Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KEDUA

BAB IV
KUALITAS PELAYANAN

A. KLASIFIKASI JASA
Pengertian Jasa
Jasa merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan kasat mata dan satu pihak
kepada pihak lain. Untuk mendapatkan sebuah baju kita akan membutuhkan seorang
penjual baju yang memberikan jasa pelayanan maupun jasa dari seorang penjahit dan
banyak contoh lainnya dalam kehidupan kita. Jasa merupakan berbagai kegiatan ekonomi
dengan hasil keluaran yang tidak berwujud yang ditawarkan dari penyedia sebuah jasa
yakni perusahaan kepada pengguna jasa atau konsumen.
Contoh Jasa
 Layanan Bisnis: konsultasi, keuangan, perbankan.
 Perdagangan Jasa: eceran, pemeliharaan dan perbaikan.
 Layanan Infrastruktur: komunikasi, transportasi.
 Layanan Pribadi atau Sosial: restoran, perawatan kesehatan.
 Administrasi Umum: pendidikan, pemerintah.

Pengertian Jasa Menurut Para Ahli


1. Christian Gronross
Jasa yaitu sebuah proses yang terdiri atas serangkaian kegiatan intangible yang
biasanya terjadi pada sebuah interaksi antara pelanggan dan karyawan jasa dan atau
sumber daya fisik atau suatu barang dan atau sistem penyedia jasa, yang disediakan
sebagai sebuah solusi atas masalah pelanggan.
2. Djaslim Saladin
Jasa yakni setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada
pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak menghasilkan kepemilikan
sesuatu.
3. Adrian Payne
Jasa ialah aktivitas ekonomi yang mempunyai sejumlah elemen (nilai atau
manfaat) intangibel yang berkaitan dengannya, yang melibatkan sejumlah interaksi
dengan konsumen atau dengan barang-barang milik, tetapi tidak menghasilkan transfer
kepemilikan.
4. Ratih Hurriyati
Jasa yakni seluruh kegiatan ekonomi dengan output selain produk dalam
pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan suatu
nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi para pembeli
pertamanya.
5. Phillip Kotler
Jasa ialah setiap tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak
ke pihak lain yang secara prinsip intangibel dan tidak menyebabkan perpindahan
kepemilikan apapun. Produksinya bisa terkait dan bisa juga tidak terikat pada suatu
produk fisik.

B. Klasifikasi Jasa

1. Segmen Pasar
Dalam segmen jasa dibedakan menjadi beberapa tipe jasa yakni jasa kepada
konsumen akhir seperti Taksi, Asuransi jiwa, Pendidikan dan Jasa kepada konsumen
organisasional misalnya seperti jasa akuntasi dan perpajakan.

2. Tingkat berkewujudan (Tangibility)


Klasifikasi satu ini berkaitan dengan tingkat keterlibatan produk fisik &
konsumen. Adapun klasifikasi ini dibedakan menjadi, Owned Good Service, Rented
Goods Service, dan Non Goods Service.

3. Keterampilan Penyedia Jasa


Jasa ini terdiri dari profesional service (seperti konsultan hukum, konsultan
manajemen, dan konsultan pajak) dan nonprofesional (seperti sopir taksi dan penjaga
malam).

4. Tujuan Organisasi Jasa


Jasa ini dibagi menjadi 2 yakni commercial service atau profit service (bank &
penerbangan), dan Non-Profit (yayasan, panti asuhan, Sekolah, & museum).

5. Regulasi
Jasa ini dibedakan menjadi dua yakni regulated service (Seperti angkutan umum
dan perbankan) serta non-regulated (Seperti pengecatan rumah).
6. Tingkat Intensitas Karyawan
Klasifikasi jasa ini dibedakan menjadi equipment-based service (seperti ATM) dan
People based service (seperti penjaga malam, jasa akuntasni & konsultan hukum).
7. Tingkat Kontak Penyedia Jasa dan Pelanggan
Klafikasi jasa ini dibedakan menjadi high-contact service (seperti Perawat, dokter)
dan low-contact service (seperti layar tancap dan boiskop).

C. KARAKTERISTIK JASA
Karakteristik Jasa
1. Tidak Berwujud (Intangibility)
Jasa bersifat abstrak dan tidak berwujud, jasa tidak dapat dilihat, diraba, di dengar,
atau dicium sebelum jasa tersebut telah diterima.

2. Bervariasi (Variability)
Jasa bersifat nonstandart dan sangat variable. Berbeda dengan kualitas produk fisik
yang sudah terstandart, pada kualitas pelayann jasa tergantung pada siapa yang
menyediakan, kapan, dimana dan bagaimana jasa tersbut diberikan. Karena itulah jasa
disebut bervariasi.
3. Tidak Dapat Dipisahkan (Insenparability)
Umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi pada waktu bersamaan dengan
partisipasi konsumen di dalamnya.
4. Tidak Dapat Disimpan (Pershability)
Jasa tidak mungkin disimpan dalam bentuk persediaan. Nilai jasa hanya ada pada
saat jasa tersebut diproduksi dan langsung diterima oleh penerimanya. Karakteristik ini
berbeda dengan barang berwujud yang dapat diproduksi terlebih dahulu, disimpan, dan
dipergunakan lain waktu.

D. STRATEGI PERUSAHAAN JASA


Perusahaan jasa harus memahami rantai pelayanan laba yang menghubungkan
laba perusahaan jasa dengan kepuasan karyawan dan pelanggan. Menurut Kotler
(1996:663) rantai ini terdiri dari lima mata rantai yaitu
1. Pelayanan yang memuaskan akan mendatangkan laba dan pertumbuhan perusahaan dari
kinerja superior perusahaan jasa .
2. Pelanggan yang puas dan loyal, pelanggan puas yang tetap setia, membeli ulang dan
merekomendasikan kepada pelanggan lain
3. Nilai pelayanan yang lebih besar. Penciptaan nilai bagi pelanggan yang lebih efektif dan
efisien serta memberikan pelayanan
4. Karyawan jasa yang puas dan produktif, karyawan yang lebih puas, setia, dan
pekerjakeras
5. Mutu pelayanan internal, seleksi dan pelatihan karyawan yang superior, lingkungan
kerja bermutu dan dukungan bagi mereka yang berhadapan dengan pelanggan

E. MENGELOLA MUTU JASA


1. Membuat komitmen untuk memberi pelayanan yang baik untuk pelanggan.
2. Melihat kesalahan dan mencari jalan keluar.
3. Berinvestasi pada pelatihan.
4. Kualitas terstruktur.

F. PRINSIP MANAJEMEN JASA


Perusahaan dapat melakukan upaya untuk mengelola jasa dengan lebih baik,
tentunya dengan menerapkan prinsip-prinsip jasa yang penting untuk dilakukan. Karl
Albrecht berpendapat bahwa terdapat tiga prinsip jasa yang perlu dilakukan perusahaan
sehubungan dengan manajemen jasa. Ketiga prinsip tersebut dinamakan Segitiga jasa dari
Albrecht yang terdiri dari:
1. Strategi pelayanan yang baik (well-conceived service strategy) Satu prinsip dasar yang
harus dipahami oleh perusahaan jasa adalah bahwa setiap orang ingin diperlakukan
dengan baik, oleh karena itu, sudah selayaknya perusahaan menerapkan strategi
pelayanan yang baik yang sesuai dengan tingkat kenyamanan dan keleluasaan
konsumen, tentunya tanpa mengabaikan sistem pengawasan yang perlu dilakukan.
2. Penempatan orang-orang yang berorientasi pelanggan untuk berhadapan dengan
pelanggan (customer-oriented front-line people). Agar pelayanan atau jasa yang baik
ditunjukkan dan dapat dirasakan oleh konsumen, maka perusahaan perlu menempatkan
para petugas di depan (front- liner) dari orang-orang yang memiliki orientasi terhadap
pelanggan, yaitu orang-orang yang menyadari bahwa pelanggan merupakan aset yang
begitu penting bagi perusahaan sehingga perlakuan yang baik bagi pelanggan sangat
perlu dilakukan.
3. Penerapan sistem pelayanan yang bersahabat (customer-friendly systems). Konsep sistem
pelayanan yang bersahabat ini cukup sederhana. Jika pelanggan merasa bahwa
perusahaan telah memperlakukan mereka secara bersahabat, maka perusahaan tidak
perlu bersusah payah untuk meyakinkan pelanggan untuk membeli produk mereka.
Sebagaimana halnya seorang sahabat kepada sahabat lainnya, jika dia memiliki
keperluan, maka sahabamyalah yang pertama kali akan didatangi. Jika perusahaan telah
mampu melakukan manajemen jasa yang menerapkan sistem pelayanan yang bersahabat
ini, tentunya pelanggan tidak hanya akan membeli produk dari perusahaan, akan tetapi
juga loyal kepada perusahaan.
BAB V
MANAJEMEN PROSES DAN PERBAIKAN PROSES

A. Defenisi Manajemen Proses


Manajemen proses adalah suatu cara atau tindakan dalam membagi, mengalokasikan
program yang akan dieksekusi menjadi tidak berantakan dan berjalan dengan baik sebagai
mana mestinya. Dalam fungsinya untuk mengembangkan dan meningkatkan derajat
efisiensi dan efektivitas, manajemen proses juga merupakan salah satu perangkat kerja yang
sangat potensial dalam upaya peningkatan nilai-nilai kepuasan konsumen.
Untuk mendapatkan profitabilitas bisnis korporasi/ perusahaan yang maksimal, organisasi
kerja harus berpikir untuk menekan tingkat biaya proses, mengurangi tingkat kegagalan
produk/ proses, dan secara bersinergi berupaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas
produk/proses. Oleh karena itu manajemen proses adalah satu perangkat kerja strategi yang
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan tersebut.
1. Pemetaan proses
2. Diagnosis proses
3. Desain proses
4. Implementasi proses
5. Pemeliharaan prosess

1. Langkah – langkah Perbaikan Proses


Tenner dan De Toro (1992:85) mengemukakan suatu model perbaikan proses yang
terdiri dari enam langkah, antara lain sebagai berikut:
Langkah 1 : Mendefinisikan masalah dalam konteks proses Aktivitas yang spesifik dalam
langkah pertama ini adalah:
a. Identifikasi output
b. Identifikasi konsumen
c. Definisi kebutuhan konsumen
d. Identifikasi proses yang menghasilkan output ini
e. Identifikasi pemilik proses
Langkah 2 : Identifikasi dan dokumentasi proses Diagram alir flowchart merupakan alat
yang umum dipergunakan untuk mendeskripsikan proses. Pembuatan
diagram alir dari proses akan memungkinkan kita untuk melakukan empat
aktivitas perbaikan berikut:
a. Mengidentifikasi peserta participants dalam proses, berdasarkan nama,
posisi, atau organisasi
b. Memberikan kepada semua peserta dalam proses suatu pemahaman umum
tentang semua langkah dalam proses dan peranan individual mereka
c. Mengidentifikasi inefisiensi, pemborosan, dan langkah-langkah redundant
berlebihan atau tidak perlu dalam proses
d. Menawarkan suatu kerangka kerja untuk mendefinisikan pengukuran
proses
Langkah 3: Mengukur performansi Pengukuran performansi dapat dilakukan pada tiga
tingkat, yaitu: proses, output, dan outcome
Langkah 4: Memahami mengapa masalah dalam konteks proses bisa terjadi mengapa
suatu masalah terjadi dan agar langkah-langkah menuju perbaikan proses
menjadi efektif dan efisien, kita dapat mengajukan tiga pertanyaan dasar
berikut:
a. Apa yang menjadi area utama masalah utama dalam proses itu?
b. Apa yang menjadi akar penyebab masalah dalam proses itu?
c. Apa yang merupakan sumber variasi dari proses itu?
Langkah 5: Mengembangkan dan menguji ide-ide. Langkah 6: Implementasi solusi dan
evaluasi.
Langkah 6 : Dilanjutkan dengan pengukuran dan evaluasi efektifitas dari proses yang
diperbaiki itu. Berdasarkan informasi ini, kemudian dijadikan umpan balik
feedback untuk melaksanakan perbaikan proses selanjutnya, sehingga akan
diperoleh suatu perbaikan proses secara terus-menerus continuous process
improvement.

2. Perbaikan Proses Pada Perusahaan Ford


Metodologi perbaikan proses dari Ford terdiri atas tujuh tahap Gasperz, 1997 : 90,
yaitu sebagai berikut :
1. Identifikasi Kesempatan
Proses identifikasi ditetapkan prioritas dan dipilih kesempatan berdasarkan
potensinyaterhadap isu – isu strategis.
2. Definisi Ruang Lingkup
Batas – batas proses terpilih ditetapkan dan kemampuan mengelola studi proses
dinilai pihak –pihak dalam proses stakeholder didentifikasi dan dilibatkan, serta suatu
tim lintas funsional ditetapkan dengan anggota – anggota yang memiliki pengetahuan
dari elemen – elemen spesifik dalam proses, kemudian dikembangkan suatu rencana
kerja pendahuluan.
3. Analisis Proses
Aliran dari proses dipetakan, yang merefleksikan input, output dan interaksi
diantara elemen –elemen signifikan dari proses.
4. Menentukan perubahan proses
Berdasarkan pemahaman atas perubahan – perubahan yang ditetapkan terhadap
proses yang mungkin mencakup penciptaan proses baru diajukan suatu perubahan.
5. Memulai dan menguji perubahan yang diajukan
Satu atau lebih alternatif dipili sebagai proyek “percobaan”, selanjutnya indikator
– indikator pengukuran yang relevan untuk mengukur perbaikan proses ditetapkan.
6. Implementasi perubahan
Faktor –faktor yang mungkin mempengaruhi proses baru harus dipertimbangkan
terlebih dahulu sebelum sampai pada penerapan dalam skala penuh.
7. Penigkatan dan perbaikan proses terus menerus
Suatu disiplin manajemen harus ditetapkan untuk menjamin peninjauan ulang
secara periodik terhadap proses dan memprioritaskan usaha – usaha perbaikan
berikutnya secara terus menerus.

C. Perbaikan Kualitas Berorientasi Pada Proses


Gambar tersebut memberi pemahaman bahwa model perbaikan kualitas proses bisnis
mengkaji keseluruhan mata rantai pemasok-pelanggan, sehingga suatu kebutuhan dari
pelanggan merupakan masukan bagi industri untuk diteruskan pada pemasok. Pengukuran
ini diarahkan pada keseluruhan sistem, sehingga apabila ditemukan adanya kecacatan atau
kegagalan, kecacatan atau kegagalan tersebut harus diidentifikasi, untuk seterusnya
dianalisis penyebab kecacatan atau kegagalan yang terjadi pada proses secara keseluruhan.
Hasil temuan berupa akar penyebab kecacatan atau kegagalan itu selanjutnya harus
dihilangkan melalui pengembangan korektif. Pada akhirnya tindakan pengujian dan
evaluasi harus dilakukan untuk menguji dan mengevaluasi apakah tindakan korektif yang
dilakukan itu telah efektif menghilangkan penyebab kegagalan atau kecacatan yang terjadi
pada proses keseluruhan.
BAB VI
DATA DAN VARIABILITAS

(Suabana, 2000) menyatakan bahwa ukuran penyebaran (variabilitas) adalah


suatu ukuran yang menyatakan seberapa besarnya nilai-nilai data yang berbeda atau
bervariasi dengan nilai ukuran pusatnya atau seberapa besar penyimpangan nilai-nilai data
dengan nilai pusatnya.
Variabilitas (variability) adalah setiap penyimpangan/ deviasi dari proses optimal
yang mengirimkan produk bagus tepat waktu dan setiap waktu. Variabilitas, istilah halus
dari masalah, dapat disebabkan oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Persediaan dapat
menyembunyikan masalah, dan sebagian besar variabilitas disebabkan oleh pemborosan
yang ditoleransi atau manajemen yang buruk.Secara lebih spesifik, variabilitas dapat terjadi
karena :
1. Tenaga kerja, mesin, produk dari supplier yang tidak sesuai dengan standar,
terlambatatau jumlahnya tidak memadai.
2. Gambar teknis dan spesifikasi produk yang tidak akurat.
3. Bagian produksi memproduksi sebelum gambar/ spesifikasi jelas/lengkap
4. Permintaan/ kemauan konsumen tidak diketahui

A. Hubungan TQM dan Variabilitas?


Dalam penerapannya, "Apa pun yang dilakukan untuk mengurangi variabilitas
meningkatkan kualitas".
Pengurangan variabilitas telah menjadi target mengapa melalui teknik pemecahan
masalah dilakukan. Ini juga merupakan alasan rata-rata mengapa analisis kegagalan sistem,
pengendalian proses statistik, filosofi Taguelli, dan kerja sama pemasok dilakukan.
Tiga pendekatan identifikasi variabilitas yang paling umum adalah brainstorming sederhana
dengan anggota tim; diagram sebab akibat Ishikawa, dan melihat serius pada diagram alur.
Variabilitas normal terjadi karena keacakan yang terkait dengan proses. Variabilitas
khusus terjadi ketika diinduksi oleh sesuatu yang tidak terkontrol dalam prosesnya.
Pengurangan variabilitas berfokus pada memastikan bahwa penyebab variabilitas khusus
dihilangkan.
Fokus utama perbaikan berkelanjutan adalah perbaikan proses. Alih-alih
menemukan seseorang untuk disalahkan ketika ada yang salah (atau membatasi penerapan
tindakan korektif untuk memperbaiki cacat khusus). Menghilangkan kekurangan proses dan
meminimalkan variabilitas proses akan mencegah cacat di masa depan.
B. Metode JIT untuk mengurangi Variabilitas
Menurut Gaspersz (2001:37; dalam Kuszatmono, 2008), Just In Time Purchasing
adalah sistem pembelian barang dengan jumlah dan waktu yang tepat sehingga barang
tersebut dapat segera diterima untuk memenuhi permintaan atau untuk digunakan.
Sedangkan Just In Time Production adalah sistem produksi yang prinsipnya hanya
memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat
dibutuhkan oleh konsumen.
Just In Time atau  sering disingkat dengan JIT adalah suatu sistem produksi yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tepat pada waktunya sesuai dengan
jumlah yang dikehendakinya.Tujuan sistem produksi Just In Time (JIT) adalah untuk
menghindari terjadinya kelebihan kuantitas/jumlah dalam produksi (overproduction),
persediaan yang berlebihan (excess Inventory) dan juga pemborosan dalam waktu
penungguan (waiting).
Variabilitas sering tidak terlihat ketika terdapat persediaan. Hal ini merupakan
alasan mengapa JIT menjadi sangat efektif. FilosofI JIT yang merupakan perbaikan
berkelanjutan menghilangkan vaniabilitas. Hilangnya variabilitas memungkinkan material
yang baik dipindahkan secara just-in-time untuk digunakan. JIT mengurangi material di
sepanjang rantai pasokan. JIT membantu untuk memusatkan perhatian pada pemberian nilai
tambah di setiap langkah.
Banyak kelebihan yang dapat dinikmati dalam menerapkan sistem produksi Just In
Time, diantaranya sebagai berikut :
1. Tingkat Persediaan atau Stock Level yang rendah sehingga menghemat tempat
penyimpanan dan biaya-biaya terkait seperti biaya sewa tempat dan biaya asuransi.
2. Bahan-bahan produksi hanya diperoleh saat diperlukan saja sehingga hanya memerlukan
modal kerja yang rendah.
3. Dengan Tingkat persedian yang rendah, kemungkinan terjadinya pemborosan akibat
produk yang ketinggalan zaman, lewat kadaluarsa dan rusak atau usang akan menjadi
semakin rendah.
4. Menghindari penumpukan produk jadi yang tidak terjual akibat perubahan mendadak
dalam permintaan.
5. Memerlukan penekanan pada kualitas bahan-bahan produksi yang dipasok oleh Supplier
(Pemasok) sehingga dapat mengurangi waktu pemeriksaan dan pengerjaan ulang.
Menurut Taiichi Ohno (1988) terdapat berbagai macam pemborosan atau aktivitas
yang tidak memiliki nilai tambah dalam filosofi lean, menurut (Shah & Ganji, 2017, p.
2426) antara lain:
1. Overproduction, mengacu pada kegiatan produksi yang tinggi sebelum melihat seberapa
besar permintaannya, sehingga memproduksi terlalu banyak atau memperlambat aliran
barang sehingga membuat penumpukan persediaan.
2. Transportasi, karena konsumen tidak membayar untuk pergerakan barang mereka dari
bahan mentah menjadi barang siap konsumsi menyebabkan meningkatkan waktu tunggu.
3. Pergerakan, pergerakan dari aktivitas pekerja termasuk menjangkau, pemanasan,
berjalan jauh untuk mengambil dan mengirim bahan produksi dan berbagi informasi.
4. Over-processing, pemrosesan produk dengan menggunakan langkah-langkah yang tidak
tepat atau tidak sesuai dengan apa yang diperlukan selama proses produksi dan bukan
produk yang diperlukan oleh konsumen.
5. Kecacatan, mengacu pada ketidak sempurnaan produk sehingga membutuhkan inspeksi
lebih dan kontrol kualitas, termasuk mengerjakan ulang dan memperbaiki kecacatan.
6. Waktu tunggu, waktu dikelola dengan tidak tepat dan tidak efektif dalam
pemanfaatannya baik peralatan, sumber daya, bahan baku, atau pekerja tidak mampu
menambah nilai pada setiap aspek jalur produksi.
7. Persediaan barang, besarnya tingkat bahan mentah dan komponen dari barang setengah
jadi dan barang jadi yang membutuhkan fasilitas dan penyimpanan berlebih dari
perusahaan.

C. DATA QUALITY
Data quality mengacu pada pengembangan dan implementasi kegiatan yang
menerapkan teknik manajemen kualitas pada data. Tujuannya adalah memastikan agar data
sesuai untuk melayani kebutuhan spesifik perusahaan dalam konteks tertentu. Nah, data
yang dinilai sesuai untuk tujuan yang dimaksud dapat dikatakan sebagai data berkualitas
tinggi. 
Data berkualitas tinggi tentu saja bebas dari masalah kualitas data, seperti data yang
terduplikasi, data yang tidak lengkap, data yang tidak konsisten, data yang salah, data yang
tidak terdefinisi dengan baik, data yang tidak terorganisir dengan baik, hingga keamanan
data yang buruk. 
Penilaian kualitas data dilakukan oleh analis kualitas data, yang bertugas menilai dan
menafsirkan setiap metrik kualitas data individu, mengumpulkan skor untuk kualitas
keseluruhan data, dan memberikan presentasi kepada perusahaan mengenai keakuratan data
yang dimiliki. Kartu skor kualitas data yang rendah menunjukkan kualitas data yang buruk,
bernilai rendah, dan dapat menyebabkan pengambilan keputusan buruk yang dapat
merugikan perusahaan. 
Mengapa data quality itu penting? Jawabannya sederhana, itu karena data yang buruk
berpotensi memberi konsekuensi signifikan pada perusahaan. Data berkualitas buruk dapat
menjadi sumber penipuan operasional, analitik yang tidak akurat, dan strategi bisnis yang
salah. 
Ada banyak kerugian yang dapat disebabkan oleh masalah kualitas data. Contohnya,
biaya tambahan saat produk dikirim ke alamat pelanggan yang salah, gagal menghasilkan
penjualan karena catatan pelanggan yang tidak lengkap, hingga denda untuk pelaporan
kepatuhan keuangan atau peraturan yang tidak tepat.
1. Dimensi Data Kualitas
Dalam menilai data quality, setidaknya ada lima dimensi yang wajib untuk
dipertimbangkan. Berikut ini penjelasannya:
a. ACCURACY (KETEPATAN)
Sesuai namanya, accuracy berarti informasi yang benar pada data. Untuk menentukan
apakah data akurat atau tidak, tanyakan pada diri Anda apakah informasi tersebut
mencerminkan situasi dunia nyata. Akurasi adalah karakteristik kualitas data yang penting
karena informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan konsekuensi dan masalah
signifikan.

b. COMPLETENESS (KELENGKAPAN)
Kelengkapan mengacu pada seberapa komprehensif informasi yang Anda miliki.
Faktor penting dalam kelengkapan data adalah memastikan semua data yang Anda
butuhkan tersedia. Nah, dimensi completeness menjadi penting karena jika informasi tidak
lengkap, data mungkin menjadi tidak dapat digunakan.

c. RELIABILITY (KEANDALAN)
Keandalan berarti bahwa suatu informasi tidak bertentangan dengan informasi lain
dalam sumber atau sistem yang berbeda. Sebagai karakteristik data quality yang vital, saat
potongan informasi bertentangan, maka Anda tidak dapat memercayai data tersebut.
Menggunakannya dapat membuat kesalahan yang merugikan dan merusak reputasi
perusahaan.
d. RELEVANCE (RELEVANSI)
Relevansi ikut berperan karena harus ada alasan bagus mengapa Anda
mengumpulkan informasi tertentu sejak awal. Pertimbangkan apakah Anda benar-benar
membutuhkan informasi tersebut. Relevansi penting karena jika Anda mengumpulkan
informasi yang tidak relevan, Anda hanya akan membuang waktu dan juga uang. Analisis
data pun akan menjadi tidak berharga.

e. TIMELINESS (KETEPATAN WAKTU)


Ketepatan waktu mengacu pada seberapa up to date informasi yang Anda punya.
Ketepatan waktu informasi merupakan salah satu dimensi data quality yang penting karena
informasi yang tidak tepat waktu dapat menyebabkan orang mengambil keputusan yang
salah. Dampaknya adalah menghabiskan waktu, uang, dan merusak reputasi perusahaan. 

Anda mungkin juga menyukai