Anda di halaman 1dari 7

MODEL-MODEL PPM

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Alya Larasati (1320118003)
2. Nirmala Syahri Dwi Cahyanti (1320118009)
Pengertian Pengorganisasian Masyarakat

Jack Rothman mengartikan pengorganisasian masyarakat sebagai bentuk


intervesi pada tingkat masyarakat yang diarahkan pada peningkatan atau
perubahan lembaga masyarakat dan pemecahan masalah-masalah.

Rothman membedakan tiga model pengorganisasian masyarakat, yaitu :


1. Model A (Locality Development/Pengembangan Lokal):

PML (Pengembangan Masyarakat Lokal) adalah model yang berorientasi


pada proses yang bertujuan untuk menciptakan kemajuan sosial dan
ekonomi masyarakat melalui partisipasi dan inisiatif anggota masyarakat
berdasarkan kepercayaan yang penuh terhadap prakarsa mereka sendiri
dan untuk memberikan pengalaman belajar pada masyarakat, menekankan
pentingnya konsesus/kesepakatan, kerjasama, membangun identitas,
kepedulian dan kebanggaan sebagai anggota masyarakat.
2. Model B (Social Planning/Perencanaan Sosial)
Model Perencanaan Sosial adalah sebuah proses pragmatis yang dilakukan
dalam menentukan keputusan dan tindakan dalam memecahkan masalah
sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, buta
huruf, kesehatan yang buruk dan sebagainya.

Strategi: melihat realita dan fakta yang ada kemudian mencari perencanaan
untuk dijadikan sebagai pemecahan masalah terkait.

3. Model C (Social Action/Aksi Sosial)


Model ini adalah proses perubahan-perubahan fundamental dalam
kelembagaan dan struktur masyarakat melalui distribusi kekuasaan
(distribution of power), distribusi sumber (distribution of source), dan
pengambilan keputusan (distribution of decision making). Dengan Tujuan
mengubah sistem atau kebijakan pemerintah secara langsung dalam rangka
menanggulangi masalah yang mereka hadapi sendiri dan mengadakan
perubahan mendasar pada lembaga kemasyarakatan. Dengan sasaran
utamanya penataan kembali struktur kekuasaan, sumber-sumber keputusan
dan proses pengambilan keputusan.
Ciri – Ciri Model PPM
1. Tujuan
Dibedakan antara tujuan yang berorientasi kepada penugasan (task) dan
kepada proses. Orientasi pada penugasan akan menekankan pada
penyelesaian tugas-tugas yang diberikan untuk penyelesaian masalah-
masalah tertentu. Orientasi pada preses akan menekankan pembinaan
kerjasama, partisipasi dan kepamimpinan setempat.
a. Model A: Berorientasi pada proses, telihat dari banyaknya penggunaan
metode dinamika kelompok.
b. Model B: Berorientasi pada penugasan.
c. Model C : Kadang-kadang berorientasi pada proses, kadang-kadang
berorientasi pada penugasan.
2. Strategi dasar
a. Model A: menempatkan partisipasi masyarakat sebagai hal yang
penting, maka strategi yang digunakan adalah pencapaian konsensus dan
menghindari konfllik.
b. Model B : Pemecahan masalah secara rasional dan logis, untuk itu perlu
mengumpulkan data dan analisa data sebelum membuat perencanaan yang
baik.
c. Model C : mendasarkan strateginya pada kejelasan sasaran yang ingin
dicapai dengan melontarkan issue ketengah masyarakat, sedangkan
sasaran yang dimaksud dapat berupa individu maupun kelembagaan.
Oleh karena itu memanfaatkan konflik, konfrontasi dan aksi langsung.
3. Peran petugas
a. Model A : Petugas berperan sebagai enabler, yang memberi kesempatan
kepada masyarakat untuk mengalami proses belajar, melalaui kegiatan
pemecahan masalah.
b. Model B : Petugas berperan sebagai seorang ahli (expert) dengan
kemampuan teknis untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat.
c. Model C : Petugas berperan sebagai aktifis yang mampu memanfaatkan
media massa dan dukungan politis.
4. Orientasi Pada Struktur Kekuasaan
a. Model A : diikut sertakan sebagai patner dalam usaha mencapai
tujuan.
b. Model B : penguasa merupakan sponsor.
c. Model C : struktur kekuasaan dijadikan sebagai sasaran perubahan.

Dengan diketahuinya ciri ciri dari ketiga model tersebut diatas kita dapat
bersikap kritis dalam menilai suatu "gerakan" dimasyarakat dan tidak
sampai "terperangkap" karena tidak mampu menganalisa latar belakang
dan tujuannya.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai