Anda di halaman 1dari 116

STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA

DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAH SAKIT KOTA


PEKALONGAN

Oleh:
kelompok 6

Fauzan Rahman 196080108


Renny Evasari 196080107
Akbar Palmaesaza 196080031
Hilda Utami 196080002
Anita Dwi Lestari 196080055
Kamilah 196080105
Samsudin 196080099

Pembimbing:
Dr. Abdul Azis. BE.SKM.SE.MM.MARS

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI RS


UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perubahan yang cukup signifikan telah terjadi di berbagai sektor kehidupan

masyarakat Indonesia pada dekade ini. Sistem pemerintahan misalnya, telah

bergeser dari sentralistik menjadi desentralisasi dan otonomi daerah yang

terletak di kabupaten/kota. Pada sektor perdagangan, batas antar negara

semakin tidak nampak dengan adanya teknologi e-commerce. Dengan

dimulainya perdagangan bebas tingkat Asia, dari sisi regulasi hampir tidak ada

lagi perbedaan antara organisasi domestik dengan organisasi asing dalam

menjalankan usahanya di berbagai bidang dan daerah di Indonesia.

Kondisi ekonomi memaksa setiap organisasi lokal untuk meningkatkan kualitas

produk dan efisiensinya sehingga dapat meningkatkan daya saing agar dapat

mengimbangi banyaknya organisasi bisnis asing yang masuk ke Indonesia.

Berbagai usaha juga telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan

peran serta masyarakat dalam upaya bangkit dari keterpurukan akibat krisis

multi dimensi yang melanda sejak tahun 1997. Segala upaya pemerintah

tersebut bertujuan untuk mendorong percepatan pembangunan terutama di

sektor perekonomian melalui berbagai investasi, dari yang berskala kecil

dengan nilai puluhan jutaan hingga yang bernilai milyaran rupiah. Berbagai

aktivitas perekonomian tersebut secara bertahap akan menyebabkan


terjadinya peningkatkan mobilitas penduduk ke daerah-daerah yang prospektif

untuk meningkatkan pendapatan mereka, baik sebagai pembawa dana

(investor), pengusaha maupun pekerja. Melalui aktivitas tersebut diharapkan

akan muncul pemukiman-pemukiman baru dan kluster-kluster masyarakat

berbasis pekerjaan. Konsekuensi lebih jauh dari hal tersebut adalah

meningkatnya kebutuhan akan fasilitas penunjang, misalnya pendidikan dan

kesehatan.

Berbagai fasilitas kesehatan seperti Rumahsakit yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan yang ada kini telah banyak tersedia. Disamping milik

pemerintah kini telah banyak pula fasilitas pelayanan kesehatan yang didirikan

oleh pihak swasta, mulai dari balai pengobatan hingga rumah sakit berskala

internasional. Jumlah kunjungan pasien ke berbagai fasilitas tersebut juga

menunjukkan kecenderungan yang positif. Ini mengindikasikan bahwa

kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan pelayanan medis makin

meningkat. Kesehatan menjadi suatu hal yang penting untuk diperhatikan,

karena merupakan modal dasar bagi suatu bangsa untuk maju dan

berkembang. Hal ini sudah menjadi perhatian pemerintah Indonesia, yang

tercermin dalam visi Indonesia Sehat 2010. Untuk mendukung visi tersebut,

tiap propinsi dan Kabupaten/kota mengembangkan strateginya masing-

masing dengan target-target tertentu yang diharapkan dapat menjadi titik awal

tercapainya visi tersebut.


Meskipun demikian, perlu disadari bahwa ada keterbatasan sumber daya yang

dimiliki dalam berbagai upaya pengembangan tersebut., antara lain :

Fasilitas infrastruktur baik pembangunan jalan maupun sarana

komunikasi dan telekomunikasi ;

Fasilitas transportasi dan akomodasi ;


Kemudahan perijinan lokasi ;

Masalah sumber daya manusia ;

Masalah dana.

Pengembangan pelayanan kesehatan sangat terkait dan dipengaruhi oleh

berbagai aspek baik demografi, pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan,

serta perkembangan lingkungan fisik dan biologi khususnya epidemiologi

penyakit. Dari sisi demografi, saat ini kecenderungan yang tampak adalah

bergesernya piramida penduduk dari muda ke dewasa dan tua. Ini

menunjukkan bahwa angka kelahiran semakin menurun dan angka harapan

hidup yang semakin meningkat. Sementara itu, gaya hidup masyarakat

cenderung makin konsumtif. Meskipun krisis multi dimensi menyebabkan

keterpurukan ekonomi masyarakat, disisi lain cukup banyak kelompok

masyarakat berpenghasilan tinggi dan dapat meneruskan pola hidup

konsumtif.
Dengan gaya hidup tidak seimbang, akibatnya, dari segi epidemiologi juga

telah terjadi pergeseran pola penyakit. Meskipun angka kejadian infektus

sebagai tipikal penyakit di negara tropis masih tinggi, namun kini sudah banyak

masyarakat yang menderita penyakit-penyakit tipikal negara industri-industri

dan maju. Pergeseran ini tentunya akan sangat berpengaruh pada penyediaan

fasilitas pelayanan kesehatan, teknologi kedokteran yang harus

dikuasai/disediakan dan kecukupan tenaga kesehatan terlatih. Pada aspek

lain, untuk faktor mutu dan manajemen pelayanan kesehatan khususnya

Rumahsakit turut memegang peran penting dalam penyediaan layanan

kesehatan yang berkualitas. Kedua faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh

jumlah dan jenis tenaga kesehatan, anggaran dana, obat, dan sistem

pelayanan kesehatan secara makro. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan

yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat adalah rumah sakit. Ini terlihat dari

makin meningkatnya utilitasi fasilitas di Rumahsakit dari tahun ke tahun.

Dengan berbagai perubahan kondisi demografis, pola penyakit dan

perkembangan teknologi, diperlukan suatu perencanaan rumah sakit yang

benarbenar berbasis pada kondisi lingkungan yang dihadapi. Hal ini penting

untuk menghindari suatu investasi yang sia-sia karena berbeda dengan

keinginan dan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini perlu dilakukan suatu studi

khusus untuk meneliti perubahan lingkungan tersebut, dalam rangka

mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi.


2. Maksud dan Tujuan

Pemerintah Kota Pekalongan bermaksud untuk mendirikan fasilitas pelayanan

kesehatan yaitu Rumahsakit untuk mendukung misi pemerintah setempat

dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Secara umum, rencanan pendirian

Rumahsakit ini akan membantu pemerintah kota Pekalongan dalam

mewujudkan derajat kesehatan yang tinggi bagi masyarakatnya, dengan

menyediakan fasilitas pelayanan yang memadai, membentuk intregrasi dalam

bidang kesehatan dari berbagai disiplin ilmu, disamping juga memenuhi aspek

ekonomis sebagaimana layaknya bidang usaha yang lain. Apalagi selama ini

pemerintah kota Pekalongan tidak mempunyai Rumahsakit daerah sendiri.

Pendirian Rumahsakit ini diharapkan sebagai salah satu upaya

mempersiapkan diri terhadap perubahan lingkungan akibat globalisasi. Untuk

itu, pihak pemerintah kota pekalongan khususnya Dinas Kesehatan Kota

Pekalongan bermaksud melakukan studi kelayakan terhadap rencana

pendirian Rumahsakit baru yang ditinjau terutama dari kebutuhan masyarakat.

Mengacu pada berbagai hal tersebut di atas maka pihak Dinas Kesehatan Kota

Pekalongan telah menunjuk konsultan untuk melakukan kajian terhadap

berbagai aspek tersebut.

Hasil Studi Kelayakan ini akan dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah

kota Pekalongan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam

perencanaan tipe dan berbagai fasilitas yang disediakan di Rumahsakit


nantinya. Disamping itu dokumen ini juga dapat dimanfaatkan oleh pihak lain

dalam pengambilan keputusan investasi.

Selain mempunyai motivasi sosial dan keuntungan, sebagaimana layaknya

bentuk usaha lain, rencana pendirian Rumahsakit ini juga diharapkan dapat :

Membuka lapangan kerja baru serta meningkatkan pendapatan

masyarakat pada umumnya dan calon tenaga kerja di Rumahsakit

pada khususnya,

Meningkatkan pendapatan pemerintah daerah.

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Meningkatkan peluang terjadinya aliansi strategis antar-berbagai

lembaga pelayanan kesehatan di Kabupaten Pekalongan dan

sekitarnya.

3. Ruang Lingkup Studi Kelayakan

Studi kelayakan ini pada dasarnya merupakan suatu penelitian yang akan

berusaha untuk mengkaji kebutuhan dan harapan masyarakat akan adanya

fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumahsakit. Kajian ini diharapkan

dapat mengungkap berbagai pelayanan yang potensial untuk dikembangkan

dalam konteks pendirian Rumahsakit kota Pekalongan. Karena itu untuk dapat

mengungkap lebih mendalam maka dalam penelitian ini dilakukan survey

langsung kepada masyarakat.


Pada dasarnya pelaksanaan studi ini dapat dikelompokkan menjadi 3 tahapan

yang juga tercermin dalam 3 jenis pelaporan yaitu ;

1. Laporan fakta dan analisa, laporan ini berisi berbagai kajian mengenai fakta

dilapangan melalui hasil survey langsung dan berbagai data statistik yang

ada. Fakta yang ada selanjutnya akan dilakukan analisa awal untuk

memberikan kajian-kajian mendalam yang berhubungan dengan rencana

pendirian Rumahsakit baru di Kota Pekalongan.

2. Laporan Draft Studi Kelayakan ; Laporan ini lebih lengkap karena terdiri dari

kajian pasar, keuangan dan block plan. Namun masih perlu dibahas dan

disempurnakan, terutama masukan dari pemilik dalam hal ini pemerintah

kota

Pekalongan,

3. Laporan Final Studi Kelayakan.

Dalam laporan (buku) ini merupakan laporan pertama final studi kelayakan.

4. Metode Penyusunan Studi Kelayakan

4.1. Pengumpulan dan Analisis data

a. Data Sekunder

Data ini diperoleh dari berbagai instansi terkait di kota Pekalongan dan

sekitarnya. Data-data ini dapat berupa data statistik maupun data non

statistik. Yang selanjutnya akan diolah dengan cara pengkajian dan tabulasi
secara sistematis hingga menghasilkan informasi yang relevan dengan

tujuan Studi

Kelayakan ini.

b. Studi Kepustakaan

Sebagai bahan pembanding studi ini, berbagai referensi pustaka yang

mendukung akan digunakan dalam koridor studi kelayakan ini.

c. Survei

Survei ini bertujuan untuk meyakinkan keinginan dan harapan masyarakat

terhadap kemungkinan adanya pelayanan kesehatan baru seperti

Rumahsakit.

d. Pengamatan lingkungan

Untuk lebih meyakinkan berbagai informasi yang diperoleh, selanjutnya

diadakan peninjauan langsung ke lokasi dan sekitarnya dengan tujuan :

Untuk lebih mengetahui kesesuaian dan kelayakan lokasi serta

faktorfaktor yang mendukung pendirian Rumahsakit baru di kota

Pekalongan,

Untuk mengetahui daya dukung sarana dan prasarana dalam

pemberian pelayanan berkaitan dengan pendirian Rumahsakit baru,

Untuk mengetahui hal-hal lain yang perlu dalam mendukung pendirian

Rumahsakit baru di kota Pekalongan.

4.2. Sistematika Pembahasan Studi


Secara umum, laporan (buku) ini merupakan tahap akhir dari proses studi

kelayakan, dengan sistematika pembahasannya sebagai berikut :

a. Pendahuluan

Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang proyek, tujuan

studi kelayakan, metode yang digunakan, dan sistematika penyusunan.

b. Profil Kota Pekalongan

Dalam bagian ini dititikberatkan pada kondisi kota Pekalongan secara

umum. Analisis akan ditinjau dari kondisi demografi, kesehatan, ekonomi,

maupun sosial budaya. Analisis terhadap berbagai kondisi tersebut masih

dalam koridor studi kelayakan.

c. Kinerja beberapa Rumahsakit di kota Pekalongan dan sekitarnya

Bagian ini akan memaparkan berbagai jenis pelayanan Rumahsakit yang

saat ini tersedia di kota Pekalongan dan sekitarnya. Selanjutnya juga akan

dianalisis mengenai kinerja setiap Rumahsakit tersebut, yang meliputi;

rawat inap, rawat

jalan, dll.

d. Kajian Aspek Pasar dan Pemasaran

Dalam aspek ini pada awalnya akan dititikberatkan pada analisa mengenai

pasar yang berlaku dan kecenderungannya secara umum. Selanjutnya

akan dikaji mengenai tingkat persaingan organisasi pelayanan kesehatan

di kota Pekalongan dan sekitarnya melalui analisis terhadap berbagai jenis

pelayanan Rumahsakit yang saat ini tersedia saat ini. Selanjutnya juga
akan dilakukan proyeksi pangsa pasar terhadap rencana pengembangan

atau pendirian

Rumahsakit baru di kota Pekalongan tersebut. Disamping itu juga akan

dianalisis mengenai pilihan tempat Rumahsakit dari aspek keterjangkauan

pasien dan calon pasien.

e. Kajian AspekTeknis & Tekhnologi serta kebutuhan peralatan

Tahap awal dari bagian ini adalah menentukan jenis pelayanan yang akan

diberikan. Berdasarkan hal tersebut selanjutnya akan dilakukan kajian fisik

berupa pembuatan block plan serta kajian kebutuhan peralatan.

f. Kajian Aspek Sumberdaya manusia dan aspek lainnya

Dalam aspek ini dilakukan kajian secara umum mengenai kebutuhan

sumberdaya manusia (SDM) di Rumahsakit baik tenaga medis maupun non

medis.

g. Kajian Keuangan studi kelayakan

Dalam aspek ini hasil analisis sebelumnya akan dikaitkan dengan indikator

kelayakan standar yaitu Net Present Value dan Payback Period untuk

mengetahui kelayakan investasi yang telah ditentukan sebelumnya.

h. Rekomendasi Studi
BAB II

PROFIL KOTA PEKALONGAN

1. Kondisi Geografis dan Demografis Kota Pekalongan

Kota Pekalongan adalah daerah yang terletak di pesisir pantai utara pulau

Jawa yang lebih dikenal dengan kawasan Pantura, tepatnya ada posisi

geografis 60°50’42” sampai dengan 60°55’44” Lintang Selatan dan 109°37’55”

sampai dengan 109°42’19” Bujur Timur, dan data curah hujan yang ada di kota

Pekalongan selama tahun 2002 sebanyak 2.514 mm.

Kota Pekalongan dibatasi oleh Laut Jawa di bagian Utara, Kabupaten Batang

di sebelah Timur, Kabupaten Pekalongan di sebelah Barat dan Kabupaten

Pekalongan dan Kabupaten Batang di sisi Selatan Kota Pekalongan. Jarak

terdekat dengan ibu kota propinsi adalah kota Semarang sejauh 101 km dan

terjauh adalah Kota Surabaya yaitu 488 km, sedangkan dengan Ibukota

negara sejauh 384 km.

Hingga tahun 2002 berdasarkan data dari Kantor Pemberdayaan Masyarakat

Kota Pekalongan, memiliki jumlah penduduk sebanyak 263.540 jiwa dengan

60.325 KK yang terbagi di beberapa wilayah yaitu di Pekalongan Barat

sebanyak 83.516 jiwa yang berada di 13 Kelurahan, Pekalongan Timur 61.341

jiwa ada pada 13 Kelurahan, Pekalongan Selatan 49.378 jiwa ada di 11

Kelurahan dan di
Pekalongan Utara ada 69.305 yang berada di 9 Kelurahan.

Jika luas daerah Kota Pekalongan sebesar 45,25 km²,dengan jarak terjauh dari

Utara ke Selatan ± 9 km dan dari Barat ke Timur sepanjang ± 7 km maka

diperkirakan kepadatan penduduk mencapai sekitar 5.824/ km², sedangkan

jumlah rata-rata anggota rumah tangga adalah 4,2. Sedangkan kepadatan

penduduk terbesar ada di Pekalongan Barat dengan luas daerah sebesar

10,05 km² dan jumlah penduduk 83.516 jiwa diperkirakan kepadatan

penduduknya sekitar 8.310/km², dan angka rasio ketergantungan penduduk

ternyata masih cukup kecil mengingat jumlah penduduk usia (15 – 64) tahun

sebanyak 167.526 jiwa jauh lebih besar dibandingkan penduduk usia (0 – 14)

tahun dan usia diatas 65 tahun yang berjumlah sebanyak 96.031 jiwa atau

rasio ketergantungan rata rata penduduknya sebesar 57,32 (Badan Pusat

Statistik Kota Pekalongan 2002).

Mayoritas penduduk Kota Pekalongan menganut agama Islam sebanyak

247.017 jiwa dengan 84 buah masjid, 584 Mushola/Surau dan masyarakat

lainnya menganut agama Kristen Protestan, Katholik Hindu, dan Budha. Sejak

tahun 1998 setiap tahun hingga tahun 2001 telah terjadi peningkatan angka

penduduk Kota Pekalongan yang menunaikan ibadah haji pada tahun 1998

sebanyak 426, 1999 - 94, 2000 - 474, dan 2001 sebanyak 860 orang dan

terakhir tahun 2002 ada 531 orang jemaah haji.


2. Lingkungan Kesehatan Kota Pekalongan

Status Kesehatan penduduk dapat dilihat dari indikator-indikator utama yaitu

angka kematian bayi dan angka kematian ibu. Tabel-tabel berikut ini

menunjukkan indikator kesehatan di kota Pekalongan.

Tabel. 1. Angka Kematian Bayi


Jumlah Bayi
Kecamatan Puskesmas Jumlah Jumlah Mati
Lahir Lahir Umur Umur
Hidup Mati 0–< 0–
28 <1
hari th
Pekalongan Bendan 1.018 12 7 9
Barat
Kramatsari 510 4 5 6
Tirto 386 1 2 6
Pekalongan Noyontaan 478 1 1 2
Timur
Tondano 0 7 5 6
Klego 339 4 5 6
Pekalongan Kusuma 770 10 6 10
Utara Bangsa
Krapyak Kidul 649 2 1 1
Pekalongan Pekalongan
472 5 3 5
Selatan Selatan
Jenggot 589 7 7 10
JUMLAH 5.211 53 42 61

Melihat angka kematian bayi di tabel di atas tampak bahwa perbandingan

jumlah kelahiran dan kematian sebesar 2,19% dari kelahiran hidup atau 21,9
per 1000 kelahiran hidup. Angka ini relatif cukup rendah mengingat angka

nasional sebesar 48 per 1000 kelahiran hidup. Ini menunjukkan bahwa

program kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan anak cukup berhasil.

Kondisi ini juga menunjukkan kesejahteraan masyarakat relatif baik.

Tabel 2. Jumlah kematian ibu


Kecamatan Kematian Ibu
Pekalongan
Barat Puskesmas Kematian Kematian Kematian Kematian
Ibu Hamil Ibu Ibu Nifas Ibu
Bersalin
Pekalongan
Bendan 0 2 2 4
Barat
Kramatsari 2 0 0 2
Tirto 0 0 1 1
Pekalongan
Noyontaan 0 0 1 1
Timur
Tondano 0 0 0 0
Klego 0 0 0 0
Pekalongan Kusuma
1 0 0 1
Utara Bangsa
Krapyak 0 0 0 0
Kidul
Pekalongan Pekalongan
0 0 0 0
Selatan Selatan
Jenggot 0 0 1 1
JUMLAH 3 2 5 10
Dari tabel-tabel di atas tampak bahwa dengan angka kematian ibu sebanyak

10 orang per 5.211 kelahiran hidup ini berarti angka kematian ibu di Kota

Pekalongan sebesar 192 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini juga relatif

rendah dibandingkan dengan angka nasional yang sebesar 373/100.000

kelahiran hidup. Sekali lagi ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat relatif baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa

kebutuhan kesehatan masyarakat telah bergeser dari kebutuhan mendasar ke

kebutuhan yang lebih

tinggi.

3. Lingkungan Ekonomi

Ekonomi kota Pekalongan seperti kebanyakan daerah di Indonesia sempat

terganggu sewaktu terjadi krisis ekonomi. Lapangan kerja juga sempat

mengalami penurunan. Namun, kondisi ini saat ini semakin membaik. Dari

jumlah penduduk sebanyak 263.540 jiwa tersebut sebanyak 14.825 laki-laki

dan 9.515 perempuan telah bekerja diberbagai sektor lapangan kerja seperti

pertanian, pertambangan, industri, listrik, bangunan, perdagangan, keuangan

dan lain sebagainya, namun sektor lapangan kerja di industri, khususnya

industri batik, telah menyerap tenaga yang terbesar yaitu 10.472 laki-laki dan

6.598 perempuan, sehingga kota ini juga dijuluki sebagai kota Batik sedangkan

5.328 orang bekerja sebagai pegawai negeri yang tercatat sebagi anggota

KORPRI, karena data dari Kantor Perindustrian dan Perdagangan Kota


Pekalongan menunjukkan bahwa ada 3 perusahaan yang tergolong besar

dimana perusahaan itu memiliki nilai investasi minimal 5 milyar rupiah telah

menyerap tenaga sebanyak 1.234 orang, industri menengah dengan investasi

antara 200 juta rupiah hingga 5 milyar rupiah menyerap tenaga sebesar 4.414

orang dan industri kecil yang memiliki investasi kurang dari 200 juta rupiah

menyerap tenaga sebanyak 9.952 orang. Selain itu ada sekitar 153 orang

yang menjadi tenaga kerja ke luar negeri, data statistik terbesar menunjukkan

92 orang telah bekerja di Malaysia menjadi operator dan

PRT (Pembantu Rumah Tangga) serta 58 orang ke Saudi Arabia juga sebagai

PRT (Pembantu Rumah Tangga), namun Desember 2002 tercatat ada tenaga

kerja yang masih belum tertampung di lapangan kerja dimana angka terbesar

adalah pencari kerja lulusan SMTA 1.305, dan lulusan Sarjana sebanyak 451

orang.

Kondisi masyarakat kota Pekalongan yang berada dalam kategori atau

kelompok KS.III dan KS.III Plus ada sekitar 31,37 % masih jauh dibawah

masyarakat yang ada di kelompok Pra Sejahtera hingga KS.I yang jumlahnya

mencapai ± 50,37% dan sisanya ada sekitar18,25% masuk dalam kategori

KS.II. Pendapatan per kapita penduduk kota Pekalongan tampak pada tabel-

tabel berikut ini:


Tabel 3. PENDAPATAN PERKAPITA PENDUDUK PEKALONGAN TH.2002
(Berdasarkan Data Produk Domestik Regional Bruto Kota Pekalongan dan
Angkaangka perkapita tahun 1998 – 2001 atas dasar Harga Berlaku)

No Tahun Pendapatan perkapita (Rp)


1. 1998 2.818.889
2. 1999 3.284.122
3. 2000 3.596.670
4. 2001 4.977.837
Sumber: data sekunder

Tabel 4. PENDAPATAN PERKAPITA PENDUDUK PEKALONGAN TH.2002


(Berdasarkan Data Produk Domestik Regional Bruto Kota Pekalongan dan
Angkaangka perkapita tahun 1998 – 2001 atas dasar Harga Konstan)

No Tahun Pendapatan perkapita (Rp)


1. 1998 1.212.349
2. 1999 1.185.521
3. 2000 1.114.442
4. 2001 1.468.836
Sumber: data sekunder

Dari tabel di atas tampak bahwa Produk domestik Regional Bruto Kota

Pekalongan atas dasar harga konstan menunjukkan bahwa pendapatan

perkapita penduduk senilai Rp.1.468.836,- menunjukkan bahwa pertumbuhan

ekonomi kota

Pekalongan tahun 2001 yang ditunjukkan oleh Pertumbuhan Domestik

Regional Bruto atas dasar harga konnstan tahun 1993 menunjukkan lebih

tinggi dari tahun sebelumya sebesar 4,30% walaupun perjalanan

perekonomian selama tahun 2001 dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

secara langsung telah merugikan, seperti adanya kegagalan panen , dampak


krisis ekonomi dan moneter serta kekacauan situasi politik telah berakibat

buruk pula disektor perdagangan, konstruksi dan industri, karena pelaku bisnis

baik konsumen ataupun produsen takut atas resiko yang tidak menentu,

karena itu situasi yang kondusif khususnya yang berkaitan dengan isu politik

dan keamanan harus betul-betul dapat dijamin oleh pemerintah, sehingga

pelaku bisnis akan merasa nyaman dan aman dalam berdagang.

Selain situasi yang kondusif, perputaran roda perekonomian juga didukung

oleh kondisi fasilitas infra struktur berupa jalan raya yang tersedia. Hal ini

karena para pelaku bisnis baik produsen maupun konsumen tidak dapat

melakukan transaksi bisnis bila prasarana jalan dalam kondisi yang tidak

memadai, yang pada akhirnya hanya akan menambah cost production menjadi

lebih besar lagi. Kota Pekalongan hingga kini memiliki tiga macam tipe jalan

yaitu jalan negara, jalan propinsi dan jalan kota yang setiap tahun sejak tahun

2001 telah menunjukkan pertambahan panjang jalan yang dikerjakan oleh

Dinas Pekerjaan Umum Kota Pekalongan dimana jalan propinsi sepanjang

7,610 km dalam kondisi baik hingga sedang jalan propinsi sepanjang 7,203

km dalam kondisi dalam kondisi baik hingga sedang, telah mempermudah

akses antara produsen dan konsumen dalam bertransaksi, hal ini dibuktikan

dengan angka besar nilai ekspor yang hingga tahun 2002 masih di dominasi

oleh sektor tekstil khususnya produk batik, dan peringkat kedua di duduki
sektor ikan apalagi didukung oleh adanya TPI pelabuhan yang dimiliki oleh

kota Pekalongan.

Hingga Desember 2002 telah tercatat realisasi ekspor ke manca negara


senilai $

4.361.782,9, yang mana sebanyak $ 1.763.989,32 datang dari ekspor garment,

$ 1.356.464,07 dari batik printing dan sarung batik, serta $ 1.136.982,90

didapat dari sektor ikan yang terdiri dari ikan kakap merah, ikan tuna steak dan

ikan ikan lainnya.

Fasilitas sarana dan prasarana telekomunikasi sejak tahun 1998 hingga tahun

2002 terus mengalami kenaikan jumlah konsumen karena data yang ada di

PT.Telkom Pekalongan ada 17.850 pelanggan sehingga juga telah

mempengaruhi secara langsung jumlah pemakaian pulsa telepon dan terakhir

jumlah pemakaian ada sekitar 104.270.2744 pulsa, ini juga didukung dengan

pertumbuhan TUT (Teleon Umum Tunggu) dan Wartel (Warung

Telekomunikasi) yang hingga tahun

2002 ada 257 TUT dan 35 Wartel.

4. Lingkungan Sosial Budaya


Kota Pekalongan merupakan kota pesisir yang seperti kebanyakan kota pesisir

lainnya merupakan kota dagang. Sistem sosial budaya masyarakat di

Pekalongan, tidak seperti kota-kota pedalaman Jawa, lebih terbuka.

Masyarakat Pekalongan lebih leluasa mengungkapkan perasaan dan

pendapatnya, tanpa merasa perlu terlalu “ewuh pakewuh” seperti kebanyakan

masyarakat Jawa pedalaman. Apalagi jarak Pekalongan dengan kota-kota

besar seperti Semarang dan Jakarta relatif dekat sehingga banyak kaum

migran yang telah terpapar kehidupan kota besar dan membawa budaya

tersebut ke kota asalnya, Pekalongan. Selain terbuka dan berjiwa wiraswasta,

masyarakat kota Pekalongan juga terkenal religius. Hal ini tampak pada jumlah

jemaah haji yang terus meningkat jumlahnya. Sejak tahun 1998 setiap tahun

hingga tahun 2001 telah terjadi peningkatan angka yang penduduk Kota

Pekalongan yang menunaikan ibadah haji pada tahun 1998 sebanyak 426,

1999 - 94, 2000 - 474, dan 2001 sebanyak 860 orang dan terakhir tahun 2002

ada 531 orang jemaah haji.

5. Analisis Data Sosial, Budaya dan Ekonomi

Berdasarkan data-data sosial ekonomi tersebut di atas maka dapat dikatakan

bahwa kondisi sosial ekonomi kota Pekalongan cukup mendukung adanya

investasi baru di segala bidang. Apalagi tampak bahwa kondisi infrastruktur

yang tersedia cukup memadai seperti sarana jalan yang cukup baik, sarana

listrik dan telpon yang tersebar luas. Dipandang dari sudut pandang investasi
di bidang kesehatan, hal ini amat mendukung karena akses terhadap

pelayanan kesehatan menjadi semakin baik. Apabila ada masyarakat yang

menderita sakit, maka infrastruktur yang memadai akan mempermudah

perjalanannya ke Rumahsakit, atau menghubungi Rumahsakit terdekat lewat

telepon. Adanya investasi baru, terutama dalam bidang kesehatan juga akan

membantu menyerap tenaga kerja yang saat ini baru kurang lebih 19% dari

penduduk, sehingga pada gilirannya akan lebih meningkatkan pertumbuhan

ekonomi. Namun demikian, terdapat pula kemungkinan hambatan yang

muncul karena masih cukup banyaknya masyarakat miskin yang ada di kota

Pekalongan ini (lebih dari 50%). Cukup banyaknya masyarakat yang miskin

menunjukkan bahwa sektor pelayanan kesehatan harus mendapat subsidi

yang cukup tinggi dari pemerintah.


BAB III

KINERJA BEBERAPA RUMAHSAKIT DI KOTA


PEKALONGAN & SEKITARNYA

Kinerja Rumahsakit dalam tulisan ini adalah kinerja Rumahsakit yang ada di

kota Pekalongan dan sekitarnya baik milik pemerintah maupun milik swasta.

Seperti diketahui bahwa di kota Pekalongan terdapat 5 Rumahsakit umum

yang terdiri dari 1 Rumahsakit umum milik kabupaten Pekalongan dan 4

Rumahsakit umum milik swasta.

1. Sumber Daya Kesehatan Kota Pekalongan

Rasio tenaga medis tahun 2002 per 100.000 penduduk di kota Pekalongan

sebesar 36,81 tenaga medis keperawatan (perawat dan bidan) dan 38,32

tenaga. Dengan jumlah tenaga seperti disebutkan, saat ini sarana kesehatan

yang ada di kota Pekalongan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Pekalongan tahun 2002


No Sarana kesehatan Jumlah
1. Rumahsakit pemerintah 1 buah (milik kabupaten
Pekalongan)
2. Rumahsakit Swasta 4 buah
3. UPTK BP Paru 1 buah
4. Puskesmas Perawatan 1 buah
5. Puskesmas 9 buah
6. Puskesmas Pembantu 25 buah
7. Puskesling 2 lokasi
8. BP Swasta 2 buah
9. RB Swasta 5 buah
10. Apotik 31 buah
11. Toko obat 12 buah
12. Laboratorium 4 buah
Sumber: data sekunder
Dari tabel diatas terlihat bahwa satu-satunya Rumahsakit pemerintah di kota

Pekalongan adalah Rumahsakit daerah miliknya kabupaten Pekalongan.

Dengan sarana kesehatan yang ada, menurut data tahun 2002 tenaga

kesehatan yang bekerja di lingkungan institusi kesehatan kota Pekalongan

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Kategori Tenaga Kesehatan Kota Pekalongan Berdasarkan


Institusi Kesehatan

DKK, Pusk, Sarana


Bp 4, Gudang Pelayanan
No. Kategori TenKes Jumlah
Farmasi Kesehatan
lainnya
1 Dokter Spesialis 0 23 23
2 Dokter umum 23 27 50
3 Dokter Gigi 8 3 11
4 Apoteker/ Sarjana 2 25 27
farmasi
5 Sarjana Kes. Masy 3 1 4
6 Sarjana Perawatan 0 7 7
7 Sarjana Non 6 17 23
Kesehatan
8 ATRO/ ATEM 0 0 0
9 APRO 0 3 3
10 AKZI 4 3 7
11 APK 4 1 5
12 Akademi Analisis 0 0 0
Kimia
13 Akademi Analisis 1 12 13
Kesh
14 Ak. Analisis Farmasi 0 46 46
15 AKPER 8 16 24
16 Sarmud. Non 0 8 8
Kesehatan
17 SMAK 4 4 8
18 SPPH 4 0 4
19 Sekolah Analis Kimia 1 0 1
20 SPAG 8 2 10
21 SPRG/SPTG 6 0 6
22 SMF/SAA 10 95 105
23 SPK/SPR 30 55 85
24 Bidan 23 22 45
25 Asisten Rongent 0 6 6
26 Paramedis Pembantu 3 63 66
27 Pekarya Kesehatan 23 33 56
28 SMTA 75 180 255
29 SMTP 15 72 87
30 SD 27 81 108
JUMLAH 288 805 1093
Sumber: data sekunder (Renstra Kota Pekalongan 2001-2004)

Tabel diatas menggambarkan data tenaga kesehatan yang telah bekerja di

institusi kesehatan. Ini artinya, apabila rencana pendirian Rumahsakit ini

direalisasikan maka pemerintah kota Pekalongan harus

mempersiapkan/merekrut tenaga kesehatan baru khususnya dokter umum,

spesialis, perawat, dan tenaga

lainnya.

2. Kinerja Pelayanan Rumahsakit di Kota Pekalongan & Sekitarnya


Kinerja pelayanan Rumahsakit di kota Pekalongan saat ini tercermin dalam

jumlah kunjungan pasien (rawat jalan), jumlah hari perawatan dan BOR (rawat

inap), dan jumlah pemeriksaan/tindakan untuk penunjang medis. Hal ini

selanjutnya dapat dilihat pada penjelasan berikut.

2.1. Instalasi Rawat Jalan

Gambar 1. Jumlah kunjungan pasien Rawat jalan Tahun 1996 - 2001


200

70.000
60.876 64. jumlah
60.000
51.008 kunjungan rawat
50.000
45.092 jalan
40.000
42.317 42.317 rata2 kunjungan rawat
30.000 jalan/hari
20.000

10.000 203 214


142 170 141 150
-
1 2 3 4 5 6

Tahun

Sumber: data sekunder diolah

Gambar di atas, menunjukkan bahwa jumlah kunjungan rawat jalan di

Rumahsakit, secara umum menunjukkan trend meningkat. Walaupun pada

tahun 3 (1998) mengalami penurunan namun kemudian meningkat. Hal ini

kemungkinan besar karena adanya pengaruh krisis moneter tahun 1998. Dari

total jumlah kunjungan rawat jalan di Rumahsakit, diperoleh berbagai kasus

yang terjadi seperti pada tabel berikut.


Tabel 7. Kasus Rawat Jalan Di Rumah Sakit Untuk Umur 5 - 60 Tahun Di
Kota Pekalongan Tahun 2000
KASUS BARU
No. GOLONGAN SEBAB SAKIT TREND
2000 2001
1 Cedera YTD lainnya YTT dan daerah badan
multipel 1.541 868 (0,44)
2 Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya
1.418 911 (0,36)
3 Feringitis akut
1.297 1.225 (0,06)
4 Demam yang tidak diketahui sebabnya
1.082 760 (0,30)
5 Diare, Gastro Enteritis oleh penyebab infeksi
tertentu 815 720 (0,12)
6 Gastritis dan duodentis
644 655 0,02
7 Tuberkolosis paru lainnya
541 339 (0,37)
8 Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya
480 345 (0,28)
9 Demam Tifoid dan Paratifoid
418 351 (0,16)
10 Demam Tifus
383 208 (0,46)
11 Migren dan sindrom nyeri kepala lainnya
335 192 (0,43)
12 Infeksi kulit dan jaringan subkutan
263 261 (0,01)
13 Varises Isofagus
235 (1,00)
14 Penyakit Isofagus, Lambung, Duodenum
lainnya 210 (1,00)
15 Artritis reumatoid
202 165 (0,18)
Bronkhitis, emfiserna dan penyakit paru
16
obstruktif kronik lainnya 187 341 0,82
17 Diabetes melitus tidak bergantung insulin
185 (1,00)
18 Asma
185 220 0,19
19 Sisitis
169 128 (0,24)
20 Penyakit sisitim kemih lainnya
146 112 (0,23)
21 Hipertensia esensial (primer) - -
367
22 Nyeri perut dan Panggul - -
125
23 Bronkitis akut dan bronkilitis akut lainnya
- 103 -
24 Penyakit lainnya
6.887 5.951 (0,14)
JUMLAH
17.623 14.347
Sumber: data sekunder

Walaupun secara keseluruhan terjadi penurunan jumlah kasus, namun pada

beberapa kasus terjadi peningkatan seperti gastritis dan duodentis, bronkitis,

dan asma. Ada 3 kasus yang tidak ada di tahun sebelumnya yaitu hipertensi,

nyeri perut dan panggul, dan bronkitis akut.

2.2. Instalasi Rawat Inap

Dalam tabel di bawah ini terlihat kinerja rawat inap Rumahsakit di kota

Pekalongan plus Rumahsakit Kraton.

Tabel 8. PEMAKAIAN TEMPAT TIDUR RUMAH SAKITKOTA


PEKALONGAN
2002

JUMLAH
PEMAKAIAN SECARA UMUM
RUMAH TEMPAT JML.HARI % HARI
SAKIT TIDUR JUMLAH TT X RAWAT RAWAT
HARI 365 BOR DIGUNAKAN DGUNAKAN
RAWAT HARI PASIEN PASIEN
MISKIN MISKIN
SITI 100 26.406 36.500 72,3 0 0
KHODIJAH
BUDI 97 15.648 35.405 44,2 0 0
RAHAYU
BHAKTI 24 2.585 8.760 29,5 0 0
WALUYO
RUMAHSAKIT
Kabupaten
238
Pekalongan
(Kraton)
AL KAROMAH 16 858 5.840 14,7 0 0
JUMLAH 475 45.497 86.50 52,6 0 0
Data: Data sekunder diolah

Pada tabel diatas terlihat bahwa Persaingan pelayanan kesehatan khususnya

Rumahsakit di Kota Pekalongan cukup tinggi. Dengan 475 tempat tidur untuk

263.540 penduduk, berarti tiap 1 TT tersedia untuk 555 penduduk. Padahal

standar WHO menyebutkan bahwa 1 TT tersedia untuk 1000 penduduk. Hal

ini berarti bahwa apabila pendirian Rumahsakit hanya mengandalkan kota

penduduk kota pekalongan saja maka akan sulit untuk mendapatkan pasar

yang lebih baik.

Kinerja BOR dari tahun ke tahun dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2. BOR tahun 1 (1996) – tahun 5 (2001)

60 47,81 50,02

50 39,75
39,72
33, 86
40

BOR (%) 30

20

10

0
1 2 3 4 5
Tahun

Sumber: Data sekunder diolah

BAB IV
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Aspek pasar merupakan salah satu aspek utama dalam suatu studi kelayakan

pendirian Rumahsakit harus dikaji secara bersamaan dengan berbagai aspek

lainnya secara lebih tajam. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa tidak

mungkin suatu produk atau pelayanan dapat dikembangkan jika tidak ada

pangsa pasar yang akan menyerapnya. Hasil kajian terhadap aspek pasar ini

akan membantu pengambil kebijakan untuk menentukan segmen mana yang

akan dijadikan sebagai sasaran pengembangan produk atau layanan.


1. Kondisi Persaingan Pasar Rumahsakit di Kota
Pekalongan

Persaingan pelayanan kesehatan khususnya Rumahsakit di Kota Pekalongan

cukup tinggi. Berdasarkan observasi yang dilakukan di lapangan tampak

bahwa RS yang telah ada di Kota Pekalongan mempunyai beberapa

kelemahankelemahan yang dapat dijadikan titik tolak untuk menjadikan RS

baru ini lebih unggul. Gambar-gambar berikut ini menggambarkan beberapa

kelemahan

tersebut :

Gambar 3. Lahan Parkir Rumahsakit

Gambar di atas menunjukkan bahwa RS tersebut mempunyai lahan parkir

yang terbatas dan akses ke jalan besar juga terbatas. Hal ini dapat menjadi

kelemahan karena akses adalah unsur utama yang harus dimiliki sebuah RS.
Kamar-kamar di RS tersebut juga menunjukkan bahwa masih terdapat peluang

untuk mengembangkan yang lebih baik.

Gambar 4. Ruang Kamar VIP Rumahsakit

Gambar di atas menunjukkan sebuah kamar VIP yang selama ini menjadi

andalan dari RS tersebut dan menurut wawancara yang dilakukan seringkali

penuh. Apabila terdapat kamar dengan desain yang lebih baik dari kamar di

atas, tentunya akan lebih diminati oleh kalangan menengah ke atas.

Gambar di bawah ini menunjukkan kondisi RS yang cukup laris di Kota

Pekalongan.
Gambar 5. Tampilan Depan Rumahsakit Pekalongan

Dari penampilan luar yang cukup megah, RS ini dapat menjadi pesaing yang

cukup berat bagi RS yang akan didirikan. Apalagi, akses jalan masuknya cukup

baik. Demikian juga dengan kondisi kamarnya seperti tampak pada gambar di

bawah ini :
Gambar 6. Ruangan Kamar Rumahsakit

Seperti juga di banyak RS lain, BOR kamar VIP lebih sering penuh dan bahkan

terkadang harus menunggu. Namun demikian, kelemahan dari RS ini adalah

akses UGD yang sempit dan kurang mendukung apabila terdapat pasien

gawat darurat. Hal ini tampak pada gambar di bawah ini :

Gambar 7. Tampilan Luar dari Ruangan UGD


Dengan akses UGD seperti tampak pada gambar di atas, maka akan sulit

apabila terdapat 2 kecelakaan sekaligus. Jalan menuju ruangan UGD yang

sempit dan terlalu menanjak juga kurang aman bagi pasien kecelakaan atau

kasus gawat darurat yang lain.

Rumahsakit lain di Kota Pekalongan ini, yang terbesar, juga mempunyai

kelemahan dalam akses UGD nya seperti tampak pada gambar di bawah ini :

Gambar 8. Para Penjenguk Korban Kecelakaan

Gambar di atas diambil ketika terjadi kecelakaan. Tampak pada gambar di atas

bahwa kerumunan orang yang melihat korban kecelakaan menutupi akses ke

pintu yang sudah sempit. Rumahsakit di atas juga terletak agak jauh ke dalam

kota sehingga kurang mendukung kemudahan akses pelayanan gawat

darurat.
Kasus kecelakaan di Kota Pekalongan yang berada di jalur pantai utara yang

padat ini sebenarnya cukup banyak seperti tampak pada tabel di bawah ini :

Tabel 9. BANYAKNYA ANGKA KECELAKAAN


(Berdasarkan data Banyaknya korban,Pembayaran klaim, dan Pendapatan
dirinci menurut UU.No.33 da UU.No34 Tahun1964 Pada PT.Jasa Raharja
(PERSERO) Pekalongan Tahun 2002

UU.No.33/1964 UU.No.34/1964
Bulan
Jml.Korban Jml.Klaim Jml.Korban Jml.Klaim
Januari 119 252.471.550 171 1.105.820.900
Februari 23 78.738.100 120 626.546.650
Maret 30 110.827.950 113 627.332.000
April 47 154.369.600 151 901.594.700
Mei 25 30.481.350 140 907.523.400
Juni 23 78.272.600 131 646.939.750
Juli 19 68.442.800 137 843.330.450
Agustus 33 129.381.100 164 883.295.000
September 61 77.891.850 121 651.339.300
Oktober 60 106.657.800 159 771.219.400
November 9 33.338..950 137 805.715.350
Desember 15 72.743.750 134 712.052.050
Jumlah 464 1.193.667.400 1.678 9.482.708.950

Dari gambaran yang telah disebutkan di atas tampak bahwa pelayanan yang

masih dapat dikembangkan dan masih merupakan kelemahan di RS lain

adalah trauma centre dan pelayanan ruang VIP untuk kelas menengah ke

atas.

Pilihan pendirian Rumahsakit dapat berupa Rumahsakit umum atau

Rumahsakit khusus. Untuk kota Pekalongan, peluang untuk mendirikan

Rumahsakit umum masih terbuka karena ratio jumlah tempat tidur


dibandingkan dengan jumlah penduduk daerah cakupan masih lebih rendah

daripada standar (analisis lebih lanjut dapat dilihat di bahasan tentang proyeksi

kebutuhan tempat tidur untuk rawat inap). Selain itu, Rumahsakit umum lebih

prospektif secara finansial karena menyediakan pelayanan paripurna.

Rumahsakit khusus hanya akan melayani pasar khusus yang tentu saja

jumlahnya lebih terbatas.

Sebagai Rumahsakit umum, nantinya juga dapat menjadi Rumahsakit rujukan

karena selama ini rujukan puskesmas di kota Pekalongan masih ke

Rumahsakit Kabupaten yang letaknya di Kota Pekalongan. Standar pelayanan

minimal sebuah daerah otonom adalah tersedianya pelayanan kesehatan

rujukan. Seperti telah dikemukakan di atas, Kota Pekalongan sudah

membutuhkan pelayanan kesehatan yang sifatnya pelayanan kesehatan

tingkat lanjutan, bukan lagi pelayanan dasar karena indikator kesehatan

menunjukkan bahwa masalah pelayanan dasar sudah diatasi oleh Puskesmas

yang ada. Dengan adanya sebuah Rumahsakit umum, maka Kota Pekalongan

akan dapat meningkatkan derajat kualitas pelayanan kesehatan yang lebih

baik. Seperti diketahui kelompok masyarakat menengah ke atas, selama ini

memanfaatkan pelayanan Rumahsakit di kota besar seperti Semarang.

Apabila Kota Pekalongan dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang

memadai, mereka tidak perlu jauh-jauh berobat dan pada akhirnya aliran dana

masyarakat tidak akan keluar dari Kota Pekalongan.


2. Faktor Pembeli

Pada masa lalu, konsumen di sektor kesehatan adalah konsumen yang pasif

dan penurut. Bagaimanapun kualitas jasa pelayanan kesehatan yang ada,

ramah atau tidak ramah, mereka tetap menerimanya karena kurangnya

pengetahuan dan tidak banyaknya pillihan. Namun kondisi saat ini telah

berubah. Oleh karena semakin banyaknya pilihan, konsumen rumah sakit saat

ini adalah konsumen yang pemilih (choosy) dan cepat berubah pendirian.

Mereka semakin cenderung menjadi konsumen yang penuh perhitungan, serta

menuntut jasa pelayanan yang terbaik yang bisa diberikan. Selain itu, dengan

adanya UU Perlindungan Konsumen, maka konsumen mempunyai daya tawar

yang lebih tinggi dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Dokter dan RS saat

ini merupakan institusi yang rentan terhadap tuntutan hukum. Bila konsumen

kurang mendapat informasi yang memadai tentang jasa pelayanan yang ada,

salah paham dan saling tuntut dapat menjadi ancaman. Bila hal itu terjadi,

maka citra RS akan menjadi taruhannya dan pesaing yang akan mendapat

keuntungan. Beberapa Rumahsakit sudah mengantisipasi hal itu dengan

produk penanganan keluhan yang komprehensif yang terintegrasi dengan

bagian pemasaran RS.

Untuk dapat mengukur keinginan dan harapan konsumen atau pembeli

pelayanan kesehatan di Kota Pekalongan, telah dilakukan survei kepada

sejumlah pasien di beberapa RS di Kota Pekalongan. Survei ini bertujuan


untuk menilai kekuatan tawar, terutama dari aspek kemauan dan kemampuan

membayar, dari calon pembeli RS yang akan dibangun.

Dari hasil survei terhadap 103 responden yang sudah mengembalikan

kuesioner tampak bahwa kemampuan membayar responden yang saat ini

dirawat di berbagai RS cukup tinggi. Hal ini tampak pada rata-rata alokasi dana

yang diperuntukkan untuk hal-hal yang sebenarnya bisa dialihkan untuk

kesehatan yaitu rokok, kesehatan itu sendiri, rekreasi dan sumbangan seperti

tampak pada tabel

berikut ini:

Tabel 10. Rata-rata Alokasi Dana


Keterangan Jumlah
Sewa rumah dan pemeliharaan rumah Rp 92.500
Makan Rp
449.216
Transportasi Rp
78.178
Rokok Rp
113.341
Kesehatan Rp
116.389
Rekreasi dan Sumbangan sosial Rp
93.226
Rekening listrik Rp
57.967
Rekening telpon Rp
129.196
Rekening air Rp
20.750
Lain-lain Rp
268.406

Dari data di atas tampak bahwa total alokasi dana untuk rokok, kesehatan,

rekreasi dan sumbangan sosial adalah sebesar Rp 322.956 per bulan. Hal ini

cukup tinggi, terutama untuk rokok, mengingat dari beberapa penelitian

sebelumnya dan angka SUSENAS, jumlah uang yang dialokasikan untuk

rokok berkisar antara Rp 40.000 sampai dengan Rp 60.000. Dari angka yang

diperoleh dari survei ini maka dapat dikatakan bahwa potensi pasar kesehatan

di Pekalongan cukup baik karena kemampuan membayarnya cukup baik. Bila

melihat kemauan membayar, maka tabel-tabel di bawah ini menunjukkan

bahwa responden mempunyai kemauan yang kurang untuk membayar

pelayanan

kesehatan.
Tabel 11. Kurangnya Kemauan Membayar Pelayanan Kesehatan
Responden
Keterangan Jumlah
Setiap berobat ke dokter umum saya bersedia membayar 15.000
Setiap berobat ke dokter spesialis saya bersedia membayar 30.000
Setiap kali menebus obat di apotik saya bersedia membayar 50.000
Apabila saya dirawat inap kurang dari 3 hari tanpa operasi kurang 1
(kamar klas III) juta
Apabila saya dirawat inap 3 sampai 5 hari tanpa operasi (klas III) kurang 1
juta
Apabila saya dirawat inap kurang dari 3 hari dan dioperasi kurang 2
(kamar klas III) juta
Apabila saya dirawat inap 3 sampai 5 hari dan dioperasi (kamar 2 juta
klas III)
Apabila saya dirawat inap kurang dari 3 hari tanpa operasi kurang 2
(kamar VIP) juta
Apabila saya dirawat inap 3 sampai 5 hari tanpa operasi (kamar kurang 2
VIP) juta
Apabila saya dirawat inap kurang dari 3 hari dan dioperasi (VIP) kurang 3
juta
Apabila saya dirawat inap 3 sampai 5 hari dan dioperasi (VIP) kurang 3
juta

Hal ini terutama tampak pada kemauan untuk membayar operasi yang jika

dilihat maka kemauan tersebut amat kurang dibandingkan biaya rata-rata

sesungguhnya bila dioperasi, apalagi di kamar VIP. Namun demikian,

mengingat pelayanan kesehatan lebih tidak sensitif terhadap harga

(sensitivitas harga rendah), kemauan yang rendah ini lebih menunjukkan

bahwa segmentasi untuk Rumahsakit yang akan dibangun sebaiknya lebih

fokus. Selain itu hal ini menunjukkan bahwa manajemen RS yang akan

didirikan nantinya harus profesional sehingga dapat meraih pasar yang cukup

sulit ditembus ini.


Berdasarkan survei terhadap harapan pasien yang ada di Kota Pekalongan

dan sekitarnya tampak bahwa sebagian besar mengharapkan adanya

pelayanan yang baik serta murah. Hal ini tampak pada tabel berikut ini:

Tabel 12. Harapan Konsumen akan Pelayanan Kesehatan


Proporsi responden
Harapan utama
yang berpendapat
Pelayanan yang baik 42,6%
Murah 33,2%
Fasilitas lengkap 15,3%
Letaknya strategis 5,0%
Bersih 2,5%
Obat-obatan tersedia 0,5%
Ada pelayanan 0,5%
ASKES
Ada tempat parkir luas 0,5%
Sumber: hasil survei diolah

Data di atas menunjukkan bahwa masyarakat kota Pekalongan sudah lebih

mengedepankan mutu pelayanan daripada harga yang murah. Hal ini berarti

Rumahsakit yang akan dibangun sebaiknya lebih mengedepankan pelayanan

yang berkualitas, walaupun dari segi harga harus kompetitif.

Hasil survei di atas menunjukkan gambaran pasar yang bersifat individual.

Sebenarnya di Pekalongan juga terdapat peluang pasar yang bersifat


kelompok yaitu mereka yang biaya kesehatannya ditanggung perusahaan

tempat bekerja atau yang diasuransikan. Biasanya pasar ini menyukai tarif

yang lebih pasti, tidak berubah-ubah dan mengingat mereka merupakan

pembeli besar (borongan) maka mereka menginginkan harga khusus atau

diskon. Dengan demikian Perusahaan dapat lebih memfokuskan diri pada core

bisnis, urusan kesehatan karyawan di contracting out dan Perusahaan dapat

merencanakan anggaran lebih jelas sehingga tidak mengganggu cashflow

Pasar kelompok adalah pasar yang selama ini sering kurang diperhatikan oleh

Rumahsakit. Hal ini disebabkan karena pasar kelompok oleh sebagian

Rumahsakit dianggap “merepotkan”, bahkan sebagian pasar kelompok yang

berasal dari asuransi dianggap “merugikan”. Padahal sebenarnya “kerepotan”

dan “kerugian” tersebut dapat diminimalisir kalau pihak Rumahsakit telah

menguasai teknik penentuan tarif paket untuk pasar kelompok. Dengan

demikian, RS dapat mempunyai posisi tawar yang lebih tinggi. Bila pasar

kelompok tersebut tidak dapat memenuhi tarif yang disepakati, kontraknya

tidak perlu diperpanjang lagi. Apabila RS telah dapat menguasai teknik

penentuan tarif paket ini dan pihak perusahaan yang ingin mengontrak RS

telah sepakat dan memahami tarif tersebut, maka keuntungan dari pihak

Rumahsakit akan lebih banyak daripada melayani pasar individual karena RS

telah memiliki captive market.


Mengingat kota Pekalongan dekat dengan daerah-daerah industri maka perlu

diraih peluang pasar perusahaan atau asuransi kesehatan yang menjamin

karyawan perusahaan. Rumahsakit yang akan didirikan untuk itu perlu

menetapkan tarif paket karena tarif paket lebih disukai pasar khusus ini. Sistem

pembayaran biasanya dapat dilakukan dengan cara klaim apabila ada

karyawan yang sakit. Sistem klaim dapat dilakukan secara penggantian

langsung (reimbursement), atau per hari rawat (daily charge) atau memberi RS

tersebut sejumlah anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya per

orang yang dijamin (kapitasi) atau per kelompok diagnosis (diagnosis related

group).
3. Faktor Pendatang Baru
Intensitas persaingan semakin tinggi bila dalam waktu dekat akan segera

dibangun RS baru. Ini berarti akan muncul pesaing baru dan ada kemungkinan

pasar yang tadinya sudah dikuasai akan beralih ke pesaing tersebut. Bila hal

itu terjadi, maka RS yang akan didirikan di Kota Pekalongan ini mungkin perlu

membuat produk-produk yang dapat membuat pasar tetap setia atau

produkproduk unggulan. Yang jelas, RS baru ini harus mempunyai pelayanan

yang khas. Di Kota Pekalongan saat ini telah direncanakan pendirian sebuah

Rumahsakit baru yang merupakan milik seorang dokter spesialis cukup

terkenal. Ancaman ini cukup serius mengingat berdasarkan survei yang

diadakan ternyata alasan utama untuk berobat ke RS adalah karena dirujuk

oleh dokter, alasan berikutnya adalah karena pelayanan yang terkenal baik.

Ini berarti bahwa faktor dokter perujuk amat mempengaruhi sehingga bila RS

Baru yang merupakan milik salah seorang dokter tersebut nantinya berdiri

maka dokter tersebut dapat dipastikan akan merujuk pasiennya ke

Rumahsakitnya sendiri.
Gambar 9. Lokasi calon RS baru tersebut

4. Faktor Pemasok
Kekuatan posisi tawar pemasok kepada RS dapat mempengaruhi intensitas

persaingan dan mendorong perlunya inovasi dan pengembangan produk.

Pemasok di sini dapat berarti pemasok alat kesehatan atau pemasok jasa.

Pemasok obat atau alat kesehatan biasanya mempunyai daya tawar yang

lebih rendah. Namun pemasok jasa medik, terutama dokter spesialis

mempunyai daya tawar yang lebih tinggi. Sering terjadi tarif RS sangat

tergantung pada dokter spesilias tertentu yang memang merupakan pemasok

pasien utama. Hal ini akan mempengaruhi intensitas persaingan dengan RS

lain yang mungkin dapat lebih murah tarifnya. Beberapa RS mencoba

melakukan inovasi dengan menciptakan produk pelayanan yang tidak

tergantung pada satu atau sekelompok spesialis tertentu misalnya dengan

pelayanan home care pasca perawatan. Dengan cara ini, RS berharap dapat

mengurangi hari rawat di RS, dan tentu saja jumlah jasa medis yang harus
diberikan kepada dokter spesialis, sehingga dapat mengurangi biaya bagi

pasien namun RS sendiri tidak kehilangan sumber pendapatan.

Hasil pengamatan di Kota Pekalongan menunjukkan bahwa faktor pemasok ini

juga dapat menjadi ancaman karena dokter spesialis Kota Pekalongan, seperti

juga kota-kota lain, juga berpraktek di banyak Rumahsakit.

5. Faktor Produk Substitusi


Produk substitusi pelayanan kesehatan, yang biasaya berupa pelayanan

kesehatan alternatif, juga berpengaruh terhadap perlu tidaknya sebuah RS

mengembangkan produk baru. Sebuah RS di Yogyakarta bahkan mencoba

mengakomodasi pelayanan kesehatan alternatif ini sebagai salah satu

produknya.

Pelayanan kesehatan alternatif memang mempunyai pasar yang cukup luas.

Dengan mengakomodasinya dalam produk, RS tersebut berharap dapat

meraih pangsa pasar yang selama ini lebih banyak dikuasai oleh profesional

non medis seperti shinse, paranormal dan lain sebagainya. Sekaligus RS

tersebut berusaha meningkatkan posisi persaingannya karena dengan

demikian konsumen yang tertarik untuk mencoba pelayanan alternatif tersebut

dapat mengenal RS secara lebih baik dan ini dapat merupakan pasar baru

yang potensial untuk pelayanan medik konvensional.


Di Pekalongan, saat ini terdapat sebuah klinik alternatif yang secara mencolok

mengiklankan pelayanan medik di sebuah Rumah Toko (Ruko) di pinggir jalan

protokol. Memang berdasarkan pengamatan, jumlah pasien tidak terlalu

banyak dan kebanyakan merupakan mereka yang sebenarnya menderita

gangguan psikosomatis. Namun demikian, bila tidak diwaspadai, pelayanan

seperti ini dapat menipu masyarakat, selain dapat merebut pasar rawat jalan

Rumahsakit.
6. Proyeksi Pangsa Pasar Pendirian Rumahsakit kota Pekalongan

Proyeksi terhadap pangsa pasar yang kemungkinan dicapai oleh Rumahsakit

baru nantinya di kota Pekalongan, berguna terutama untuk mengantisipasi

kapasitas dan jenis layanan yang perlu disiapkan. Berikut ini akan disajikan

hasil proyeksi kinerja (BOR, hari perawatan, dan jumlah pasien).

6.1. PROYEKSI PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP

Pada prinsipnya output (volume) di rawat inap dapat berupa Lenght of Stay

(LOS), jumlah pasien, dan Bed Occupancy Ratio (BOR). Proyeksi kinerja

instalasi rawat inap berbasis pada ketiga item tersebut. Proyeksi jumlah tempat

Tidur(TT) Rumahsakit yang nantinya akan didirikan, berbasis data jumlah

penduduk kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, dan Kota Pekalongan.

Disamping itu data jumlah tempat tidur yang tersedia di berbagai Rumahsakit

di 3 kabupaten tersebut juga diperhitungkan. Hasil analisis kemudian

diperbandingkan dengan standar WHO.

Proses analisis kebutuhan tempat tidur adalah sebagai berikut:

Jumlah penduduk:
§ Kota Pekalongan = 263.540 jiwa,

§ Kab Batang = 665.426 jiwa ,

§ Kab Pekalongan = 807.051 jiwa,

§ Total = 1.736.017 jiwa.


Jumlah TT: 475, 238, 150. = 863 TT
Perbandingan jumlah penduduk dgn TT 1 TT = 2.012penduduk.
Standar: 500-1000 penduduk = 1TT

Berdasarkan analisis perbandingan jumlah penduduk dengan TT dan standar

WHO maka terlihat masih ada kemungkinan penambahan TT untuk pasar

kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan dan Kabupaten Batang. Kapasitas

TT yang dibutuhkan ± 100TT ditambah dengan 10TT untuk ICU/ICCU. Karena

itu, proyeksi proporsi TT untuk Rumahsakit yang akan didirikan dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 13. Proyeksi Proporsi Tempat Tidur


NO KELAS TT

1 VIP 20
2 I 30
3 II 20
4 III 30
5 ICU/ICCU 10
Sumber: data proyeksi

Berdasarkan kajian terdahulu terlihat bahwa untuk kelas atas (VIP) selalu

penuh. Sedangkan untuk kelas menengah ke bawah relatif sedang. Karena itu

BOR untuk tahun pertama diproyeksikan masing-masing; VIP 50%, kelas I

20%, kelas II 20%, kelas III 30%, dan ICU/ICCU 30%. Peningkatan BOR

diproyeksikan 20% pertahun hingga BOR mencapai kapasitas maksimal, yaitu

untuk VIP 100%, untuk kelas I dan II 86%, kelas III 90%, dan ICU/ICCU 100%.
Pada tingkatan kapasitas maksimal tersebut diharapkan akan ada

penambahan jumlah tempat tidur.

Proyeksi BOR secara rinci selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14. Proyeksi BOR Rawat Inap selama 10 tahun


NO TAHUN PROYEKSI BOR

VIP KELAS KELAS KELAS ICU/ICCU


I II III
1 I 50% 20% 20% 30% 30%
2 II 60% 24% 24% 36% 36%
3 III 72% 29% 29% 43% 43%
4 IV 86% 35% 35% 52% 52%
5 V 100% 41% 41% 62% 62%
6 VI 100% 50% 50% 75% 75%
7 VII 100% 60% 60% 90% 90%
8 VIII 100% 72% 72% 90% 100%
9 IX 100% 86% 86% 90% 100%
10 X 100% 86% 86% 90% 100%
Sumber: data proyeksi

LOS rata-rata untuk kelas I hingga VIP berdasarkan data kinerja Rumahsakit

disekitar kota Pekalongan sekitar 4 hari. Sedangkan rata-rata LOS pasien

ICU/ICCU sekitar 7 hari. Dengan proyeksi LOS tersebut, maka jumlah pasien

diperoleh dengan cari membagi jumlah hari dalam setahun dengan LOS yang

dikalikan dengan jumlah Tempat Tidur dan BOR. Hasil perhitungan tersebut,

selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.


Tabel 15. Proyeksi Jumlah Pasien Rawat Inap
NO TAHUN PROYEKSI JUMLAH
PASIEN
VIP KELAS KELAS KELAS ICU/ICCU
I II III
1 I 913 156
548 365 2,190
2 II 1,095 188
657 438 2,628
3 III 1,314 225
788 526 3,154
4 IV 1,825 270
946 631 3,784
5 V 1,825 324
1,135 757 4,541
6 VI 1,825 389
1,362 908 5,449
7 VII 1,825 467
1,635 1,090 6,539
8 VIII 1,825 521
1,962 1,308 6,539
9 IX 1,825 521
2,354 1,569 6,539
10 X 1,825 521
2,354 1,569 6,539
Sumber: data proyeksi

Mengacu pada berbagai data proyeksi, selanjutnya dilakukan diproyeksi

terhadap jumlah hari perawatan (JHR). Gambar berikut adalah proyeksi JHR

untuk tahun I.
Gambar 10. Proyeksi JHR tahun I

4,000
3,650
3,500

3,000

2,500
2,190 2,190
2,000
1,460
1,500
1,095
1,000

500

-
VIP KELAS I KELAS II KELAS III ICU/ICCU
Kelas Perawatan

Sumber: data proyeksi

6.2. PROYEKSI PASIEN RAWAT JALAN

Proyeksi pasien rawat jalan didasarkan pada jumlah penduduk yang

kemungkinan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan penduduk

kota Pekalongan sebanyak 263.540 jiwa dan diasumsikan tiap orang rata-rata

sakit 4 bulan sekali akan diperoleh pasar pelayanan kesehatan di kota

Pekalongan. Apabila untuk Rumahsakit kota Pekalongan yang rencananya

akan dibangun, diproyeksikan mengambil pangsa pasar sebesar 1,5% dari

pasar pelayanan kesehatan yang ada maka proyeksi jumlah pasien rawat jalan

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 16. Proyeksi Jumlah Pasien Rawat Jalan


NO TAHUN JUMLAH
PASIEN
Pertahun Per
hari
1 I 11.859 32
2 II 14.231 39
3 III 15.654 43
4 IV 17.220 47
5 V 18.942 52
6 VI 20.836 57
7 VII 22.919 63
8 VIII 25.211 69
9 IX 27.733 76
10 X 30.506 84
Sumber: data proyeksi

Jumlah pasien rawat jalan pada tabel diatas selanjutnya tiap tahun meningkat

20% seiring dengan perkembangan dan cakupan pelayanan yang ada.

Selanjutnya, berdasarkan kajian pola dan jenis penyakit dalam bab terdahulu,

maka direncanakan pendirian Rumahsakit kota Pekalongan ini akan

menyediakan pelayanan rawat jalan di 7 poli spesialis, 1 poli gigi dan 1 poli

umum. Selain poli umum dan poli gigi, pelayanan rawat jalan terdiri dari poli

spesialis yaitu:

1. Poli penyakit dalam,

2. poli anak,

3. poli mata,

4. poli kebidanan dan kandungan,

5. poli syaraf, 6. poli bedah, dan


7. poli THT.

Dari total pasien rawat jalan pada tabel diatas, selanjutnya akan diproyeksi

kedalam setiap poli dengan asumsi sbb:

1. Jumlah pasien poli umum sebesar 25% dari total proyeksi jumlah pasien
rawat

jalan,

2. Jumlah pasien poli penyakit dalam sebesar 20% dari total proyeksi jumlah

pasien rawat jalan,

3. Jumlah pasien poli bedah bedah, mata, THT dan poli Syaraf masing-masing

sebesar 5% dari total proyeksi jumlah pasien rawat jalan,

4. Jumlah pasien poli kebidanan dan kandungan sebesar 15% dari total

proyeksi jumlah pasien rawat jalan,

5. Jumlah pasien poli syaraf sebesar 10% dari total proyeksi jumlah pasien

rawat jalan.

Berdasarkan dasar asumsi tersebut, kemudian dilakukan proyeksi jumlah

pasien untuk setiap poli seperti pada tabel berikut.

Tabel 17. Proyeksi Jumlah Pasien Setiap Poli di Rawat Jalan Tahun I - X
POLI
No Tahun
Peny.
Umum Bedah Anak Kebidanan Mata THT Syaraf Gigi
Dalam
1 I 2.965 2.372 593 1.186 1.779 593 593 593
1.186
2 II 3.558 2.846 712 1.423 2.135 712 712 712
1.423
3 III 3.914 3.131 783 1.565 2.348 783 783 783
1.565
4 IV 4.305 3.444 861 1.722 2.583 861 861 861
1.722
5 V 4.735 3.788 947 1.894 2.841 947 947 947
1.894
6 VI 5.209 4.167 1.042 2.084 3.125 1.042 1.042 1.042
2.084
7 VII 5.730 4.584 1.146 2.292 3.438 1.146 1.146 1.146
2.292
8 VIII 6.303 5.042 1.261 2.521 3.782 1.261 1.261 1.261
2.521
9 IX 6.933 5.547 1.387 2.773 4.160 1.387 1.387 1.387
2.773
10 X 7.626 6.101 1.525 3.051 4.576 1.525 1.525 1.525
3.051
Sumber: data proyeksi

Tabel 17 diatas menunjukkan jumlah pasien dengan pelayanan periksa dokter.

Sedangkan untuk pelayanan tindakan untuk poli spesialist seperti; tindakan

sederhana, tindakan kecil, tindakan sedang, dan tindakan besar diproyeksi

masing-masing sebesar 40%, 30%, 20% dan 10% dari proyeksi jumlah pasien.

6.3. PROYEKSI JUMLAH PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Pasien radiologi dapat berasal dari rawat jalan maupun rawat inap. Karena itu,

jumlah pasien radiologi diasumsikan berasal dari 25% pasien rawat jalan dan

50% pasien rawat inap. Proyeksi jumlah pasien radiologi selanjutnya dapat

dilihat pada tabel berikut.


Tabel 18. Proyeksi Jumlah pasien radiologi Tahun I - X
No Tahun Proyeksi
1 I 8.030
2 II 9.636
3 III 11.563
4 IV 14.372
5 V 16.517
6 VI 19.090
7 VII 22.178
8 VIII 23.268
9 IX 24.576
10 X 24.576
Sumber: data proyeksi

6.4. PROYEKSI JUMLAH PASIEN KAMAR BEDAH

Proyeksi jumlah pasien kamar Bedah berbasis asumsi bahwa minimal 2 pasien

per hari. Setiap tahun meningkat 20%. Selanjutnya, proyeksi pasien bedah

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 19. Proyeksi Jumlah pasien Bedah Tahun I – X


NO TAHUN PROYEKSI
Pertahun Per hari
1 I 730 2
2 II 876 2
3 III 1.051 3
4 IV 1.261 3
5 V 1.514 4
6 VI 1.816 5
7 VII 2.180 6
8 VIII 2.616 7
9 IX 3.139 9
10 X 3.767 10
Sumber: data proyeksi
6.5. PROYEKSI JUMLAH PEMERIKSAAN LAB

Seperti halnya pasien radiologi, pasien lab juga dapat berasal dari rawat jalan

maupun rawat inap. Karena itu, jumlah pasien lab diasumsikan berasal dari

50% pasien rawat jalan dan 100% pasien rawat inap. Berikut adalah gambar

proyeksi jumlah pasien lab.

Gambar 11. Proyeksi Jumlah pasien lab mulai tahun I – X.


17.729
18.000 15.796

J 16.000 13.609
u 11.934
m 14.000
l
12.000 9.945
a
h 10.000

p 8.000
a
6.000
s
i 4.000
e
n 2.000

-
1 2 3 4 5
Tahun

Sumber: data proyeksi

6.6. PROYEKSI JUMLAH PASIEN REHAB MEDIK

Proyeksi jumlah pasien Rehab Medik berbasis asumsi bahwa minimal 2 pasien

per hari. Setiap tahun meningkat 20%. Selanjutnya, proyeksi pasien Rehab

Medik dapat dilihat pada tabel berikut.


Tabel 20. Proyeksi Jumlah pasien Bedah Tahun I – X
NO TAHUN PROYEKSI
Pertahun Per hari
1 I 730 2
2 II 876 2
3 III 1.051 3
4 IV 1.261 3
5 V 1.514 4
6 VI 1.816 5
7 VII 2.180 6
8 VIII 2.616 7
9 IX 3.139 9
10 X 3.767 10
Sumber: data proyeksi

6.7. PROYEKSI JUMLAH PASIEN IGD

Proyeksi jumlah pasien Rehab Medik berbasis asumsi bahwa minimal 10

pasien per hari untuk tahun I. Setiap tahun meningkat 20%. Selanjutnya,

proyeksi pasien

IGD dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 21. Proyeksi Jumlah pasien IGD Tahun I – X


NO TAHUN PROYEKSI
Pertahun Per hari
1 I
3.650 10
2 II
4.380 12
3 III
5.256 14
4 IV
6.307 17
5 V
7.569 21
6 VI
9.082 25
7 VII
10.899 30
8 VIII
13.079 36
9 IX
15.694 43
10 X
18.833 52

BAB V
KAJIAN ASPEK TEKNIS & TEKHNOLOGI SERTA
KEBUTUHAN PERALATAN

Kajian kedua aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk melihat sampai berapa

besar kebutuhan dana pendirian Rumahsakit baru tersebut. Karena itu,

mengacu pada kajian pasar dan kebutuhan pelayanan kesehatan maka

direncanakan pendirian Rumahsakit kota pekalongan mengacu pada standar

Rumahsakit tipe C. Rumahsakit tipe C adalah Rumahsakit yang menyediakan

pelayanan rujukan tingkat pertama yang dilengkapi dengan 4 spesialis besar

yaitu; spesialis penyakit dalam, bedah, Obgyn, dan spesialis anak dan 4

spesialis lain yang sifatnya “on call”. Spesifikasi Rumahsakit yang rencananya

akan didirikan adalah sebagai


berikut:

INSTALASI RAWAT INAP

Fasilitas kamar di instalasi rawat inap terdiri dari VIP (20 TT), Kelas I (30
TT),

Kelas II (20 TT), dan kelas III (30 TT), ditambah dengan 10 TT untuk

ICU/ICCU. Pada instalasi ini tentunya membutuhkan berbagai fasilitas

mulai dari kamar, hingga peralatan medis dan non medis. Rincian

kebutuhan peralatan medis dan non medis selanjutnya dapat dilihat pada

lampiran.

Sedangkan untuk kebutuhan fisik akan dibahas kemudian.

INSTALASI RAWAT JALAN & IGD

Selain fasilitas ruang poli dan IGD, di instalasi ini juga membutuhkan

investasi alat medis dan non medis. Rincian kebutuhan peralatan medis

dan non medis selanjutnya dapat dilihat pada lampiran.

INSTALASI PENUNJANG MEDIS

Instalasi penunjang medis seperti lab, Radiologi, Rehab Medik dan lain-lain

lebih banyak membutuhkan investasi peralatan medis dan non medis dari

pada bangunan.
FASILITAS & SARANA PENDUKUNG RUMAHSAKIT

Fasilitas pendukung Rumahsakit seperti unit gizi, londry, dan unit lainnya

juga diperlukan dana untuk investasi. Tapi penekanannya lebih banyak

pada peralatan non medis dan bangunan.

LAIN-LAIN.

Yang dimaksud dengan lain-lain adalah sarana umum yang ada di

Rumahsakit, seperti masjid, wartel, dll.

Pembangunan berbagai fasilitas fisik serta kebutuhan peralatan sebaiknya

dilakukan secara bertahap sesuai kemmampuan dan melihat kondisi pasar.

Dari kelima item yang rencananya ada untuk pendirian Rumahsakit

Pekalongan, diperkirakan membutuhkan dana sebesar Rp. 37,065,900,000

(Tiga puluh tujuh milyard enam puluh lima juta sembilan ratus ribu rupiah),

yang selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 22. Rekapitulasi Biaya Inventarisasi Aset Rsud Pekalongan

No Kegiatan Nilai (Rp.)

1 Bangunan
22,389,960,000
2 Alat Medis dan Non Medis
12,966,730,000
3 Lain-lain
1,709,210,000
Jumlah
37,065,900,000

Penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran I mengenai daftar


inventarisasi

Aset.

1. Aspek Teknis & Teknologi

Secara umum apabila ditinjau dari berbagai aspek, ada beberapa hal yang

harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi:

a. Mendukung produk unggulan Rumahsakit yaitu Trauma Center (IGD),

dimana letak tanah tersebut cukup strategis, berada dipinggir jalan dan

mudah diakses dari segala arah,

b. Luas tanah minimal 1 hektar,

c. Apabila lokasi yang tersedia berada di tempat yang “tidak strategis”, dalam

jangka panjang perlu disiapkan infrastruktur, misalnya; jalan menuju lokasi

diperlebar, dibuat aturan agar angkutan umum melewati lokasi yang dipilih,

dll.

Pertimbangan diatas apabila dihubungkan dengan rencana yang pernah di

buat pada tahun 2002 untuk pengembangan Puskesmas Bendan menjadi

Rumahsakit, maka hal tersebut kurang mendukung produk unggulan yang


diusulkan. Secara umum, beberapa alasan yang tidak mendukung

Puskesmas Bendan menjadi Rumahsakit adalah sbb:

a. Luas tanah hanya ± 3.500m2. Dengan tanah seluas itu, apabila dibangun

Rumahsakit maka luas bangunan menjadi sempit karena harus

menyediakan lahan parkir. Kalaupun mau dikembangkan harus

memperluas lahan, sedangkan kondisi saat ini sangat tidak mungkin karena

disamping sudah dikelilingi jalan, juga dibelakang Puskesmas tersebut ada

bangunan Sekolah

Menengah.Pertama (SMP),

b. Bangunan yang ada sekarang maupun yang direncanakan lebih tepat

sebagai Puskesmas dengan rawat inap karena konsep denahnya tidak

mendukung produk unggulan yang diusulkan. Misalnya UGD terletak di

belakang, tidak ada kamar VIP, dan lahan parkir yang sempit,

c. Akses dari jalan besar kurang lancar, karena lokasi yang agak jauh dari

jalan PANTURA. Kalaupun Puskesmas Bendan akan didirikan menjadi

Rumahsakit dengan unggulan IGD(Trauma Center) dan VIP, maka pasien

Gawat Darurat akan lebih mudah aksesnya ke beberapa Rumahsakit

swasta lain yang letaknya lebih dekat dengan PANTURA,

d. Rumahsakit yang baik harus dirancang secara sistematis sejak awal dan

sebaiknya tidak tambal sulam. Oleh karena itu, seandainya lokasi

Puskesmas
Bendan di pilih maka seluruh bangunan yang ada harus di robohkan terlebih

dahulu. Konsekuensinya, biayanya lebih mahal dan akan terjadi inefesiensi

aset PEMDA.

Persyaratan teknis selanjutnya dijelaskan di bawah ini.

1.1. Persyaratan Lokasi

1.1.1 Umum

Pada dasarnya lokasi ideal yang diharapkan dapat dibangun Rumah Sakit

Umum Kota Pekalongan hendaknya mengacu pada Strategi Kebijakan

Pemerintah baik dari Rencana Tata Ruang Kota Pekalongan untuk Renstra

maupun Zona Pemerintahan Wilayah Pembangunan Kota yang bisa

memberikan dukungan baik dari segi perdagangan (pemasaran), ekonomi,

pendidikan, lingkungan hidup, pariwisata, dll sehingga diupayakan bisa

mendapatkan keuntungan secara komprehensif dari segala kebijakan

Pemerintah Pekalongan secara optimal.

Perlu diingat bahwa lokasi yang ada memberikan suatu kemungkinan

pengembangan di masa mendatang dari segi perkembangan lokasi proyek

yang memiliki potensi lokasi yang dapat dikembangkan di masa mendatang di

mana dapat kita ketahui dari potensi lahan disekitar lokasi yang memiliki

mayoritas masih merupakan tanah kosong disisi lokasi maupun disisi seberang

jalan raya di depan lokasi.

Disamping itu tidak kalah penting adalah adanya faktor pendukung dari

Puskesmas-Puskesmas yang telah ada sebelumnya dengan harapan dapat


mendukung Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan yang akan berdiri seoptimal

mungkin.

1.1.2. Khusus

Lokasi yang disyaratkan untuk pembangunan Rumah Sakit Umum Kota

Pekalongan diharapkan memiliki luas lahan minimal 10.000 m 2 / 1 Ha dengan

ukuran panjang x lebar ideal dan terletak di sepanjang jalan raya Pantura

dengan kontur tanah yang relatif rata sehingga mengakomodasi segala

kepentingan dengan harapan memberikan kenyamanan dan keamanan pasien

Rumah Sakit

Umum Kota Pekalongan.

1.2. Persyaratan Pendukung Lokasi

Untuk mendukung tercapainya lokasi yang ideal perlu ada tinjauan untuk

mempertajam persyaratan lokasi

1.2.1. Faktor Primer

SDM di bidang Kesehatan

SDM yang memadai sangat dibutuhkan untuk penyelenggaraan sebuah

Rumah Sakit yang baik. Meskipun pada dasarnya Rumah Sakit Umum

merupakan usaha yang banyak memberikan pelayanan berupa produk

jasa. Namun kebutuhan dokter spesialis, tenaga medis & manajemen

kesehatan tidak bisa dianggap sepele begitu saja baik kuantitas maupun
kualitas akan sangat berpengaruh terhadap terselenggaranya sebuah

Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan yang unggul dalam segala hal

terutama pelayanan, peralatan yang memadai.

Sarana Transportasi

Sarana transportasi untuk akses ke arah lokasi harus memadai baik

angkutan kota, bus maupun kereta api dimana dapat dicapai dengan

mudah sehingga membantu terhadap pasien dari segala penjuru baik dari

Kota Pekalongan maupun dari luar Pekalongan seperti Batang, Pemalang,

Tegal bahkan Semarang.

Adapun untuk lokasi juga tidak kalah penting dari segi parkir sehingga tidak

menyebabkan kemacetan yang akan mengganggu kenyamanan penghuni

Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan. Maka diperlukan sistem sirkulasi

baik dari luar ke dalam maupun sebaliknya secara efisien dan efektif.

Sarana Pendukung Lain

Beberapa sarana lain yang dibutuhkan berkaitan dengan proyek untuk

mendukung kelancaran operasional proyek baik pada saat persiapan

maupun saat proyek sudah berjalan adalah :

Sarana Listrik

Sarana listrik harus tersedia untuk menunjang berjalannya proyek baik

dari persiapan maupun opersionalnya bangunan ditambah dengan

kapasitas listrik dan jarak yang dekat dengan gardu induk akan sangat
membantu terselenggaranya proses pembangunan Rumah Sakit Umum

Kota Pekalongan, juga tidak lupa adanya kebutuhan darurat listrik

dengan penyediaan listrik cadangan secara prima dan bisa

dipertanggungjawabkan baik untuk bangunan itu sendiri maupun alat-

alat medis perangkat pendukung lainnya.

Sarana Air

Sarana air merupakan unsur utama dalam pelaksanaan proyek dimana

sarana air harus tersedia baik dalam kapasitas sebagai persediaan

sementara maupun setelah bangunan Rumah Sakit Umum

berlangsung. Ada beberapa sumber air yang bisa didapatkan yaitu

sumur biasa dengan buis beton , sumur bor maupun sumur dari PDAM.

Ada baiknya sumber air menggunakan ketiganya sehingga bisa

dijadikan cadangan sewaktu-waktu sumber air tersebut berkurang

sehingga kelangsungan operasional Rumah

Sakit Umum bisa berlangsung tanpa mengurangi kenyamanan penghuni

RSU tersebut.(untuk efisiensi penyimpanan dibutuhkan sarana water

torn secara terpadu).

Perlu diingat bahwa jarak antara sumber air bersih dengan sanitasi

khususnya air kotor bisa diatur dengan peraturan yang berlaku sehingga

mengurangi pencemaran dari sumber air kotor yang nantinya dikaji

bersama-sama dengan pengolahan limbah dengan analisa dampak

lingkungan ( AMDAL ) secara terpadu.


Sarana Telekomunikasi

Guna menunjang kegiatan pelayanan Rumah Sakit Umum,

telekomunikasi juga merupakan sarana pendukung yang penting

dimana dapat berfungsi sebagai :

- Komunikasi dari dalam atau ke luar bangunan (Telkom)

- Antar ruang dalam bangunan (PABX)

- Komunikasi dari bangunan ke unit-unit mobile yang bergerak

(HT/Selular)
Untuk itu daerah tersebut harus tersedia jalur telekomunikasi yang

cukup memadai baik jalur Telkom maupun jalur telpon selular ataupun

satelit.

1.2.2. Faktor Sekunder

1. Strategi Kebijakan Pemerintah ( RENSTRA, RTURK )

2. Pengembangan di masa datang.

Berbagai hal di masa mendatang bisa terjadi baik hal positif maupun

negatif, namun demikian kemungkinan-kemungkinan tersebut bisa kita

prediksikan secara ilmiah dengan pertimbangan-pertimbangan yang

didasarkan pada analisa-analisa terpadu dari beberapa aspek-aspek

pendukung antara lain:

a. Potensi lahan untuk lokasi masih memungkinkan untuk

dikembangkan secara maksimal.


b. Potensi disekeliling lokasi yang memungkinkan mendukung

berkembangnya Rumah Sakit Umum ini.

c. Akses dari segala penjuru yang mudah dicapai.

d. Kontur tanah yang relatif stabil dan rata untuk menjaga kekuatan

struktur bangunan secara berkala.

3. Persyaratan teknis dan non teknis rancang bangun

a. Faktor Teknis

Salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam persyaratan teknis

adalah pelayanan, untuk itu jenis aktifitas, sirkulasi dan

pengelompokan

zona kegiatan memberikan andil yang cukup besar dalam

terselenggaranya sebuah bangunan yang memiliki pelayanan


optimal.
Persyaratan teknis dan normatif pada Rancang Bangun Rumahsakit

sangat spesifik dan bervariasi sehingga kesalahan Rancang Bangun

dapat berakibat rendahnya nilai fungsi bangunan atau bahkan tidak

berfungsinya suatu fasilitas pelayanan. Persyaratan yang ada dan

berlaku bisa berupa ketentuan dari Pemerintah maupun standar

yang diterbitkan oleh para ahli yang bisa dipertanggungjawabkan

secara

ilmiah.

Adapun hal penting yang terkandung dan membentuk fisik

Rumahsakit mencakup landasan pemikiran mengenai :


Fokus pemikiran terhadap prosedur medis dan prosedur non

medis termasuk manajemen Rumah Sakit yang kemudian akan

membentuk kemampuan dan kelengkapan fasilitas Rumahsakit,

pengaturan fungsi ruang dan program ulang baik berlangsungnya

kegiatan maupun pasca huni.

Faktor pemikiran terhadap prosedur sanitasi dan utilitas dan

limbah yang akan membentuk lay out (tata letak) Rancang

Bangun yang mencerminkan suatau kualitas dan hirearki ruang

dengan prosedur sebagai berikut :

- Persyaratan teknis terdiri dari konstruksi ruang, instalasi medis

dan pendukung lainnya.

- Pencegahan adanya pencemaran lingkungan


terdiri dari

penyebaran infeksi dan limbah.

- Pemeliharaan baik bangunan maupun alat-alat medis


Untuk lebih jelasnya akan kita tinjau ulang faktor-faktor tersebut

dengan faktor-faktor lain yang mendukung terselenggaranya

Rumah

Sakit Umum yang optimal, yaitu :

Keamanan dan kenyamanan

Hal ini sangat berkaitan dengan jasa maupun produk yang akan

diberikan kepada konsumen berupa pelayanan kesehatan, maka

faktor keamanan dan kenyamanan menjadi faktor pertimbangan


yang penting, dimana faktor pengenaan tarif serta bentuk lay out

bangunan akan sangat berpengaruh terhadap pelayanan Rumah

Sakit yang optimal.

b. Struktur Bangunan

Struktur bangunan hendaknya dapat menjamin terselenggaranya

kegiatan Rumah Sakit secara maksimal dengan syarat sebagai

berikut :

Dapat secara baik berfungsi minimal 20 th sesuai standar

yang berlaku.

Dapat secara kuat menahan semua beban dan gaya yang bekerja

pada bangunan sesuai dengan fungsinya.

Dapat secara baik melindungi dari berbagai kekuatan perusak

bangunan.

Dapat menahan struktur terhadap kebakaran minimal satu jam dari

terjadinya kebakaran.

c. Bahan Bangunan

Untuk menjamin keawetan bangunan dan efisiensi pemakaian bahan

bangunan perlu diperhatikan syarat sebagai berikut :

Memenuhi standar dan norma yang berlaku mengenai bahan

bangunan.

Penggunaan bahan bangunan harus sesuai dengan fungsinya.

Memiliki ketahanan minimal 5 tahun untuk susunan bahan

bangunan non struktur dan minimal 20 tahun untuk susunan


bahan bangunan struktur bila digunakan sesuai aturan yang

berlaku.

Terlindungi dari berbagai kekuatan perusak bahan bangunan.

Dapat menahan semua beban dan gaya yang bekerja pada

struktur bangunan.

d. Tenaga Listrik

Berdasarkan pada jenis tindakan pengamanan terhadap bahaya

karena gangguan tenaga listrik bisa dibagi dalam ruang fasilitas

pelayanan kelompok 1., 1.E dan 2E yaitu :

Dalam kelompok 1 terputusnya aliran listrik karena gangguan tidak

berbahaya dan pelayanan yang diberikan dapat dihentikan atau

diulang.

Dalam kelompok 1.E dimana penghentian pelayanan masih bisa

terganggu dengan batas toleransi tertentu, jika ada gangguan

atas tenaga listrik maka diperlukan catu daya pengganti khusus

yang dapat mengganti tugas jaringan listrik umum dalam

beberapa saat secara otomatis.

Untuk kelompok 2.E pelayanan yang diberikan tidak boleh terhenti,

maka diperlukan catu daya pengganti khusus yang bersifat back

up penuh tanpa jeda jika terjadi gangguan listrik.

e. Jaringan Listrik
Jaringan listrik adalah sistem listrik yang terdiri dari hantaran dan

peralatan listrik yang terhubung satu sama lain untuk menyalurkan

tenaga listrik. Komponen-komponen pokok dari jaringan listrik dalam

bangunan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu :

i. Saluran listrik ii. Peralatan listrik

iii. Peralatan pemakaian aliran

listrik

f. Penerangan Darurat (Emergency Lighting)

Penerangan darurat merupakan jenis penerangan yang diperlukan

pada saat aliran listrik pada bangunan atau komplek bangunan

padam. Dalam kondisi tersebut diperlukan catu daya yang memenuhi

syarat paling tidak diperlukan untuk penerangan pada ruang-ruang

yang memerlukannya.

g. Air Bersih

Sistem pengaliran air bersih harus dapat memenuhi persyaratan

plumbing dalam bangunan sehingga tidak terjadi pengaliran kembali

air bekas ke jaringan air bersih serta mencegah kemungkinan

terjadinya water hammer. Selain itu jika sistem menggunakan air

tanah maka sistem ini harus terpisah dari sistem pemadam

kebakaran

menggunakan air tanah maka sistem ini harus terpisah dari sistem

air untuk pelayanan.


Apabila tekanan air kota dapat menjangkau fixture unit didalam

bangunan maka diperlukan tandon air bawah tanah dengan

kapasitas 2/3 kebutuhan cadangan air total kemudian langsung

dipompa ke sistem air bersih dalam bangunan. Selanjutnya agar

kerja pompa tidak terlalu berat perlu juga direncanakan adanya

Tandon air atap dengan kapasitas 1/3 dari kebutuhan cadangan air

total, jika tandon atap juga di gunakan untuk masalah kebakaran

maka kapasitasnnya juga harus di tambah.

Fasilitas air bersih terdiri dari pemasangan pipa baru dan

pendistribusiannya serta penyempurnaan sistem pipa bila

memungkinkan di lengkapi dengan pressure tank. Sesuai dengan

ketentuan Pemerintah maka penyediaan air minum untuk memenuhi

seluruh kegiatan minimal di rumah sakit adalah 600 liter/ tempat tidur

/hari.

Disamping itu yang perlu diadakan adalah :

1. Water Treatment dengan menggunakan metode Filtuasi Pasir

Lembut, Penurunan kadar besi dan Chlorinasi.

Diharapkan air Konsumsi Setelah melalui pengolahan sesuai

dengan kriteria dalam PERMENKES No. 416 tahun 1990.

2. Hot Water System dengan Kebutuhan air panas untuk bangunan

Rumah Sakit adalah sekitar 130 Liter per hari per pasien.

h. Sistem Sanitasi.
Sistem Sanitasi Rumahsakit Umum wajib dilaksanakan oleh

pengelola RSU hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI No.

51 / 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang

kemudian ditindaklanjuti dengan SK Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor.KEP-10/MENLH/3/1994 tentang Jenis Usaha atau

Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan untuk jenis-jenis Rumahsakit dengan kelas A atau yang

setara dengan pelayanan spesialisasi lengkap dan menyeluruh.(

Rumah Sakit Umum type dibawahnya menyesuaikan.)

Tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan Rumahsakit yang wajib

dilakukan oleh pengelola Rumahsakit menurut Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup RI No.KEP-58/MENLH/ 12/1995 adalah :

1. Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke

lingkungan sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke

lingkungan tidak melampaui baku mutu limbah cair yang telah

ditetapkan.

2. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air

sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah

dengan saluran limpahan air hujan.

3. Memasang alat ukur debit laju air limbah cair dan melakukan

pencatatan debit harian limbah cair tersebut.


Berdasarkan peraturan tersebut diatas, maka Rumahsakit akan

membuat suatu instalasi Pengolahan Air Limbah dari Kamar Bedah,

Laboratorium, Radiologi dan WC. Air Kotoran dan air hujan yang

berasal dari ruang perawatan, bagian cuci dan dari halaman dialirkan

melalui saluran terbuka/ tertutup langsung ke parit atau sungai

terdekat atau Riol Kota.

Intinya adalah pengolahan limbah cair seefektif dan seefisien

mungkin untuk menurunkan zat pencemaran organik dan angka

kuman sehingga sifat air limbah cair memerlukan syarat baku mutu

limbah.

i. Sarana Drainase.

Perencanaan Kota Drainase Rumah Sakit dilaksanakan secara


terpadu

j. Sarana Gas

Sarana gas di dalam Rumahsakit hendaknya memikirkan mengenai

pasokan sarana gas medis yang cukup dimana pasokan gas medis

ini dilayani oleh agen per tabung gas sedangkan pada masa

mendatang gas akan didistribusikan melalui stasiun gas di berbagai

lokasi yang telah ditentukan menurut kebutuhan masing-masing

secara medis.

k. Masalah Kebakaran

Penanggulangan bahaya kebakaran sangat berkaitan dengan :


- Kelengkapan lingkungan yang disyaratkan agar dilengkapi

dengan sumur kebakaran, komunikasi dan hydrant kebakaran

dimana jarak hydrant atau sumur kebakaran ± 500 meter dengan

aliran air berkapasitas 100 liter per menit, sedangkan sumber air

bisa diperoleh dari berbagai sumber asal berada dalam

jangkauan dan tidak beracun.

- Jalan lingkungan yang menuju lokasi Rumah Sakit mudah dicapai

dimana harus cukup dilewati mobil pemadam kebakaran dan

petugas pemadam kebakaran, serta harus kuat menahan beban

mobil pemadam kebakaran, serta bangunan khususnya yang

bertingkat harus dapat dijangkau oleh mobil pemadam kebakaran

dengan jarak maksimal 12 meter.

- Khusus tempat-tempat penting seperti kamar operasi dan kamar

inap disediakan tabung pemadam kebakaran yang diletakkan

stasioner pada tempat yang sekiranya mengundang resiko

kebakaran seperti : dapur, ruang diesel, laboratorium.

- Sebagai tindakan penanggulangan bahaya kebakaran


perlu

dilakukan penanganan secara teknis yaitu :

1). Penanganan secara manual

2). Penanganan secara semi otomatis

3). Penanganan secara otomatis

l. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi berkaitan erat juga dengan pemberian pelayanan

yang akan diberikan di bidang kesehatan terdapat masalah

kedaruratan yang harus ditangani dengan segera. Untuk ini

diperlukan pendukung untuk dapat mempertahankan pemberian

pelayanan dan menangani kedaruratan dimana jalur komunikasi

menjadi penting sehingga sistem komunikasi yang handal harus

tersedia, hal ini juga dapat mendukung peningkatan mutu pelayanan

sebagai sarana untuk mencari informasi terbaru mengenai

pelayanan kesehatan dari berbagi media. Prinsip utama jaringan

internal Rumah Sakit adalah kelancaran hubungan dan komunikasi

antar masing-masing bagian dan dalam setiap bagian dapat

dilakukan dengan sistem intercom tersentralisir, sedangkan pada

tiap bagian juga disediakan nurse call. Kebutuhan intercom dapat

disesuaikan untuk satu tempat tidur terdapat satu nurse call, untuk

perbandingan dalam Rumah Sakit Umum, satu stasiun perawat

melayani 20 – 40 tempat tidur. Untuk jaringan internal Rumah Sakit

ratarata memerlukan 3 satuan sambungan telepon, yaitu:

- Sambungan telepon darurat

- Sambungan telepon kantor administrasi

- Sambungan telepon sentral yang mampu menampung 20 nomor

extension namun jumlah ini bisa disesuaikan. Disamping itu perlu

juga tersedia adanya komunikasi SSB atau VHF atau UHF untuk
komunikasi darurat yang sering disebut radio medik. Untuk

mempercepat arus komunikasi juga bisa disediakan satu atau dua

fasilitas faximile.

m. Pengaturan Udara (Pengkondisian Ruang )

Pengkondisian Ruang di Rumah Sakit ditujukan untuk kenyamanan,

mengurangi laju pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur dan

bakteri. Oleh sebab itu ruang ICU, ruang operasi dan ruang poliklinik

harus dikondisikan berdasarkan persyaratan yang telah ditentukan.

Porsi energi listrik untuk pengaturan udara berkisar antara 10 – 20

%. Oleh karena itu persyaratan pengaturan udara untuk Rumah Sakit

cukup bervariasi maka dibutuhkan perencanaan yang tepat dan teliti

dalam pemilihan peralatan. Untuk pengaturan udara digunakan

ventilasi alam, kipas angin, air conditioning (AC). Untuk menentukan

kapasitas

AC yang dipasang dibutuhkan data-data awal sebagai berikut :

- Fungsi ruangan
- Suhu dan kelembaban yang diinginkan

- Suhu dan kelembaban udara luar

- Konstitusi bangunan

- Peralatan listrik yang ada di ruangan

- Udara ventilasi yang dibutuhkan

- Posisi bangunan terhadap matahari

n. Penangkal Petir
Penangkal petir sangat penting untuk mengantisipasi bangunan

terhadap gangguan yang mungkin timbul akibat petir. Pada

prinsipnya, instalasi penangkal petir merupakan suatu sistem

instalasi dengan komponen-komponen dan peralatan-peralatan

yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkal petir dan

menyalurkannya ke dalam tanah sehingga semua bagian dari

bangunan beserta isinya atau bendabenda disekelilingnya

terlindung/terhindar dari bahaya sambaran petir. Sistem jaringan ini

biasanya dilewatkan melalui yang tertinggi dari bangunan yang

kemudian disalurkan ke bawah melalui sudut-sudut bangunan

sampai ke permukaan air tanah

Ada tiga bagian-bagian penting dari instalasi penangkal petir :

- Penghantar diatas tanah, adalah penghantar yang dipasang

diatas atap sebagai penangkal petir, berupa elektroda logam yang

dipasang tegak dan elektroda logam yang dipasang mendatar.

- Pengahantar pada dinding atau didalam bangunan, sebagai

penyalur arus petir ke tanah yang terbuat dari tembaga, baja

galvanish atau aluminium.

- Elektroda-elektroda tanah berupa : pita (strip), batang (pipa, besi)

dan pelat.

Faktor-faktor sebagai pertimbangan sistem penangkal petir :

- Keamanan secara teknis


- Penampang hantaran

- Ketanahan mekanis

- Ketahanan terhadap korosi

- Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi

- Faktor ekonomis

o. Sistem Transportasi dalam bangunan

Sistem transportasi dalam bangunan perlu direncanakan dengan

seksama mengingat penggunaannya merupakan seseorang yang

memerlukan bantuan dan mencapai ruang tertentu seperti pasien,

pengunjung, dokter, perawat dan barang, untuk itu dalam

menentukan sistem transportasi perlu diperhatikan sebagai berikut :

- Tangga umum

- Tangga darurat

- Selasar

- Ramps

- Eskalator (tangga berjalan otomatis), untuk bertingkat dua atau


lebih.

- Elevator (lift), untuk bertingkat dua atau lebih.

- Elevator barang, untuk bertingkat dua atau lebih.

p. Pertamanan dan Perparkiran


Perencanaan untuk pertamanan dibuat dengan tujuan untuk

mempertahankan kenyamanan suasana agar udara tetap segar dan

bangunan terlindung dari sinar matahari. Perencanaan kawasan

perparkiran mempertimbangkan jumlah kunjungan rawat inap dan


rawat jalan yang terjadi setiap harinya, banyaknya karyawan Rumah

Sakit dan banyaknya penghantar pasien.

1.2.3. Faktor Non Teknis

a. Analisa Situasi Umum.

Gambaran umum Kota Pekalongan secara geografis terletak di dataran rendah

di pantai utara Pulau Jawa dengan ketinggian kurang lebih 1 meter di atas

permukaan laut dengan posisi geografis berada pada 60o 50’42” sampai 60o

55’

44’’ Lintang Selatan dan 109o 37 ‘55” sampai dengan 109o Bujur Timur.

Batas-batas wilayah kota pekalongan adalah :


− Sebelah Utara = Laut Jawa

− Sebelah Timur = Kabupaten Batang.

− Sebelah Barat = Kabupaten Pekalongan

− Sebelah Selatan = Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten


Batang.

Secara Administrasi Kota Pekalongan terbagi dalam 4 Kecamatan dan terdiri


dari

46 Kelurahan. Jarak terjauh dari utara ke selatan ±9 KM dan dari Barat Ke

Timur ± 7 KM. Luas Wilayah Kota Pekalongan 45,25 KM2 atau sekitar 4525

Hektar terbagi dalam tanah sawah 33.79 %, tanah Kering 66,21 % dari Ibu

Kota Propinsi Jawa

Tengah (Semarang) berjarak sekitar 384 KM.


b. Analisa Situasi Kesehatan Kota Pekalongan.
Leading sektor pembangunan Kesehatan di kota pekalongan .Struktur
Organisasi

Dainas Kesehatan Kota terdiri dari Kepala Dinas, Bagian Tata Usaha dan 5

(Lima) Sub Dinas yaitu :

- Sub Din Pembinaan Pelayanan Kesehatan

- Sub Din Kesehatan Keluarga

- Sub Din Penyehatan Keluarga

- Sub Din Penyehatan Lingkungan

- Sub Din Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.

- Sub Din Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat.

Sektor Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang terdiri dari 10 (sepuluh) Puskesmas,

UPTD Kefarmasian dan UPTK BP Paru-paru.Adapun Sumber Daya tenaga di

jajaran Pelayanan Kesehatan seperti Pada tabel Berikut :

Tabel 23. Distribusi Tenaga Kesehatan di Kota Pekalongan.


No Instansi Jumlah %

1 Pemerintah 316 28,91


2 BUMN 56 5,12
3 ABRI 14 1,28
4 Swasta 707 64,69
Jumlah 1093 100
Sumber : Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2000

Arah Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kota Pekalongan meliputi.


1. Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia dan Lingkungan yang saling

mendukung dengan pendekatan paradigma sehat yang memberikan

prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, Pencegahan,

Penyembuhan, Pemulihan dan Rehabilitasi sejak pembuahan dalam

kandungan sampai dengan lanjut usia.

2. Meningkatkan dan memelihara mutu, efisiensi, akuntanbilitas lembaga

dan pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia

secara berkelanjutan dan sarana dan prasarana dalam bidang medis,

juga mutu dan akreditas termasuk ketersediaan obat yang dapat

dijangkau oleh masyarakat. Dari pandangan situasi yang telah kita

pelajari diatas maka untuk memenuhi peningkatan kinerja mutu sumber

daya dan pelayanan sarana dan prasarana Rumah Sakit Umum Kota

Pekalongan perlu segera dibangun Rumah Sakit yang merupakan

unggulan di Kota Pekalongan untuk segera memujudkan suatu Rumah

Sakit Umum yang representatif dengan pelayanan yang unggul dan

memuaskan dengan didukung oleh peralatan medis yang lengkap dan

dapat bersaing secara ,kompetitif dengan sektor-sektor terkait lainnya,

sehingga arah kebijakan

Pembangunan Kesehatan Kota Pekalongan dapat terwujud.

1.3. Persyaratan Tata Letak Bangunan

a. Persyaratan Lay Out


Persyaratan Tata Letak bangunan hendaknya diperhitungkan secara

seksama dengan pertimbangan-pertimbangan yang berguna untuk

menghasilkan suatu tingkat kenyamanan hunian Rumah Sakit secara

optimal. Dalam proses operasionalnya dimana dalam

pengorganisasiannya terdapat beberapa pola seperti :

- Pola tata letak fungsional

- Pola tata letak produk

- Pola tata kelompok

- Pola tata letak posisi

Yang kesemuanya dapat diterapkan tetapi perlu diingat bahwa tujuan

dari penentuan desain adalah optimalisasi pengaturan operasional

sehingga nilai yang diciptakan menjadi maksimal.

Khusus untuk Rumah Sakit pengelompok dan desain tata ruang sering

dikelompokkan menjadi Blok Bangunan yang mendasarkan fungsi

yang

meliputi :

- Kelompok Medis : - Ruang Rawat Jalan

- Ruang Gawat Darurat

- Ruang Rawat Inap

- Ruang Operasi

- Ruang untuk melahirkan

- Kelompok Penunjang Medis : - Ruang Radiologi


- Ruang Farmasi

- Ruang laboratorium

- Kelompok Penunjang Non Medis : - Ruang


Bengkel

- Ruang Dapur

- Ruang Cuci

- Ruang Pusat Steril

- Ruang Mayat. dll

- Kelompok Pelayanan Administrasi


Ada beberapa persyaratan yang yang dapat digunakan dalam penilaian

lay out :

1. Konsisten dengan teknologi

2. Adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses yang

satu ke proses yang lain.

3. Penggunaan ruang yang optimal

4. Terdapat kemudahan dalam penyesuaian dan ekspansi

5. Minimalisasi biaya dan memberikan jaminan keselamatan kerja

Dari berbagai aspek tersebut faktor yang penting adalah

kenyamanan konsumen lebih lanjut secara aturan baku yang

berlaku, berbagai standard sangat berkaitan dengan masalah

dimensi fisik Rumah Sakit ada beberapa besaran fisik yang harus

dicukupi, berkaitan dengan rasio antara luas lantai dan luas lahan

yang tertuang dalam Keputusan Direktorat Jenderal Pelayanan

Medik No. HK 00.06.355797.


Pada prinsipnya Perencanaan Rumah Sakit diperhitungkan agar dapat

mencukupi kebutuhan dan kapasitas pelayanannya untuk kurun waktu

beberapa periode kedepan sehingga titik balik pelayanan baru akan tiba pada

tahun impas proyeksi maka dalam perencanaan fisik Rumah Sakit perlu

diperhatikan :

- Prosedur Medik, Non Medik, Sanitasi, Utility dan persyaratan normatif

rancang bangun Rumah Sakit.

- Prakiraan Matematis beban kerja untuk kurun waktu mendatang.

- Analisis Tapak seperti Sirkulasi, Kepadatan lahan dan barang serta

lingkungan.

Persyaratan yang menentukan penekanan karakter fisik setiap instalasi

pelayanan di Rumah Sakit adalah sebagai berikut :

Tabel 24.Penekanan Rancang Bangun


PENEKANAN PENTING YANG MEMPENGARUHI RANCANG BANGUN
PADA BEBERAPA UNIT ATAU INSTALASI PELAYANAN
DI RUMAH SAKIT
Instansi atau
No Unit Pelayanan Karakteristik Penekanan

Unit Gawat
1 Kecepatan Penanganan
Darurat
Pemisahan Sirkulasi Medis dan Umum
2 Rawat Jalan Prosedur Administrasi Pasien
Dimensi Ruang Poli Khusus
Pengelolaan ruang Tunggu
3 Rawat Inap Efektivitas Penanganan Pasien
Pengendalian Infeksi Nosokomial
4 Radiologi Proteksi terhadap Radiasi
Prosedur Kamar Gelap
Perlistrikan
5 Kamar Operasi Pendaerahan Steril, Semi Streril dan Tidak Streril
Prosedur Pre dan Post Operasi
Perlistrikan
6 Laboratorium Prosedur Pemeriksaan
Pencegahan Infeksi Nosokomial
Pengelolaan Limbah
7 Farmasi Prosedur Penanganan Sediaan Farmasi
Pengeloaan Limbah Farmasi
8 Gizi Prosedur Distribusi Bahan dan alat

BAB VI

KAJIAN ASPEK SUMBERDAYA MANUSIA

& ASPEK LAINNYA

1. Perencanaan SDM

Kebutuhan sumberdaya manusia (SDM) yang sesuai dan bermutu di

organisasi manapun termasuk Rumahsakit sangat diperlukan terutama yang

menduduki posisi kunci. SDM yang dimaksud adalah direksi serta stafnya.

Kesuksesan suatu perencanaan dan pengoperasionalisasian suatu organisasi

Rumahsakit sangat bergantung pada SDM yang solid. Membangun sebuah tim

yang efektif merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu pengetahuan.

Karena itu, dalam membangun sebuah tim yang efektif, pertimbangan harus
diadakan bukan hanya pada keahlian teknis para manajer atau staf semata,

tetapi juga pada peranan penting mereka dan keselarasan mereka dalam

bekerja.

Sebagai seorang manajer, direktur Rumahsakit merupakan salah satu anggota

terpenting dari suatu organisasi. Orang ini memegang peranan penting dalam

perecanaan dan pelaksanaan operasional organisasi. Ada 2 hal penting dalam

memilih direktur suatu organisasi termasuk Rumahsakit, yaitu; pemilihan waktu

dan kriteria seleksi.

Pemilihan waktu. Pemilhan waktu yang tepat untuk memilih seorang direktur

tidak ada patokannya yang dianggap paling benar karena memang sangat

beragam sifatnya. Akan tetapi, syarat yang harus diingat, “direktur sebagai

seorang Manajer dan anggota tim harus secepatnya terlibat dalam

perencanaan operasional sehingga mereka akan lebih terikat untuk segera

merealisasikan berbagai rencana tersebut.”

Kriteria seleksi. Tujuan utama pemilihan seorang direktur adalah untuk

menugaskan seseorang yang berpengalaman, mampu, dan kompeten untuk

menghasilkan produk akhir secara tepat waktu, sesuai dengan biaya yang

tersedia dan juga sesuai dengan syarat yang diberikan. Untuk itu, seorang

pemimpin perlu memiliki karakteristik yang dapat digolongkan dalam lima

kategori, yaitu : Latar` Belakang dan Pengalaman; Kepemimpinan dan


Keahlian Strategis; Keahlian Teknis; Kemampuan Kehumasan; dan

Kemampuan Manajerial. Hal

tersebut selanjutnya akan dijelaskan di bawah ini.

Mengingat Rumahsakit ini dibangun dengan dana yang tidak sedikit maka

perlu didukung oleh manajemen yang handal. Dengan spesifikasi sbb:

1. Mempunyai wawasan strategik dan visioner,

2. Lebih baik apabila mempunyai latarbelakang pendidikan yang memadai,

misalnya; ahli manajemen Rumahsakit,

3. Adaptif terhadap perubahan lingkungan persaingan bisnis maupun

lingkungan pemerintahan,

4. Tidak birokratis dan mengedepankan kepentingan pelanggan,

1. Latar Belakang dan Pengalaman. Latar belakang dan keahlian

seorang direktur yang prospektif haruslah konsisten dengan keberadaan

dan kebutuhannya. Tujuannya adalah untuk menugaskan seseorang

yang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan syarat yang

ditentukan. Direktur Rumahsakit seorang manajer harus memiliki latar

belakang kemampuan pendidikan, dan sebagai tambahan adalah

pengalaman di area pekerjaan yang ditugaskan. Sebaiknya yang dipilih

adalah kandidat yang menunjukkan pengalaman analisis konseptual,

operasional, dan praktek yang dapat diterima.


2. Kepemimpinan dan Keahlian Strategis. Direktur Rumahsakit sebagai

seorang manajer adalah seorang pemimpin yang turut mendesain,

mengkoordinasikan, mengatur, dan mengimplimentasikan rencana

yang telah ditetapkan. Pimpinan juga biasanya menetapkan berbagai

kebijakan yang berhubungan dengan operasional dan visi Rumahsakit

kedepan. Dalam hal kepemimpinan dan keahlian strategis berarti

direktur sebagai manajer harus memiliki visi mengenai pengembangan

Rumahsakit kedepan, dimana ia juga mendesain tahapan pencapaian

visi yang ada dalam dokumen rencana stratejik.

3. Kemampuan Teknis. Walaupun direktur tidak melakukan semua

pekerjaan di Rumahsakit seorang diri, namun kemampuannya untuk

mengarahkan, menilai, dan memberikan keputusan akan pilihan teknis

alternatif sangat diperlukan. Direktur sebagai seorang manajer haruslah

memiliki pengalaman bekerja, termasuk pekerjaan-pekerjaan yang lebih

spesifik, selain ia harus mengerti perihal pasar, perilaku konsumen,

serta teknologi yang digunakan.

4. Kemampuan Kehumasan. Direktur hendaknya mampu bertindak

dengan berbagai macam keahlian, misalnya bahwa ia harus dapat

bertindak sebagai pengayom, pemberi informasi bagi pekerja, sebagai

negosiator, mengatasi masalah konflik, dan mampu memecahkan


masalah serta mencari jalan keluarnya. Peran penting lainnya adalah

sebagai politikus, pramuniaga, fasilitator, pengawas, dan sebagai

pembimbing.

5. Kemampuan Manajerial. Kemampuan manajerial sangat diperlukan

dalam direktur Rumahsakit dalam menjalankan kegiatan operasional

sehari-hari maupun dalam kegiatan perencanaan kedepan. Agar dapat

melakukan hal tersebut, direktur harus memiliki pengetahuan perihal

organisasi: bagaimana mengorganisasikan, menentukan kebutuhan

para staf, kebutuhan operasional, menangani permasalahan

manajemen,

menghubungkan tujuan dengan visi/misi organisasi, serta

mengendalikan karyawan.

2. Proyeksi Kebutuhan SDM di Rumahsakit Kota Pekalongan


Dalam konteks rencana pendirian Rumahsakit di kota Pekalongan ini,
kebutuhan

SDM mengacu pada standar Rumahsakit tipe C. Hasil analisis secara umum,

total SDM yang dibutuhkan berjumlah 300 orang yang secara rinci dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 25. Proyeksi Kebutuhan SDM


Tenaga Jumlah BAGIAN/INSTALASI
Dokter Umum 5 Rawat darurat dan rawat
jalan
Dokter Gigi 3 Rawat jalan
Dokter Spesialis Bedah Umum 1 Poli Bedah
Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1 Poli Penyakit Dalam
Dokter Spesialis Kebidanan dan
1 Poli Obsgyn
Penyakit Kandungan
Dokter Spesialis Anak 1 Poli Anak
Dokter Spesialis Penyakit Syaraf 1 Poli Syaraf
Dokter Spesialis Radiologi 1 Radiologi
Dokter Spesialis Anesthesi 1 Kamar Operasi dan
ICU/ICCU
Dokter Spesialis Bedah 1 Kamar Operasi
Orthopedi
Dokter Spesialis Bedah Syaraf 1 Kamar operasi
Dokter Spesialis THT 1 Poli THT
Dokter Spesialis Mata 1 Poli Mata
Laboran 6 Laboratorium
Radiografer 2 Radiologi
Bidan 8 Rawat Inap/kamar bayi
Perawat Ruang Rawat Inap 80 Rawat Inap
Asisten Perawat Rawat Inap 40 Rawat Inap
Perawat di IGD 12 Instalasi Rawat Darurat
Perawat di Kamar Operasi 10 Kamar operasi
Perawat di Poliklinik 30 Rawat Jalan
Ahli Gizi 3 Instalasi Gizi
Ahli Sanitasi 3 Instalasi Pengolahan
Limbah
Laundry 12 Instalasi Launddry
Cleaning Service 15 Rumah Tangga
Apoteker 3 Instalasi Farmasi
Asisten Apoteker 8 Instalasi Farmasi

Tabel 26. Proyeksi Kebutuhan SDM (Lanjutan)


Tenaga Jumlah BAGIAN/INSTALASI
Pramusaji 4 Instalasi Gizi
Office Boy 3 Rumah Tangga
Satpam 6 Rumah Tangga
Sopir 4 Rumah Tangga
Keuangan 4 Keuangan
Kasir 8 Keuangan
Customer Service 4 Pemasaran
Pemasaran/Humas 2 Pemasaran
Rekam Medis 2 Rekam Medis
Pendaftaran 4 Umum
Personalia 3 Umum
Juru Masak 4 Instalasi Gizi
Direktur 1
Rumahsakit
300

Dengan proyeksi jumlah SDM sebanyak 300 orang, dan gaji rata-rata sebesar
Rp.

700.000, maka total gaji untuk tahun pertama di proyeksikan sebesar Rp.

2.520.000.000,-. Mulai tahun kedua dan selanjutnya, total gaji diproyeksikan

sebesar 20% dari tahun sebelumnya. Total gaji tersebut tidak termasuk jasa

pelayanan dan lain-lain yang bersifat tidak tetap. Proyeksi gaji setiap tahun

dapat dilihat pada`lampiran tabel IV-5 (lampiran keuangan).

Kebutuhan SDM seperti pada tabel diatas, dengan asumsi bahwa total SDM di

suatu instalasi/unit merangkap sebagai kepala instalasi/unit. Proyeksi tersebut

berbasis standar DEPKES yang kemudian disesuaikan dengan pengalaman di

beberapa Rumahsakit tipe C.

3. Aspek Manajemen & Sistem Informasi

Inti dari manajemen adalah perencanaan, pengorganisasi, pelaksanaan dan

pengendalian suatu aktivitas yang bertujuan untuk mengalokasikan

sumberdaya sehingga memiliki nilai tambah. Karena itu efektivitas dan

efesiensi dalam suatu organisasi akan sangat bergantung pada komitmen


diantara angggota organisasi tersebut untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Hal ini tentunya akan sangat terkait dengan kebutuhan SDM.

Organisasi dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pelayanan dan

peningkatan kinerja secara keseluruhan tidak terlepas dari anggota yang

berperan didalamnya, juga memerlukan rancang bangun keorganisasian yang

handal serta fleksibel dan sesuai dengan kondisi usaha serta pelayanan yang

diberikan. Hal ini ditutujan untuk mendapatkan kejelasan kewajiban, hak dan

tanggungjawab para anggota organisasi serta prospek mengenai kehidupan

anggota didalam organisasi sehingga bisa mendukung terbentuknya budaya

yang kondusif bagi perkembangan organisasi. Namun, juga diperlukan

dukungan dari sistem informasi dalam organisasi yang dapat memberikan

informasi dan data yang akurat dan dapat dipercaya demi peningkatan

organisasi dan pengendalian serta pengawasan operasional organisasi.

Dalam kaitannya dengan sistem informasi pada dasarnya dapat dibagi 2 yaitu;

sistem informasi berbasis manual dan sistem informasi berbasis komputer.

Untuk perkembangan dan kebutuhan kedepan, sistem informasi berbasis

komputer sangat dibutuhkan dalam jangka panjang. Bahkan, kebutuhan SDM

akan

diperkecil apabila sistem informasi ini dikembangkan secara baik. Di samping

itu, dengan sistem informasi berbasis komputer (seperti billing system). Tingkat

kebocoran akan dapat ditekan sampai pada titik terendah.


Dalam rancangan struktur organisasi sebenarnya cukup fleksibel tergantung

pada tingkat dan jenis usaha yang dijalani, dalam hal ini pelayanankesehatan

untuk Rumahsakit. Walaupun struktur organisasi harusnya ada dalam

dokumen Business Plan, namun berikut adalah gambaran struktur organisasi

untuk

Rumahsakit umum pemerintah yang lazim.

Gambar 12. Struktur Organisasi Rumahsakit Pemerintah


Kepala

Sekretaris

Kel. Jabatan
Funsional Subbag Perenc. Subbag Subbag
Program Umum Lainnya

Bidang
Pelayanan Bidang Bidang
Perawatan Keuangan

Adm. RM
Asuhan Anggaran
Keperawatan

Irna Irja
Evaluasi Pembukuan Verifikasi
Keperawatan
Yan-Jang

Sarana Perbendaharaan
Keperawatan
Dal-Mutu
BAB VII

KAJIAN KEUANGAN

Kajian keuangan pada dasarnya untuk melihat sejauhmana dana yang

diinvestasikan dapat bermanfaat semaksimalmungkin. Secara spesifik kajian

keuangan ini berisi analisis NPV(Net Present Value) Payback Period, dan

proyeksi

Rugi/laba investasi. Selanjutnya akan dibahas secara runtut di bawah ini.

1. Proyeksi Pendapatan dan Biaya

1.1 Proyeksi Pendapatan

Pendapatan terdiri dari dua variabel yaitu, volume dan tarif. Karena itu

asumsi dasar mengenai kedua variabel tersebut secara umum adalah:

1. Rata-rata tarif untuk tahun I sebesar mengacu pada tarif RSUD

Kabupaten Pekalongan saat ini,

2. Tarif diprediksi akan meningkat sebesar 17,5% pertahun. Dasar asumsi

ini dipakai untuk mengantisipasi perubahan harga akibat inflasi yang

berkisar antara 10-20% tiap tahun.

Kedua asumsi awal ini akan digunakan untuk menganalisis pendapatan

rawat jalan, rawat inap, maupun penunjang medis.


1.1.1 Pendapatan Rawat Inap

Rawat inap terdiri dari 4 kelas yaitu VIP, kelas I, kelas II, dan kelas III, dan

ICC/ICCU. Sesuai dengan asumsi diatas, proyeksi pendapatan rawat inap

dapat dilihat pada lampiran tabel IV-4. Berikut adalah proyeksi pendapatan

rawat inap mulai tahun 1 hingga tahun 6 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 13. Proyeksi pendapatan rawat inap mulai tahun I - VI.

3,500,000,000 3,119,530,240
P
e
3,000,000,000
n 2,467,233,264
d
a 2,500,000,000
p 1,963,768,578
a 2,000,000,000
t
1,290,538,735
a 1,500,000,000
n
923,984,953
1,000,000,000 661,619,531
R
500,000,000
p

-
1 2 3 4 5 6
Tahun

Sumber: data proyeksi

1.1.2 Pendapatan Rawat Jalan

Proyeksi jumlah pasien dan tarif seperti dalam asumsi yang disebutkan

diatas akan mempengaruhi jumlah pendapatan berbagai poli di Rawat jalan.

Berikut adalah tabel proyeksi jumlah pasien dan tarif untuk tahun I disetiap

poli.
Tabel 27. Proyeksi jumlah pasien dan tarif poli dan IGD Untuk tahun I
NO KETERANGAN TH I
J. PAS. TARIF
1 POLI UMUM
Periksa Dokter 2,965
5,000
2 POLI PENYAKIT DALAM 2,372
- Periksa Dokter 2,372 25,000
- Sederhana 949 5,000
- Kecil 712 10,000
- Sedang 712 15,000
- Besar -
3 POLI BEDAH 593 -

- Periksa Dokter 593 25,000


- Tindakan Sederhana 237 10,000
- Tindakan Kecil 178 20,000
- Tindakan Sedang 119 40,000
- Tindakan Besar 59 150,000
4 POLI ANAK 1,186 -
- Periksa Dokter 1,186 25,000
- Tindakan Sederhana 474 5,000
- Tindakan Kecil 356 10,000
- Tindakan Sedang 356 15,000
- Tindakan Besar - -
5 POLI KEBIDANAN & 1,779
KANDUNGAN
- Periksa Dokter 1,779 25,000
- Tindakan Sederhana 712 10,000
- Tindakan Kecil 534 20,000
- Tindakan Sedang 356 40,000
- Tindakan Besar 178 150,000
6 POLI MATA 593 -
- Periksa Dokter 593 25,000
- Tindakan Sederhana 237 10,000
- Tindakan Kecil 178 20,000
- Tindakan Sedang 119 40,000
- Tindakan Besar 59 150,000

Tabel 28. Proyeksi jumlah pasien dan tarif poli dan IGD Untuk tahun I
(lanjutan)

NO KETERANGAN TH I
J. PAS. TARIF
7 POLI THT 593 -
- Periksa Dokter 593 25,000
- Tindakan Sederhana 237 10,000
- Tindakan Kecil 178 20,000
- Tindakan Sedang 119 40,000
- Tindakan Besar 59 150,000
8 POLI SYARAF 593 -
- Periksa Dokter 593 25,000
- Tindakan Sederhana - -
- Tindakan Kecil - -
- Tindakan Sedang - -
- Tindakan Besar - -
9 POLI GIGI
1,186
- Periksa Dokter 1,186
5,000
- Tindakan Sederhana 474
7,500
- Tindakan Kecil 356
23,750
- Tindakan Sedang 237
100,000
- Tindakan 119
Besar/Khusus/canggih 300,000
10 IGD
3,650
- Periksa Dokter 3,650
16,000
- Tindakan Sederhana 1,825
25,000
- Tindakan Kecil 1,278
80,000
- Tindakan Sedang 365
250,000
- Tindakan Besar 183
375,000

Hasil kali antara proyeksi jumlah pasien dan proyeksi tarif pada tabel diatas

adalah proyeksi pendapatan rawat jalan dan IGD. Proyeksi pendapatan rawat

jalan dan IGD dapat dilihat pada lampiran tabel IV-4. Berikut adalah gambar

proyeksi pendapatan total instalasi rawat jalan dan IGD untuk tahun I hingga

IV.

Gambar 14. Proyeksi pendapatan tiap poli untuk tahun I-IV.


1.861.411.655
2.000.000.000
1.800.000.000
P 1.349.566.815
e 1.600.000.000
n 1.400.000.000
d 979.908.077
1.200.000.000
a R
1.000.000.000
p p 559.070.849
a 800.000.000
t 600.000.000
a 400.000.000
n
200.000.000
-
I II III IV
Tahun

Sumber: data proyeksi

1.1.3 Pendapatan Radiologi

Dari keempat jenis pemeriksaan radiologi yang biasa disediakan, kemudian

dilakukan proyeksi terhadap setiap item tersebut. Berikut adalah tabel

proyeksi jumlah pasien dan tarif untuk tahun I.

Tabel 29. Proyeksi Jumlah pasien & tarif Radiologi untuk tahun I
NO KETERANGAN TH I

VOL. TARIF
- Sederhana (rata-rata) 1.989 40.000
- Sedang(rata-rata) 1.492 50.000
- Canggih(rata-rata) 994 100.000
- Khusus(rata-rata) 497 200.000

Hasil kali antara volume(jumlah pemeriksaan) dengan tarif proyeksi akan

menghasilkan proyeksi pendapatan radiologi. Secara rinci, proyeksi


pendapatan radiologi, pasien bedah, lab, farmasi dan pendapatan lainnya

dapat dilihat pada lampiran tabel IV-4. Berikut adalah gambar proyeksi

pendapatan radiologi untuk tahun I hingga III.

Gambar 15. Proyeksi pendapatan radiologi untuk tahun I- III.


666.994.018

700.000.000 497.779.456
P
600.000.000
e
n 500.000.000 353.035.075
d
a R 400.000.000
p p
300.000.000
a
t 200.000.000
a
n 100.000.000

-
1 2 3
Tahun

1.1.4 Pendapatan pasien bedah

Rata-rata jumlah pasien bedah per hari sebanyak 2 orang . Tabel berikut

adalah proyeksi jumlah pasien dan tarif untuk tahun I.

Tabel 30. Proyeksi Jumlah pasien & tarif bedah untuk tahun I
NO KETERANGAN TH I

VOL. TARIF
730
- Sederhana (tarif rata-rata) 292 150.000
- Sedang (tarif rata-rata) 219 200.000
- Canggih (tarif rata-rata) 146 300.000
- Khusus(tarif rata-rata) 73 450.000
Jumlah pasien tindakan sederhana sebanyak 40% dari jumlah pasien

bedah. Sedangkan jumlah pasien tindakan sedang sebanyak 30% dari total

proyeksi pasien bedah. Selanjutnya, proyeksi pendapatan kamar bedah

selama 3 tahun dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 16. Proyeksi pendapatan kamar bedah untuk tahun I - III.

319.213.305
350.000.000

300.000.000
P 228.964.500
e
250.000.000
n
164.250.000
d
200.000.000
a R
p p
150.000.000
a
t
100.000.000
a
n
50.000.000

-
1 2 3
Tahun

1.1.5 Pendapatan Lab

Sama seperti unit penunjang lainnya, pemeriksaan lab dikategorikan dalam

4 jenis pemeriksaan. Berikut adalah gambar proyeksi pendapatan lab dari

tahun I hingga tahun III.


Gambar 17. Proyeksi pendapatan lab untuk tahun I - III.
328.799.868
350.000.000
245.384.239
P 300.000.000
e
n
250.000.000 174.031.375
d
200.000.000
a R
p p
150.000.000
a
t 100.000.000
a
n 50.000.000

-
1 2 3
Tahun

1.1.6 Pendapatan Farmasi dan Pendapatan Lainnya

Pendapatan farmasi diperoleh dari penjualan obat kepada pasien di

Rumahsakit. Sedangkan pendapatan lain-lain dihasilkan dari aktivitas

pelayanan tambahan seperti rahab medik, ICU/ICCU, jasa kamar jenazah,

ambulance, dll. Proyeksi pendapatan farmasi (apotik) sebesar 35% dari total

pendapatan proyeksi minus pendapatan lain-lain. Sedangkan proyeksi

pendapatan lain-lain sebesar 35% dari total pendapatan proyeksi.

1.2. Proyeksi Biaya

Proyeksi biaya opersional rumah sakit yang berhubungan dengan

pembangunan Rumahsakit baru dalam analisis berikut ini hanya

berhubungan dengan biaya yang benar-benar secara realitas terjadi dan

tidak termasuk biaya penyusutan. Dasar-dasar analisis untuk proyeksi biaya

operasional adalah sebagai berikut:


1. Biaya kamar pasien umum sebesar 15% dari total pendapatan kamar

pasien umum. Yang dimaksud dengan biaya ini adalah pengeluaran yang

merupakan fasilitas kamar pasien seperti biaya bahan medis habis pakai

yang tidak dibayar pasien. Yang tidak termasuk biaya kamar pasien

adalah biaya penyusutan, gaji dan biaya obat yang dibayar pasien.

2. Biaya kamar bedah sebesar 40% dari total pendapatan kamar bedah

untuk jasa Rumahsakit. Biaya kamar adalah pengeluaran yang terjadi di

kamar bedah yang merupakan fasilitas pasien kecuali biaya

penyusutan, gaji, dan obat yang dibayar pasien.

3. Biaya rawat jalan di proyeksikan sebesar 35% dari pendapatan rawat

jalan. Yang tidak termasuk biaya rawat jalan adalah biaya penyusutan,

gaji, dan obat yang dibayar pasien. Biaya rawat jalan adalah segala

bentuk pengeluaran yang terjadi dan merupakan fasilitas pasien rawat

jalan kecuali ketiga item biaya tersebut.

4. Biaya lab, Radiologi, sebesar 35% dari pendapatan masing-masing unit

tersebut. Pada dasarnya definisi biaya-biaya adalah segala bentuk

pengeluaran yang terjadi di setiap unit tersebut kecuali biaya penyusutan,

gaji, dan obat yang dibayar pasien.


5. Harga pokok penjualan obat farmasi (apotik) sebesar 75% dari

pendapatannya. Sedangkan biaya atas pendapatan lainnya sebesar 10%

atas pendapatannya. Harga pokok penjualan obat adalah harga beli obat

ditambah biaya lainnya diluar biaya penyusutan dan gaji.

6. Biaya gaji diproyeksikan sebesar 30% dari total biaya min biaya

pemeliharaan dan penyusutan.

7. Biaya pemeliharaan untuk tahun pertama sebesar 10% dari total biaya

min biaya penyusutan. Untuk tahun kedua dan selanjutnya meningkat

25% dari tahun pertama.

Berdasarkan dasar analisis diatas, proyeksi biaya (kas) selanjutnya dapat

dilihat dalam lampiran tabel IV-5.

2. Analisis Kelayakan Investasi

Bahasan sebelumnya mengenai proyeksi pendapatan dan biaya lebih

menitikberatkan pada penerimaan dan pengeluaran kas. Hal ini dilakukan

karena dalam analisis cash flow hanya terfokus pada penerimaan dan

pengeluaran kas. Berdasarkan analisis tersebut selanjutnya akan diperoleh

cash flow seperti dibawah ini.


2.1 Analisis Aliran Kas (Cash Flow)

Prediksi terhadap aliran kas mengacu pada prediksi pendapatan dan biaya

operasional rumah sakit. Berikut ini adalah tabel aliran kas masuk dan aliran

kas keluar selama 10 tahun. Secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran

tabel IV-6.

Tabel 31. Aliran Kas Bersih


No Tahun Net Cash flow

1 Proceed tahun I
(699,523,593)
2 Proceed tahun II
(224,224,622)
3 Proceed tahun III
264,906,568
4 Proceed tahun IV
1,269,944,974
5 Proceed tahun V
2,239,860,776
6 Proceed tahun VI
3,688,125,567
7 Proceed tahun VII
5,898,043,660
Proceed tahun
8
VIII 8,586,603,695
9 Proceed tahun IX
12,393,026,526
10 Proceed tahun X
14,693,099,147

2.2 Rekomendasi Kelayakan Investasi

Berdasarkan proyeksi selisih antara aliran kas masuk dan aliran kas keluar,

kemudian dapat dilakukan penilaian mengenai kelayakan investasi

pendirian
Rumahsakit baru di Jember.

Rumus NPV adalah sebagai berikut:


n
S A1
NPV = -Ao + t=1

(1+r)t

dimana; r = tingkat kembalian yang disyaratkan, misalnya tingkat suku


bunga
deposito bersih (setelah dikurangi pajak)
t = jumlah tahun Ao
= investasi awal
A1 = penerimaan kas bersih

Suatu investasi biasanya diakatakan layak secara ekonomis apabila Net

Present Value (NPV) > 0. Apabila NPV< 0 investasi tersebut tidak layak

secara ekonomis.

Selanjutnya untuk mengetahui berapa lama pengembalian uang yang

diinvestasikan biasanya digunakan indicator Payback period. Karena

payback period suatu investasi menunjukkan jangka waktu yang diperlukan

untuk pengembalian investasi awal. Rumus payback period adalah sebagai

berikut:

InvestasiAwal
PP =
KasMasukBersih
Berdasarkan analisis sebelumnya maka perhitungan NPV, Payback Period

dapat dilihat pada tabel berikut.


Tabel 32. Perhitungan NPV
No Tahun Net Cash flow DF (15%) Proceed
1 Proceed tahun I
(699,523,593) 0.8696 (608,281,385)
2 Proceed tahun II
(224,224,622) 0.7561 (169,546,028)
3 Proceed tahun III
264,906,568 0.6575 174,180,368
4 Proceed tahun IV
1,269,944,974 0.5718 726,095,160
5 Proceed tahun V
2,239,860,776 0.4972 1,113,606,668
6 Proceed tahun VI
3,688,125,567 0.4323 1,594,478,460
7 Proceed tahun VII
5,898,043,660 0.3759 2,217,293,075
8 Proceed tahun VIII
8,586,603,695 0.3269 2,806,975,979
9 Proceed tahun IX
12,393,026,526 0.2843 3,522,871,613
10 Proceed tahun X
14,693,099,147 0.2472 3,631,909,395
11 Proceed tahun XI
18,978,177,111 0.2149 4,079,230,550
12 Proceed tahun XII
20,945,947,182 0.1869 3,914,947,296
13 Proceed tahun XIII
22,913,717,252 0.1625 3,724,119,645
14 Proceed tahun XIV
24,881,487,323 0.1413 3,516,467,212
15 Proceed tahun XV
26,849,257,393 0.1229 3,299,625,665
16 Proceed tahun XVI
28,817,027,464 0.1069 3,079,525,005
17 Proceed tahun
XVII 30,784,797,534 0.0929 2,860,704,609
18 Proceed tahun
XVIII 32,752,567,604 0.0808 2,646,575,120
19 Proceed tahun XIX
34,720,337,675 0.0703 2,439,635,664
20 Proceed tahun XX
36,688,107,745 0.0611 2,241,653,617

INVESTASI AWAL
37,065,900,000
NPV
9,746,167,687

Berdasarkan hasil analisis, dengan diskon factor 15% dan berbagai asumsi

yang telah disebutkan sebelumnya maka rencana pendirian Rumahsakit baru

di kota Pekalongan ini layak secara ekonomis untuk dilakukan. Payback period

dengan memperhitungkan nilai waktu uang terjadi pada tahun ke 16 dan 2

bulan. Secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran tabel IV-6.

3. Analisis Kelayakan Investasi Alternatif

Kajian ini bersifat kajian keuangan alternatif (proyeksi minimal) rencana

pendirian Rumahsakit baru di kota Pekalongan. Analisis ini masih

menggunakan berbagai asumsi proyeksi pendapatan dan proyeksi biaya

seperti yang dijelaskan sebelumnya. Asumsi tambahan adalah 7,5% dari

proyeksi pendapatan tidak tertagih (dalam bentuk piutang).


Dengan asumsi tersebut, secara ekonomis investasi ini layak karena NPV

masih prositif dengan nilai Rp. 1.835.974.148,-. Tingkat pengembalian modal

investasi (payback period) terjadi pada tahun ke 19 dan 1 bulan. Secara lebih

rinci dapat dilihat pada lampiran tabel IV-7, IV-8, dan IV-9.
BAB VIII

REKOMENDASI STUDI

Berdasarkan fakta hasil Studi Kelayakan Peningkatan Pelayanan Sarana dan

Prasarana Kesehatan/Rumahsakit Kota Pekalongan maka direkomendasikan

sebagai berikut :

a. Layak didirikan Rumahsakit Umum yang setara tipe C yaitu Rumahsakit

yang menyediakan layanan rujukan terutama untuk 4 besar layanan

(bedah, kebidanan dan kandungan, anak dan penyakit dalam) secara full

time, namun juga melayani spesialisasi kecil (THT, Mata, Syaraf) secara

part time (on call)

b. Rumahsakit tersebut sebaiknya mempunyai pelayanan unggulan untuk

rawat inap (VIP) dan IGD khususnya Trauma Center. Hal ini mengingat

beberapa alasan sebagai berikut :

Berbagai Rumahsakit yang ada tidak mempunyai fasilitas pelayanan

gawat darurat yang sesuai dengan kebutuhan standar.

Tingginya kasus korban kecelakaan di Kota Pekalongan yang berada

di jalur pantai utara yang padat. Berdasarkan UU NO. 34/1964 jumlah

korban kecelekaan lalu lintas pada tahun 2002 mencapai 1.678

dengan jumlah klaim sebanyak Rp. 9.482.708.950.


Tingkat Utilisasi kamar VIP di Rumahsakit yang ada saat ini cukup
tinggi.

c. Jumlah tempat tidur di Rumahsakit yang akan dibangun berjumlah 100TT

ditambah 10 TT untuk ICU/ICCU, yang dapat dirinci sbb :

20 TT, kamar VIP,

20 TT, kamar kelas I,

20 TT, kamar kelas II, § 30 TT, kamar kelas III dan,

10 TT, kamar ICU/ICCU.

d. Lokasi pendirian Rumahsakit memliki luas minimal 1 hektar dengan

beberapa pertimbangan tempat seperti yang telah disebutkan.

e. Untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat, bukan hanya

fasilitas medis yang perlu diperhatikan tetapi juga fasilitas pendukung

seperti sistem informasi yang terintegrasi. Sebagai bagian dari

pemerintahan kota Pekalongan, Rumahsakit kota Pekalongan nantinya

harus menjadi unit strategis yang mampu memberikan laporan up to date

mengenai diagnosa dan terapi pasien di rawat jalan, status kamar di rawat

inap, sisa stok bahan medis di gudang farmasi hingga nilai transaksi dan

lain-lain.

f. Kebutuhan SDM dan struktur organisasi sebaiknya mengacu pada standar


Rumahsakit tipe C.

g. Pembangunan Rumahsakit bisa dilakukan secara bertahap sesuai dengan

kemampuan dan kondisi pasar.

Anda mungkin juga menyukai