau fleksi pada ekstremitas.
Kejang subtle
● Gerakan stereotip ekstremitas seperti gerakan mengayuh sepeda atau berenang.
● Deviasi atau gerakan kejut pada mata dan mengedip berulang.
● Ngiler, gerakan menghisap atau mengunyah.
● Apnea atau perubahan tiba-tiba pada pola pernapasan.
● Fluktuasi yang berirama pada tanda vital.
Gerakan ringan yang bukan kejang

1. Jitteriness

Jitteriness seringkali salah didiagnosis sebagai kejang klonik. Secara klinis jitteriness berbeda dari kejang
klonik menurut aspek berikut ini:
● Amplitudo fase fleksi dan ekstensi sama.
● Neonatus umumnya sadar, tidak ada gerakan atau kerlingan mata yang abnormal.
● Fleksi pasif atau memindahkan posisi ekstremitas bisa menghilangkan tremor.
● Tremor timbul karena rangsangan taktil meskipun mungkin spontan.
● Seringkali terlihat pada neonatus dengan hipoglikemi, penghentian obat, hipokalsemia, hipotermia
dan pada neonatus kecil untuk masa kehamilan (KMK).
● Secara spontan menghilang dalam waktu beberapa minggu
Apnea pada saat tidur
Tidak berkaitan dengan gerakan abnormal dan biasanya berkaitan dengan bradikardi.
Pada kejang yang disertai apnea, gerakan abnormal, takikardia dan peningkatan tekanan darah juga
ditemui.
Gerakan menghisap yang terisolasi
Gerakan menghisap yang tidak beraturan, tidak sering dan tidak berlangsung lama bukanlah kejang.
Gerakan mioklonik ringan saat tidur
● Umumnya pada bayi kurang bulan selama tidur, bisa fokal, multi-fokal, atau umum. Tidak akan
berhenti meskipun bayi dikekang.
● Menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa menit dan tidak memerlukan pengobatan.
Tatalaksana
Langkah utama yang merupakan dasar tatalaksana terhdap kejang adalah mencegah terjadinya
kerusakan otak, identifikaai dan menatalaksana penyebab kejang (Hipoglikemi, Hipoksia, Hipokalsemia,
dan Hipomagnesemia) diikuti dengan pengobatan obat anti kejang.
IKTERUS
IKTERUS
Definisi :
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi
produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila
konsentrasi bilirubin serum >5mg/dL (Cloherty, 2004)
Klasifikasi :
● Ikterus fisiologis
a. Timbul pada hari kedua-ketiga
b. Kadar bilirubin indirek (larut dalam lemak) tidak melewati 12 mg/dL pada neonatus cukup
bulan dan 10mg/dL pada kurang bulan
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg/dL per hari
d. Kadar bilirubin direk (larut dalam air) kurang dari 1mg/dL. e. Gejala ikterus akan hilang pada
sepuluh hari pertama kehidupan
e. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis tertentu
● Ikterus patologis
a. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama kehidupan
b. Ikterus dengan kadar bilirubin melebihi 12mg/dL pada neonatus cukup bulan dan 10mg/dL
pada neonates lahir kurang bulan/premature
c. Ikterus dengan peningkatan bilirubun lebih dari 5mg/dL per hari
d. Ikterus yang menetap sesudah 2 minggu pertama
e. Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik, infeksi atau keadaan patologis
lain yang telah diketahui
f. Kadar bilirubin direk melebihi 1mg/dL.
Etiologi :
1. Ikterus Fisiologis
- Peningkatan pemecahan sel darah merah
- Penurunan kemampuan mengikat albumin
- Defisiensi enzim
- Peningkatan reabsorbsi enterohepatic
- Ikterus ASI
1. Ikterus Patologis
- Produksi berlebihan
- Gangguan prose upake dan konjugasi hepar
- Gangguan Transportasi
- Gangguan Ekskresi
Gejala Klinis :
Gejala Hiperbilirubinemia dikelompokan menjadi 2 fase yaitu akut dan kronik: (Surasmi, 2003)
1. Gejala akut
a. Lethargi (lemas)
b. Tidak ingin mengisap
c. Feses berwarna seperti dempul
d. Urin berwarna gelap

1. Gejala Kronik
a. Tangisan yang melengking (high pitch cry)
b. Kejang
c. Perut membuncit dan pembesaran hati
d. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
e. Tampak matanya seperti berputar-putar
Patofisiologi
A. Ikterus Fisiologi
1. Perburukan ikterus fisiologi pada bayi menyusui
● Menyusu atau awitan ikterus awal
● ASI atau awitan ikterus akhir
1. Perburukan ikterus fisiologi pada bayi prematur

Faktor yang berperan :

● Keterlambatan pengeluaran enzim UDP-GT


● Pemendekan usia sel darah merah
● Komplikasi
B. Ikterus Patologis

Sistem retikuloendotial → bilirubin indirect → berikatan dg albumin → menuju hati secara difusi → bilirubin +
protein Y dan Z → bilirubin direct → diekskresi kesaluran empedu → usus halus

Pada keadaan tertantu menyebabkan Hiperbilirubinemia yang dapat terjadi melalui 3 cara :

1. Hemolisis sel darah merah


2. Penyakit hati yang mempengaruhi metabolisme dan pengeluaran empedu
3. Penyempitan saluran empedu
Faktor Predisposisi
A. Ikterus Prehepatik
B. Ikterus Pascahepatik
C. Ikterus Hepatoseluler

Faktor predisposisi lain dari ikterus :

● Faktor ibu : hipertensi, diabetes maternal


● Faktor bayi : prematuritas, memar atau sefalhematoma
Tanda dan gejala
a. Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir f. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama

b. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih g. Bayi prematur biasanya kadar puncak 8 – 12 mg/dL
dari 5 mg% per hari tidak dicapai sebelum hari ke-5 sampai ke-7, dan
ikterus jarang diamati sesudah hari ke-10
c. Kadar bilirubin indirect tidak lebih dari 12,5 mg%
pada neonatus cukup bulan dan 10 mg% pada neonatus h. Secara keseluruhan, 6 – 7 % bayi cukup bulan
kurang bulan mempunyai kadar bilirubin lebih besar dari 12,9 mg/dL
dan kurang dari 3 % mempunyai kadar lebih besar dari
d. Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg% 15 mg/dL

e. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan


keadaan patologis
a. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama f. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama

b. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus g. ikterus patologis memiliki bilirubin total > 200µmol/L
kurang bulan atau melebihi 12,5 mg% pada neonatus (12,9 mg/dL), bilirubin terkonjugasi (reaksi – langsung) >
cukup bulan 25 – 35 µmol/L (1,5 – 2 mg/dL)

c. Peningkatan bilirubin melebihi 5 mg% per hari h. Adanya tanda – tanda penyakit yang mendasari pada
setiap bayi ( muntah, letargis, malas menetek, penurunan
d. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik BB yang cepat, apnea, takipnea atau suhu yang tidak
stabil)
e. Kadar bilirubin direct lebih dari 1 mg%
kesimpulan
● bayi mengalami hipoglikemia disebabkan ibu yang mengalami hiperglikemia saat trimester
3 kehamilan.
● bayi mengalami hipotermia.
● bayi mengalami kejang subtle.
● ikterus diperkirakan fisiologis, namun perlu observasi lebih lanjut.
Daftar Pustaka

Kania, Nia. 2007. Kejang Pada Anak. AMC Hospital Bandung.

Agrawal, Amit. (2017). Neonatal seizures. Indian Journal of Clinical Practice. 28. 356-359.

Handryastuti, Setyo. 2007. Kejang pada Neonatus, Permasalahan dalam Diagnosis dan Tata
laksana.Divisi Neurologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Rumah Sakit Dr. Ciptomangunkusumo, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai