Anda di halaman 1dari 5

Penatalaksanaan keperawatan

Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam ialah resiko terjadi
kerusakan sel otak akibat kejang, suhu yang meningkat diatas normal, resiko
terjadi bahaya atau komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai penyakit.

Cara memberantas kejang

1. Segera berikan diazepam intravena; dosis rata-rata 0,3% mg/kg BB atau


diazepam rektal dosis berat bada berkurang dari 10 kg. 5 mg; lebih dari 10
kg;10 mg. jika kejang tidak berhenti tunggu 15 menit dapat diulang
dengan dosis dan cara sama. Setelah kejang berhenti maka diberikan dosis
awal fenobarbital sebagai berikut.
a. Neonates : 30 mg intramuscular
b. 1 bulan- 1 tahun : 50 mg intramuscular dan
c. Lebih dari 1 tahun 75 mg intramuskular
2. Bila diazepam tidak tersedia, langsung dipakai fenobarbital dengan dosis
awal dan selanjutnya diteruskan dengan pengobatan rumat.

Resiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang Setiap kejang menyebabkan
kontriksi pembuluh darah sehingga aliran darah tidak lancar dan mengakibatkan
peredaran O2 (anoksia) juga terganggu. Kekurangan O2 (anoksia) pada otak akan
mengakibatkan kerusakan sel otak dan dapat terjadi kelumpuhan sampai reterdasi
mental bila kerusakannya berat. Jika kejang hanya sebentar tidak banyak
menimbulkan kerusakan, tetapi jika kejang berlangsung lebih dari 15 menit
biasanya berakhir dengan apnea yang akan menimbulkan kerusakan otak yang
makin berat (pada keadaan demam, kenaikan suhu 1℃ akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10-15%, kebutuhan O2 akan meningkat 20%. Pada
kejang demam yang berlangsung lama kebutuhan O2 lebih banyak karena selain
diperlukan untuk metabolisme basal diperlukan juga untuk kontraksi otot-otot
skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang
disebabkan metabolisme anaerobic, disertai hipertensi arterial dan kelainan denyut
jantung yang menyebabkan metabolisme otak meningkat dan mengakibatkan
kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang). Oleh karena itu, kejang
harus segera dihentikan dan apnea dihindarkan.

Tindakan Pada Saat Kejang

1. Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasangkan


sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada guedel lebih baik.
2. Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien; lepaskan pakaian yang
mengganggu pernapasan (mis, ikat pinggang gurita dan lain sebagainya).
3. Isap lendir sampai bersih, bersihkan O2 boleh sampai 4L/ menit. Jika pasien
jatuh apnea lakukan tindakan pertolongan (lihat pada tetanus)
4. Bila suhu tinggi berikan kompres dingin secara intensif
5. Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat (berbeda dengan
pasien tetanus yang jika kejang tetap dasar)
6. Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi dokter apakah
perlu pemberian obat penenang (lihat distatus mungkin ada petunjuk jika
pasien kejang lama atau berulang).

Suhu yang meningkat diatas normal. Masing-masing pasien mempunyai ambang


kerja yang berbeda, tidak selalu dalam keadaan hiperpireksia tetapi yang jelas
bahwa pada kejang demam selalu didahului kenaikan suhu sebelum bangkitan
kejang terjadi. Pada anak dengan ambang kerja rendah, bila suhu naik menjadi
38℃ atau lebih sedikit saja sudah timbul kejang. Oleh karena itu, jika sudah
diketahui suhu naik diatas normal akan akan menderita kejang maka setelah
diketahui suhu mulai naik harus segera diberikan obat antipiretik (pemberian
antipiretik dan petunjuk bahwa anak menderita kejang demam didapat setelah
berobat kedokter dan biasanya kejang sudah lebih dari 1 kali). Obat antipiretik
untuk pasienkejang demam biasanya telah bersama-sama dengan obat anti-
konvulsan. Perlu diingat bahwa pada pasien yang akan mengalami kenaikan suhu
karena adanya infeksi apakah faringitis, OMA atau infeksi lainnya, maka
disamping obat antipiretik juga harus ada antibiotic. Jika belum ada antibiotika
tersebut pasien harus dibawa berobat karena tanpa antibiotic demam akan turun
hanya sebentar kemudian naik lagi. Disamping obat-obat tersebut pasien perlu
diberi banyak minum dan jika suhu tinggi sekali kompres dingin secara intensif.
Karena demam dapat menimbulkan kejang, maka jika pasien akan mendapatkan
imunisasi tidak boleh diberikan pertussis (P); pasien hanya diberi DT saja,
dianjurkan setelah suntik pasien segera diberi antipiretik, tidak usah menunggu
pasien mulai demam.
Risiko terjadinya bahaya/komplikasi. Seperti pasien lain yang kejang, akibat,
dapat terjadi perlukaan misalnya lidah tergigit atau akibat gesekan dengan gigi;
akibat terkena benda tajam atau keras yang ada disekitar anak serta dapat juga
terjatuh. Oleh karena itu, setiap anak mendapat serangan kejang harus ada yang
mendampinginya. Selain bahaya akibat kejang, resiko komplikasi akibat
pemberian obat anti-konvulsan (dapat terjadi di rumah sakit); misalnya karena
kejang tidak segera berhenti padahal telah mendapat fenobarbital kemudian
diberikan diazepam maka dapat berakibat apnea. Begitu pula jika memberikan
diazepam secara intravena terlalu cepat juga dapat menyebabkan depresi pusat
pernafasan. Oleh karena itu, bila memberikan diazepam IV harus pelan sekali 1
ml selama 1 menit. Jika keadaan memungkinkan dapat digunakan microdrip untuk
pemberian diazepam pada bayi.
Untuk mengurangi resiko tersebut setiap pemberian diazepam atau obat anti-
konvulsan lainnya harus hati-hati. Anti-konvulsan apapun yang diberikan pasien
harus tetap diobservasi sejak pemberian sampai beberapa jam kemudian. Catatlah
dengan cermat jenis obat yang diberikan dan jam berapa agar tidak terjadi
pemberian anti-konvulsan terlalu dekat waktunya dengan obat yang sama atau
yang seharusnya tidak boleh diberikan. Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
kejang demam jika tidak diobati secara benar dapat menjadi retardasi mental
akibat kerusakan otak yang parah. Dapat juga berkembang menjadi epilepsy.

Gangguan rasa aman dan nyaman. Gangguan ini juga terjadi seperti pasien yang
lain sebagai akibat penyakitnya sendiri dan tindakan-tindakan pertolongan selama
kejang atau tindakan pengobatan jika dirumah sakit misalnya fungsi lumbal,
pemasangan infus, penghisapan lendir, dan sebagainya. Walaupun pasien ketika
kejang tidak sadar perlakuan lemah lembut dan kasih sayang perlu dilaksanakan
(misalnya pada waktu menghisap lendir harus dengan hati-hati sehingga tidak
melukai selaput lendir tenggorok).

Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit. Pasien kejang demam


tidak dirawat di rumah sakit; kecuali apabila ia menderita komplikasi atau dalam
keadaan status konvulsivus. Jika pasien telah didiagnosis kejang demam, orang
tuanya perlu dijelaskan mengapa anak dapat kejang terutama yang berhubungan
dengan kenaikan suhu tubuh. Kenaikan suhu tubuh tersebut disebabkan oleh
infeksi. Orang tua perlu diajari bagaimana cara menolong pada anak saat kejang
(tidak boleh panik) dan yang penting adalah mencegah jangan sampai timbul
kejang. Yang perlu dijelaskan ialah :
a. Harus selalu tersedia obat penurun panas yang didapatkan atas resep
dokter yang telah mengandung antikonvulsan. Jika obat hamper hhabis
misalnya masih sisa 2 bungkus supaya datang berobat untuk mendapatkan
obat persediaan. Orang tua harus memahami hal ini untuk keperluan
anaknya.
b. Agar anak segera diberi obat antipiretik bila orang tua mengetahui anak
mulai demam (jangan menunggu suhu meningkat lagi) dan pemberian
obat diteruskan sampai suhu sudah turun selama 24 jam berikutnya. Jika
demam masih naik turun agar dibawa berobat kedokter atau puskesmas,
untuk mendapatkan antibiotic
c. Jika terjadi kejang, anak harus dibaringkan ditempat yang rata, kepalanya
dimiringkan. Buka bajunya dan pasangkan gagang sendok yang telah
dibungkus kain atau sapu tangan yang bersih dalam mulutnya (jelaskan
apa tujuannya). Pada keluarga yang mengerti dapat diberikan resep untuk
membeli sudip lidah karena dapat dipakai bila perlu. Setelah kejang
berhenti dan pasien bangun dan sadar kembali suruh minum obatnya dan
tunggui pasien sampai keadaannya betul-betul tenang. Jika suhu pada
waktu kejang tersebut tinggi sekali, supaya dikompres dingin. Beberapa
keluarga selalu sedia alcohol untuk kompres menurunkan suhu. Agar
lebih efektif anjurkan supaya dicampur dengan es. Pasien supaya diberi
banyak minum.
d. Apabila terjadi kejang berulang atau kejang terlalu lama walaupun telah
diberikan obat, segera bawa pasien tersebut kerumah sakit karena hanya
rumah sakit yang dapat memberikan pertolongan pada pasien yang
menderita status konvulsivus.
e. Apabila orang tua telah diberi obat persendian diazepam rektal berikan
petunjuk cara memberikannya, yaitu ujung reptiol yang akan dimasukan
kedalam anus dioles pakai minyak sayur atau Vaseline kemudian
dimasukan kedalam anus sambil dipencet-pencet sampai habis (tetapi
dengan pelan-pelan memencetnya) setelah kosong dan masih dipencet
reptiol dicabut kemudian anus dirapatkan (jika tidak sambil dipencet
reptiol dicabut sebagian isinya akan ikut terhisap kembali). Bila mungkin
jika pasien dibaringkan miring.
f. Beritahukan orang tua jika anak akan mendapatkan imunisasi agar
memberitahukan kepada dokter atau petugas imunisasi bahwa anaknya
penderita kejang demam(agar tidak diberikan pertussis)
g. Walaupun kejang sudah lama tidak terjadi orang tua tidak menghentikan
terapi sendiri (pernah terjadi anak sudah lama tidak pernah dating
meminta obat antikonvulsan tetapi 2 tahun kemudian anak kejang lagi
pada waktu demam ringan saja). Jelaskan bahwa pengobatan profillaksis
ini berlangsung sampai 10 tahun kemudian secara bertahap dosis
dikurangi dalam waktu 3-6 bulan.

Anda mungkin juga menyukai