Disusun oleh :
2. Seluruh dokter dan staf pengajar di SMF Ilmu Penyakit Dalam Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
3. Rekan-rekan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...2
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………...……………...4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………5
DEFINISI……………………………………………………….………..5
ANATOMI HEPAR……………..……………………………………....6
FISIOLOGI HEPAR…………………..….………………………….….6
HISTOLOGI HEPAR………………….………………………………..7
ETIOLOGI……………………………………………………………....8
EPIDEMIOLOGI………………………………………………………..9
PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI………………...……………10
MANIFESTASIKLINIS………………………………………….……..11
DIAGNOSIS…………………………………………………………….12
KOMPLIKASI………………………………………………………….13
TATALAKSANA……………………………..………………………..17
PROGNOSIS…………………………………………………………....18
HEPATITIS B KRONIK………………………………………………..19
BAB III ILUSTRASI KASUS…………………………………………………..20
BAB IV ANALISA KASUS………………………………………………….....34
BAB V KESIMPULAN………………………………………………………....37
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....38
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sirosis berasal dari kata kirrhos menurut bahasa Yunani berarti orange atau
kuning kecoklatan, dan osis berarti kondisi. Definisi sirosis berdasarkan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah suatu proses difus yang ditandai
dengan fibrosis dan perubahan arsitektur hati normal menjadi struktur nodul
abnormal yang tidak memiliki organisasi lobular yang normal.
Hati merupakan salah satu organ tubuh yang besar dan merupakan pusat
metabolisme tubuh manusia. Organ ini memiliki fungsi memetabolisme
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, obat-obatan dan detoksifikasi racun.2
Sehingga jika ada proses inflamasi atau etiologi lainnya akan menyebabkan
gangguan fungsi hepar seperti yang disebutkan diatas.
Gejala klinis dari sirosis hati sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala
sampai dengan gejala yang sangat jelas. Apabila diperhatikan, laporan di negara
maju, maka kasus Sirosis hati yang datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30%
dari seluruh populasi penyakit ini, dan lebih kurang 30% lainnya ditemukan secara
kebetulan ketika berobat untuk penyakit lain. Di Asia Tenggara, penyebab utama
Sirosis Hepatis adalah hepatitis B (HBV) dan hepatitis C (HCV) angka kejadian
tersebut berkisar antara 21,2-49,9% dan hepatitis C berkisar 38,7-73,9%.1
Sehingga kejadian hepatitis B berkaitan erat dengan terjadinya sirosis hepatis.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Sirosis didefinisikan sebagai perubahan histologis nodul regeneratif
yang dikelilingi oleh pita fibrosa sebagai respons terhadap cedera hati
kronis yang mengarah pada hipertensi portal dan penyakit hati stadium
akhir.1 Atau dengan kata lain sirosis hati merupakan tahap akhir proses
difus fibrosis hari progesif yang ditandai oleh distorsi arsitektur hati dan
pembentukan nodul regeneratif.
5
kanan, epigastrium dan terkadang bisa mencapai regio
hipokondrium kiri. Hepar pada orang dewasa memiliki berat sekitar 2%
dari berat badan.5
Hepar dibagi menjadi 4 lobus, yaitu lobus dextra, lobus caudatus,
lobus sinistra dan quadratus. Daerah tempat keluar masuk pembuluh darah
pada hepar dikenal dengan nama hilus atau porta hepatis. Pembuluh yang
terdapat pada daerah ini antara lain vena porta, arteri hepatica propia, dan
terdapat duktus hepatikus dextra dan sinistra. Vena pada hepar yang
membawa darah keluar dari hepar menuju vena cava inferior adalah vena
hepatica. Sedangkan, pembuluh darah vena porta dan arteri hepatica
alirannya menuju pada porta hepatica.5
6
reduksi, hidrolisis dan konjugasi. Jalur oksidasi memerlukan enzim
sitokrom P-450.
7
Aliran darah di hati dibagi dalam unit struktural yang disebut asinus
hepatic yang terletak di traktus portal. Asinus ini terletak di antara 2 atau
lebih venula hepatic terminal, dimana darah mengalir dari traktus portalis
ke sinusoid, lalu ke venula tersebut.
8
(Gambar Mikroskopik Lobulus Hepar. Junqueira et al, 2007)
(Eti ol
ogy of
liver
9
VI. EPIDEMIOLOGI SIROSIS HEPATIS
Di Indonesia, kasus ini lebih banyak ditemukan pada kaum laki-laki
dibandingkan kaum wanita. Dari yang berasal dari beberapa rumah sakit di
kota-kota besar di Indonesia memperlihatkan bahwa penderita pria lebih
banyak dari wanita dengan perbandingan antara 1,5 sampai 2 : 1.
10
(Patogenesis Sirosis Hepatis : Robbins Kumar, 2013)
Jika hal ini berlangsung dalam jangka waktu yang panjang maka
akan terjadi cedera kronik reversible parenkim hati yang ditandai dengan
pembentukan jaringan ikat difus (fibrosis), pembentukan makronodul,
mikronodul, dan nekrosis sel hepatosit yang berkelanjutan.4
11
- Hiperpigmentasi kulit dikulit, diduga akibat peningkatan kadar
MSH
- Tanda Murche : gambaran pita erwarna putih yang
memisahkan warna kuku normal
12
(The course of liver cirrhosis : Journal of hepatology Germany, 2013)
13
(The new theory on the development of complications and organ failures in
patients with cirrhosis : EASL, 2018). DAMP, damage associated molecular
pattern; HE, hepatic encephalopathy; HPS, hepatopulmonary syndrome; PAMP,
pathogen-associated molecular pattern; RNS, reactive nitrogen species; ROS,
reactive oxygen species)
14
Streptococcus viridans.1 Biasanya pasien ini tanpa gejala, namun dapat
timbul demam dan nyeri abdomen. Mekanisme terjadinya Peritonitis
bakterial spontan dijelaskan dalam gambar berikut 8 :
4. Sindroma hepatorenal
15
5. Karsinoma hepatoseluler
6. Asites
16
(Patogenesis asites pada Sirosis : Cardenas, 2006)
a. Asites
17
b. Ensefalopati hepatikum
Berikan lactulose 30-45 ml sirup oral 3-4 kali/hari sampai 2-4 kali
BAB/hari dan perbaikan status mental. Dan neomisin 4-12 g oral/hari
dibagi tiap 6-8 jam dapat ditambahkan pada pasien dengan refrakter
laktulosa.
c. Varices esophagus
18
sirosis, hepatitis viral kronik, hepatoselular karsinoma, nonalkoholik
steatohepatitis, dan kronik hepatitis dengan sirosis. Namun, transpalantasi
dikontraindikasikan pada kondisi berikut pada orang dengan pengobatan terlarang
yang aktif (metadon), AIDS, HIV, keganasan ektrahepatik, sepsis tidak terkendali,
gagal organ ektrahepatik, dan thrombosis splanikum yang meluas ke vena
mesentarika superior.1
Child- Pugh, banyak digunakan oleh para ahli hepatologi saat ini. Kriteria
Kriteria Child-Turcotte-Pugh
SKOR
PARAMETER
1 2 3
Interpretasi :
19
Child-Turcotte-Pugh A : 5-6 (prognosis baik)
(Angka kesintaan tahun pertama 45%, angka kesintaan tahun kedua 35%)
20
BAB III
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
No. RM : 01644871
Nama : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 33 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Kunciran Jaya Pinang
Pendidikan : Tamat SLTP
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan muntah dan BAB kehitaman sejak 1 hari
21
SMRS
BAB kehitaman cair 1 hari SMRS, sebanyak 1 kali. Pasien merasa lemah,
lesu, letih dan lunglai dan tidak dapat melakukan aktivitas dengan maksimal
sejak 1 hari SMRS. BAB tidak disertai lendir. Pasien juga mengeluh perut
kembung dan nyeri perut kiri atas.
Keluhan muntah dan BAB kehitaman sudah dirasakan 6 kali dalam satu
tahun terakhir. 3 bulan yang lalu pasien dirawat di RS dengan keluhan yang
sama dan didiagnosis hepatitis. Riwayat minum obat anti nyeri disangkal,
minum jamu-jamuan disangkal, demam disangkal, kaki bengkak disangkal.
Riwayat keluhan yang serupa tidak ada sebelumnya. Riwayat hepatitis atau
sakit kuning sebelumnya tidak ada. Riwayat operasi dan transfusi darah
disangkal. Riwayat keganasan dan sakit jantung disangkal. Riwayat imunisasi
tidak diketahui.
Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa atau sakit kuning.
Riwayat darah tinggi, kencing manis dan keganasan di keluarga disangkal.
22
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada Rabu 12 Juni 019.
a. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda Vital
• Tekanan darah : 110/60 mmHg
• Nadi : 94 x/menit, regular, isi cukup
• Napas : 20x/menit, regular
• Suhu : 36,5 oC
• SaO2 : 99%
23
d. Status Gizi
Berat badan : 70 kg
Tinggi badan : 180 cm
BMI : 21,6 kg/m2 (normoweight)
e. Status generalis
• Kepala : Normosefali, rambut berwarna hitam, distribusi merata, dan
tidak mudah dicabut.
• Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik +/+, pupil bulat isokor
diameter 3 mm/3mm RCL +/+, RCTL +/+
• Telinga : Normotia +/+, darah -/-, serumen -/-, hiperemis -/-, massa
-
/-
• Hidung : Deformitas -, kavum nasi lapang, sekret -/-, deviasi
septum -/-, edema -/-
• Tenggorokan : Bucal mukosa sianosis -, lidah oral trush -, tonsil
T1/T1 kripta -/-, detritus -/-, membran -/-, dinding anterior faring licin,
hiperemis -, dinding posterior faring licin, hiperemis -, post nasal drip
-
• Leher : Bentuk simetris, JVP 5+2 cmH2O , tumor (-), retraki
suprasternal (-), tidak tampak perbesaran KGB, posisi trakea ditengah
• Paru :
Inspeksi : bentuk normal, dada tampak simetris statis dan dinamis,
retraksi -, scar -, spider nevi -.
Palpasi : vocal fremitus sama di kedua lapang paru
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi: suara nafas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing
-/-
• Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terihat
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba 2 jari medial dari linea
midklavikula sinistra ICS V, thrill (-)
24
Perkusi : Batas jantung kanan ICS IV 1 jari medial linea
parasternal dekstra, batas jantung kiri ICS V 1 jari medial linea
midklavikula sinistra.
Auskultasi : BJ I-II reguler normal, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen
Inspeksi : datar, massa (-), striae (-), scar (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) pada regio epigastrium dan
hypochondriac sinistra, murphy sign (-), massa tidak ada, hepar tidak
teraba, limpa schuffner 2.
Perkusi : timpani, shifting dullnes (-)
• Ekstremitas : akral teraba hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-), eritema
palmar (-).
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 08/06/19
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematokrit 30 % 33 - 45 %
25
PT 4s 0-3 s
SGOT 57 U/I 0 – 34
SGPT 29 U/I 0 – 40
Tanggal 10/06/2019
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematokrit 26 % 33 - 45 %
26
KHER 30.6 g/dl 32.0 – 36.0
Tanggal 11/06/2019
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematokrit 23 % 33 - 45 %
Tanggal 12/06/2019
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
27
Bilirubin Indirek 0.52 mg/dl <0.60
28
Hasil : Tidak terjadi perdarahan, saran untuk ligase 2 minggu lagi.
H. RESUME
29
kuning sebelumnya tidak ada. Riwayat operasi dan transfusi darah disangkal.
Riwayat keganasan dan sakit jantung disangkal. Riwayat imunisasi tidak
diketahui. Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa atau sakit
kuning. Riwayat darah tinggi, kencing manis dan keganasan di keluarga
disangkal. Riwayat merokok sejak usia 15 tahun 1 bungkius rokok erhari,
tetapi 1 tahun terakhir pasien sudah stop merokok. Riwayat konsumsi alcohol
sejak saat usia 17 tahun sebanayk 2-3 botol perhari dan baru stop 2 tahun yang
lalu. Konsumsi obat terlarang disangkal. Kebiasaan makan 3 kali dalam sehari
dan pasien memiliki kebiasaan olahraga futsal 1 kali tiap minggu.
G. DAFTAR MASALAH
- Hematemesis Melena ec Pecah Varises Esofagus
- Hepatitis B kronik
- Sirosis Hepatis Child Pugh B ec Hepatitis B Kronik
- Anemia Normositik normokrom ec PVO
30
H. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
IVFD NaCl 0,9% 500 cc / 8 jam
Asam Tranexamat 3 x 500 mg
Vit. K 3x10 mg
Propranolol 3 x 10 mg po
Spironolakton 1 x 100 mg
Ceftriaxone 2 x 1 gr
Lactulose 3 x 15cc syr
Lamivudin 100 mg/hari
Non Medikamentosa
Ligasi varises esophagus
Diet 2592 kkal, protein 1 gr/kgbb per hari, rendah garam (<0.5
gram per hari)
I. PROGNOSIS
• Ad vitam : Dubia ad bonam
• Ad functionam : Dubia ad bonam
• Ad sanationam : Dubia ad bonam
31
K. Pengkajian Masalah
1. Hematemesis Melena
Atas Dasar
Anamnesis : Hematemesis1 kali sejak 1 hari SMRS, sebanyak 3-4 gelas
aqua. Melena 1 kali sejak 1 hari SMRS. 1 tahun terakhir memiliki keluhan
hematemesis melena yang sama sebanyak 6 kali.
Pemeriksaan fisik : Abdomen : cekung, spider nevi (-), caput medusae (-)
nyeri tekan (+) regio hipokondria dextra dan sinistra, hepar tidak teraba,
lien schuffner 2, timpani, shiffting dullness (-), palmar eritema (-)
Pemeriksaan Penunjang : hb : 8.8 g/dl; ht : 30%; tr: 54ribu/ul, eritrosit
3.64 jt/ul; VER: 81.1 fl; HER: 24.1 pg; KHER: 29.7 gr/dl; RDW 18.3%;
SGOT: 57 U/I; SGPT: 29 U/I; albumin 2.80 g/dl; GDS 96 Mg/dl
Dipikirkan : Hematemesis Melena ec Pecah Varises Oesophagus
Rencana diagnosis :Pemeriksaan Esofagogastroduodenoskopi
Rencana Evaluasi : Lab DPL
Rencana Terapi :
IVFD NaCl 0,9% 500 cc / 8 jam
Asam Tranexamat 3 x 500 mg
Vit. K 3x10 mg
Propranolol 3 x 10 mg po
Spironolakton 1 x 100 mg
Ceftriaxone 2 x 1 gr
Ligasi varises esophagus
2. Hepatitis B Kronik
Atas Dasar
Anamnesis : . 1 tahun terakhir memiliki keluhan muntah dan BAB
kehitaman yang sama sebanyak 6 kali. 3 bulan yll, pasien dirawat di RS
dengan keluhan yang sama dan di dikatakan mengalami hepatitis B.
Pemeriksaan fisik : Sklera ikterik (+/+), spider nevi (-), caput meduse (-),
nyeri tekan abdomen regio hipokondria dextra/sinistra (+), hepar tidak
teraba, lien schuffner 2, timpani, shiffting dullness (-), palmar eritema (-)
32
Pemeriksaan penunjang : : SGOT: 57 U/I; SGPT: 29 U/I; albumin 2.80
g/dl, HBsAg Reaktif, USG (Kesan : sirosis hepatis dengan hipertensi
porta, splenomegaly, asites)
Dipikirkan : Hepatitis B Kronik
Rencana diagnosis : Laboratorium HBeAg, DNA VHB, HbsAg
Rencana Evaluasi : Laboratorium fungsi hati, fungsi ginjal, albumin,
bilirubin total, bilirubin direk, bilirubin indirek, HBeAg, DNA VHB
Rencana Terapi : Lamivudin 100mg/hari
Atas Dasar
33
4. Anemia Normositik Normokrom
Atas Dasar :
Anamnesis : Pasien merasa lemah, lesu, letih dan lunglai dan tidak dapat
melakukan aktivitas dengan maksimal sejak 1 hari SMRS. Keluhan
hematemesis (+) seperti kopi, konsistensi cair, 1 kali sejak 1 hari SMRS,
sebanyak 3-4 gelas aqua. Pasien juga mengeleuh melena (+), konsistensi
cair, 1 kali sejak 1 hari SMRS. 1 tahun terakhir memiliki keluhan muntah
dan BAB yang sama sebanyak 6 kali.
Pemeriksaan fisik : Konjuntiva anemis +/+, sklera ikterik +/+, hepar tidak
teraba, Lien schuffner 2.
Pemeriksaan penunjang : hb : 8.8 g/dl; ht : 30%; tr: 54ribu/ul, eritrosit
3.64 jt/ul; VER: 81.1 fl; HER: 24.1 pg; KHER: 29.7 gr/dl; RDW 18.3%;
SGOT: 57 U/I; SGPT: 29 U/I; albumin 2.80 g/dl; GDS 96 Mg/d, , USG
(Kesan : sirosis hepatis dengan hipertensi porta, splenomegaly, asites)
Dipikirkan : Anemia Normositik Normokrom ec Pecah Varises
Oesophagus
Rencana diagnosis : Laboratorium PT, APTT, retikulosit, serum iron,
transferrin, TIBC
Rencana Evaluasi : Laboratorium DPL
Rencana tatalaksana : Tatalaksana sesuai penyebab (Target Hb 7-9
mg/dl)
34
BAB IV
ANALISA KASUS
35
gangguan tidur, dan demam yang tidak begitu tinggi. Selain itu, dapat pula disertai
dengan gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus
haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, hematemesis, melena,
serta perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi,
sampai koma.7 Pada kasus ini, berdasarkan hasil anamnesis yang telah dilakukan,
didapatkan beberapa gejala yang dapat mengarah pada keluhan yang sering
didapat pada sirosis hati yaitu lemas pada seluruh tubuh, mual dan muntah yang
disertai penurunan nafsu makan. Selain itu, ditemukan juga beberapa keluhan yang
terkait dengan kegagalan fungsi hati dan hipertensi porta, ikterus pada kedua mata,
nyeri perut yang disertai dengan hematemesis dan melena.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan penderita yang tampak kesakitan
dengan nyeri tekan pada regio epigastrium dan hipokondriaka sinistra. Terlihat
juga tanda-tanda anemis pada kedua konjungtiva mata dan ikterus pada kedua
sklera. Pada pemeriksaan jantung dan paru, masih dalam batas normal, tidak
ditemukan tanda-tanda efusi pleura seperti penurunan vokal fremitus, perkusi yang
redup, dan suara nafas vesikuler yang menurun pada kedua lapang paru. Pada
daerah abdomen, tidak ditemukan tanda-tanda ascites seperti pemeriksaan shifting
dullness dan gelombang undulasi. Hati tidak teraba, lien schuffner 2 dan nyeri
ketok CVA negative. Pada ekstremitas tidak ditemukan tanda tanda edema dan
tidak ditemukan palmar eritema.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8,8 mg/dl, Ht 30%,
Leukosit 14.5 ribu/ul, trombosit 54 ribu/ul, eritrosit 3.64 juta/ul. VER 81.1 fl, HER
24.1 pg, KHER 29.7 g/dl, RDW 18.3%. SGOT 57 U/l, SGPT 29 U/I, albumin 2.80
g/dl, globulin 3.60 g/dl, bilirubin total 1.05 mg/dl, bilirubin direk 0.53 mg/dl,
bilirubin indirek 0.52 mg/dl, HBsAg Reaktif. Dari hasil laboratorium tersebut
dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami anemia normositik normokrom yang
diakibatkan oleh hematemesis melena, selain itu HbsAg yang reaktif menunjukan
etiologi penyebab sirosis pada pasien ini.
Pada pemeriksaan USG Abdomen menunjukan kesan Sirosis hepatis
dengan hipertensi porta, splenomegaly, dan asites. Pada pemeriksaan EGD
menunjukkan kesan varises esophagus grade III, red colour sign (+). Saat ini telah
dilakukan ligase varises esophagus dan tidak terjadi perdarahan.
36
Pasien ini mendapat terapi IVFD NaCl 0,9% 500 cc / 8 jam untuk menjaga
kestabilan hemodinamik, asam tranexamat 3 x 500 mg, vit. K 3x10 mg,
propranolol 3 x 10 mg po untuk menghindari terjadinya perdarahan saluran cerna
akibat pecahnya varises esofagus. Pasien juga mendapatkan obat hemostatik
berupa asam traneksamat dan propanolol untuk menghindari terjadinya perdarahan
saluran cerna akibat pecahnya varises. Ceftriaxone 2 x 1 gr ditujukan untuk
mengurangi jumlah bakteri di usus yang bisa menyebabkan peritonitis bakterial
spontan serta mengurangi produksi amonia oleh bakteri di usus yang dapat
menyebabkan ensepalopati hepatikum jika terlalu banyak amonia yang masuk ke
peredaran darah. Pasien juga lactulose 3 x 15 cc syr untuk menangani progresifitas
ensefalopati hepatikum. Lamivudin 100 mg/hari sebagai terapi hepatitis B yang
dialami pasien.
Berdasarkan prognosis perhitungan Child Turcotte Pugh (CTP) pasien ini
yaitu skor 5 karena didapatkan asites sedikit pada usg namun tidak tampak pada pf
(poin 2), bilirubin 1.05 mg/dl (poin 1) , albumin 2.80 mg/dl (poin 1) dan PT 4
detik (poin 2) sehingga skor Child Turcotte Pugh A dengan prognosis sedang dan
angka kesintaan tahun pertama 100 %, angka kesintaan tahun kedua 85 %.
37
BAB V
KESIMPULAN
Sirosis hepatis merupakan suatu proses difus yang ditandai dengan fibrosis
dan perubahan arsitektur hati normal menjadi struktur nodul abnormal yang tidak
memiliki organisasi lobular yang normal. Proses ini terjadi secara reversible dan
dapat menyebabkan beragam komplikasi sehingga penanganan harus dilakukan
secara menyeluruh agar progesititas penyakit tidak berlanjut. Terapi ditujukan
untuk mengatasi kausa, mencegah progesivitas dan menurunkan angka mortalitas
akibat sirosis.
38
DAFTAR PUSTAKA
39