Anda di halaman 1dari 8

PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan
atas kesadaran, sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.

Masih banyak warga yang terserang beberapa penyakit menular yang terkait dengan
perilaku hidup bersih dan sehat serta masih banyak warga yang belum menyadari
pentingnya PHBS, dan bagi yang sudah mengerti PHBS, tidak semua melaksanakannya krn
beberapa alasan terutama keterbatasan ekonomi.

intervensi yang dipilih adalah pemantauan secara langsung keadaan lingkungan rumah dan
sekitar rumah warga RT 59 Kelurahan Karang Joang

dilakukan pemantauan secara langsung saat kegiatan pendataan rumah sehat kelurahan
Karang Joang, RT 59. kegiatan dilakukan dengan berkeliling dari rumah ke rumah sejak pukul
09.00-12.00 WITA. Kegiatan ini dilakukan bersama 7 orang dari puskesmas karang joang
yang kemudian dibagi menjadi 2 tim.

Pendataan dilakukan denganmeminta fotokopi KK dan pemantauan dilakukan dengan


wawancara penghuni rumah, masuk ke rumah dan mengamati rumah dan lingkungan
sekitarnya secara langsung.

monitoring evaluasi setelah seluruh pendataan dilakukan, dilakukan pencatatan dan rekap
kemudian dilakukan intervensi lanjut sesuai dengan permasalahan utama yang berhasil
didapatkan

Imunisasi

Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal terhadap suatu
penyakit. Proses ini dilakukan dengan pemberian vaksin yang merangsang sistem kekebalan
tubuh agar kebal terhadap penyakit tersebut.
Difteri disebabkan oleh bakteri. orang yang terkena dampak mungkin mengalami demam,
sakit tenggorokan dengan bercak membran abuan melekat ke tenggorokan dan kesulitan
bernapas.
Tetanus disebabkan oleh bakteri, yang masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka di kulit
dan menghasilkan racun yang menyerang sistem saraf.
Vaksin DT dapat mencegah 2 penyakit serius diatas secara efektif. Di Hong Kong, Vaksin
Difteri, Tetanus, Pertusis aselular & Virus Polio yang tidak diaktifkan (Vaksin DTaP-IPV)
direkomendasikan vaksinasi secara rutin kepada anak.

Masih banyak masyarakat Indonesia yang terkena difteri dan tetanus. Seharusnya kedua
penyakit ini sudah tidak ditemukan lagi apabila profram imunisasi yang dicanangkan
kemenkes, berhasil dilaksanakan. namun kenyataannya , kedua penyakit ini masih
ditemukan di masyrakat , apalagi beberapa tahun lalu terdapat KLB difteri dibeberapa
daerah di indonesia dan mengakibatkan beberapa anak meninggal dunia.

Untuk mengatasi masalah ini maka kementerian kesehatan mencanangkan program BIAS
atau bulan imunisasi anak sekolah yang direncanakan serentak di seluruh wilayah di
Indonesia. Puskemas Karang Joang sebagai bagian dari fasilitas layanan kesehatan
masyarakat, turut melaksanakan program ini. intervensi yang dilakukan guna mencegah KLB
difteri dan isidensi tetanus adalah dengan imunisasi dan disertai edukasi mengenai kedua
penyakit ini.

Dilakukan kegiatan imunisasi DT pada siswa siswi Sekolah Dasar SDN 006 kelas 1 dan kelas 2
SD dimulai dari pukul 09.00-11.00 bersama dengan beberapa dokter intersip, bidan dan
perawat Puskesmas Karang Joang. Tenaga kesehatan dibagi dalam beberapa tim yang
masuk ke kelas-kelas untuk melakukan imunisasi DT sekaligus edukasi mengenai pentingnya
imunisasi.

dilakukan monitoring dan evaluasi melalui kegiatan pelayanan kesehatan di Puskemas


Karang Joang dengan memantau insidensi Difteri dan Tetanus pada anak anak di lingkungan
kerja wilayah Puskesmas Karang Joang

Detail Deteksi dini THT Mulut


Anak-anak lebih rentan untuk terserang penyakit telinga hidung tenggorok, karena
bagian-bagian di tersebut masih belum berkembang sempurna. Selain itu, daya
tahan tubuhnya pun masih belum sekuat orang dewasa, sehingga mudah untuk
terinfeksi bakteri maupun virus.

Banyak siswa/i sekolah dasar di lingkingan kerja Puskesmas karang joang yang
menderita penyakit THT dan gigi serta mulut

intervensi yang dipilih adalah screening deteksi dini penyakit gigi dan mulut serta
THT

dilakukan pemeriksaan deteksi dini penyakit gigi dan mulut antara lain : deteksi dini
karies dentis dan tonsilitis beserta grading tonsilitis serta
deteksi seruman obturan/serumen pada siswa/i SD ybs. dilakukan pemeriksaan
pada siswa/i kelas 2-6 SD, pemeriksaan berlangsung selama 3 jam.
memberikan rekomendasi untuk berobat ke spesialis THT atau dokter gigi kepada
beberapa siswa/i yang terdeteksi menderita penyakit THT atau gigi dan mulut.
Evaluasi lebih lanjut dilakukan di puskesmas karang joang.

Posyandu
Dilakukan pendampingan kegiatan posyandu yang dilakukan oleh kader kesehatan
yang dibentuk oleh puskesmas Karang Joang. Pendampingan kegiatan posyandu
dilakukan di Posyandu KM 18 pada pukul 09.00-11.00 WITA. kegiatan posyandu
terdiri dari pendataan anak balita, menimbang berat badan dan tinggi badan serta
pengukuran status gizi balita. juga disediakan biskuit bagi balita yang mengalami gizi
kurang

Intervensi yang dilakukan adalah dengan mengadakan posyandu di beberapa wilayah


dan pembentukan kader di masing masing posyandu. kemudian dilakukan
pengawasan oleh pembinaan oleh puskesmas karang joang dalam setiap
pelaksanaan kegiatan posyandu

perbandingan tenaga kesehatan dengan jumlah balita dan posyandu yang tidak
sebanding, mengakibatkan dibutuhkannya tenaga tambahan agar kegiatan posyandu
yang menjadi program pemerintah dapat tetap berjalan

mencatat dan mengevaluasi absensi atau daftar hadir, serta angka kematian ibu dan
anak pada wilayah kerja posyandu ybs

merokok
pada kunjungan lapangan dalam rangka screening rumah sehat di RT 59 Kelurahan
Karang Joang, didapatkan masih banyak warga yang merokok dan mengakibatkan
beberapa masalah pernapasan yang berdampak pada kesehatan keluarga di rumah
ybs.

Imunisasi

Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi
berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan
(BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan
(DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio
suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).
Untuk imunisasi lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi
(DPT-HB-Hib dan Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan
Campak/MR), kelas 2 dan 5 SD/madrasah/sederajat diberikan (Td).

Saat ini di Indonesia masih ada anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi secara
lengkap bahkan tidak pernah mendapatkan imunisasi sedari lahir. Hal itu menyebabkan
mereka mudah tertular penyakit berbahaya karena tidak adanya kekebalan terhadap
penyakit tersebut.

Data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan


(Kemenkes) RI menunjukkan sejak 2014-2016, terhitung sekitar 1,7 juta anak belum
mendapatkan imunisasi atau belum lengkap status imunisasinya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi


imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan.
Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan
tingkat kekebalan yang optimal.

masalah yang terjadi adalah masih tingginya jumlah anak anak yang belum mendapatkan
imunisasi dan masih tingginya insidensi penyakit menular yang seharusnya bisa dicegah
dengan imunisasi sehingga intervensi yang dipilih adalah imunisasi

dilakukan anamnesis, penimbangan berat badan , panjang badan, plotting KMS, dan
imunisasi dasar dan rutin kepada balita yang datang di poli imunisasi di lantai 2 Puskesmas
Karang Joang mulai pukul 08.00 hingga selesai. Kegiatan ini dilakukan setiap selasa dan
kamis oleh perawat, bidan dan dokter intersip.

dilakukan proses pencatatan di buku merah muda, dan di buku registrasi poli imunisasi.
dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi/panjang badan berkala kemudian dilakukan
plotting di KMS untuk penentuan status gizi. dilakukan pula pencatatan imunisasi rutin dan
dasar. sehingga petugas kesehatan bisa memantau perkembangan tumbuh kembang anak
pada kunjungan yang berikutnya dan memberikan rujukan ke poli anak jika terdapat
keluhan atau gangguan tumbuh kembang pada anak.

Tablet besij

Masa remaja telah dilaporkan menjadi kesempatan untuk pertumbuhan catch-up.


Kecepatan pertumbuhan yang tinggi menyebabakan remaja membutuhkan energi dan
protein yang tinggi. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan, baik
secara fisik, mental, dan aktivitas sehingga, kebutuhan makanan yang mengandung zat-
zat gizi menjadi cukup besar.
Remaja putri banyak mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam konsumsi makanan sehari-
harinya. Kekurangan zat besi dianggap penyebab paling umum dari anemia secara global,
tetapi beberapa lainnya kekurangan gizi (termasuk folat, vitamin B12 dan vitamin A), akut
dan peradangan kronis, parasit infeksi dapat menyebabkan anemia. Sekitar 43% dari
kematian remaja terkait dengan kehamilan. Kehamilan selama masa remaja menghalangi
anak-anak dari mencapai pertumbuhan penuh mereka sesuai dengan genetik mereka
potensial. Salah satu cara untuk memutus siklus antar generasi malnutrisi adalah untuk
meningkatkan gizi remaja putri sebelum konsepsi. Life cycle malnutrisi, jika tidak rusak,
akan berlangsung menghasilkan konsekuensi lebih banyak dan lebih parah.

Hampir 23% remaja putri di Indonesia mengalami anemia alias kurang darah. Dengan
jumlah remaja putri kurang lebih 21 juta, terdapat setidaknya 4,8 juta yang mengidap
kekurangan jumlah sel darah merah (yang mengandung protein hemoglobin, Hb). Sel ini
yang memungkinkan oksigen dari jantung diangkut ke seluruh bagian tubuh.
Anemia remaja putri disebabkan oleh asupan makanan rendah kandungan zat besi
hewani maupun nabati. Anemia pada remaja bisa menurunkan kemampuan daya ingat
sehingga prestasi akademik tidak optimal. Selain itu, dampak anemia pada remaja putri
berpeluang menimbulkan anemia ketika hamil.

Oleh karena itu penanganan kasus anemia pada remaja putri berusia 10-19 tahun perlu
diprioritaskan karena mereka dapat memutus siklus anemia pada ibu hamil dan dampak
kelahiran bayi dengan kognitif rendah akibat ibu hamil yang anemia.
sehingga prioritas intervensi pada masalah ini adalah agar mencegah anemia pada remaja
putri. intervensi yang dipilih adalah dengan pembagian tablet besi kepada remaja putri di
pesantren asy-asyifa.

dilakukan pemberian tablet besi setelah penyuluhan anemia pada remaja putri di
pesantern asyfa balikpapan. kegiatan ini diikuti oleh seluruh santriwati kelas I-VI.

dilakukan monitoring dan evaluasi setelah pemberian tablet besi berupa deteksi dini
anemia melalui gejala klinis dan pemantauan insidensi anemia melalui kunjungan pasien
di Puskesmas Karang Joang

Pelayanan Gizi
Salah satu prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana pembangunan jangka
menengah nasional tahun 2015-2019 adalah perbaikan gizi, khususnya mengatasi stunting
(pendek/kerdil). Stunting merupakan indikator rendahnya kualitas sumber daya manusia
yang dampaknya menimbulkan risiko penurunan produktivitas suatu bangsa. Karenanya
upaya pencegahan dan penanggulangannya menjadi sangat penting.
“Intervensi paling menentukan untuk dapat mengurangi dan memperbaiki gangguan yang
terjadi pada anak perlu dilakukan pada 1.000 hari pertama kehidupan,”

di Indonesia, prevalensi gizi rendah pada balita masih dapat dikatakan cukup tinggi. Salah
satu penyebab kekurangan gizi pada anak adalah kurangnya pengetahuan orang tua
tentang asupan gizi yang seimbang.
Berdasarkan Pantauan Status Gizi (PSG) 2017 yang dilakukan Kementerian Kesehatan,
bayi usia di bawah lima tahun (Balita) yang mengalami masalah gizi pada 2017 mencapai
17,8%, sama dengan tahun sebelumnya. Jumlah tersebut terdiri dari Balita yang
mengalami gizi buruk 3,8% dan 14% gizi kurang. Menurut status gizi berdasarkan indeks
Tinggi Badan terhadap Usia (TB/U), Balita Indonesia yang mengalami stunting/kerdil pada
tahun lalu mencapai 29,6%. Angka ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Dengan rincian
9,8% bayi dengan usia 0-59 bulan tersebut masuk kategori sangat pendek dan 19,8%
kategori pendek.

prioritas masalah adalah : masih ada balita dengan status gizi rendah di wilayah kerja
puskesmas karang joang , dan masih ada orangtua yang tidak mengetahui mengenai
pentingnya asupan gizi yang seimbang pada anak dan balita
sehingga intervensi yang dipilih adalah pelayanan gizi pada balita yang berkunjung ke
puskemas karang joang

dilakukan pemeriksaan status gizi balita yang datang ke puskesmas karang joang yaitu
dengan pengukuran berat badan dan panjang badan atau tinggi badan. kemudian
dilakukan plotting pada kartu KMS. kemudian dilakukan diagnosis gizi pada balita
tersebut dan dilakukan edukasi atau evaluasi lebih lanjut pada balita dengan status gizi
rendah atau kurang
kegiatan ini dilakukan di poli imunisasi pada hari selasa dan kamis dimulai dari pukul
08.00 hingga selesai

untuk evaluasi dan monitoring : berupa pencatatan setiap kunjungan, sehingga bisa
dipantau perkembangan balita dari setiap kunjungan
dilakukan proses pencatatan di buku KMS, dan di buku registrasi poli imunisasi. dilakukan
pengukuran berat badan dan tinggi/panjang badan berkala kemudian dilakukan plotting
di KMS untuk penentuan status gizi. dilakukan pula pencatatan imunisasi rutin dan dasar.
sehingga petugas kesehatan bisa memantau perkembangan tumbuh kembang anak pada
kunjungan yang berikutnya dan memberikan rujukan ke poli anak jika terdapat keluhan
atau gangguan tumbuh kembang pada anak.

PMT

Salah satu prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana pembangunan jangka


menengah nasional tahun 2015-2019 adalah perbaikan gizi, khususnya mengatasi stunting
(pendek/kerdil). Stunting merupakan indikator rendahnya kualitas sumber daya manusia
yang dampaknya menimbulkan risiko penurunan produktivitas suatu bangsa. Karenanya
upaya pencegahan dan penanggulangannya menjadi sangat penting.
“Intervensi paling menentukan untuk dapat mengurangi dan memperbaiki gangguan yang
terjadi pada anak perlu dilakukan pada 1.000 hari pertama kehidupan,”

Di Indonesia masalah gizi kurang merupakan salah satu faktor penyebab kematian bayi.
Keadaan itu disebabkan oleh asupan gizi yang kurang mencukupi kebutuhan gizi balita. Oleh
sebab itu, untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi anak dan balita, pemerintah
mengembangkan program yang disebut Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
permasalahan : masih ada balita dengan status gizi rendah dan buruk dalam lingkup kerja
puskesmas karang joang
intervensi yang dipilih : dilakukan pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita
dengan status gizi rendah

dilakukan PMT setelah kegiatan posyandu dan penyuluhan selesai dilakukan. kegiatan
posyandu berupa penimbangan BB dan pengukuran TB kemudian dilakukan penilaian
status gizi sehingga didapatkan status gizi balita dan intervensi dilakukan pada balita
dengan status gizi rendah. kegiatan di lakukan di posyandu pukul 09.00-11.00

untuk evaluasi dan monitoring : berupa pencatatan setiap kunjungan, sehingga bisa
dipantau perkembangan balita dari setiap kunjungan
dilakukan proses pencatatan di buku KMS, dan di buku registrasi. dilakukan pengukuran
berat badan dan tinggi/panjang badan berkala kemudian dilakukan plotting di KMS untuk
penentuan status gizi. sehingga petugas kesehatan bisa memantau perkembangan
tumbuh kembang anak pada kunjungan yang berikutnya dan memberikan rujukan ke poli
anak jika terdapat keluhan atau gangguan tumbuh kembang pada anak.

ANC
Ibu berperan penting dalam mengupayakani potensi anak sejak masih dalam kandungan.
Salah satu upaya itu dengan pemeriksaan kehamilan/antenatal yang terpadu. Atau ANC
(Antenatal Care) yang terintegrasi. Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan
antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Terpadu
dengan program lain yang memerlukan intervensi selama kehamilan.
Secara umum ANC terpadu bertujuan memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh
pelayanan antenatal yang berkualitas. Sehingga mampu menjalani kehamilan dengan
sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat.

Menurut data WHO 2016, terdapat sekitar 830 wanita meninggal karena komplikasi
kehamilan atau persalinan di seluruh dunia setiap hari. Pada tahun 2015, diperkirakan
sekitar 303.000 wanita meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Hampir
semua kematian ini terjadi pada daerah dengan sumber daya rendah, dan sebagian besar
bisa dicegah (WHO, 2016).
Masih banyak ibu yang belum menyadari pentingya pemeriksaan kehamilan. pada
beberapa pemeriksaan ANC di puskesmas karang joang, tidak sedikit didapatkan kondisi
ibu yang mengalami anemia.

intervensi yang dilakukan adalah dengan melakukan pelayanan antenatal care terpadu
guna melakukan evaluasi kehamilan dan deteksi dini masalah kehamilan seperti anemia
pada kehamilan atau adanya penyakit menular seksual, kemudian dilakukan intervensi
sesuai dengan kondisi yang didapatkan pada ibu ybs , seperti pemberian tablet tambah
darah.

pada setiap ibu hamil yang datang berkunjung ke Puskesmas Karang Joang, dilakukan ANC
secara terpadu :
- pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan leopold di poli KIA
- pemeriksaan darah : Hb dan Serologi
- Konsultasi hasil pemeriksaan darah di poli umum
- Pemeriksaan gigi di poli gigi

dilakukan pencatatan dan monitoring serta evaluasi pasien pada kunjungan berikutnya

UKM KESLING

Masih banyak santriwati di pesantren Asy-Asyifa dan pesantren lain yang masih dibawah
ruang lingkup puskesmas karang joang, datang ke puskesmas untuk berobat, dan beberapa
penyakit yang paling sering dikeluhkan adalah penyakit menular seperti skabies, cacar air,
dan penyakit infeksi kulit lain. beberapa penyakit ini disebabkan oleh pola hidup yang tidak
bersih dan tidak sehat, serta kondisi lingkungan yang mungkin mempercepat penularan
penyakit ini. oleh karena itu maka perlu dilakukan kunjungan khusus untuk melakukan
deteksi dini dan mencari faktor risiko yang menyebabkan tingginya insidensi penyakit
menular di pesantren2 ini.

Para santri dan santriwati yang tinggal di pondok pesantren masih rentan terinfeksi penyakit
menular, seperti tuberkulosis, infeksi saluran pernapasan, dan penyakit kulit. Oleh sebab itu,
pemantauan harus terus dilaksanakan dengan melakukan deteksi dini dan kunjungan ke
pesantren dan lokasi tempat tinggal (asrama) santri dan santriwati.

intervensi yang dipilih adalah penyuluhan mengenai PHBS dan juga kunjungan lapangan ke
pesantren Asy-Asyifa , secara khusus kedalam asrama santriwati untuk melakukan deteksi
dini dan melihat faktor risiko penularan penyakit di pesantren ini.

Remaja putri (10-19 tahun) merupakan salah satu kelompok yang rawan mengalami
anemia. Remaja putri merupakan generasi masa depan bangsa yang nantinya akan
menentukan generasi berikutnya. di wilayah puskesmas karang joang terdapat beberapa
remaja putri yang masih mengeluhkan beberapa keluhan yang terkait dengan anemia

Anda mungkin juga menyukai