Anda di halaman 1dari 99

STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA

DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perubahan yang cukup signifikan telah terjadi di berbagai sektor kehidupan

masyarakat Indonesia pada dekade ini. Sistem pemerintahan misalnya, telah

bergeser dari sentralistik menjadi desentralisasi dan otonomi daerah yang terletak

di kabupaten/kota. Pada sektor perdagangan, batas antar negara semakin tidak

nampak dengan adanya teknologi e-commerce. Dengan dimulainya perdagangan

bebas tingkat Asia, dari sisi regulasi hampir tidak ada lagi perbedaan antara

organisasi domestik dengan organisasi asing dalam menjalankan usahanya di

berbagai bidang dan daerah di Indonesia.

Kondisi ekonomi memaksa setiap organisasi lokal untuk meningkatkan kualitas

produk dan efisiensinya sehingga dapat meningkatkan daya saing agar dapat

mengimbangi banyaknya organisasi bisnis asing yang masuk ke Indonesia.

Berbagai usaha juga telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan peran

serta masyarakat dalam upaya bangkit dari keterpurukan akibat krisis multi

dimensi yang melanda sejak tahun 1997. Segala upaya pemerintah tersebut

bertujuan untuk mendorong percepatan pembangunan terutama di sektor

perekonomian melalui berbagai investasi, dari yang berskala kecil dengan nilai

puluhan jutaan hingga yang bernilai milyaran rupiah. Berbagai aktivitas

perekonomian tersebut secara bertahap akan menyebabkan terjadinya

peningkatkan mobilitas penduduk ke daerah-daerah yang prospektif untuk

meningkatkan pendapatan mereka, baik sebagai pembawa dana (investor),

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


1
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

pengusaha maupun pekerja. Melalui aktivitas tersebut diharapkan akan muncul

pemukiman-pemukiman baru dan kluster-kluster masyarakat berbasis pekerjaan.

Konsekuensi lebih jauh dari hal tersebut adalah meningkatnya kebutuhan akan

fasilitas penunjang, misalnya pendidikan dan kesehatan.

Berbagai fasilitas kesehatan seperti Rumahsakit yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan yang ada kini telah banyak tersedia. Disamping milik pemerintah kini

telah banyak pula fasilitas pelayanan kesehatan yang didirikan oleh pihak swasta,

mulai dari balai pengobatan hingga rumah sakit berskala internasional. Jumlah

kunjungan pasien ke berbagai fasilitas tersebut juga menunjukkan kecenderungan

yang positif. Ini mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat terhadap

kesehatan dan pelayanan medis makin meningkat. Kesehatan menjadi suatu hal

yang penting untuk diperhatikan, karena merupakan modal dasar bagi suatu

bangsa untuk maju dan berkembang. Hal ini sudah menjadi perhatian pemerintah

Indonesia, yang tercermin dalam visi Indonesia Sehat 2010. Untuk mendukung

visi tersebut, tiap propinsi dan Kabupaten/kota mengembangkan strateginya

masing-masing dengan target-target tertentu yang diharapkan dapat menjadi titik

awal tercapainya visi tersebut.

Meskipun demikian, perlu disadari bahwa ada keterbatasan sumber daya yang

dimiliki dalam berbagai upaya pengembangan tersebut., antara lain :

ü Fasilitas infrastruktur baik pembangunan jalan maupun sarana

komunikasi dan telekomunikasi ;

ü Fasilitas transportasi dan akomodasi ;

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


2
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

ü Kemudahan perijinan lokasi ;

ü Masalah sumber daya manusia ;

ü Masalah dana.

Pengembangan pelayanan kesehatan sangat terkait dan dipengaruhi oleh

berbagai aspek baik demografi, pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, serta

perkembangan lingkungan fisik dan biologi khususnya epidemiologi penyakit. Dari

sisi demografi, saat ini kecenderungan yang tampak adalah bergesernya piramida

penduduk dari muda ke dewasa dan tua. Ini menunjukkan bahwa angka kelahiran

semakin menurun dan angka harapan hidup yang semakin meningkat. Sementara

itu, gaya hidup masyarakat cenderung makin konsumtif. Meskipun krisis multi

dimensi menyebabkan keterpurukan ekonomi masyarakat, disisi lain cukup

banyak kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dan dapat meneruskan pola

hidup konsumtif.

Dengan gaya hidup tidak seimbang, akibatnya, dari segi epidemiologi juga telah

terjadi pergeseran pola penyakit. Meskipun angka kejadian infektus sebagai tipikal

penyakit di negara tropis masih tinggi, namun kini sudah banyak masyarakat yang

menderita penyakit-penyakit tipikal negara industri-industri dan maju. Pergeseran

ini tentunya akan sangat berpengaruh pada penyediaan fasilitas pelayanan

kesehatan, teknologi kedokteran yang harus dikuasai/disediakan dan kecukupan

tenaga kesehatan terlatih. Pada aspek lain, untuk faktor mutu dan manajemen

pelayanan kesehatan khususnya Rumahsakit turut memegang peran penting

dalam penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas. Kedua faktor tersebut

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


3
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

sangat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis tenaga kesehatan, anggaran dana, obat,

dan sistem pelayanan kesehatan secara makro. Salah satu fasilitas pelayanan

kesehatan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat adalah rumah sakit. Ini

terlihat dari makin meningkatnya utilitasi fasilitas di Rumahsakit dari tahun ke

tahun.

Dengan berbagai perubahan kondisi demografis, pola penyakit dan

perkembangan teknologi, diperlukan suatu perencanaan rumah sakit yang benar-

benar berbasis pada kondisi lingkungan yang dihadapi. Hal ini penting untuk

menghindari suatu investasi yang sia-sia karena berbeda dengan keinginan dan

kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini perlu dilakukan suatu studi khusus untuk

meneliti perubahan lingkungan tersebut, dalam rangka mengantisipasi berbagai

kemungkinan yang akan terjadi.

2. Maksud dan Tujuan


Pemerintah Kota Pekalongan bermaksud untuk mendirikan fasilitas pelayanan

kesehatan yaitu Rumahsakit untuk mendukung misi pemerintah setempat dalam

bidang kesehatan dan pendidikan. Secara umum, rencanan pendirian Rumahsakit

ini akan membantu pemerintah kota Pekalongan dalam mewujudkan derajat

kesehatan yang tinggi bagi masyarakatnya, dengan menyediakan fasilitas

pelayanan yang memadai, membentuk intregrasi dalam bidang kesehatan dari

berbagai disiplin ilmu, disamping juga memenuhi aspek ekonomis sebagaimana

layaknya bidang usaha yang lain. Apalagi selama ini pemerintah kota Pekalongan

tidak mempunyai Rumahsakit daerah sendiri.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


4
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Pendirian Rumahsakit ini diharapkan sebagai salah satu upaya mempersiapkan

diri terhadap perubahan lingkungan akibat globalisasi. Untuk itu, pihak pemerintah

kota pekalongan khususnya Dinas Kesehatan Kota Pekalongan bermaksud

melakukan studi kelayakan terhadap rencana pendirian Rumahsakit baru yang

ditinjau terutama dari kebutuhan masyarakat. Mengacu pada berbagai hal tersebut

di atas maka pihak Dinas Kesehatan Kota Pekalongan telah menunjuk konsultan

untuk melakukan kajian terhadap berbagai aspek tersebut.

Hasil Studi Kelayakan ini akan dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah

kota Pekalongan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam perencanaan

tipe dan berbagai fasilitas yang disediakan di Rumahsakit nantinya. Disamping itu

dokumen ini juga dapat dimanfaatkan oleh pihak lain dalam pengambilan

keputusan investasi.

Selain mempunyai motivasi sosial dan keuntungan, sebagaimana layaknya bentuk

usaha lain, rencana pendirian Rumahsakit ini juga diharapkan dapat :

ü Membuka lapangan kerja baru serta meningkatkan pendapatan

masyarakat pada umumnya dan calon tenaga kerja di Rumahsakit pada

khususnya,

ü Meningkatkan pendapatan pemerintah daerah.

ü Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

ü Meningkatkan peluang terjadinya aliansi strategis antar-berbagai lembaga

pelayanan kesehatan di Kabupaten Pekalongan dan sekitarnya.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


5
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

3. Ruang Lingkup Studi Kelayakan


Studi kelayakan ini pada dasarnya merupakan suatu penelitian yang akan

berusaha untuk mengkaji kebutuhan dan harapan masyarakat akan adanya

fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumahsakit. Kajian ini diharapkan dapat

mengungkap berbagai pelayanan yang potensial untuk dikembangkan dalam

konteks pendirian Rumahsakit kota Pekalongan. Karena itu untuk dapat

mengungkap lebih mendalam maka dalam penelitian ini dilakukan survey

langsung kepada masyarakat.

Pada dasarnya pelaksanaan studi ini dapat dikelompokkan menjadi 3 tahapan

yang juga tercermin dalam 3 jenis pelaporan yaitu ;

1. Laporan fakta dan analisa, laporan ini berisi berbagai kajian mengenai fakta

dilapangan melalui hasil survey langsung dan berbagai data statistik yang ada.

Fakta yang ada selanjutnya akan dilakukan analisa awal untuk memberikan

kajian-kajian mendalam yang berhubungan dengan rencana pendirian

Rumahsakit baru di Kota Pekalongan.

2. Laporan Draft Studi Kelayakan ; Laporan ini lebih lengkap karena terdiri dari

kajian pasar, keuangan dan block plan. Namun masih perlu dibahas dan

disempurnakan, terutama masukan dari pemilik dalam hal ini pemerintah kota

Pekalongan,

3. Laporan Final Studi Kelayakan.

Dalam laporan (buku) ini merupakan laporan pertama final studi kelayakan.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


6
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

4. Metode Penyusunan Studi Kelayakan

4.1. Pengumpulan dan Analisis data

a. Data Sekunder

Data ini diperoleh dari berbagai instansi terkait di kota Pekalongan dan

sekitarnya. Data-data ini dapat berupa data statistik maupun data non statistik.

Yang selanjutnya akan diolah dengan cara pengkajian dan tabulasi secara

sistematis hingga menghasilkan informasi yang relevan dengan tujuan Studi

Kelayakan ini.

b. Studi Kepustakaan

Sebagai bahan pembanding studi ini, berbagai referensi pustaka yang

mendukung akan digunakan dalam koridor studi kelayakan ini.

c. Survei

Survei ini bertujuan untuk meyakinkan keinginan dan harapan masyarakat

terhadap kemungkinan adanya pelayanan kesehatan baru seperti Rumahsakit.

d. Pengamatan lingkungan

Untuk lebih meyakinkan berbagai informasi yang diperoleh, selanjutnya

diadakan peninjauan langsung ke lokasi dan sekitarnya dengan tujuan :

ü Untuk lebih mengetahui kesesuaian dan kelayakan lokasi serta faktor-

faktor yang mendukung pendirian Rumahsakit baru di kota Pekalongan,

ü Untuk mengetahui daya dukung sarana dan prasarana dalam

pemberian pelayanan berkaitan dengan pendirian Rumahsakit baru,

ü Untuk mengetahui hal-hal lain yang perlu dalam mendukung pendirian

Rumahsakit baru di kota Pekalongan.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


7
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

4.2. Sistematika Pembahasan Studi

Secara umum, laporan (buku) ini merupakan tahap akhir dari proses studi

kelayakan, dengan sistematika pembahasannya sebagai berikut :

a. Pendahuluan

Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang proyek, tujuan studi

kelayakan, metode yang digunakan, dan sistematika penyusunan.

b. Profil Kota Pekalongan

Dalam bagian ini dititikberatkan pada kondisi kota Pekalongan secara umum.

Analisis akan ditinjau dari kondisi demografi, kesehatan, ekonomi, maupun

sosial budaya. Analisis terhadap berbagai kondisi tersebut masih dalam koridor

studi kelayakan.

c. Kinerja beberapa Rumahsakit di kota Pekalongan dan sekitarnya

Bagian ini akan memaparkan berbagai jenis pelayanan Rumahsakit yang saat

ini tersedia di kota Pekalongan dan sekitarnya. Selanjutnya juga akan dianalisis

mengenai kinerja setiap Rumahsakit tersebut, yang meliputi; rawat inap, rawat

jalan, dll.

d. Kajian Aspek Pasar dan Pemasaran

Dalam aspek ini pada awalnya akan dititikberatkan pada analisa mengenai

pasar yang berlaku dan kecenderungannya secara umum. Selanjutnya akan

dikaji mengenai tingkat persaingan organisasi pelayanan kesehatan di kota

Pekalongan dan sekitarnya melalui analisis terhadap berbagai jenis pelayanan

Rumahsakit yang saat ini tersedia saat ini. Selanjutnya juga akan dilakukan

proyeksi pangsa pasar terhadap rencana pengembangan atau pendirian

Rumahsakit baru di kota Pekalongan tersebut. Disamping itu juga akan

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


8
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

dianalisis mengenai pilihan tempat Rumahsakit dari aspek keterjangkauan

pasien dan calon pasien.

e. Kajian AspekTeknis & Tekhnologi serta kebutuhan peralatan

Tahap awal dari bagian ini adalah menentukan jenis pelayanan yang akan

diberikan. Berdasarkan hal tersebut selanjutnya akan dilakukan kajian fisik

berupa pembuatan block plan serta kajian kebutuhan peralatan.

f. Kajian Aspek Sumberdaya manusia dan aspek lainnya

Dalam aspek ini dilakukan kajian secara umum mengenai kebutuhan

sumberdaya manusia (SDM) di Rumahsakit baik tenaga medis maupun non

medis.

g. Kajian Keuangan studi kelayakan

Dalam aspek ini hasil analisis sebelumnya akan dikaitkan dengan indikator

kelayakan standar yaitu Net Present Value dan Payback Period untuk

mengetahui kelayakan investasi yang telah ditentukan sebelumnya.

h. Rekomendasi Studi

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


9
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

BAB II
PROFIL KOTA PEKALONGAN

1. Kondisi Geografis dan Demografis Kota Pekalongan


Kota Pekalongan adalah daerah yang terletak di pesisir pantai utara pulau Jawa

yang lebih dikenal dengan kawasan Pantura, tepatnya ada posisi geografis

60°50’42” sampai dengan 60°55’44” Lintang Selatan dan 109°37’55” sampai

dengan 109°42’19” Bujur Timur, dan data curah hujan yang ada di kota

Pekalongan selama tahun 2002 sebanyak 2.514 mm.

Kota Pekalongan dibatasi oleh Laut Jawa di bagian Utara, Kabupaten Batang di

sebelah Timur, Kabupaten Pekalongan di sebelah Barat dan Kabupaten

Pekalongan dan Kabupaten Batang di sisi Selatan Kota Pekalongan. Jarak

terdekat dengan ibu kota propinsi adalah kota Semarang sejauh 101 km dan

terjauh adalah Kota Surabaya yaitu 488 km, sedangkan dengan Ibukota negara

sejauh 384 km.

Hingga tahun 2002 berdasarkan data dari Kantor Pemberdayaan Masyarakat

Kota Pekalongan, memiliki jumlah penduduk sebanyak 263.540 jiwa dengan

60.325 KK yang terbagi di beberapa wilayah yaitu di Pekalongan Barat sebanyak

83.516 jiwa yang berada di 13 Kelurahan, Pekalongan Timur 61.341 jiwa ada

pada 13 Kelurahan, Pekalongan Selatan 49.378 jiwa ada di 11 Kelurahan dan di

Pekalongan Utara ada 69.305 yang berada di 9 Kelurahan.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


10
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Jika luas daerah Kota Pekalongan sebesar 45,25 km²,dengan jarak terjauh dari

Utara ke Selatan ± 9 km dan dari Barat ke Timur sepanjang ± 7 km maka

diperkirakan kepadatan penduduk mencapai sekitar 5.824/ km², sedangkan jumlah

rata-rata anggota rumah tangga adalah 4,2. Sedangkan kepadatan penduduk

terbesar ada di Pekalongan Barat dengan luas daerah sebesar 10,05 km² dan

jumlah penduduk 83.516 jiwa diperkirakan kepadatan penduduknya sekitar

8.310/km², dan angka rasio ketergantungan penduduk ternyata masih cukup kecil

mengingat jumlah penduduk usia (15 – 64) tahun sebanyak 167.526 jiwa jauh

lebih besar dibandingkan penduduk usia (0 – 14) tahun dan usia diatas 65 tahun

yang berjumlah sebanyak 96.031 jiwa atau rasio ketergantungan rata rata

penduduknya sebesar 57,32 (Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan 2002).

Mayoritas penduduk Kota Pekalongan menganut agama Islam sebanyak 247.017

jiwa dengan 84 buah masjid, 584 Mushola/Surau dan masyarakat lainnya

menganut agama Kristen Protestan, Katholik Hindu, dan Budha. Sejak tahun 1998

setiap tahun hingga tahun 2001 telah terjadi peningkatan angka penduduk Kota

Pekalongan yang menunaikan ibadah haji pada tahun 1998 sebanyak 426, 1999 -

94, 2000 - 474, dan 2001 sebanyak 860 orang dan terakhir tahun 2002 ada 531

orang jemaah haji.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


11
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

2. Lingkungan Kesehatan Kota Pekalongan


Status Kesehatan penduduk dapat dilihat dari indikator-indikator utama yaitu

angka kematian bayi dan angka kematian ibu. Tabel-tabel berikut ini menunjukkan

indikator kesehatan di kota Pekalongan.

Tabel. 1. Angka Kematian Bayi

Jumlah Bayi
Jumlah Jumlah Mati
Kecamatan Puskesmas Lahir Lahir Umur
Umur
Hidup Mati 0–<
0 – <1
28
th
hari
Pekalongan Barat Bendan 1.018 12 7 9
Kramatsari 510 4 5 6
Tirto 386 1 2 6
Pekalongan Timur Noyontaan 478 1 1 2
Tondano 0 7 5 6
Klego 339 4 5 6
Pekalongan Utara Kusuma Bangsa 770 10 6 10
Krapyak Kidul 649 2 1 1
Pekalongan
Pekalongan Selatan 472 5 3 5
Selatan
Jenggot 589 7 7 10
JUMLAH 5.211 53 42 61

Melihat angka kematian bayi di tabel di atas tampak bahwa perbandingan jumlah

kelahiran dan kematian sebesar 2,19% dari kelahiran hidup atau 21,9 per 1000

kelahiran hidup. Angka ini relatif cukup rendah mengingat angka nasional sebesar

48 per 1000 kelahiran hidup. Ini menunjukkan bahwa program kesehatan yang

berkaitan dengan kesehatan anak cukup berhasil. Kondisi ini juga menunjukkan

kesejahteraan masyarakat relatif baik.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


12
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Tabel 2. Jumlah kematian ibu

Kecamatan Kematian Ibu


Pekalongan Puskesmas Kematian Ibu Kematian Ibu Kematian Ibu Kematian
Barat Hamil Bersalin Nifas Ibu
Pekalongan
Bendan 0 2 2 4
Barat
Kramatsari 2 0 0 2
Tirto 0 0 1 1
Pekalongan
Noyontaan 0 0 1 1
Timur
Tondano 0 0 0 0
Klego 0 0 0 0
Pekalongan Kusuma
1 0 0 1
Utara Bangsa
Krapyak Kidul 0 0 0 0
Pekalongan Pekalongan
0 0 0 0
Selatan Selatan
Jenggot 0 0 1 1
JUMLAH 3 2 5 10

Dari tabel-tabel di atas tampak bahwa dengan angka kematian ibu sebanyak 10

orang per 5.211 kelahiran hidup ini berarti angka kematian ibu di Kota Pekalongan

sebesar 192 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini juga relatif rendah

dibandingkan dengan angka nasional yang sebesar 373/100.000 kelahiran hidup.

Sekali lagi ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat relatif baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan kesehatan

masyarakat telah bergeser dari kebutuhan mendasar ke kebutuhan yang lebih

tinggi.

3. Lingkungan Ekonomi
Ekonomi kota Pekalongan seperti kebanyakan daerah di Indonesia sempat

terganggu sewaktu terjadi krisis ekonomi. Lapangan kerja juga sempat

mengalami penurunan. Namun, kondisi ini saat ini semakin membaik. Dari jumlah

penduduk sebanyak 263.540 jiwa tersebut sebanyak 14.825 laki-laki dan 9.515

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


13
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

perempuan telah bekerja diberbagai sektor lapangan kerja seperti pertanian,

pertambangan, industri, listrik, bangunan, perdagangan, keuangan dan lain

sebagainya, namun sektor lapangan kerja di industri, khususnya industri batik,

telah menyerap tenaga yang terbesar yaitu 10.472 laki-laki dan 6.598 perempuan,

sehingga kota ini juga dijuluki sebagai kota Batik sedangkan 5.328 orang bekerja

sebagai pegawai negeri yang tercatat sebagi anggota KORPRI, karena data dari

Kantor Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekalongan menunjukkan bahwa

ada 3 perusahaan yang tergolong besar dimana perusahaan itu memiliki nilai

investasi minimal 5 milyar rupiah telah menyerap tenaga sebanyak 1.234 orang,

industri menengah dengan investasi antara 200 juta rupiah hingga 5 milyar rupiah

menyerap tenaga sebesar 4.414 orang dan industri kecil yang memiliki investasi

kurang dari 200 juta rupiah menyerap tenaga sebanyak 9.952 orang. Selain itu

ada sekitar 153 orang yang menjadi tenaga kerja ke luar negeri, data statistik

terbesar menunjukkan 92 orang telah bekerja di Malaysia menjadi operator dan

PRT (Pembantu Rumah Tangga) serta 58 orang ke Saudi Arabia juga sebagai

PRT (Pembantu Rumah Tangga), namun Desember 2002 tercatat ada tenaga

kerja yang masih belum tertampung di lapangan kerja dimana angka terbesar

adalah pencari kerja lulusan SMTA 1.305, dan lulusan Sarjana sebanyak 451

orang.

Kondisi masyarakat kota Pekalongan yang berada dalam kategori atau kelompok

KS.III dan KS.III Plus ada sekitar 31,37 % masih jauh dibawah masyarakat yang

ada di kelompok Pra Sejahtera hingga KS.I yang jumlahnya mencapai ± 50,37%

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


14
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

dan sisanya ada sekitar18,25% masuk dalam kategori KS.II. Pendapatan per

kapita penduduk kota Pekalongan tampak pada tabel-tabel berikut ini:

Tabel 3. PENDAPATAN PERKAPITA PENDUDUK PEKALONGAN TH.2002


(Berdasarkan Data Produk Domestik Regional Bruto Kota Pekalongan dan Angka-
angka perkapita tahun 1998 – 2001 atas dasar Harga Berlaku)

No Tahun Pendapatan perkapita (Rp)


1. 1998 2.818.889
2. 1999 3.284.122
3. 2000 3.596.670
4. 2001 4.977.837
Sumber: data sekunder

Tabel 4. PENDAPATAN PERKAPITA PENDUDUK PEKALONGAN TH.2002


(Berdasarkan Data Produk Domestik Regional Bruto Kota Pekalongan dan Angka-
angka perkapita tahun 1998 – 2001 atas dasar Harga Konstan)

No Tahun Pendapatan perkapita (Rp)


1. 1998 1.212.349
2. 1999 1.185.521
3. 2000 1.114.442
4. 2001 1.468.836
Sumber: data sekunder

Dari tabel di atas tampak bahwa Produk domestik Regional Bruto Kota

Pekalongan atas dasar harga konstan menunjukkan bahwa pendapatan perkapita

penduduk senilai Rp.1.468.836,- menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi kota

Pekalongan tahun 2001 yang ditunjukkan oleh Pertumbuhan Domestik Regional

Bruto atas dasar harga konnstan tahun 1993 menunjukkan lebih tinggi dari tahun

sebelumya sebesar 4,30% walaupun perjalanan perekonomian selama tahun

2001 dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara langsung telah merugikan,

seperti adanya kegagalan panen , dampak krisis ekonomi dan moneter serta

kekacauan situasi politik telah berakibat buruk pula disektor perdagangan,

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


15
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

konstruksi dan industri, karena pelaku bisnis baik konsumen ataupun produsen

takut atas resiko yang tidak menentu, karena itu situasi yang kondusif khususnya

yang berkaitan dengan isu politik dan keamanan harus betul-betul dapat dijamin

oleh pemerintah, sehingga pelaku bisnis akan merasa nyaman dan aman dalam

berdagang.

Selain situasi yang kondusif, perputaran roda perekonomian juga didukung oleh

kondisi fasilitas infra struktur berupa jalan raya yang tersedia. Hal ini karena para

pelaku bisnis baik produsen maupun konsumen tidak dapat melakukan transaksi

bisnis bila prasarana jalan dalam kondisi yang tidak memadai, yang pada akhirnya

hanya akan menambah cost production menjadi lebih besar lagi. Kota Pekalongan

hingga kini memiliki tiga macam tipe jalan yaitu jalan negara, jalan propinsi dan

jalan kota yang setiap tahun sejak tahun 2001 telah menunjukkan pertambahan

panjang jalan yang dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Pekalongan

dimana jalan propinsi sepanjang 7,610 km dalam kondisi baik hingga sedang

jalan propinsi sepanjang 7,203 km dalam kondisi dalam kondisi baik hingga

sedang, telah mempermudah akses antara produsen dan konsumen dalam

bertransaksi, hal ini dibuktikan dengan angka besar nilai ekspor yang hingga

tahun 2002 masih di dominasi oleh sektor tekstil khususnya produk batik, dan

peringkat kedua di duduki sektor ikan apalagi didukung oleh adanya TPI

pelabuhan yang dimiliki oleh kota Pekalongan.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


16
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Hingga Desember 2002 telah tercatat realisasi ekspor ke manca negara senilai $

4.361.782,9, yang mana sebanyak $ 1.763.989,32 datang dari ekspor garment, $

1.356.464,07 dari batik printing dan sarung batik, serta $ 1.136.982,90 didapat

dari sektor ikan yang terdiri dari ikan kakap merah, ikan tuna steak dan ikan ikan

lainnya.

Fasilitas sarana dan prasarana telekomunikasi sejak tahun 1998 hingga tahun

2002 terus mengalami kenaikan jumlah konsumen karena data yang ada di

PT.Telkom Pekalongan ada 17.850 pelanggan sehingga juga telah mempengaruhi

secara langsung jumlah pemakaian pulsa telepon dan terakhir jumlah pemakaian

ada sekitar 104.270.2744 pulsa, ini juga didukung dengan pertumbuhan TUT

(Teleon Umum Tunggu) dan Wartel (Warung Telekomunikasi) yang hingga tahun

2002 ada 257 TUT dan 35 Wartel.

4. Lingkungan Sosial Budaya


Kota Pekalongan merupakan kota pesisir yang seperti kebanyakan kota pesisir

lainnya merupakan kota dagang. Sistem sosial budaya masyarakat di Pekalongan,

tidak seperti kota-kota pedalaman Jawa, lebih terbuka. Masyarakat Pekalongan

lebih leluasa mengungkapkan perasaan dan pendapatnya, tanpa merasa perlu

terlalu “ewuh pakewuh” seperti kebanyakan masyarakat Jawa pedalaman. Apalagi

jarak Pekalongan dengan kota-kota besar seperti Semarang dan Jakarta relatif

dekat sehingga banyak kaum migran yang telah terpapar kehidupan kota besar

dan membawa budaya tersebut ke kota asalnya, Pekalongan. Selain terbuka dan

berjiwa wiraswasta, masyarakat kota Pekalongan juga terkenal religius. Hal ini

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


17
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

tampak pada jumlah jemaah haji yang terus meningkat jumlahnya. Sejak tahun

1998 setiap tahun hingga tahun 2001 telah terjadi peningkatan angka yang

penduduk Kota Pekalongan yang menunaikan ibadah haji pada tahun 1998

sebanyak 426, 1999 - 94, 2000 - 474, dan 2001 sebanyak 860 orang dan terakhir

tahun 2002 ada 531 orang jemaah haji.

5. Analisis Data Sosial, Budaya dan Ekonomi


Berdasarkan data-data sosial ekonomi tersebut di atas maka dapat dikatakan

bahwa kondisi sosial ekonomi kota Pekalongan cukup mendukung adanya

investasi baru di segala bidang. Apalagi tampak bahwa kondisi infrastruktur yang

tersedia cukup memadai seperti sarana jalan yang cukup baik, sarana listrik dan

telpon yang tersebar luas. Dipandang dari sudut pandang investasi di bidang

kesehatan, hal ini amat mendukung karena akses terhadap pelayanan kesehatan

menjadi semakin baik. Apabila ada masyarakat yang menderita sakit, maka

infrastruktur yang memadai akan mempermudah perjalanannya ke Rumahsakit,

atau menghubungi Rumahsakit terdekat lewat telepon. Adanya investasi baru,

terutama dalam bidang kesehatan juga akan membantu menyerap tenaga kerja

yang saat ini baru kurang lebih 19% dari penduduk, sehingga pada gilirannya

akan lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, terdapat pula

kemungkinan hambatan yang muncul karena masih cukup banyaknya masyarakat

miskin yang ada di kota Pekalongan ini (lebih dari 50%). Cukup banyaknya

masyarakat yang miskin menunjukkan bahwa sektor pelayanan kesehatan harus

mendapat subsidi yang cukup tinggi dari pemerintah.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


18
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

BAB III
KINERJA BEBERAPA RUMAHSAKIT DI KOTA
PEKALONGAN & SEKITARNYA

Kinerja Rumahsakit dalam tulisan ini adalah kinerja Rumahsakit yang ada di kota

Pekalongan dan sekitarnya baik milik pemerintah maupun milik swasta. Seperti

diketahui bahwa di kota Pekalongan terdapat 5 Rumahsakit umum yang terdiri dari

1 Rumahsakit umum milik kabupaten Pekalongan dan 4 Rumahsakit umum milik

swasta.

1. Sumber Daya Kesehatan Kota Pekalongan


Rasio tenaga medis tahun 2002 per 100.000 penduduk di kota Pekalongan

sebesar 36,81 tenaga medis keperawatan (perawat dan bidan) dan 38,32 tenaga.

Dengan jumlah tenaga seperti disebutkan, saat ini sarana kesehatan yang ada di

kota Pekalongan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Pekalongan tahun 2002

No Sarana kesehatan Jumlah


1. Rumahsakit pemerintah 1 buah (milik kabupaten Pekalongan)
2. Rumahsakit Swasta 4 buah
3. UPTK BP Paru 1 buah
4. Puskesmas Perawatan 1 buah
5. Puskesmas 9 buah
6. Puskesmas Pembantu 25 buah
7. Puskesling 2 lokasi
8. BP Swasta 2 buah
9. RB Swasta 5 buah
10. Apotik 31 buah
11. Toko obat 12 buah
12. Laboratorium 4 buah
Sumber: data sekunder

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


19
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Dari tabel diatas terlihat bahwa satu-satunya Rumahsakit pemerintah di kota

Pekalongan adalah Rumahsakit daerah miliknya kabupaten Pekalongan. Dengan

sarana kesehatan yang ada, menurut data tahun 2002 tenaga kesehatan yang

bekerja di lingkungan institusi kesehatan kota Pekalongan dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 6. Kategori Tenaga Kesehatan Kota Pekalongan Berdasarkan Institusi


Kesehatan

DKK, Pusk, Bp 4, Sarana Pelayanan


No. Kategori TenKes Jumlah
Gudang Farmasi Kesehatan lainnya
1 Dokter Spesialis 0 23 23
2 Dokter umum 23 27 50
3 Dokter Gigi 8 3 11
4 Apoteker/ Sarjana farmasi 2 25 27
5 Sarjana Kes. Masy 3 1 4
6 Sarjana Perawatan 0 7 7
7 Sarjana Non Kesehatan 6 17 23
8 ATRO/ ATEM 0 0 0
9 APRO 0 3 3
10 AKZI 4 3 7
11 APK 4 1 5
12 Akademi Analisis Kimia 0 0 0
13 Akademi Analisis Kesh 1 12 13
14 Ak. Analisis Farmasi 0 46 46
15 AKPER 8 16 24
16 Sarmud. Non Kesehatan 0 8 8
17 SMAK 4 4 8
18 SPPH 4 0 4
19 Sekolah Analis Kimia 1 0 1
20 SPAG 8 2 10
21 SPRG/SPTG 6 0 6
22 SMF/SAA 10 95 105
23 SPK/SPR 30 55 85
24 Bidan 23 22 45
25 Asisten Rongent 0 6 6
26 Paramedis Pembantu 3 63 66
27 Pekarya Kesehatan 23 33 56
28 SMTA 75 180 255
29 SMTP 15 72 87
30 SD 27 81 108
JUMLAH 288 805 1093
Sumber: data sekunder (Renstra Kota Pekalongan 2001-2004)

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


20
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Tabel diatas menggambarkan data tenaga kesehatan yang telah bekerja di

institusi kesehatan. Ini artinya, apabila rencana pendirian Rumahsakit ini

direalisasikan maka pemerintah kota Pekalongan harus mempersiapkan/merekrut

tenaga kesehatan baru khususnya dokter umum, spesialis, perawat, dan tenaga

lainnya.

2. Kinerja Pelayanan Rumahsakit di Kota Pekalongan &


Sekitarnya
Kinerja pelayanan Rumahsakit di kota Pekalongan saat ini tercermin dalam jumlah

kunjungan pasien (rawat jalan), jumlah hari perawatan dan BOR (rawat inap), dan

jumlah pemeriksaan/tindakan untuk penunjang medis. Hal ini selanjutnya dapat

dilihat pada penjelasan berikut.

2.1. Instalasi Rawat Jalan

Gambar 1. Jumlah kunjungan pasien Rawat jalan Tahun 1996 - 2001

70.000
60.876 64.200
60.000
51.008
50.000
45.092 jumlah kunjungan rawat
Jumlah

40.000 jalan
42.317 42.317
30.000 rata2 kunjungan rawat
jalan/hari
20.000

10.000 203 214


142 170 141 150
-
1 2 3 4 5 6
Tahun

Sumber: data sekunder diolah

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


21
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Gambar di atas, menunjukkan bahwa jumlah kunjungan rawat jalan di

Rumahsakit, secara umum menunjukkan trend meningkat. Walaupun pada tahun

3 (1998) mengalami penurunan namun kemudian meningkat. Hal ini kemungkinan

besar karena adanya pengaruh krisis moneter tahun 1998. Dari total jumlah

kunjungan rawat jalan di Rumahsakit, diperoleh berbagai kasus yang terjadi

seperti pada tabel berikut.

Tabel 7. Kasus Rawat Jalan Di Rumah Sakit Untuk Umur 5 - 60 Tahun Di Kota
Pekalongan Tahun 2000
KASUS BARU
No. GOLONGAN SEBAB SAKIT TREND
2000 2001
1 Cedera YTD lainnya YTT dan daerah badan multipel 1.541 868 (0,44)
2 Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 1.418 911 (0,36)
3 Feringitis akut 1.297 1.225 (0,06)
4 Demam yang tidak diketahui sebabnya 1.082 760 (0,30)
5 Diare, Gastro Enteritis oleh penyebab infeksi tertentu 815 720 (0,12)
6 Gastritis dan duodentis 644 655 0,02
7 Tuberkolosis paru lainnya 541 339 (0,37)
8 Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya 480 345 (0,28)
9 Demam Tifoid dan Paratifoid 418 351 (0,16)
10 Demam Tifus 383 208 (0,46)
11 Migren dan sindrom nyeri kepala lainnya 335 192 (0,43)
12 Infeksi kulit dan jaringan subkutan 263 261 (0,01)
13 Varises Isofagus 235 (1,00)
14 Penyakit Isofagus, Lambung, Duodenum lainnya 210 (1,00)
15 Artritis reumatoid 202 165 (0,18)
Bronkhitis, emfiserna dan penyakit paru obstruktif kronik
16 187 341 0,82
lainnya
17 Diabetes melitus tidak bergantung insulin 185 (1,00)
18 Asma 185 220 0,19
19 Sisitis 169 128 (0,24)
20 Penyakit sisitim kemih lainnya 146 112 (0,23)
21 Hipertensia esensial (primer) - 367 -
22 Nyeri perut dan Panggul - 125 -
23 Bronkitis akut dan bronkilitis akut lainnya - 103 -
24 Penyakit lainnya 6.887 5.951 (0,14)
JUMLAH 17.623 14.347
Sumber: data sekunder

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


22
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Walaupun secara keseluruhan terjadi penurunan jumlah kasus, namun pada

beberapa kasus terjadi peningkatan seperti gastritis dan duodentis, bronkitis, dan

asma. Ada 3 kasus yang tidak ada di tahun sebelumnya yaitu hipertensi, nyeri

perut dan panggul, dan bronkitis akut.

2.2. Instalasi Rawat Inap

Dalam tabel di bawah ini terlihat kinerja rawat inap Rumahsakit di kota

Pekalongan plus Rumahsakit Kraton.

Tabel 8. PEMAKAIAN TEMPAT TIDUR RUMAH SAKITKOTA PEKALONGAN


2002

PEMAKAIAN SECARA UMUM


JUMLAH JML.HARI % HARI
RUMAH SAKIT TEMPAT JUMLAH TT X RAWAT RAWAT
TIDUR HARI 365 BOR DIGUNAKAN DGUNAKAN
RAWAT HARI PASIEN PASIEN
MISKIN MISKIN
SITI KHODIJAH 100 26.406 36.500 72,3 0 0
BUDI RAHAYU 97 15.648 35.405 44,2 0 0
BHAKTI WALUYO 24 2.585 8.760 29,5 0 0
RUMAHSAKIT
Kabupaten
238
Pekalongan
(Kraton)
AL KAROMAH 16 858 5.840 14,7 0 0
JUMLAH 475 45.497 86.50 52,6 0 0
Data: Data sekunder diolah

Pada tabel diatas terlihat bahwa Persaingan pelayanan kesehatan khususnya

Rumahsakit di Kota Pekalongan cukup tinggi. Dengan 475 tempat tidur untuk

263.540 penduduk, berarti tiap 1 TT tersedia untuk 555 penduduk. Padahal

standar WHO menyebutkan bahwa 1 TT tersedia untuk 1000 penduduk. Hal ini

berarti bahwa apabila pendirian Rumahsakit hanya mengandalkan kota penduduk

kota pekalongan saja maka akan sulit untuk mendapatkan pasar yang lebih baik.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


23
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Kinerja BOR dari tahun ke tahun dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2. BOR tahun 1 (1996) – tahun 5 (2001)

60 47,81 50,02

50 39,75
39,72
33,86
40

BOR (%) 30

20

10

0
1 2 3 4 5
Tahun

Sumber: Data sekunder diolah

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


24
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

BAB IV
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Aspek pasar merupakan salah satu aspek utama dalam suatu studi kelayakan

pendirian Rumahsakit harus dikaji secara bersamaan dengan berbagai aspek

lainnya secara lebih tajam. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa tidak

mungkin suatu produk atau pelayanan dapat dikembangkan jika tidak ada pangsa

pasar yang akan menyerapnya. Hasil kajian terhadap aspek pasar ini akan

membantu pengambil kebijakan untuk menentukan segmen mana yang akan

dijadikan sebagai sasaran pengembangan produk atau layanan.

1. Kondisi Persaingan Pasar Rumahsakit di Kota


Pekalongan
Persaingan pelayanan kesehatan khususnya Rumahsakit di Kota Pekalongan

cukup tinggi. Berdasarkan observasi yang dilakukan di lapangan tampak bahwa

RS yang telah ada di Kota Pekalongan mempunyai beberapa kelemahan-

kelemahan yang dapat dijadikan titik tolak untuk menjadikan RS baru ini lebih

unggul. Gambar-gambar berikut ini menggambarkan beberapa kelemahan

tersebut :

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


25
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Gambar 3. Lahan Parkir Rumahsakit

Gambar di atas menunjukkan bahwa RS tersebut mempunyai lahan parkir yang

terbatas dan akses ke jalan besar juga terbatas. Hal ini dapat menjadi kelemahan

karena akses adalah unsur utama yang harus dimiliki sebuah RS. Kamar-kamar di

RS tersebut juga menunjukkan bahwa masih terdapat peluang untuk

mengembangkan yang lebih baik.

Gambar 4. Ruang Kamar VIP Rumahsakit

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


26
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Gambar di atas menunjukkan sebuah kamar VIP yang selama ini menjadi andalan

dari RS tersebut dan menurut wawancara yang dilakukan seringkali penuh.

Apabila terdapat kamar dengan desain yang lebih baik dari kamar di atas,

tentunya akan lebih diminati oleh kalangan menengah ke atas.

Gambar di bawah ini menunjukkan kondisi RS yang cukup laris di Kota

Pekalongan.

Gambar 5. Tampilan Depan Rumahsakit Pekalongan

Dari penampilan luar yang cukup megah, RS ini dapat menjadi pesaing yang

cukup berat bagi RS yang akan didirikan. Apalagi, akses jalan masuknya cukup

baik. Demikian juga dengan kondisi kamarnya seperti tampak pada gambar di

bawah ini :

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


27
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Gambar 6. Ruangan Kamar Rumahsakit

Seperti juga di banyak RS lain, BOR kamar VIP lebih sering penuh dan bahkan

terkadang harus menunggu. Namun demikian, kelemahan dari RS ini adalah

akses UGD yang sempit dan kurang mendukung apabila terdapat pasien gawat

darurat. Hal ini tampak pada gambar di bawah ini :

Gambar 7. Tampilan Luar dari Ruangan UGD

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


28
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Dengan akses UGD seperti tampak pada gambar di atas, maka akan sulit apabila

terdapat 2 kecelakaan sekaligus. Jalan menuju ruangan UGD yang sempit dan

terlalu menanjak juga kurang aman bagi pasien kecelakaan atau kasus gawat

darurat yang lain.

Rumahsakit lain di Kota Pekalongan ini, yang terbesar, juga mempunyai

kelemahan dalam akses UGD nya seperti tampak pada gambar di bawah ini :

Gambar 8. Para Penjenguk Korban Kecelakaan

Gambar di atas diambil ketika terjadi kecelakaan. Tampak pada gambar di atas

bahwa kerumunan orang yang melihat korban kecelakaan menutupi akses ke

pintu yang sudah sempit. Rumahsakit di atas juga terletak agak jauh ke dalam

kota sehingga kurang mendukung kemudahan akses pelayanan gawat darurat.

Kasus kecelakaan di Kota Pekalongan yang berada di jalur pantai utara yang

padat ini sebenarnya cukup banyak seperti tampak pada tabel di bawah ini :

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


29
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Tabel 9. BANYAKNYA ANGKA KECELAKAAN


(Berdasarkan data Banyaknya korban,Pembayaran klaim, dan Pendapatan dirinci
menurut UU.No.33 da UU.No34 Tahun1964 Pada PT.Jasa Raharja (PERSERO)
Pekalongan Tahun 2002

Bulan UU.No.33/1964 UU.No.34/1964


Jml.Korban Jml.Klaim Jml.Korban Jml.Klaim
Januari 119 252.471.550 171 1.105.820.900
Februari 23 78.738.100 120 626.546.650
Maret 30 110.827.950 113 627.332.000
April 47 154.369.600 151 901.594.700
Mei 25 30.481.350 140 907.523.400
Juni 23 78.272.600 131 646.939.750
Juli 19 68.442.800 137 843.330.450
Agustus 33 129.381.100 164 883.295.000
September 61 77.891.850 121 651.339.300
Oktober 60 106.657.800 159 771.219.400
November 9 33.338..950 137 805.715.350
Desember 15 72.743.750 134 712.052.050
Jumlah 464 1.193.667.400 1.678 9.482.708.950

Dari gambaran yang telah disebutkan di atas tampak bahwa pelayanan yang

masih dapat dikembangkan dan masih merupakan kelemahan di RS lain adalah

trauma centre dan pelayanan ruang VIP untuk kelas menengah ke atas.

Pilihan pendirian Rumahsakit dapat berupa Rumahsakit umum atau Rumahsakit

khusus. Untuk kota Pekalongan, peluang untuk mendirikan Rumahsakit umum

masih terbuka karena ratio jumlah tempat tidur dibandingkan dengan jumlah

penduduk daerah cakupan masih lebih rendah daripada standar (analisis lebih

lanjut dapat dilihat di bahasan tentang proyeksi kebutuhan tempat tidur untuk

rawat inap). Selain itu, Rumahsakit umum lebih prospektif secara finansial karena

menyediakan pelayanan paripurna. Rumahsakit khusus hanya akan melayani

pasar khusus yang tentu saja jumlahnya lebih terbatas.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


30
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Sebagai Rumahsakit umum, nantinya juga dapat menjadi Rumahsakit rujukan

karena selama ini rujukan puskesmas di kota Pekalongan masih ke Rumahsakit

Kabupaten yang letaknya di Kota Pekalongan. Standar pelayanan minimal sebuah

daerah otonom adalah tersedianya pelayanan kesehatan rujukan. Seperti telah

dikemukakan di atas, Kota Pekalongan sudah membutuhkan pelayanan

kesehatan yang sifatnya pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, bukan lagi

pelayanan dasar karena indikator kesehatan menunjukkan bahwa masalah

pelayanan dasar sudah diatasi oleh Puskesmas yang ada. Dengan adanya

sebuah Rumahsakit umum, maka Kota Pekalongan akan dapat meningkatkan

derajat kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik. Seperti diketahui kelompok

masyarakat menengah ke atas, selama ini memanfaatkan pelayanan Rumahsakit

di kota besar seperti Semarang. Apabila Kota Pekalongan dapat menyediakan

pelayanan kesehatan yang memadai, mereka tidak perlu jauh-jauh berobat dan

pada akhirnya aliran dana masyarakat tidak akan keluar dari Kota Pekalongan.

2. Faktor Pembeli
Pada masa lalu, konsumen di sektor kesehatan adalah konsumen yang pasif dan

penurut. Bagaimanapun kualitas jasa pelayanan kesehatan yang ada, ramah atau

tidak ramah, mereka tetap menerimanya karena kurangnya pengetahuan dan

tidak banyaknya pillihan. Namun kondisi saat ini telah berubah. Oleh karena

semakin banyaknya pilihan, konsumen rumah sakit saat ini adalah konsumen

yang pemilih (choosy) dan cepat berubah pendirian. Mereka semakin cenderung

menjadi konsumen yang penuh perhitungan, serta menuntut jasa pelayanan yang

terbaik yang bisa diberikan. Selain itu, dengan adanya UU Perlindungan

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


31
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Konsumen, maka konsumen mempunyai daya tawar yang lebih tinggi

dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Dokter dan RS saat ini merupakan

institusi yang rentan terhadap tuntutan hukum. Bila konsumen kurang mendapat

informasi yang memadai tentang jasa pelayanan yang ada, salah paham dan

saling tuntut dapat menjadi ancaman. Bila hal itu terjadi, maka citra RS akan

menjadi taruhannya dan pesaing yang akan mendapat keuntungan. Beberapa

Rumahsakit sudah mengantisipasi hal itu dengan produk penanganan keluhan

yang komprehensif yang terintegrasi dengan bagian pemasaran RS.

Untuk dapat mengukur keinginan dan harapan konsumen atau pembeli pelayanan

kesehatan di Kota Pekalongan, telah dilakukan survei kepada sejumlah pasien di

beberapa RS di Kota Pekalongan. Survei ini bertujuan untuk menilai kekuatan

tawar, terutama dari aspek kemauan dan kemampuan membayar, dari calon

pembeli RS yang akan dibangun.

Dari hasil survei terhadap 103 responden yang sudah mengembalikan kuesioner

tampak bahwa kemampuan membayar responden yang saat ini dirawat di

berbagai RS cukup tinggi. Hal ini tampak pada rata-rata alokasi dana yang

diperuntukkan untuk hal-hal yang sebenarnya bisa dialihkan untuk kesehatan yaitu

rokok, kesehatan itu sendiri, rekreasi dan sumbangan seperti tampak pada tabel

berikut ini:

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


32
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Tabel 10. Rata-rata Alokasi Dana

Keterangan Jumlah
Sewa rumah dan pemeliharaan rumah Rp 92.500
Makan Rp 449.216
Transportasi Rp 78.178
Rokok Rp 113.341
Kesehatan Rp 116.389
Rekreasi dan Sumbangan sosial Rp 93.226
Rekening listrik Rp 57.967
Rekening telpon Rp 129.196
Rekening air Rp 20.750
Lain-lain Rp 268.406

Dari data di atas tampak bahwa total alokasi dana untuk rokok, kesehatan,

rekreasi dan sumbangan sosial adalah sebesar Rp 322.956 per bulan. Hal ini

cukup tinggi, terutama untuk rokok, mengingat dari beberapa penelitian

sebelumnya dan angka SUSENAS, jumlah uang yang dialokasikan untuk rokok

berkisar antara Rp 40.000 sampai dengan Rp 60.000. Dari angka yang diperoleh

dari survei ini maka dapat dikatakan bahwa potensi pasar kesehatan di

Pekalongan cukup baik karena kemampuan membayarnya cukup baik. Bila

melihat kemauan membayar, maka tabel-tabel di bawah ini menunjukkan bahwa

responden mempunyai kemauan yang kurang untuk membayar pelayanan

kesehatan.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


33
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Tabel 11. Kurangnya Kemauan Membayar Pelayanan Kesehatan Responden

Keterangan Jumlah
Setiap berobat ke dokter umum saya bersedia membayar 15.000
Setiap berobat ke dokter spesialis saya bersedia membayar 30.000
Setiap kali menebus obat di apotik saya bersedia membayar 50.000
Apabila saya dirawat inap kurang dari 3 hari tanpa operasi (kamar klas III) kurang 1 juta
Apabila saya dirawat inap 3 sampai 5 hari tanpa operasi (klas III) kurang 1 juta
Apabila saya dirawat inap kurang dari 3 hari dan dioperasi (kamar klas III) kurang 2 juta
Apabila saya dirawat inap 3 sampai 5 hari dan dioperasi (kamar klas III) 2 juta
Apabila saya dirawat inap kurang dari 3 hari tanpa operasi (kamar VIP) kurang 2 juta
Apabila saya dirawat inap 3 sampai 5 hari tanpa operasi (kamar VIP) kurang 2 juta
Apabila saya dirawat inap kurang dari 3 hari dan dioperasi (VIP) kurang 3 juta
Apabila saya dirawat inap 3 sampai 5 hari dan dioperasi (VIP) kurang 3 juta

Hal ini terutama tampak pada kemauan untuk membayar operasi yang jika dilihat

maka kemauan tersebut amat kurang dibandingkan biaya rata-rata sesungguhnya

bila dioperasi, apalagi di kamar VIP. Namun demikian, mengingat pelayanan

kesehatan lebih tidak sensitif terhadap harga (sensitivitas harga rendah), kemauan

yang rendah ini lebih menunjukkan bahwa segmentasi untuk Rumahsakit yang

akan dibangun sebaiknya lebih fokus. Selain itu hal ini menunjukkan bahwa

manajemen RS yang akan didirikan nantinya harus profesional sehingga dapat

meraih pasar yang cukup sulit ditembus ini.

Berdasarkan survei terhadap harapan pasien yang ada di Kota Pekalongan dan

sekitarnya tampak bahwa sebagian besar mengharapkan adanya pelayanan yang

baik serta murah. Hal ini tampak pada tabel berikut ini:

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


34
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Tabel 12. Harapan Konsumen akan Pelayanan Kesehatan

Proporsi responden
Harapan utama
yang berpendapat
Pelayanan yang baik 42,6%
Murah 33,2%
Fasilitas lengkap 15,3%
Letaknya strategis 5,0%
Bersih 2,5%
Obat-obatan tersedia 0,5%
Ada pelayanan ASKES 0,5%
Ada tempat parkir luas 0,5%
Sumber: hasil survei diolah

Data di atas menunjukkan bahwa masyarakat kota Pekalongan sudah lebih

mengedepankan mutu pelayanan daripada harga yang murah. Hal ini berarti

Rumahsakit yang akan dibangun sebaiknya lebih mengedepankan pelayanan

yang berkualitas, walaupun dari segi harga harus kompetitif.

Hasil survei di atas menunjukkan gambaran pasar yang bersifat individual.

Sebenarnya di Pekalongan juga terdapat peluang pasar yang bersifat kelompok

yaitu mereka yang biaya kesehatannya ditanggung perusahaan tempat bekerja

atau yang diasuransikan. Biasanya pasar ini menyukai tarif yang lebih pasti, tidak

berubah-ubah dan mengingat mereka merupakan pembeli besar (borongan) maka

mereka menginginkan harga khusus atau diskon. Dengan demikian Perusahaan

dapat lebih memfokuskan diri pada core bisnis, urusan kesehatan karyawan di

contracting out dan Perusahaan dapat merencanakan anggaran lebih jelas

sehingga tidak mengganggu cashflow

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


35
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Pasar kelompok adalah pasar yang selama ini sering kurang diperhatikan oleh

Rumahsakit. Hal ini disebabkan karena pasar kelompok oleh sebagian

Rumahsakit dianggap “merepotkan”, bahkan sebagian pasar kelompok yang

berasal dari asuransi dianggap “merugikan”. Padahal sebenarnya “kerepotan” dan

“kerugian” tersebut dapat diminimalisir kalau pihak Rumahsakit telah menguasai

teknik penentuan tarif paket untuk pasar kelompok. Dengan demikian, RS dapat

mempunyai posisi tawar yang lebih tinggi. Bila pasar kelompok tersebut tidak

dapat memenuhi tarif yang disepakati, kontraknya tidak perlu diperpanjang lagi.

Apabila RS telah dapat menguasai teknik penentuan tarif paket ini dan pihak

perusahaan yang ingin mengontrak RS telah sepakat dan memahami tarif

tersebut, maka keuntungan dari pihak Rumahsakit akan lebih banyak daripada

melayani pasar individual karena RS telah memiliki captive market.

Mengingat kota Pekalongan dekat dengan daerah-daerah industri maka perlu

diraih peluang pasar perusahaan atau asuransi kesehatan yang menjamin

karyawan perusahaan. Rumahsakit yang akan didirikan untuk itu perlu

menetapkan tarif paket karena tarif paket lebih disukai pasar khusus ini. Sistem

pembayaran biasanya dapat dilakukan dengan cara klaim apabila ada karyawan

yang sakit. Sistem klaim dapat dilakukan secara penggantian langsung

(reimbursement), atau per hari rawat (daily charge) atau memberi RS tersebut

sejumlah anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya per orang yang

dijamin (kapitasi) atau per kelompok diagnosis (diagnosis related group).

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


36
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

3. Faktor Pendatang Baru


Intensitas persaingan semakin tinggi bila dalam waktu dekat akan segera

dibangun RS baru. Ini berarti akan muncul pesaing baru dan ada kemungkinan

pasar yang tadinya sudah dikuasai akan beralih ke pesaing tersebut. Bila hal itu

terjadi, maka RS yang akan didirikan di Kota Pekalongan ini mungkin perlu

membuat produk-produk yang dapat membuat pasar tetap setia atau produk-

produk unggulan. Yang jelas, RS baru ini harus mempunyai pelayanan yang khas.

Di Kota Pekalongan saat ini telah direncanakan pendirian sebuah Rumahsakit

baru yang merupakan milik seorang dokter spesialis cukup terkenal. Ancaman ini

cukup serius mengingat berdasarkan survei yang diadakan ternyata alasan utama

untuk berobat ke RS adalah karena dirujuk oleh dokter, alasan berikutnya adalah

karena pelayanan yang terkenal baik. Ini berarti bahwa faktor dokter perujuk amat

mempengaruhi sehingga bila RS Baru yang merupakan milik salah seorang dokter

tersebut nantinya berdiri maka dokter tersebut dapat dipastikan akan merujuk

pasiennya ke Rumahsakitnya sendiri.

Gambar 9. Lokasi calon RS baru tersebut

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


37
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

4. Faktor Pemasok
Kekuatan posisi tawar pemasok kepada RS dapat mempengaruhi intensitas

persaingan dan mendorong perlunya inovasi dan pengembangan produk.

Pemasok di sini dapat berarti pemasok alat kesehatan atau pemasok jasa.

Pemasok obat atau alat kesehatan biasanya mempunyai daya tawar yang lebih

rendah. Namun pemasok jasa medik, terutama dokter spesialis mempunyai daya

tawar yang lebih tinggi. Sering terjadi tarif RS sangat tergantung pada dokter

spesilias tertentu yang memang merupakan pemasok pasien utama. Hal ini akan

mempengaruhi intensitas persaingan dengan RS lain yang mungkin dapat lebih

murah tarifnya. Beberapa RS mencoba melakukan inovasi dengan menciptakan

produk pelayanan yang tidak tergantung pada satu atau sekelompok spesialis

tertentu misalnya dengan pelayanan home care pasca perawatan. Dengan cara

ini, RS berharap dapat mengurangi hari rawat di RS, dan tentu saja jumlah jasa

medis yang harus diberikan kepada dokter spesialis, sehingga dapat mengurangi

biaya bagi pasien namun RS sendiri tidak kehilangan sumber pendapatan.

Hasil pengamatan di Kota Pekalongan menunjukkan bahwa faktor pemasok ini

juga dapat menjadi ancaman karena dokter spesialis Kota Pekalongan, seperti

juga kota-kota lain, juga berpraktek di banyak Rumahsakit.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


38
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

5. Faktor Produk Substitusi


Produk substitusi pelayanan kesehatan, yang biasaya berupa pelayanan

kesehatan alternatif, juga berpengaruh terhadap perlu tidaknya sebuah RS

mengembangkan produk baru. Sebuah RS di Yogyakarta bahkan mencoba

mengakomodasi pelayanan kesehatan alternatif ini sebagai salah satu produknya.

Pelayanan kesehatan alternatif memang mempunyai pasar yang cukup luas.

Dengan mengakomodasinya dalam produk, RS tersebut berharap dapat meraih

pangsa pasar yang selama ini lebih banyak dikuasai oleh profesional non medis

seperti shinse, paranormal dan lain sebagainya. Sekaligus RS tersebut berusaha

meningkatkan posisi persaingannya karena dengan demikian konsumen yang

tertarik untuk mencoba pelayanan alternatif tersebut dapat mengenal RS secara

lebih baik dan ini dapat merupakan pasar baru yang potensial untuk pelayanan

medik konvensional.

Di Pekalongan, saat ini terdapat sebuah klinik alternatif yang secara mencolok

mengiklankan pelayanan medik di sebuah Rumah Toko (Ruko) di pinggir jalan

protokol. Memang berdasarkan pengamatan, jumlah pasien tidak terlalu banyak

dan kebanyakan merupakan mereka yang sebenarnya menderita gangguan

psikosomatis. Namun demikian, bila tidak diwaspadai, pelayanan seperti ini dapat

menipu masyarakat, selain dapat merebut pasar rawat jalan Rumahsakit.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


39
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

6. Proyeksi Pangsa Pasar Pendirian Rumahsakit kota


Pekalongan
Proyeksi terhadap pangsa pasar yang kemungkinan dicapai oleh Rumahsakit baru

nantinya di kota Pekalongan, berguna terutama untuk mengantisipasi kapasitas

dan jenis layanan yang perlu disiapkan. Berikut ini akan disajikan hasil proyeksi

kinerja (BOR, hari perawatan, dan jumlah pasien).

6.1. PROYEKSI PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP

Pada prinsipnya output (volume) di rawat inap dapat berupa Lenght of Stay (LOS),

jumlah pasien, dan Bed Occupancy Ratio (BOR). Proyeksi kinerja instalasi rawat

inap berbasis pada ketiga item tersebut. Proyeksi jumlah tempat Tidur(TT)

Rumahsakit yang nantinya akan didirikan, berbasis data jumlah penduduk

kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, dan Kota Pekalongan. Disamping itu

data jumlah tempat tidur yang tersedia di berbagai Rumahsakit di 3 kabupaten

tersebut juga diperhitungkan. Hasil analisis kemudian diperbandingkan dengan

standar WHO.

Proses analisis kebutuhan tempat tidur adalah sebagai berikut:

ü Jumlah penduduk:

§ Kota Pekalongan = 263.540 jiwa,

§ Kab Batang = 665.426 jiwa ,

§ Kab Pekalongan = 807.051 jiwa,

§ Total = 1.736.017 jiwa.

ü Jumlah TT: 475, 238, 150. = 863 TT

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


40
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

ü Perbandingan jumlah penduduk dgn TTà1 TT = 2.012penduduk.

ü Standar: 500-1000 penduduk = 1TT

Berdasarkan analisis perbandingan jumlah penduduk dengan TT dan standar

WHO maka terlihat masih ada kemungkinan penambahan TT untuk pasar

kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan dan Kabupaten Batang. Kapasitas TT

yang dibutuhkan ± 100TT ditambah dengan 10TT untuk ICU/ICCU. Karena itu,

proyeksi proporsi TT untuk Rumahsakit yang akan didirikan dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 13. Proyeksi Proporsi Tempat Tidur

NO KELAS TT

1 VIP 20

2 I 30

3 II 20

4 III 30

5 ICU/ICCU 10

Sumber: data proyeksi

Berdasarkan kajian terdahulu terlihat bahwa untuk kelas atas (VIP) selalu penuh.

Sedangkan untuk kelas menengah ke bawah relatif sedang. Karena itu BOR untuk

tahun pertama diproyeksikan masing-masing; VIP 50%, kelas I 20%, kelas II 20%,

kelas III 30%, dan ICU/ICCU 30%. Peningkatan BOR diproyeksikan 20% pertahun

hingga BOR mencapai kapasitas maksimal, yaitu untuk VIP 100%, untuk kelas I

dan II 86%, kelas III 90%, dan ICU/ICCU 100%. Pada tingkatan kapasitas

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


41
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

maksimal tersebut diharapkan akan ada penambahan jumlah tempat tidur.

Proyeksi BOR secara rinci selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14. Proyeksi BOR Rawat Inap selama 10 tahun

PROYEKSI BOR
NO TAHUN
VIP KELAS I KELAS II KELAS III ICU/ICCU
1 I 50% 20% 20% 30% 30%
2 II 60% 24% 24% 36% 36%
3 III 72% 29% 29% 43% 43%
4 IV 86% 35% 35% 52% 52%
5 V 100% 41% 41% 62% 62%
6 VI 100% 50% 50% 75% 75%
7 VII 100% 60% 60% 90% 90%
8 VIII 100% 72% 72% 90% 100%
9 IX 100% 86% 86% 90% 100%
10 X 100% 86% 86% 90% 100%
Sumber: data proyeksi

LOS rata-rata untuk kelas I hingga VIP berdasarkan data kinerja Rumahsakit

disekitar kota Pekalongan sekitar 4 hari. Sedangkan rata-rata LOS pasien

ICU/ICCU sekitar 7 hari. Dengan proyeksi LOS tersebut, maka jumlah pasien

diperoleh dengan cari membagi jumlah hari dalam setahun dengan LOS yang

dikalikan dengan jumlah Tempat Tidur dan BOR. Hasil perhitungan tersebut,

selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


42
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Tabel 15. Proyeksi Jumlah Pasien Rawat Inap

PROYEKSI JUMLAH PASIEN


NO TAHUN
VIP KELAS I KELAS II KELAS III ICU/ICCU
1 I 913 548 365 2,190 156
2 II 1,095 657 438 2,628 188
3 III 1,314 788 526 3,154 225
4 IV 1,825 946 631 3,784 270
5 V 1,825 1,135 757 4,541 324
6 VI 1,825 1,362 908 5,449 389
7 VII 1,825 1,635 1,090 6,539 467
8 VIII 1,825 1,962 1,308 6,539 521
9 IX 1,825 2,354 1,569 6,539 521
10 X 1,825 2,354 1,569 6,539 521
Sumber: data proyeksi

Mengacu pada berbagai data proyeksi, selanjutnya dilakukan diproyeksi terhadap

jumlah hari perawatan (JHR). Gambar berikut adalah proyeksi JHR untuk tahun I.

Gambar 10. Proyeksi JHR tahun I

4,000
3,650
3,500
Jumlah Hari Perawatan (JHR)

3,000

2,500
2,190 2,190
2,000
1,460
1,500
1,095
1,000

500

-
VIP KELAS I KELAS II KELAS III ICU/ICCU
Kelas Perawatan

Sumber: data proyeksi

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


43
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

6.2. PROYEKSI PASIEN RAWAT JALAN

Proyeksi pasien rawat jalan didasarkan pada jumlah penduduk yang kemungkinan

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan penduduk kota Pekalongan

sebanyak 263.540 jiwa dan diasumsikan tiap orang rata-rata sakit 4 bulan sekali

akan diperoleh pasar pelayanan kesehatan di kota Pekalongan. Apabila untuk

Rumahsakit kota Pekalongan yang rencananya akan dibangun, diproyeksikan

mengambil pangsa pasar sebesar 1,5% dari pasar pelayanan kesehatan yang ada

maka proyeksi jumlah pasien rawat jalan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 16. Proyeksi Jumlah Pasien Rawat Jalan

NO TAHUN JUMLAH PASIEN


Pertahun Per hari
1 I 11.859 32
2 II 14.231 39
3 III 15.654 43
4 IV 17.220 47
5 V 18.942 52
6 VI 20.836 57
7 VII 22.919 63
8 VIII 25.211 69
9 IX 27.733 76
10 X 30.506 84

Sumber: data proyeksi

Jumlah pasien rawat jalan pada tabel diatas selanjutnya tiap tahun meningkat

20% seiring dengan perkembangan dan cakupan pelayanan yang ada.

Selanjutnya, berdasarkan kajian pola dan jenis penyakit dalam bab terdahulu,

maka direncanakan pendirian Rumahsakit kota Pekalongan ini akan menyediakan

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


44
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

pelayanan rawat jalan di 7 poli spesialis, 1 poli gigi dan 1 poli umum. Selain poli

umum dan poli gigi, pelayanan rawat jalan terdiri dari poli spesialis yaitu:

1. Poli penyakit dalam,

2. poli anak,

3. poli mata,

4. poli kebidanan dan kandungan,

5. poli syaraf,

6. poli bedah, dan

7. poli THT.

Dari total pasien rawat jalan pada tabel diatas, selanjutnya akan diproyeksi

kedalam setiap poli dengan asumsi sbb:

1. Jumlah pasien poli umum sebesar 25% dari total proyeksi jumlah pasien rawat

jalan,

2. Jumlah pasien poli penyakit dalam sebesar 20% dari total proyeksi jumlah

pasien rawat jalan,

3. Jumlah pasien poli bedah bedah, mata, THT dan poli Syaraf masing-masing

sebesar 5% dari total proyeksi jumlah pasien rawat jalan,

4. Jumlah pasien poli kebidanan dan kandungan sebesar 15% dari total proyeksi

jumlah pasien rawat jalan,

5. Jumlah pasien poli syaraf sebesar 10% dari total proyeksi jumlah pasien rawat

jalan.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


45
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Berdasarkan dasar asumsi tersebut, kemudian dilakukan proyeksi jumlah pasien

untuk setiap poli seperti pada tabel berikut.

Tabel 17. Proyeksi Jumlah Pasien Setiap Poli di Rawat Jalan Tahun I - X

No Tahun POLI
Peny.
Umum Bedah Anak Kebidanan Mata THT Syaraf Gigi
Dalam
1 I 2.965 2.372 593 1.186 1.779 593 593 593 1.186
2 II 3.558 2.846 712 1.423 2.135 712 712 712 1.423
3 III 3.914 3.131 783 1.565 2.348 783 783 783 1.565
4 IV 4.305 3.444 861 1.722 2.583 861 861 861 1.722
5 V 4.735 3.788 947 1.894 2.841 947 947 947 1.894
6 VI 5.209 4.167 1.042 2.084 3.125 1.042 1.042 1.042 2.084
7 VII 5.730 4.584 1.146 2.292 3.438 1.146 1.146 1.146 2.292
8 VIII 6.303 5.042 1.261 2.521 3.782 1.261 1.261 1.261 2.521
9 IX 6.933 5.547 1.387 2.773 4.160 1.387 1.387 1.387 2.773
10 X 7.626 6.101 1.525 3.051 4.576 1.525 1.525 1.525 3.051
Sumber: data proyeksi

Tabel 17 diatas menunjukkan jumlah pasien dengan pelayanan periksa dokter.

Sedangkan untuk pelayanan tindakan untuk poli spesialist seperti; tindakan

sederhana, tindakan kecil, tindakan sedang, dan tindakan besar diproyeksi

masing-masing sebesar 40%, 30%, 20% dan 10% dari proyeksi jumlah pasien.

6.3. PROYEKSI JUMLAH PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Pasien radiologi dapat berasal dari rawat jalan maupun rawat inap. Karena itu,

jumlah pasien radiologi diasumsikan berasal dari 25% pasien rawat jalan dan 50%

pasien rawat inap. Proyeksi jumlah pasien radiologi selanjutnya dapat dilihat pada

tabel berikut.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


46
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Tabel 18. Proyeksi Jumlah pasien radiologi Tahun I - X

No Tahun Proyeksi
1 I 8.030
2 II 9.636
3 III 11.563
4 IV 14.372
5 V 16.517
6 VI 19.090
7 VII 22.178
8 VIII 23.268
9 IX 24.576
10 X 24.576
Sumber: data proyeksi

6.4. PROYEKSI JUMLAH PASIEN KAMAR BEDAH

Proyeksi jumlah pasien kamar Bedah berbasis asumsi bahwa minimal 2 pasien

per hari. Setiap tahun meningkat 20%. Selanjutnya, proyeksi pasien bedah dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 19. Proyeksi Jumlah pasien Bedah Tahun I – X

NO TAHUN PROYEKSI
Pertahun Per hari
1 I 730 2
2 II 876 2
3 III 1.051 3
4 IV 1.261 3
5 V 1.514 4
6 VI 1.816 5
7 VII 2.180 6
8 VIII 2.616 7
9 IX 3.139 9
10 X 3.767 10
Sumber: data proyeksi

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


47
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

6.5. PROYEKSI JUMLAH PEMERIKSAAN LAB

Seperti halnya pasien radiologi, pasien lab juga dapat berasal dari rawat jalan

maupun rawat inap. Karena itu, jumlah pasien lab diasumsikan berasal dari 50%

pasien rawat jalan dan 100% pasien rawat inap. Berikut adalah gambar proyeksi

jumlah pasien lab.

Gambar 11. Proyeksi Jumlah pasien lab mulai tahun I – X.

17.729
18.000 15.796

J 16.000 13.609
u 11.934
m 14.000
l
12.000 9.945
a
h 10.000

p 8.000
a
6.000
s
i 4.000
e
n 2.000

-
1 2 3 4 5
Tahun

Sumber: data proyeksi

6.6. PROYEKSI JUMLAH PASIEN REHAB MEDIK

Proyeksi jumlah pasien Rehab Medik berbasis asumsi bahwa minimal 2 pasien

per hari. Setiap tahun meningkat 20%. Selanjutnya, proyeksi pasien Rehab Medik

dapat dilihat pada tabel berikut.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


48
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Tabel 20. Proyeksi Jumlah pasien Bedah Tahun I – X

NO TAHUN PROYEKSI
Pertahun Per hari
1 I 730 2
2 II 876 2
3 III 1.051 3
4 IV 1.261 3
5 V 1.514 4
6 VI 1.816 5
7 VII 2.180 6
8 VIII 2.616 7
9 IX 3.139 9
10 X 3.767 10
Sumber: data proyeksi

6.7. PROYEKSI JUMLAH PASIEN IGD

Proyeksi jumlah pasien Rehab Medik berbasis asumsi bahwa minimal 10 pasien

per hari untuk tahun I. Setiap tahun meningkat 20%. Selanjutnya, proyeksi pasien

IGD dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 21. Proyeksi Jumlah pasien IGD Tahun I – X

NO TAHUN PROYEKSI
Pertahun Per hari
1 I 3.650 10
2 II 4.380 12
3 III 5.256 14
4 IV 6.307 17
5 V 7.569 21
6 VI 9.082 25
7 VII 10.899 30
8 VIII 13.079 36
9 IX 15.694 43
10 X 18.833 52

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


49
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

BAB V
KAJIAN ASPEK TEKNIS & TEKHNOLOGI SERTA
KEBUTUHAN PERALATAN

Kajian kedua aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk melihat sampai berapa

besar kebutuhan dana pendirian Rumahsakit baru tersebut. Karena itu, mengacu

pada kajian pasar dan kebutuhan pelayanan kesehatan maka direncanakan

pendirian Rumahsakit kota pekalongan mengacu pada standar Rumahsakit tipe C.

Rumahsakit tipe C adalah Rumahsakit yang menyediakan pelayanan rujukan

tingkat pertama yang dilengkapi dengan 4 spesialis besar yaitu; spesialis penyakit

dalam, bedah, Obgyn, dan spesialis anak dan 4 spesialis lain yang sifatnya “on

call”. Spesifikasi Rumahsakit yang rencananya akan didirikan adalah sebagai

berikut:

Ø INSTALASI RAWAT INAP

Fasilitas kamar di instalasi rawat inap terdiri dari VIP (20 TT), Kelas I (30 TT),

Kelas II (20 TT), dan kelas III (30 TT), ditambah dengan 10 TT untuk

ICU/ICCU. Pada instalasi ini tentunya membutuhkan berbagai fasilitas mulai

dari kamar, hingga peralatan medis dan non medis. Rincian kebutuhan

peralatan medis dan non medis selanjutnya dapat dilihat pada lampiran.

Sedangkan untuk kebutuhan fisik akan dibahas kemudian.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


50
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Ø INSTALASI RAWAT JALAN & IGD

Selain fasilitas ruang poli dan IGD, di instalasi ini juga membutuhkan investasi

alat medis dan non medis. Rincian kebutuhan peralatan medis dan non medis

selanjutnya dapat dilihat pada lampiran.

Ø INSTALASI PENUNJANG MEDIS

Instalasi penunjang medis seperti lab, Radiologi, Rehab Medik dan lain-lain

lebih banyak membutuhkan investasi peralatan medis dan non medis dari

pada bangunan.

Ø FASILITAS & SARANA PENDUKUNG RUMAHSAKIT

Fasilitas pendukung Rumahsakit seperti unit gizi, londry, dan unit lainnya juga

diperlukan dana untuk investasi. Tapi penekanannya lebih banyak pada

peralatan non medis dan bangunan.

Ø LAIN-LAIN.

Yang dimaksud dengan lain-lain adalah sarana umum yang ada di

Rumahsakit, seperti masjid, wartel, dll.

Pembangunan berbagai fasilitas fisik serta kebutuhan peralatan sebaiknya

dilakukan secara bertahap sesuai kemmampuan dan melihat kondisi pasar. Dari

kelima item yang rencananya ada untuk pendirian Rumahsakit Pekalongan,

diperkirakan membutuhkan dana sebesar Rp. 37,065,900,000 (Tiga puluh tujuh

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


51
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

milyard enam puluh lima juta sembilan ratus ribu rupiah), yang selanjutnya dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 22. Rekapitulasi Biaya Inventarisasi Aset Rsud Pekalongan

No Kegiatan Nilai (Rp.)

1 Bangunan 22,389,960,000
2 Alat Medis dan Non Medis 12,966,730,000
3 Lain-lain 1,709,210,000

Jumlah 37,065,900,000

Penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran I mengenai daftar inventarisasi

Aset.

1. Aspek Teknis & Teknologi


Secara umum apabila ditinjau dari berbagai aspek, ada beberapa hal yang harus

dipertimbangkan dalam memilih lokasi:

a. Mendukung produk unggulan Rumahsakit yaitu Trauma Center (IGD), dimana

letak tanah tersebut cukup strategis, berada dipinggir jalan dan mudah diakses

dari segala arah,

b. Luas tanah minimal 1 hektar,

c. Apabila lokasi yang tersedia berada di tempat yang “tidak strategis”, dalam

jangka panjang perlu disiapkan infrastruktur, misalnya; jalan menuju lokasi

diperlebar, dibuat aturan agar angkutan umum melewati lokasi yang dipilih, dll.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


52
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Pertimbangan diatas apabila dihubungkan dengan rencana yang pernah di buat

pada tahun 2002 untuk pengembangan Puskesmas Bendan menjadi Rumahsakit,

maka hal tersebut kurang mendukung produk unggulan yang diusulkan. Secara

umum, beberapa alasan yang tidak mendukung Puskesmas Bendan menjadi

Rumahsakit adalah sbb:

a. Luas tanah hanya ± 3.500m2. Dengan tanah seluas itu, apabila dibangun

Rumahsakit maka luas bangunan menjadi sempit karena harus menyediakan

lahan parkir. Kalaupun mau dikembangkan harus memperluas lahan,

sedangkan kondisi saat ini sangat tidak mungkin karena disamping sudah

dikelilingi jalan, juga dibelakang Puskesmas tersebut ada bangunan Sekolah

Menengah.Pertama (SMP),

b. Bangunan yang ada sekarang maupun yang direncanakan lebih tepat sebagai

Puskesmas dengan rawat inap karena konsep denahnya tidak mendukung

produk unggulan yang diusulkan. Misalnya UGD terletak di belakang, tidak ada

kamar VIP, dan lahan parkir yang sempit,

c. Akses dari jalan besar kurang lancar, karena lokasi yang agak jauh dari jalan

PANTURA. Kalaupun Puskesmas Bendan akan didirikan menjadi Rumahsakit

dengan unggulan IGD(Trauma Center) dan VIP, maka pasien Gawat Darurat

akan lebih mudah aksesnya ke beberapa Rumahsakit swasta lain yang

letaknya lebih dekat dengan PANTURA,

d. Rumahsakit yang baik harus dirancang secara sistematis sejak awal dan

sebaiknya tidak tambal sulam. Oleh karena itu, seandainya lokasi Puskesmas

Bendan di pilih maka seluruh bangunan yang ada harus di robohkan terlebih

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


53
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

dahulu. Konsekuensinya, biayanya lebih mahal dan akan terjadi inefesiensi

aset PEMDA.

Persyaratan teknis selanjutnya dijelaskan di bawah ini.

1.1. Persyaratan Lokasi

1.1.1 Umum

Pada dasarnya lokasi ideal yang diharapkan dapat dibangun Rumah Sakit Umum

Kota Pekalongan hendaknya mengacu pada Strategi Kebijakan Pemerintah baik

dari Rencana Tata Ruang Kota Pekalongan untuk Renstra maupun Zona

Pemerintahan Wilayah Pembangunan Kota yang bisa memberikan dukungan baik

dari segi perdagangan (pemasaran), ekonomi, pendidikan, lingkungan hidup,

pariwisata, dll sehingga diupayakan bisa mendapatkan keuntungan secara

komprehensif dari segala kebijakan Pemerintah Pekalongan secara optimal.

Perlu diingat bahwa lokasi yang ada memberikan suatu kemungkinan

pengembangan di masa mendatang dari segi perkembangan lokasi proyek yang

memiliki potensi lokasi yang dapat dikembangkan di masa mendatang di mana

dapat kita ketahui dari potensi lahan disekitar lokasi yang memiliki mayoritas

masih merupakan tanah kosong disisi lokasi maupun disisi seberang jalan raya di

depan lokasi.

Disamping itu tidak kalah penting adalah adanya faktor pendukung dari

Puskesmas-Puskesmas yang telah ada sebelumnya dengan harapan dapat

mendukung Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan yang akan berdiri seoptimal

mungkin.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


54
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

1.1.2. Khusus

Lokasi yang disyaratkan untuk pembangunan Rumah Sakit Umum Kota

Pekalongan diharapkan memiliki luas lahan minimal 10.000 m 2 / 1 Ha dengan

ukuran panjang x lebar ideal dan terletak di sepanjang jalan raya Pantura dengan

kontur tanah yang relatif rata sehingga mengakomodasi segala kepentingan

dengan harapan memberikan kenyamanan dan keamanan pasien Rumah Sakit

Umum Kota Pekalongan.

1.2. Persyaratan Pendukung Lokasi

Untuk mendukung tercapainya lokasi yang ideal perlu ada tinjauan untuk

mempertajam persyaratan lokasi

1.2.1. Faktor Primer

Ø SDM di bidang Kesehatan

SDM yang memadai sangat dibutuhkan untuk penyelenggaraan sebuah

Rumah Sakit yang baik. Meskipun pada dasarnya Rumah Sakit Umum

merupakan usaha yang banyak memberikan pelayanan berupa produk jasa.

Namun kebutuhan dokter spesialis, tenaga medis & manajemen kesehatan

tidak bisa dianggap sepele begitu saja baik kuantitas maupun kualitas akan

sangat berpengaruh terhadap terselenggaranya sebuah Rumah Sakit Umum

Kota Pekalongan yang unggul dalam segala hal terutama pelayanan,

peralatan yang memadai.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


55
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Ø Sarana Transportasi

Sarana transportasi untuk akses ke arah lokasi harus memadai baik angkutan

kota, bus maupun kereta api dimana dapat dicapai dengan mudah sehingga

membantu terhadap pasien dari segala penjuru baik dari Kota Pekalongan

maupun dari luar Pekalongan seperti Batang, Pemalang, Tegal bahkan

Semarang.

Adapun untuk lokasi juga tidak kalah penting dari segi parkir sehingga tidak

menyebabkan kemacetan yang akan mengganggu kenyamanan penghuni

Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan. Maka diperlukan sistem sirkulasi baik

dari luar ke dalam maupun sebaliknya secara efisien dan efektif.

Ø Sarana Pendukung Lain

Beberapa sarana lain yang dibutuhkan berkaitan dengan proyek untuk

mendukung kelancaran operasional proyek baik pada saat persiapan maupun

saat proyek sudah berjalan adalah :

§ Sarana Listrik

Sarana listrik harus tersedia untuk menunjang berjalannya proyek baik dari

persiapan maupun opersionalnya bangunan ditambah dengan kapasitas

listrik dan jarak yang dekat dengan gardu induk akan sangat membantu

terselenggaranya proses pembangunan Rumah Sakit Umum Kota

Pekalongan, juga tidak lupa adanya kebutuhan darurat listrik dengan

penyediaan listrik cadangan secara prima dan bisa dipertanggungjawabkan

baik untuk bangunan itu sendiri maupun alat-alat medis perangkat

pendukung lainnya.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


56
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

§ Sarana Air

Sarana air merupakan unsur utama dalam pelaksanaan proyek dimana

sarana air harus tersedia baik dalam kapasitas sebagai persediaan

sementara maupun setelah bangunan Rumah Sakit Umum berlangsung.

Ada beberapa sumber air yang bisa didapatkan yaitu sumur biasa dengan

buis beton , sumur bor maupun sumur dari PDAM. Ada baiknya sumber air

menggunakan ketiganya sehingga bisa dijadikan cadangan sewaktu-waktu

sumber air tersebut berkurang sehingga kelangsungan operasional Rumah

Sakit Umum bisa berlangsung tanpa mengurangi kenyamanan penghuni

RSU tersebut.(untuk efisiensi penyimpanan dibutuhkan sarana water torn

secara terpadu).

Perlu diingat bahwa jarak antara sumber air bersih dengan sanitasi

khususnya air kotor bisa diatur dengan peraturan yang berlaku sehingga

mengurangi pencemaran dari sumber air kotor yang nantinya dikaji

bersama-sama dengan pengolahan limbah dengan analisa dampak

lingkungan ( AMDAL ) secara terpadu.

§ Sarana Telekomunikasi

Guna menunjang kegiatan pelayanan Rumah Sakit Umum, telekomunikasi

juga merupakan sarana pendukung yang penting dimana dapat berfungsi

sebagai :

- Komunikasi dari dalam atau ke luar bangunan (Telkom)

- Antar ruang dalam bangunan (PABX)

- Komunikasi dari bangunan ke unit-unit mobile yang bergerak

(HT/Selular)

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


57
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Untuk itu daerah tersebut harus tersedia jalur telekomunikasi yang cukup

memadai baik jalur Telkom maupun jalur telpon selular ataupun satelit.

1.2.2. Faktor Sekunder

1. Strategi Kebijakan Pemerintah ( RENSTRA, RTURK )

2. Pengembangan di masa datang.

Berbagai hal di masa mendatang bisa terjadi baik hal positif maupun

negatif, namun demikian kemungkinan-kemungkinan tersebut bisa kita

prediksikan secara ilmiah dengan pertimbangan-pertimbangan yang

didasarkan pada analisa-analisa terpadu dari beberapa aspek-aspek

pendukung antara lain:

a. Potensi lahan untuk lokasi masih memungkinkan untuk dikembangkan

secara maksimal.

b. Potensi disekeliling lokasi yang memungkinkan mendukung

berkembangnya Rumah Sakit Umum ini.

c. Akses dari segala penjuru yang mudah dicapai.

d. Kontur tanah yang relatif stabil dan rata untuk menjaga kekuatan

struktur bangunan secara berkala.

3. Persyaratan teknis dan non teknis rancang bangun

a. Faktor Teknis

Salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam persyaratan teknis

adalah pelayanan, untuk itu jenis aktifitas, sirkulasi dan pengelompokan

zona kegiatan memberikan andil yang cukup besar dalam

terselenggaranya sebuah bangunan yang memiliki pelayanan optimal.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


58
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Persyaratan teknis dan normatif pada Rancang Bangun Rumahsakit

sangat spesifik dan bervariasi sehingga kesalahan Rancang Bangun

dapat berakibat rendahnya nilai fungsi bangunan atau bahkan tidak

berfungsinya suatu fasilitas pelayanan. Persyaratan yang ada dan

berlaku bisa berupa ketentuan dari Pemerintah maupun standar yang

diterbitkan oleh para ahli yang bisa dipertanggungjawabkan secara

ilmiah.

Adapun hal penting yang terkandung dan membentuk fisik Rumahsakit

mencakup landasan pemikiran mengenai :

Ø Fokus pemikiran terhadap prosedur medis dan prosedur non medis

termasuk manajemen Rumah Sakit yang kemudian akan

membentuk kemampuan dan kelengkapan fasilitas Rumahsakit,

pengaturan fungsi ruang dan program ulang baik berlangsungnya

kegiatan maupun pasca huni.

Ø Faktor pemikiran terhadap prosedur sanitasi dan utilitas dan limbah

yang akan membentuk lay out (tata letak) Rancang Bangun yang

mencerminkan suatau kualitas dan hirearki ruang dengan prosedur

sebagai berikut :

- Persyaratan teknis terdiri dari konstruksi ruang, instalasi medis

dan pendukung lainnya.

- Pencegahan adanya pencemaran lingkungan terdiri dari

penyebaran infeksi dan limbah.

- Pemeliharaan baik bangunan maupun alat-alat medis

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


59
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Untuk lebih jelasnya akan kita tinjau ulang faktor-faktor tersebut

dengan faktor-faktor lain yang mendukung terselenggaranya Rumah

Sakit Umum yang optimal, yaitu :

Ø Keamanan dan kenyamanan

Hal ini sangat berkaitan dengan jasa maupun produk yang akan

diberikan kepada konsumen berupa pelayanan kesehatan, maka

faktor keamanan dan kenyamanan menjadi faktor pertimbangan

yang penting, dimana faktor pengenaan tarif serta bentuk lay out

bangunan akan sangat berpengaruh terhadap pelayanan Rumah

Sakit yang optimal.

b. Struktur Bangunan

Struktur bangunan hendaknya dapat menjamin terselenggaranya

kegiatan Rumah Sakit secara maksimal dengan syarat sebagai berikut :

Ø Dapat secara baik berfungsi minimal 20 th sesuai standar yang

berlaku.

Ø Dapat secara kuat menahan semua beban dan gaya yang bekerja

pada bangunan sesuai dengan fungsinya.

Ø Dapat secara baik melindungi dari berbagai kekuatan perusak

bangunan.

Ø Dapat menahan struktur terhadap kebakaran minimal satu jam dari

terjadinya kebakaran.

c. Bahan Bangunan

Untuk menjamin keawetan bangunan dan efisiensi pemakaian bahan

bangunan perlu diperhatikan syarat sebagai berikut :

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


60
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Ø Memenuhi standar dan norma yang berlaku mengenai bahan

bangunan.

Ø Penggunaan bahan bangunan harus sesuai dengan fungsinya.

Ø Memiliki ketahanan minimal 5 tahun untuk susunan bahan bangunan

non struktur dan minimal 20 tahun untuk susunan bahan bangunan

struktur bila digunakan sesuai aturan yang berlaku.

Ø Terlindungi dari berbagai kekuatan perusak bahan bangunan.

Ø Dapat menahan semua beban dan gaya yang bekerja pada struktur

bangunan.

d. Tenaga Listrik

Berdasarkan pada jenis tindakan pengamanan terhadap bahaya karena

gangguan tenaga listrik bisa dibagi dalam ruang fasilitas pelayanan

kelompok 1., 1.E dan 2E yaitu :

Ø Dalam kelompok 1 terputusnya aliran listrik karena gangguan tidak

berbahaya dan pelayanan yang diberikan dapat dihentikan atau

diulang.

Ø Dalam kelompok 1.E dimana penghentian pelayanan masih bisa

terganggu dengan batas toleransi tertentu, jika ada gangguan atas

tenaga listrik maka diperlukan catu daya pengganti khusus yang

dapat mengganti tugas jaringan listrik umum dalam beberapa saat

secara otomatis.

Ø Untuk kelompok 2.E pelayanan yang diberikan tidak boleh terhenti,

maka diperlukan catu daya pengganti khusus yang bersifat back up

penuh tanpa jeda jika terjadi gangguan listrik.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


61
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

e. Jaringan Listrik

Jaringan listrik adalah sistem listrik yang terdiri dari hantaran dan

peralatan listrik yang terhubung satu sama lain untuk menyalurkan

tenaga listrik. Komponen-komponen pokok dari jaringan listrik dalam

bangunan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu :

i. Saluran listrik

ii. Peralatan listrik

iii. Peralatan pemakaian aliran listrik

f. Penerangan Darurat (Emergency Lighting)

Penerangan darurat merupakan jenis penerangan yang diperlukan pada

saat aliran listrik pada bangunan atau komplek bangunan padam.

Dalam kondisi tersebut diperlukan catu daya yang memenuhi syarat

paling tidak diperlukan untuk penerangan pada ruang-ruang yang

memerlukannya.

g. Air Bersih

Sistem pengaliran air bersih harus dapat memenuhi persyaratan

plumbing dalam bangunan sehingga tidak terjadi pengaliran kembali air

bekas ke jaringan air bersih serta mencegah kemungkinan terjadinya

water hammer. Selain itu jika sistem menggunakan air tanah maka

sistem ini harus terpisah dari sistem pemadam kebakaran

menggunakan air tanah maka sistem ini harus terpisah dari sistem air

untuk pelayanan.

Apabila tekanan air kota dapat menjangkau fixture unit didalam

bangunan maka diperlukan tandon air bawah tanah dengan kapasitas

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


62
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

2/3 kebutuhan cadangan air total kemudian langsung dipompa ke

sistem air bersih dalam bangunan. Selanjutnya agar kerja pompa tidak

terlalu berat perlu juga direncanakan adanya Tandon air atap dengan

kapasitas 1/3 dari kebutuhan cadangan air total, jika tandon atap juga di

gunakan untuk masalah kebakaran maka kapasitasnnya juga harus di

tambah.

Fasilitas air bersih terdiri dari pemasangan pipa baru dan

pendistribusiannya serta penyempurnaan sistem pipa bila

memungkinkan di lengkapi dengan pressure tank. Sesuai dengan

ketentuan Pemerintah maka penyediaan air minum untuk memenuhi

seluruh kegiatan minimal di rumah sakit adalah 600 liter/ tempat tidur

/hari.

Disamping itu yang perlu diadakan adalah :

1. Water Treatment dengan menggunakan metode Filtuasi Pasir

Lembut, Penurunan kadar besi dan Chlorinasi.

Diharapkan air Konsumsi Setelah melalui pengolahan sesuai

dengan kriteria dalam PERMENKES No. 416 tahun 1990.

2. Hot Water System dengan Kebutuhan air panas untuk

bangunan Rumah Sakit adalah sekitar 130 Liter per hari per

pasien.

h. Sistem Sanitasi.

Sistem Sanitasi Rumahsakit Umum wajib dilaksanakan oleh pengelola

RSU hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI No. 51 / 1993

tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang kemudian

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


63
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

ditindaklanjuti dengan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor.KEP-10/MENLH/3/1994 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan

yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

untuk jenis-jenis Rumahsakit dengan kelas A atau yang setara dengan

pelayanan spesialisasi lengkap dan menyeluruh.( Rumah Sakit Umum

type dibawahnya menyesuaikan.)

Tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan Rumahsakit yang wajib

dilakukan oleh pengelola Rumahsakit menurut Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup RI No.KEP-58/MENLH/ 12/1995 adalah :

1. Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan

sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak

melampaui baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan.

2. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air

sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan

saluran limpahan air hujan.

3. Memasang alat ukur debit laju air limbah cair dan melakukan

pencatatan debit harian limbah cair tersebut.

Berdasarkan peraturan tersebut diatas, maka Rumahsakit akan

membuat suatu instalasi Pengolahan Air Limbah dari Kamar Bedah,

Laboratorium, Radiologi dan WC. Air Kotoran dan air hujan yang

berasal dari ruang perawatan, bagian cuci dan dari halaman dialirkan

melalui saluran terbuka/ tertutup langsung ke parit atau sungai terdekat

atau Riol Kota.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


64
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Intinya adalah pengolahan limbah cair seefektif dan seefisien mungkin

untuk menurunkan zat pencemaran organik dan angka kuman sehingga

sifat air limbah cair memerlukan syarat baku mutu limbah.

i. Sarana Drainase.

Perencanaan Kota Drainase Rumah Sakit dilaksanakan secara terpadu

j. Sarana Gas

Sarana gas di dalam Rumahsakit hendaknya memikirkan mengenai

pasokan sarana gas medis yang cukup dimana pasokan gas medis ini

dilayani oleh agen per tabung gas sedangkan pada masa mendatang

gas akan didistribusikan melalui stasiun gas di berbagai lokasi yang

telah ditentukan menurut kebutuhan masing-masing secara medis.

k. Masalah Kebakaran

Penanggulangan bahaya kebakaran sangat berkaitan dengan :

- Kelengkapan lingkungan yang disyaratkan agar dilengkapi dengan

sumur kebakaran, komunikasi dan hydrant kebakaran dimana jarak

hydrant atau sumur kebakaran ± 500 meter dengan aliran air

berkapasitas 100 liter per menit, sedangkan sumber air bisa

diperoleh dari berbagai sumber asal berada dalam jangkauan dan

tidak beracun.

- Jalan lingkungan yang menuju lokasi Rumah Sakit mudah dicapai

dimana harus cukup dilewati mobil pemadam kebakaran dan

petugas pemadam kebakaran, serta harus kuat menahan beban

mobil pemadam kebakaran, serta bangunan khususnya yang

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


65
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

bertingkat harus dapat dijangkau oleh mobil pemadam kebakaran

dengan jarak maksimal 12 meter.

- Khusus tempat-tempat penting seperti kamar operasi dan kamar

inap disediakan tabung pemadam kebakaran yang diletakkan

stasioner pada tempat yang sekiranya mengundang resiko

kebakaran seperti : dapur, ruang diesel, laboratorium.

- Sebagai tindakan penanggulangan bahaya kebakaran perlu

dilakukan penanganan secara teknis yaitu :

1). Penanganan secara manual

2). Penanganan secara semi otomatis

3). Penanganan secara otomatis

l. Sistem Komunikasi

Sistem komunikasi berkaitan erat juga dengan pemberian pelayanan

yang akan diberikan di bidang kesehatan terdapat masalah kedaruratan

yang harus ditangani dengan segera. Untuk ini diperlukan pendukung

untuk dapat mempertahankan pemberian pelayanan dan menangani

kedaruratan dimana jalur komunikasi menjadi penting sehingga sistem

komunikasi yang handal harus tersedia, hal ini juga dapat mendukung

peningkatan mutu pelayanan sebagai sarana untuk mencari informasi

terbaru mengenai pelayanan kesehatan dari berbagi media. Prinsip

utama jaringan internal Rumah Sakit adalah kelancaran hubungan dan

komunikasi antar masing-masing bagian dan dalam setiap bagian dapat

dilakukan dengan sistem intercom tersentralisir, sedangkan pada tiap

bagian juga disediakan nurse call. Kebutuhan intercom dapat

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


66
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

disesuaikan untuk satu tempat tidur terdapat satu nurse call, untuk

perbandingan dalam Rumah Sakit Umum, satu stasiun perawat

melayani 20 – 40 tempat tidur. Untuk jaringan internal Rumah Sakit rata-

rata memerlukan 3 satuan sambungan telepon, yaitu:

- Sambungan telepon darurat

- Sambungan telepon kantor administrasi

- Sambungan telepon sentral yang mampu menampung 20 nomor

extension namun jumlah ini bisa disesuaikan. Disamping itu perlu

juga tersedia adanya komunikasi SSB atau VHF atau UHF untuk

komunikasi darurat yang sering disebut radio medik. Untuk

mempercepat arus komunikasi juga bisa disediakan satu atau dua

fasilitas faximile.

m. Pengaturan Udara (Pengkondisian Ruang )

Pengkondisian Ruang di Rumah Sakit ditujukan untuk kenyamanan,

mengurangi laju pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur dan

bakteri. Oleh sebab itu ruang ICU, ruang operasi dan ruang poliklinik

harus dikondisikan berdasarkan persyaratan yang telah ditentukan.

Porsi energi listrik untuk pengaturan udara berkisar antara 10 – 20 %.

Oleh karena itu persyaratan pengaturan udara untuk Rumah Sakit

cukup bervariasi maka dibutuhkan perencanaan yang tepat dan teliti

dalam pemilihan peralatan. Untuk pengaturan udara digunakan ventilasi

alam, kipas angin, air conditioning (AC). Untuk menentukan kapasitas

AC yang dipasang dibutuhkan data-data awal sebagai berikut :

- Fungsi ruangan

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


67
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

- Suhu dan kelembaban yang diinginkan

- Suhu dan kelembaban udara luar

- Konstitusi bangunan

- Peralatan listrik yang ada di ruangan

- Udara ventilasi yang dibutuhkan

- Posisi bangunan terhadap matahari

n. Penangkal Petir

Penangkal petir sangat penting untuk mengantisipasi bangunan

terhadap gangguan yang mungkin timbul akibat petir. Pada prinsipnya,

instalasi penangkal petir merupakan suatu sistem instalasi dengan

komponen-komponen dan peralatan-peralatan yang secara keseluruhan

berfungsi untuk menangkal petir dan menyalurkannya ke dalam tanah

sehingga semua bagian dari bangunan beserta isinya atau benda-

benda disekelilingnya terlindung/terhindar dari bahaya sambaran petir.

Sistem jaringan ini biasanya dilewatkan melalui yang tertinggi dari

bangunan yang kemudian disalurkan ke bawah melalui sudut-sudut

bangunan sampai ke permukaan air tanah

Ada tiga bagian-bagian penting dari instalasi penangkal petir :

- Penghantar diatas tanah, adalah penghantar yang dipasang diatas

atap sebagai penangkal petir, berupa elektroda logam yang

dipasang tegak dan elektroda logam yang dipasang mendatar.

- Pengahantar pada dinding atau didalam bangunan, sebagai

penyalur arus petir ke tanah yang terbuat dari tembaga, baja

galvanish atau aluminium.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


68
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

- Elektroda-elektroda tanah berupa : pita (strip), batang (pipa, besi)

dan pelat.

Faktor-faktor sebagai pertimbangan sistem penangkal petir :

- Keamanan secara teknis

- Penampang hantaran

- Ketanahan mekanis

- Ketahanan terhadap korosi

- Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi

- Faktor ekonomis

o. Sistem Transportasi dalam bangunan

Sistem transportasi dalam bangunan perlu direncanakan dengan

seksama mengingat penggunaannya merupakan seseorang yang

memerlukan bantuan dan mencapai ruang tertentu seperti pasien,

pengunjung, dokter, perawat dan barang, untuk itu dalam menentukan

sistem transportasi perlu diperhatikan sebagai berikut :

- Tangga umum

- Tangga darurat

- Selasar

- Ramps

- Eskalator (tangga berjalan otomatis), untuk bertingkat dua atau lebih.

- Elevator (lift), untuk bertingkat dua atau lebih.

- Elevator barang, untuk bertingkat dua atau lebih.

p. Pertamanan dan Perparkiran

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


69
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Perencanaan untuk pertamanan dibuat dengan tujuan untuk

mempertahankan kenyamanan suasana agar udara tetap segar dan

bangunan terlindung dari sinar matahari. Perencanaan kawasan

perparkiran mempertimbangkan jumlah kunjungan rawat inap dan rawat

jalan yang terjadi setiap harinya, banyaknya karyawan Rumah Sakit dan

banyaknya penghantar pasien.

1.2.3. Faktor Non Teknis

a. Analisa Situasi Umum.

Gambaran umum Kota Pekalongan secara geografis terletak di dataran rendah di

pantai utara Pulau Jawa dengan ketinggian kurang lebih 1 meter di atas

permukaan laut dengan posisi geografis berada pada 60 o 50’42” sampai 60o 55’

44’’ Lintang Selatan dan 109o 37 ‘55” sampai dengan 109o Bujur Timur.

Batas-batas wilayah kota pekalongan adalah :

− Sebelah Utara = Laut Jawa

− Sebelah Timur = Kabupaten Batang.

− Sebelah Barat = Kabupaten Pekalongan

− Sebelah Selatan = Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten

Batang.

Secara Administrasi Kota Pekalongan terbagi dalam 4 Kecamatan dan terdiri dari

46 Kelurahan. Jarak terjauh dari utara ke selatan ±9 KM dan dari Barat Ke Timur ±

7 KM. Luas Wilayah Kota Pekalongan 45,25 KM2 atau sekitar 4525 Hektar terbagi

dalam tanah sawah 33.79 %, tanah Kering 66,21 % dari Ibu Kota Propinsi Jawa

Tengah (Semarang) berjarak sekitar 384 KM.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


70
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

b. Analisa Situasi Kesehatan Kota Pekalongan.

Leading sektor pembangunan Kesehatan di kota pekalongan .Struktur Organisasi

Dainas Kesehatan Kota terdiri dari Kepala Dinas, Bagian Tata Usaha dan 5

(Lima) Sub Dinas yaitu :

- Sub Din Pembinaan Pelayanan Kesehatan

- Sub Din Kesehatan Keluarga

- Sub Din Penyehatan Keluarga

- Sub Din Penyehatan Lingkungan

- Sub Din Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.

- Sub Din Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat.

Sektor Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang terdiri dari 10 (sepuluh) Puskesmas,

UPTD Kefarmasian dan UPTK BP Paru-paru.Adapun Sumber Daya tenaga di

jajaran Pelayanan Kesehatan seperti Pada tabel Berikut :

Tabel 23. Distribusi Tenaga Kesehatan di Kota Pekalongan.

No Instansi Jumlah %
1 Pemerintah 316 28,91
2 BUMN 56 5,12
3 ABRI 14 1,28
4 Swasta 707 64,69
Jumlah 1093 100
Sumber : Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2000

Arah Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kota Pekalongan meliputi.

1. Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia dan Lingkungan yang saling

mendukung dengan pendekatan paradigma sehat yang memberikan

prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, Pencegahan, Penyembuhan,

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


71
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Pemulihan dan Rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai

dengan lanjut usia.

2. Meningkatkan dan memelihara mutu, efisiensi, akuntanbilitas lembaga dan

pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara

berkelanjutan dan sarana dan prasarana dalam bidang medis, juga mutu

dan akreditas termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh

masyarakat. Dari pandangan situasi yang telah kita pelajari diatas maka

untuk memenuhi peningkatan kinerja mutu sumber daya dan pelayanan

sarana dan prasarana Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan perlu segera

dibangun Rumah Sakit yang merupakan unggulan di Kota Pekalongan

untuk segera memujudkan suatu Rumah Sakit Umum yang representatif

dengan pelayanan yang unggul dan memuaskan dengan didukung oleh

peralatan medis yang lengkap dan dapat bersaing secara ,kompetitif

dengan sektor-sektor terkait lainnya, sehingga arah kebijakan

Pembangunan Kesehatan Kota Pekalongan dapat terwujud.

1.3. Persyaratan Tata Letak Bangunan

a. Persyaratan Lay Out

Persyaratan Tata Letak bangunan hendaknya diperhitungkan secara

seksama dengan pertimbangan-pertimbangan yang berguna untuk

menghasilkan suatu tingkat kenyamanan hunian Rumah Sakit secara

optimal. Dalam proses operasionalnya dimana dalam

pengorganisasiannya terdapat beberapa pola seperti :

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


72
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

- Pola tata letak fungsional

- Pola tata letak produk

- Pola tata kelompok

- Pola tata letak posisi

Yang kesemuanya dapat diterapkan tetapi perlu diingat bahwa tujuan dari

penentuan desain adalah optimalisasi pengaturan operasional sehingga

nilai yang diciptakan menjadi maksimal.

Khusus untuk Rumah Sakit pengelompok dan desain tata ruang sering

dikelompokkan menjadi Blok Bangunan yang mendasarkan fungsi yang

meliputi :

- Kelompok Medis : - Ruang Rawat Jalan

- Ruang Gawat Darurat

- Ruang Rawat Inap

- Ruang Operasi

- Ruang untuk melahirkan

- Kelompok Penunjang Medis : - Ruang Radiologi

- Ruang Farmasi

- Ruang laboratorium

- Kelompok Penunjang Non Medis : - Ruang Bengkel

- Ruang Dapur

- Ruang Cuci

- Ruang Pusat Steril

- Ruang Mayat. dll

- Kelompok Pelayanan Administrasi

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


73
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Ada beberapa persyaratan yang yang dapat digunakan dalam penilaian

lay out :

1. Konsisten dengan teknologi

2. Adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses yang satu

ke proses yang lain.

3. Penggunaan ruang yang optimal

4. Terdapat kemudahan dalam penyesuaian dan ekspansi

5. Minimalisasi biaya dan memberikan jaminan keselamatan kerja

Dari berbagai aspek tersebut faktor yang penting adalah kenyamanan

konsumen lebih lanjut secara aturan baku yang berlaku, berbagai

standard sangat berkaitan dengan masalah dimensi fisik Rumah Sakit

ada beberapa besaran fisik yang harus dicukupi, berkaitan dengan rasio

antara luas lantai dan luas lahan yang tertuang dalam Keputusan

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik No. HK 00.06.355797.

Pada prinsipnya Perencanaan Rumah Sakit diperhitungkan agar dapat mencukupi

kebutuhan dan kapasitas pelayanannya untuk kurun waktu beberapa periode

kedepan sehingga titik balik pelayanan baru akan tiba pada tahun impas proyeksi

maka dalam perencanaan fisik Rumah Sakit perlu diperhatikan :

- Prosedur Medik, Non Medik, Sanitasi, Utility dan persyaratan normatif

rancang bangun Rumah Sakit.

- Prakiraan Matematis beban kerja untuk kurun waktu mendatang.

- Analisis Tapak seperti Sirkulasi, Kepadatan lahan dan barang serta

lingkungan.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


74
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Persyaratan yang menentukan penekanan karakter fisik setiap instalasi pelayanan

di Rumah Sakit adalah sebagai berikut :

Tabel 24.Penekanan Rancang Bangun

PENEKANAN PENTING YANG MEMPENGARUHI RANCANG BANGUN


PADA BEBERAPA UNIT ATAU INSTALASI PELAYANAN
DI RUMAH SAKIT
Instansi atau
No Karakteristik Penekanan
Unit Pelayanan
Unit Gawat
1 Kecepatan Penanganan
Darurat
Pemisahan Sirkulasi Medis dan Umum
2 Rawat Jalan Prosedur Administrasi Pasien
Dimensi Ruang Poli Khusus
Pengelolaan ruang Tunggu
3 Rawat Inap Efektivitas Penanganan Pasien
Pengendalian Infeksi Nosokomial
4 Radiologi Proteksi terhadap Radiasi
Prosedur Kamar Gelap
Perlistrikan
5 Kamar Operasi Pendaerahan Steril, Semi Streril dan Tidak Streril
Prosedur Pre dan Post Operasi
Perlistrikan
6 Laboratorium Prosedur Pemeriksaan
Pencegahan Infeksi Nosokomial
Pengelolaan Limbah
7 Farmasi Prosedur Penanganan Sediaan Farmasi
Pengeloaan Limbah Farmasi
8 Gizi Prosedur Distribusi Bahan dan alat

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


75
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

BAB VI
KAJIAN ASPEK SUMBERDAYA MANUSIA
& ASPEK LAINNYA

1. Perencanaan SDM
Kebutuhan sumberdaya manusia (SDM) yang sesuai dan bermutu di organisasi

manapun termasuk Rumahsakit sangat diperlukan terutama yang menduduki

posisi kunci. SDM yang dimaksud adalah direksi serta stafnya. Kesuksesan suatu

perencanaan dan pengoperasionalisasian suatu organisasi Rumahsakit sangat

bergantung pada SDM yang solid. Membangun sebuah tim yang efektif

merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu pengetahuan. Karena itu, dalam

membangun sebuah tim yang efektif, pertimbangan harus diadakan bukan hanya

pada keahlian teknis para manajer atau staf semata, tetapi juga pada peranan

penting mereka dan keselarasan mereka dalam bekerja.

Sebagai seorang manajer, direktur Rumahsakit merupakan salah satu anggota

terpenting dari suatu organisasi. Orang ini memegang peranan penting dalam

perecanaan dan pelaksanaan operasional organisasi. Ada 2 hal penting dalam

memilih direktur suatu organisasi termasuk Rumahsakit, yaitu; pemilihan waktu

dan kriteria seleksi.

Pemilihan waktu. Pemilhan waktu yang tepat untuk memilih seorang direktur

tidak ada patokannya yang dianggap paling benar karena memang sangat

beragam sifatnya. Akan tetapi, syarat yang harus diingat, “direktur sebagai

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


76
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

seorang Manajer dan anggota tim harus secepatnya terlibat dalam perencanaan

operasional sehingga mereka akan lebih terikat untuk segera merealisasikan

berbagai rencana tersebut.”

Kriteria seleksi. Tujuan utama pemilihan seorang direktur adalah untuk

menugaskan seseorang yang berpengalaman, mampu, dan kompeten untuk

menghasilkan produk akhir secara tepat waktu, sesuai dengan biaya yang

tersedia dan juga sesuai dengan syarat yang diberikan. Untuk itu, seorang

pemimpin perlu memiliki karakteristik yang dapat digolongkan dalam lima kategori,

yaitu : Latar` Belakang dan Pengalaman; Kepemimpinan dan Keahlian Strategis;

Keahlian Teknis; Kemampuan Kehumasan; dan Kemampuan Manajerial. Hal

tersebut selanjutnya akan dijelaskan di bawah ini.

Mengingat Rumahsakit ini dibangun dengan dana yang tidak sedikit maka perlu

didukung oleh manajemen yang handal. Dengan spesifikasi sbb:

1. Mempunyai wawasan strategik dan visioner,

2. Lebih baik apabila mempunyai latarbelakang pendidikan yang memadai,

misalnya; ahli manajemen Rumahsakit,

3. Adaptif terhadap perubahan lingkungan persaingan bisnis maupun

lingkungan pemerintahan,

4. Tidak birokratis dan mengedepankan kepentingan pelanggan,

1. Latar Belakang dan Pengalaman. Latar belakang dan keahlian seorang

direktur yang prospektif haruslah konsisten dengan keberadaan dan

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


77
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

kebutuhannya. Tujuannya adalah untuk menugaskan seseorang yang

dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan syarat yang ditentukan.

Direktur Rumahsakit seorang manajer harus memiliki latar belakang

kemampuan pendidikan, dan sebagai tambahan adalah pengalaman di

area pekerjaan yang ditugaskan. Sebaiknya yang dipilih adalah kandidat

yang menunjukkan pengalaman analisis konseptual, operasional, dan

praktek yang dapat diterima.

2. Kepemimpinan dan Keahlian Strategis. Direktur Rumahsakit sebagai

seorang manajer adalah seorang pemimpin yang turut mendesain,

mengkoordinasikan, mengatur, dan mengimplimentasikan rencana yang

telah ditetapkan. Pimpinan juga biasanya menetapkan berbagai kebijakan

yang berhubungan dengan operasional dan visi Rumahsakit kedepan.

Dalam hal kepemimpinan dan keahlian strategis berarti direktur sebagai

manajer harus memiliki visi mengenai pengembangan Rumahsakit

kedepan, dimana ia juga mendesain tahapan pencapaian visi yang ada

dalam dokumen rencana stratejik.

3. Kemampuan Teknis. Walaupun direktur tidak melakukan semua pekerjaan

di Rumahsakit seorang diri, namun kemampuannya untuk mengarahkan,

menilai, dan memberikan keputusan akan pilihan teknis alternatif sangat

diperlukan. Direktur sebagai seorang manajer haruslah memiliki

pengalaman bekerja, termasuk pekerjaan-pekerjaan yang lebih spesifik,

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


78
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

selain ia harus mengerti perihal pasar, perilaku konsumen, serta teknologi

yang digunakan.

4. Kemampuan Kehumasan. Direktur hendaknya mampu bertindak dengan

berbagai macam keahlian, misalnya bahwa ia harus dapat bertindak

sebagai pengayom, pemberi informasi bagi pekerja, sebagai negosiator,

mengatasi masalah konflik, dan mampu memecahkan masalah serta

mencari jalan keluarnya. Peran penting lainnya adalah sebagai politikus,

pramuniaga, fasilitator, pengawas, dan sebagai pembimbing.

5. Kemampuan Manajerial. Kemampuan manajerial sangat diperlukan dalam

direktur Rumahsakit dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari

maupun dalam kegiatan perencanaan kedepan. Agar dapat melakukan hal

tersebut, direktur harus memiliki pengetahuan perihal organisasi:

bagaimana mengorganisasikan, menentukan kebutuhan para staf,

kebutuhan operasional, menangani permasalahan manajemen,

menghubungkan tujuan dengan visi/misi organisasi, serta mengendalikan

karyawan.

2. Proyeksi Kebutuhan SDM di Rumahsakit Kota Pekalongan


Dalam konteks rencana pendirian Rumahsakit di kota Pekalongan ini, kebutuhan

SDM mengacu pada standar Rumahsakit tipe C. Hasil analisis secara umum, total

SDM yang dibutuhkan berjumlah 300 orang yang secara rinci dapat dilihat pada

tabel berikut.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


79
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Tabel 25. Proyeksi Kebutuhan SDM


Tenaga Jumlah BAGIAN/INSTALASI
Dokter Umum 5 Rawat darurat dan rawat jalan
Dokter Gigi 3 Rawat jalan
Dokter Spesialis Bedah Umum 1 Poli Bedah
Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1 Poli Penyakit Dalam
Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit
1 Poli Obsgyn
Kandungan
Dokter Spesialis Anak 1 Poli Anak
Dokter Spesialis Penyakit Syaraf 1 Poli Syaraf
Dokter Spesialis Radiologi 1 Radiologi
Dokter Spesialis Anesthesi 1 Kamar Operasi dan ICU/ICCU
Dokter Spesialis Bedah Orthopedi 1 Kamar Operasi
Dokter Spesialis Bedah Syaraf 1 Kamar operasi
Dokter Spesialis THT 1 Poli THT
Dokter Spesialis Mata 1 Poli Mata
Laboran 6 Laboratorium
Radiografer 2 Radiologi
Bidan 8 Rawat Inap/kamar bayi
Perawat Ruang Rawat Inap 80 Rawat Inap
Asisten Perawat Rawat Inap 40 Rawat Inap
Perawat di IGD 12 Instalasi Rawat Darurat
Perawat di Kamar Operasi 10 Kamar operasi
Perawat di Poliklinik 30 Rawat Jalan
Ahli Gizi 3 Instalasi Gizi
Ahli Sanitasi 3 Instalasi Pengolahan Limbah
Laundry 12 Instalasi Launddry
Cleaning Service 15 Rumah Tangga
Apoteker 3 Instalasi Farmasi
Asisten Apoteker 8 Instalasi Farmasi

Tabel 26. Proyeksi Kebutuhan SDM (Lanjutan)


Tenaga Jumlah BAGIAN/INSTALASI
Pramusaji 4 Instalasi Gizi
Office Boy 3 Rumah Tangga
Satpam 6 Rumah Tangga
Sopir 4 Rumah Tangga
Keuangan 4 Keuangan
Kasir 8 Keuangan
Customer Service 4 Pemasaran
Pemasaran/Humas 2 Pemasaran
Rekam Medis 2 Rekam Medis
Pendaftaran 4 Umum
Personalia 3 Umum
Juru Masak 4 Instalasi Gizi
Direktur Rumahsakit 1
300

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


80
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Dengan proyeksi jumlah SDM sebanyak 300 orang, dan gaji rata-rata sebesar Rp.

700.000, maka total gaji untuk tahun pertama di proyeksikan sebesar Rp.

2.520.000.000,-. Mulai tahun kedua dan selanjutnya, total gaji diproyeksikan

sebesar 20% dari tahun sebelumnya. Total gaji tersebut tidak termasuk jasa

pelayanan dan lain-lain yang bersifat tidak tetap. Proyeksi gaji setiap tahun dapat

dilihat pada`lampiran tabel IV-5 (lampiran keuangan).

Kebutuhan SDM seperti pada tabel diatas, dengan asumsi bahwa total SDM di

suatu instalasi/unit merangkap sebagai kepala instalasi/unit. Proyeksi tersebut

berbasis standar DEPKES yang kemudian disesuaikan dengan pengalaman di

beberapa Rumahsakit tipe C.

3. Aspek Manajemen & Sistem Informasi


Inti dari manajemen adalah perencanaan, pengorganisasi, pelaksanaan dan

pengendalian suatu aktivitas yang bertujuan untuk mengalokasikan sumberdaya

sehingga memiliki nilai tambah. Karena itu efektivitas dan efesiensi dalam suatu

organisasi akan sangat bergantung pada komitmen diantara angggota organisasi

tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini tentunya akan

sangat terkait dengan kebutuhan SDM.

Organisasi dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pelayanan dan

peningkatan kinerja secara keseluruhan tidak terlepas dari anggota yang berperan

didalamnya, juga memerlukan rancang bangun keorganisasian yang handal serta

fleksibel dan sesuai dengan kondisi usaha serta pelayanan yang diberikan. Hal ini

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


81
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

ditutujan untuk mendapatkan kejelasan kewajiban, hak dan tanggungjawab para

anggota organisasi serta prospek mengenai kehidupan anggota didalam

organisasi sehingga bisa mendukung terbentuknya budaya yang kondusif bagi

perkembangan organisasi. Namun, juga diperlukan dukungan dari sistem

informasi dalam organisasi yang dapat memberikan informasi dan data yang

akurat dan dapat dipercaya demi peningkatan organisasi dan pengendalian serta

pengawasan operasional organisasi.

Dalam kaitannya dengan sistem informasi pada dasarnya dapat dibagi 2 yaitu;

sistem informasi berbasis manual dan sistem informasi berbasis komputer. Untuk

perkembangan dan kebutuhan kedepan, sistem informasi berbasis komputer

sangat dibutuhkan dalam jangka panjang. Bahkan, kebutuhan SDM akan

diperkecil apabila sistem informasi ini dikembangkan secara baik. Di samping itu,

dengan sistem informasi berbasis komputer (seperti billing system). Tingkat

kebocoran akan dapat ditekan sampai pada titik terendah.

Dalam rancangan struktur organisasi sebenarnya cukup fleksibel tergantung pada

tingkat dan jenis usaha yang dijalani, dalam hal ini pelayanankesehatan untuk

Rumahsakit. Walaupun struktur organisasi harusnya ada dalam dokumen

Business Plan, namun berikut adalah gambaran struktur organisasi untuk

Rumahsakit umum pemerintah yang lazim.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


82
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Gambar 12. Struktur Organisasi Rumahsakit Pemerintah

Kepala

Sekretaris

Kel. Jabatan
Funsional Subbag Perenc. Subbag Subbag
Program Umum Lainnya

Bidang
Pelayanan Bidang Bidang
Perawatan Keuangan

Adm. RM
Asuhan Anggaran
Keperawatan

Irna Irja
Evaluasi Pembukuan Verifikasi
Keperawatan
Yan-Jang

Sarana Perbendaharaan
Keperawatan
Dal-Mutu

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


83
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

BAB VII
KAJIAN KEUANGAN

Kajian keuangan pada dasarnya untuk melihat sejauhmana dana yang

diinvestasikan dapat bermanfaat semaksimalmungkin. Secara spesifik kajian

keuangan ini berisi analisis NPV(Net Present Value) Payback Period, dan proyeksi

Rugi/laba investasi. Selanjutnya akan dibahas secara runtut di bawah ini.

1. Proyeksi Pendapatan dan Biaya

1.1 Proyeksi Pendapatan

Pendapatan terdiri dari dua variabel yaitu, volume dan tarif. Karena itu asumsi

dasar mengenai kedua variabel tersebut secara umum adalah:

1. Rata-rata tarif untuk tahun I sebesar mengacu pada tarif RSUD Kabupaten

Pekalongan saat ini,

2. Tarif diprediksi akan meningkat sebesar 17,5% pertahun. Dasar asumsi ini

dipakai untuk mengantisipasi perubahan harga akibat inflasi yang berkisar

antara 10-20% tiap tahun.

Kedua asumsi awal ini akan digunakan untuk menganalisis pendapatan rawat

jalan, rawat inap, maupun penunjang medis.

1.1.1 Pendapatan Rawat Inap

Rawat inap terdiri dari 4 kelas yaitu VIP, kelas I, kelas II, dan kelas III, dan

ICC/ICCU. Sesuai dengan asumsi diatas, proyeksi pendapatan rawat inap

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


84
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

dapat dilihat pada lampiran tabel IV-4. Berikut adalah proyeksi pendapatan

rawat inap mulai tahun 1 hingga tahun 6 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 13. Proyeksi pendapatan rawat inap mulai tahun I - VI.

3,500,000,000 3,119,530,240
P
e
3,000,000,000
n 2,467,233,264
d
a 2,500,000,000
p 1,963,768,578
a 2,000,000,000
t
1,290,538,735
a 1,500,000,000
n
923,984,953
1,000,000,000 661,619,531
(

R
500,000,000
p
)

-
1 2 3 4 5 6
Tahun

Sumber: data proyeksi

1.1.2 Pendapatan Rawat Jalan

Proyeksi jumlah pasien dan tarif seperti dalam asumsi yang disebutkan

diatas akan mempengaruhi jumlah pendapatan berbagai poli di Rawat jalan.

Berikut adalah tabel proyeksi jumlah pasien dan tarif untuk tahun I disetiap

poli.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


85
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Tabel 27. Proyeksi jumlah pasien dan tarif poli dan IGD Untuk tahun I

NO KETERANGAN TH I
J. PAS. TARIF
1 POLI UMUM
Periksa Dokter 2,965 5,000
2 POLI PENYAKIT DALAM 2,372
- Periksa Dokter 2,372 25,000
- Sederhana 949 5,000
- Kecil 712 10,000
- Sedang 712 15,000
- Besar -
3 POLI BEDAH 593 -
- Periksa Dokter 593 25,000
- Tindakan Sederhana 237 10,000
- Tindakan Kecil 178 20,000
- Tindakan Sedang 119 40,000
- Tindakan Besar 59 150,000
4 POLI ANAK 1,186 -
- Periksa Dokter 1,186 25,000
- Tindakan Sederhana 474 5,000
- Tindakan Kecil 356 10,000
- Tindakan Sedang 356 15,000
- Tindakan Besar - -
5 POLI KEBIDANAN & KANDUNGAN 1,779
- Periksa Dokter 1,779 25,000
- Tindakan Sederhana 712 10,000
- Tindakan Kecil 534 20,000
- Tindakan Sedang 356 40,000
- Tindakan Besar 178 150,000
6 POLI MATA 593 -
- Periksa Dokter 593 25,000
- Tindakan Sederhana 237 10,000
- Tindakan Kecil 178 20,000
- Tindakan Sedang 119 40,000
- Tindakan Besar 59 150,000

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


86
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Tabel 28. Proyeksi jumlah pasien dan tarif poli dan IGD Untuk tahun I
(lanjutan)

NO KETERANGAN TH I
J. PAS. TARIF
7 POLI THT 593 -
- Periksa Dokter 593 25,000
- Tindakan Sederhana 237 10,000
- Tindakan Kecil 178 20,000
- Tindakan Sedang 119 40,000
- Tindakan Besar 59 150,000
8 POLI SYARAF 593 -
- Periksa Dokter 593 25,000
- Tindakan Sederhana - -
- Tindakan Kecil - -
- Tindakan Sedang - -
- Tindakan Besar - -
9 POLI GIGI 1,186
- Periksa Dokter 1,186 5,000
- Tindakan Sederhana 474 7,500
- Tindakan Kecil 356 23,750
- Tindakan Sedang 237 100,000
- Tindakan Besar/Khusus/canggih 119 300,000
10 IGD 3,650
- Periksa Dokter 3,650 16,000
- Tindakan Sederhana 1,825 25,000
- Tindakan Kecil 1,278 80,000
- Tindakan Sedang 365 250,000
- Tindakan Besar 183 375,000

Hasil kali antara proyeksi jumlah pasien dan proyeksi tarif pada tabel diatas

adalah proyeksi pendapatan rawat jalan dan IGD. Proyeksi pendapatan rawat

jalan dan IGD dapat dilihat pada lampiran tabel IV-4. Berikut adalah gambar

proyeksi pendapatan total instalasi rawat jalan dan IGD untuk tahun I hingga

IV.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


87
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Gambar 14. Proyeksi pendapatan tiap poli untuk tahun I-IV.

1.861.411.655
2.000.000.000
1.800.000.000
P 1.349.566.815
e 1.600.000.000
n 1.400.000.000
d 979.908.077
1.200.000.000
(

a R
1.000.000.000
p p 559.070.849
a 800.000.000
)

t 600.000.000
a 400.000.000
n
200.000.000
-
I II III IV
Tahun

Sumber: data proyeksi

1.1.3 Pendapatan Radiologi

Dari keempat jenis pemeriksaan radiologi yang biasa disediakan, kemudian

dilakukan proyeksi terhadap setiap item tersebut. Berikut adalah tabel

proyeksi jumlah pasien dan tarif untuk tahun I.

Tabel 29. Proyeksi Jumlah pasien & tarif Radiologi untuk tahun I

NO KETERANGAN TH I
VOL. TARIF
- Sederhana (rata-rata) 1.989 40.000
- Sedang(rata-rata) 1.492 50.000
- Canggih(rata-rata) 994 100.000
- Khusus(rata-rata) 497 200.000

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


88
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Hasil kali antara volume(jumlah pemeriksaan) dengan tarif proyeksi akan

menghasilkan proyeksi pendapatan radiologi. Secara rinci, proyeksi

pendapatan radiologi, pasien bedah, lab, farmasi dan pendapatan lainnya

dapat dilihat pada lampiran tabel IV-4. Berikut adalah gambar proyeksi

pendapatan radiologi untuk tahun I hingga III.

Gambar 15. Proyeksi pendapatan radiologi untuk tahun I- III.

666.994.018

700.000.000 497.779.456
P
600.000.000
e
n 500.000.000
353.035.075
d
(

a R 400.000.000
p p
300.000.000
a
)

t 200.000.000
a
n 100.000.000

-
1 2 3
Tahun

1.1.4 Pendapatan pasien bedah

Rata-rata jumlah pasien bedah per hari sebanyak 2 orang . Tabel berikut

adalah proyeksi jumlah pasien dan tarif untuk tahun I.

Tabel 30. Proyeksi Jumlah pasien & tarif bedah untuk tahun I

NO KETERANGAN TH I
VOL. TARIF
730
- Sederhana (tarif rata-rata) 292 150.000
- Sedang (tarif rata-rata) 219 200.000
- Canggih (tarif rata-rata) 146 300.000
- Khusus(tarif rata-rata) 73 450.000

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


89
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Jumlah pasien tindakan sederhana sebanyak 40% dari jumlah pasien

bedah. Sedangkan jumlah pasien tindakan sedang sebanyak 30% dari total

proyeksi pasien bedah. Selanjutnya, proyeksi pendapatan kamar bedah

selama 3 tahun dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 16. Proyeksi pendapatan kamar bedah untuk tahun I - III.

319.213.305
350.000.000

300.000.000
P 228.964.500
e
250.000.000
n
164.250.000
d
(

200.000.000
a R
p p
150.000.000
a
)

t
100.000.000
a
n
50.000.000

-
1 2 3
Tahun

1.1.5 Pendapatan Lab

Sama seperti unit penunjang lainnya, pemeriksaan lab dikategorikan dalam

4 jenis pemeriksaan. Berikut adalah gambar proyeksi pendapatan lab dari

tahun I hingga tahun III.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


90
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Gambar 17. Proyeksi pendapatan lab untuk tahun I - III.

328.799.868
350.000.000
245.384.239
P 300.000.000
e
250.000.000 174.031.375
n
d
(

200.000.000
a R
p p
150.000.000
a
)

t 100.000.000
a
n 50.000.000

-
1 2 3
Tahun

1.1.6 Pendapatan Farmasi dan Pendapatan Lainnya

Pendapatan farmasi diperoleh dari penjualan obat kepada pasien di

Rumahsakit. Sedangkan pendapatan lain-lain dihasilkan dari aktivitas

pelayanan tambahan seperti rahab medik, ICU/ICCU, jasa kamar jenazah,

ambulance, dll. Proyeksi pendapatan farmasi (apotik) sebesar 35% dari total

pendapatan proyeksi minus pendapatan lain-lain. Sedangkan proyeksi

pendapatan lain-lain sebesar 35% dari total pendapatan proyeksi.

1.2. Proyeksi Biaya

Proyeksi biaya opersional rumah sakit yang berhubungan dengan

pembangunan Rumahsakit baru dalam analisis berikut ini hanya

berhubungan dengan biaya yang benar-benar secara realitas terjadi dan

tidak termasuk biaya penyusutan. Dasar-dasar analisis untuk proyeksi biaya

operasional adalah sebagai berikut:

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


91
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

1. Biaya kamar pasien umum sebesar 15% dari total pendapatan kamar

pasien umum. Yang dimaksud dengan biaya ini adalah pengeluaran

yang merupakan fasilitas kamar pasien seperti biaya bahan medis habis

pakai yang tidak dibayar pasien. Yang tidak termasuk biaya kamar

pasien adalah biaya penyusutan, gaji dan biaya obat yang dibayar

pasien.

2. Biaya kamar bedah sebesar 40% dari total pendapatan kamar bedah

untuk jasa Rumahsakit. Biaya kamar adalah pengeluaran yang terjadi di

kamar bedah yang merupakan fasilitas pasien kecuali biaya

penyusutan, gaji, dan obat yang dibayar pasien.

3. Biaya rawat jalan di proyeksikan sebesar 35% dari pendapatan rawat

jalan. Yang tidak termasuk biaya rawat jalan adalah biaya penyusutan,

gaji, dan obat yang dibayar pasien. Biaya rawat jalan adalah segala

bentuk pengeluaran yang terjadi dan merupakan fasilitas pasien rawat

jalan kecuali ketiga item biaya tersebut.

4. Biaya lab, Radiologi, sebesar 35% dari pendapatan masing-masing unit

tersebut. Pada dasarnya definisi biaya-biaya adalah segala bentuk

pengeluaran yang terjadi di setiap unit tersebut kecuali biaya

penyusutan, gaji, dan obat yang dibayar pasien.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


92
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

5. Harga pokok penjualan obat farmasi (apotik) sebesar 75% dari

pendapatannya. Sedangkan biaya atas pendapatan lainnya sebesar

10% atas pendapatannya. Harga pokok penjualan obat adalah harga

beli obat ditambah biaya lainnya diluar biaya penyusutan dan gaji.

6. Biaya gaji diproyeksikan sebesar 30% dari total biaya min biaya

pemeliharaan dan penyusutan.

7. Biaya pemeliharaan untuk tahun pertama sebesar 10% dari total biaya

min biaya penyusutan. Untuk tahun kedua dan selanjutnya meningkat

25% dari tahun pertama.

Berdasarkan dasar analisis diatas, proyeksi biaya (kas) selanjutnya dapat

dilihat dalam lampiran tabel IV-5.

2. Analisis Kelayakan Investasi


Bahasan sebelumnya mengenai proyeksi pendapatan dan biaya lebih

menitikberatkan pada penerimaan dan pengeluaran kas. Hal ini dilakukan

karena dalam analisis cash flow hanya terfokus pada penerimaan dan

pengeluaran kas. Berdasarkan analisis tersebut selanjutnya akan diperoleh

cash flow seperti dibawah ini.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


93
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

2.1 Analisis Aliran Kas (Cash Flow)

Prediksi terhadap aliran kas mengacu pada prediksi pendapatan dan biaya

operasional rumah sakit. Berikut ini adalah tabel aliran kas masuk dan aliran

kas keluar selama 10 tahun. Secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran

tabel IV-6.

Tabel 31. Aliran Kas Bersih

No Tahun Net Cash flow

1 Proceed tahun I
(699,523,593)
2 Proceed tahun II
(224,224,622)
3 Proceed tahun III
264,906,568
4 Proceed tahun IV
1,269,944,974
5 Proceed tahun V
2,239,860,776
6 Proceed tahun VI
3,688,125,567
7 Proceed tahun VII
5,898,043,660
Proceed tahun
8
VIII 8,586,603,695
9 Proceed tahun IX
12,393,026,526
10 Proceed tahun X
14,693,099,147

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


94
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

2.2 Rekomendasi Kelayakan Investasi

Berdasarkan proyeksi selisih antara aliran kas masuk dan aliran kas keluar,

kemudian dapat dilakukan penilaian mengenai kelayakan investasi pendirian

Rumahsakit baru di Jember.

Rumus NPV adalah sebagai berikut:


n
Σ A1
NPV = -Ao + t=1
(1+r)t

dimana; r = tingkat kembalian yang disyaratkan, misalnya tingkat suku


bunga
deposito bersih (setelah dikurangi pajak)
t = jumlah tahun
Ao = investasi awal
A1 = penerimaan kas bersih

Suatu investasi biasanya diakatakan layak secara ekonomis apabila Net

Present Value (NPV) > 0. Apabila NPV< 0 investasi tersebut tidak layak

secara ekonomis.

Selanjutnya untuk mengetahui berapa lama pengembalian uang yang

diinvestasikan biasanya digunakan indicator Payback period. Karena

payback period suatu investasi menunjukkan jangka waktu yang diperlukan

untuk pengembalian investasi awal. Rumus payback period adalah sebagai

berikut:

InvestasiAwal
PP =
KasMasukBersih

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


95
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Berdasarkan analisis sebelumnya maka perhitungan NPV, Payback Period

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 32. Perhitungan NPV

No Tahun Net Cash flow DF (15%) Proceed


1 Proceed tahun I (699,523,593) 0.8696 (608,281,385)
2 Proceed tahun II (224,224,622) 0.7561 (169,546,028)
3 Proceed tahun III 264,906,568 0.6575 174,180,368
4 Proceed tahun IV 1,269,944,974 0.5718 726,095,160
5 Proceed tahun V 2,239,860,776 0.4972 1,113,606,668
6 Proceed tahun VI 3,688,125,567 0.4323 1,594,478,460
7 Proceed tahun VII 5,898,043,660 0.3759 2,217,293,075
8 Proceed tahun VIII 8,586,603,695 0.3269 2,806,975,979
9 Proceed tahun IX 12,393,026,526 0.2843 3,522,871,613
10 Proceed tahun X 14,693,099,147 0.2472 3,631,909,395
11 Proceed tahun XI 18,978,177,111 0.2149 4,079,230,550
12 Proceed tahun XII 20,945,947,182 0.1869 3,914,947,296
13 Proceed tahun XIII 22,913,717,252 0.1625 3,724,119,645
14 Proceed tahun XIV 24,881,487,323 0.1413 3,516,467,212
15 Proceed tahun XV 26,849,257,393 0.1229 3,299,625,665
16 Proceed tahun XVI 28,817,027,464 0.1069 3,079,525,005
17 Proceed tahun XVII 30,784,797,534 0.0929 2,860,704,609
18 Proceed tahun XVIII 32,752,567,604 0.0808 2,646,575,120
19 Proceed tahun XIX 34,720,337,675 0.0703 2,439,635,664
20 Proceed tahun XX 36,688,107,745 0.0611 2,241,653,617

INVESTASI AWAL 37,065,900,000


NPV 9,746,167,687

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


96
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

Berdasarkan hasil analisis, dengan diskon factor 15% dan berbagai asumsi yang

telah disebutkan sebelumnya maka rencana pendirian Rumahsakit baru di kota

Pekalongan ini layak secara ekonomis untuk dilakukan. Payback period dengan

memperhitungkan nilai waktu uang terjadi pada tahun ke 16 dan 2 bulan. Secara

lebih rinci dapat dilihat pada lampiran tabel IV-6.

3. Analisis Kelayakan Investasi Alternatif


Kajian ini bersifat kajian keuangan alternatif (proyeksi minimal) rencana

pendirian Rumahsakit baru di kota Pekalongan. Analisis ini masih

menggunakan berbagai asumsi proyeksi pendapatan dan proyeksi biaya

seperti yang dijelaskan sebelumnya. Asumsi tambahan adalah 7,5% dari

proyeksi pendapatan tidak tertagih (dalam bentuk piutang).

Dengan asumsi tersebut, secara ekonomis investasi ini layak karena NPV

masih prositif dengan nilai Rp. 1.835.974.148,-. Tingkat pengembalian modal

investasi (payback period) terjadi pada tahun ke 19 dan 1 bulan. Secara lebih

rinci dapat dilihat pada lampiran tabel IV-7, IV-8, dan IV-9.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


97
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

BAB VIII
REKOMENDASI STUDI

Berdasarkan fakta hasil Studi Kelayakan Peningkatan Pelayanan Sarana dan

Prasarana Kesehatan/Rumahsakit Kota Pekalongan maka direkomendasikan

sebagai berikut :

a. Layak didirikan Rumahsakit Umum yang setara tipe C yaitu Rumahsakit yang

menyediakan layanan rujukan terutama untuk 4 besar layanan (bedah,

kebidanan dan kandungan, anak dan penyakit dalam) secara full time, namun

juga melayani spesialisasi kecil (THT, Mata, Syaraf) secara part time (on call)

b. Rumahsakit tersebut sebaiknya mempunyai pelayanan unggulan untuk rawat

inap (VIP) dan IGD khususnya Trauma Center. Hal ini mengingat beberapa

alasan sebagai berikut :

§ Berbagai Rumahsakit yang ada tidak mempunyai fasilitas pelayanan

gawat darurat yang sesuai dengan kebutuhan standar.

§ Tingginya kasus korban kecelakaan di Kota Pekalongan yang berada di

jalur pantai utara yang padat. Berdasarkan UU NO. 34/1964 jumlah

korban kecelekaan lalu lintas pada tahun 2002 mencapai 1.678 dengan

jumlah klaim sebanyak Rp. 9.482.708.950.

§ Tingkat Utilisasi kamar VIP di Rumahsakit yang ada saat ini cukup tinggi.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


98
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA
DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR

c. Jumlah tempat tidur di Rumahsakit yang akan dibangun berjumlah 100TT

ditambah 10 TT untuk ICU/ICCU, yang dapat dirinci sbb :

§ 20 TT, kamar VIP,

§ 20 TT, kamar kelas I,

§ 20 TT, kamar kelas II,

§ 30 TT, kamar kelas III dan,

§ 10 TT, kamar ICU/ICCU.

d. Lokasi pendirian Rumahsakit memliki luas minimal 1 hektar dengan beberapa

pertimbangan tempat seperti yang telah disebutkan.

e. Untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat, bukan hanya fasilitas

medis yang perlu diperhatikan tetapi juga fasilitas pendukung seperti sistem

informasi yang terintegrasi. Sebagai bagian dari pemerintahan kota

Pekalongan, Rumahsakit kota Pekalongan nantinya harus menjadi unit

strategis yang mampu memberikan laporan up to date mengenai diagnosa

dan terapi pasien di rawat jalan, status kamar di rawat inap, sisa stok bahan

medis di gudang farmasi hingga nilai transaksi dan lain-lain.

f. Kebutuhan SDM dan struktur organisasi sebaiknya mengacu pada standar

Rumahsakit tipe C.

g. Pembangunan Rumahsakit bisa dilakukan secara bertahap sesuai dengan

kemampuan dan kondisi pasar.

PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI


99
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai