Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DIVERTIKULITIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pembimbing : Nandar Wirawan, S.Kep.Ners., M.Kep

Disusun Oleh
Kelompok 5 IKP-3B

1. Annisa Jannatin
2. Namila Nur Afifah
3. Rima Ferdilla R
4. Sri Ayu Fujastuti

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES SEBELAS APRIL SUMEDANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga
dapat terselesaikannya makalah “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Divertikulitis”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Gawat Darurat. Sebagai mana
judulnya makalah ini diharapkan mampu memberikan wawasan, pengetahuan, dan gambaran
mengenai asuhan keperawatan gawat darurat pada divertikulitis.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir dan kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan apabila ada sesuatu yang kurang mohon dimaafkan.
Sekian dan terimakasih.

Sumedang, 12 Juni 2021

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ i

Daftar Isi ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................... 2

1.3. Tujuan Masalah........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi Usus Besar........................................................................................ 4

2.2 Defisini Diverikulitis...................................................................................................... 5

2.3 Etiologi Divertikulitis..................................................................................................... 6

2.4 Patofisiologi Divertikulitis............................................................................................. 6

2.5 Pathway.................. ....................................................................................................... 7

2.6 Manifestasi Klinik.......................................................................................................... 8

2.7 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................. 9

2.8 Komplikasi...................................................................................................................... 9

2.9 Penatalaksanaan Gawat Darurat..................................................................................... 9

2.10 Asuhan Keperawatan Divertikulitis.............................................................................. 10

BAB III PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 22

3.2 Saran................................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan keperawatan komprehensif


diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit yang mengancam kehidupan.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di rumah sakit yang harus
dapat memberikan pelayanan darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit
akut dan mengalami kecelakaan sesuai dengan standar. Divertikulitis adalah
inflamasi pada divertikula, yaitu kantong kecil pada dinding kolon yang terbentuk
akibat herniasi.

Divertikulosis adalah suatu keadaan dimana terbentuk banyak divertikula,


tetapi tidak terjadi inflamasi. Penyakit deverticular disease merupakan penyakit
yang berhubungan dengan pola makan dan asupan gizi pada tubuh. Penyakit
deverticular disease terjadi karena perubahan pola makan akubat dari konsumsi
jenis makanan yang mengandung banyak serat ke jenis makanan yang kurang
mengandung banyak serat. Prevalensi deverticula disease berjumlah 75% dari
jumlah populasi di Amerika Serikat yang berusia diatas 80 tahun. Prevalensi
tersebut meningkat secara drastis seiring dengan menurunnya asupan makanan
berserat tinggi. (Schwartz, 2007).

Secara geografis, penyakit divertikula tersebut banyak muncul di negarayang


tinggi terhadap industrialisasi seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat daripada
Negara dengan industrialisasi yang kurang seperti Afrika, Amerika Selatan, dan
Asia. (Sabiston, 2000). Diperkirakan 90-95% penderita dengan divertikulosis
melibatkan kolon sigmoid, dan 65% penderita mempunyai penyakit yang terbatas
hanya terbatas pada kolon sigmoid. Sebaliknya, hanya 2-10% penderita mempunyai
penyakit yang terbatas pada colon asenden atau transversum. (Sabiston,2000).

1
Deverticular disease merupakan penyakit karena adanya peradangan yang
terjadi pada divertikula yang disebabkan oleh kontraksi otot kolon (Painter, 2013).
Terbukti dengan penelitian penderita divertikula dapat menimbulkan respon
kontraktil berlebihan terhadap stimuli hormonal sehingga kontraksi otot kolon yang
abnormal tersebut menyebabkan peningkatan tekanan intraluminal dengan akibat
hipertrofi otot polos dan pembentukan divertikula. Divertikulum sering disebut
dengan istilah herniasi usus besar yang menyerupai kantung yang terbentuk melalui
defek pada lapisan otot tertentu. (Brunner, 2016). Penyakit ini disepabkan karena
kurangnya supan serat pada tubuh, misalnya diet tinggi lemak. Kebanyakan diera
modern ini masyarakat dunia termasuk di Indonesia kurang memperhatikan asupan
serat bagi tubuh dalam memenuhi nutrisi seharai-hari. Sehingga perlu adanya
penyuluhan dan deteksi dini terkait penyakit diverticular disease ini.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi fisiologi usus besar?
2. Apa yang dimaksud dengan diverikulitis?
3. Apa saja etiologi pada divertikulitis?
4. Bagaimana patofisiologi divertikulitis?
5. Bagaimana pathway pada divertikulitis?
6. Bagaimana masifestasi klinik pada divertikulitis?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada divertikulitis?
8. Apa saja komplikasi pada divertikulitis?
9. Bagaimana penatalaksanaan kegawatdaruratan pada divertikulitis?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada divertikulitis?

1.3. Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi usus besar.
2. Untuk mengatahui definisi diverikulitis.
3. Untuk mengetahui etiologi pada divertikulitis.

2
4. Untuk mengetahui patofisiologi divertikulitis.
5. Untuk mengetahui pathway pada divertikulitis.
6. Untuk mengetahui klinik pada divertikulitis.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada divertikulitis.
8. Untuk mengetahui komplikasi pada divertikulitis.
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan kegawatdaruratan pada divertikulitis.
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada divertikulitis.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Anatomi Fisiologi Usus Besar

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.Pada
mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang (transverse),
kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu
hingga pertengahan kolon melintang sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan
bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri" (longo, 2010).

Fungsi usus besar:


1. Mengabsorbsi 80%-90% air dan elektrolit dari kimus yang tersisa dan mengubah
kimus dan cairan menjadi semi padat.
2. Memproduksi kimus.
3. Mengekskresikan zat sisa dalam bentuk feses.

4
Usus besar dibedakan menjadi:

1. Coecum, merupakan pembatas antara ileum dan kolon.


2. Kolon, pada kolon terjadi gerakan mencampr isi kolon dengan gerakan
mendorong. Pada kolon ada tiga divisi, yaitu:
a. Kolon asendens, yaitu kolon yang merentang dari coecum sampai ke tepi
bawah hati disebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura
hepatika.
b. Kolon transversum, yaitu yang merentang menyilang abdomen ke bawah hati
dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah
pada fleksura spienik.
c. Kolon desenden, yaitu yang merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan
menjadi kolon sigmoid yang berbentuk S yang bermuara di rectum (Boulton,
2011)

2.2. Definisi Divertikulitis


Diverticular disease atau divertikulitis merupakan penyakit karena adanya
peradangan yang terjadi pada divertikula yang disebabkan oleh kontraksi otot kolon
(Painter, 2013). Divertikular disease yaitu adanya divertikel semu multiple, tidak
bergejala pada 80% penderita. Divertikulitis adalah radang akut dalam divertikel
tanpa atau dengan perforasi. (Sjamsuhidajat, 2007).

Gambar 2.1.1 Diverticular disease

5
Divertikular disease merupakan penyakit pada saluran pencernaan yang timbul
karena adanya penonjolan berbentuk kantung dari dinding kolon dengan besar
bervariasi dari beberapa millimeter sampai beberapa sentimeter. Divertikula
biasanya merupakan manifestasi motalitas yang abnormal. Divertikulum dapat
terjadi di mana saja sepanjang saluran gastrointestinal.(Sabiston, 2000).
Divertikular disease adalah penyakit yang terjadi karena adanya herniasi pada kolon
yang menyerupai kantung yang terbentuk melalui defek pada lapisan otot tertentu.
(Brunner, 2016).
Jadi, berdasarkan beberapa pengertian devertikular disease diatas dapat
disimpulkan bahwa divertikulitis merupakan gangguan pada pencernaan yang
terjadi di divertikula karena kontraksi pada otot kolon, biasanya ditemukan
penonjolan berbentuk kantung di dinding kolon.

2.3 Etiologi Divertikulitis

1. Diet rendah serat menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen kolon,


menyebabkan herniasi mukosa melewati lapisan otot dinding kolon.
2. Penyakit divertikulitis merupakan penyakit yang biasanya terjadi karena
penyakit usus lainnya seperti diare, konstipasi yang berlebihan
pada usus besar khususnya colon.
3. Mikro dan makro perforasi
4. Perbedaan tekanan antar lumen colon dan serosa serta area kelemahan
dalam dinding colon
5. Kuman-kuman seperti taenia coli

2.4. Patofisiologi Divertikulitis

Diverticulitis dapat dibawa dari lahir (factor congenital) yang tidak


diketahui penyebabnya (idiopatik) dimana seluruh lapisan usus merupakan
dinding divertikel. Tetapi hal ini jarang terjadi, umumnya ditemukan setelah

6
lahir dan kebanyakan pada usus besar khususnya pada kolon sigmoid dan kolon
desendens.
Divertikulum terbentuk bila mukosa dan lapisan submukosa colon
mengalami herniasi sepanjang dinding muskuler akibat tekanan intraluminal
yang tinggi, volume colon yang rendah(isi kurang mengandung serat),dan
penurunan kekuatan otot dalam dinding colon(hipertrofi muskuler akibat masa
fekal yang mengeras).Divertikulum menjadi sumbatan dan kemudian
terinflamasi bila obstruksi terus berlanjut. Inflamasi cenderung melebar ke
dinding usus sekitar, mengakibatkan timbulnya kepekaan dan spastisitas kolon.
Abses dapat terjadi, menimbulkan peritonitis, sedangkan erosi pembuluh
darah(arterial)dapat menimbulkan perdarahan.

2.5. Pathway

Penurunan kekuatan otot Peningkatan tekanan Volume kolon rendah


dalam dinding kolon intraluminal serat

Hipertrofi muskuler

Herniasi lapisan
mukosa dan submukosa

Obstruksi

Inflamasi

Inflamasi menyebar Inflamasi menimbulkan


ke dinding erosi pembuluh darah
arterial
7
Abses perdarahan

peritonitis

2.6 Manifestasi Klinik


Kebanyakan pasien yang menderita penyakit divertikulitis tidak
menunjukkan gejala yang serius seperti penyakit lainnya. Tanda dan gejala
diverticular yaitu dengan pasien mengalami nyeri perut, tanda dan gejala lain
yaitu:
1. Rasa nyeri, sensitif, atau kram pada bagian perut, umumnya kiri bawah
perut (suprapubik) dan lebih terasa bila tubuh digerakkan. Nyeri tekan
pada fosa iliaka kiri.
2. Demam menggigil
3. Sensasi kembung atau perut terasa dipenuhi gas.
4. Konstipasi atau diare.
5. Mual dan kadang muntah.
6. Kehilangan nafsu makan
7. Tanpa massa yang teraba dan distensi abdomen
8. Perforasi
9. Obtruksi usus besar
10. Perdarahan saluran cerna bagian bawah
11. Perut buncit karena penumpukan fases di devertikula.
12. Masa diarea pelvis / bagian kiri bawah abdomen.

8
2.7 Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan sinar-x seperti enema barium yang akan menunjukkan adanya
penyempitan kolon dan penebalan lapisan otot.
 Pemeriksaan sinar-x terhadap abdomen dapat menunjukkan adanya udara
bebas di bawah diafragma bila perforasi terjadi akibat diverticulitis.
 Pemindai tomografi computer (CT) dapat menunjukkan abses.
 Kolonoskopi dilakukan untuk mengobservasi divertikula dan
membedakannya dengan kemungkinan penyakit lain.
 Tes laboratorium yang akan membantu dalam diagnosis adalah hitung darah
lengkap.
2.8 Komplikasi

Komplikasi diverticulitis mencakup:


 Penyumbatan usus
 Perdarahan
 Fistula
 Pembentukan abses, perforasi dan peritonitis

2.9 Penatalaksanaan Gawat Darurat

a. B1 (Breathing) : pemeriksaan fisik yang mengacu pada tiap organ


pernafasan.
b. B2 (Blood) : pengkajian organ yang berkaitan dengan sirkulasi darah,
yakni jantung dan pembuluh darah.
c. B3 (Brain) : pengkajian fisik mengenai kesadaran dan fungsi persepsi
sensori.
d. B4 (Bladder) : pengkajian sistem urologi.
e. B5 (Bowel) : pengkajian sistem digestive atau pencernaan.
f. B6 (Bone) : pengkajian sistem muskuloskeletal dan integumen.

9
2.10 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Klien dengan Divertikulitis

1. Pengkajian
1. Anamnesa

a) Data demografi

Identitas diri, meliputi:

1. Nama

2. Usia dengan insiden tertinggi pada usia 40-50 tahun-an.

3. Jenis kelamin

4. Suku/bangsa

5. Agama

6. Pendidikan

7. Pekerjaan

8. Alamat
b) Keluhan utama
Keluhan utama yang terjadi pasien dengan gangguan
divertikulum adalah nyeri pada perut kuadran kiri bawah, konstipasi,
nyeri, mual, muntah, diare dan kram pada kuadran kiri bawah dari
abdomen.
c) Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit konstipasi dan disassociative tissue disease bisa
mengarah pada munculnya diverticular disease atau divertikulitis.
d) Onset
Biasanya nyeri datangnya mendadak walaupun harus dibedakan,
apakah sebelumnya ada riwayat buang air besar tidak seperti biasanya.
e) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang adalah perjalanan penyakit mulai dari
keluhan atau gejala, proses berjalannya penyakit sampai masuk rumah

10
sakit dan mendapatkan terapi apa saja sebelumnya. Jadi klien
mengeluhkan nyeri pada perut kuadran kiri bawah, konstipasi, nyeri,
mual, munta, diare dan kram pada kuadran kiri bawah dari abdomen.
Gejala lain dari penyakit divertikulitis meliputi:
1. Perubahan dalam kebiasaan normal usus, seperti sembelit
atau diare, atau sembelit yang diikuti diare.
2. Kembung.
3. Pendarahan dari anus (Bontemps, 2012).
f) Riwayat penyakit keluarga
Meliputi penyakit yang mungkin saja menurun, misalkan: kanker,
diabetes melitus, hipertensi, dll.

2. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X, dengan barium enema
Hasilnya : ditemukan tumor dan kolon yang kolaps.
2. CT Scan
Hasilnya : ditemukan tumor dan kolon yang kolaps.
3. Kolonoskopi
Hasilnya : ditemukan tumor didalam kolon.
3. Pemeriksaan fisik
 B1 (Breathing) : Takipnea
 B2 (Blood) : Anemia, keadaan sirkulasi (denyut nadi, TD
postural): adanya syok harus dikenali dan
ditangani sedini mungkin takikardi.
 B3 (Brain) : Pucat, gangguan kesadaran.
 B4 (Bladder) : Oliguri.
 B5 (Bowel) : Konstipasi, mual, muntah, diare, dan kram pada
kuadran kiri bawah dari abdomen.
 B6 (Bone) : Lemas.

11
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
2. Gangguan rasa nyaman, hipertermi berhubungan dengan peradangan
dan infeksi.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
anoreksia.
4. Ansietas berhubungan dengan defisit pengetahuan proses penyakit.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
secara aktif (diare).

3. Rencana Tindakan

1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.


a. Data:
1. Data Subyektif:
a. Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan dengan
insyarat.
b. Mengkomunikasikan penggambaran nyeri, seperti
ketidaknyamanan, mual, rasa sakit menjalar ke belakang,
kadang-kadang merasa mulas.
2. Data Obyektif:
a. Klien tampak menghindari nyeri.
b. Terlihat respon-respon otonomik seperti diaforesis,
perubahan tekanan darah (>120/80mm/Hg) dan pulsasi
nadi (>100x/menit), serta terjadi dilatasi pupil.
c. Klien tampak melakukan perilaku distaksi seperti
mondar mandir, mencari orang dan atau aktivitas lain,
maupun melakukan aktivitas berulang.
d. Klien terlihat menyeringai.
b. Tujuan:
1. Nyeri berkurang atau hilang.
2. Pasien dapat mengatasi nyeri secara mandiri.

12
c. Kriteria Hasil:
1. Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang
efektif untuk mencapai kenyamanan.
2. Mempertahankan tingkat nyeri pada (sebutkan skala 0-10)
atau kurang.
3. Mengenali penyebab dan menggunakan tindakan yang
mampu mencegah nyeri.
4. Melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan.

d. Intervensi dan Rasional

Intervensi Rasional
Lakukan pengkajian nyeri yang Dengan mengetahui kelima
komprehensif meliputi PRST faktor yang berhubungan dengan
(provoke, uality, region, severity, timbulnya nyeri pada klien,
time) diharapkan intervensi yang
dilakukan tepat untuk mengatasi
nyeri.

Observasi isyarat ketidaknyamanan Untuk klien nyeri dengan skala


non verbal, khususnya pada mereka 10, klien dapat saja tidak mengikuti
yang tidak mampu perintah, mengejan tanpa dapat

mengkomunikasikannya secara dikendalikan, menarik-narik,


memukul benda disekitarnya, tidak
efektif.
responsif terhadap tindakan, tidak
dapat menunjukkan lokasi nyeri
yang dirasakan, oleh karena itu
perawat harus peka terhadap
ekpresi klien.
Ajarkan klien untuk penggunaan Untuk melaksanakan manajemen
hipnosis, relaksasi, imajinasi nyeri secara non farmakologis.
terbimbing, terapi musik, distraksi,
akupresur, kompres hangat sebelum

13
dan setelah serta bila
memungkinkan saat nyeri
berlangsung.
Kendalikan faktor lingkungan yang Suhu ruangan yang panas,
dapat mempengaruhi respon klien cahaya yang terlalu terang, atau
terhadap nyeri. suara yang gaduh dapat memicu
respon nyeri pada klien.
Berkolaborasi dengan dokter untuk Sebagai pereda nyeri.
pemberian agen analgesik sebagai
pereda nyeri.

2. Gangguan rasa nyaman, hipertermi berhubungan dengan peradangan dan


infeksi.
a. Data
1. Data Subyektif:
Pasien mengeluhkan adanya peningkatan suhu tubuh.
2. Data Obyektif:
a. Kulit memerah.
b. Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal ( >37,5° C)
c. Frekuensi nafas meningkat ( >22 x/menit)
d. Kejang.
e. Kulit hangat bila disentuh.
f. Takikardia.
b. Tujuan
1. Suhu badan normal (36,5-37,5° C)
2. Frekuensi nafas normal (12-22x/menit)
3. Tidak terjadi kejang
c. Kriteria Hasil
1. Klien akan menunjukkan termoregulasi dibuktikan dengan:
a. Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan.
b. Suhu tubuh dalam batas normal.

14
c. Nadi dan pernafasan dalam rentang yang diharapkan.
d. Tidak ada perubahan warna kulit.
e. Tidak tampak keletihan.

2. Klien atau keluarga akan:

a. Menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu.


b. Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau mengurangi
penginkatan suhu tubuh.
c. Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermi.

d. Intervensi dan Rasional

Intervensi Rasional
1. Pantau suhu minimal setiap 2 Dengan memantau suhu klien
jam atau sesuai kebutuhan. secara kontinue dapat
2. Pantau suhu basal secara mengetahui apakah tindakan
kontinue, sesuai kebutuhan. yang dilakukan efektif untuk
3. Pantau warna kulit dan suhu. menunjukkan termoregulasi

Ajarkan indikasi keletihan karena Panas yang tinggi dapat memicu


panas dan tindakan kedaruratan keletihan
yang diperlukan sesuai dengan
kebutuhan.
Tindakan kolaboratif: Asetaminofen bekerja secara
1. Berikan agen antipiretik seperti langsung pada sel termoregulasi
asetaminofen sesuai kebutuhan. dalam hipotalamus yang
2. Berikan agen antibiotik sesuai menyebabkan pengeluaran
kebutuhan. keringat dan vasodilatasi. Hal ini
menyebabkan pelepasan panas
dan penurunan demam.

15
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia.
a. Data
1. Data Subyektif:
a. Kram abdomen.
b. Nyeri abdomen.
c. Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan.
2. Data Obyektif:
a. Tidak tertarik untuk makan.
b. Kurangnya minat pada makanan.
c. Konjungtiva dan membran mukosa pucat.
d. Menolak untuk makan.

b. Tujuan
1. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
2. Berat badan pasien meningkat ke arah normal.
3. Nafsu makan pasien meningkat.
c. Kriteria Hasil:
1. Klien akan menunjukkan peninkatan status nutrisi yang dapat
ditunjukkan dengan status gizi, diukur dengan ABCD, yaitu:
a. Antropometri
Mengukur besar dan komposisi tubuh. Efektif untuk
mengetahui status protein dan kalori meliputi pengukuran TB,
BB, lipatan kulit dan lingkar lengan.
b. Biokimia
Deteksi malnutrisi subsklinis. Sample urin dan darah
dapat dibuat untuk mengukur nutrien atau metabolit (produk
akhir enzim).
c. Clinical
1. Membran mukosa basah dan berwarna merah muda.
2. Nafsu makan baik.
d. Dietari history

16
Umumnya terdiri dari data tentang pola dan kebiasaan
makan, pemilihan makanan, pebatasan-pembatasan, intake
cairan setiap hari, penggunaan suplemen vitamin dan mineral
termasuk masalah dietseperti kesulitan mengunyah atau
meneguk, aktivitas fisik, riwayat kesehatan dan cara
penyediaan makanan untuk memperoleh data tentang pola
dan kebiasaan makan.
2. Melaporkan keadekuatan tingkat energi.
d. Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
1. Ketahui makanan kesukaan klien Memberi nutrisi sesuai dengan
untuk mengubah kebiasaan makanan yang disukai klien
makanan. akan meningkatkan nafsu
2. Tentukan kemampuan klien makan, sehingga tidak
untuk memenuhi kebutuhan ditemukan adanya anoreksia.
nutrisi.
3. Pantau kandungan nutrisi dan
kalori pada cacatan asupan.
4. Timbang klien pada interval
yang tepat.

Berikan informasi yang tepat Memberi pendidikan kepada


tentang kebutuhan nutrisi dan klien maupun keluarganya
bagaimana memenuhinya. mengenai nutrisi yang tepat
membuat klien mandiri dalam
hal pemenuhan kebutuhan nutrisi
dan mengatasi anoreksia.
Tawarkan kudapan, misalnya Buah-buahan segar dapat
minuman dan buah-buahan segar meningkatkan nafsu makan
atau jus bila memungkinkan. karena rasanya yang manis dan

17
segar sehingga membuat klien
tidak merasakan mual.

Anjurkan klien untuk makan sedikit Agar makanan terserap optimal


tapi sering. di sistem pencernaan dan
lambung tidak cepat penuh,
sehingga kebutuhan nutrisi
kalian terpenuhi.
Berikan asuhan keperawatan berupa Untuk menjaga kebersihan mulut
oral hygiene pada klien. dan menjaga kelembapan
mukosa.
Kolaborasi dengan ahli gizi: Agar makanan yang masuk
tentukan jumlah kalori dan jenis zat dalam tubuh klien tidak
gizi yang dibutuhkan untuk sembarangan karena memiliki
memenuhi kebutuhan nutrisi. kandungan gizi yang adekuat
sesuai dengan kebutuhannya.

4. Ansietas berhubungan dengan defisit pengetahuan proses penyakit.


a. Data
1. Data Subyektif:
Mengungkapkan masalahnya secara verbal.
2. Data Obyektif:
a. Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat.
b. Tidak tepat atau terlalu berlebihannya perilaku, misalnya: histeris,
agitasi, dan apatis.
b. Tujuan:
Kecemasan klien berkurang atau hilang karena mengetahui
proses penyakitnya.
c. Kriteria Hasil:
Klien atau keluarga akan:
1. Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut

18
penanganan yang dianjurkan, misalnya informasi tentang diet.
2. Menunjukkan kemampuan ¼ (sebutkan keahlian atau perilakunya)
d. Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
Membantuklien dalam memahami Agar klien dapat memahami
informasi yang berhubungan dengan kondisi yang terjadi dalam
proses timbulnya penyakit secara tubuhnya sehingga dapat bekerja
khusus. sama dengan tenaga kesehatan
untuk peningkatan kualitas
kesehatannya.

Membantu klien untuk memahami Dengan mengetahui seluk beluk


dan mengetahui secara mental pembedahan, diharapkan klien
mengenai pembedahan serta dapat memiliki mental yang kuat
metode pemulihan pasca operasi. untuk dilakukan pembedahan.

5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara


aktif (diare).
a. Data
1. Data Subyektif:
a. Pasien mengeluh haus.
b. Pasien mengeluh lemas.
2. Data Obyektif:
a. Penurunan output urine dan peningkatan konsentrasi urine.
b. Penurunan tekanan darah dan peningkatan nadi.
c. Penurunan turgor kulit.
d. Penurunan status mental.
b. Tujuan:
Mempertahankan keseimbangan volume cairan.
c. Kriteria Hasil:
Klien akan:

19
1. Mampu mempertahankan volume cairan pada level fungsional
yang ditandai dengan output urine yang adekuat (2 liter/hari), ttv
stabil, turgor kulit baik. CRT 2 detik.
2. Mampu menunjukkan kemampuan untuk memonitor dan
memperbaiki kekurangan cairan sesuai indikasi.
d. Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
Monitor tanda-tanda vital. Merupakan indikator secara dini
tentang hipovolemia.

Monitor intake dan outpun dan Menurunnya output dan


konsentrasi urine. konsentrasi urine akan
meningkatkan kepekaan atau
endapan sebagai salah satu kesan
adanya dehidrasi dan
membutuhkan peningkatan
cairan.
Kolaborasi dengan dokter Bila diare berhenti maka proses
pemberian obat untuk menghentikan aktif kehilangan cairan juga
diare. berhenti.
Ajarkan klien mengenai pemberian Klien dapat memenuhi
asupan cairan yang benar. kebutuhan cairannya sendiri
secara mandiri.

4. Evaluasi
1. Nyeri teratasi.
2. Gangguan rasa nyaman hipertermia teratasi.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi.
4. Ansietas teratasi.
5. Kekurangan volume cairan teratasi.

20
6. Klien memahami tentang perawatan dan penyakitnya.
7. Tidak terjadi infeksi.
8. Tidak terjadi penurunan berat badan.
9. Tanda-tanda vital dalam batas normal (Doengoes, 2000).

21
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Divertikulitis yaitu suatu keadaan dimana terjadi herniasi mukosa dan
submukosa usus nelalui cela antara otot sirkulasi dinding usus pada tempat
masuknya arteri dari lapisan submukosa.
Diet berserat yang tinggi dan suplemen-suplemen serat dianjurkan untuk
mencegah sembelit dan pembentukan lebih banyak diverticula. Penyakit
divertikulitis merupakan penyakit yang biasanya terjadi karena penyakit usus
lainnya seperti diare, konstipasi yang berlebihan
pada usus besar khususnya colon.

3.2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan-kesalahan yang
harus diperbaiki, karena penulis memiliki keterbatasan dan kemampuan dalam
pembuatan makalah. Untuk itu penulis mengharapkan kepada pembaca untuk
memberikan saran maupun kritikan yang membangun untuk penyempurnaan
makalah ini. Dan dengan adanya makalah ini maka diharapkan untuk dapat
mengaplikasikan pada kehidupan dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan
hidup.

22
DAFTAR PUSTAKA

Mey, Ayu Dessye, Makalah Divertikulitis.


https://id.scribd.com/doc/28797995/MAKALAH-DIVERTIKULITIS. Diakses 12 Juni
2021

Renandamuki, 2018, Kegawatdaruratan Abdomen.


https://id.scribd.com/presentation/377699201/Kegawatdaruratan -Abdomen. Diakses 12
Juni 2021

Uu Ayoeba, 2016, Askep Miastenia Gravis.


https://id.scribd.com/doc/295308740/ASKEP-MIASTENIA-GRAVIS-docx. Diakses 12
Juni 2021

2015, Makalah Pencernaan Fix. https://dokumen.tech/document/makkalah-pencernaan-


fix. Diakses 12 Juni 2021

23

Anda mungkin juga menyukai