Oleh
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
Pasien Hepatitis, sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan Tugas Praktek
Profesi Ners Via Daring yang dilaksanakan pada 5 Oktober 2020, disusun oleh
Nim : 202002015
Mengetahui
Pembimbing Praktek Profesi Ners
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmatnya kami masih diberikan kesehatan untuk menyelesaikan tugas
praktek via daring Keperawatan Medikal Bedah yaitu Laporan pendahuluan,
konsep asuhan keperawatan dan asuhan keperawatan penyakit hepatitis.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Semoga tugas praktek via daring
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Saya ucapkan terimakasih.
iii
Daftar Isi
COVER.................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iv
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 17
iv
Laporan Pendahuluan
Penyakit Hepatitis
1
3. Patologi Hepar
1) Radang merupakan proses perlawanan yang dilakukan tubuh
terhadap benda asing. Ditandai dengan ditemukannya sel fagosit
seperti monosit dan sel polimorfonuklear.
2) Fibrosis merupakan kerusakan sel yang tidak disertai dengan
regenerasi, sehingga dalam makroskopis dapat berupa atrofi
maupun hipertrofi
3) Degenerasi dibagi menjadi dua macam degenerasi, yaitu degenerasi
parenkimatosa dan degenerasi hidropik. Degenerasi parenkimatosa
adalah degenerasi yang paling ringan derajatnya, bersifat
reversibel. Memiliki tanda yaitu pembengkakan dan kekeruhan
sitoplasma akibat protein yang mengendap. Kerusakan hanya
terjadi pada sebagian kecil struktur sel. Kerusakan ini
menyebabkan oksidasi sel terganggu, sehingga proses eliminasi air
pun juga terganggu. Sehingga terjadi penimbunan air dalam sel.
Degenerasi hidropik adalah degenerasi yang terjadi pada
hepar dengan ciri-ciri sel hepar membengkak sampai dua kali
normal. Bersifat reversibel dan sering disebut juga balooming
degeneration. Derajat keparahannya lebih tinggi bila dibandingkan
dengan degenerasi parenkimatosa. Memiliki gambaran khas yaitu
gambaran vakuola dari kecil sampai besar yang berisi air dan tidak
mengandung lemak.
4) Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan pada organisme hidup.
Nekrosis ditandai dengan perubahan pada morfologi, inti sel yang
mengecil, kromatin dan serabut retikuler menjadi berlipat-lipat.
Terkadang inti dapat terlihat piknotik dan dapat hancur bersegmen-
segmen (Edward Nurzali, 2013).
4. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kerusakan Hepar
1) Obat dan Dosis
2
Beberapa obat yang dapat mnyebakan kerusakan pada hepar
antara lain adalah asetaminofen, tetrasiklin, kloramfenikol,
metildopa, dan lain sebagainya.
2
2) Nutrisi
Malnutrisi dapat menyebabkan kerusakan pada selsel hepar.
Hal lain yang juga penting adalah konsumsi lemak yang bersamaan
dengan zat toksik juga dapat menyebabkan perlemakan pada hepar,
karena hepar akan mengutamakan eliminasi zat toksik, sehingga
metabolisme lemak menjadi terganggu.
3) Usia
Pada neonatus, sel-sel hepar belum matur seluruhnya
sehingga metabolisme di hepar pun tidak sempurna. Sedangkan
pada orang tua, terjadi kemunduran pada fungsi fisiologis tubuh,
sehingga aliran darah ke hepar berkurang dan metabolisme pun
terganggu.
4) Penyakit
Penyakit seperti hepatitis dan sindroma Reye serta
kolestasis akan menyebabkan gangguan pada metabolisme di
hepar, terutama pada hal biotransformasi zat.
6) Stres
Pada saat stress, hormon kortisol akan meningkat dan
menekan ploriferasi leukosit, sehingga imunitas tubuh berkurang.
Selain itu juga terjadi penekanan sel Natural Killer (NK),sehingga
sel NK sukar masuk ke hepar. Hal ini menyebabkan sel NK tidak
mampu membunuh virus dan benda asing pada hepar, sehingga
risiko kerusakan pada hepar akan meningkat.
1.2 Definisi Hepatitis
3
Hepatitis adalah peradang pada hati (liver) yang disebabkan oleh
virus (Amin Huda Nyarif & Hardhi Kusuma, 2016). Berdasarkan pusat
3
data dan informasi (Pusdatin) Kemenkes RI tahun 2015 penyakit hepatitis
merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di indonesia,
yang terdiri dari Hepatitis A,B,C,D dan E.
Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan
organ hati yang dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain infeksi
virus, gangguan metabolism, obat-obatan, alkohol, maupun parasit (MS
Budi, 2013).
1.3 Jenis-jenis Hepatitis
Hepatitis dibagi menjadi 3 tahapan (Amin Huda Nyarif & Hardhi Kusuma,
2016)
1. Hepatitis Akut yaitu infeksi virus sistemik yang berlangsung selama
<6 bulan.
2. Hepatitis Kronis yaitu gangguan-gangguan yang terjadi >6 bulan dan
kelanjutan dari hepatitis akut.
3. Hepatitis Fulminant adalah perkembangan mulai dari timbulnya
hepatitis hingga kegagalan hati dalam waktu kurang dari 4 minggu
oleh karena itu hanya terjadi pada bentuk akut.
1.4 Perbandingan berbagai Hepatitis
Tipe Virus Cara Masa Diagnosa
Penularan Tunas Akut Kronis
(minggu)
A RNA Enteral 2-6 Anti Tidak Ada
HAV-Iq
M
E RNA Enteral 2-9 Anti Tidak Ada
HEV-Ig M
B DNA Parenteral 4-25 HBsAg.H Sama dengan
BV- akut
DNA,Anti
HBc-Ig M
C RNA Parenteral 2-20 HCV Sama dengan
RNA akut
D RNA Parenteral 2-6 Anti D-Ig Sama dengan
M akut
Keterangan : Enteral = Melalui jalan cerna
Parenteral = tidak melalui jalan cerna
4
1.5 Etiologi Hepatitis
Klasifikasi agen penyebab hepatitis virus yaitu (Amin Huda Nyarif &
Hardhi Kusuma, 2016).
1. Transmisi secara enterik terdiri dari virus Hepatitis A (HAV) dan
virus hepatitis E (HEV): yaitu
a. Virus tanpa selubung
b. Tahan terhadap cairan empedu
c. Ditemukan di tinja
d. Tidak dihubungkan dengan penyakit kronik
e. Tidak terjadi viremia yang berkepanjangan atau kondisi karier
intestinal
2. Transmisi melaui darah terdiri atas virus hepatitis B (HBV), virus
hepatitis D (DHV), dan virus hepatitis C (HCV):
a. Virus dengan selubung (envelope)
b. Rusak bila terpanjan cairan empedu/detenjen
c. Tidak terdapat dalam tinja
1.6 Manifestasi Hepatitis
Gejala hepatitis akut terbagi menjadi 4 tahap (Amin Huda Nyarif &
Hardhi Kusuma, 2016) yaitu
1. Fase inkubasi yaitu waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala
atau icterus. Panjang fase tergantung pada dosis inoculum yang
ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis inokulum, makin
penden fase inkubasi.
2. Fase prodromal (Pra Ikterik) yaitu fase diantar timbulnya keluhan-
keluhan pertama dan timbulnya gejala icterus. Awitannya dapat
disingkat atau insidious ditandai dengan malaise umum, myalgia,
atralgia, mudah lelah, gejala saluran napas atas dan anoreksia, diare,
demam, dan nyeri abdomen di kuadran kanan atas atau epigastrium.
3. Fase ikterus yaitu fase munculnya setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga
muncul bersamaan dengan munculnya gejala. Setelah timbul ikterus
jarang terjadi perburukan gejala prodromal, teapi justru akan terjadi
perbaikan klinis yang nyata.
5
4. Fase kovalesen (penyembuhan) yaitu menghilangnya ikterus dan
keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap
ada. Nafsu makan kembali normal, keadaan akut akan membaik dalam
2-3 minggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium
lengkap terjadi dalam 9 minggu dan 16 minggu untuk hepatitis B
Tanda dan gejala lain pada hepatitis yaitu
1. Malaise, anoreksia, mual dan muntah
2. Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, fotopobia, sakit kepala dan
myalgia
3. Demam ditemukan pada infeksi HAV
4. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap
5. Pruritus (biasanya ringan dan sementara)
6. Nyeri tekan pada hati
7. Spenomegali ringan
8. Limfadenopati
1.7 Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan pada pasien hepatitis (Amin Huda Nyarif &
Hardhi Kusuma, 2016) yaitu sebagai berikut:
1. Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH : meningkat
pada kerusakan sel hati dan pada keadaan lain terutama infark
miokardium.
2. Bilirubin direk : meningkat pada gangguan eksresi bilirubin
terkonyugasi.
3. Bilirubin indirek : meningkatnya pada gangguan hemolitik dan
sindrom gilbert.
4. Bilirubin serum total : meningkat pada penyakit hepatoseluler.
5. Protein serum total : kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
6. Masa protrombin : meningkat pada penurunan sintesis protrombin
akibat kerusakan sel hati.
7. Kolesterol serum : menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada
obstruksi duktus biliaris.
6
1.8 Penatalaksanaan
Menurut Amin Huda Nyarif & Hardhi Kusuma, 2016 apabila
seseorang telah didiagnosis menderita hepatitis, maka ia perlu
mendapatkan perawatan. Pengobatan harus dipercepat supaya virus tidak
menyebar. Jika tindakan penanganan lambat membuat kerusakan lebih
besar pada hati dan menyebabkan kanker.
1. Penanganan dan pengobatan hepatitis A diharapkan untuk tidak
banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayan
kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang
timbul. Dapat diberikan pengobatan simptomatik seperti antipiretik
dan analgetik serta vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
nafsu makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan
muntah.
2. Penanganan dan pengobatan hepatitis B
(1) Pengobatan Oral :
a. Lamivudine: dari kelompok nukleosida analog, dikenal dengan
nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak,
pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzim hati (ALT)
untuk itu penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari
dokter.
b. Adefovir dipivoxil (Hepsera): pemberian secara oral akan lebih
efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan
berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
c. Baraclude (Entecavir): obat ini diberikan pada penderita
hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah
sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzim
hati.
(2) Pengobatan dengan Injeksi
Microsphere: mengandung partikel radioaktif pemancar
sinar β yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak
jaringan sehat di sekitarnya, injeksi alfa interferon (INTRON A,
INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala
7
pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih.
Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada
penderita yang memiliki riwayat depresi sebelumnya sebelumnya.
Efek lainnya adalah trasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan
sedikit menimbulkan demam yang hal laindapat dihilangkan
dengan pemberian antipiretik.
3. Penanganan dan pengobatan hepatitis C
Saat ini pengobatan hepatitis C dilakukan dengan pemberian
obat seperti interferon alfa, pegylated interferon alfa dan ribavirin.
Pengobatan pada penderita hepatitis C memerlukan waktu yang cukup
lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong,
untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya.
1.9
8
1.9 Patway hepatitis
Defisit Nutrisi
Gangguan metabolisme obstruksi Kerusakan
karbohidrat lemak dan konjugasi
protein
Gangguan ekskresi
empedu Bilirubin tidak sempurna
Glikogenesis menurun
dikeluarkan melalui duktus
Glukoneogenesis menurun Retensi bilirubin hepatikus
Regurgitasi pada
Glikogen dalam hepar duktuli empedu intra Bilirubin direk meningkat Iketerus
berkurang hepatik
9
Glikogenolisis Bilirubin direk
menurun meningkat
Glukosa dalam
darah berkurang Peningkatan garam Larut dalam air
empedu dalam darah
Cepat lelah
Pruritus
Intoleransi Aktivitas
Perubahan kenyaman Ekskresi kedalam kemih
10
Konsep Asuhan Keperawatan
Penyakit Hepatitis
11
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasein sebelumnya sudah pernah menderita penyakit hepatitis
dan anggota keluarga yang juga pernah terkena penyakit hepatitis
khususnya pada ibu yang pernah menderita hepatitis kronik
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya salah satu anggota keluarga pernah terkena hepatitis
maka dapat menyebabkan anggota keluarga yang lain beresiko tertular
hepatitis.
F. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Seseorang dapat terekena hepatitis dikarenakan perilakunya
kurang sehat seperti sering kosumsi minuman beralkohol, merokok,
kosumsi obat adaktif, kurang olahraga dan lain sebagainya.
G. Observasi dan pemeriksaan fisik
Observasi tanda-tanda vital:
Biasanya pada pasien hepatitis mengalami peningkatan pada
suhu tubuh yaitu hipertermi dan rentan mengalami hipertensi.
Pemeriksaan fisik :
1. Kepala : Pada pemeriksaan fisik kepala biasanya ditemukan tanda
normal karena tidak ada tanda khusu untuk penyakit
hepatitis
2. Mata : Pada pemeriksaan fisik mata bisanya ditemukan skelera
ikterus (kekuningan)
3. Telinga : Pada pemeriksaan telinga biasanya ditemukan tanda
normal karena tidak terdapat tanda khusus untuk
penyakit hepatitis
4. Hidung : Pada pemeriksaan fisik hidung biasanya ditemukan tanda
normal karena tidak ada tanda khusus untuk penyakit
hepatitis
5. Mulut : Pada pemeriksaan fisik mulut biasanya ditemukan
mukosa mulut kering, bibir pucar, palut pada lidah
(kecacatan) sehingga kesulitan untuk berbicara
6. Leher : Pada pemeriksaan fisik leher biasanya ditemukan ikterus
12
pada kulit leher
7. Dada : Pada pemeriksaaan fisik dada ditemukan tanda normal
karena tidak ada tanda khusus untuk penyakit hepatitis
8. Perut : Pada saat pemeriksaan fisik perut ditemukan tanda
normal karena tidak ada tanda khusus untuk penyakit
hepatitis
9. Genetalia :Pada pemeriksaan fisik genetalia ditemukan tanda normal
karena tidak ada tanda khusu s untuk penyakit hepatitis
H. Pengkajian Psikososial
Ketika seseorang terkena suatu penyakit akan mengakibatkan
perubahan pada psikososialnya, saat sebelum sakit seseorang dapat
besosialisasi dengan keluarga, teman maupun orang lain tetapi ketika
seseorang dalam kondisi sakit menyebakan orang tersebut tampak lebih
murung karena terbaring lemah dan tidak bisa bertemu dengan banyak
orang seperti saat sebelum sakit.
I. Personal Hygiene dan Kebiasaan
Seseorang yang terkena penyakit termasuk hepatitis akan
mengalami perubahan maupun kebiasaan dalam kebersihan diri yaitu
personal hygiene dimana pada waktu sebelum sakit masih bisa
melakukan kebersihan diri secara mandiri dan ketika sakit tidak mampu
untuk melakukan kebersihan diri secara mandiri.
2.2 Diagnosa Keperawatan berdasarkan SDKI
1. D.0077 Nyeri Akut berhubungan dengan Hepatomegali
2. D.0130 Hipertermi berhubungan dengan inflamsi pada hepar
3. D.0019 Defisit Nutrisi berhubungan dengan anoreksia
4. D.0056 Intoleransi aktifitas berhubungan kelelahan
2.3 Intervensi keperawatab berdasarkan SIKI
(1) Diagnosa: Nyeri Akut berhubungan dengan Spasme saraf/peningkatan
intra kranial.
Observasi
13
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
Teraupeutik
meredekan nyeri.
Edukasi
Kolaborasi
14
4. Monitor haluaran urine
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
8. Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Observasi
Terafeutik
Edukasi
15
a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
kerja otot.
Observasi
tertentu.
aktivitas.
Terapeutik
Edukasi
16
Daftar Pustaka
Amin Huda Nyarif & Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan keperawatan Praktis jilid 1.
Jogjakarta Mediaction
Irianto, 2013. Epidemiologi Penyakit Menular Dan Tidak Menular Panduan Klinis.
Bandung: Alfabeta.
17