Anda di halaman 1dari 30

UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA PADA PASIEN

DENGAN HERPES ZOSTER DI PUSKESMAS POASIA

OLEH:
Mukarramah Ummi Umayyah.SB, S.Ked
K1A1 13 149

PEMBIMBING:
dr. Hj. Syamsiah Pawennei, M.Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS (KEDOKTERAN KELUARGA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : Mukarramah Ummi Umayyah.SB, S.Ked


NIM : K1A1 13 149
Judul Laporan : Upaya Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Pasien dengan
Herpes Zoster di Puskesmas Poasia

Telah menyelesaikan tugas laporan dalam rangka kepanitraan klinik pada


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, November 2019


Mengetahui,
Pembimbing

dr. Hj. Syamsiah Pawennei, M.Kes

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kasus dengan judul Upaya Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Pasien dengan
Herpes Zoster di Puskesmas Poasia sebagai tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu
Kedokteran Masyarakat dan Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Halu
Oleo.
Penulis menyadari bahwa pada proses pembuatan Laporan Kasus masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran dari semua
pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan penulisan berikutnya
sangat penulis harapkan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Syamsiah Pawennei, M.Kes
atas bimbingan dan arahannya sehingga berbagai masalah dan kendala dalam
proses penyusunan laporan ini dapat teratasi dan terselesaikan dengan baik.
Atas segala bantuan dan perhatian baik berupa tenaga, pikiran dan materi
pada semua pihak yang terlibat dalam menyelesaikan laporan ini penulis
mengucapkan terima kasih.

Kendari, November 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 6


B. Tujuan.......................................................................................................... 7
C. Manfaat ........................................................................................................ 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Herpes Zoster................................................................................. 8


B. Epidemiologi Herpes Zoster ......................................................................... 8
C. Etiologi Herpes Zoster.................................................................................. 8
D. Patogenesis Herpes Zoster............................................................................ 9
E. Penegakan Diagnosis Herpes Zoster........................................................ .... 9
F. Manifestasi Klinik Herpes Zoster ................................................................. 10
G. Penatalaksanaan Herpes Zoster .................................................................... 11
H. Standar Pelayanan Medis ............................................................................. 12
I. Prinsip-prinsip Kedokteran Keluarga ........................................................... 14
BAB III. HASIL KUNJUNGAN RUMAH
A. Tinjauan Kasus ............................................................................................ 16
B. Identitas Pasien ............................................................................................ 16
C. Genogram Keluarga ................................................................................... 16
D. Anamnesis ................................................................................................... 17
E. Pemeriksaan Fisik........................................................................................ 18
F. Pemeriksaan Penunjang .............................................................................. 19
G. Diagnosis Kerja ........................................................................................... 19
H. Penatalaksanaan........................................................................................... 19
I. Penyelesaian Masalah yang dihadapi pasien ............................................... 20
J. Upaya Pencegahan ...................................................................................... 21
K. Diagnosis Holistik ....................................................................................... 21

4
L. Diagnosis Sosial, ekonomi, pencarian pelayanan kesehatan dan perilaku. . 22
M. Kegiatan Yang Dilakukan Saat Kunjungan Rumah ............................. 19
N. Prognosis ..................................................................................................... 23
O. Data sarana pelayanan kesehatan dan lingkungan kehidupan keluarga ...... 20
P. Lingkungan tempat tinggal .......................................................................... 23
Q. Pola hidup keluarga ..................................................................................... 24

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................. 26
B. Saran .............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................27

LAMPIRAN ........................................................................................................28

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Herpes zoster (HZ) disebabkan oleh reaktivasi varicella zoster virus
(VZV) laten dari saraf tepi dan saraf pusat. Varicella zoster virus merupakan
patogen utama terhadap dua infeksi klinis utama pada manusia yaitu
varicella atau chickenpox (cacar air) dan herpes zoster (cacar ular). Varicella
merupakan infeksi primer yang terjadi pada individu yang terpapar dengan
varicella zoster virus. Pada 3-5 dari 1000 individu, varicella zoster virus
mengalami reaktivasi, menyebabkan infeksi reaktivasi yang dikenal dengan
nama Herpes zoster atau Shingles.1
Herpes zoster adalah infeksi virus akut yang memiliki karakteristik
unilateral, sebelum timbul manifestasi klinis pada kulit wajah dan mukosa
mulut biasanya akan didahului oleh gejala odontalgia. Timbulnya gejala
odontalgia pada Herpes zoster belum sepenuhnya diketahui.1
Faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan reaktivasi adalah:
pajanan VVZ sebelumnya (cacar air, vaksinasi),usia lebih dari 50 tahun,
keadaan imunokompromais, obat-obatan imunosupresif, HIV/AIDS,
transplantasi sumsum tulang atau organ, keganasan, terapi steroid jangka
panjang, stres psikologis, trauma dan tindakan pembedaan. 2
Kejadian HZ meningkat secara dramatis seiring dengan bertambahnya
usia.Kira-kira 30% populasi (1 dari 3 orang) akan mengalami HZ selama
masa hidupnya, bahkan pada usia 85 tahun, 50 % (1 dari 2 orang) akan
mengalami HZ. Insidens HZ pada anak-anak 0.74 per 1000 orang per tahun.
Insidens ini meningkat menjadi 2,5 per 1000 orang di usia 20-50 tahun
(adult age), 7 per 1000 orang diusia lebih dari 60 tahun (older adult age) dan
mencapai 10 per 1000 orang per tahun di usia 80 tahun.2
Melihat berbagai permasalahan tersebut di atas, diperlukan diagnosis
yang cepat dan pengobatan yang efektif, aman, dan tepat waktu, untuk
menghilangkan nyeri pada fase akut dan mencegah komplikasi yang dapat

6
terjadi.Upaya pencegahan lebih baik dilakukan untuk menurunkan angka
kejadian zoster, menurunkan insidensi NPH, serta menurunkan beban
penyakit.Saat ini upaya pencegahan dapat dilakukan dengan lebih efektif
melalui vaksinasi herpes zoster.2

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien Herpes
zoster
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan siklus
keluarga) keluarga pasien Herpes zoster.
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
kesehatan pada pasien Herpes zoster dan keluarganya.
c. Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien Herpes zoster dan
keluarganya.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta
penatalaksanaan Herpes zoster dengan pendekatan kedokteran keluarga.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap
memberikan penatalaksanaan kepada pasien Herpes zoster dilakukan
secara holistik dan komprehensif serta mempertimbangkan aspek
keluarga dalam proses penyembuhan
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya bahwa keluarga
juga memiliki peranan yang cukup penting dalam kesembuhan pasien.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi HZ
Herpes zoster (HZ) disebabkan oleh reaktivasi varicella zoster virus
(VZV) laten dari saraf tepi dan saraf pusat. Varicella zoster virus merupakan
patogen utama terhadap dua infeksi klinis utama pada manusia yaitu varicella
atau chickenpox (cacar air) dan herpes zoster (cacar ular). Varicella
merupakan infeksi primer yang terjadi pada individu yang terpapar dengan
varicella zoster virus. Pada 3-5 dari 1000 individu, varicella zoster virus
mengalami reaktivasi, menyebabkan infeksi reaktivasi yang dikenal dengan
nama Herpes zoster atau Shingles.1
B. Epidemiologi HZ
Terdapat 1 juta kasus herpes zoster yang terjadi di Amerika Serikat
setiap tahun, dengan insiden 1,2 sampai 4,8 kasus per 1000 orang per tahun.
Herpes zoster biasanya muncul pada orang berkulit putih (35% lebih tinggi
dibandingkan orang kulit gelap) dan insiden meningkat 3 sampai 7 kali lebih
tinggi pada orang lanjut usia. Pada pasien immunocompromised memiliki
risiko 20 kali lebih tinggi dibandingkan pasien immunocompetent. Beberapa
studi melaporkan insiden pada wanita lebih tinggi dibandingkan laki-laki (3,8
kasus per 1000 penduduk per tahun pada wanita dan 2,6 kasus per 1000
penduduk per tahun).3
C. Etiologi HZ
Varicella zoster virus (VZV) adalah virus yang menyebabkan cacar air
(chicken pox) dan herpes zoster (shingles). VZV memiliki klasifikasi
taksonomi sebagai berikut :
Kelas : Kelas I (dsDNA)
Famili : Herpesviridae
Upafamili : Alphaherpesvirinae
Genus : Varicellovirus

8
Spesies : Human herpes zoster3

D. Patogenesis Herpes Zoster


Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella
zoster (VZV). Virus DNA ini adalah virus yang menyebabkan penyakit cacar
air (chicken pox) yang merupakan infeksi awal sebelum sesorang mengalami
herpes zoster. Jadi herpes zoster hanya dapat muncul pada seseorang yang
telah mengalami cacar air sebelumnya. Setelah episode cacar air telah sembuh,
varicella zoster akan bersifat laten di dalam badan sel saraf tanpa
menimbulkan gejala. Beberapa lama setelah infeksi awal tersebut, virus bisa
keluar dari badan sel saraf menuju akson saraf dan menimbulkan infeksi di
kulit pada daerah tertentu.4
Virus dapat menyebar dari satu atau lebih ganglion mengikuti
dermatom saraf (daerah pada kulit yang disarafi oleh satu spinal nerve) yang
menimbulkan tanda dan gejala pada kulit berupa cluster atau gerombolan
benjolan yang kecil yang kemudian menjadi blister. Blister-blister tersebut
akan terisi cairan limfa dan kemudian pecah lalu menjadi krusta dan
menghilang (Weinberg et al 2007). Postherpatic neuralgia terkadang terjadi
dikarenakan kerusakan pada saraf. Sistem imun akan mengeliminasi sebagian
besar virus sehingga seseorang dapat dikatakan sembuh. Meskipun tanda dan
gejala telah tidak ada, namun virus akan tetap bersifat laten pada ganglion
saraf (ganglion dorsal root maupun ganglion gasseri) pada dasar tengkorak.
Apabila sistem imun menurun pada penyakit tertentu, kondisi stres, maupun
penggunaan obat immunosuppresive, virus ini dapat keluar dari ganglion dan
menimbulkan kekambuhan.4

E. Penegakan Diagnosa Herpes Zoster


Diagnosis Herpes Zoster dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.2

9
1. Manifestasi Klinik dan Diagnosis Herpes Zoster
Gejala awal herpes zoster yang tidak spesifik meliputi sakit
kepala, demam, dan malaise. Gejala-gejala tersebut lalu diikuti oleh
sensasi nyeri terbakar, gatal, hyperesthesia atau paresthesia pada
dermatom yang terkena. Gejala yang timbul ini bisa berkembang menjadi
ringan maupun berat. Gejala herpes zoster pada anak-anak lebih sering
tidak menimbulkan rasa nyeri, sedangkan pada usia lanjut cenderung lebih
nyeri dan berkembang menjadi lebih parah. Sensasi yang sering dirasakan
pada dermatom dapat berupa rasa tersengat, tertusuk, nyeri, mati rasa,
maupun rasa seperti tertimpa beban berat.4
Pada kebanyakan kasus, setelah satu sampai dua hari tetapi pada
beberapa kasus bisa sampai bermingu-minggu setelah gejala tersebut
muncul akan diikuti oleh munculnya tanda berupa lesi pada kulit. Rasa
nyeri dan lesi pada kulit biasanya muncul pada ekstrimitas, tetapi dapat
juga muncul pada wajah, mata, maupun bagian tubuh lain. Lesi awal
terlihat mirip dengan lesi yang tampak pada cacar air, namun lesi pada
herpes zoster terbatas bada dermatom, yang biasanya akan tampak seperti
ikat pinggang atau berupa garis yang terletak unilateral dan tidak melewati
garis tengah tubuh. Lesi yang muncul bilateral biasanya terjadi pada kasus
immunocompromised. Zoster sine herpete (zoster tanpa herpes) adalah
pasien yang memiliki semua gejala herpes zoster tanpa penampakan lesi.5
Selanjutnya, lesi berubah menjadi vesikel yang membentuk blister
kecil yang dipenuhi oleh eksudat serous, pada fase ini gejala berupa
demam dan malaise masih berlanjut. Pada akhirnya lesi berubah menjadi
lebih gelap karena terisi darah, dan menjadi krusta setelah 7-10 hari.
Biasanya krusta akan lepas dengan sendirinya dan penampakan kulit
kembali normal. Namun pada beberapa kasus, setelah proses blisterring
yang lama, akan meninggalkan bekas berupa scar dan perubahan warna
kulit menjadi lebih gelap pada dermatom yang terkena.4

10
Gambar 1. Perkembangan lesi herpes zoster

Diagnosis dapat diperoleh dari melihat langsung tanda berupa lesi


pada kulit yang sangat khas pada dermatom saraf. Terkadang pola lesi
yang muncul bisa merupakan herpes simplex (zosteriform herpes
simplex). Ttzanck smear digunakan untuk membedakan antara herpes
simplex virus (HSV) dan varicella zoster virus (VZV). Pemeriksaan
laboratorium untuk memeriksa IGM antibodi spesifik yang hanya muncul
ketika seseorang mengalami cacar air atau herpes zoster dan tidak muncul
ketika virus dalam keadaan laten. Pada pemeriksaan lebih canggih, dapat
dilakukan dengan pemeriksaan DNA virus yang menggunakan mikroskop
elektron untuk partikel.4

F. Penatalaksanaan Herpes Zoster


Episode herpes zoster sebagian besar adalah self-limited dan dapat
sembuh tanpa intervensi. Namun penyakit ini menyebabkan kesakitan yang
cukup tinggi dan dapat menyebabkan komplikasi, oleh karena itu diperlukan
penanganan yang tepat. Penyakit ini cenderung memberikan gejala yang lebih
ringan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.5
Terapi antiviral untuk herpes zoster dapat mengurangi waktu
pembentukan vesikel baru, jumlah hari yang diperlukan untuk menjadi krusta,
dan perasaan tidak nyaman atau nyeri akut. Semakin awal antiviral diberikan,
semakin efektif untuk mencegah postherpetic neuralgia. Idealnya, terapi
dimulai dalam jangka waktu 72 jam setelah onset, selama 7-10 hari. Antiviral
oral berikut direkomendasikan :5

11
1) Acyclovir 800 mg PO 5 kali sehari selama 7-10 hari
2) Famciclovir 500 mg PO 3 kali sehari selama 7 hari
3) Valacyclovir 1000 mg PO 3 kali sehari selama 7 hari
Penelitian non randomised placebo controlled triali untuk pengobatan
nyeri akut herpes zoster menunjukan adanya pengaruh signifikan pemberian
kombinasi antiviral dan analgesik dalam jangka waktu 2-3 minggu onset
untuk mencegah komplikasi postherpetic neuralgia. Pengobatan primer untuk
nyeri akut herpes zoster adalah neuroaktif agen (contoh : antidepresan tricyclic
[TCAs] Amytriptiline), opioid analgesic, atau antikonvulsan. Diantara
analgesik tersebut, antikonvulsan memiliki efikasi yang terendah sedangkan
Amytriptilin memiliki efikasi yang tertinggi.5

G. Standar Pelayanan Medis5


1. Anamnesis
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan
pendekatan pasien (patient-centered approach) dalam rangka
memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan harapan pasien
mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh keterangan untuk dapat
menegakkan diagnosis.
2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
Dalam rangka memperoleh tanda-tanda kelainan yang menunjang
diagnosis atau menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga
melakukan pemeriksaan fisik secara holistik; dan bila perlu
menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional, efektif, dan
efisien demi kepentingan pasien semata.
3. Penegakkan Diagnosis dan Diagnosis Banding
Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis
kerja dan beberapa diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan
diagnosis holistik.

12
4. Prognosis
Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan
prognosis pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta
tanda bukti terkini (evidence based).
5. Konseling
Untuk membantu pasien dan keluarga menentukan pilihan terbaik
penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling
dengan kepeduliaan terhadap perasaan dan persepsi pasien (dan
keluarga) pada keadaan di saat itu.
6. Konsultasi
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi
ke dokter lain yang dianggap lebih berpengalaman. Konsultasi dapat
dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter
spesialis, atau dinas kesehatan, demi kepentingan semata.
7. Rujukan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke
dokter lain yang dianggap lebih berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan
kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis,
rumah sakit, atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
8. Tindak lanjut
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk
dapat dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik,
maupun di tempat pasien.
9. Tindakan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan
medis yang rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter
praktik di strata pertama, dan demi kepentingan pasien.
10. Pengobatan Rasional
Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya
dengan rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih
dan terkini, demi kepentingan pasien.

13
11. Pembinaan Keluarga
Pada saat-saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil
lebih baik bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga
menawarkan pembinaan keluarga, termasuk konseling keluarga.

H. PRINSIP-PRINSIP KEDOKTERAN KELUARGA6


1. Komprehensif dan Holistik
Kedokteran keluarga yang komprehensif adalah pelayanan
kedokteran keluarga paripurna yang mencakup upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Kedokteran keluarga yang holistik adalah
pelayanan kedokteran keluarga yang menyeluruh meliputi semua aspek
kehidupan yaitu aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
2. Kontinu
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan
bersinambung, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif
efisien, proaktif, dan terus menerus demi kesehatan pasien.
3. Mengutamakan Pencegahan
Prinsip kedokteran keluarga adalah mengutamakan pencegahan, agar
tidak ada masyarakat yang sakit sehingga masyarakat yang berada di
lingkungan kapitasinya juga tidak ada yang sakit sehingga pelayanan
kedokteran keluarga dapat dikatakan berhasil.
4. Koordinatif dan Kolaboratif
Pelayanan kedokteran keluarga yang koordinatif yaitu adanya
koordinasi jika pasien memerlukan pelayanan spesialistik ataupun
koordinasi dengan keluarga pasien mengenai keadaan pasien. Pelayanan
kedokteran keluarga yang kolaboratif yaitu pelayanan yang bekerja sama
dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, guna
mengefektifkan dan mengefisienkan pelayanan.
5. Personal sebagai bagian integral dari keluarganya

14
Pelayanan kedokteran keluarga yang personal yaitu pasien sebagai
satu individu, sehingga dapat memiliki pelayanan personal yang tidak
berhubungan atau sama dengan anggota keluarga yang lain.
6. Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
Pelayanan kedokteran keluarga harus mempertimbangkan keluarga,
lingkungan kerja, dan lingkungan karena kesembuhan penyakit sangat
dipengaruhi lingkungannya dan sebaliknya penyakit pasien dapat
mempengaruhi lingkungan juga.
7. Menjunjung tinggi etika, moral, dan hukum
Pelayanan kedokteran keluarga harus menjunjung tinggi etika, moral
dan hukum, dimana tidak boleh membeda-bedakan pasien dengan
memandang status sosial, jenis kelamin, jenis penyakit, ataupun sistem
organ yang sakit. Semua adalah pasien yang harus dilayani secara
profesional. Perilaku dokter harus tetap dalam batas-batas kewenangan dan
selalu mentaati kewajiban yang digariskan oleh hukum yang berlaku.
8. Sadar biaya dan sadar mutu
Pelayanan kedokteran keluarga harus mempertimbangkan biaya
yang akan dikeluarkan pasien tetapi tidak boleh menurunkan mutu
pelayanan kepada pasien.
9. Dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan
Pelayanan kedokteran keluarga harus dapat diaudit dan
dipertanggungjawabkan karena merupakan upaya peningkatan kualitas
pelayanan dan sama sekali bukan upaya untuk memata-matai peraktik
dokter. Oleh karena itu, dokter dituntut untuk melakukan pelayanan
kesehatan yang sesuai standar pelayanan agar dapat
dipertanggungjawabkan.

15
BAB III
HASIL KUNJUNGAN RUMAH

A. Tinjauan Kasus
Tanggal Kunjungan I : 16 November 2019
Tanggal Kunjungan II : 23 November 2019
Tanggal Kunjungan III : 30 November 2019
Alamat : Jl. Taman Suropati, Lr. BTN

B. Identitas Pasien
Nama : Nn. NS
Umur : 24 tahun
Alamat : Jl. Kancil, BTN Margahayu
Agama : Islam
Suku : Tolaki

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang tinggal dalam 1 rumah


Kedudukan Umur
Pendidikan Status
No Nama dalam (thn)/ Ket.
terakhir Imunisasi
Keluarga JK
1. Tn. SH Ayah 52/L S2 Tidak diketahui Sehat
2. Ny. G Ibu 49/P S1 Tidak diketahui Sehat
3. Nn. L Kakak Pasien 29/P S1 Lengkap Sehat

4. Nn. NS Pasien 24/P S1 Lengkap Sakit

5. Nn. YT Adik Pasien 10/P TK Lengkap Sehat

6. An. J Adik Pasien 7/L TK Lengkap Sehat


Sumber : Data primer. 2019

16
C. Genogram keluarga

Gambar 5. Genogram keluarga pasien

Keterangan:

: Meninggal

: Meninggal

: Laki-laki

: Perempuan

: Penderita

D. Anamnesis
1. Keluhan Utama: timbul bintik merah yang pedih pada perut kiri
2. Anamnesis Terpimpin
Nn. NS datang ke Puskesmas Poasia dengan timbul bintik merah yang
pedih pada perut kiri. Keluhan ini dirasakan sekitar 5 hari terakhir.
Awalnya pasien mengeluh gatal disertai bintik kemerahan kemudian
menjadi pedih dan seperti melepuh. Pasien sering menggaruk seluruh
tubuhnya hingga tubuhnya lecet dan luka. Demam (-), mual (-), muntah (-
), pusing (-), sakit kepala (-), BAB dan BAK tidak ada kelainan.
 Riwayat penyakit terdahulu

17
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya (-), riwayat Atopi (-), Asma
(-). Riwayat varicella (+)
 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga yang tinggal serumah (-)
 Riwayat pengobatan, belum ada pengobatan yang diberikan

E. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Sakit ringan, kesadaran compos mentis (GCS
E4M6V5)
2. Tanda Vital
a) Tekanan darah : 110/80 MmHg
b) Frekwensi nadi : 84 x/mnt
c) Frekwensi nafas : 20 x/mnt
d) Suhu : 36,7 oC
3. Berat badan : 48 kg
4. Tinggi badan : 148 cm
5. Indeks Massa Tubuh : 22,8 (Normal)
6. Kepala : Bentuk normal, tidak teraba benjolan
7. Kulit : Tampak macula eritema disertai papul dan vesikel pada
perut kiri
8. Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
9. Hidung : Bagian luar hidung tak ada kelainan,sekret (-)
10. Bibir : Kering (-) pecah-pecah (-)
11. Lidah : Lidah kotor (-), tremor (-)
12. Mulut : Pemb. tonsil (-), gusi berdarah (-), stomatitis (-)
13. Telinga : Otore (-)
14. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar.
15. Paru
a) Inspeksi : Simetris kanan dan kiri
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, vokal fremitus kanan=kiri
c) Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru

18
d) Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
16. Jantung
a) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
b) Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
c) Perkusi : Pekak Batas kiri pada linea midclavicularis sinistra
Batas kanan pada linea parasternalis dextra
d) Auskultasi : Bunyi Jantung I/II murni regular
17. Abdomen
a) Inspeksi : Cembung, ikut gerak napas, papul eritema,pustul
b) Auskultasi : Bising usus kesan normal
c) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d) Perkusi : Timpani
18. Ekstremitas
a) Atas : Dalam batas normal
b) Bawah : Dalam batas normal
19. Pemeriksaan Kelenjar limfe
A. Leher; Kanan : Normal Kiri : Normal
B. Axilla Kanan : Normal Kiri : Normal
C. Inguinal Kanan : Normal Kiri : Normal

F. Pemeriksaan Penunjang
Tzank tes : Tidak dilakukan pemeriksaan

G. Diagnosis kerja
Herpes Zoster

H. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Asiklovir 5x800 mg
Betametason salep 0,5%
Cetirizine tablet 10 mg

19
b. Non Farmakoterapi
KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi)
 Meningkatkan kesadaran pasien terhadap kesehatannya, dengan
memotivasi pasien untuk tetap terus beraktivitas atau berolahraga
yang ringan.
 Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien dan meyakinkan
pasien bahwa penyakit yang di derita dapat di kontrol dengan
menghindari pajanan.
 Mengupayakan pasien untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang
bergizi serta berperilaku hidup bersih dan sehat.
 Memberitahu pasien untuk rutin memeriksakan dirinya ke puskesmas.

I. Penyelesaian masalah yang dihadapi pasien


 Edukasi pasien dan keluarga, melakukan edukasi kepada pasien yaitu tidak
menggaruk secara berulang pada bagian tubuh yang gatal. Adapun
penjelasan yang diberikan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai
definisi HZ, faktor resiko, gambaran klinis, dan pengobatan serta
pencegahan, dan menghindari faktor-faktor yang dapat memperberat.
Peran keluarga sangat penting untuk selalu menjaga kesehatan pasien
mulai dari makan, waktu istrahat, kebersihan lingkungan rumah dan
dukungan terhadap penyakit yang diderita oleh pasien.
 Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi agar daya
tahan tubuh baik
 Menganjurkan pasien agar menjaga kebersihan diri dengan mandi minimal
2x sehari dan menggunakan sabun yang melembabkan kulit
 Mengontrol faktor pencetus
 Menyarankan kepada pasien agar selalu berkonsultasi ke dokter atau
Puskesmas terdekat.
 Penatalaksanaan HZ tidak hanya diselesaikan secara medikamentosa,
namun dapat juga dilakukan secara nonmedikamentosa dan pencegahan

20
dari kekambuhan penyakit sangat penting dilakukan, seperti mengurangi
faktor predisposisi.

J. Upaya pencegahan yang disampaikan pada keluarganya (pencegahan


primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier)
1. Pencegahan primer
- Health promotion: penyuluhan tentang HZ pada kulit
- Specific protection: menganjurkan kepada pasien untuk mejaga
kebersihan diri dan kesehatan serta rutin meminum obat sesuai
anjuran dan makan makanan bergizi untuk memaksimalkan
penyembuhan
2. Pencegahan sekunder
- Early diagnosis: melakukan diagnosis secara cepat terhadap pasien
yang dicurigai mengalami HZ.
- Prompt treatment: Melakukan penatalaksanaan terhadap pasien
dengan memberikan salep kortikosteroid.
3. Pencegahan tersier
- Disability limitation: Memberikan obat anti pruritus dan analgetik
berupa cetirizine dan parasetamol untuk mengurangi gejala gatal
serta nyeri pada pasien agar aktivitas sehari-hari tidak terganggu.
- Rehabilitation:
a. menganjurkan kepada pasien untuk menjaga kekebalan tubuh
dengan cara mengkonsumsi makanan yang bergizi agar tidak
rentan terhadap penyakit
b. menganjurkan kepada pasien untuk menjaga kebersihan diri agar
terhindar dari infeksi.
c. Bersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun yang melembabkan
dan air yang bersih
K. Diagnosis Holistik
a. Aspek personal
Pasien datang berobat ke Puskesmas dengan harapan rasa sakit yang

21
dirasakan dapat berkurang dengan bantuan dokter.
b. Aspek risiko internal
Faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien yaitu:
pasien kurang mengetahui hal-hal yang menjadi factor pencetus dari
penyakit yang diderita pasien.
c. Aspek psikososial keluarga
- Hubungan antar anggota keluarga baik. Semua masalah yang ada
Selalu dibicarakan dengan baik-baik dan keputusan diambil
berdasarkan hasil musyawarah atau kesepakatan bersama.

L. Diagnosis sosial, ekonomi, pencarian pelayanan kesehatan dan perilaku

a. Sosial - Hubungan keluarga dengan tetangga atau orang sekitar


baik, saling membantu jika ada kesulitan
- Tidak ada masalah di rumah, maupun di masyarakat.
- Pendidikan tertinggi pada keluarga tersebut yaitu S2.
b. Ekonomi Dari segi ekonomi pasien termasuk golongan ekonomi
. yang baik dimana orang tua pasien mempunyai
pengahasilan tetap (± 7.000.000/bulan), pasien tinggal di
rumah sendiri bersifat permanen, dan memiliki
kendaraan motor.
c. Penggunaan Jika salah satu anggota keluarga sakit maka lebih sering
pelayanan ke Puskesmas.
kesehatan
d. Perilaku Belum menerapkan pola hidup yang sehat, yaitu sering
yang tidak makan-makanan cepat saji.
menunjang
kesehatan.
M. Kegiatan yang dilakukan saat kunjungan rumah
a. Kunjungan rumah pertama (16 November 2019)
 Meninjau keadaan kediaman pasien
 Mencari informasi tentang penyakit pasien yang sekarang maupun
yang terdahulu dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

22
 Melakukan pendekatan pada pasien dan anggota keluarga
 Menggali informasi tentang keluarga pasien
 Memantau kondisi dan lingkungan rumah
 Menyarankan kepada pasien untuk memeriksakan diri sesuai instruksi
dari petugas puskesmas
 Menyarankan kepada pasien agar menggunakan obat sesuai anjuran
dokter dan selalu berkonsultasi ke dokter atau puskesmas terdekat.
b. Kunjungan rumah kedua (23 November 2019)
 Melakukan edukasi dan diskusi bersama pasien dan keluarga
mengenai definisi, penyebab, pemeriksaan yang dibutuhkan, terapi
dengan gaya hidup dan obat, pencegahan serta komplikasi dari
penyakit yang diderita.
 Menyarankan kepada pasien agar minum obat teratur dan selalu
berkonsultasi ke dokter atau puskesmas terdekat.
c. Kunjungan rumah ketiga (30 November 2019)
 Melakukan evaluasi terhadap perkembangan penyakit pasien dan
efektivitas penatalaksanaan yang diberikan.
 Melakukan evaluasi terhadap efek samping obat anti pruritus serta
terapi topikal yang diberikan.
 Melakukan evaluasi terhadap hasil edukasi yang diberikan apakah
dilaksanakan sesuai anjuran dan bagaimana pengaruhnya terhadap
penyakit pasien.
 Pasien sudah mengetahui tentang HZ, penyebab, faktor resiko, gejala
serta pencegahan untuk terhindar dari penyakit tersebut
N. Prognosis HZ
Secara umum prognosis dari pasien ini adalah:
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam

23
O. Data Sarana Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan Kehidupan
Keluarga
Kesimpulan tentang
Faktor Keterangan faktor pelayanan
kesehatan
Sarana pelayanan
kesehatan yang
Puskesmas Memuaskan
digunakan oleh
keluarga
Cara mencapai sarana
pelayanan kesehatan Mengendarai motor Memuaskan
tsb
Tarif pelayanan
(sangat mahal,mahal, Gratis karena
kesehatan yang
terjangkau, murah, gratis) mamiliki BPJS
dirasakan
Kualitas pelayanan
(sangat baik, baik, biasa,
kesehatan yang Baik
kurang baik, buruk)
dirasakan

P. Lingkungan Tempat Tinggal

Kepemilikan rumah : Milik sendiri, bersih, agak kurang rapi,

Daerah perumahan : halaman terdapat pohon dan bunga

(Sedang, padat, berdekatan, bersih)

Karakteristik rumah dan lingkungan Rumah pribadi

Luas rumah : 10 m x 10 m

Bertingkat / tidak Tidak Bertingkat

Jumlah penghuni rumah : 6 orang

Luas halaman rumah : 4 m x 1,5m

Kondisi halaman : Bersih

Lantai rumah dari : Tehel

24
Dinding rumah dari : Batu Bata

Kondisi dalam rumah : Bersih

Sumber air Sumur Bor

Q. Pola Hidup Keluarga


1. Pola kesehatan
1. Bila anggota keluarga sakit berobat ke Puskesmas.
2. Menjaga higienitas tubuh dengan mandi minimal 2x sehari dengan
menggunakan sabun yang melembabkan kulit.
3. Tidak menggaruk ditempat lesi
4. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat di rumah dan di lingkungan
sekitar
2. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola makan dan makanan
 Semua anggota keluarga makan 3x sehari
- Sarapan : nasi putih, ikan, sayur
- Makan siang : nasi putih, ikan, sayur, buah pisang
- Makan malam : nasi putih, ikan, sayur, buah pisang
 Penyediaan makanan : goreng dan rebus, namun lebih sering di
goreng.
 Air minum : beli air galon
b. Pola kebersihan
 Mandi 2x/hari. Ganti baju dan pakaian 1-2x/hari.
 Mencuci tangan dengan sabun saat makan.
 Mencuci pakaian sekali seminggu.
 Sumber air untuk mencuci dan mandi yaitu Sumur Bor.

25
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang telah dilakukan
pada pasien ini maka dapat didiangnosis Herpes Zoster
1. Faktor Penyebab : Reaktivasi dari Varicella, Daya tahan tubuh menurun
2. Peranan keluarga : mengingatkan kepada keluarga pasien untuk
menghindari faktor risiko yang dapat memperberat gejala dari Herpes
Zoster
B. Saran
 Saran kepada petugas kesehatan
Perlunya diadakan kegiatan-kegiatan penyuluhan mengenai penyakit kulit
khususnya penyakit Herpes Zoster.
 Saran kepada pasien dan keluarganya
Menjaga pola hidup bersih dan sehat di lingkungan rumah seperti mandi
minimal 2x sehari, menggunakan sabun yang melembabkan kulit, tidak
mandi menggunakan air panas, tidak menggaruk lesi agak tidak terjadi
infeksi sekunder. Segera memeriksakan diri ke puskesmas apabila
dicurigai terjadi infeksi seperti yang sudah dijelaskan.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Lubis RD. 2008. Varicella dan Herpes Zoster. Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatra Utara: Badan Penerbit FK USU
2. Wehrhahn MC. 2012. Herpes zoster: epidemiology, clinicalfeatures, treatment
and prevention. Institute of Clinical Pathology and MedicalResearch
Westmead Hospital Sydney: Australia.
3. Arvin ANN M. 2011. Varicella-Zoster Virus. Departments
Microbiology/Immunology, Stanford University School of Medicine, Stanford
:California
4. Adiwinata R, Suseno E., 2016. Peran Vaksinasi dalam Pencegahan Herpes
Zoster. Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya,
Jakarta: Indonesia
5. Cohen J. 2016. Herpes Zoster. Medical Virology Section, Laboratory of
Infectious Diseases, National Institutes of Health,Bethesda: Maryland

27
Lampiran 1

DOKUMENTASI KEGIATAN KEDOKTERAN KELUARGA

a. Kunjungan I

Gambar 1. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik kepada pasien

Gambar 2. Gambaran Klinis pasien


b. Kunjungan II

Gambar 3. Melakukan penyuluhan tentang Herpes Zoster

28
c. Kunjungan III

Gambar 4. Mengevaluasi hasil penyuluhan yang telah dilakukan


d. Kondisi rumah pasien

Gambar 5. Kamar tidur di rumah pasien

Gambar 6. Dapur dirumah pasien

29
Gamber 8. Kamar Mandi Pasien

30

Anda mungkin juga menyukai