Anda di halaman 1dari 35

HERVES SIMPLEK GENITALIA

DosenPengampu: Destianti Indah M., Ns., M.Kep

Mata Kuliah: MaternitasKeperawatan

Kelompok 1

1. AsihWijiSaputri ( 22030029 )
2. FrellaNesyaSeptia Diva Rifai ( 22030006 )
3. Jonatan RestuHutiman ( 22030068 )
4. NovendaDwiRamadani ( 22030072 )
5. Sinta Nur Fauziyah ( 22030077 )
6. Tri Mulyani ( 22030055 )

PRODI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SERULINGMAS CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Herves Simplek Genetalia”. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Maternitas Keperawatan. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang konsep bagi
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu dosen Destianti Indah M., Ns.,
M.Kep yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang di tekuni.Semoga makalah ini bias
menambah wawasan para pembaca dan bias bermanfaat untuk perkembangan dan
peningkatan ilmu.

Cilacap, 21 Oktober
2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................5

A. LatarBelakang.........................................................................................5
B. RumusanMasalah....................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................5
D. Manfaat....................................................................................................6

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN.........................................................7

2.1 PengertianHervessimplek genitalia..........................................................7

2.2 Epidimiologi.............................................................................................8

2.3 Etiologi.....................................................................................................9

2.4 GejalaKlinis..............................................................................................9

a. Herpes Genitalis Primer......................................................................10


b. Herpes GenitalisRekuren....................................................................11

2.5 PemeriksaanLaboratorium........................................................................12

2.6 Komplikasi...............................................................................................12

2.7 Diagnosis..................................................................................................13

2.8 Diagnosis Banding...................................................................................14

2.9 Penatalaksanaan........................................................................................14

a. Primary Genital Herpes......................................................................14


b. Herpes Genitalis Rekuren...................................................................15

2.10 Prognosis................................................................................................16

iii
2.11 Komplikasi.............................................................................................16

2.12 Pencegahan.............................................................................................16

BAB III CONTOH KASUS...........................................................................18

ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................18

3.1 Pengkajian................................................................................................18

3.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................................23

3.3 Analisa Data.............................................................................................24

3.4 RencanaKeperawatan...............................................................................23

3.5 Implementasi Keperawatan......................................................................25

3.6 Evaluasi Keperawatan..............................................................................29

BAB IV PENUTUP.........................................................................................33

4.1 Kesimpulan...............................................................................................33

4.2 Saran.........................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................34

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Herpes genital merupakan salah satu penyakit menular seksual yang
sering ditemui dan telah berhasil mempengaruhi kehidupan jutaan pasien
beserta pasangannya. Kebanyakan individu mengalami gangguan
psikologi dan psikososial sebagai akibat dari nyeri yang timbul serta gejala
lain yang menyertai ketika terjadi infeksi aktif. Oleh karena penyakit
herpes genital tidak dapat disembuhkan serta bersifat kambuh-kambuhan,
maka terapi sekarang difokuskan untuk meringankan gejala yang timbul,
menjarangkan kekambuhan, serta menekan angka penularan sehingga
diharapkan kualitas hidup dari pasien menjadi lebih baik setelah dilakukan
penanganan dengan tepat.
Herpes simpleks berkenaan dengan sekelompok virus yang menulari
manusia. Serupa dengan herpes zoster, herpes simpleks menyebabkan
luka-luka yang sangat sakit padakulit. Gejala pertama biasanya gatal-gatal
dan kesemutan/perasaan geli, diikuti dengan lepuh yang membuka dan
menjadi sangat sakit. Infeksi ini dapat dorman (tidakaktif) dalam sel saraf
selama beberapa waktu namun tiba-tiba infeksi menjadi aktif kembali.
Herpes dapat aktif tanpa gejala Virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1)
adalah penyebab umum untukl uka-luka demam (cold sore) di sekeliling
mulut (80-90%). HSV-2 biasanya menyebabkan herpes kelamin (70-90%).
Namun HSV-1 dapat menyebabkan infeksi pada kelamin dan HSV-2 dapa
tmenginfeksikan daerah mulu tmelalui hubungan seks.

B. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
“Bagaimana teori asuhan keperawatan herpes simplek genetalia”

C. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Mengetahui apa aitu herpes simplek genetalia

6
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui definisi herpes simplek genetalia
b. Mengetahui etiologic herpes simplek genetalia
c. Mengetahui gejala klinis dari herpes simplek genetalia
d. Mengetahui diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan terhadap pasien penderita herpes simplek
D. Manfaat
Memberikan asuhan keperawatan khususnya mengenai pemberian asuhan
keperawatan pada pasien penderita herpes simplek genetalia

7
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Pengertian Herves Simplek Genitalia


Herpes genitalis merupakan salah satu penyakit menular seksual
yang sering ditemui dan telah berhasil mempengaruhi kehidupan jutaan
pasien beserta pasangannya. Kebanyakan individu mengalami gangguan
psikologi dan psikososial sebagai akibat dari nyeri yang timbul serta gejala
lain yang menyertai ketika terjadi infeksi aktif. Oleh karena penyakit
herpes genital tidak dapat disembuhkan serta bersifat kambuh-kambuhan,
maka terapi sekarang difokuskan untuk meringankan gejala yang timbul,
menjarangkan kekambuhan,serta menekan angka penularan sehingga
diharapkan kualitas hidup dari pasien menjadi lebih baik setelah dilakukan
penanganan dengan tepat.
Herpes genitalis merupakan penyakit menular seksual dengan
prevalensi yang tinggi di berbagai negara dan penyebab terbanyak
penyakit ulkus genitalis. Infeksi herpes genitalis adalah infeksi genitalia
yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) terutama HSV tipe II.
Dapat juga disebabkan oleh HSV tipe I pada 10-40% kasus. Sebagian
besar terjadi setelah kontak seksual secara orogenital.
Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I atau tipe II
yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang
sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi
dapat berlangsung baik primer maupun rekurens. Penyakit yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks dikenal dengan sebutan fever
blister, cold sore, herpes febrilis, herpes labialis, atau herpes progenitalis
(genitalis).
Herpes simpleks berkenaan dengan sekelompok virus yang
menulari manusia. Serupa dengan herpes zoster, herpes simpleks
menyebabkan luka-luka yang sangat sakit pada kulit. Gejala pertama
biasanya gatal-gatal dan kesemutan/perasaangeli, diikuti dengan lepuh

8
yang membuka dan menjadi sangat sakit. Infeksi ini dapat dorman (tidak
aktif) dalam sel saraf selama beberapa waktu namun tiba-tiba infeksi
menjadi aktif kembali. Herpes dapat aktif tanpa gejala.

2.2 Epidimiologi
Penyakitin itersebarkosmopolit dan menyerangbaik pria
maupunwanitadenganfrekuensiyang tidakberbeda, infeksi primer oleh
virus herpes simpleks (HSV) tipe I biasanya dimulai pada anak-anak,
sedangkan infeksi HSV tipe II biasanya terjadi pada dekade II atau III, dan
berhubungandengan peningkatan aktivitas seksual.
Insidens infeksi primer HSV-1 yang menyebabkan herpes labialis paling
banyak terjadi pada masa kanak-kanak, dimana 30-60% anak-
anakbiasanya terekspos oleh virus iniJumlah kejadian infeksi HSV-1
meningkat seiringdengan bertambahnya usia dan mayoritas ditemukan
pada orang dewasa berusia 30 tahun atau lebih dengan HSV-2seropositif.
Infeksi HSV-2 berhubungan dengan perilaku seksual. Antibodi
terhadapHSV-2 sangat jarang ditemukan sebelum terjadi aktivitas seksual
dan meningkat secara terus menerus setelahnya. Pada tahun 2005-2008,
prevalensi infeksi HSV-2 pada populasiusia 14-49 tahun diAmerika
Serikatsebesar 16%, angka tersebut stabil sejaktahun 2001-2004 yaitu
sebesar 17%;dengan prev alensi yang lebih tinggi pada wanita yaitu 21%,
sedangkan pada pria 12%. Kira-kira 45 juta penduduk Amerika Serikat
terinfeksi HSV-2; jika digabung dengan yang terinfeksiHSV-1 mungkin
mencapai 60 juta orang.Berdasarkan survei kesehatan nasional yang
dilakukan oleh CDC (Centersfor Disease Control and Prevention) pada
tahun 2010 infeksiHSV-2pada warga Amerika Serikat masih tinggi,
dimana 1 dari 6 warga Amerika Serikat terinfeksi HSV-2 dan
prevalensinya tinggi pada perempuan dan ras Afrika-Amerika (16,2%)
antarausia 14-49tahun.
Di Eropa Barat, prevalensi HSV-2 secara umum lebih lebih rendah
daripada di Amerika Serikat, yaitu berkisar antara 10-15% pada
hampirsemua negara. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan di RSUD

9
Dr.Soetomo pada tahun 2005-2007 ditemukan hasil yang kurang lebih
sama,yaitu insidens herpes genitalis lebih banyak ditemukan pada
perempuan dibanding laki-laki dengan rasio 1.96:1, usia terbanyak
penderita bervariasi antara 25-34 tahun, terutama sesudah menikah.
2.3 Etiologi
Herpes genitalisdisebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis
(HVH),yang merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapuntipe-
tipedari HSV:
• Herpes simplex virus tipe I: umumnya menyebabkan lesi atau luka pada
sekitar wajah, bibir,mukosa mulut, dan leher.
• Herpes simplex virus tipe II: umumnya menyebabkan lesi pada genital
dan sekitarnya (bokong,daerah anal dan paha).
Herpes simplex virus tergolong dalam famili herpes virus, selain
HSV yang juga termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr (mono)
dan varisela zoster yang menyebabkan herpes zoster dan varisela.
Sebagian besa rkasus herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2,namun tidak
menutup kemungkinan HSV-1 menyebabkan kelainan yang sama. Pada
umumnyadisebabkan oleh HSV-2 yang penularannya secara utama
melalui vaginalatau anal seks.Beberapa tahun ini, HSV-1 telah lebih sering
juga menyebabkan herpes genital. HSV-1genital menyebar lewat oral seks
yang memiliki cold sore pada mulut atau bibir, tetapi beberapa kasus
dihasilkan dari vaginal atau anal seks.
2.4 GejalaKlinis
Infeksiawaldari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik.
Simptom dari infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada
saatinfeksiawal) simptom khas muncul antara 3 hingga 9 hari setelah
infeksi, meskipun infeksi asimptomatik berlangsung perlahan dalam tahun
pertamasetelah diagnosa dilakukan pada sekitar 15% kasus HSV-2.Inisial
episode yang juga merupakan infeksi primer dapat berlangsung menjadi
lebih berat.
InfeksiHSV-1 dan HSV-2 agak susah dibedakan.Tanda utama dari
genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah anus.

10
Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau
paha. Lukadapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi. Gejala dari herpes
disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang terinfeksi
dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya
sebagai berikut:
1) Nyeri dan disuria
2) Uretral dan vaginal discharge
3) Gejalasistemik (malaise, demam, mialgia, sakitkepala)
4) Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
5) Nyeri pada rektum, tenesmus
Tanda-tanda:
1) Eritem, vesikel, pustul, ulserasimultipel, erosi, lesi dengan krusta
tergantung pada tingkat infeksi
2) Limfadenopati inguinal
3) Faringitis
4) Cervisitis

a) Herpes Genitalis Primer


Infeksi primer biasanya terjad iseminggu setelah hubungan seksual
(termasuk hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadis etelah
interval yang lama dan biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan
gejala. Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang
menyebabkan salah diagnosis sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil
dengan dasar eritem dan berkembang menjadi vesikel dan cepat
membentuk erosi superfisial atau ulkus yang tidak nyeri,lebih sering pada
glans penis, preputium, dan korpus penis lebih frenulum, jarangterlihat.
Herpesgenitalis primer
a. Sebuah plakeritematosa sering terlihat pada awalnya, dilanjutkan
segera dengan munculnya vesikel berkelompok, yang dapat
berkembangmenjadi pustule
b. Erosi yang dangkal dapat berkembang menjadi ulkus; temuan
‘klasik’mungkin berkrusta atau lembab.

11
c. Defek pada epitel-epitel ini sembuh dalam 2-4 minggu, sering
mengakibatkan hip atau hiperpigmentasi post inflamasi, jarang dengan
jaringan parut.
d. Kebanyakan penderita tidak bergejala yang bergejala umumnya
mengeluhkan demam, sakitkepala, malaise,mialgia, yang memuncak
pada 3-4 hari pertama setelah onset darilesi, selesaidalam 3-4
hariberikutnya.
e. Tergantung pada lokasi, nyeri, gatal, disuria, radiculitis lumbal,
cairanvagina atau uretra adalah gejala umum.
f. Limfa denopati inguinal yang lembut terjadi pada minggu kedua dan
ketiga.
g. Nyeri pelvis yang dalam dihubungkan dengan limfa denopati pelvis.
h. Beberapa kasus dari episode klinis pertama herpes genitalis
dimanifestasikan oleh penyakit secara luas dan membutuhkan rawat
inap

b) Herpes Genitalis Rekuren


Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu
waktubila ada faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan
multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di
dalam hospes sudah adaa ntibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul
dan gejala tidak seberat infeksi primer. Faktor pencetus antara lain:
trauma,koitus yang berlebihan,demam, gangguan pencernaan, kelelahan,
makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa kasus sukar diketahui
penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus dapat menjadi aktif dan
menyebabkan outbreaks beberapa kali dalamsetahun. HSV berdiam dalam
sel saraf di tubuh kita,ketika virus terpicu untuk aktif, maka akan bergerak
dari saraf kekulit kita lalu memperbanyak diri dan dapat timbul luka di
tempat terjadinya outbreaks.
Mengenai gambaran klinis dari herpes progenitalis: gejala klinis
herpesprogenital dapat ringan sampai berat tergantung dari stadium
penyakit dan imunitas dari pejamu.Stadium penyakit meliputi: infeksi

12
primer, stadium laten, replikasi virus stadium rekuren.Manifestasi klinik
dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan status imunitas host.
Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang belum punya
kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV-2, yang biasanya
menjadi lebih berat,dengan gejala dan tanda sistemik dan sering
menyebabkan komplikasi.

Berbagai macam manifestasi klinis:


1. Infeksioro-fasial
2. Infeksi genital
3. Infeksi kulit lainnya
4. Infeksi ocular
5. Kelainan neurologis
6. Penurunan imunitas
7. Herpes neonatal
Herpes genitalis rekuren
1. Lesi bisa sama dengan infeksi primer tapi pada skala yang lebih
rendah.
2. Lesi hilang dalam 1-2 minggu.
3. Gejala baru mungkin muncul akibat infeksi yang pernah dialami
sebelumnya.
4. Kebanyakan penderita dengan herpes genitalis tidak mengalami
temuan‘klasik’ dari vesikel berkelompok pada dasar eritematosa.
5. Gejala yang umum adalah rasa gatal, terbakar, fisur, kemerahan, iritasi
sebelum vesikel pecah.
6. Disuria, sciatica, rasa tidak nyaman pada anus.

2.5 PemeriksaanLaboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes Tzank
diwarnai dengan pengecatan Giemsa atau Wright, akan terlihat selraksasa
berinti banyak. Sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan ini umumnya
rendah. Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui mikroskopelektron atau

13
kultur jaringan. Pada pemeriksaan urinalisis terlihat adanya hematuri
akibat sistitis yang disebabkan HSV.
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada penyakit herpes genitalis anatara lain
neuralgia,retensiurine, meningitis aseptik dan infeksi anal. Sedangkan
komplikasi herpes genitalis pada kehamilan dapat menyebabkan abortus
pada kehamilan trimester pertama, partusprematur dan pertumbuhan janin
terhambat pada trimester kedua kehamilan dan pada neonates dapat terjadi
lesi kulit, ensefalitis, makrosefali dan kerato konjungtivitis. Herpes genital
primerHSV-2 dan infeksi HSV 1 ditandai oleh kekerapan gejala lokal dan
sistemik prolong.Demam,sakit kepala, malaise, dan mialgia dilaporkan
mendekati 40% dari kaum pria dan 70% dari wanita dengan penyakit
HSV-2 primer. Berbeda dengan infeksi genital episode pertama, gejala,
tanda dan lokasian atomi infeksi rekuren terlokalisir pada genital.
Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah
kesehatan yang serius pada orang dewasa. Pada sejumlah orang denga
nsistem imunitasnya tidak bekerja baik bias terjadi out breaks herpes
genital yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang lama. Orang
dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi herpes pada mata
yang disebut herpesokuler. Herpesokuler biasanya disebabkan oleh HSV-1
namun terkadang dapat juga disebabkan HSV-2.
Herpes dapat menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk
kebutaan. Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi
bayinya. Bayi yang lahir dengan herpes dapat meninggal atau mengalami
gangguan pada otak, kulit atau mata. Bila pada kehamilan timbul herpes
genital, hal ini perlumendapat perhatian serius karena virus dapat melalui
plasenta sampai kesirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan atau
kematian pada janin. Infeksineo natal mempunyai angka mortalitas 60%,
separuh dari yang hidup menderita cacat neurologis atau kelainan pada
mata.
2.7 Diagnosis

14
Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel
berkelompok dengan dasar item dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda
dihubungkan dengan HSV2. Diagnosis dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik jika gejalanya khas dan melalui pengambilan
contoh dari luka (lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium. Tes darah
yang mendeteksi HSV-1 dan HSV-2 dapat menolong meskipun hasilnya
tidak terlalu memuaskan. Virus kadang-kadang namun tak selalu, dapat
dideteksi lewat tes laboratorium yaitu kultur. Kultur dikerjakan
denganmenggunakan swab untuk memperoleh material yang akan
dipelajari dari luka yang dicurigai sebagai herpes.
2.8 Diagnosis Banding
a. Ulkus durum: ulkusindolen dan teraba indurasi.
b. Ulkus mole: ulkuskotor, merah dan nyeri.
c. Sifilis: ulkuslebih besar, bersih dan ada indurasi.
d. Balanopostitis: biasanya disertai tanda-tanda radang yang jelas.
e. Skabies: rasa gatal lebih berat, kebanyakan pada anak-anak.
f. Limfogranuloma venereum: ulkus sangat nyeri didahului
pembengkakan kelenjar inguinal.
2.9 Penatalaksanaan
a) Primary Genital Herpes
Penatalaksanaan umum untuk herpes genitalis adalah membersihkan
areayang bersangkutan (terdapatlesi) dengan normal saline, pemberian
analgesik(sistemik maupun lokal, seperti lidokain gel), dan perawatan
infeksi sekunder oleh bakteri. Selainitu juga diberikan terapi antiviral
spesifik misalnya asiklovir yang terbukti efektif dalam mengobati infeksi
virus serta ketersediaannya dalam bentuk generik. Obat lainnya, seperti
valaciclovirdanfamciclovir, digunakan dalam dosis yang lebih jarang
daripada asiklovir,namun harganya lebih mahal. Penelitian menunjukkan
ketiga obat tersebut dalam menurunkan berat dan durasi dari gejala klinis
akibat infeksi virus. Biasanya lama pemberian obat-obatan antivirus adalah
lima hari, namun BASHH guidelines merekomendasikan pengobatan
harus tetap dilanjutkan lebih dari lima hari jika lesi yang baru masih terus

15
terbentuk, jika gejala dantanda berat, atau jika pasien mengidap HIV atau
jika terdapat penyakit komplikasi lainnya. Guideline tersebut juga
menyatakan bahwa kombinasi obat oral dan topikal tidak menunjukkan
keuntungan.Obat antiviral sistem ikintravena hanya diberikan jika pasien
memiliki kesulitan menelan atau tidak dapat mentoleransi obat-obatan
karena muntah. Rekomendasi terapi oral untuk infeksi herpes genitalis
primer (diberikanselama lima hari) adalah sebagai berikut:
a. Aciclovir 200 mg lima kali sehari, atau
b. Aciclovir 400 mg tiga kali sehari, atau
c. Famciclovir 250 mg tiga kali sehari, atau
d. Valaciclovir 500 mg dua kali sehari
b) Herpes Genitalis Rekuren
Penatalaksanaan serangan rekuren dari herpes genitalis meliputi
terapisuportif, terapi anti viral episodik, atau terapi antiviral supresif.
Kebanyakan serangan rekuren bersifat ringan danself limiting ,namun
dapat diobati hanyadengan terapi suportif. Penatalaksanaan umum untuk
pasien herpes genitalisrekuren antara lain membersihkan daerah yang
terdapat lesi dengan normalsaline, pemberian analgetik (sistemik maupun
lokal seperti lidokain gel), danmerawat infeksi sekunder karena bakteri.
Terapisuportif yang dimaksud adalah kompres dengan normalsaline,
penggunaan analgetik, konseling perilaku seksual. Terapi antiviral
episodik yang dimaksud adalah dilakukan pengobatan saat terdapat gejala
prodormal atau pada awal serangan.Asiklovir oral, valasiklovir, dan
famsiklovir menurunkan berat dan durasi penyakit dalam waktu1-2 hari.
Antiviral topikal tidak lebih efektif dari terapi sistemik.Rekomendasi
terapi episodic oral untuk herpes genitali srekuren (diberikan selama lima
hari) adalahsebaga iberikut:
1. Aciclovir 200 mg lima kali sehari, atau
2. Aciclovir 400 mg tiga kali sehariselama 3-5 hari, atau
3. Valaciclovir 500 mg dua kali sehari, atau
4. Famciclovir 125 mg dua kali sehari.

16
Sedangkan yang dimaksud dengan terapi antiviral supresif adalah
untukmengurangi rekurensi dari herpes genitalis. Pasien harus segera
menghentikan penggunaan obat-obatan tersebut setelah 12 bulan.
Rekomendasi terapisupresif oral untuk herpes genitalis adalah sebagai
berikut:
a. Aciclovir 400 mg dua kali sehari, atau
b. Valaciclovir 250 mg dua kali sehari, atau
c. Valaciclovir 500 mg satu kali sehari, atau
d. Valaciclovir 1 gramsehari, atau
e. Famciclovir 250 mg dua kali sehari.

2.10 Prognosis
Selama pencegahan rekurens masih merupakan masalah, hal
tersebut secara psikologik akan memberatkan penderita. Pengobatan
secara dini dan tepat memberi prognosis yang lebih baik, yakni masa
penyakit berlangsung lebih singkat dan rekurens lebih panjang.
Pada orang dengan gangguan imunitas misalnya pada penyakit-
penyakit dengan tumordi system retikuloendotelial, pengobatan dengan
imunosupresan yang lama atau fisik yang sangat lemah,menyebabkan
infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat dalam dan dapat fatal. Prognosis
akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang
dewasa.
2.11 Komplikasi
Infeksi HSV-2 selain dapat menyebabkan penyakit herpes
genitalis, juga dapat menyebabkan komplikasi pada retina, otak, batang
otak, nervuskranialis, medulla spinalis,dan nerve roots. Secara umum,
infeksi HSV-2 dapat menyebabkan meningitis. Manifestasi kelainan
neurologis akibat infeksi HSV-2 antara lain herpes simplek sensefalitis
pada neonatus,meningitis aspetik akut pada dewasa, meningitis
aseptikrekuren, ensefalitis dan meningonesefalitisHSV-2 pada dewasa,
radikulopatiHSV-2, sertanekrosis retina akut. Sacral radiculopathy dapat

17
ditunjukkan dengan adanya gejala Hyperesthesia pada saat terjadi infeksi
herpes simplek sprimer.Amitriptilin dapat menjadi pilihan untuk terapi
infeksi ini jika terapi antiviral sistemik tidak adekuatatau tidak efektif.
Sesuai dengan rekomendasi European guideline for the
management of Genital Herpes
pada tahun 2010, jika herpes genitalis disertai dengan komplikasi penyakit
lainnya,maka waktu pengobatan dapat diperpanjang lebih dari lima hari.
2.12 Pencegahan
Kunci dari penanganan orang yang terinfeksi HSV-2 adalah
dengan melakukan konseling mengenai pencegahan penularan penyakit
tersebut. Menghindari kontak seksual dengan pasangan terutama selama
masih ada lesi pada daerah genital dan saat terjadi gejala prodormal, serta
penggunaan kondom, ternyata telah terbukti dapat menurunkan angka
penularan infeksi HSV-2, meskipun tidak menghilangkan sama sekali.
Ditambah dengan pemberian Valacyclovir 500 mg setiap hari pada
penderita awal dapat mengurangi angka penularan hingga 50%.
Pengembangan vaksinuntuk HSV adalah pendekatan terbaik untuk
pencegahan infeksi ini.

18
BAB III
CONTOH KASUS

Ny. R umur 30 tahun, beralamatkan di Tenggela, Telaga,


Gorontalo. Pada tanggal 10 Mei pukul 09.00 pagi pasien datang ke rumah
sakit dengan diantar oleh suaminya. Ny. R mengeluh adanya rasa tidak
nyaman dan tampak adanya lepuhan yang bergerombol dan dikelilingi
oleh daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada daerah
genetalia, sehingga pasien tampak meringis kesakitan dan gelisah.
Sebelumnya Ny. R mengalami gatal-gatal disertai demam selama 4 hari.
Ny. R mengeluh nyeri di daerah genetalia dan kulitnya. Ibu mengatakan
pekerjaan beliau dan suaminya sebagai guru di sebuah sekolah dasar. Dari
hasil observasi keadaan umum ibu lemas, kesadaran Compos Mentis,
status emosional stabil, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 105 kali/menit,
pernafasan 26 kali/menit, suhu 38,6ºC dan kulit teraba hangat, terdapat
vesikel yang multiple di daerah mulut dan kulitnya. Leukosit < 4000/mmk.

ASUHAN KEPERAWATAN

19
3.1 Pengkajian
Tanggal MRS : 10-05-15 Sumber informasi : Klien dan
Keluarga
Ruang / kelas :Cendrawasih / TglPengkajian : 10 September 2015
Dx Medis : Herpes Simplex
1. Identitas
Nama : Ny. R
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Gorontalo/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat :DesaTenggela, Telaga, Gorontalo
KeluhanUtama :Gatal dan nyeri pada daerahkemaluan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelumnya Ny. R mengalami gatal-gatal disertai demam
selama 4 hari. Ny. R mengeluh nyeri di daerah genetalia berwarna
kemerahan pada kulit kemudian di ikuti gelembung-gelembung
berisi cairan, sehingga pasien tampak meringis kesakitan dan
gelisah. Dan didapatkan pengkajian nyeri: P: pasien mengatakan
belum pernah mengalami nyeri seperti ini sebelumnya, pasien
mengtakan nyeri bertambah apabila menggunakan bawahan terlalu
ketat karena luka tergesek-gesek dan nyeri berkurang saat
menggunakan bawahan longgar, Q: pasien mengatakan rasa nyeri
seperti terbakar. R: pasien mengatakan nyeri hanya terletak di area
genetalia tidak menyebar kedaerah lain, S: pasien mengatakan
skala nyeri 9 dari 1-10, T: pasien mengatakan rsa nyeri berlangsung
terus-menerus.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit
seperti ini, pasien juga tidak memiliki alergi. Jika merasa gatal
biasanya diolesi minyak kayuputih bias hilang dengansen dirinya.

20
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Suami pernah terkena herpes simpleks sebelumnya, tapi
herpes menyerang daerah genetalia dan sekitarnya. Dua minggu
yang lalu penyakitnya kambuh tapi sekarang sudah sembuh.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan TTV
TekananDarah : 140/90 mmHg,
Nadi : 105 kali/menit,
RR : 26 kali/menit,
Suhu : 38,6 0 C
2.. Pemeriksaan B1 – B6
B1 ( Breathing )
Paru – paru
Inspeksi :Simetris, statis, dinamis
Palpasi :Sterm fremitus kanan = kiri
Perkusi :Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi :Suara dasar vesikuler, suara tambahan ( - )
B2 ( Blood )
Jantung
Inspeksi :Simetris, statis, dinamis
Palpasi :Teraba normal
Perkusi :Konfigurasijantungdalambatas normal
Auskultasi : Normal (S1 S2 tunggal)
B3 ( Brain )
Kesadaran composmentis (GCS : 4-5-6)
B4 ( Bladder )
BAK tidak menentu, tidak ada nyeri tekan di area bladder. Adanya
lepuhan yang bergerombol dan dikelilingi oleh daerah kemerahan
membentuk sebuah gelembung cair pada daerah kemaluan.
B5 ( Bowel )
Nafsu makan agak menurun, tetapi porsi makanan tetap habis.
Inspeksi :Datar

21
Palpasi :Supel, tidakadamassa
Perkusi : Timpani
Auskultasi :Bisingusus ( + )
B6 ( Bone )
Tidak ditemukan lesi atau odem pada ekstrimitas atas maupun bawah.
Kulit lembab, turgor baik, tidak terdapat pitting edema, warna kulit
sawo matang, tidak ada hiperpigmentasi.
2.. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka segera
dibawa tempat pelayanan kesehatan terdekat baik itu poliklinik
maupun dokter.

b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit pasien makan dengan porsi sedang 3 x sehari
(porsi makan +/- 7-8sendok makan) ditambah makanan ringan
serta minum 8 gelas/ hari (1500ml/hari).Namun saat sakit
nafsu makan pasien berkurang, tetapi tidak sampai kehilangan
nafsu makan. Di rumah sakit pasien masih dapat
menghabiskan porsi makannya.
c. Pola Eliminasi
Untuk BAK pasien mengalami gangguan selama sakitnya,
walaupun pasien tetap kencing dengan frekuensi seperti
biasanya, tetapi pasien merasa nyeri saat berkemih.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit pasien tidak ada keluhan dengan kebiasaan
tidurnya yaitu 6- 8 jam/ hari. Ketika sakit pasien kadang
mengeluh kesulitan untuk tidur karena merasakan nyeri dan
gatal pada daerah tubuh teutama kulit.
e. Pola Persepsi Dan Kognitif

22
Pasien tidak mengalami disorientasi tempat dan waktu. Semua
alat indera pasien masih berfungsi dalam batas normal.
f. Pola Aktivitas
Pasien mampu beraktivitas seperti biasanya, tapi agak
mengurangi aktivitasnya karena pasien merasakan nyeri saat
berjalan.
g. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Pasien kurang tahu kondisi penyakitnya saat ini tetapi akan
berusaha menerima segala kondisinya saat ini.
h. Pola Peran Dan Hubungan
Pasien agak risih dengan keadaannya saat ini. Terutama hubungan
dengan sang suami.
i. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan, sudah menikah dan
mempunyai seorang anak. Selama sakit pola seksualitas terganggu.
j. Pola Koping dan Toleransi Stress
Pasien merasa yakin bahwa suatu saat penyakit nya akan sembuh,
tetapi harus memerlukan suatu usaha dan tak lupa untuk terus
berdoa.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan / Agama
Pasien masih menjalankan ibadah rutin.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi)

23
3.3. Analisa Data

No. Diagnosa Data Fokus Etiologi Paraf


Kep
1. Nyeri Akut DS: Agen pencedera
1. Pasien mengatakan fisiologis
mengeluh nyeri di daerah (mis.inflamasi)
genetalia dan kulitnya
2. P: pasien mengatakan
belum pernah
mengalami nyeri seperti
ini sebelumnya, pasien
mengtakan nyeri
bertambah apabila
menggunakan bawahan
terlalu ketat karena luka
tergesek-gesek dan
nyeri berkurang saat

24
menggunakan bawahan
longgar.
Q: pasien mengatakan
rasa nyeri seperti
terbakar.
R: pasien mengatakan
nyeri hanya terletak di
area genetalia tidak
menyebar kedaerah
lain.
S: pasien mengatakan
skala nyeri 9 dari 1-10,
T: pasien mengatakan
rsa nyeri berlangsung
terus-menerus.
DO:
1. Pasien tampak meringis
kesakitan
2. Pasien tampak gelisah
3. Tampak lepuhan yang
bergerombol di daerah
genetalia
4. TTV:
TD = 140/90mmHg
N = 105 x/menit
RR = 26 x/menit

2. Hipertemi DS: Proses penyakit


1. Pasien mengatakan (mis.infeksi)
demam sudah 4 hari
DO:
1. Suhu: 38,6ºC
2. Tampak kemerahan
membentuk sebuah
gelembung cair pada
daerah genetalia
3. N: 105 x/menit
4. RR: 26 x/menit
3. Gangguan DS: Faktor mekanis
integritas 1. Pasien mengatakan nyeri
kulit/jaringan pada daerah genetalia
DO:
1. Tampak adanya lepuhan

25
yang bergerombol pada
daerah genetalia
2. Tampak kemerahan
membentuk sebuah
gelembung cair pada
daerah genetalia
3. Tampak terdapat
vesikel yang multiple di
daerah mulut dan
kulitnya

3.4 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Kep Luaran Intervensi Paraf


1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Agen pencedera diagnosa keperawatan Observasi
fisiologis selama 2x24 jam, maka 1.1. Identifikasi
(mis.inflamasi) diharapkan lokasi,
Tingkat nyeri: Menurun karakteristik,
dengan kriteria hasil: durasi, frekuensi,
Indikator Awl Tjn kualitas,
Keluhan 1 4 intensitas nyeri
nyeri 1.2. Identifikasi skala
Meringis 1 4 nyeri
Gelisah 1 4 1.3. Identifikasi
Keterangan: faktor yang
1. Meningkat memperberat dan
2. Cukup meningkat memperingan
3. Sedang nyeri
4. Cuckup menurun Terapeutik
5. Menurun 1.4. Berikan teknik

26
Indikator Awl Tjn nonfarmakologis
Frekuensi 1 4 untuk
nadi mengurangi rasa
Tekanan 1 4 nyeri
darah 1.5. Fasilitasi
Keterangan: istirahat dan
1. Memburuk tidur
2. Cukup memburuk Edukasi
3. Sedang 1.6. Ajarkan teknik
4. Cukup membaik nonfarmakologi
5. Membaik untuk
mengurangi rasa
nyeri

Kolaborasi
1.7. Kolaborasi
pemberian
analgetik

3.5 Implementasi Keperawatan


No No Hari,tanggal Implementasi Evaluasi respon Nama
Diagn /jam dan
osa paraf
Kep peraw
at
1. 1 Jumat, 10- 3.5 Mengidentifikas S: Pasien mengatakan
05-15,08.30 i lokasi, mengeluh nyeri di
karakteristik, daerah genetalia dan
durasi, kulitnya
frekuensi, P: pasien mengatakan
kualitas,
belum pernah
intensitas nyeri
3.6 Mengidentifikas mengalami nyeri
i skala nyeri
seperti ini
3.7 Mengidentifikas
i faktor yang sebelumnya, pasien
memperberat
mengtakan nyeri

27
dan bertambah apabila
memperingan
menggunakan
nyeri
bawahan terlalu ketat
karena luka tergesek-
gesek dan nyeri
berkurang saat
menggunakan
bawahan longgar.
Q: pasien
mengatakan rasa
nyeri seperti terbakar.
R: pasien mengatakan
nyeri hanya terletak
di area genetalia tidak
menyebar kedaerah
lain.
S: pasien mengatakan
skala nyeri 9 dari 1-
10
T: pasien mengatakan
rasa nyeri
berlangsung terus-
menerus.
O:
- Pasien
tampak
meringis
kesakitan
- Pasien
tampak
gelisah
- Tampak
lepuhan yang
bergerombol
di daerah
genetalia
- TTV:
- TD:
140/90mmHg
- N: 105
x/menit

28
- RR: 26
x/menit

2. 1 Jumat, 10- 3.8 Memberikan S:


05-15,10.30 teknik - Pasien
nonfarmakologis mengatakan
teknik nyeri agak
pernafasan / sedikit
relaksasi berkurang
3.9 Menganjurkan - Pasien
klien untuk mengatakan
beristirahat mengerti
3.10 Mengaja yang sudah di
rkan tentang ajarkan
teknik perawat
pernafasan / - Pasien
relaksasi mengatakan
akan istirahat
O:
- Pasien
tampak
kooperatif
3. 1 Jumat, 10- 3.11 Member S: -
05-15,12.05 ikan analgetik O :
untuk - Pasien
mengurangi tampak di
nyeri berikan
analgetik
( ketorolac 10
ml) masuk
melalui
injeksi IV
- Pasien
tampak
kooperatif
4. 1 Sabtu, 11- 1.4 Menganjurkan S : pasien
05-15, 08.45 pasien untuk mengatakan nyeri
melakukan teknik berkurang
nonfarmakologis O:
teknik pernafasan / - pasien
relaksasi tampak
1.5 Melakukan melakukan
pemeriksaan TTV teknik
dan Menganjurkan relaksasi
klien untuk nafas dalam
beristirahat - pasien
tampak
beristirahat
- TD:
120/80mmHg
- N: 80 x/menit
- RR: 24

29
x/menit

5. 1 Sabtu, 11- 1.7 Memberikan S:-


05-12, 12.05 analgetik untuk O:
mengurangi nyeri - Pasien
tampak di
berikan
analgetik
( ketorolac 10
ml) masuk
melalui
injeksi IV
- Pasien
tampak
kooperatif

3.6 Evaluasi Keperawatan


No No Hari, Catatan Perkembangan Nama
Diagnosa Tanggal, dan Paraf
Kep Jam
1. 1 Jumat,10- S : Pasien mengatakan mengeluh
05-15,14.00 nyeri di daerah genetalia dan kulitnya
P: pasien mengatakan belum pernah
mengalami nyeri seperti ini
sebelumnya, pasien mengtakan nyeri
bertambah apabila menggunakan
bawahan terlalu ketat karena luka
tergesek-gesek dan nyeri berkurang
saat menggunakan bawahan longgar.

30
Q: pasien mengatakan rasa nyeri
seperti terbakar.
R: pasien mengatakan nyeri hanya
terletak di area genetalia tidak
menyebar kedaerah lain.
S: pasien mengatakan skala nyeri 9
dari 1-10
T: pasien mengatakan rasa nyeri
berlangsung terus-menerus.
O:
- Pasien tampak meringis
kesakitan
- Pasien tampak gelisah
- Tampak lepuhan yang
bergerombol di daerah
genetalia
- TTV:
- TD: 140/90mmHg
- N: 105 x/menit
- RR: 26 x/menit
- Pasien tampak di berikan
analgetik ( ketorolac 10 ml)
masuk melalui injeksi IV
A : Masaalah nyeri akut belum
teratasi dengan kriteria hasil
Label luaran: Tingkat Nyeri
Indikator Awa Tujuan Akhir
l
Keluhan 1 4 1
nyeri
Meringis 1 4 1
Gelisah 1 4 1
Keterangan:
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cuckup menurun
5. Menurun
Indikator Awa Tujuan Akhir
l
Frekuensi 1 4 1
nadi
Tekanan 1 4 1
darah
Keterangan:
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang

31
4. Cukup membaik
5. Membaik
P : Anjurkan pasien untuk melakukan
teknik nonfarmakologis teknik
pernafasan / relaksasi,
lakukan pemeriksaan ttv
Anjurkan klien untuk beristirahat
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
2 1 Sabtu,10-05- S: pasien mengatakan nyeri
15,14.00 berkurang
O:
- pasien tampak melakukan
teknik relaksasi nafas dalam
- pasien tampak beristirahat
- TD: 120/80mmHg
- N: 80 x/menit
- RR: 24 x/menit
- Pasien tampak di berikan
analgetik ( ketorolac 10 ml)
masuk melalui injeksi IV
- Pasien tampak kooperatif
A: Masaalah nyeri akut teratasi
sebagian dengan kriteria hasil
Indikator Awa Tujuan Akhir
l
Keluhan 1 4 3
nyeri
Meringis 1 4 3
Gelisah 1 4 3
Keterangan:
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cuckup menurun
5. Menurun
Indikator Awa Tujuan Akhir
l
Frekuensi 1 4 4
nadi
Tekanan 1 4 4
darah
Keterangan:
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
P : intervensi di hentikan

32
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Virus herpes simpleks tipe 2 (HSV-2) adalah penyebab herpes
genitalis yang umum, namun selain di daerah genital, virus ini juga dapa
tbereplikasi di semua jaringan pada tubuh manusia, dan terkadang dapat
menyebabkan keratitis, hepatitis, pneumonitis, meningitis dansepsis
neonatal. Seroprevalensi dari herpes genitalis masih tinggi di seluruh
dunia, di Amerika sebesar 17%.

33
Padapasien yang simtomatik dan asimtomatik, infeksi tidak selalu
ditandai dengan adanya keluhan maupun lesi di daerah genital, hal tersebut
menyebabkan penularan dan inflamasi yang persisten.HSV-2 masih
menjadi patogen yang dapa tmenyebarluas kebanyak populasi dan
biasanya menyebabkan infeksi berat pada neonatus dan pasien dengan
system imun yang rendah. Yang sekarang menjadi sorotan adalah
pengembangan obat-obatan antivirus yang dapat menekan rekurensi, viral
shedding, penularan secara seksual, penularan pada neonatus; serta
pengembangan vaksin terhadap HSV.
4.2 Saran
Harus menjaga kebersihan organ genital, baik dengan cara tidak
berganti-ganti pasangan, menggunakan kondom pada saat akan
berhubungan seksual atau lebih baik jika hanya melakukan hubungan
seksual dengan pasangan yang sah.

DAFTAR PUSTAKA

Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medisdan
SDKI.Yogyakarta : Media Action Publishing
Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan SDKI.
Yogyakarta : Media Action Publishing
Doengoes E. Marilyn, Geissler C. Alice, and Moorhouse F. Mary. 1993.
RencanaAsuhan Keperawatan (Edisi 3). Jakarta :Penerbit
Buku Kedokteran EGC
https://www.scribd.com/doc/70894458/Herpes-Genitalis

34
https://www.scribd.com/doc/296023358/Referat-Herpes-Genitalis-Aninda-
pdf

35

Anda mungkin juga menyukai