Nim : 201810330311083
Menurut Tariq ali, kuasa ekonomi global yang didominasi segelintir pemodal menginisiasi
munculnya ketidakadilan, diskriminasi, ketergantungan ekonomi, serta bencana kemanusiaan
lain yang dialami masyarakat muslim. Dominasi ekonomi gelobal itu dikatakan sebagai
fundamentalisme pasar yang dibumbui dengan propaganda anti Barat atas imajinasi perang salib
dan peminggiran Islam politik oleh satu rezim., sehingga menyulut munculnya berbagai gerakan
fundamentalisme Islam. Esposito mengartikan pilihan terminology “fundamentalisme Islam”
lebih sesuai jika digunakan untuk mendefinisikan berbagai kelompok yang dianggap literatif,
statis dan ekstrimis dalam menafsir teks-teks AL-Quran. Dari itu Esposito lebih menggunakan
terminology “Islam revivalis” daripada “Islam fundamentalis” karena baginya pilihan kata ini
terlalu provokatif, bahkan pejorative yang pernah disandangkan kepada umat Kristen. Namun
demikian revivalisme Islam menguat terutama di banyak negara berpenduduk mayoritas Islam
karena memiliki cita-cita bersama ingin mengembalikan kejayaan umat Islam di bawah bendera
kekhalifahan.
Terminologi ini juga dikenal dengan istilah fundamentalisme Islam ( al-Ushhulihin al-
Islamiyah ), yang mengandung arti kembali kepada fundamen-fundamen keimanan; penegakan
kekuasaan politik umat; dan pengukuhan dasar-dasar otoritas yang absah ( al-Hukm al-
syari’ah ). Pemaknaan tersebut ingin memperjelas gerakan fundamentalisme Islam sebagai
kelompok pergerakan yang memperjuangkan politik Islam. Meski menggunakan simbol-simbol
keagamaan, namun tujuan utama tetap berorientasikan pada tuntutan menjadikan Islam sebagai
dasar negara. Pengertian ini sebenanrnya lebih terlihat dimensi politik daripada aspek agama.
Akibatnya muncul distingsi antara Islam dengan fundamentalisme Islam dalam persoalan ini.
Muhammad Sa’id al-Asymawi berpendapat bahwa fundamentalisme dalam perspektifnya
memiliki 2 bentuk yang berbeda karakter secara radikal. Pertama, kelompok aktivis
fundamentalisme politik(activist fundamentalism politic) yang bergerak mencita-citakan
kejayaan Islam melalui jalan politik praktis. Strategi kelompok aktivis politik fundamentalis ini
terlihat lebih terbuka kepada kelompok lain, karena mereka berpandangan bahwa untuk
mengubah sistem pemerintahan maka yang perlu dilakukan pertama kali adalah menguasai
pemerintahan. Sementara kelomok kedua, yaitu kelompok fundamentalisme rasionalis-spiritualis
(rationalist spiritualist fundamentalism). Pada kelompok yang terakhir ini, strategi yang
diaktualisasikan demi berdirinya kepemimpinan Islam tidak ditempuh melalui jalan politik atau
menguasai pemerintahan, melainkan lewat kesadaran arus bawah. Kekuatan Islam yang kedua
ini ingin mengembalikan kehidupan umat Islam seperti pada masa generasi pertama Nabi
Muhammad dan para sahabat. Mereka terbayang-bayangi cara hidup dan beragama pada masa
generasi pendahulu (salaf al-shalih).
Akan tetapi, kedua pergerakan Islam tersebut dalam perspektif tibi dikatakan sebagai
kelompok yang lebih mengupayakan repolitisasi Islam. Hal tersebut ditujukan untuk
menciptakan tata pemerintahan yang baru dengan maksud menampilkan kejayaan Islam seperti
pada masa kekhalifahan Turki Ustmani. Dari hal tersebut bisa disimpulkan kekuatan dunia ingin
kembali berada ditangan umat Islam baik dari sisi politik, militer, ilmu pengetahuan, budaya,
maupun perekonomiannya. Dengan alasan, kemajuan yang dialami negara-negara barat saat ini
memposisikan umat Islam ke tempat yang paling buruk antara lain kemiskinan, kelaparan,
perang saudara, dan terorisme. Kemunculan berbagai aksi terror yang dipelopori beberapa
kelompok radikalisme Islam selama ini dipandang sebagai reaksi yang paling konkrit dari
kekalahan Islam. Aksi-aksi tersebut merupakan wujud kemunduran umat Islam. Kalangan Islam
mengalami masa krisis yang kerap menggunakan perang-perang berwajah terror untuk
menyerang segala hal berbau barat. Berbagai wajah terror dipertontonkan Islam ekstrimis
semakin memperjelas citra buram Islam. Kaum fundamentalis terus-menerus memakai strategi
tersebut untuk melawan kedigdayaan barat.akibat dari aksi yang dilakukan oleh kaum
fundamentalis tersebut ialah merugikan kelompok Islam yang lain, karena doktrin dalam Islam
tidak sama sekali mengajarkan kekerasan sama sekali.