Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

TONSILITIS MEMBRANOSA
Oleh:
Muhamad Riduan

Pembimbing:
dr. NUNUN CHATRA KRISTINAE, Sp.THT – KL

KEPANITERAAN KLINIK SMF TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKARAYA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
Desember 2020
1
PENDAHULUAN

TONSILLITI TONSILITIS
TONSIL
S MEMBRANOSA
Pertahanan Tubuh Terdepan

ISPA → Tonsilitis
Anak > Dewasa

Tonsila Palatina → membesar


→ Obstruksi Pernafasan
2
TINJAUAN PUSTAKA

3
Embriologi Tonsil

invaginasi Bulan ke-3 – 6


fosa tonsil
kantong Terbentuk Kripta
pada bagian ditutupi
brakial ke II
dorsal epitel Bulan ke-3
ke dinding
kantong Terbentuk Limfosit
faring
Bulan ke-5
kapsul & Jaringan
ikat
Massa Bulan ke-6
Jaringan Terbentuk Nodul→
Tonsil Limfoid
4
Anatomi Tonsil

Tonsil
palatina
Tonsil
faringeal Tonsil
(adenoid lingual
)
Cincin
Waldeye
r

 Cincin Waldeyer merupakan jaringan


limfoid yang mengelilingi faring
ANATOMI TONSIL

a. Tonsila Palatina
Tonsil terletak di lateral
orofaring dan dibatasi oleh:
 Lateral  m. konstriktor
faring superior
 Anteriorm. palatoglosus
 Posteriorm.
palatofaringeus
 SuperiorPalatum mole
 Inferior Tonsil lingual
6
Vaskularisasi Persarafan

N.V melalui ganglion


sfenopalatina dan
bagian bawah dari saraf
glosofaringeus

7
b. Tonsil Faringeal (Adenoid)

• Adenoid tidak
memiliki kriptus.
• Adenoid terletak di
dinding belakang
nasofaring,
terutama
ditemukan pada
dinding atas dan
posterior

8
Tonsila lingualis

 Merupakan kumpulan jaringan limfoid


yang tidak berkapsul dan terdapat pada
basis lidah diantara kedua tonsil
palatina dan meluas ke arah
anteroposterior dari papilla
sirkumvalata ke epiglottis.

9
Fisiologi Tonsil

menangkap dan
mengumpulkan
bahan asing
dengan efektif

produksi antibody
dan sensitisasi sel
limfosit T dengan
antigen spesifik

10
TONSILITIS MEMBRANOSA

 Tonsilitis difteri,
 Tonsilitis septik,
 Angina Plaut Vincent,
 Penyakit kelainan darah seperti
leukemia akut
dan infeksi mono-nukleosis,
 Tonsilitis Virus akut.

11
1. TONSILITIS DIFTERI

 Anak < 10 tahun dan frekuensi


tertinggi pada usia 2-5 tahun
 Imunisasi dapat menurunkan
kemungkinan terkena infeksi difteri
sampai 97%.
12
Manifestasi Klinis
UMUM LOKAL EKSOTOKSIN
Subfebris Tonsil Membengkak Miokarditis
Nyeri Ditutupi bercak Kelumpuhan otot
Kepala putih kotor palatum dan
membentuk pernafasan
membran semu yang
semakin meluas

Lemah letih Mudah berdarah


Lesu
Nyeri KGB leher Albuminuria
Menelan membengkak (bull’s
neck) 13
tes Schick
Diagnosis

• Toxin Difteri ca. 0.8 ng dalam 0.2 ml)


• Setelah 48-96 jam, hasil dapat dibaca.
Biakan usap hidung atau tenggorok
Pada agar McConkey

14
 Oksigen Tatalaksana
 Trakeostomi dan
tonsilektomi
dipertimbangkan
b. Antiinflamasi
 Dexamethasone 0,08 – 0,3 mg/kgBB
dengan dosis maksimum 10 mg.
a. Anti Difteri Serum
(ADS) c. Antibiotik
dosis 40.000 unit atau  Penisilin Prokain dengan dosis
20.000 – 100.000 unit 50.000 unit/kgBB SD IM 7 hari
tergantung usia dan  Eritromisin 25-50 mg/kgBB bagi 3
keparahan dosis selama 14 hari.

d. Antipiretik Paracetamol 500 mg


atau Ibuprofen 200-400 mg.
15
2. TONSILITIS SEPTIK

Patofisiologi SBHGA

Infiltrasi pada lapisan


epitel jaringan tonsil

reaksi radang

Streptococcus haemoliticus yang terdapat dalam susu sapi keluarnya leukosit


1:1.000.000 kejadian tonsillitis dalam 10 tahun polimorfonuklear sehingga
terbentuk detritus
16
Manifestasi Klinis
 Demam tinggi,
 sakit sendi,
 malaise,
 nyeri kepala,
 mual dan muntah
 mulut berbau

 Mukosa faring dan tonsil hiperemis,


 bercak putih,
 edema sampai uvula

17
Tatalaksana a. Kortikosteroid
Non-Medikamentosa  Dexamethasone 0,6 mg/kgBB
 Menjaga patensi dengan dosis maksimum 10
jalan napas mg.
 Menjaga hidrasi dan
asupan nutrisi yang b. Antibiotik
adekuat  antibiotik lini I
 Kontrol demam dan  ampicillin dan amoxicilin
nyeri selama 10 hari
c. Antipiretik Paracetamol
500 mg atau Ibuprofen 200-
400 mg.
d. Tonsilektomi

18
3. ANGINA PLAUT VINCENT
(Stomatitis Ulsero Membranosa)

sphirochaeta
higiene mulut yang kurang

50%

13%
fusibacteria defisiensi vitamin C 19
Manifestasi Klinis
 Demam sampai
39˚C,
 nyeri kepala,
 badan lemah,
 gangguan
pencernaan,
 nyeri dimulut,
 hipersalivasi,
 gigi dan gusi  Mukosa mulut dan faring hiperemis,
mudah berdarah  tampak membran putih keabuan diatas tonsil,
uvula, dinding faring, gusi serta prosesus
alveolaris,
 mulut berbau (foetor ex ore)
 kelenjar submandibula membesar
20
1. Antibiotik spectrum luas,
Tatalaksana seperti golongan
cephalosporin : Cefixime
50-100 mg/hari.
Non-Medikamentosa
2. Antiinflamasi nonsteroid
 Perbaiki hygiene
sekaligus antipiretik :
mulut
Ibuprofen 200-400
mg/hari.
3. Vitamin C dan vitamin B
kompleks
4. Tonsilektomi

21
4. Penyakit Kelainan Darah

↑kerja dari tonsil


A. LEUKEMIA AKUT ↑produksi limfosit

proliferasi dari kegagalan


kloning sel fungsi sumsum
Multiplikasi sel
hematopoietik tulang, jumlah
leukemia pada
abnormal dengan sel darah
saat pembuatan
gangguan mengalami
sel
diferensiasi, penurunan
hematopoietik
regulasi, dan (sitopenia), dan
normal
apoptosis kematian sel
Manifestasi klinis tonsillitis 1:3 kasus leukemia, yaitu ±35% 22

Infeksi
Manifestasi Klinis
 Pembesaran
tonsil dengan
dilapisi
membran,
 petekie dalam
rongga mulut,  aspirasi sumsum tulang dan pemeriksaan dara
 perdarahan gusi perifer
 Ulserasi gingiva
 Demam ringan

23
Tatalaksana

1. Antibiotik spectrum luas,


seperti golongan
cephalosporin :
Cefixime 50-100 mg/hari
Ceftriaxone 1gr
2. Antiinflamasi steroidal:
Methylprednisolone 4 mg
maks. 48 mg/hari
3. Antipiretik dan analgetik :
Ibuprofen 200-400
mg/hari.

24
B. INFEKSI
MONONUKLEOSIS

19% kasus kelainan darah


yang mempengaruhi tonsil

25
Manifestasi Klinis
 demam,
 nyeri
 tenggorokan,
 edema periorbital
(Hoagland’s sign),
 petechiae pada
palatum,
 tonsillitis erythematous
atau exudative
 pembesaran kelenjar
limfe leher, ketiak, dan
regioinguinal serta
 hepatosplenomegaly  Sel limfosit atipical
26
Tatalaksana

1. Antibiotik spectrum luas,


seperti golongan Antivirus berupa
cephalosporin : Acyclovir dan
Cefixime 50-100 mg/hari Ganciclovir efektif
Ceftriaxone 1gr pada infeksi EBV
2. Antiinflamasi steroidal:
Methylprednisolone 4 mg
maks. 48 mg/hari
3. Antipiretik dan analgetik :
Ibuprofen 200-400 mg/hari.

27
5. TONSILITIS VIRUS AKUT

60% dari kasus


tonsillitis akut
disebabkan oleh virus

28
Manifestasi Klinis
 demam,
 nyeri tenggorok,
 gejala influenza,
 muntah,
 Mencret
 konjunctivitis

 faring dan tonsil hiperemis, dapat terbentuk


membran yang tidak berdarah jika dicabut.

29
Tatalaksana
1. Ibuprofen efektif
sebagai antiinflamasi,
Non-Medikamentosa antipiretik dan
analgetik pada
 Istirahat yang cukup tonsillitis akibat virus
 Banyak minum air : 200-400mg/hari.
2. Methylprednisolone
putih 16 mg tapering off.
3. Tonsilektomi.

30
KESIMPULAN
 Tonsilitis membranosa adalah radang
akut tonsil disertai pembentukan
membran maupun mukosa atau  menegakkan diagnosis dengan
pseudomembran melakukan pemeriksaan
langsung melalui kultur kuman
yang diambil dari membran
 Penyakit yang termasuk dalam golongan
tersebut.
tonsillitis membranosa adalah Tonsilitis
difteri, Tonsilitis septik, Angina Plaut  Terapi diberikan antiinflamasi,
Vincent, Penyakit kelainan darah antibiotik spectrum luas, serta
seperti leukemia akut dan infeksi mono- terapi simptomatik dan
nukleosis, serta Tonsilitis Virus akut dilakukan evaluasi respon
31
terapi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmo, Sumarmo S. Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Difteri. Buku ajar infeksi & pediatri tropis. 2nd ed. Jakarta : Badan Penerbit IDAI ; 2010. h. 312-20.

2. American Journal of Medicine. Acute Exudative Tonsilitis. 2017. http://amjmed.org/acuteexudativetonsillitis/ diakses pada 18 Juli 2019

3. Adams, G.L. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring. Dalam: BOIES Buku Ajar Penyakit THT (Fundamental of Otolaryngology). Edisi Keenam. Penerbit EGC: Jakarta. 1997.

4. Soepardi E.A., et al. (eds). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi Keenam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta. 2007.

5. Beth, A & Choby, Md. 2009. Diagnosis and therapy of Streptococcal Pharyngitis. American Family Physician. Volume 79. Number 5. http://www.aafp.org/afp/2009/0301/p383.pdf .Diakses pada 19 Juli 2019.

6. Shah U. Tonsillitis and Peritonsillar Abscess. 2018. https://emedicine. medscape.com/article/871977-overview#a5 .Diakses 23 Juli 2019

7. NCBI. Tonsillitis. 2019. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK401249/#top .Diakses 22 Juli 2019.

8. Murphy J. R., & Baron S 1996. Corynebacterium Diphtheriae Medical Microbiology. 4th edition. Galveston (TX): University of Texas Medical Branch,

9. Atout RN, Todescan S. Managing patients with necrotizing ulcerative gingivitis. J Can Dent Assoc. 2013;79:d46.

10. Herrera D, Alonso B, de Arriba L, Santa Cruz I, Serrano C, Sanz M. Acute periodontal lesions. Periodontol 2000. 2014;65:149–77.

11. Franch AM, Esteve CG, Perez, GS. Oral manifestations and dental management of patient with leukocyte alterations. J Clin Exp Dent. 2011; 3(1):e53-59.

12. Demirer S, Ozdemir H, Sencan M, Marakoglu I. Gingival Hyperplasia as an Early Diagnostic Oral Manifestation in Acute Monocytic Leukemia: A Case Report. Eur J Dent. 2007 Apr; (2):111–114.

13. Paul Lennon,Michael Crotty, John E Fenton. Infectious mononucleosis : BMJ 2015;350:h1825.

14. Baron S.Medical Microbiology. 4th edition. Chapter 67 : Adenoviruses. Galveston (TX): University of Texas Medical Branch at Galveston; 1996.

15. Badan POM Indonesia. Informatorium Obat Nasional Indonesia cetakan tahun 2017. Jakarta: Sagung Seto. 2017.

32
Terima kasih

33

Anda mungkin juga menyukai