Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING MODUL

SUSAH BERKEMIH
MATA KULIAH SISTEM UROGENITALIA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK II
KETUA KELOMPOK Vivi Aprilia Fadila

ANGGOTA Husnul Khatimah (Scriber)

KELOMPOK Rezky Amalia Basir (Notulen)

Moh Ikbal Gusman

Najdwah Emilia

Ahmad Fari Arief Lopa

Reski Nursyifah Husain

Mulkiyah Zul Fahilah

Apriani

NurulHuda Mursalim

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Berkat limpahan karunia nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Problem
Based Learning (PBL) modul “Susah Berkemih” tepat pada waktunya.

Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan
dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang
sebesarbesarnya kepada tutor kami yang telah membantu dan membimbing kami,
serta kepada semua pihak yang telah membantu sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penyusunan dan penulisan laporan PBL ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa
maupun isi. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat positif sangat
kami butuhkan untuk perbaikan pembuatan laporan PBL selanjutnya.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari laporan PBL ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi kepada
pembaca.

Makassar, 16 Maret 2020

Kelompok II

| Susah Berkemih ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Kasus .................................................................................................... 1

1.2. Kata atau Kalimat Kunci ...................................................................... 2

1.3. Daftar Pertanyaan ................................................................................. 2

1.4. Learning Objective ............................................................................... 3

1.5. Problem Tree ........................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi Susah Berkemih ……………………………………………… 5

2.2. Anatomi, Hisologi dan Fisiologi Sistem Urogenitalia terkait Skenario… 9

2.3. Mekanisme Berkemih ………………………………............................. 12

2.4. Faktor yang memperngaruhi produksi dan pengeluaran urin ………….. 13

2.5. Etiopatomekanisme Susah Berkemih …………………………………. 14

2.6. Hubungan Gejala Utama dengan Gejala Penyerta ……………………. 15

2.7. Penegakan Diagnosa terkait kasus ……………………………………. 16

2.8. Diagnosis Banding …………………………………………………….

2.9. Integrasi Keislaman ........................................................................... 32

BAB III PENUTUP

3.1. Tabel Diagnosis Banding ................................................................... 33

3.2. Kesimpulan ........................................................................................ 33


DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 34

| Susah Berkemih ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. KASUS Skenario 1

Seorang laki-laki, 48 tahun dating ke poliklinik RS dengan keluhan susah


saat berkemih sejak 1 bulan terakhir. Keinginan buang air kecil dirasakan
lebih sering namun sulit untuk memulai. Pasien merasakan aliran urin yang
lemah. Perasaan tidak puas kadang dirasakan saat miksi. Penurunan berat
badan tidak ada.
1.2. KATA/ KALIMAT KUNCI

1. Laki-laki 48 ahun

2. Susah berkemih 1 bulan terakhir

3. Buang Air Kecil lebih sering tetapi susah memulai

4. Aliran urin lemah

5. Perasaan tidak puas saat miksi

6. Tidak ada penurunan berat badan

1.3. DAFTAR PERTANYAAN

1. Jelaskan definisi susah berkemih !


2. Jelaskan Anatomi, Histologi, dan Fisiologi organ terkait skenario!

3. Jelaskan mekanisme berkemih !


4. Jelaskan Faktor yang memperngaruhi produksi dan pengeluaran urin !
5. Jelaskan Etiopatomekanisme Susah Berkemih !
6. Bagaimanakah hubungan susah berkemih dengan gejala penyerta ?
7. Bagaimana penegakan diagnose terkait skenario ?
8. Apa saja diagnosis banding terkait skenario ?
9. Bagaimanakah integrasi keislaman yang terkait dengan skenario?

| Susah Berkemih ii
1.4. LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan definisi susah


berkemih
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan dasar biomedik dari
sistem urogenitalia terkait skenario
3. Mahasiswa mampu memahami mekanisme berkemih !
4. Mahasiswa mampu mengetahui factor yang mempengaruhi produksi
dan pengeluaran urin !
5. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan etiopatomekanisme
susah berkemih !
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan hubungan susah
berkemih dengan gejala penyerta !
7. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana penegakan diagnose terkait
skenario !
8. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan diagnose banding
sesuai dengan skenario !
9. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan integrasi keislaman
yang berhubungan dengan skenario !
1.5. PROBLEM TREE

5 | Susah Berkemih
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI SUSAH BERKEMIH


Sulit berkemih adalah keadaan dimana seseorang kesulitan untuk
berkemih meskipun urine yang terkumpul di dalam buli-buli telah
mencapai kapasitas maksimalnya yang dapat disertai dengan sulit memulai
dan harus mengejan terlebih dahulu untuk melakukan proses berkemih.
Pada keadaan ini pasien biasanya mengeluh urin tertahan atau urin yang
keluar sedikit-sedikit sehingga menyebabkan rasa tidak puas setelah selesai
berkemih. 1

2.2 ANATOMI, HISTOLOGI DAN FISIOLOGI SISTEM


UROGENITALIA TERKAIT SKENARIO
2.2.1. Ginjal2

Gambar 1. Anatomi Ginjal5

Terdiri dari duah buah, berbentuk seperti kacang, terletak pada


dinding posterior abdomen dibelakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Ginjal kiri lebih
tinggi dari ginjal kanan karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.

6 | Susah Berkemih
Urin yang terbentuk pada penyaringan terkumpul dalam pelvis renalis,
yaitu sebuah rongga yang terletak di tengah ginjal. Ginjal memiliki: 2
a. Dua extremitas, yakni ekstremitas superior dan ekstremitas inferior
b. Dua margo, yakni margo medialis (concave) dan margo lateralis
(convex)
c. Dua facies, yakni facies anterior dan facies posterior
Pada margo medialis terlihat suatu bangunan pintu yang arahnya
vertikal dan membuka dalam satu ruangan. Pintu tadi disebut hilus
renalis dan merupakan tempat masuknya pembuluh-pembuluh darah,
lymphe, saraf dan ureter. Umumnya susunan pembuluh darah pada hilus
renalis ini, berturut-turut dari ventral ke dorsal dijumpai : v. Renalis, a.
Renalis, dan ureter. Ruangan tadi disebut sinus renalis dan di dalamnya
terdapat juga pembuluh-pembuluh darah, saraf, lymphe dan pelvis
renalis. 2
Selubung ginjal :
a. Capsula renalis : jaringan ikat fibrosa yang langsung berhadapan
dengan parenkim renal
b. Capsula adiposa : jaringan lemak diluar jaringan ikat
c. Fascia renalis : kondensasi jaringan ikat yang terletak diluar capsula-
capsula adiposa serta meliputi ren dan glandula suprarenalis
d. Corpus adiposa suprarenal : diluar fascia renalis membentuk
sebagian lemak retroperitoneal.
Sturktur ginjal: 2
a. Cortex renalis
Terlihat agak pucat dan lunak serta konsistensinya granulair.
Terletak langsung di bawah capsula renalis dan melingkungi basis
pyramis renalis. Subtantia ini sebagian melanjutkan dia antara
pyramis renalis sampai sinus renalis. Bagian ini disebut columna
renalis. Cortex renalis di tempati oleh: 2
• Corpusculi renalis
• Tubuli concerti

7 | Susah Berkemih
• Bagian permulaan dari tubuli collective
b. Medulla renalis
Tersusun atas beberapa bangunan berbentuk pyramid disebut
pyramidesrenalis. Apex pyramis menghadap sinus renalis disebut
papillae renalis. Papilla ini diterima oleh satu calyx minor. Beberapa
calyx minor bersatu menjadi calyx major. Beberapa calyx major
bersatu menjadi satu bangunan seperti corong disebut pelvis renalis.
Pelvis renalis ini melanjut sebagai ureter. Medulla renalis ditempati
oleh: 2
• Ansa henle dan sebagian pars ascendens dan descendens tubuli
honle
• Sebagian besar tubuli collective.
Vaskularisasi Ren

Gambar 2. Vaskularisasi Ren. 4

Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan


cabang langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan
melalui vena renalis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem
arteri ginjal adalah end arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai
anastomosis dengan cabang–cabang dari arteri lain, sehingga jika
terdapat kerusakan salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya
iskemia/nekrosis pada daerah yang dilayaninya.

8 | Susah Berkemih
Arteri renalis memasuki ginjal melalui hilum dan kemudian
bercabang- cabang secara progresif membentuk arteri interlobaris, arteri
arkuarta, arteri interlobularis, dan arteriol aferen yang menuju ke kapiler
glomerulus tempat sejumlah besar cairan dan zat terlarut difiltrasi untuk
pembentukan urin. Ujung distal kapiler pada setiap glomerulus
bergabung untuk membentuk arteriol eferen, yang menuju jaringan
kapiler kedua, yaitu kapiler peritubulus yang mengelilingi tubulus ginjal.
Kapiler peritubulus mengosongkan isinya ke dalam pembuluh sistem
vena, yang berjalan secara paralel dengan pembuluh arteriol secara
prorgesif untuk membentuk vena interlobularis, vena arkuarta, vena
interlobaris, dan vena renalis, yang meninggalkan ginjal di samping
arteri renalis dan ureter.
Inervasi Ren
Saraf ginjal dan ureter berasal dari renal nerve plexus dan terdiri dari
serat saraf simpatis, parasimpatis, dan visceral aferen. Plexus nervus
renalis disuplai oleh serat dari nervus splanchnic abdominopelvic, renal,
abdominal aortic, and superior hypogastric plexuses. Celiac plexus and
abdominopelvic (greater, lesser, and least) splanchnic nerves.
Saraf ginjal dan ureter berupa serat saraf simpatis presinaptik yang
bermielin, berasal dari cornu lateral medulla spinalis dan melewati
ganglia paravertebral dan prevertebral, tanpa sinaps, kemudian
didistribusikan ke sel kromafin pada medulla suprarenal.

9 | Susah Berkemih
Histologi Ginjal3

Gambar 7. Histologi Ginjal.3


Pada potongan sagital, ginjal dibagi menjadi korteks disebelah luar
yang berwarna lebih gelap dan medula disebelah dalam yang berwarna
terang. Disebelah luar, korteks dilapisi oleh jaringan ikat ireguler padat,
kapsul ginjal. 3
Korteks mengandung tubulus kontortus proksimal dan distal,
glomerulus dan medullary rays. Di korteks, juga terdapat arteri
interlobularis dan vena interlobularis. Medullary rays terdiri dari bagian
lurus nefron, pembuluh darah, dan tubulus-tubulus kolingentes yang
menyatu di medula untuk membentuk duktus koligens yang lebih besar.
Medullary rays tidak sampai ke kapsul ginjal karena tubulus kontortus
terletak di subkapsul.3
Medula terdiri dari piramid-piramid ginjal. Bagian basal masing-
masing piramid terletak dengan kotrteks dan apeksnya membentuk
papila ginjal yang menonjol ke dalam struktur berbentuk corong, kaliks
minor yang merupakan bagian ureter yang melebar. Area kribrosa
ditembus oleh lubang-lubang kecil, yaitu muara duktus koligens ke
dalam kaliks minor.
Ujung papila ginjal biasanya dilapisi dengan epitel kolumnar
(silindris) selapis. Sewaktu epitel kolumnar papila ginjal berbalik ke luar
ke dinding kaliks minor, epitel ini menjadi epitel transisional. Suatu

10 | Susah Berkemih
lapisan tipis jaringan ikat dan otot polos di bawah epitel ini kemudian
menyatu dengan jaringan ikat sinus renalis. 3
Di sinus renalis terdapat cabang-cabang arteri dan vena renalis yang
disebut arteri interlobaris dan vena interlobaris. Pembuluh darah arkuata
membentuk arteri interlobularis dan vena-vena interlobularis yang lebih
kecil berjalan secara radial kedalam korteks ginjal untuk membentuk
arteri aferen glomerulus untuk selanjutnya membentuk kapiler
glomerulus.3

Fisiologi Ginjal4
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah
lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama
elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian
mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul
dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Hasil akhir yang kemudian
diekskresikan disebut urin.4
1. Mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung
nitrogennitrogen, misalnya amonia.
2. Mengekskresikan zat-zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula
dan vitamin) dan berbahaya(misalnya obat-obatan, bakteri dan zat
warna).
3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan
kelebihan asam atau basa

2.2.2 Ureter2

11 | Susah Berkemih
Gambar 3. Anatomi ureter. 5

Suatu tabung muscular yang mengantarkan urin ke vesica urinaria,


terletak retroperitoneal dan dijumpai 3 tempat penyempitan, yaitu : 2
a. Pada tempat peralihan pelvis renalis menjadi ureter
b. Pada tempat waktu menyilang di depan a. Iliaca communis /
permulaan a. Iliaca externa / linea arcuata pelvis.
c. Pada tempat dimana uterer terletak di dalam otot vesica urinaria.
Ureter dibagi atas 2 bagian, yakni pars abdominalis dan pars pelvina
Vaskularisasi dan Inervasi ureter

Gambar 4. Vaskularisasi dan Inervasi ureter. 5

12 | Susah Berkemih
Perdarahan ureter terbagi 2, ureter atas oleh A. Renalis sedangkan
ureter bawah oleh A. Vesicalis Inferior. Untuk persarafan dilakukan oleh
plexus hypogastricus inferior T11-L2 melalui neuron simpatis.

Hitologi Ureter3

Gambar 8. Histologi Ureter. 3

Lumen ureter yang tidak teregang memperlihatkan banyak lipatan


mukosa longitudinal yang terbentuk karna kontraksi otot. Dinding ureter
terdiri dari mukosa, muskularis, dan adventisia. Mukosa ureter terdiri
dari epitel transisional dan lamina propria yang lebar. Epitel transisional
memiliki beberapa lapisan sel, lapisan terluar ditandai oleh sel kuboid
besar. Sel ditengah berbentuk polihedral, sementara sel basal berbentuk
kuboid atau kolumnar rendah.3
Lamina propria mengandung jaringan ikat fibroelastik, yang lebih
padat dengan lebih banyak fibroblast di bawah epitel dan lebih longgar
dekat otot. Jaringan limfe difus dan kadang nodulus limfatik kecil dapat
ditemukan di lamina propria. Di ureter bagian atas, lapisan muskularis
terdiri dari dua lapisan otot : lapisan otot polos longitudinal dalam dan
lapisan otot polos sirkular di tengah, lapisan-lapisan ini tidak selalu jelas.
Lapisan tambahan ketiga otot polos longitudinal luar ditemukan di
sepertiga bawah ureter dekat kandung kemih.Adventisia menyatu

13 | Susah Berkemih
dengan jaringan ikat fibroelastik dan jaringan adiposa sekitar, yang
mengandung banyak arteriol, venula, dan saraf kecil.

Fisiologi Ureter
Sebagaia saluran untuk mengalirkan urin dari ginjal ke vesica
urinaria

2.2.3 Vesica Urinaria2

Gambar 5. Anatomi vesica urinaria. 5

Suatu kantong musculo membranosa yang berfungsi menampung


urin. Bentuk, ukuran besarnya tidak ada perbedaan antara pria dan wanita
namun berbeda pada hubungan dengan sekitarnya. Bila rectum dalam
keadaan berisi, maka vesica urinaria terdorong / terdesak ke
cranioventral. Vesica urinaria terdiri dari : 2
a. Fundus vesicae :
Berbentuk segitiga dan menghadap caudodorsal berhadapan dengan
rectum. Fundus ini dipisahkan dari rectum oleh fascia rectovesicalis
yang meliputi vesicular seminalis dan ampulla ductus deferens. Pada
wanita fundus ini dipisahkan dari rectum oleh fornix, post of vaginae
dan portio supravaginalis cervicis uteri.
b. Apex vesicae :

14 | Susah Berkemih
Terdapat di sebelah ventral setinggi tepi cranial symphisis pubica.
Dari apex ini terbentang sisa urachus ke umbilicus medianum.
Sepanjang ligamentum ini terlihat lipatan peritoneum parietale
disebut plica umbilicalis mediana.
c. Facies superior :
Berbentuk segitiga, di sebelah lateral dibatasi oleh dua margo
lateralis dan di sebelah dorsal oleh margo posterior. Pertemuan
margo lateralis dengan margo posterior disebut angulus postero
superior dan merupakan tempat masuknya ureter. Facies superior ini
diliputi seluruhnya oleh peritoneum dan sedikit facies inferior. Oleh
karena itu maka di sebelah lateral margo lateralis terlihat lekukan
peritoneum disebut fossa paravesicalis. Facies ini menghadap ke
cranial dan pada pria berhadapan dengan colon sigmoideum dan
lengkung-lengkung ileum. Pada wanita berhadapan dengan corpus
uteri.
d. Facies inferior :
Bagian ini menghadap ke caudal dan sebagian besar tidak diliputi
oleh peritoneum tetapi diliputi oleh fascia endopelvina (lamina
visceralis fascia pelvis).
Vaskularisasi Vesica urinaria

Vesica Urinaria bagian cranial divaskularisasi oleh 2 atau 3


a.vesicalis superior (cabang dari a.umbilicalis), sedangkan vesica
urinaria bagian caudal dan cervix divaskularisasi oleh a.vesicalis
inferior. Pada wanita mendapatkan tambahan vaskularisasi dari
a.vaginalis. Pada bagian fundus vesicae pada pria divaskularisasi oleh
a.deferentialis dan pada wanitaoleh a.vaginalis dan a.vesicalis
inferior.Sedangkan aliran vena nya akan bermuara pada plexus venosus
prostaticus & vesicalis yang akan bermuara pada v.hypogastrica.
Inervasi vesica urinaria

15 | Susah Berkemih
Vesica Urinaria mendapatkan persarafan simpatik dari plexus
hipogastricus inferior yaitu : serabut post ganglioner simpatis glandula
para vertebralis L1-2 dan serabut preganglioner parasimpatis N. cervicalis
2,3,4 melalui N. Splancnicus dan plexus hypogastricus inferior mencapai
dinding vesica urinaria. Persarafan ini memberikan fungsi untuk
menggiatkan m. spinchter interna dan menginhibisi m. detrussor serta
menghantarkan rasa nyeri dari vesica urinaria. Selain itu vesica urinaria
juga mendapatkan persarafan parasimpatik dari n. splanchnicus pelvicus
segmen sacral II-IV. Persarafan ini memberikan fungsi untuk merelaksasi
sfingter interna, menggiatkan m.detrussor, menghantarkan peregangan
dinding vesica urinaria dan mengosongkan vesica urinaria.

Histologi Vesica urinaria3

Gambar 9. Histologi vesica urinaria. 3

Mukosa pada dinding kandung kemih dalam keadaan kosong dan


dalam keadaan berkontraksi dengan pembesaran yang lebih kuat terlihat
sel-sel superfisial epitel transisional adalah kuboid rendah atau kolumnar
serta tampak berbentuk kubah. Beberapa sel superfisial juga mungkin
berinti dua (binukleus). Membran plasma luar sel-sel superfisial di epitel
terlihat jelas. Sel-sel epitel yang terletak lebih dalam berbentuk bundar
dan sel basalnya lebih kolumnar. 3
Lamina propria subepitel mengandung serat jaringan ikat halus,
banyak fibroblast, dan pembuluh darah, venula dan arteriol. Muskularis

16 | Susah Berkemih
terdiri dari tiga lapisan otot yang tidak berbatas tegas dan terlihat sebagai
berkas-berkas otot polos yang terpotong dalam bidang longitudinal dan
transversal.3

Fisiologi Vesica urinaria


Berfungsi sebagai reservoir urin (200-400cc) batas maksimal.
dimana ambang batas miksi yaitu 100 cc.

2.2.4 Urethra2

Gambar 6. Anatomi Urethra5


Saluran sempit yang berpangkal pada vesica urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar. Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan: 2
a. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari vesica
urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter
urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
b. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah
dan saraf
c. Lapisan mukosa
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7 – 16,2 cm. Terdiri dari
urethra pars prostatica, urethra pars membranosa (terdapat sphincter
urethra externa), dan urethra pars spongiosa. Urethra pada wanita
panjangnya kira-kira 3,7 – 6,2 cm. Sphincter urethra terletak di sebelah

17 | Susah Berkemih
atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai
saluran ekskresi.2
Vaskularisasi dan Inervasi Urethra
Vaskularisasi urethra wanita berasal dari internal pudendal artery dan
vaginal arteries, vena mengikuti arteri dan memiliki nama yang serupa,
sebagian besar pembuluh limfe dari urethra melewati sacral and internal
iliac lymph nodes. Sebagian kecil mengalir ke inguinal lymph nodes.
Persarafan Urethra di urus oleh cabang – cabang N. Pudendus ke N.
Dorsalis penis.

Histologi Urethra2

Gambar 10. Histologi Urethra pada pria.3


Urethra pria ini lebih panjang dari urethra wanita dan secara anatomis
dibagi atas :
1. Urethra Pars Prostatika, bagian urethra dekat dengan kandung
kemih dan berjalan melalui kelenjar prostat disini ia menerima
saluran prostat, mukosa urethra pars prostatius ini dibatasi oleh
epitel transisional, lamina propria terdiri dari jaringan ikat jarang
dengan banyak kapiler darah, lapisan muskularisnya dibentuk
oleh otot polos yang merupakan lanjutan dari lapisan longitudinal
luar otot polos kandung kemih.

18 | Susah Berkemih
2. Urethra Pars Membranasea : Merupakan bagian urethra yang
terbentang dari prostat sampai bulbus penis dan saluran ini
menembus membran perinealis, panjang urethra pars
membranasea ini sekitar 1 cm, mukosanya dilapisi oleh sel
kolumnair atau epitel bertingkat, lapisan ototnya dibentuk oleh
otot skelet dan pada daerah membran perinealis otot skelet ini
akan membentuk sfingter urethra eksternum yang dibawah
kesadaran, sedangkan sfingter urethra internum terbentuk oleh
lapisan sirkuleer otot polos pada urethra pars prostatika yang tidak
dibawah kemauan.
3. Urethra Pars Spongiosa : Urethra pars spongiosa ini terbagi dua
yaitu : urethra pars bulbaris dan urethra pars pendulosa, kedua
bagian urethra ini berjalan sepanjang korpus spongiosa
penis.Mukosa urethra pars spongiosa ini dilapisi oleh epitel
bertingkat atau kolumnair sampai fossa avikularis dan pada fossa
ini mukosa dilapisi oleh epitel berlapis gepeng yang akan
berhubungan langsung dengan jaringan epitel dipermukaan luar,
sepanjang urethra pars spongiosa ini terdapat kelenjar Littre yang
merupakan kelenjar intraepitelial yang bersifat mukous, kelenjar
ini paling banyak terdapat pada pars pendulosa urethra.

Fisiologi Urethra
Sebagai saluran urin keluar urin yang diekskresikan oleh
tubuh melalui, ginjal, ureter dan vesicaurinaria.

2.2.5. Prostat

19 | Susah Berkemih
Gambar 7. Anatomi prostat dan Penis. 5

Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di bawah daribuli-


buli, di depan rektumdan membungkus uretra posterior. Bentuknya
seperti buah kemiri dengan ukuran 4x3x2,5cm dan beratnya kurang lebih
20 gram.4
Prostat memiliki kapsula fibrosa yang padat dan dilapisi oleh
jaringan ikat prostatsebagai bagian fascia pelvis visceralis.Pada bagian
superior dari prostat berhubungan dengan vesika urinaria, sedangkan
bagian inferio rbersandar pada diafragma urogenital. Permukaan ventral
prostat terpisah dari simpisis pubisoleh lemak retroperitoneal dalam
spatium retropubicum dan permukaan dorsal berbatas pada ampulla
recti.5
Kelenjar prostat terdiri atas jaringan kelenjar dinding uretra yang
mulai menonjol pada masa pubertas. Biasanya kelenjar prostat dapat
tumbuh seumur hidup. Secara anatomi, prostat berhubungan erat dengan
kandung kemih, uretra, vas deferens, dan vesikula seminalis. Prostat
terletak di atas diafragma panggul sehingga uretra terfiksasi pada
diafragma tersebut, dapat terobek bersama diafragma bila terjadi cedera.
Prostat dapat diraba pada pemeriksaan colok dubur.5
Selain mengandung jaringan kelenjar, kelenjar prostat mengandung
cukup banyak jaringan fibrosa dan jaringan otot polos. Kelenjar ini
ditembus oleh uretra dan kedua duktus ejakulatorius, dan dikelilingi oleh

20 | Susah Berkemih
suatu pleksus vena. Kelenjar limfe regionalnya ialah kelenjar limfe
hipogastrik, sacral, obturator, dan iliaka eksterna.5

Vaskularisasi dan Inervasi prostat


Arteri-arteri untuk prostat terutama berasal dari arteria vesicalis
inferiordan arteria rectalis media, cabang arteria iliaca interna. Vena-
vena bergabung membentuk plexus venosus prostaticussekeliling sisi-
sisi dan alas prostat. Plexus venosus prostaticusyang terletak antara
kapsula fibrosa dan sarung prostat, ditampung oleh vena iliaka interna.
Plexus venosus prostaticusjuga berhubungan dengan plexus venosus
vesicalisdan plexus venosi vertebrales. Pembuluh limfe terutama
berakhir pada nodi lymphoidei iliaci internidan nodi lymphoidei externi.
Persarafan otonom pada testis, duktus deferens, prostat dan vesikula
seminalis. 5

Gambar 8. Vaskularisasi dan inervasi Prostat. 5

Histolgi Prostat3

21 | Susah Berkemih
Gambar 11. Histologi kelenjar prostat. 3
Secara histologi, prostat terdiri dari kelenjar yang dilapisi dua lapis
sel, bagian basal adalah epitel kuboid yang ditutupi oleh lapisan sel
sekretori kolumnar. Pada beberapa daerah dipisahkan oleh stroma
fibromuskular. Hormon androgen testis berfungsi untuk mengontrol
pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel-sel prostat.

Prostat merupakan suatu kumpulan 30−50 kelenjar tubuloalveolar


yang bercabang. Duktusnya bermuara ke dalam uretra pars prostatika,
yang menembus prostat. Kelenjar prostat terbagi dalam beberapa zona,
antara lain: zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona
fibromuskuler anterior dan zona periurethra. Zona perifer adalah zona
yang paling besar, yang terdiri dari 70% jaringan kelenjar sedangkan
zona sentral terdiri dari 25% jaringan kelenjar dan zona transisional
hanya terdiri dari
5% jaringan kelenjar. Sebagian besar kejadian BPH terdapat pada zona
transisional, sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari
zona perifer.

Kelenjar tubuloalveolar prostat dibentuk oleh epitel bertingkat


silindris atau kuboid. Stroma fibromuskular mengelilingi kelenjar-

22 | Susah Berkemih
kelenjar. Prostat dikelilingi suatu simpai fibroelastis dengan otot polos.
Septa dari simpai ini menembus kelenjar dan membaginya dalam lobus-
lobus yang tidak berbatas tegas pada orang dewasa. Seperti halnya
vesikula seminalis, struktur dan fungsi prostat bergantung pada kadar
testosterone.

Fisiologi Prostat
Kelenjar prostat menyekresi cairan encer, seperti susu, yang
mengandung kalsium, ion sitrat, ion fosfat, enzim pembekuan, dan
profibrinolisin. Selama pengisian, simpai kelenjar prostat berkontraksi
sejalan dengan kontraksi vas deferens sehingga cairan encer seperti susu
yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat menambah jumlah semen lebih
banyak lagi. Sifat cairan prostat yang sedikit basa mungkin penting untuk
keberhasilan fertilisasi ovum, karena cairan vas deferens relative asam
akibat adanya asam sitrat dan hasil akhir metabolisme sperma, dan
sebagai akibatnya, akan menghambat fertilisasi sperma. Selain itu, secret
vagina bersifat asam (pH 3,5−4). Sperma tidak dapat bergerak optimal
sampai pH sekitarnya meningkat menjadi 6−6,5. Akibatnya, cairan
prostat yang sedikit basa mungkin dapat menetralkan sifat asam cairan
seminalis lainnya selama ejakulasi, dan juga meningkatkan motilitas dan
fertilitas sperma.4

2.3. MEKANISME BERKEMIH


Proses berkemih normal memerlukan koordinasi proses
fisiologik berurutan yang dibagi menjadi 2 fase, yaitu: fase
penyimpanan dan fase pengosongan. Proses ini melibatkan
mekanisme volunter dan involunter karena secara anatomis sistem
saluran kemih bagian bawah mendapatkan innervasi dari serabut
saraf aferen yang berasal dari vesica urinaria dan uretra serta serabut

23 | Susah Berkemih
saraf eferen berupa sistem parasimpatik, simpatik, dan somatik.
Spincter urethra external dan otot dasar panggul berada di bawah
kontrol volunter yang diperantarai oleh N. pudendus, sedangkan m.
detrusor vesicae dan spinchter urethra interna berada dibawah control
sistem saraf otonom, yang mungkin dimodulasi oleh korteks otak.
Pada fase pengisian (penyimpanan), akan timbul sensasi berkemih
pertama kali yang biasanya timbul pada saat volume vesica urinaria
terisi antara 150-350 ml dari kapasitas normal sekitar 300-600 ml.
Pada keadaan ini, serabut aferen dari dinding vesica urinaria
menerima impuls regangan ( stretch receptor ) yang dibawa oleh N.
pelvicus ke corda spinalis S2-4 (Nucleus intermediolateralis cornu
lateralis medulla spinalis/NILCLMS S2-4) dan diteruskan sampai ke
pusat saraf cortikal dan subcortikal (ganglia basalis dan cerebellum)
melalui tractus spinothalamicus. Sinyal ini akan memberikan
informasi kepada otak tentang volume urin dalam vesica urinaria.
Pusat subcortikal menyebabkan m. detrusor vesica urinaria
berelaksasi dan m. spinchter uretra interna berkontraksi akibat
peningkatan aktivitas saraf simpatis yang berasal dari NILCLMS
Th10-L2 yang dibawa oleh N. Hipogastricus sehingga dapat mengisi
tanpa menyebabkan seseorang mengalami desakan berkemih.
Ketika pengisian vesica urinaria berlanjut, rasa pengembangan
vesica urinaria disadari, dan pusat cortical (pada lobus frontalis)
bekerja menghambat pengeluaran urin.
Pada saat vesica urinary terisi penuh dan timbul keinginan
untuk berkemih, dimulailah fase pengosongan, timbul stimulasi
sistem parasimpatik yang berasal dari NILCLMS S2-4 dan di bawa
oleh N. eregentes, menyebabkan kontraksi otot m. detrusor vesicae.
Selain itu terjadi inhibisi sistem simpatis yang menyebabkan
relaksasi spinchter urethra interna. Miksi kemudian terjadi jika
terdapat relaksasi spinchter urethra externa akibat penurunan

24 | Susah Berkemih
aktivitas serabut saraf somatik yg dibawa oleh N. pudendus dan
tekanan intra vesical melebihi tekanan intraurethra.6,7

2.4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN


PENGELUARAN URIN

2.4.1 Faktor yang mempengaruhi produksi urin8

Setiap hari, ± 1500 liter darah melewati ginjal untuk disaring,


dan terbentuk ± 150 - 170 liter urin primer. Meskipun demikian,
hanya 1 - 1,5 liter urin yang dikeluarkan. Banyak sedikitnya urin
seseorang yang dikeluarkan tiap harinya dipengaruhi oleh hal-hal
berikut ini:
• Zat-zat diuretik

Pembentukan urin dipengaruhi oleh hormon antidiuretika


(ADH). Hormon ini menentukan banyak sedikitnya produksi urin.
Apabila kamu banyak minum air, maka ADH yang diproduksi sedikit
sehingga produksi urin banyak. Sebaliknya, bila kamu kurang
minum air, akan memacu produksi ADH untuk menyerap air
sehingga urin yang keluar sedikit. Jika kamu banyak mengkonsumsi
zat-zat diuretik, misalnya kopi, teh, dan alkohol maka zat
kimia tersebut akan menghambat reabsorpsi ion Na+. Akibatnya,
konsentrasi ADH berkurang sehingga reabsorpsi air terhambat dan
volume urin meningkat.
• Suhu
Jika suhu internal dan eksternal naik di atas normal, maka
kecepatan respirasi meningkat dan pembuluh kutaneus melebar
sehingga cairan tubuh berdifusi dari kapiler ke permukaan kulit.
Saat volume air turun, hormone ADH disekresikan sehingga
reabsorbsi air meningkat. Selain itu, peningkatan suhu
merangsang pembuluh abdominal mengerut sehingga aliran

25 | Susah Berkemih
darah di glomerulus dan filtrasi turun. Kedua hal tersebut
mengurangi volume urin.
• Konsentrasi darah
Konsentrasi air dan larutan dalam darah berpengaruh
terhadap produksi urin. Jika kamu tidak minum air seharian maka
konsentrasi air di darah menjadi rendah. Hal ini merangsang
hipofisis mengeluarkan ADH. Hormon ini meningkatkan
reabsorpsi air di ginjal sehingga volume urin turun.
• Emosi
Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan
volume urin. Contohnya, jika kamu stres atau gugup, maka kamu
akan sering buang air kecil. Hal ini disebabkan, karena hormon
adrenalin meningkat di dalam darah. Hormon ini
akan meningkatkan kinerja ginjal sehingga urin yang dihasilkan
meningkat pula.

2.4.2. Faktor yang mempengaruhi eliminasi urin9


Banyak faktor yang mempengaruhi volume dan kualitas urine
serta kemampuan klien untuk berkemih.
• Diet dan asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang
memengaruhi output atau jumlah urine. Protein
dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang
dibentuk. Selain itu, kopi juga dapat eningkatkan pembentukan
urine.
• Respon
Keinginan awal untuk berkemih Kebiasaan mengabaikan
keinginan
awaluntuk berkemih dapat menyebabakan urine banyak tertaha
n di vesika urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika
urinaria dan jumlah pengeluaran urine.

26 | Susah Berkemih
• Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan
kebutuhan eliminasi, dalam kaitannya dengan ketersediaan
fasilitas toilet.
• Stres psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan seringnya frekuensi
keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas
untuk keinginan berkeinginan berkemih dan jumlah urine yang
dihasilkan.
• Tingkat aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang
baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria
menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan
kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
• Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan dapat
mempengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan
pada anak, yang lebih memiliki kecenderungan untuk mengalami
kesulitan mengontrol uang air kecil. Namun dengan
bertambahnya usia kemampuan untuk mengontrol buang air
kecil semakin meningkat.
• Kondisi penyakit
Kodisi penyakit tertentu seperti diabetes melitus, ginjal dan
lain-lain dapat memengaruhi produksi urine.
• Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi
urine, seperti adanya kultur masyarakat yang melarang buang air
kecil di tempat tertentu
• Kebiasaan seseorang

27 | Susah Berkemih
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet dapat
mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urinal atau
pot urine bila dalam keadaan sakit.
• Tonus otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu
proses berkemih adalah kandung kemih, otot abdomen, dan
pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontaksi pengontrolan
pengeluara urine.
• Pengobatan
Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan
jumlah urine. Misalnya pemberian diuretik hormon dapat
menigkatkan jumlah urine
sedangkan pemberian obat antikolinergik atau anti hipertensi
dapat menyebabkan retensi urine.

2.5. ETIOPATOMKEANISME SUSAH BERKEMIH 1,10

Secara garis besar penyebab sulit berkemih dapat dapat


diklasifikasi menjadi 5 jenis yaitu obstruksi, infeksi,
farmakologi, neurologi dan trauma.

1. Obstruksi
Obstruksi saluran kemih bisa disebabkan oleh berbagai sebab,
yakni karena penyakit bawaan (congenital) atau didapat
(acquired). Obstruksi pada saluran kemih bawah dapat terjadi
akibat faktor intrinsik, maupun faktor ekstrinsik. Faktor
intrinsik berasal dari sistem saluran kemih dan bagian yang
mengelilinginya seperti pembesaran prostat jinak, tumor buli-
buli, striktur uretra, fimosis, parafimosis, dan lainnya.
Sedangkan faktor ekstrinsik, sumbatan berasal dari sistem
organ lain. Contohnya jika terdapat massa di saluran cerna

28 | Susah Berkemih
yang menekan leher buli-buli, maka hal ini akan
menyebabkan keluhan sulit berkemih.
2. Infeksi
Pada proses infeksi, terjadi perdangan yang mana akan
menyebabkan terjadinya edema. Hal ini akan menyebabkan
penyempitan lumen uretra. Reaksi radang paling sering
terjadi adalah prostatitis akut, yaitu peradangan pada kelenjar
prostat dan menimbulkan pembengkakan pada kelenjar
tersebut. Penyebab lainnya adalah uretritis, infeksi herpes
genitalia, vulvovaginitis, dan lain-lain.
3. Farmakologi
Medikasi yang menggunakan bahan anti kolinergik, seperti
trisiklik antidepresan dapat membuat retensi urine dengan
cara menurunkan kontraksi otot detrusor pada buli-buli. Obat-
obat simpatomimetik, seperti dekongestan oral, juga dapat
menyebabkan retensi urine dengan meningkatkan tonus
alpha-adrenergik pada prostat dan leher bulibuli. Dalam studi
terbaru obat anti radang non steroid ternyata berperan dalam
pengurangan kontraksi otot detrusor lewat inhibisi mediator
prostaglandin.
4. Neurologi
Secara neurologi retensi urine dapat terjadikarena adanya lesi
pada saraf perifer, otak, atau sumsum tulang belakang. Lesi
ini bisa menyebabkan kelemahan otot detrusor dan
inkoordinasi otot detrusor dengan sfingter pada uretra.
5. Trauma
Penyebab lain yang menyebabkan terjadinya keluhan susah
berkemih ialah akibat trauma atau komplikasi pasca bedah.
Trauma yang paling sering ialah straddle injury, yaitu cedera
dengan kaki mengangkang, biasanya pada anak-anak yang
naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedalnya, sehingga

29 | Susah Berkemih
jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda. Selain itu, tidak
jarang juga terjadi cedera pasca bedah akibat kateterisasi atau
instrumentasi.

2.6. HUBUNGAN SUSAH BERKEMIH DENGAN GEJALA PADA


SKENARIO 1

Secara garis besar penyebab sulit berkemih dapat dapat diklasifikasi


menjadi 5 jenis yaitu obstruksi, infeksi, farmakologi, neurologi dan
trauma.Akibatnya terdapat penyempitan lumen pada uretra akan
menghambat aliran urin. Keadaan ini akan meningkatkan tekanan
intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi
lebih kuat guna melawan tahanan tersebut.Kontraksi yang terus menerus
ini menyebabkan perubahan anatomi buli-buli berupa hipertrofi otot
detrusor,trabekulasi,terbentuknya selula,divertikel buli-buli. Perubahan
struktur pada buli-buli tersebut dirasakan sebagai keluhan saluran kemih
sebelah bawah atau lower urinary tract sympthoms (LUTS).Timbulnya
LUTS, otot buli-buli akan mengalami kepayahan sehingga terjadi
keinginan buang air kecil tetapi sulit untuk dikeluarkan karena otot
detrusor buli-buli memerlukan waktu lama untuk meningkatkan kontraksi
.Setelah urin keluar seringkali pancarannya lemah,tidak jauh dan kecil dan
disertai rasa tidak lampias setelah buang kecil.

2.5. LANGKAH-LANGKAH PENEGAKAN DIAGNOSIS 11,12

Untuk menegakkan diagnosis kelainan urologi, seorang dokter


dituntut dapat melakukan pemeriksaan dasar urologi dengan seksama dan
secara sistematik mulal dari:
a. Pemeriksaan subyektif, yaitu mencermati keluhan yang
disampaikan oleh pasien dan digali melalui anamnesis yang
sistematik.

30 | Susah Berkemih
b. Pemeriksaan obyektif, yaitu melakukan pemeriksaan fisis terhadap
pasien untuk mencari data-data yang objektif mengenai keadaan
pasien.
c. Pemeriksaan penunjang, yaitu mampu memilih berbagai
pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosis, di antaranya adalah
pemeriksaan laboratorium, pencitraan (imaging). Pada beberapa
keadaan mungkin diperlukan pemeriksaan penunjang yang lebih
bersifat spesialistik, yakni uroflometri atau urodinamika,
elektromiografi, endourologi, dan laparoskopi.

Anamnesis

Pemeriksaan awal terhadap pasien sulit berkemih adalah melakukan


anamnesis atauwawancara yang cermat guna mendapatkan data tentang
riwayat penyakit yang dideritanya. Anamnesis tersebut meliputi:
1.) Identitas Pasien
2.) Keluhan utama dan riwayat keluhan sekarang
- Kapan pasien terakhir kali berkemih?
- Apakah pasien merasakan ingin berkemih?
- Adakah rasa nyeri atau tidak enak?
- Apakah ada darah saat berkemih?
- Adakah ingin berkemih sampai terasa nyeri tetapi tidak bisa
keluar?
- Apakah biasanya ada kesulitan dengan pancaran urin?
- Apakah pancaranurinnya bagus atau menetes di akhir berkemih?
3.) Riwayat penyakit dahulu
- Apakah sebelumnya pernah mengalami hal seperti ini (sulit
berkemih)?
- Pernahkah mengalami cedera, infeksi atau operasi?
- Adakah riwayat penyakit batu ginjal?
- Adakah riwayat penyakit neurologis?

31 | Susah Berkemih
4.) Riwayat penggunaan obat-obatan
- Apakah sedang mengonsumsi obat-obatan saat ini? (obat yang
bisameningkatkan retensi urin misalnya antidepresan trisiklik)

Salah satu pemandu yang tepat untuk mengarahkan dan menentukan

adanya gejala obstruksi akibat pembesaran prostat adalah International

Prostate Symptoms Score (IPSS). Skor ini telah dikembangkan dan

disahkan oleh WHO dan AUA. Analisis gejala initerdiri dari 7

pertanyaan yang masing-masing memiliki nilai 0 hingga 5 dengan

totalmaksimum 35. Kuesioner IPSS dibagikan kepada pasien dan

diharapkan pasien mengisi sendiri tiap-tiap pertanyaan. Keadaan pasien

BPH dapat digolongkan berdasarkan skor yang diperoleh adalah sebagai

berikut:

- Skor 0-7 : bergejala ringan


- Skor 8-19 : bergejala sedang
- Skor 20-35 : bergejala berat
Selain 7 pertanyaan di atas, di dalam daftar pertanyaan IPSS terdapat

satu pertanyaan tunggal mengenai kualitas hidup ( quality of life atau

QoL) yang juga terdiri dari 7 kemungkinan jawaban.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Colok dubur atau digital rectal examina-tion (DRE)

merupakan pemeriksaan yang penting pada pasien BPH, disamping pe

merik-saan fisik Pada regio suprapubik untuk mencari kemungkinan

adanya distensi buli-buli. Dari

32 | Susah Berkemih
pemeriksaan colok dubur ini dapat diperkirakan adanya pembesaran

prostat,konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu

tanda darikeganasan prostat. Mengukur volume prostat dengan DRE

cenderung underestimate daripada pengukuran dengan metode lain,

sehingga jika prostat teraba besar,

hampir pasti bahwa ukuran sebenarnya memang besar. Kecurigaan

suatu keganasan pada pemeriksaan colok dubur, ternyata hanya 26-34%

yang positif kanker prostat pada pemeriksaan biopsi. Sensitifitas

pemeriksaan ini dalam menentukan adanya karsinoma prostat sebesar

33%.

Perlu dinilai keadaan neurologis, status mental pasien secara


umum dan fungsi neuromusluler ekstremitas bawah. Disamping itu
pada DRE diperhatikan pula tonus sfingter ani dan refleks
bulbokavernosus yang dapat menunjukkan adanya kelainan pada busur
reflex di daerah sacral
Pemeriksaan penunjang

1.) Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis dapat mengungkapkan adanya
leukosituria danhematuria. BPH yang sudah menimbulkan
komplikasi infeksi saluran kemih, batu buli-buli atau penyakit lain
yang menimbulkan keluhan miksi, di antaranya: karsinoma buli-
buli in situ atau striktura uretra,
pada pemeriksaan urinalisis menunjukkan adanya kelainan. Untu
k itu pada kecurigaan adanya infeksi saluran kemih perlu
dilakukan pemeriksaan kultur urine, dan kalau terdapat kecurigaan
adanya karsinoma buli-buli perlu dilakukan
pemeriksaan sitologi urine. Pada pasien BPH yang

33 | Susah Berkemih
sudahmengalami retensi urine dan telah memakai kateter,
pemeriksaan urinalisis tidak banyak manfaatnya karena seringkali
telah ada leukosituria maupun eritostiruria akibat pemasangan
kateter.
2.) Pemeriksaan fungsi ginjal
Obstruksi infravesika akibat menyebabkan gangguan pada
traktusurinarius bawah ataupun bagian atas. Dikatakan bahwa
gagal ginjal akibat BPH terjadi sebanyak 0,3-30% dengan rata-
rata 13,6%. Gagal ginjal menyebabkan resiko terjadinya
komplikasi pasca bedah (25%) lebih seringdibandingkan dengan
tanpa disertai gagal ginjal (17%), dan mortalitasmenjadi enam kali
lebih banyak. Pasien LUTS yang diperiksa
ultrasonografididapatkan dilatasi sistem pelvikalises 0,8% jika
kadar kreatinin serumnormal dan sebanyak 18,9% jika terdapat
kelainan kadar kreatinin serum.Oleh karena itu pemeriksaan faal
ginjal ini berguna sebagai petunjuk perlutidaknya melakukan
pemeriksaan pencitraan pada saluran kemih bagianatas.
3.) Pemeriksaan PSA (Prostate Spesific Antigen)
PSA disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific
tetapi bukan cancer specific. Serum PSA dapat dipakai untuk
meramalkan
perjalanan penyakit dari BPH; dalam hal ini jika kadar PSA tingg
i berarti:
(a) pertumbuhan volume prostat lebih cepat,
(b) keluhan akibat BPH/laju pancaran urine lebih jelek, dan (c) lebi
h mudah terjadinya retensi urine akut. Pertumbuhan volume
kelenjar prostat dapat
diprediksikan berdasarkan kadar PSA. Dikatakan oleh Roehrborn
et al (2000) bahwa makin tinggi kadar PSA makin cepat laju
pertumbuhan prostat. Laju pertumbuhan volume prostat rata-rata
setiap tahun pada kadar PSA 0,2- 1,3ng/dl laju adalah 0,7

34 | Susah Berkemih
mL/tahun, sedangkan pada kadar PSA 1,4-3,2 ng/dl sebesar 2,1
mL/tahun, dan kadar PSA 3,3-9,9 ng/dl adalah 3,3
mL/tahun19.Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami
peningkatan pada keradangan, setelah manipulasi pada prostat
(biopsi prostat atau TURP), pada retensi urine akut, kateterisasi,
keganasan prostat, dan usia yang makin tua. Sesuaiyang
dikemukakan oleh Wijanarko et al (2003) bahwa serum PSA
meningkat pada saat terjadi retensi urine akut dan kadarnya
perlahan-lahanmenurun terutama setelah 72 jam dilakukan
kateterisasi. Rentang kadarPSA yang dianggap normal
berdasarkan usia adalah:
a.) 40-49 tahun: 0-2,5 ng/ml
b.) 50-59 tahun:0-3,5 ng/ml
c.) 60-69 tahun:0-4,5 ng/ml
d.) 70-79 tahun: 0-6,5 ng/ml
Meskipun BPH bukan merupakan penyebab timbulnya karsinoma

prostat,tetapi kelompok usia BPH mempunyai resiko terjangkit

karsinoma prostat. Pemeriksaan PSA bersamaan dengan colok dubur

lebih superior daripada pemeriksaan colok dubur saja dalam mendeteksi

adanya karsinoma prostat.Oleh karena itu pada usia ini pemeriksaan PSA

menjadi sangat penting guna mendeteksi kemungkinan adanya karsinoma

prostat.

Sebagian besar guidelines yang disusun di berbagai negara

merekomendasikan pemeriksaan PSA sebagai salah satu pemeriksaan

awal pada BPH, meskipun dengan sarat yang berhubungan

dengan usia pasienatau usia harapan hidup pasien. Usia sebaiknya tidak

melebihi 70-75 tahunatau usia harapan hidup lebih dari 10 tahun,

35 | Susah Berkemih
sehingga jika memangterdiagnosis karsinoma prostat tindakan radikal

masih ada manfaatnya.

2.8. DIAGNOSIS BANDING

2.8.1. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)


Definisi 13

BPH adalah tumor jinak yang sebagian besar terjadi pada


pria, dan timbulnya berkaitan dengan usia. Prevelensi histologi BPH
pada studi bedah meningkat dari 20% pada pria usia 41-50 tahun,
50% pada pria usia 51-60 tahun dan lebih dari 90% pada pria usia
lebih dari 80 tahun. Meskipun upaya penelitian intensif di 5
dasawarsa terakhir untuk menjelaskan etiologi yang mendasari
pertumbuhan prostat pada pria, sebab dan akibatnya belum dapat
ditetapkan

Epidemiologi 14

Di Amerika Serikat hampir 1/3 laki-laki berumur 40−79


tahun mempunyai gejala traktus urinarius bagian bawah sedang
sampai berat dengan penyebab utama adalah BPH. Angka kejadian
BPH di Indonesia yang pasti belum pernah diteliti, tetapi sebagai
gambaran kejadian dua rumah sakit besar di Jakarta yaitu Cipto
Mangunkusumo dan Sumberwaras selama tiga tahun (1994−1997)
terdapat 1040 kasus

Etiologi15

Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti


penyebab terjadinya BPH, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan
bahwa BPH erat kaitannya dengan peningkatan kadar

36 | Susah Berkemih
dihydrotestosterone (DHT) dan proses penuaan. Beberapa hipotesis
yang diduga sebagai penyebab timbulnya hyperplasia prostat.

a. Teori dihydrotestosterone (DHT)


Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon
testosteron. Dimana pada kelenjar prostat, hormon ini akan diubah
menjadi metabolit aktif dihydrotestosterone (DHT) dengan bantuan
enzim 5α – reduktase. DHT inilah yang secara langsung memicu m-
RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein
growth factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat.
Perubahan testosterone menjadi dihidrotetosteron oleh enzim
5α -reduktase p`ada berbagai penelitian, aktivitas enzim 5α –
reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH.
Hal ini menyebabkan sel-sel prostat menjadi lebih sensitif terhadap
DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan
dengan prostat normal.

b. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron


Pada pria dengan usia yang semakin tua, kadar tetosteron
makin menurun, sedangkan kadar estrogen relatif tetap, sehingga
perbandingan estrogen dan testosterone relative meningkat.
Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-
sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel
prostat terhadap rangsangan hormon androgen, meningkatkan
jumlah reseptor androgen dan menurunkan jumlah kematian sel-sel
prostat (apoptosis). Akibatnya, dengan testosteron yang menurun
merangsang terbentuknya sel-sel baru, tetapi sel-sel prostat yang
telah ada memiliki usia yang lebih panjang sehingga massa prostat
menjadi lebih besar.

c. Interaksi stroma-epitel

37 | Susah Berkemih
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan
pertumbuhan sel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh
sel-sel stroma melalui suatu mediator (growth factor). Setelah sel
stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel
stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya
mempengaruhi sel stroma itu sendiri, yang menyebabkan terjadinya
proliferasi sel-sel epitel maupun stroma.

d. Berkurangnya kematian sel prostat


Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologi
homeostatis kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat
keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian sel.
Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apoptosis menyebabkan
jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin meningkat
sehingga mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga
hormon androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel
karena setelah dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas
kematian sel kelenjar prostat.

e. Teori sel stem


Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis,
selalu dibentuk sel-sel baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu
sel stem, yaitu sel yang mempunyai kemampuan berproliferasi
sangat ekstensif. Kehidupan sel ini bergantung pada hormon
androgen, dimana jika kadarnya menurun (misalnya pada kastrasi),
menyebabkan terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya proliferasi
sel-sel pada BPH diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem
sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel
epitel.

38 | Susah Berkemih
Patofisiologi1

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen


uretra prostatika dan menghambat aliran urine. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat
mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna
melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini menyebakan
perubahan anatomik buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor,
trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-bull.
Perubahan struktur pada buli-buli tersebut, oleh pasien dirasakan
sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower
urinary tract symptom(LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala
prostatismus. Tekanan intravesikal yang tineel diteruskan ke seluruh
bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan
pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine
dari buli-bull ke ureter atau terjadi refluks vesiko ureter. Keadaan ini
jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.
Obstruksi yang diakibatkan oleh hiperplasia prostat benigna tidak
hanya disebabkan oleh adanya massa prostat yang menyumbat uretra
posterior, tetapi juga disebabkan oleh tonus otot polos yang ada pada
stroma prostat, kapsul prostat, dan otot polos pada leher buli-buli.
Otot polos itu dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari
nervus pudendus.
Pada BPH terjadi rasio peningkatan komponen stroma
terhadap epitel. Kalau pada prostat normal rasio stroma dibanding
dengan epitel adalah 2:1, pada BPH, rasionya meningkat menjadi 4:1,
hal ini menyebabkan pada BPH terjadi peningkatan tonus otot polos
prostat dibandingkan dengan prostat normal. Dalam hal ini massa
prostat yang menyebabkan obstruksi komponen statik sedangkan
tonus otot polos yang merupakan komponen dinamik sebagai
penyebab obstruksi prostat.

39 | Susah Berkemih
Manifestasi Klinis13

1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah

Manifestasi klinis timbul akibat peningkatan intrauretra yang pada


akhirnya dapat menyebabkan sumbatan aliran urine secara bertahap.
Meskipun manifestasi dan beratnya penyakit bervariasi, tetapi ada
beberapa hal yang menyebabkan penderita datang berobat, yakni
adanya LUTS.
Untuk menilai tingkat keparahan dari LUTS, bebeapa ahli/organisasi
urologi membuat skoring yang secara subjektif dapat diisi dan
dihitung sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang dianjurkan oleh
WHO adalah International Prostatic Symptom Score (IPSS). Sistem
skoring IPSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan
keluhan LUTS dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan
kualitas hidup pasien. Dari skor tersebut dapat dikelompokkan gejala
LUTS dalam 3 derajat, yaitu:
• Ringan : skor 0-7
• Sedang : skor 8-19
• Berat : skor 20-35

2. Gejala pada saluran kemih bagian atas


Keluhan dapat berupa gejala obstruksi antara lain, nyeri pinggang,
benjolan di pinggang (hidronefrosis) dan demam (infeksi, urosepsis).

3. Gejala diluar saluran kemih


Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya
hernia inguinalis atau hemoroid, yang timbul karena sering mengejan
pada saat berkemih sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan
intraabdominal.

40 | Susah Berkemih
Diagnosis1

a. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang penuh


dan teraba massa kistik di daerah supra simpisis akibat retensio
urine9. Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Examination
(DRE) merupakan pemeriksaan fisik yang penting pada BPH, karena
dapat menilai tonus sfingter ani, pembesaran atau ukuran prostat dan
kecurigaan adanya keganasan seperti nodul atau perabaan yang keras.
Pada pemeriksaan ini dinilai besarnya prostat, konsistensi, cekungan
tengah, simetri, indurasi, krepitasi dan ada tidaknya nodul.
Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal,
seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak
didapatkan nodul. Sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi
prostat keras dan teraba nodul, dan mungkin antara lobus prostat
tidak simetri.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Sedimen urine diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses
infeksi atau inflamasi pada saluran kemih. Obstruksi uretra
menyebabkan bendungan saluran kemih sehingga menganggu faal
ginjal karena adanya penyulit seperti hidronefrosis menyebabkan
infeksi dan batu saluran kemih9. Pemeriksaan kultur urine berguna
untuk mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus
menentukan sensitivitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang
diujikan. Pemeriksaan sitologi urine digunakan untuk pemeriksaan
sitopatologi sel-sel urotelium yang terlepas dan terbawa oleh urine.
c. Pencitraan
Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran
kemih, batu/kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli
yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda retensio urine.
Pemeriksaan IVP dapat menerangkan adanya :

41 | Susah Berkemih
• kelainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidronefrosis)
• memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan
indentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau
ureter bagian distal yang berbentuk seperti mata kail (hooked fish)

• penyulit yang terjadi pada buli-buli, yakni: trabekulasi, divertikel,


atau sakulasi buli-buli.

Penatalaksanaan16

Tidak semua pasien BPH perlu menjalani tindakan medik. Kadang-


kadang mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri
tanpa mendapatkan terapi apapun atau hanya dengan nasehat dan
konsultasi saja).
Tujuan terapi pada pasien BPH adalah mengembalikan kualitas
hidup pasien. Terapi yang ditawarkan pada pasien tergantung pada
derajat keluhan, keadaan pasien, maupun kondisi objektif kesehatan
pasien yang diakibatkan oleh penyakitnya. Pilihannya adalah mulai
dari tanpa terapi (watchful waiting), medikamentosa, dan terapi
intervensi.
a. Tanpa terapi (watchful waiting)
Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor
IPSS <8 dan ≥8, tetapi gejala LUTS tidak mengganggu aktivitas
sehari- hari. Pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan hanya
diberi penjelasan mengenai sesuau hal yang mungkin dapat
memperburuk keluhannya, misalnya tidak boleh mengkonsumsi kopi
atau alkohol sebelum tidur malam, kurangi konsumsi makanan atau
minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi atau cokelat), dan hindari
penggunaan obat dekongestan atau antihistamin. Secara periodik
pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya keluhannya yang
mungkin menjadi lebih baik (sebaiknya memakai skor yang baku),
disamping itu dilakukan pemeriksaan laboratorium, residu urin, atau

42 | Susah Berkemih
uroflometri. Jika keluhan miksi bertambah buruk daripada
sebelumnya, mungkin dipikirkan untuk memilih terapi yang lain.
b. Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk mengurangi
resistensi otot polos prostat sebagai komponen dinamik penyebab
obstruksi intravesika dengan obat-obatan penghambat adrenergik-α
(adrenergic α-blocker) dan mengurangi volume prostat sebagai
komponen statik dengan cara menurunkan kadar hormon
testosteron/dihidrotestosteron melalui penghambat 5α-reduktase.
Selain kedua cara di atas, sekarang banyak dipakai obat golongan
fitofarmaka yang mekanisme kerjanya masih belum jelas.
• Penghambat reseptor α-adrenergik
Fenoksibenzamin, yaitu penghambat alfa yang tidak selektif yang
ternyata mampu memperbaiki laju pancaran miksi dan mengurangi
keluhan miksi. Fenoksibenzamin mengikat reseptor alfa secara
kovalen, yang menimbulkan penyekatan irreversibel berjangka lama
(14−48 jam atau lebih lama). Obat ini cukup selektif terhadap
reseptor α1, tetapi lebih lemah dari prasozin. Obat ini juga
menghambat ambilan kembali norepinefrin yang dilepas oleh ujung
saraf presinaptik adrenergik. Fenoksibenzamin menyekat reseptor
histamin (H1), asetilkolin, dan serotonin seperti halnya reseptor α .
Obat ini diserap per oral, walaupun biovailabilitasnya rendah dan
sifat kinetiknya tidak diketahui dengan baik. Biasanya obat ini
diberikan per oral, dimulai dengan dosis rendah sebesar 10−20
mg/hari yang dapat dinaikkan sampai mencapai efek yang
diinginkan. Dosis kurang dari 100 mg/hari biasanya sudah cukup
untuk menyekat reseptor alfa secara adekuat (Katzung, 2012).
Banyak efek samping yang ditimbulkan terutama hipotensi postural
dan takikardi. Sumbatan hidung dan hambatan ejakulasi dapat pula
terjadi. Karena fenoksibenzamin memasuki sistem saraf pusat, obat
ini akan menimbulkan efek sentral yang kurang spesifik seperti

43 | Susah Berkemih
kelemahan, sedasi, dan mual. Obat ini dapat menimbulkan tumor
pada binatang, tetapi implikasi klinisnya belum diketahui.
Prasozin merupakan suatu piperazinyl quinazoline yang efektif pada
penanganan hipertensi. Obat ini sangat selektif terhadap reseptor α1
dan 1000 kali kurang kuat pada reseptor α2. Hal ini dapat
menjelaskan sebagian mengenai ketiadaan relatif takikardi pada
pemberian prasozin dibandingkan dengan pemberian fentolamin dan
fenoksibenzamin. Prasozin melemaskan otot polos arteri dan vena
serta otot polos di prostat akibat penyekatan reseptor α1.
Tamsulosin adalah suatu antagonis kompetitif α1 dengan struktur
yang agak berbeda dari struktur kebanyakan penyekat α1.
Biovailabilitasnya tinggi dan memiliki waktu paruh yang lama
sekitar 9−15 jam. Obat ini dimetabolisme secara ekstensif di hati.
Tamsulosin memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap reseptor α1A
dan α1D dibandingkan dengan subtipe α1B. Percobaan
mengindikasikan bahwa tamsulosin memiliki potensi yang lebih
besar dalam menghambat kontraksi otot polos prostat versus otot
polos vaskular dibandingkan dengan antagonis selektif α1 lain.
Selain itu, dibandingkan dengan antagonis lainnya, tamsulosin
memiliki efek yang lebih kecil terhadap tekanan darah pasien pada
kondisi berdiri.
• Penghambat 5α-reduktase (5-ARI)
Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan
dihidrotestosteron (DHT) dari testosteron yang dikatalis oleh enzim
5α-reduktase di dalam sel prostat. Menurunnya kadar DHT
menyebabkan sintesis protein dan replikasi sel prostat menurun.
Preparat yang tersedia mula-mula adalah finasteride, yang
menghambat 5α-reduktase tipe 2. Dilaporkan bahwa pemberian obat
ini 5mg sehari yang diberikan sekali setelah enam bulan mampu
menyebabkan penurunan prostat hingga 28%. Hal ini memperbaiki
keluhan miksi dan pancaran miksi. Saat ini telah tersedia preparat

44 | Susah Berkemih
yang menghambat enzim 5α-reduktase tipe 1 dan tipe 2 (dual
inhibitor), yaitu Duodart.
• Fitofarma
Beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan tertentu dapat dipakai untuk
memperbaiki gejala akibat obstruksi prostat, tetapi data farmakologis
tentang kandungan zat aktif yang mendukung mekanisme kerja obat
fitofarma sampai saat ini belum diketahui pasti. Kemungkinan
fitofarma bekerja sebagai: antiestrogen, antiandrogen, menurunkan
kadar Sex Hormone Binding Globulin (SHBG), Inhibit Basic
Fibroblast Growth Factor (BFGF) dan Epidermal Growth Factor
(EGF), mengacaukan metabolisme prostaglandin, efek antiinflamasi,
menurunkan outflow resistance, dan memperkecil volume prostat.
Diantara fitoterapi yang banyak dipasarkan adalah Pygeum
africanum, Serenoa repens, Hypoxis rooperi, Radix urtica dan masih
banyak lainnya .
c. Intervensi
Penyelesaian masalah pasien BPH jangka panjang yang paling baik
saat ini adalah pembedahan, karena pemberian obat-obatan atau
terapi non-invasif lainnya membutuhkan jangka waktu yang sangat
lama untuk melihat hasil terapi.
Desobstruksi kelenjar prostat akan menyembuhkan gejala obstruksi
dan miksi yang tidak lampias. Hal ini dapat dikerjakan dengan cara
operasi TURP, atau Insisi Prostat Transurehtra (TUIP atau BNI).
Pembedahan direkomendasikan pada pasien BPH yang tidak
menunjukkan perbaikan setelah terapi medikamentosa, mengalami
retensi urin, infeksi saluran kemih berulang, hematuria, gagal ginjal,
dan timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi
saluran kemih bagian bawah.
• Pembedahan terbuka
Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui transvesikal,
retropubik atau perineal. Pada operasi melalui kandung kemih dibuat

45 | Susah Berkemih
sayatan perut bagian bawah, kemudian prostat dienukleasi dari dalam
simpainya. Keuntungan teknik ini adalah dapat sekaligus untuk
mengangkat batu buli-buli atau divertikelektomi apabila ada
divertikulum yang cukup besar.
Cara pembedahan retropubik dikerjakan melalui sayatan kulit perut
bagian bawah dengan membuka simpai prostat tanpa membuka
kandung kemih, kemudian prostat dienukleasi. Kedua cara
pembedahan tersebut masih kalah dibandingkan dengan cara TURP,
yaitu mordibitasnya yang lebih lama, tetapi dapat dikerjakan tanpa
memerlukan alat endoskopi yang khusus, dengan alat bedah baku.
Prostatektomi melalui sayatan perineal tidak lagi dikerjakan
(Katzung, 2012).
• Transurethra Resection of Prostate
Transurethral Resection of The Prostate adalah tatalaksana bedah
standar untuk pasien BPH. Cairan irigan (pembilas) non-konduktif
digunakan selama TURP untuk menjaga visibilitas yang baik dari
lapangan operasi selama tindakan berlangsung. Cairan ini tidak
mengandung elektrolit, dan penyerapan larutan hipotonik ini ke
dalam aliran darah dapat menyebabkan kelebihan cairan dan
hiponatremia, sehingga dapat menyebabkan efek kardiovaskular dan
sistem saraf yang merugikan. Sindrom TURP didefinisikan sebagai
tingkat natrium serum <125 mmol/L yang dikombinasikan dengan
gejala klinis kardiovaskular atau manifestasi neurologis. Namun,
manifestasi klinis juga dapat terjadi dengan tingkat natrium serum
>125 mmol/L .
Menurut The European Association of Urology Guidelines 2009,
TURP adalah pengobatan pilihan untuk prostat, namun memiliki
angka morbiditas pasca operasi yang signifikan. TURP dapat
mengakibatkan komplikasi seperti perdarahan pascaoperasi, striktur
uretra, inkontinensia urin, ejakulasi retrograde, dan sindrom TURP.

46 | Susah Berkemih
Komplikasi yang menyebabkan perdarahan membutuhkan transfusi
darah sesegera mungkin.
• Elektrovaporasi prostat
Cara ini sama dengan TURP, hanya saja teknik yang dilakukan
memakai roller ball yang spesifik dan dengan mesin diatermi yang
cukup kuat, sehingga mampu membuat vaporisasi kelenjar prostat.
Teknik ini cukup aman, tidak banyak menimbulkan perdarahan pada
saat operasi, dan masa rawat inap di rumah sakit lebih singkat.
Namun teknik ini hanya diperuntukkan pada prostat yang tidak
terlalu besar (<50 gram) dan membutuhkan waktu operasi yang lebih
lama.
• Laser prostatektomi
Energi laser mulai dipakai sebagai terapi BPH sejak tahun 1986,
yang dari tahun ke tahun mengalami penyempurnaan. Terdapat 4
jenis energi yang dipakai, yaitu: Nd:YAG, Holmium:YAG,
KTP:YAG, dan diode yang dapat dipancarkan melaui bare fibre, right
angle fibre, atau interstitial fibre. Kelenjar protat pada suhu 60−65 C
akan mengalami koagulasi dan pada suhu yang lebih dari 100°C akan
mengalami evaporasi .
Jika dibandingkan dengan pembedahan, pemakaian Laser ternyata
lebih sedikit menimbulkan komplikasi, dapat dikerjakan secara
poliklinis, penyembuhan lebih cepat, dan dengan hasil yang kurang
lebih sama. Sayangnya terapi ini membutuhkan terapi ulang sebesar
2% setiap tahun. Kekurangannya adalah tidak dapat diperoleh
jaringan untuk pemeriksaan patologi, sering banyak menimbulkan
disuria pasca-bedah yang dapat berlangsung sampai 2 bulan, tidak
langsung dapat miksi spontan setelah operasi, dan peak flow rate
yang lebih rendah dari pada pasca TURP.
• Transurethral Needle Ablation of Prostate (TUNA)
Teknik ini memakai energi dari frekuensi radio yang menimbulkan
panas sampai mencapai 100°C, sehingga menyebabkan nekrosis

47 | Susah Berkemih
jaringan prostat. Sistem ini terdiri atas kateter TUNA yang
dihubungkan dengan generator yang dapat membangkitkan energi
pada frekuensi radio 490 kHz. Kateter dimasukkan ke dalam uretra
melalui sistoskopi dengan pemberian anestesi topikal xylocaine
sehingga jarum yang terletak pada ujung kateter terletak pada
kelenjar prostat. Pasien sering kali masih mengeluh hematuria,
disuria, kadang-kadang retensi urin, dan epididimo-orkitis.

Komplikasi17

Beberapa pria dengan BPH mungkin tidak memperhatikan


gejala apapun. Mereka mungkin tidak tahu bahwa mereka memiliki
masalah prostat sampai mereka tiba-tiba mengalami
ketidakmampuan menyakitkan untuk buang air kecil. Kondisi ini
dikenal sebagai retensi urin akut. Ini menuntut penanganan segera.
Jika tidak, komplikasi lain mungkin terjadi. Komplikasi umum BPH
meliputi:
a.) Retensi urin akut : adalah ketidakmampuan mendadak
untuk buang air kecil. Kandung kemih menjadi bengkak
dan nyeri. Ini adalah keadaan darurat yang memerlukan
perhatian medis segera.
b.) Infeksi saluran kemih : Urin sisa yang disebabkan oleh
BPH dapat menyebabkan infeksi saluran kemih rekuren.
c.) Batu kandung kemih : BPH dapat meningkatkan risiko
pembentukan batu kandung kemih. Pasir/batu dalam urin
BPH dapat menyebabkan perdarahan.
d.) Gangguan fungsi kandung kemih : BPH dapat
menyebabkan obstruksi saluran kandung kemih. Bila
kandung kemih harus bekerja lebih keras untuk mendorong
urin keluar dalam jangka waktu yang lama, dinding otot

48 | Susah Berkemih
kandung kemih membentang dan melemahkan dan tidak
lagi berkontraksi dengan benar.
e.) Gangguan fungsi ginjal : BPH berat dapat menyebabkan air
seni kembali ke dalam dan merusak ginjal. Hidronefrosis,
uremia dan bahkan gagal ginjal bisa terjadi.
f.) Prostatitis, radang kelenjar prostat : Dipercaya bahwa BPH
tidak menyebabkan kanker, namun kedua kondisinya bisa
ada bersamaan.

Prognosis 6

Prognosis BPH berubah-ubah dan tidak bisa diprediksi tiap


individu. BPH yang tidak diterapi akan menunjukkan efek samping
yang merugikan pasien itu sendiri seperti retensi urin, insufisiensi
ginjal, infeksi saluran kemih yang berulang, dan hematuria.

2.8.2. Prostatitis

Definisi13

Prostatitis adalah reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang


dapat disebabkan oleh bakteri maupun non bakteri.

Epidemiologi18,19

Laporan terbaru memperkirakan bahwa hingga setengah dari


pria akan menderita prostatitis setidaknya sekali selama masa hidup
mereka. Mereka juga memperkirakan bahwa hingga 25% dari urologi
berkonsultasi tentang dunia bisa karena gejala prostatitis. Umumnya,
penyakit prostat (seperti hiperplasia prostat jinak dan kanker prostat)
mempengaruhi pria usia lanjut. Namun, prostatitis berbeda dan telah
dilaporkan pada pria dari kelompok umur yang berbeda, dengan yang
umum pada pria paruh baya. Penelitian sebelumnya dilakukan di

49 | Susah Berkemih
Kanada lebih dari satu sepanjang tahun, dan menemukan bahwa
selama masa studi, lebih dari 9% peserta penelitian menderita gejala
prostatitis. Prevalance di wilayah lain, termasuk asia, amerika utara,
eropa ditemukan serupa, dan dapat berkisar hingga 16%. Oleh karena
itu, prostatitis merupakan masalah kesehatan utama pada pria di
seluruh dunia, dan manajemen dan perawatan yang tepat sangat
penting untuk mengurangi beban yang terkait dengannya.
Epidemiologi menunjukkan prostatitis merupakan penyebab
dari 8% kasus urologi.Prostatitis merupakan salah satu penyakit yang
umum terjadi di bidang urologi, data epidemiologi menunjukkan
prostatitis merupakan penyebab dari 8% kasus urologi.

Etiologi20

Prostatitis dapat disebabkan oleh bakteri infeksi atau


peradangan non-bakteri. Prostatitis bakteri dibagi menjadi prostatitis
bakteri akut dan prostatitis bakteri kronis. Pada prostatitis bakteri
akut disebabkan oleh bakteri dan merupakan bentuk yang mudah
untuk mendiagnosis dan mengobati, tetapi apabila tidak diterapi
dengan cepat dapat mengancam jiwa. Prostatitis bakteri kronis sering
disebabkan oleh BPH (benign prostatic hyperplasia), sehingga dapat
menyebabkan bakteri berkoloni disaluran kemih. Prostatitis bakteri
kronis adalah penyebab umum infeksi saluran kemih yang sering
terjadi pada pria. Prostatitis non-bakteri (chronic pelvic pain
syndrome) merupakan bentuk prostatitis yang kurang dipahami
dengan baik, tidak terjadi infeksi dan gejala dapat hilang timbul,
stress sering membuat gejalanon-bakteri kronis prostatitis lebih
buruk.

Klasifikasi18

50 | Susah Berkemih
National Institute of Health telah merilis klasifikasi baru
prostatitis mereka, di mana mereka mempertahankan klasifikasi lama
dari prostatitis bakteri kronis dan akut. Namun, mereka
menambahkan kategori baru dalam klasifikasi ini untuk yang disebut
prostatitis nonbakterial kronis / sindrom nyeri panggul kronis (CNP /
CPPS), dan kategori lain untuk kasus prostatitis tanpa gejala. Kami
di sini menghitung kategori sesuai dengan klasifikasi baru:
1. Kategori I (prostatitis bakteri akut): Pada jenis prostatitis ini, pasien
memiliki gejala berat prostat dan sistemik yang mengindikasikan
infeksi akut. Bakteri dapat diisolasi dalam kasus ini.
2. Kategori II (prostatitis bakteri kronis); Pada jenis prostatitis ini,
pasien mungkin atau mungkin tidak memiliki sistem infeksi prostat.
Namun, sebagian besar pasien akan mengalami infeksi saluran kemih
berulang yang disebabkan oleh bakteri yang sama yang
menyebabkan prostatitis.
3. Kategori III (prostatitis kronis / sindrom nyeri panggul kronis): Pada
jenis prostatitis ini, pasien akan menderita nyeri prostat, dan gejala
yang berkaitan dengan berkemih, tanpa adanya gejala infeksi
4. kategori IV (prostatitis imflamasi asimptomatik) pada jenis
prostatitis ini, pasien tidak memiliki gejala prostat infeksi saluran
kemih, meskipun terdapat peradangan yang sebenarnya pada prostat.

Patofisiologi13

Bakteri masuk kedalam kelenjar prostat diduga melalui


beberapa cara antara lain ascending uretra,refluks urin yang terinfeksi
kedalam duktus prostatikus,langsung atau secara limfogen dari organ
yang berada di sekitarnya yang mengalami infeksi,dan penyebaran
secara hematogen.

Manifestasi Klinis18

Gejala dan tanda prostatitis:

51 | Susah Berkemih
• Acute bacterial prostatitis
• Demam, mengigil, malise, taralgia, myalgia, sakit pada perineal
prostat, disuria, adanya gejala seperti obstruksi pada traktus
urinarius termasuk frekuensi, urgensi, disuria, nokturia,
hesistansi, pancaran lemah, dan pengososngan yang inkomplit,
nyeri punggung bawah, nyeri perut bawah, keluarnya cairan
secara spontan melalui uretra
• Crhonic bacterial prostatitis
• Disuria intermitten, gejala seperti obstruksi pada traktus
urinarius intermitten, infeksi rekuren traktus urinarius, gejala
sistemik tidak spesifik
• Chronic prostatitis and chronic pain syndrom
• Nyeri pelvis atau rasa tidak nyaman diperineal, suprapubic,
coccygeal, rectal, urethra, dan nyeri pada scrotal selama kurang
lebih 3-6 bulan tanpa infeksi traktus urinarius dari uropatogen.
gejala obstruksi traktus urinarius termasuk frekuensi, disuria,
dan pengosongan inkomplit, nyeri ejakulasi, disfungsi erektil.
• Asymtomatic inflammatory prostatitis
• Kategori ini memiliki gejal yang kurang spesifik.

Diagnosis

- Anamnesis :

Gejala dan tanda prostatitis:

• Acute bacterial prostatitis


• Demam, mengigil, malise, taralgia, myalgia, sakit pada
perineal prostat, disuria, adanya gejala seperti obstruksi
pada traktus urinarius termasuk frekuensi, urgensi,
disuria, nokturia, hesistansi, pancaran lemah, dan
pengososngan yang inkomplit, nyeri punggung bawah,

52 | Susah Berkemih
nyeri perut bawah, keluarnya cairan secara spontan
melalui uretra
• Crhonic bacterial prostatitis
• Disuria intermitten, gejala seperti obstruksi pada traktus
urinarius intermitten, infeksi rekuren traktus urinarius,
gejala sistemik tidak spesifik
• Chronic prostatitis and chronic pain syndrom
• Nyeri pelvis atau rasa tidak nyaman diperineal,
suprapubic, coccygeal, rectal, urethra, dan nyeri pada
scrotal selama kurang lebih 3-6 bulan tanpa infeksi
traktus urinarius dari uropatogen. gejala obstruksi traktus
urinarius termasuk frekuensi, disuria, dan pengosongan
inkomplit, nyeri ejakulasi, disfungsi erektil.
• Asymtomatic inflammatory prostatitis
kategori ini memiliki gejal yang kurang spesifik.

- Pememeriksaan fisik13 :
Pemeriksaan fisis dengan colok dubur didapatkan prostat
teraba membengkak,hangat dan nyeri. pada keadaan ini
tidak diperbolehkan melakukan masase prostat
mengakibatkan rasa sakit.
- Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan laboratorium
• complete blood count : dindikasikan pada kasus
pasien toksik secara akut atau pasien suspek
septicemia
• urinalisis : terdiri dari jumlah sel darah putih dan
bacterial, oval fat bodies, dan lipid-laden makrofag.
pemeriksaan ini untuk membedakan tipe-tipe
prostatitis

53 | Susah Berkemih
• kultur urin
• kimia : terdiri dari cairan elektrolit, termasuk kadar
BUN dan kretinin, pada pasien dengan retensi urin
atau obstruksi.
• prostate-spesific antigen determinasi : inflamasi
prostat dapat meningkatkan serum (PSA).21
• Stamey-Meares (uji 4 tabung) → Gold Standar (urin
inisial → menilai keadaan mukosa uretra, urin posisi
tengah → menilai keadaan mukosa vesika, sekret
prostat melalui masase prostat, urin paska masase
prostat.13

Penatalaksanaan18

• Antibiotik yang sensitif terhadap kuman penyebab


infeksi, misalnya AB dari golongan fluroquinolone ,
trimetropim - sulfametoksazol, dan golongan
aminoglikosida.
• Setelah keadaan membaik, AB per-oral diteruskan
hingga 30 hari kedepan dan bila perlu pasien disarankan
menjalani perawatan di RSdan diberikan obat secara
parenteral.
• Jika terjadi retensi urine sebaiknya dilakukan
pemasangan kateter suprapubik.

2.8.3. Striktur Uretra

Definisi1,22

Striktur uretra adalah penyempitan uretra disebabkan akibat


jaringan parut yang mengarah pada obstruktif disfungsi saluran
berkemih dengan konsekuensi yang berpo- tensi serius untuk saluran

54 | Susah Berkemih
kemih.Uretra pria dewasa berkisar antara 23-25 cm, sedangkan uretra
wanita sekitar 3-5 cm. Karena itulah uretra pria lebih rentan terserang
infeksi atau terkena trauma dibanding wanita. Beberapa faktor resiko
lain yang diketahui berperan dalam insiden penyakit ini, diantaranya
adalah pernah terpapar penyakit menular seksual, ras orang Afrika,
berusia diatas 55 tahun, dan tinggal di daerah perkotaan.

Epidemiologi1

Penyakit ini lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita


karena adanya perbedaan panjang uretra. Uretra pria dewasa berkisar
antara 23-25 cm, sedangkan uretra wanita sekitar 3-5 cm

Etiologi13

Ada 3 penyebab paling sering terjadinya striktur ureta yaitu,


akibat adanya trauma, infeksi dan iatrogenik. Penyebab striktur
uretra akibat trauma berdampak terjadinya trauma internal maupun
eksternal.Infeksi, akibat masuknya organisme secara retrograd
melalui uretra yang kemudian berkloni dalam saluran kemih bagian
bawah.

Patofisiologi1,22

Proses radang akibat trauma atau infeksi pada uretra akan


menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada uretra. Jaringan parut
ini berisi kolagen dan fibroblast, dan ketika mulai menyembuh
jaringan ini akan berkontraksi ke seluruh ruang pada lumen dan
menyebabkan pengecilan diameter uretra, sehingga menimbulkan
hambatan aliran urine. Karena adanya hambatan, aliran urine mencari
jalan keluar di tempat lain dan akhirnya mengumpul di rongga
periuretra. Karena ekstravasasi urine, daerah tersebut akan rentan
terjadi infeksi akan menimbulkan abses periuretra yang kemudian
bisa membentuk fistula uretrokutan (timbul hubungan uretra dan

55 | Susah Berkemih
kulit). Selain itu resiko terbentuknya batu buli-buli juga meningkat,
timbul gejala sulit ejakulasi dan gagal ginjal. Derajat penyempitan
lumen uretra dibagi menjadi 3 tingkatan. Termasuk tingkat ringan
jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen, tingkat
sedang jika terdapat oklusi mencapai 1⁄2 lumen uretra, dan tingkat
berat oklusi lebih dari 1⁄2 diameter lumen uretra.

Manifestasi klinis13

Diawali dengan sulit kencing pasien harus mengejan untuk memulai


kencing namun urine hanya keluar sedikit-sedikit,adanya disuria,
frekuensi kencing meningkat, hematuria, dan perasaan sangat ingin
kencing yang terasa sakit

• Keluarnya cairan selain urine dari uretra.


• Munculnya darah pada cairan sperma atau urine.
• Warna urine agak gelap.
• Penis terasa nyeri dan bengkak.
• Rasa nyeri pada rongga panggul atau perut bagian bawah.

Diagnosis1,13,22

a. Anamnesis

Dari anamnesis didapatkan pancaran urine berkurang, kencing


menetes, retensi urine, frekuensi urine dan disuria

b. Pemeriksaan Fisis

Pemeriksaan fisik dilakukan lewat inspeksi dan palpasi. Pada


inspeksi kita perhatikan meatus uretra eksterna, adanya
pembengkakan atau fistel di sekitar penis, skrotum, perineum,
dan suprapubik. Kemudian kita palpasi apakah teraba jaringan

56 | Susah Berkemih
parut sepanjang uretra anterior pada ventral penis, jika ada
fistel kita pijat muaranya untuk mengeluarkan nanah di
dalamnya. Pemeriksaan colok dubur berguna untuk menyingkir
diagnosis lain seperti pembesaran prostat.Pemeriksaan fisik
dilakukan lewat inspeksi dan palpasi.

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang berguna untuk konfirmasi diagnosis


dan menyingkirkan diagnosis banding. Uroflowmetri adalah
alat untuk mengetahui pancaran urine secara obyektif.
Derasnya pancaran diukur dengan membagi volume urine saat
kencing dibagi dengan lama proses kencing. Kecepatan
pancaran normal adalah 20 ml/detik. Jika kecepatan pancaran
kurang dari 10 ml/detik menandakan adanya obstruksi. Namun
pemeriksaan foto Retrograde Uretrogram dikombinasikan
dengan Voiding Cystouretrogram tetap dijadikan standar
pemeriksaan untuk menegakan diagnosis. Radiografi ini dapat
menentukan panjang dan lokasi dari striktur.

• Tes urine. Dokter akan mengambil sampel urine pasien untuk


memeriksa kandungan bakteri dan kemungkinan adanya
darah pada urine.
• Sistoskopi, yaitu prosedur memasukkan selang kecil yang
dilengkapi kamera, untuk memeriksa kondisi uretra dan
kandung kemih.
• Uretrogram retrograde, yaitu pencitraan dengan
menggunakan foto Rontgen untuk melihat kondisi cedera
pada uretra.
• Tes penyakit menular seksual, terutama untuk memeriksa
kemungkinan infeksi chlamydia dan gonore.

57 | Susah Berkemih
Tatalaksana

Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu dengan pemberian


antibiotik dan analgetik untuk pengobatan secara simtomatik,
kemudian dilakukan uretrotomi interna dengan pisau sachse
untuk mengatasi kelu- han pasien. Teknik bedah dengan
uretrotomi interna dimana dilakukan tindakan insisi pada
jaringan radang untuk membuka strik- tur.

Beberapa pilihan terapi untuk striktur uretra adalah sebagai


berikut:

a. Dilatasi uretra

Ini merupakan cara yang paling lama dan paling sederhana


dalam penanganan striktur uretra. Direkomendasikan pada
pasien yang tingkat keparahan striktur masih rendah atau
pasien yang kontra indikasi dengan pembedahan. Dilatasi
dilakukan dengan menggunakan balon kateter atau busi
logam dimasukan hati- hati ke dalam uretra untuk membuka
daerah yang menyempit.

b. Uretrotomiinterna
Teknik bedah dengan derajat invasive minim, dimana
dilakukan tindakan insisi pada jaringan radang untuk
membuka striktur. Insisi menggunakan pisau otis atau
sasche. Otis dikerjakan jika belum terjadi striktur total,
sedangkan pada striktur lebih berat pemotongan
dikerjakan secara visual menggunakan kamera fiberoptik
dengan pisau sasche.Tujuan uretrotomi interna adalah
membuat jaringan epitel uretra yang tumbuh kembali di
tempat yang sbelumnya terdapat jaringan parut.

c. Pemasangan stent

58 | Susah Berkemih
Stent adalah benda kecil, elastis yang dimasukan pada daerah
striktur. Stent biasanya dipasang setelah dilatasi atau
uretrotomi interna. Ada dua jenis stent yang tersedia, stent
sementara dan permanen. Stent permanen cocok untuk
striktur uretra pars bulbosa dengan minimal spongiofibrosis.

d. Prosedur rekonstruksi multiple

Adalah suatu tindakan bedah dengan membuat saluran uretra


di perineum. Indikasi prosedur ini adalah ketidakmampuan
mencapai panjang uretra, bisa karena fibrosis hasil operasi
sebelumnya atau teknik substitusi tidak bisa dikerjakan.
Ketika terjadi infeksi dan proses radang aktif sehingga teknik
graft tidak bisa dikerjakan, prosedur ini bisa menjadi pilihan
operasi.

2.9. INTEGRASI KEISLAMAN23,24

Surah An-Nur Ayat 30

Artinya:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat".
Dalam ayat ini dijelaskan perintah dari Allah Swt. yang
ditujukan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar mereka
menahan pandangan matanya terhadap hal-hal yang diharamkan bagi
mereka. Oleh karena itu janganlah mereka melihat kecuali kepada apa
yang dihalalkan bagi mereka untuk dilihat, dan hendaklah mereka
menahan pandangannya dari wanita-wanita yang muhrim. Untuk itu

59 | Susah Berkemih
apabila pandangan mata mereka melihat sesuatu yang diharamkan tanpa
sengaja, hendaklah ia memalingkan pandangan matanya dengan segera
darinya.
Imam Muslim di dalam kitab sahihnya melalui hadis Yunus ibnu
Ubaid, dari Amr ibnu Sa'id, dari Abu Zar'ah ibnu Amr ibnu Jarir, dari
kakeknya Jarir ibnu Abdullah Al-Bajali r.a. yang menceritakan bahwa
ia pernah bertanya kepada Nabi Saw. tentang pandangan spontan, maka
beliau memerintahkan kepadanya agar menahan pandangan matanya,
yakni memalingkannya ke arah lain. Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Imam Ahmad dari Hasyim, dari Yunus ibnu Ubaid dengan sanad
yang sama. Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, Imam Nasai telah
meriwayatkannya melalui jalur yang sama. Imam Turmuzi mengatakan
bahwa predikat hadis hasan sahih.
Surah Al-Baqarah Ayat 222

Artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh
itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan
diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah
mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir
abad 14 H
Pelajaran dari ayat:

60 | Susah Berkemih
Ø Keharaman menyetubuhi istri tatkala sedang haidh dan nifas karena
terdapat bahaya, berdasarkan firman Allah, “Oleh sebab itu hendaklah
kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh dan janganlah kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci.
Ø Keharaman menyetubuhi istri tatkala sudah berhenti darah haidh atau
nifasnya namun belum bersuci (mandi), berdasarkan firman Allah
Ta’ala, “apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu.”

Perintah BerKhitan
Khitan secara etimologi artinya memotong dan secara
terminologis yaitu memotong kulit – mukosa preputium yang menutupi
alat kelamin lelaki, serta dalam bahasa arab khitan juga diartikan alat
kelamin laki-laki dan perempuan. Sejarah Khitan dimulai saat ajaran
Nabi Ibrahim As, yang ketika khtan nabi Ibrahim berusia 80 tahun dalam
sebuah hadist. Mengingat pentingnya khitan, islam mewajibkan khitan
bagi umatnya.

Surah An-Nahl Ayat 123

Artinya:
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah
agama Ibrahim seorang yang hanif" dan bukanlah dia termasuk orang-
orang yang mempersekutukan Tuhan.
Manfaat dari berkhitan
Ø Membuang bagian penis yang menjadi tempat bersarangnya kotoran,
virus, najis dan bau tidak sedap
Ø Ketika keluar melewati preputium, maka endapan kotoran sebagian
tertahan oleh kulit tersebut

61 | Susah Berkemih
Ø Mencegah terjadinya beberapa penyakit seperti: HIV-Aids, Kanker
Penis, Kanker Rahim, Balanitis, Balanopostitis, penyakit karena infeksi
mikrooraganisme dan beberapa penyakit pada penis.

HR. At- Tirmidzi dan Ibnu Majah

Artinya :
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melihatku kencing
sambil berdiri, kemudian beliau mengatakan, “Wahai Umar janganlah
engkau kencing sambil berdiri”. Umar pun setelah itu tidak pernah
kencing lagi sambil berdiri

BAB III

PENUTUP
3.1. TABEL DIAGNOSIS

No Gejala Benign Prostatic Prostatitis Striktur uretra


Hyperplasia (BPH)
1 Laki-laki + + +
2 Usia 48 tahun + + +/-
3 Susah saat berkemih + +/- +
sejak 1 bulan terakhir
4 Keinginan buang air + + +
kecil lebih sering
5 Sulit untuk memulai + +/- +
6 Aliran urin yang lemah + + +
7 Tidak puas saat miksi + + +
8 Penurunan BB tidak ada + + +

62 | Susah Berkemih
3.2. KESIMPULAN

Berdasarkan diskusi PBL yang telah kami lakukan, kami


mendapatkan 3 diagnosis banding, yaitu Benign Prostatic Hyperplasia
(BPH), Prostatitis, dan Striktur Uretra. Dari ke 3 diagnosis banding
tersebut, yang paling mendekati dengan skenario ialah Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH).

DAFTAR PUSTAKA

1. Parnomo B Basuki. Dasar-Dasar Urologi Edisi Ketiga.Jakarta:Sagung


Seto.2016
2. Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa. Ed 6. Jakarta: EGC.
2006.
3. Victor P. Eroschenko. Atlas Histologi di Fiore dengan korelasi Fungsional.
Ed 12. Jakarta: EGC. 2015.
4. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Ed 8. Jakarta:
EGC. 2014.
5. Netter, Frank H. Atlas Of Human Anatomy. 25 Ed. Jakarta: EGC. 2014.
6. Cameron, AP 2016, ‘Medical management of neurogenic bladder with oral
therapy’, Translational Andrology and Urology, vol. 5, no. 1, pp. 51-62.
7. Guyton, AC & Hall, JE 2013. Buku ajar fisiologi kedokteran. 12th edn.
Jakarta, EGC.
8. Guyton and Hall.2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta
:EGC.H.335-34.
9. Hidayat. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika.
10. Isselbacher. Braunwald. Wilson, . Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit
Dalam. Ed 13 Vol 3.Jakarta:EGC. 2014

63 | Susah Berkemih
11. Gleadle J. At a Glance Anamnesi dan Pemeriksaan Fisik. Penerbit
Erlangga;Jakarta, 2007.
12. Anonym. Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia. [internet]. [cited on
nov2017] Available from: http://www.iaui.or.id/ast/file/bph.pdf
13. Purnomo, Basuki. Dasar-dasar urologi Edisi kedua. CV. Sagung Seto.
Jakarta : 2003

14. S. Allen dan I. G. Aghajanyan, “Benign Prostatic Hyperplasia Treatment


with New Physiotherapeutic De- vice,” hlm. 6.

15. A. Kapoor, “Benign prostatic hyper- plasia (BPH) management in the pri-
mary care setting,” Can. J. Urol., hlm. 8, 2012.

16. Katzung BG, Trevor AJ, Masters SB. Benign prostatic hyperplasia. In:
Katzung and Trevor’s Pharmacology. Sixth edition. USA: McGraw-Hill.
2012. p.483-86.

17. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Saluran kemih dan alat kelamin lelaki. Dalam:
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ketiga. Jakarta: EGC. 2007; hlm. 899-903.

18. Almugbel Sk Et Al. Classification And Treatment Of Prostatitis : A Review


Of Literature. International Journal Of Community Medicine And Public
Health. November 2018. 5(11)
19. Tessy A, Ardayo, Suwanto. Infeksi Salauran Kemih Dalam Buku Ajar
IlmuPenyakit Dalam. Jilid 3. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit Fkui; 2001.
20. Sari D.O.Fatriyadi J. Daun Sirih Hzijau (Piper Betle L) Sebagai Antibiotik.
Jurnal Mrdula. Juli 2019.9(1)
21. Bushman W.Etiologi,Epidemiologi And Naturak History Of Benign
Prostatis Hyperplasia. Urol Clin N Am.Nov 2009.36(4)
22. Wessel H, Keith W. Male urethral stricture: american urinary and erectile
functional outcome. American Urological Association Guidline.
2015;175:514-8.
23. Saad Al-Marshafi. Khitan. Gema Insani Press. Jakarta. 1996

64 | Susah Berkemih
24. Arifin, Johar, “Studi ḥadīṡ-ḥadīṡ tentang Posisi Kencing Berdiri; Kajian
Mukhtalaf ḥadīṡ”. Jurnal Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau

65 | Susah Berkemih

Anda mungkin juga menyukai