OLEH:
Mukarramah Ummi Umayyah.SB, S.Ked
K1A1 13 149
PEMBIMBING:
dr. Hj. Syamsiah Pawennei, M.Kes
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kasus dengan judul Upaya Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Pasien dengan
Herpes Zoster di Puskesmas Poasia sebagai tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu
Kedokteran Masyarakat dan Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Halu
Oleo.
Penulis menyadari bahwa pada proses pembuatan Laporan Kasus masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran dari semua
pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan penulisan berikutnya
sangat penulis harapkan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Syamsiah Pawennei, M.Kes
atas bimbingan dan arahannya sehingga berbagai masalah dan kendala dalam
proses penyusunan laporan ini dapat teratasi dan terselesaikan dengan baik.
Atas segala bantuan dan perhatian baik berupa tenaga, pikiran dan materi
pada semua pihak yang terlibat dalam menyelesaikan laporan ini penulis
mengucapkan terima kasih.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
BAB I. PENDAHULUAN
4
L. Diagnosis Sosial, ekonomi, pencarian pelayanan kesehatan dan perilaku. . 22
M. Kegiatan Yang Dilakukan Saat Kunjungan Rumah ............................. 19
N. Prognosis ..................................................................................................... 23
O. Data sarana pelayanan kesehatan dan lingkungan kehidupan keluarga ...... 20
P. Lingkungan tempat tinggal .......................................................................... 23
Q. Pola hidup keluarga ..................................................................................... 24
A. Kesimpulan .................................................................................................. 26
B. Saran .............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................27
LAMPIRAN ........................................................................................................28
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Herpes zoster (HZ) disebabkan oleh reaktivasi varicella zoster virus
(VZV) laten dari saraf tepi dan saraf pusat. Varicella zoster virus merupakan
patogen utama terhadap dua infeksi klinis utama pada manusia yaitu
varicella atau chickenpox (cacar air) dan herpes zoster (cacar ular). Varicella
merupakan infeksi primer yang terjadi pada individu yang terpapar dengan
varicella zoster virus. Pada 3-5 dari 1000 individu, varicella zoster virus
mengalami reaktivasi, menyebabkan infeksi reaktivasi yang dikenal dengan
nama Herpes zoster atau Shingles.1
Herpes zoster adalah infeksi virus akut yang memiliki karakteristik
unilateral, sebelum timbul manifestasi klinis pada kulit wajah dan mukosa
mulut biasanya akan didahului oleh gejala odontalgia. Timbulnya gejala
odontalgia pada Herpes zoster belum sepenuhnya diketahui.1
Faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan reaktivasi adalah:
pajanan VVZ sebelumnya (cacar air, vaksinasi),usia lebih dari 50 tahun,
keadaan imunokompromais, obat-obatan imunosupresif, HIV/AIDS,
transplantasi sumsum tulang atau organ, keganasan, terapi steroid jangka
panjang, stres psikologis, trauma dan tindakan pembedaan. 2
Kejadian HZ meningkat secara dramatis seiring dengan bertambahnya
usia.Kira-kira 30% populasi (1 dari 3 orang) akan mengalami HZ selama
masa hidupnya, bahkan pada usia 85 tahun, 50 % (1 dari 2 orang) akan
mengalami HZ. Insidens HZ pada anak-anak 0.74 per 1000 orang per tahun.
Insidens ini meningkat menjadi 2,5 per 1000 orang di usia 20-50 tahun
(adult age), 7 per 1000 orang diusia lebih dari 60 tahun (older adult age) dan
mencapai 10 per 1000 orang per tahun di usia 80 tahun.2
Melihat berbagai permasalahan tersebut di atas, diperlukan diagnosis
yang cepat dan pengobatan yang efektif, aman, dan tepat waktu, untuk
menghilangkan nyeri pada fase akut dan mencegah komplikasi yang dapat
6
terjadi.Upaya pencegahan lebih baik dilakukan untuk menurunkan angka
kejadian zoster, menurunkan insidensi NPH, serta menurunkan beban
penyakit.Saat ini upaya pencegahan dapat dilakukan dengan lebih efektif
melalui vaksinasi herpes zoster.2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien Herpes
zoster
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan siklus
keluarga) keluarga pasien Herpes zoster.
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
kesehatan pada pasien Herpes zoster dan keluarganya.
c. Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien Herpes zoster dan
keluarganya.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta
penatalaksanaan Herpes zoster dengan pendekatan kedokteran keluarga.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap
memberikan penatalaksanaan kepada pasien Herpes zoster dilakukan
secara holistik dan komprehensif serta mempertimbangkan aspek
keluarga dalam proses penyembuhan
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya bahwa keluarga
juga memiliki peranan yang cukup penting dalam kesembuhan pasien.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi HZ
Herpes zoster (HZ) disebabkan oleh reaktivasi varicella zoster virus
(VZV) laten dari saraf tepi dan saraf pusat. Varicella zoster virus merupakan
patogen utama terhadap dua infeksi klinis utama pada manusia yaitu varicella
atau chickenpox (cacar air) dan herpes zoster (cacar ular). Varicella
merupakan infeksi primer yang terjadi pada individu yang terpapar dengan
varicella zoster virus. Pada 3-5 dari 1000 individu, varicella zoster virus
mengalami reaktivasi, menyebabkan infeksi reaktivasi yang dikenal dengan
nama Herpes zoster atau Shingles.1
B. Epidemiologi HZ
Terdapat 1 juta kasus herpes zoster yang terjadi di Amerika Serikat
setiap tahun, dengan insiden 1,2 sampai 4,8 kasus per 1000 orang per tahun.
Herpes zoster biasanya muncul pada orang berkulit putih (35% lebih tinggi
dibandingkan orang kulit gelap) dan insiden meningkat 3 sampai 7 kali lebih
tinggi pada orang lanjut usia. Pada pasien immunocompromised memiliki
risiko 20 kali lebih tinggi dibandingkan pasien immunocompetent. Beberapa
studi melaporkan insiden pada wanita lebih tinggi dibandingkan laki-laki (3,8
kasus per 1000 penduduk per tahun pada wanita dan 2,6 kasus per 1000
penduduk per tahun).3
C. Etiologi HZ
Varicella zoster virus (VZV) adalah virus yang menyebabkan cacar air
(chicken pox) dan herpes zoster (shingles). VZV memiliki klasifikasi
taksonomi sebagai berikut :
Kelas : Kelas I (dsDNA)
Famili : Herpesviridae
Upafamili : Alphaherpesvirinae
Genus : Varicellovirus
8
Spesies : Human herpes zoster3
9
1. Manifestasi Klinik dan Diagnosis Herpes Zoster
Gejala awal herpes zoster yang tidak spesifik meliputi sakit
kepala, demam, dan malaise. Gejala-gejala tersebut lalu diikuti oleh
sensasi nyeri terbakar, gatal, hyperesthesia atau paresthesia pada
dermatom yang terkena. Gejala yang timbul ini bisa berkembang menjadi
ringan maupun berat. Gejala herpes zoster pada anak-anak lebih sering
tidak menimbulkan rasa nyeri, sedangkan pada usia lanjut cenderung lebih
nyeri dan berkembang menjadi lebih parah. Sensasi yang sering dirasakan
pada dermatom dapat berupa rasa tersengat, tertusuk, nyeri, mati rasa,
maupun rasa seperti tertimpa beban berat.4
Pada kebanyakan kasus, setelah satu sampai dua hari tetapi pada
beberapa kasus bisa sampai bermingu-minggu setelah gejala tersebut
muncul akan diikuti oleh munculnya tanda berupa lesi pada kulit. Rasa
nyeri dan lesi pada kulit biasanya muncul pada ekstrimitas, tetapi dapat
juga muncul pada wajah, mata, maupun bagian tubuh lain. Lesi awal
terlihat mirip dengan lesi yang tampak pada cacar air, namun lesi pada
herpes zoster terbatas bada dermatom, yang biasanya akan tampak seperti
ikat pinggang atau berupa garis yang terletak unilateral dan tidak melewati
garis tengah tubuh. Lesi yang muncul bilateral biasanya terjadi pada kasus
immunocompromised. Zoster sine herpete (zoster tanpa herpes) adalah
pasien yang memiliki semua gejala herpes zoster tanpa penampakan lesi.5
Selanjutnya, lesi berubah menjadi vesikel yang membentuk blister
kecil yang dipenuhi oleh eksudat serous, pada fase ini gejala berupa
demam dan malaise masih berlanjut. Pada akhirnya lesi berubah menjadi
lebih gelap karena terisi darah, dan menjadi krusta setelah 7-10 hari.
Biasanya krusta akan lepas dengan sendirinya dan penampakan kulit
kembali normal. Namun pada beberapa kasus, setelah proses blisterring
yang lama, akan meninggalkan bekas berupa scar dan perubahan warna
kulit menjadi lebih gelap pada dermatom yang terkena.4
10
Gambar 1. Perkembangan lesi herpes zoster
11
1) Acyclovir 800 mg PO 5 kali sehari selama 7-10 hari
2) Famciclovir 500 mg PO 3 kali sehari selama 7 hari
3) Valacyclovir 1000 mg PO 3 kali sehari selama 7 hari
Penelitian non randomised placebo controlled triali untuk pengobatan
nyeri akut herpes zoster menunjukan adanya pengaruh signifikan pemberian
kombinasi antiviral dan analgesik dalam jangka waktu 2-3 minggu onset
untuk mencegah komplikasi postherpetic neuralgia. Pengobatan primer untuk
nyeri akut herpes zoster adalah neuroaktif agen (contoh : antidepresan tricyclic
[TCAs] Amytriptiline), opioid analgesic, atau antikonvulsan. Diantara
analgesik tersebut, antikonvulsan memiliki efikasi yang terendah sedangkan
Amytriptilin memiliki efikasi yang tertinggi.5
12
4. Prognosis
Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan
prognosis pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta
tanda bukti terkini (evidence based).
5. Konseling
Untuk membantu pasien dan keluarga menentukan pilihan terbaik
penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling
dengan kepeduliaan terhadap perasaan dan persepsi pasien (dan
keluarga) pada keadaan di saat itu.
6. Konsultasi
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi
ke dokter lain yang dianggap lebih berpengalaman. Konsultasi dapat
dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter
spesialis, atau dinas kesehatan, demi kepentingan semata.
7. Rujukan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke
dokter lain yang dianggap lebih berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan
kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis,
rumah sakit, atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
8. Tindak lanjut
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk
dapat dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik,
maupun di tempat pasien.
9. Tindakan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan
medis yang rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter
praktik di strata pertama, dan demi kepentingan pasien.
10. Pengobatan Rasional
Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya
dengan rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih
dan terkini, demi kepentingan pasien.
13
11. Pembinaan Keluarga
Pada saat-saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil
lebih baik bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga
menawarkan pembinaan keluarga, termasuk konseling keluarga.
14
Pelayanan kedokteran keluarga yang personal yaitu pasien sebagai
satu individu, sehingga dapat memiliki pelayanan personal yang tidak
berhubungan atau sama dengan anggota keluarga yang lain.
6. Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
Pelayanan kedokteran keluarga harus mempertimbangkan keluarga,
lingkungan kerja, dan lingkungan karena kesembuhan penyakit sangat
dipengaruhi lingkungannya dan sebaliknya penyakit pasien dapat
mempengaruhi lingkungan juga.
7. Menjunjung tinggi etika, moral, dan hukum
Pelayanan kedokteran keluarga harus menjunjung tinggi etika, moral
dan hukum, dimana tidak boleh membeda-bedakan pasien dengan
memandang status sosial, jenis kelamin, jenis penyakit, ataupun sistem
organ yang sakit. Semua adalah pasien yang harus dilayani secara
profesional. Perilaku dokter harus tetap dalam batas-batas kewenangan dan
selalu mentaati kewajiban yang digariskan oleh hukum yang berlaku.
8. Sadar biaya dan sadar mutu
Pelayanan kedokteran keluarga harus mempertimbangkan biaya
yang akan dikeluarkan pasien tetapi tidak boleh menurunkan mutu
pelayanan kepada pasien.
9. Dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan
Pelayanan kedokteran keluarga harus dapat diaudit dan
dipertanggungjawabkan karena merupakan upaya peningkatan kualitas
pelayanan dan sama sekali bukan upaya untuk memata-matai peraktik
dokter. Oleh karena itu, dokter dituntut untuk melakukan pelayanan
kesehatan yang sesuai standar pelayanan agar dapat
dipertanggungjawabkan.
15
BAB III
HASIL KUNJUNGAN RUMAH
A. Tinjauan Kasus
Tanggal Kunjungan I : 16 November 2019
Tanggal Kunjungan II : 23 November 2019
Tanggal Kunjungan III : 30 November 2019
Alamat : Jl. Taman Suropati, Lr. BTN
B. Identitas Pasien
Nama : Nn. NS
Umur : 24 tahun
Alamat : Jl. Kancil, BTN Margahayu
Agama : Islam
Suku : Tolaki
16
C. Genogram keluarga
Keterangan:
: Meninggal
: Meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Penderita
D. Anamnesis
1. Keluhan Utama: timbul bintik merah yang pedih pada perut kiri
2. Anamnesis Terpimpin
Nn. NS datang ke Puskesmas Poasia dengan timbul bintik merah yang
pedih pada perut kiri. Keluhan ini dirasakan sekitar 5 hari terakhir.
Awalnya pasien mengeluh gatal disertai bintik kemerahan kemudian
menjadi pedih dan seperti melepuh. Pasien sering menggaruk seluruh
tubuhnya hingga tubuhnya lecet dan luka. Demam (-), mual (-), muntah (-
), pusing (-), sakit kepala (-), BAB dan BAK tidak ada kelainan.
Riwayat penyakit terdahulu
17
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya (-), riwayat Atopi (-), Asma
(-). Riwayat varicella (+)
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga yang tinggal serumah (-)
Riwayat pengobatan, belum ada pengobatan yang diberikan
E. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Sakit ringan, kesadaran compos mentis (GCS
E4M6V5)
2. Tanda Vital
a) Tekanan darah : 110/80 MmHg
b) Frekwensi nadi : 84 x/mnt
c) Frekwensi nafas : 20 x/mnt
d) Suhu : 36,7 oC
3. Berat badan : 48 kg
4. Tinggi badan : 148 cm
5. Indeks Massa Tubuh : 22,8 (Normal)
6. Kepala : Bentuk normal, tidak teraba benjolan
7. Kulit : Tampak macula eritema disertai papul dan vesikel pada
perut kiri
8. Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
9. Hidung : Bagian luar hidung tak ada kelainan,sekret (-)
10. Bibir : Kering (-) pecah-pecah (-)
11. Lidah : Lidah kotor (-), tremor (-)
12. Mulut : Pemb. tonsil (-), gusi berdarah (-), stomatitis (-)
13. Telinga : Otore (-)
14. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar.
15. Paru
a) Inspeksi : Simetris kanan dan kiri
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, vokal fremitus kanan=kiri
c) Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
18
d) Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
16. Jantung
a) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
b) Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
c) Perkusi : Pekak Batas kiri pada linea midclavicularis sinistra
Batas kanan pada linea parasternalis dextra
d) Auskultasi : Bunyi Jantung I/II murni regular
17. Abdomen
a) Inspeksi : Cembung, ikut gerak napas, papul eritema,pustul
b) Auskultasi : Bising usus kesan normal
c) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d) Perkusi : Timpani
18. Ekstremitas
a) Atas : Dalam batas normal
b) Bawah : Dalam batas normal
19. Pemeriksaan Kelenjar limfe
A. Leher; Kanan : Normal Kiri : Normal
B. Axilla Kanan : Normal Kiri : Normal
C. Inguinal Kanan : Normal Kiri : Normal
F. Pemeriksaan Penunjang
Tzank tes : Tidak dilakukan pemeriksaan
G. Diagnosis kerja
Herpes Zoster
H. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Asiklovir 5x800 mg
Betametason salep 0,5%
Cetirizine tablet 10 mg
19
b. Non Farmakoterapi
KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi)
Meningkatkan kesadaran pasien terhadap kesehatannya, dengan
memotivasi pasien untuk tetap terus beraktivitas atau berolahraga
yang ringan.
Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien dan meyakinkan
pasien bahwa penyakit yang di derita dapat di kontrol dengan
menghindari pajanan.
Mengupayakan pasien untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang
bergizi serta berperilaku hidup bersih dan sehat.
Memberitahu pasien untuk rutin memeriksakan dirinya ke puskesmas.
20
dari kekambuhan penyakit sangat penting dilakukan, seperti mengurangi
faktor predisposisi.
21
dirasakan dapat berkurang dengan bantuan dokter.
b. Aspek risiko internal
Faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien yaitu:
pasien kurang mengetahui hal-hal yang menjadi factor pencetus dari
penyakit yang diderita pasien.
c. Aspek psikososial keluarga
- Hubungan antar anggota keluarga baik. Semua masalah yang ada
Selalu dibicarakan dengan baik-baik dan keputusan diambil
berdasarkan hasil musyawarah atau kesepakatan bersama.
22
Melakukan pendekatan pada pasien dan anggota keluarga
Menggali informasi tentang keluarga pasien
Memantau kondisi dan lingkungan rumah
Menyarankan kepada pasien untuk memeriksakan diri sesuai instruksi
dari petugas puskesmas
Menyarankan kepada pasien agar menggunakan obat sesuai anjuran
dokter dan selalu berkonsultasi ke dokter atau puskesmas terdekat.
b. Kunjungan rumah kedua (23 November 2019)
Melakukan edukasi dan diskusi bersama pasien dan keluarga
mengenai definisi, penyebab, pemeriksaan yang dibutuhkan, terapi
dengan gaya hidup dan obat, pencegahan serta komplikasi dari
penyakit yang diderita.
Menyarankan kepada pasien agar minum obat teratur dan selalu
berkonsultasi ke dokter atau puskesmas terdekat.
c. Kunjungan rumah ketiga (30 November 2019)
Melakukan evaluasi terhadap perkembangan penyakit pasien dan
efektivitas penatalaksanaan yang diberikan.
Melakukan evaluasi terhadap efek samping obat anti pruritus serta
terapi topikal yang diberikan.
Melakukan evaluasi terhadap hasil edukasi yang diberikan apakah
dilaksanakan sesuai anjuran dan bagaimana pengaruhnya terhadap
penyakit pasien.
Pasien sudah mengetahui tentang HZ, penyebab, faktor resiko, gejala
serta pencegahan untuk terhindar dari penyakit tersebut
N. Prognosis HZ
Secara umum prognosis dari pasien ini adalah:
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam
23
O. Data Sarana Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan Kehidupan
Keluarga
Kesimpulan tentang
Faktor Keterangan faktor pelayanan
kesehatan
Sarana pelayanan
kesehatan yang
Puskesmas Memuaskan
digunakan oleh
keluarga
Cara mencapai sarana
pelayanan kesehatan Mengendarai motor Memuaskan
tsb
Tarif pelayanan
(sangat mahal,mahal, Gratis karena
kesehatan yang
terjangkau, murah, gratis) mamiliki BPJS
dirasakan
Kualitas pelayanan
(sangat baik, baik, biasa,
kesehatan yang Baik
kurang baik, buruk)
dirasakan
Luas rumah : 10 m x 10 m
24
Dinding rumah dari : Batu Bata
25
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang telah dilakukan
pada pasien ini maka dapat didiangnosis Herpes Zoster
1. Faktor Penyebab : Reaktivasi dari Varicella, Daya tahan tubuh menurun
2. Peranan keluarga : mengingatkan kepada keluarga pasien untuk
menghindari faktor risiko yang dapat memperberat gejala dari Herpes
Zoster
B. Saran
Saran kepada petugas kesehatan
Perlunya diadakan kegiatan-kegiatan penyuluhan mengenai penyakit kulit
khususnya penyakit Herpes Zoster.
Saran kepada pasien dan keluarganya
Menjaga pola hidup bersih dan sehat di lingkungan rumah seperti mandi
minimal 2x sehari, menggunakan sabun yang melembabkan kulit, tidak
mandi menggunakan air panas, tidak menggaruk lesi agak tidak terjadi
infeksi sekunder. Segera memeriksakan diri ke puskesmas apabila
dicurigai terjadi infeksi seperti yang sudah dijelaskan.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Lampiran 1
a. Kunjungan I
28
c. Kunjungan III
29
Gamber 8. Kamar Mandi Pasien
30