Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“ KEPERAWATAN MATERNITAS “

Dosen pengampu :Eka Rora Suci Wisudawati,S.Kep,Ners,M.kep

Disusun oleh : Kelompok II

Nama : Amien Saputra (21220003)

Della Putri Friska (21220007)

Dita Amelia (21220009)

Ulva Rachmawati (21220028)

Tutut Riyani (21220026)

YAYASAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN KADER BANGASA

UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG

FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021-2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.Sebelumnya terimakasih kepada
teman-teman yang telah membantu dan ikut bekerjasama selama proses penulisan laporan ini.
Dan tak lupa kami ucapkan terimakasih pada Ibu Eka Rora Suci
Wisudawati,S.kep,Ners,M.kep selaku Dosen yang telah memberikan waktu dan kesempatan,
sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini yang berjudul “ keperawatan Maternitas“
sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna masih banyak
kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan. Hal ini disebabkan keterbatasan kami. Maka
dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
makalah selanjutnya.

Semoga apa yang telah kami sampaikan dalam makalah ini bisa mengandung banyak
manfaat, khususnya bagi kami yang masih dalam tahap belajar, dan umumnya bagi semua
pembaca.

Palembang,19 Mei 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................................... ……………………

KATA PENGANTAR………………………………………………………..……………..….………………….I

DAFTAR ISI...........................................................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.…………………………………………………..…….................................1
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………..………..…............................1
C. TUJUAN……………………………………………………………………….…………………….I
D. MANFAAT………………………………………………………….…..……….…………………2

BAB II KONSEP TEORI……….............................................................................................................................3

A. PENGERTIAN SAFILIS………..…….………..………………….………......................................3
B. ETIOLOGI SAFILIS…………...…….…..………………………………………………………3-4
C. PATOFISIOLOGI SAFILIS……………….………………………………………………………..4
D. TANDA DAN GEJALA SAFILS………………………………............................................4-5-6-7
E. KLASIFIKASI SAFILIS……………………………………………….…………........................8-9
F. KOMPLIKASI SAFILIS……………………………………………………………………………9
G. PENULARAN SAFILIS…………………………………………………………………………...10
H. DIAGNOSIS SAFILIS…………………………………………………………………………1011
I. PENATAKLAKSANAAN DAN TERAPI SAFILIS……………………………………….…11-12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................................................13

A. KASUS………………………………………………………………………,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,….13
B. ANALISA DATA………………………………………………………….…………………………14
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN……………………………………………………………………14-15
D. INTERVENSI KEPERAWATAN……………………………………….……………………...15-16-17
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN……………………………………............................17-18-19-20

BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………………………………21

A. KESIMPULAN........................................................................................................................................21
B. SARAN………………………………………………………………………….……………………...21

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit sifilis atau yang dikenal dalam istilah indonesia disebut raja singa, penyakitini
tidak dapat diabaikan karena merupakan penyakit yang berat. Hampir semua alat tubuhdapat
diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita hamil yangmenderita
sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifiliskonginetal yang
dapat menyebabkan kelainan bawaan dan kematianSelama beberapa waktu, sifilis telah
keluar dari pandangan, pikiran, dan memori,Tetapi insiden di dunia Barat sekarang telah
bangkit lagi dan bisa sekali lagi menjadi masalahkesehatan utama.

Perubahan ini telah mengikuti jumlah meningkat pesat manusia Immunodeficiency Virus
(HIV) positif di seluruh dunia, bersama dengan kedatangan wisatawan kesehatan, ekonomi
migran, pencari suaka, dan ketersediaan mudah murah perjalanan.Sama seperti sifilis tetapi
menghilang sebagai sebuah entitas dalam memori kerja besar sebagian dokter anestesi, maka
tiba-tiba muncul kembali sebagai kondisi yang ada padawanita menyajikan operasi untuk SC.
Gambar 1 menunjukkan perubahan kejadian sifilis diInggris selama 10 tahun terakhir.
Tinjauan ulang ini dimaksudkan menginformasikan untukdokter anestesi merawat wanita
dengansifilis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penyakit sifilis ?
2. Apa etiologi dari penyakit safilis ?
3. Patofisologi dari penyakit safilis ?
4. Tanda dan gejala dari penyakit safilis ?
5. Klasifikasi dari penyakit safilis ?
6. Komplikasi dari penyakita safilis ?
7. Penularan dari penyakit safilis ?
8. Diagnosis dari penyakit safilis ?
9. Penataklaksanaan dan terapi safilis ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Apa itu penyakit sifilis

1
2. Mengetahui Apa etiologi dari penyakit safilis
3. Mengetahui Patofisologi dari penyakit safilis
4. Mengetahui Tanda dan gejala dari penyakit safilis
5. Mengetahui Klasifikasi dari penyakit safilis
6. Mengetahui Komplikasi dari penyakita safilis
7. Mengetahui Penularan dari penyakit safilis
8. Mengetahui Diagnosis dari penyakit safilis
9. Mengetahui Penataklaksanaan dan terapi safilis

D. Manfaat
1. Manfaat bagi penulis, Makalah ini memberikan pengetahuan tentang Keperawatan
Maternitas
2. Manfaat dalam pembaca Makalah dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran atau
menambah wawasan tentang Keperawatan Maternitas

2
BAB II

KONSEP TEORI

A. Pengertian safilis

Penyakit Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS). Lesi sifilis biasa
terlihat jelas ataupun tidak terlihat dengan jelas. Penampakan lesi bisa dipastikan hampir
seluruhnya terjadi karena hubungan seksual.Penyakit ini bisa menular jika ia melakukan
hubungan seksual dengan wanita lainnya. Namun tidak hanya sebatas itu, seorang ibu yang
sedang hamil yang telah tertular penyakit ini bisa menularkannya kepada janinnya. Sifilis
juga dapat diartikan sebagai penyakiti infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum,
merupakan penyakit kronis dan dapat menyerang seluruh organ tubuh dan dapat ditularkan
pada bayi di dalam kandungan melalui plasenta.Efek sipilis pada kehamilan dan janin
tergantung pada lamanya infeksi tersebutterjadi, dan pada pengobatannya.

Jika segera diobati dengan baik, maka ibu akan melahirkan bayinya dengan keadaan sehat.
Tetapi sebaliknya jika tidak segera diobati akan menyebabkan abortus dan partus prematurus
dengan bayi meninggal di dalam Rahim atau menyebabkan sipilis kongenital. Sifilis
Kongenital terjadi pada bulan ke-4 kehamilan.Apabila sifilis terjadi pada kehamilan tua,
maka plasenta memberi perlindungan terhadap janin sehingga bayi dapat dilahirkan dengan
sehat. Dan apabila infeksi sifilis terjadisebelum pembentukan plasenta maka harus dilakukan
pengobatan dengan segera, sehingga kemungkinan infeksi pada janin dapat dicegah.

B. Etiologi safilis

Penyebab infeksi sifilis yaitu Treponemapallidum.Treponemapallidum merupakan salah satu


bakteri spirochaeta. Bakteriini berbentuk spiral. Ditemukan empat subspecies yang sudah
ditemukan,yaitu Treponemapallidumpallidum, Treponemapallidum pertenue
Treponemapallidum carateum,dan Treponemapallidum Endemicum.
Treponemapallidumpallidum merupakan spirochaeta yang bersifat Gerakannya yang
umumnya menginfeksi melalui kontak seksual langsung, masuk itu ditubuh Ibu melalui celah
dari diantara selepitel.Organisasi ini juga dapat menyebabkan sifilis.ditularkan kejanin
melalui jalur transplasental selama waktu akhir kehamilan. Struktur tubuhnya yang berupa
suara memungkinkan Treponemapallidumpallidum bergerak dengan ayam gerakan yang
spesial untuk enggrs Dari dimedium kental seperti pemberi pinjaman(mucus).Dengan

3
demikian organisasi ini dapat mengakses sampai itu sistem sirkulasi darah dan getah Bening
melalui jaringan dan selaput mukosa.

C. Patofisiologi

Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik.Hampir semua alat tubuh
dapat terserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita Hamil yang
menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya itu janin sehingga menyebabkan sifilis
bawaan yang dapat menyababkan kelainan bawaan atau bahkan kematian. Jika cepat
terdeteksi dan diobati, sifilis dapat disembuhkan dengan antibiotik. Tetapi jika tidak
diobati,sifilis dapat berkembang itu fase selanjutnya dan tersebar luas itu bagian tubuh yang
lain dari luar alat kelamin.

D. Tanda dan Gejala

Gejala biasanya mulai terapung diwaktu 1-13 pekan setelah terinfeksi kecepatan 3-4pekan.
Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkan kerusakan
jantung,kerusakan otak maupun kematian. Infeksi dengan Treponemapallidum berkembang
melalui 4 tahapan.

1. Fase Primer :

Terbentuk Luka atau ulkus yang tidak Nyeri (Cantgker) pada tempat yang terinfeksi yang
tersering adalah pada penis, Vulva atau vagina. Chancre juga bisa ditemukan dari dubur,
dubur, bibir, lidah, tenggorokan , leherRahim , Jari-jari tangan atau bagian tubuh lainnya.
Biasanya penderita hanya memiliki1ulkus, tetapi kadang-kadang terbentuk beberapa
ulkus.Chancre berawal sebagai suatu daerah mengingatkan kecil yang dengan segera akan
berubah menjadi suatu ulkus (Lukamembuka), tanpa disertai Nyeri. Luka tersebut tidak
memulangkan darah, tetapi jika digaruk akan memulangkan Cair sebuah jernih yang sangat
menular. Kelenjar getah Bening di dekat sini biasanya akan tumbuh, juga tanpa disertai
Nyeri.Luka tersebut hanya menyebabkan sedikit gejala sehingga sering kali tidak
diabaikan.Luka biasanya membaik diwaktu 3-12 pekan dan sesudahnya penderita tampak
sehat secara utuh.

2. FaseDetik :

Fase detik biasanya dimulai dengan suatu bodoh kulit , yang muncul diwaktu 6-12 pekan
setelah terinfeksi. Bodoh ini bisa berlangsung hanya sebentar atau selama beberapa bulan.

4
Meskipun tidak diobati, bodoh ini akan menghilang. Tetapi beberapa pekan atau bulan
kemudian akan muncul bodoh yang Baru. Pada fase detik sering ditemukan Luka dari mulut.
Sekitar 50% penderita memiliki pembesaran kelenjar getah Bening dari seluruh tubuhnya dan
sekitar 10% menderita peradangan perempuan. Peradangan perempuan biasanya tidak
menimbulkan Gejala, tetapi kadang-kadang terjadi pembengkakan saraf perempuan sehingga
penglihatan menjadi kabur. Sekitar 10% penderita mengalami peradangan pada tulang dan
Kirim yang disertai Nyeri. Peradangan ginjal bisa menyebabkan bocornya protein itu diudara
kemih. Peradangan hati bisa menyebabkan rasa sakit kuning (penyakit kuning).Sejumlah
kecil penderita mengalami peradangan pada selaput otak (Meningitis Sifilitik akut),yang
menyebabkan rasa sakit Kaku kuduk dan ketulian.

Dari daerah perbatasan kulit dan selaput tanah serta dari daerah kulit yang lembab,bisa
terbentuk daerah yang menonjol (kondilomaLata). Daerah ini sangat infeksius (menular) dan
bisa kembali horisontal serta berubah menjadi Merah Jambu lebih dalam atau abu-
Abu.Rambut mengalami kerontokan dengan ayam tertentu, sehingga pada kulit kepala
tampak gambaran seperti digigit ngengat. Gejala lainnya adalah merasa tidak enak banyak
(rasa tidak enak), kehilangan nafsu makan makan, mual, lelah, demam dan anemia.

3. FasePergi :

Setelah penderita sembuh dari fase detik, penyakit akan memasuki fase pergi dimana
tidak melihat gejala identik sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun atau puluhan
tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada lebih awal fase pergi kadang-kadang
Luka yang infeksi kembali muncul.

4. FaseTersier :

Pada fase tersier penderita tidak lain menularkan penyakitnya. Gejala bervariasi mulai
ringan sampai sangat parah.Gejala ini terbagi menjadi 3 kelompok utama :

 Sifilis tersier sebaliknya.

Pada saat ini jarang ditemukan. Benjolan yang disebut gusi muncul dari berbagai organ
tumbuhnya Perlahan – lahan, sembuh secara bertahap dan mengabaikan jaringan bekas luka.
Benjolan ini bisa ditemukan dari hampir semua bagian tubuh, tetapi yang paling sering adalah
pada mengais dibawah lutut, Batang tubuh bagian di atas, wajah dan kulit kepala. Tulang

5
juga bisa terkena, menyebabkan Nyeri menusuk yang sangat di yang biasanya semakin
memburuk dari malam hari.

 Sifilis kardiovaskuler

Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi lebih awal. Bisa terjadi aneurismaaorta atau
kebocoran katupaorta.Hal ini bisa menyebabkan Nyeri Dada, gagal jantung atau kematian.

 Neurosifilis

Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang tidak diobati. 3 jenis utama
dari neurosifilis adalah neurosifilis Meningovasculrs, neurosifilis paretic dan Neurosifilis
tabetic.

1. Neurosifilis meningovaskuler

Merupakan suatu bentuk meningitis kronis. Gejala yang terjadi tergantung kebagian yang
terkena, apakah otak saja atau otak dengan sumsum belakang spinalis :

 Jika hanya otak yang terkena akan terapung rasa sakit kepala, pusing, konsentrasi yang
buruk, kelelahan dan lebih sedikit energi, sulit sedang tidur,Kaku kuduk, melihat kabur ,
kelainan mental, kejang, pembengkakan saraf perempuan (papiledema), kelainan murid,
gangguan berbicara (afasia) dan kelumpuhan anggota gerak pada setengah banyak.
 Jika menyerang otak dan sumsum belakang spinalis gejala berupa kesulitan
dimengunyah, menelandan berbicara kelemahan dan penciutan otot bahu dan tangan
kelumpuhan disertai kejang otot (ParalisaSpastis) ketidak mampuan untuk kosong
kandung kemih dan peradangan sebagian dari sumsum belakang spinalis yang
menyebabkan hilangnya pengen dalianterhadap kandung kemih serta kelumpuhan
mendadak yang terjadi ketika otot dikondisi menurun(Paralisaflasid).
2. Neurosifilis Paretik :

Juga disebut kelumpuhan luas pada rakyat Gila. Berawal secara bertahap sebagai
perubahan perilaku pada usia 40-50 tahun. Secara lambat milik mereka mulai mengalami
demensia. Gejalanya berupa kejang, kesulitan di berbicara, kelumpuhan setengah banyak
yang bersifat sementara, sederhana tersinggung, kesulitan diberkonsentrasi, kehilangan
Penyimpanan, rasa sakit kepala, sulit sedang tidur,lelah,letargi,kemunduran dikebersihan diri
sendiri dan kebiasaan berpakaian,perubahan suasana jantung, lemah dan lebih sedikit
energi,depresi,imajinasi akan kebesaran dan penurunan persepsi.

6
3. Neurosifilis tabetic

Disebut juga tabes dorsalis. Merupakan suatu penyakit medulla spinalis yang progresif,
yang timbul secara bertahap. Gejala awalnya berupa nyeri menusuk yang sangat hebat pada
tungkai yang hilang-timbul secara tidak teratur. Penderita berjalan dengan goyah, terutama
dalam keadaan gelap dan berjalan dengan kedua tungkai yang terpisah jauh, kadang sambil
mengentakkan kakinya. Penderita tidak dapat merasa ketika kandung kemihnya penuh
sehingga pengendalian terhadap kandung kemih hilang dan sering mengalami infeksi saluran
kemih. Bisa terjadi impotensi. Bibir, lidah, tangan dan seluruh tubuh penderita gemetaran.
Tulisan tangannya miring dan tidak terbaca. Sebagian besar penderita berperawakan kurus
dengan wajah yang memelas. Mereka mengalami kejang disertai nyeri di berbagai bagian
tubuh, terutama lambung. Kejang lambung bisa menyebabkan muntah. Kejang yang sama
juga terjadi pada rektum, kandung kemih dan pita suara. Rasa di kaki penderita berkurang,
sehingga bisa terbentuk luka di telapak kakinya. Luka ini bisa menembus sangat dalam dan
pada akhirnya sampai ke tulang di bawahnya. Karena rasa nyeri sudah hilang, maka sendi
penderita bisa mengalami cedera.

 Gejala sifilis kongenital (kelainan kongenital dini)

Kelainan kongenital dini :

1. Makulopapular pada kulit


2. Retinitis
3. Terdapat tonjolan kecil pada mukosa
4. Hepatosplenomegali
5. Ikterus
6. Limfadenopati
7. Osteokondrosis
8. Kordioretinitis
9. Kelainan pada iris mata

Kelainan kongenital terlambat (lanjut) :

1. Gigi hutchinnson
2. Gambaran mulberry pada gigi molar
3. Keratitis intertinal
4. Retaldasi mental

7
5. Hidrosefalus

E. Klasifikasi

Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder, laten dan tersier. Tiap
stadium perkembangan memiliki gejala penyakit yang berbeda-beda dan menyerang organ
tubuh yang berbeda-beda pula.

1. Stadium Dini atau I (Primer) Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat
masuknya Treponema pallidum. Lesi pada umumnya hanya satu. Terjadi afek primer
berupa penonjolan-penonjolan kecil yang erosif, berkuran 1-2 cm, berbentuk bulat,
dasarnya bersih, merah, kulit disekitarnya tampak meradang, dan bila diraba ada
pengerasan. Kelainan ini tidak nyeri. Dalam beberapa hari, erosi dapat berubah menjadi
ulkus berdinding tegak lurus, sedangkan sifat lainnya seperti pada afek primer. Keadaan
ini dikenal sebagai ulkus durum. Sekitar tiga minggu kemudian terjadi penjalaran ke
kelenjar getah bening di daerah lipat paha. Kelenjar tersebut membesar, padat, kenyal
pada perabaan, tidak nyeri, tunggal dan dapat digerakkan bebas dari sekitarnya. Keadaan
ini disebut sebagai sifilis stadium 1 kompleks primer. Lesi umumnya terdapat pada alat
kelamin, dapat pula di bibir, lidah, tonsil, putting susu, jari dan anus. Tanpa pengobatan,
lesi dapat hilang spontan dalam 4-6 minggu, cepat atau lambatnya bergantung pada besar
kecilnya lesi .
2. Stadium II (Sekunder) Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul, sifilis stadium
I sudah sembuh. Waktu antara sifilis I dan II umumnya antara 6-8 minggu. Kadang-
kadang terjadi masa transisi, yakni sifilis I masih ada saat timbul gejala stadium II. Sifat
yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal. Gejala konstitusi seperti nyeri kepala,
demam, anoreksia, nyeri pada tulang, dan leher biasanya mendahului, kadang-kadang
bersamaan dengan kelainan pada kulit. Kelainan kulit yang timbul berupa bercak-bercak
atau tonjolan-tonjolan kecil. Tidak terdapat gelembung bernanah. Sifilis stadium II
seringkali disebut sebagai The Greatest Immitator of All Skin Diseases karena bentuk
klinisnya menyerupai banyak sekali kelainan kulit lain. Selain pada kulit, stadium ini juga
dapat mengenai selaput lendir dan kelenjar getah bening di seluruh tubuh.
3. Sifilis Stadium III Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah
infeksi. Guma umumnya satu, dapat multipel, ukuran milier sampai berdiameter beberapa
sentimeter. Guma dapat timbul pada semua jaringan dan organ, termasuk tulang rawan
pada hidung dan dasar mulut. Guma juga dapat ditemukan pada organ dalam seperti

8
lambung, hati, limpa, paru-paru, testis dll. Kelainan lain berupa nodus di bawah kulit,
kemerahan dan nyeri.
4. Sifilis Tersier Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis kardiovaskuler dan
neurosifilis (pada jaringan saraf). Umumnya timbul 10-20 tahun setelah infeksi primer.
Sejumlah 10% penderita sifilis akan mengalami stadium ini. Pria dan orang kulit
berwarna lebih banyak terkena. Kematian karena sifilis terutama disebabkan oleh
stadium ini. Diagnosis pasti sifilis ditegakkan apabila dapat ditemukan Treponema
pallidum. Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop lapangan gelap sampai 3 kali
(selama 3 hari berturut-turut). Tes serologik untuk sifilis yang klasik umumnya masih
negatif pada lesi primer, dan menjadi positif setelah 1-4 minggu. TSS (tes serologik
sifilis) dibagi dua, yaitu treponemal dan non treponemal. Sebagai antigen pada TSS non
spesifik digunakan ekstrak jaringan, misalnya VDRL, RPR, dan ikatan komplemen
Wasserman/Kolmer. TSS nonspesifik akan menjadi negatif dalam 3-8 bulan setelah
pengobatan berhasil sehingga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan pengobatan.
Pada TSS spesifik, sebagai antigen digunakan treponema atau ekstraknya, misalnya
Treponema pallidum hemagglutination assay (TPHA) dan TPI. Walaupun pengobatan
diberikan pada stadium dini, TSS spesifik akan tetap positif, bahkan dapat seumur hidup
sehingga lebih bermakna dalam membantu diagnosis.

F. Komplikasi
1. Komplikasi Pada Janin Dan Bayi

Dapat menyebabkan kematian janin, partus immaturus dan partus premature. Bayi dengan
sifilis kongenital memiliki kelainan pada tulang, gigi, penglihatan, pendengaran, gangguan
mental dan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, setiap wanita hamil sangat dianjurkan
untuk memeriksakan kesehatan janin yang dikandungnya. Karena pengobatan yang cepat dan
tepat dapat menghindari terjadinya penularan penyakit dari ibu ke janin.

2. Komplikasi Terhadap Ibu


 Menyebabkan kerusakan berat pada otak dan jantung
 Kehamilan dapat menimbulkan kelainan dan plasenta lebih besar, pucat, keabu-abuan dan
licin
 Kehamilan <16 minggu dapat menyebabkan kematian janin
 Kehamilan lanjut dapat menyebabkan kelahiran prematur dan menimbulkan cacat.

9
G. Penularan

Sifilis bisa ditularkan atau diturunkan dari seorang ibu kepada anak dalam kandungannya.
Sipilis kongenital, melalui infeksi transplasental terjadi pada saat janin berada di dalam
kandungan ibu yang menderita sifilis. Penularan karena mencium atau pada saat menimang
bayi dengan sifilis kongenital jarang sekali terjadi.

Cara penularan sifilis lainnya antara lain melalui transmisi darah. Hal ini bisa terjadi jika
pendonor darah menderita sifilis pada stadium awal. Ada lagi kemungkinan penularan cara
lain, yaitu penularan melalui barang-barang yang tercemar bakteri penyebab sifilis,
Treponema pallidum, walaupun itu baru secara teoritis saja, karena kenyataannya boleh
dikatakan tidak pernah terjadi.

Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa resiko penularan penyakit syphilis
dapat terjadi jika :

1. Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap penyakit sifilis, jika tidak
(pernah) melakukan hubungan seksual aktif dengan penderita sifilis maka dia tidak akan
punya resiko terkena penyakit ini.
2. Ibu menderita sifilis saat sedang mengandung kepada janinnya lewat transplasental .
3. Lewat transfusi darah dari darah penderita sifilis.

H. Pengaruh Terhadap Kehamilan

Sifilis yang terjadi pada ibu yang hamil dapat mempengaruhi proses kehamilannya dan janin.
Berikut ini adalah pengaruh sifilis terhadap kehamilan yaitu :

1. Infeksi pada janin terjadi setelah minggu ke 16 kehamilan dan pada kehamilan dini,
dimana Treponema telah dapat menembus barier plasenta.
2. Akibatnya kelahiran mati dan partus prematurus.
3. Bayi lahir dengan lues konginetal : pemfigus sifilitus, diskuamasi telapak tangan-kaki,
serta kelainan mulut dan gigi.
4. Bila menderita baru 2bulan terakhir tidak akan terjadi lues kongenital.

I. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Diagnosis pasti ditegakkan


berdasarkan hasil pemeriskaan laboratorium dan pemeriksaan fisik. Infeksi pada janin terjadi
minggu 16 kehamilan dapat terjadi; partus prematurus, kelahiran mati, cacat bawaan pada
janin.

10
Diagnosis pada ibu hamil agak sulit di tegakkan karena pada ibu hamil terjadi perubahan
hormon. Diagnosis dapat ditegakkan :

1. Pemeriksaan serologik: VDRL (veneral diesses research laboratory).


2. Dengan mempergunakan lapangan gelap, untuk membuktikan langsung terdapat
spirokaeta treponea palidum.
3. Fungsi lumbal untuk membuktikan neurosifilis.

J. Penatalaksanaan dan Terapi

Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaiknya sebelum hamil atau
pada triwulan I untuk mencegah penularan terhadap janin. Suami harus diperiksa dengan
menggunakan tes reaksi wasserman dan VDRL, bila perlu diobati dangan terapi penisilin G
injeksi. Penting untuk diketahui dalam pemilihan obat-obatan untuk ibu hamil perlu
memperhatikan pengaruh buruk yang akan terjadi pada janinya. Sedangkan jenis pinisilin
dan eritrosin merupakan obat untuk ibu hamil yang tidak memberikan efek atau pengaruh
buruk terhadap janinnya. Berikut ini adalah table terapi atau pengobatan Sifilis pada ibu
yang sedang hamil. Terapi Infeksi Sifilis Pada Kehamilan Tingkat Penyakit Alternatif Terapi
Dasar Terapi Infeksi Primer, Infeksi Sekunder.

1. Fase Laten kurang dari 1 tahun


 Penisilin G Benzathine 2,4 juta unit IM • Eritromisin PO 500 mg/ 4 kali/ selama 15hari
 Cefriaxone IM 250 mg/ 4 kali selama 15 hari

2. Sifilis laten lebih dari 1 tahun


 Penisilin G Benzathin 2,4 juta IM/ 3 kali dalm seminggu Eritromisin 500 mg/ 4 kali/ hari
selama 30 hari

3. Kardiovasculer atau neuro sifilis


 Pinisilin cristal G 2,4 juta unit setiap 4 hari selama 10 sampai 14 hari diikuti pinisilin G
Benzathin secara IM 2,4 juta unit
 procain G secara IM setiap hari 2,4 juta unit ditambah probenecid 500 mg sebanyak 4
kali/ hari selama 10-14 hari kemudian diikuti penisilin G Benzatin sebanyak 2,4 juta unit
secara IM Sebenarnya penisilin merupakan obat pilihan Anjuran pengobatan sifilis yang
harus dilakukan pada ibu hamil stadium primer, sekunder, atau laten durasi kurang dari 1
tahun dapat diberikan pengobatan utama yaitu penisilin G Benzathin 2,4 juta unit secara
IM. Tetapi jika ibu mengalami alergi dapat diganti dengan Eritomisin 500 ng PO selama
15 hari serta setriakson 250 mg secara IM selama 10 hari.
Sedangkan pada Sifilis laten durasi lebih dari 1 tahun atau sifilis kardiovasculer diberikan
obat utama penisilin G Benzathin 2,4 juta unit secara IM setiap minggu 3x, tetapi jika ibu
mengalami alergi penisilin dapat diganti dengan Eritromicin 500 ng PO selama 30 hari.
Sedangkan pada Neurosifilis diberikan pengobatan utama pinisilin G akueous kristalin
2,4 juta unit 4x selama 10-14 hari diikuti dengan penisilin G Benzethin 2,4 juta unit
secara IM. Atau dapat diberi pinisilin G akueous prokain 2,4 juta unit IM setiap hari

11
dengan probenesid 500 mg PO selama 10-14 hari, kemudian diikuti dengan penisilin G
Benzethin 2,4 juta secara IM

12
BAB II1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SIFILIS

Tuan S. berumur 37 tahun mengatakan nyeri pada daerah genitalia dari semenjak 2 bulan
terakhir. Rasa nyeri bertambah parah setelah beraktivitas dan pada saat malam hari. Tuan
S juga mengeluhkan gejala-gejala flu, seperti demam dan pegal-pegal, serta kemerahan
pada kaki dan tangan.
Tuan S. bekerja sebagai wiraswastawan dan sering bepergian ke luar kota dalam jangka
waktu yang lama. berpisah dengan anak dan istrinya. Tn. S kadang-kadang memenuhi
kebutuhan seksnya dengan pekerja seks komersial dan tidak suka menggunakan kondom
karena tidak nyaman. Tn. S juga masih tetap melakukan hubungan seksual dengan
istrinya apabila pulang.
Tn. S merasa cemas kalau dirinya mungkin mengidap penyakit sifilis dan sebelumnya
juga pernah menderita infeksi pada genitalia. Tn. S mengakui tidak teratur minum obat
karena lupa. Tn. S juga khawatir menularkan penyakitnya kepada istrinya, serta merasa
sangat bersalah.
Pemeriksaan tanda vital: TD=120/90 mmHg. N=88x/menit. RR = 22x/menit, suhu = 380
C. Pada pemeriksaan genitalia, pada daerah genitalia keadaannya tidak bersih terdapat
luka kemerahan dan terdapat bintik bintik di daerah inguinal dan ditemukan adanya ulkus
kemerahan pada penis.

Data pasien
Nama: tuan s
Alamat: jl. Sidomulyo no 450
Jenis kelamin: laki laki
Umur: 37
Status: pekerja
Agama : Islam
Pendidikan : lulusan S2 ekonomi
Diagnosa medis:
Nomor registrasi:
Tanggal pengkajian: 19 Mei 2022
Pengkajian
Keluhan utama: nyeri pada daerah genitalia dari semenjak 2 bulan terakhir.

Riwayat penyakit dahulu: tidak ada

Riwayat penyakit keluarga: klien mengatakan tidak ada yang memiliki


kelainan atau kecacatan

13
Keluhan penyakit sekarang: klien mengatakan nyeri pada daerah ginitalia
dari 2 bulan terakhir, klien juga mengeluh gejala-gejala flu, seperti demam
dan pegal-pegal serta kemerahan pada kaki dan tangan.

A. ANALISA DATA

Data 1 Etiologi Masalah


DS (data subyektif) Agen pencedera Nyeri akut
-klien mengatakan Nyeri fisik( misal abses)
pada daerah ginitalia
-Klien mengeluh nyeri
setelah beraktivitas
DO (data objektif)
-TD 120/90 mmHg
-N 88×/menit
-RR 22×/menit
Suhu 380 C

Data 2 Proses penyakit ( mis. Hipertermi


DS ( data subyektif) Infeksi)
-klien mengatakan gejala
– gejala flu, demam, dan
pegal – pegal.
DO
TD= 120/90 mmHg
N= 88×/ menit
RR= 22×/menit
Suhu= 38o C.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Hari / tanggal Diagnosa keperawatan


kode( sdki)
1. Kamis 19 Mei 2022 Nyeri akut b.d agen
pencedera fisiologis
( mis. Abses) d.d tampak
meringis , bersikap
protektif ( mis. Waspada
posisi menghindari
Nyeri)
2. Kamis 19 Mei 2022 Hipertermi b.d proses
penyakit d.d adanya

14
peningkatan suhu tubuh,
adanya kemerahan pada
tangan dan kaki.
C. INTERVENSI

Hari/ tanggal Tujuan dan kriteria Intervensi


Kamis 19 Mei 2022 Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan •Identifikasi lokasi,
selama 1×24 jam di karakteristik, durasi,
harapkan tingkat Nyeri frekuensi, kualitas,
menurun dengan kriteria intensitas nyeri
hasil: • Identifikasi skala nyeri
-Pasien tidak mengeluh • Identifikasi respon
nyeri nyeri non verbal
-Skala nyeri 5 turun ke 2 • Identifikasi faktor yang
-Gelisah Pasien menurun memperberat dan
memperingan nyeri
• pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
• Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
• Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
• Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
• Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
•Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
akupresure, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompreshangat atau
dingin, terapi bermain)
• Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan,

15
pencahayaan,
kebisingan)

• Fasilitasi istirahat dan


tidur E Pertimbangkan
jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
• Jelaskan penyebab
periode dan pemicu nyeri
•Jelaskan strategi
meredakan nyeri

•Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
•Anjurkan menggunakan
analgetik secaraTepat
•Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Setelah dilakukan Observasi


tindakan keperawatan
selama 1×24 jam di • Identifikasi penyebab
harapkan tingkat Nyeri hipotermia (mis.
menurun dengan kriteria dehidrasi, terpapar
hasil: lingkungan panas,
•Suhu tubuh normal (36) penggunaan inkubator)
38C) • Monitor suhu tubuh •
• Kulit tidak panas tidak Monitor kadar elektrolit
kemerahan. • Monitor haluaran urine
•Makosa bihir lembab • Monitor komplikasi
akibat hipertermia

Terapeutik
• Sediakan lingkungan
yang dingin
• Longgarkan atau

16
lepaskan pakaian

• Basahi dan kipas


permukaan tubuh
•Berikan cairan oral
• Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
• Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
• Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
• Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena. Jika perlu
D. IMPLEMENTASI

Hari/tanggal/jam IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
19 Mei 2022 Observasi: S:
• mengidentifikasi lokasi, -Klien mengatakan
karakteristik, durasi, nyerinya berkurang,skala
frekuensi, kualitas, nyeri berkurang dari 5 ke
intensitas nyeri 2
-Klien mengatakan bisa
• mengidentifikasi skala melakukan aktivitas
nyeri seperti biasa
• mengidentifikasi O:
respon nyeri non verbal -klien sudah tidak
tampak meringis
• mengidentifikasi faktor -gelisah klien menurun
yang memperberat dan -sikap protektif menurun
memperingan nyeri
A:
17
• pengetahuan dan -masalah teratasi
keyakinan tentang nyeri
P:
• mengidentifikasi -intervensi dihentikan
pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
• mengidentifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup

• memonitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan

• memonitor efek
samping penggunaan
analgetik

Terapeutik :
• memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
akupresure, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompreshangat atau
dingin, terapi bermain)

• mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)

• memfasilitasi istirahat
dan tidur E
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.

18
Edukasi :
• menjelaskan penyebab
periode dan pemicu nyeri

• menjelaskan strategi
meredakan nyeri
• menganjurkan
memonitor nyeri secara
mandiri
• menganjurkan
menggunakan analgetik
secaraTepat

• mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

• mengkolaborasi
pemberian analgetik, jika
perlu.

Observasi : S:
• mengidentifikasi -klien mengatakan tidak
penyebab hipotermia panas lagi
(mis. dehidrasi, terpapar -klien mengatakan kulit
lingkungan panas, tidak kemerahan lagi
penggunaan inkubator)
O:
• memonitor suhu tubuh -bibir klien tampak
• memonitor onitor kadar lembab
elektrolit -suhu tubuh klien
menurun
• memonitor onitor
haluaran urine A:
• memonitor komplikasi -masalah teratasi
akibat hipertermia
P:
Terapeutik : -intervensi dihentikan
• menyediakan
lingkungan yang dingin

• melonggarkan atau
lepaskan pakaian
19
• membasahi dan kipas
permukaan tubuh
Berikan cairan oral

• mengganti linen setiap


hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)

• melakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)

• menghindari pemberian
antipiretik atau aspirin

• memberikan oksigen,
jika perlu

Edukasi :
• menganjurkan tirah
baring

Kolaborasi :
• mengkolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena. Jika
perlu

BAB IV

KESIMPULAN

Penyakit Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS). Lesi
sifilis bisa terlihat jelas ataupun tidak terlihat dengan jelas. Penampakan lesi
bisa dipastikanhampir seluruhnya terjadi karena hubungan seksual.Dapat
20
menyerang seluruh organ tubuh dan dapat ditularkan pada bayi di
dalamkandungan melalui plasenta. Pada Sifilis Kongenital terjadi pada bulan
ke-4 kehamilan.Penyebab infeksi sifilis yaitu Treponema pallidum. Treponema
pallidum merupakan salahsatu bakteri spirochaeta.Gejala biasanya mulai timbul
dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi; rata-rata 3-4 minggu. Infeksi bisa
menetap selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkankerusakan jantung,
kerusakan otak maupun kematian. Infeksi oleh Treponema pallidum
berkembang melalui 4 tahapan yaitu fase primer, sekunder, laten dan
tersier.Penularan karena mencium atau pada saat menimang bayi dengan sifilis
kongenital jarangsekali terjadi, transfusi darah dari darah penderita sifilis,
transplasenta, melakukanhubungan seksual dengan seseorang yang mengidap
penyakit sifilis.Pengobatannya dapat diberikan antibiotik pilihan yaitu Penisilin
selain itu juga diberikaneritromisin kerena tidak mempengaruhi janinnya.

SARAN

Kami sadar bahwa makalah yang kami susun masih banyak terdapat kesalahan.
Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang positif
danmembangun, guna penyusunan makalah kami berikutnya agar dapat
tersusun lebih baiklagi

DAFTAR PUSTAKA

Muchtar, Rustam. 1989. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGCManuaba, Ida Bagus.


2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGCVarney, Helen, dkk. 2006. Buku

21
Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGCPawiroharjo, Sarwono.1998.
Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina PustakaSyaifudin, A.B. 2002. Buku
Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarata: Yayasan Bina
PustakaRatna, Eni, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komuitas. Yogyakarta : Nuha
MedikaWiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina
PustakaRabe, Thomas. 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan. Jakarta : Hipokrates

22

Anda mungkin juga menyukai