OBSTRUKTIF JAUNDICE
Disusun Oleh :
Pembimbing :
dr. Rizki Arini Siregar, Sp.PD
COW Pembimbing
dr. Nova
dr. Otniel
Pimpinan Sidang
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Obstruktif Jaundice”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pimpinan sidang, dr.
Rizki Arini Siregar, Sp.PD dan kepada Chief of Ward dr. Otneil, dr. Taufik dan dr. Nova
yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan
laporan kasus ini sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada
waktunya
Adapun pembuatan tulisan ini bertujuan untuk mendiskusikan kasus Obstruktif
Jaundice, mulai dari definisi hingga penatalaksanaan pasien yang dirawat inap selama masa
kepaniteraan klinik di RSUP Haji Adam Malik Medan. Dengan demikian diharapkan laporan
ini dapat meningkatkan pemahaman dan mendukung penerapan klinis yang lebih baik dalam
memberikan kontribusi positif sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dalam penulisan laporan kasus selanjutnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Tujuan Laporan Kasus 4
1.3 Manfaat Laporan Kasus 4
BAB II TINJAUN PUSTAKA 5
2.1 Anatomi Sistem Hepatobilier 5
2.2 Metabolisme Bilirubin Normal 6
2.3 Obstruktif Jaundice 7
2.3.1 Definisi 7
2.3.2 Epidemiologi 8
2.3.3 Etiologi 8
2.3.4 Patofisiologi 9
2.3.5 Manifestasi Klinis 9
2.3.6 Pemeriksaan Penunjang 11
2.3.7 Tatalaksana 15
BAB III LAPORAN KASUS 17
BAB IV FOLLOW UP PASIEN 28
BAB V DISKUSI KASUS 36
BAB VI KESIMPULAN 40
DAFTAR PUSTAKA 41
3
BAB I
LATAR BELAKANG
Ikterus (jaundice) berasal dari bahasa Greek, yang berarti kuning. Ikterus adalah
gambaran klinis berupa perubahan warna pada kulit dan mukosa yang menjadi kuning karena
adanya peningkatan konsentrasi bilirubin dalam plasma, yang mencapai lebih dari 2 mg/dl.
Terdapat 3 jenis ikterus berdasarkan lokasi penyebabnya, yaitu ikterus prahepatik
(hemolitik), ikterus intrahepatik (parenkimatosa), dan ikterus ekstrahepatik (obstruktif). Pada
ikterus obstruktif, kemampuan produksi bilirubin adalah normal, namun bilirubin yang
dibentuk tidak dapat dialirkan ke dalam usus melalui sirkulasi darah oleh karena adanya suatu
sumbatan (obstruksi).
Umumnya, ikterus non-obstruktif tidak membutuhkan intervensi bedah, sementara
ikterus obstruktif biasanya membutuhkan intervensi bedah atau prosedur intervensi lainnya
untuk pengobatan, sehingga sering juga disebut sebagai “ surgical jaundice”, dimana
morbiditas dan mortalitas sangat tergantung dari diagnosis dini dan tepat.
Berikut ini dilaporkan seorang pasien yang dirawat di RSUP. Haji Adam Malik,
Medan dengan diagnosa ikterus obstruksi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh dan mempunyai banyak
fungsi. Tiga fungsi dasar hepar, yaitu: (1) membentuk dan mensekresikan empedu ke
dalam traktus intestinalis; (2) berperan pada metabolism yang berhubungan dengan
karbohidrat, lemak, dan protein; (3) menyaring darah untuk membuang bakteri dan
benda asing lain yang masuk ke dalam darah dari lumen intestinum. Hepar bertekstur
lunak, lentur, dan terletak dibagian atas cavitas abdominalis tepat dibawah diafragma.
Hepar terbagi menjadi lobus hepatis dekstra dan lobus hepatis sinistra. Lobus hepatis
dekstra terbagi lagi menjadi lobus caudatus dan lovus quadratus. Porta hepatis, atau
hilus hepatis, terdapat pada fasies visceralis dan terletak diantara lobus caudatus dan
quadratus, bagian atas ujung bebas omentum minus melekat pada pinggir-pinggir porta
hepatis. Pada tempat ini terdapat duktus hepatikus dekstra dan sinistra, ramus dekstra
dan sinistra arteri hepatica, vena porta hepatica, serta serabut-serabut saraf simpatis dan
parasimpatis. Hepar tersusun atas lobuli hepatis. Vena sentralis dari masing-masing
lobulus bermuara ke vena hepatica. Di dalam ruangan diantara lobulus-lobulus terdapat
kanalis hepatis yang berisi cabang-cabang arteria hepatica, vena porta hepatis, dan
sebuah cabang duktus koledokus (trias hepatis). Darah arteria dam vena berjalan
diantara sel-sel hepar melalui sinusoid dan dialirkan ke vena sentralis.
5
dan arahnya keatas, belakang, dan kiri. Collum vesika biliaris melanjutkan diri sebagai
duktus cystikus yang berbelok kea rah dalam omentum minus dan bergabung dengan
sisi kanan duktus hepatikus komunis untuk membentuk duktus koledokus.
Fase Pre-hepatik
- Pembentukan bilirubin.
Bilirubin berasal dari katabolism protein heme, dimana 75% berasal dari
penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari penghancuran eritrosit yang imatur dan
protein heme lainnya seperti mioglobin, sitokrom, katalase, dan peroksidase.
Pembentukannya berlangsung di sistem retikoloendotelial. Langkah oksidase
pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme
oksigenase. Biliverdin yang larut dalam air kemudian akan direduksi menjadi
bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase. Bilirubin bersifat lipofilik dan terikat
dengan hidrogen serta pada pH normal bersifat tidak larut.
- Transport plasma
Selanjutnya bilirubin yang telah dibentuk akan diangkut ke hati melalui plasma, harus
berikatan dengan albumin plasma terlebih dahulu oleh karena sifatnya yang tidak
larut dalam air.
Fase Intra-Hepatik
- Liver uptake
Pada saat kompleks bilirubin-albumin mencapai permukaan sinusoid hepatosit, terjadi
proses ambilan bilirubin oleh hepatosit melalui ssistem transpor aktif terfasilitasi,
namun tidak termasuk pengambilan albumin. Setelah masuk ke dalam hepatosit,
bilirubin akan berikatan dengan ligandin, yang membantu bilirubin tetap larut
sebelum dikonjugasi.
6
- Konjugasi
Bilirubin bebas yang terkonsentrasi dalam sel hati (bilirubin tak terkonjugasi) akan
mengalami konjugasi dengan asam glukoronat yang dapat larut dalam air di reticulum
endoplasma dengan bantuan enzim uridine diphosphate glucoronosyl transferase
(UDPG-T) membentuk bilirubin konjugasi, sehingga mudah untuk diekskresikan ke
dalam kanalikulus empedu.
Fase Post-Hepatik
- Ekskresi bilirubin
Bilirubin yang terkonjugasi diekskresikan ke dalam kanalikulus empedu melalui
proses mekanisme transport aktif yang diperantarai oleh protein membran kanalikuli,
dikenal sebagai multidrug-resistance associated protein-2 (MRP-2).
2.3.1 Definisi
Ikterus ( jaundice) berasal dari bahasa Greek, yang berarti kuning. Ikterus adalah
gambaran klinis berupa perubahan warna pada kulit dan mukosa yang menjadi kuning
karena adanya peningkatan konsentrasi bilirubin dalam plasma, yang mencapai lebih dari
2 mg/dl. Terdapat 3 jenis ikterus berdasarkan lokasi penyebabnya, yaitu ikterus
prahepatik (hemolitik), ikterus intrahepatik (parenkimatosa), dan ikterus ekstrahepatik
(obstruktif). Ikterus obstruktif merupakan ikterus yang disebabkan oleh adanya obstruksi
pada sekresi bilirubin pada jalur post hepatik, yang dalam keadaan normal seharusnya
dialirkan ke traktus gastrointestinal.
7
2.3.2 Epidemiologi
Kasus ikterus obstruksi post-hepatik terbanyak mengenai usia 50 – 59 tahun 29,3%.
Kasus ikterus obstruksi post-hepatik dapat mengenai jenis kelamin laki-laki dan
perempuan dimana jenis kelamin laki-laki sebanyak 65,9%. Hatfield et al, melaporkan
bahwa kasus ikterus obstruktif terbanyak adalah 70% karena karsinoma kaput pankreas,
8% pada batu common bile duct , dan 2% adalah karsinoma kandung empedu.
2.3.3 Etiologi
Penyebab ikterus obstruktif secara garis besar terbagi menjadi 2 bagian, yaitu ikterus
obstruksi intrahepatik dan ikterus obstruktif ekstrahepatik. Ikterus obstruktif intrahepatik
pada umumnya terjadi pada tingkat hepatosit atau membran kanalikuli bilier sedangkan
ikterus obstruktif ekstrahepatik, terjadinya ikterus disebabkan oleh karena adanya
sumbatan pada saluran atau organ diluar hepar. Adapun penyakit yang menyebabkan
terjadinya ikterus obstruktif adalah sebagai berikut:
8
Terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan
progresif pada duktus bilier ekstrahepatik sehingga menyebabkan hambatan aliran
empedu, sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin direk. Atresia bilier
merupakan penyebab kolestatis ekstrahepatik neonatal yang terbanyak. Terdapat
dua jenis atresia biliaris, yaitu ekstrahepatik dan intrahepatik. Bentuk intrahepatik
lebih jarang dibandingkan dengan ekstrahepatik.
d. Tumor kaput pankreas
Tumor eksokrin pankreas pada umumnya berasal dari sel duktus dan sel asiner.
Sekitar 90% merupakan tumor ganas jenis adenokarsinoma duktus pankreas, dan
sebagian besar kasus (70%) lokasi kanker adalah pada kaput pankreas. Pada
stadium lanjut, kanker kaput pankreas sering bermetastasis ke duodenum,
lambung, peritoneum, hati, dan kandung empedu.
2.3.4 Patofisiologi
Ikterus secara umum terbagi menjadi 3, yaitu ikterus prehepatik, ikterus hepatik, dan
ikterus posthepatik atau yang disebut ikterus obstruktif. Ikterus obstruktif disebut juga
ikterus posthepatik karena penyebab terjadinya ikterus ini adalah pada daerah
posthepatik, yaitu setelah bilirubin dialirkan keluar dari hepar. Pada ikterus obstruktif,
terjadi obstruksi dari pasase bilirubin direk sehingga bilirubin tidak dapat diekskresikan
ke dalam usus halus dan akibatnya terjadi aliran balik ke dalam pembuluh darah.
Akibatnya kadar bilirubin direk meningkat dalam aliran darah dan penderita menjadi
ikterik. Ikterik paling pertama terlihat adalah pada jaringan ikat longgar seperti
sublingual dan sklera. Karena kadar bilirubin direk dalam darah meningkat, maka sekresi
bilirubin dari ginjal akan meningkat sehingga urine akan menjadi gelap dengan bilirubin
urin positif. Sedangkan karena bilirubin yang diekskresikan ke feses berkurang, maka
pewarnaan feses menjadi berkurang dan feses akan menjadi berwarna pucat seperti
dempul (acholis).
9
Warna kuning pada sklera mata, sublingual, dan jaringan lainnya
Hal ini diakibatkan karena adanya peningkatan kadar bilirubin dalam plasma yang
terdeposit pada jaringan ikat longgar, salah satu diantaranya adalah sklera dan
sublingual.
Warna urin gelap seperti teh
Adanya peningkatan kadar bilirubin direk yang larut dalam air, menyebabkan
tingginya kadar bilirubin dalam plasma, sehingga kadar bilirubin yang berlebih
dalam plasma tersebut akan diekskresikan melalui urin dan menyebabkan warna
urin menjadi lebih gelap seperti teh.
Warna feses seperti dempul
Perubahan warna feses menjadi dempul disebabkan karena berkurangnya ekskresi
bilirubin ke dalam saluran pencernaan.
Gejala awal tumor kaput pankreas tidak spesifik dan samar, sering terabaikan oleh
pasien dan dokter sehingga sering terlambat didiagnosis. Gejala awal dapat berupa rasa
penuh, kembung di ulu hati, anoreksia, mual, muntah, dan badan lesu. Keluhan tersebut
tidak khas karena juga dijumpai pada penyakit dengan gangguan fungsi saluran cerna.
Keluhan utama yang paling sering ditemui adalah :
a. Nyeri perut merupakan keluhan yang paling sering dijumpai. Lokasi nyeriperut
biasanya adalah pada daerah ulu hati, awalnya difus kemudian menjadi terlokalisir.
Nyeri perut biasanya disebabkan karena invasi tumor pada pleksus coeliac dan
pleksus mesenterik superior. Rasa nyeri dapat menjalar hingga ke punggung akibat
invasif tumor ke retroperitoneal dan terjadi infiltrasi pada pleksus saraf splanknikus.
b. Berat badan turun lebih dari 10% berat badan ideal juga umum dikeluhkan oleh
pasien. Penurunan berat badan disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu asupan
makanan yang berkurang, malabsorbsi lemak dan protein, serta akibat peningkatan
kadar sitokin pro-inflamasi.
c. Ikterus obstruktif, terjadi karena obstruksi saluran empedu oleh tumor.
10
Tanda klinis pasien dengan tumor kaput pankreas dapat ditemukan adanya
konjungtiva pucat dan sklera ikterik. Pada pemeriksaan abdomen dapat teraba tumor
masa padat pada epigastrium, sulit digerakkan karena letak tumor retroperitoneum.
Dapat juga ditemukan ikterus dengan pembesaran kandung empedu (Courvoisier
sign), hepatomegali, splenomegali (karena kompresi atau thrombosis pada vena porta
atau vena lienalis), ascites (karena invasi/infiltrasi tumor ke peritoneum).
1) Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan rutin
- Darah :
Perlu diperhatikan jumlah leukosit, bila jumlahnya meningkat, maka berarti
terdapat infeksi. Perhatikan juga apakah terdapat peningkatan prothrombin time (PT)
atau tidak, karena apabila prothrombin time meningkat, maka perlu dicurigai adanya
penyakit hepar, atau obstruksi bilier.
-Urin :
Penting untuk mengetahui apakah warna urin merah kecoklatan seperti teh
secara makroskopis, serta terdapat kandungan bilirubin dalam urin atau tidak. Apabila
urin berwarna gelap kecoklatan, perlu dicurigai adanya peningkatan kadar bilirubin
direk yang diekskresikan melalui urin yang mengarah pada ikterus obstruktif.
-Feses :
Untuk mengetahui apakah feses berwarna dempul atau tidak. Feses yang
berwarna dempul, menandakan bahwa terdapatnya gangguan aliran bilirubin direk ke
dalam saluran intestinal akibat adanya suatu sumbatan pada aliran empedu.
12
2) Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG sangat berperan dalam mendiagnosa penyakit yang menyebabkan
ikertus obstruktif, dan merupakan langkah awal sebelum melangkah ke pemeriksaan yang
lebih lanjut apabila diperlukan. Yang perlu diperhatikan adalah:
a. Besar, bentuk, dan ketebalan dinding kandung empedu. Bentuk kandung
empedu yang normal adalah lonjong dengan ukuran 2-3 x 6 cm, dengan
ketebalan sekitar 3 mm.
b. Saluran empedu yang normal mempunyai diameter 3 mm. bila saluran empedu
lebih dari 5 mm berarti terdapat dilatasi. Apabila terjadi sumbatan pada daerah
duktus biliaris, yang paling sering terjadi adalah pada bagian distal, maka
akan terlihat duktus biliaris komunis melebar dengan cepat kemudian diikuti
pelebaran bagian proksimal. Perbedaan obstruksi letak tinggi atau letak
rendah dapat dibedakan. Pada obstruksi letak tinggi atau intrahepatal, tidak
tampak pelebaran duktus biliaris komunis. Apabila terlihat pelebaran duktus
biliaris intra dan ekstra hepatal, maka ini disebut dengan obstruksi letak
rendah (distal).
c. Ada atau tidaknya massa padat di dalam lumen yang mempunyai densitas
tinggi disertai bayangan akustik (acoustic shadow), dan ikut bergerak pada
perubahan posisi, hal ini menunjukan adanya batu empedu. Pada tumor, akan
terlihat masa padat pada ujung saluran empedu dengan densitas rendah dan
heterogen.
d. Apabila terdapat kecurigaan penyebab ikterus obstruktif adalah karena
karsinoma pankreas, dapat terlihat adanya pembesaran pankreas lokal
maupun menyeluruh, perubahan kontur pankreas, penurunan ekhogenitas,
serta dapat ditemukan adanya pelebaran duktus pankreatikus.
a. Penderita ikterus yang tidak atau belum dapat ditentukan penyebabnya apakah
sumbatan pada duktus biliaris intra atau ekstra hepatic, seperti:
- Kelainan di kandung empedu
- Batu saluran empedu
- Striktur saluran empedu
- Kista duktus koledokus
b. Pemeriksaan pada penyakit pankreas atau diduga ada kealainan pancreas serta untuk
menentukan kelainan, baik jinak ataupun ganas, seperti:
- Keganasan pada sistem hepatobilier
- Pankreatitis kronis
- Tumor pancreas
- Metastase tumor ke sistem biliaris atau pancreas
14
2.3.7 Tatalaksana
16
BAB III
LAPORAN KASUS
No RM: 777032
dr. Otniel
dr. Leonardo, Sp PD
ANAMNESA PRIBADI
Nama : Rosmawani
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Jl. Manunggal No 101
17
ANAMNESIS PENYAKIT
RPO :(-)
ANAMNESIS ORGAN
Jantung
Sesak Nafas :(-) Edema :(-)
Angina Pectoris :(-) Palpitasi :(-)
Lain-lain :(-)
SaluranPernapasan
Batuk-batuk :(-) Asma, bronchitis :(-)
Dahak :(-) Lain-lain :(-)
SaluranPencernaan
Nafsu Makan :(+) Penurunan BB :(+)
Keluhan Menelan :(-) Keluhan Defekasi : Berwarna hijau
Keluhan Perut :(-) Lain-lain :(-)
Saluran Urogenital
Nyeri BAK :(-) BAK Tersendat :(-)
18
Batu :(-) Keadaan Urin : Teh pekat
Haid :(-) Lain-lain :(-)
Sendi dan Tulang
Sakit Pinggang :(-) Keterbatasan Gerak :(-)
Keluhan Persendian :(-) Lain- lain :(-)
Endokrin
Haus/Polidipsi :(-) Gugup :(-)
Poliuri :(-) Perubahan suara :(-)
Polifagi :(-) Lain-lain :(-)
Saraf Pusat
Sakit Kepala :(-) Hoyong :(-)
Lain- lain :(-)
Darah dan Pembuluh Darah
Pucat :(-) Perdarahan :(-)
Petechiae :(-) Purpura :(-)
Lain-lain :(-)
Sirkulasi Perifer
Claudicatio Intermitten :(-) Lain-lain :(-)
STATUS PRESENS
Keadaan Umum
Sensorium : Kesadaran penuh
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 99 x/ menit
Pernafasan : 18 x/menit
Temperatur : 36.5 oC
BW : BB / (TB-100) x 100 %
: 90%
Berat Badan : 45 kg
Tinggi Badan : 150 cm
IMT : 20 kg/m2
19
KEPALA
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat ( -/- ), sklera ikterus
( +/+ ), palpebra edema (-/-), pupil : isokor, ukuran refleks cahaya
direk ( + ) / indirek ( + )
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
LEHER
Trakea : Medial, pembesaran KGB ( - ), Struma ( - ), TVJ : R-2 cm
H2O, kaku kuduk ( - ), lain-lain ( - )
THORAKS DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris Fusiformis
Pergerakan : Tidak ada ketinggalan bernafas di kedua lapangan
paru
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak dijumpai
Fremitus suara : Stem fremitus kanan = kiri kesan normal
Iktus : Tidak teraba
Perkusi
Paru
Batas Paru Hati R/A : ICS V / ICS VI
Peranjakan : ± 1 cm
Jantung
Batas atas jantung : ICS II Linea sternalis sinistra
Batas kiri jantung : ICS V LMCS
Batas kanan jantung : ICS V Linea parasternal dextra
Auskultasi
Paru
Suara Pernafasan : Vesikuler di kedua lapangan paru
Suara Tambahan : Wheezing ( - ), ronki ( - )
Jantung
20
M1>M2,P2>P1,T1>T2,A2>A1, desah sistolis (-), desah diastolik (-), lain-lain (-)
HR: 99x/menit, reguler, intensitas: cukup
THORAX BELAKANG
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Asimetris
Gerakan usus : Tidak terlihat
Vena kolateral :(-)
Caput medusa :(-)
Lain-lain :(-)
Palpasi
Dinding abdomen : Soepel
HATI
Permukaan :,Permukaan licin
Pinggir : Tumpul
Ukuran : Membesar teraba 3cm BAC
Nyeri Tekan :(+)
LIMFA
Pembesaran : Schuffner ( - ), Haecket ( - )
GINJAL
Ballotement : ( - ), Kiri / Kanan, ( - ) lain-lain
UTERUS / OVARIUM :(-)
TUMOR :(-)
PERKUSI
Pekak Hati :(+)
Pekak Beralih :(-)
AUSKULTASI
Peristaltik usus : Normoperistaltik
Lain-lain :(-)
PINGGANG
Nyeri ketuk Sudut Kosto Vertebra ( - )
INGUINAL : tdp
21
Deformitas sendi :(-)
Lokasi :(-)
Jari tubuh :(-)
Tremor ujung jari :(-)
Telapak tangan sembab :(-)
Sianosis :(-)
Eritema Palmaris :(-)
Lain-lain :(-)
22
PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN
Tanggal : 12/04/2019
Darah Kemih Tinja
Hb : 11.4 g/dL Warna : Kemerahan Warna : Coklat
Eritrosit : 4,14 x 106/mm3 Kejernihan: Keruh Konsistensi : Encer
Leukosit: 12,7 x 103/mm3 Eritrosit : ( 0-1/LPB )
Trombosit: 495 x 103/mm3 Protein : +1 Leukosit : ( 0-1/LPB )
Ht: 34 % Reduksi : - Amoeba/Kista : ( - )
Bilirubin : negatif
Hitung Jenis:
Urobilinogen : positif Telur Cacing
Eosinofil: 2.8 %
Ascaris : ( - )
Basofil: 0.6 %
Sedimen urine Ankylostoma : ( - )
Neutrofil : 80.8 %
Eritrosit : 1668.8 uL T. trichiura : ( - )
Limfosit: 9.8 %
Leukosit: 6.7 uL Kremi : ( - )
Monosit: 6 %
Epitel: 4.2 uL
Hati: Silinder: 0.13 uL
Albumin: 2.7 g/dL Kristal: 3.2 uL
Bakteri: 4777.2 uL
23
RESUME
24
Telinga/Hidung/Mulut: dbn
Leher: TVJ R-2 cm H2O
Thoraks
Inspeksi: Simetris Fusiformis
Palpasi: SF kanan = kiri, kesan normal
Perkusi: Sonor
Auskultasi: Suara pernafasan vesikuler
Abdomen
Inspeksi: Simetris
Palpasi: Soepel, Hati teraba
Perkusi: Timpani
Auskultasi : Normoperistaltik
Ekstremitas
Edema (-/-)
Hitung Jenis:
Eosinofil: 2.8 %
Basofil: 0.6 %
Neutrofil : 80.8 %
Limfosit: 9.8 %
Monosit: 6 %
Hati:
Albumin: 2.7 g/dL
Ginjal:
Blood Urea Nitrogen (BUN): 11 mg/dL
Ureum: 24 mg/dL
Kreatinin: 0,66 mg/dL
25
Elektrolit:
Natrium (Na): 133 mEq/L
Kalium (K): 2.7 mEq/L
Klorida (Cl): 92 mEq/L
Penanda Tumour
AFP :1.99/ml
CEA: 62.46ng/ml
CA19-9 : 35.0U/ml
Feses Rutin :
Warna: Coklat
Konsistensi: Encer
Eritrosit: +
Tindakan suportif:
IVFD Dex 5% 20gtt/i
Diet : Diet Hati III, makanan lunak 1650 Kalori
Medikamentosa:
- Inj Cefotaxine 1g/12 jam/IV
- Inj Ranitidine 50mg/12jam/IV
26
Rencana Penjajakan Diagnostik/ Tindakan Lanjutan
1. USG Abdomen 5. Viral Marker
2. Tumor Marker
3. CT Scan Abdomen
4. Liver Function Test
27
BAB IV
FOLLOW UP PASIEN
TANGGAL 14/04/2019
S Nyeri perut
P - Tirah baring
- Diet hati III
- IVFD Dex 5% 20gtt/i
28
-Inj Cefotaxine 1g/12 jam/IV
-Inj Ranitidine 50mg/12jam/IV
TANGGAL 16/04/2019
29
AST/SGOT 80 U/L
ALT/SGPT 44 U/L
Albumin 2.8g/dL
USG
Hati
Permukaan regular, pinggir tajam, ukuran normal, ascites (-), pembuluh darah
normal.
Limfa
Normal
Kandung Empedu
Ukuran normal, dinding normal
Sludge (+), stone (-)
P - Tirah baring
- Diet hati III
- IVFD Dex 5% 20gtt/i
-Inj Cefotaxine 1g/12 jam/IV
-Inj Ranitidine 50mg/12jam/IV
TANGGAL 18/04/2019
30
Inspeksi: Simetris Fusiformis
Palpasi: SF kanan = kiri, kesan normal
Perkusi: Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi: Suara pernafasan vesikuler, (-/-) Rhonki, (-/-) Wheezing
Abdomen
Inspeksi: Asimetris
Palpasi: Soepel, Nyeri tekan epigastrium
Perkusi: Timpani
Auskultasi : Normoperistaltik
Ekstremitas
Edema pretibial (-/-)
P - Tirah baring
- Diet hati III
- IVFD Dex 5% 20gtt/i
-Inj Cefotaxine 1g/12 jam/IV
-Inj Ranitidine 50mg/12jam/IV
R CT Scan Abdomen
TANGGAL 22/04/2019
31
Palpasi: SF kanan = kiri, kesan normal
Perkusi: Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi: Suara pernafasan vesikuler, (-/-) Rhonki, (-/-) Wheezing
Abdomen
Inspeksi: Asimetris
Palpasi: Soepel, Nyeri tekan epigastrium
Perkusi: Timpani
Auskultasi : Normoperistaltik
Ekstremitas
Edema pretibial (-/-)
P - Tirah baring
- Diet hati III
- IVFD Dex 5% 20gtt/i
-Inj Cefotaxine 1g/12 jam/IV
-Inj Ranitidine 50mg/12jam/IV
TANGGAL 23/04/2019
32
Palpasi: SF kanan = kiri, kesan normal
Perkusi: Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi: Suara pernafasan vesikuler, (-/-) Rhonki, (-/-) Wheezing
Abdomen
Inspeksi: Asimetris
Palpasi: Soepel, Nyeri tekan epigastrium
Perkusi: Timpani
Auskultasi : Normoperistaltik
Ekstremitas
Edema pretibial (-/-)
P - Tirah baring
- Diet hati III
- IVFD Dex 5% 20gtt/i
-Inj Cefotaxine 1g/12 jam/IV
-Inj Ranitidine 50mg/12jam/IV
TANGGAL 24/04/2019
33
Perkusi: Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi: Suara pernafasan vesikuler, (-/-) Rhonki, (-/-) Wheezing
Abdomen
Inspeksi: Asimetris
Palpasi: Soepel, Nyeri tekan epigastrium
Perkusi: Timpani
Auskultasi : Normoperistaltik
Ekstremitas
Edema pretibial (-/-)
MSCT Abdomen dengan IV Contrast
Massa kaput pancreas dengan curiga infiltrasi duodenum disertai biliary ectasis
intra-ekstrahepatik, koledokolithiasis hidrops gall bladder, ascites minimal dan
pleuritis minimal e.c Ca Caput Pankreas dd massa CBD distal, Hepatomegali
P - Tirah baring
- Diet hati III
- IVFD Dex 5% 20gtt/i
-Inj Cefotaxine 1g/12 jam/IV
-Inj Ranitidine 50mg/12jam/IV
TANGGAL 25/04/2019
34
Leher: TVJ R-2 cm H2O
Thoraks
Inspeksi: Simetris Fusiformis
Palpasi: SF kanan = kiri, kesan normal
Perkusi: Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi: Suara pernafasan vesikuler, (-/-) Rhonki, (-/-) Wheezing
Abdomen
Inspeksi: Asimetris
Palpasi: Soepel, Nyeri tekan epigastrium
Perkusi: Timpani
Auskultasi : Normoperistaltik
Ekstremitas
Edema pretibial (-/-)
Penanda Tumour
AFP :1.99/ml
CEA: 62.46ng/ml
CA19-9 : 35.0U/ml
A Ca Caput Pankreas
Anemia e.c penyakit kronis
P - Tirah baring
- Diet hati III
- IVFD Dex 5% 20gtt/i
-Inj Cefotaxine 1g/12 jam/IV
-Inj Ranitidine 50mg/12jam/IV
-transfusi PRC 1 kantong
R Kultur darah
Susulan hasil pemeriksaan darah
Susulan Konsul bedah
35
TANGGAL 29/04/2019
P - Tirah baring
- Diet hati III
-IVFD Dex 5% 20gtt/i
-Inj Cefotaxine 1g/12 jam/IV
-Inj Ranitidine 50mg/12jam/IV
36
BAB V
DISKUSI KASUS
Teori Pasien
Definisi
Ikterus adalah gambaran klinis Os mengeluhkan kuning yang dialami
berupa perubahan warna pada kulit sekitar tiga hari smrs. Kuning pertama
dan mukosa yang menjadi kuning kali dilihat pada mata kemudian lama-
karena adanya peningkatan kelamaan kuning terlihat pada seluruh
konsentrasi bilirubin dalam plasma, tubuh. Mual dijumpai pada pasien sejak
yang mencapai lebih dari 2 mg/dl. mengalami badan kuning namun
Ikterus obstruktif merupakan ikterus muntah tidak dijumpai. Pasien
yang disebabkan oleh adanya mengeluhkan penurunan nafsu makan
obstruksi pada sekresi bilirubin pada dan mengalami penurunan berat badan
jalur post hepatik, yang dalam sebanyak 10 kg dalam satu bulan
keadaan normal seharusnya dialirkan terakhir.
ke traktus gastrointestinal.
37
Inspeksi
Bentuk : Simeteris
Gerakan usus : Tidak terlihat
Vena kolateral :(-)
Caput medusa :(-)
Lain-lain :(-)
Palpasi
Dinding abdomen : Soepel
HATI
Hitung Jenis:
Eosinofil: 1.8 %
Basofil: 0.3 %
Neutrofil : 78 %
Limfosit: 14 %
Monosit: 5.9 %
Hati
Bilirubin total : 5.3 mg/dL
Bilirubin Direct : 4.4 mg/dL
AST/SGOT : 80 U/L
ALT/SGPT : 44 U/L
Albumin : 2.8 g/dL
38
Ginjal
Blood Urea Nitrogen : 9mg/dL
Uream : 19mg/dL
Kreatinin : 0.61mg/dL
Elektrolit
Natrium : 129 mEq/L
Kalium : 3.2 mEq/L
Klorida : 92 mEq/L
Penanda tumor
AFP : 1.99/ml
CEA : 62.46 ng/ml
CA19-9 : 35.0U/ml
-USG
USG
Hati
Identifikasi obstruksi duktus dengan
Permukaan regular, pinggir tajam,
akurasi 95%, memperlihatkan batu
ukuran normal, ascites (-), pembuluh
kandung empedu dan duktus biliaris yang
darah normal.
berdilatasi. Juga dapat memperlihatkan
Limfa
tumor, kista atau abses di pankreas, hepar
Normal
dan struktur yang mengelilinginya.
Kandung Empedu
Ukuran normal, dinding normal
Sludge (+), stone (-)
39
-Pemeriksaan Urin
Warna urin : kemerahan
Glukosa (-)
Bilirubin (-)
Keton (-)
pH : 6.5
Protein : +1
Darah : +1
Eritrosit : 1668.8 uL
Leukosit : 6.7 uL
Epitel : 4.2 uL
Bakteri : 4777.2 uL
-Pemeriksaan Feses
Warna : coklat
Konsistensi : Encer
Darah, Lendir : (-)
Telur Cacing : (-)
Amoeba : (-)
Eritrosit : 0-1/ LPB
Leukosit : 0-1/LPB
40
BAB VI
KESIMPULAN
Perempuan,60 tahun, datang ke RSUP Haji Adam Malik dengan keluhan kuning yang
dialami sekitar tiga hari. Kuning pertama kali dilihat pada mata kemudian lama-kelamaan
kuning terlihat pada seluruh tubuh. Mual dijumpai, penurunan nafsu makan dijumpai,
penurunan berat badan dijumpai. Sklera ikterus dijumpai, permukaan hati teraba 3cm BAC,
pinggir hati tumpul,pembesaran hati dijumpai. BAB warna hijau dan BAK warna teh
pekat.Pada hasil Labratorium terdapat Hb : 11.4 g/dL,Eritrosit : 4,14 x 106/mm3, Leukosit:
12,7 x 103/mm3, Trombosit: 495 x 103/mm3, Ht: 34 % , Albumin: 2.7 g/dL, didiagnosis
dengan Obstruktif Jaundice et causa Ca Caput Pankreas + Anemia ec penyakit kronis.Pasien
tirah baring, diet hati III dan diberikan IVFD NaCl 0,9% 20gtt/I sebagai tindakan supportif.
Pasien, diberikan inj. Cefotaxine 1g/12jam/IV dan Inj Ranitidine 50mg/12jamIV dan
dilakukan transfusi darah.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Sulaiman, Ali. Pendekatan klinis pada pasien ikterus. In: Aru W Sudoyo, et al. Buku
ajar ilmu penyakit dalam Jilid 1. 5th Ed. Jakarta: Penerbitan FKUI; 2007.p.420-3.
2. Brama Ragil. KARAKTERISTIK DAN EVALUASI KADAR BILIRUBIN DIRECT
PRE-OPERATIF DAN POST-OPERATIF PADA PASIEN IKTERIK OBSTRUKSI
POST-HEPATIK. Jurnal Kedokteran Universitas Jambi. 2013.
3. Snell, Richard S. Anatomi klinik. 6th Ed. Jakarta: Penerbitan buku kedokteran EGC;
2006.p.240-7, 288-91.
4. Eroschenko, Victor P. Dygestive system: liver, gallbladder, and pancreas. In:
Difiore’s atlas of histology with functional correlations. 11 th Ed. USA: Lippincott
Williams & Wilkins; 2007.
5. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, et al. The liver bilirubinemias. In: Harrison’s
Principles of Internal Medicine. 17th ed. United States of America: Mc Graw Hill;
2007.p.297-8.
42