KONSUMEN
DALAM
KONTEKS JASA
• Pencarian informasi
Konsumen mulai mencari informasi produk apa yang sesuai dengan kebutuhannya.
o a. Search attribute/atribut pencarian yang merupakan karakteristik nyata yang dapat dinilai
oleh konsumen sebelum membeli barang. (misalnya: gaya, warna, tekstur, rasa, bentuk,dsb).
o Experience attribute/atribut pengalaman adalah hal yang tidak bisa dievaluasi sebelum
pembelian. Konsumen harus mengalami jasa tersebut dan kemudian konsumen dapat menilai
jasa tersebut.
o Credence attribute/atribut kredibilitas . pada atribut ini konsumen masih sulit mengevaluasi
karakteristik bahkan setelah mereka mengkonsumsi jasa tersebut.
1. Tahap Pra Pembelian (2)
• Persepsi Resiko
Dikarenakan tingginya proporsi atribut pengalaman dan kredibilitas, para
pelanggan sering khawatir akan resiko dari melakukan pembelian yang pada
akhirnya dapat mengecewakan.
Konsumen biasanya merasa nyaman dengan presepsi resiko dan
menggunakan beberapa macam metode untuk mengurangi resiko tersebut,
yaitu:
Bioskop, Konsultan,
Binatu, bank Hotline service
Customer
Asuransi, TV
service by
email
Kabel rendah
System Servuction
Peneliti Prancis Pierre Eiglier dan Eric Langeard adalah yang pertama kali
mengonsepsikan bisnis layanan sebagai sebuah system yang mengintegrasikan
pemasaran, operasi, dan para pelanggan. Mereka menciptakan istilah
system servuction (gabungan dari kata service dan production) untuk
menggambarkan bagian dari lingkungan fisik organisasi layanan yang dapat
dilihat dan dialami oleh para pelanggan.
System servuction terdiri dari inti bersifat teknis yang tidak terlihat oleh
pelanggan dan system penghantaran layanan yang terlihat dan dialami oleh
pelanggan.
• · Inti yang bersifat teknis – dimana input diproses dan elemen produk jasa
diciptakan. Inti bersifat teknis ini biasanya ada di belakang layar dan tidak
terlihat oleh pelanggan (seperti dapur pada sebuah restoran).
• · Sistem penghargaan layanan- dimana ‘’perakitan’’ terakhir dilakukan dan
produk dihantarkan kepada pelanggan. Sub sistem ini termasuk bagian yang
terlihat dari system operasi pelayanan- bangunan, peralatan dan petugas – dan
kemungkinan para pelanggan lainnya.
Teater Sebagai Metafora untuk Penghantaran
Layanan : Sebuah Perspektif Integratif
Karena proses penghantaran layanan terdiri dari serangkaian
kejadian yang dialami para pelanggan sebagai sebuah pertunjukan,
teater merupakan metafora yang bagus untuk jasa dan penciptaan
pengalaman pelanggan melalui system servuction. Metafora ini
merupakan pendekatan yang berguna untuk penyedia jasa kontak
–tinggi, seperti dokter dan hotel, atau untuk bisnis yang melayani
banyak orang dalam waktu yang bersamaan.
· Teori Peran
Jika kita memandang proses pelayanan dari perspektif teatrikal, maka baik para pegawai
maupun para pelanggan akan bertindak sesuai dengan peran yang telah ditentukan dalam
pertunjukan. Stephen Grove dan Ray Fisk mendefinisikan peran sebagai ‘’sekumpulan pola
perilaku yang dipelajari melaluli pengalaman dan komunikasi, untuk dilakukan oleh
seseorang dalam sebuah interaksi social tertentu untuk mencapai tujuan secara maksimal
dan efektif. Peran juga didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari sejumlah pertanda sosial
(social cues).
· Teori Naskah
Seperti naskah film, sebuah naskah layanan (service script) memerincikan berbagai rentetan
perilaku para pegawai dan para pelanggan yang harus dilakukan selama penghantaran
layanan. Para pegawai mendapatkan pelatihan formal, para pelanggan mempelajari naskah
melalui pengalaman, komunikasi dengan orang lain, serta komunikasi dan edukasi yang telah
terancang, semakin banyak pengalaman yang dimiliki pelanggan dengan perusahaan jasa,
semakin pelanggan itu mengenal naskahnya.
3. Tahap Pasca Pelayanan
• Konsumen menilai kinerja layanan yang telak mereka alami dan
membandingkan dengan ekspetasi mereka sebelumnya.