IMUNOKROMATOGRAFI (ICT)
Disusun oleh :
NIM. P17334119067
IMUNOKROMATOGRAFI (ICT)
Disusun oleh :
NABILA PUTERI MADANI
NIM. P17334119067
Menyetujui :
Pembimbing
Mengetahui :
IMUNOKROMATOGRAFI (ICT)
1
KATA PENGANTAR
kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
karya tulis ilmiah dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu,
Kemenkes Bandung.
3. Ibu DR. Ani Riyani S, M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-III Jurusan
Bandung.
2
5. Ibu Nina Marlina, S.Pd,. M.Biomedik, selaku dosen pembimbing yang telah
6. Ibu Fusvita Merdekawati, S.ST, M.Si selaku tim penguji I KTI bidang
Imunologi.
7. Ibu Rohayati, S.ST, M.Si selaku tim penguji II KTI bidang Imunologi.
8. Keluarga tercinta yang selalu memberikan pengertian, kasih sayang, do’a dan
9. Dan kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis
berdo’a semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak,
Aamiin.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
ke arah yang positif dan menjadi bekal pengalaman penulis untuk lebih baik di masa
yang akan datang. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi
Cimahi, Juni2022
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................v
DAFTAR ISI...............................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................ix
DAFTAR TABEL........................................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
2.1.2 Gejala......................................................................................................8
2.1.3 Transmisi................................................................................................9
2.1.4 Pengobatan...........................................................................................10
2.1.5 Pencegahan...........................................................................................11
2 .1.6 Vaksin...................................................................................................11
4
2.1.8.2 Vaksin AstraZeneca............................................................................14
2.1.12 Antibodi................................................................................................20
2.1.16 Lansia....................................................................................................24
5
3.5 Cara Pengolahan Data........................................................................27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................44
6
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
7
Tabel 2.1 Definisi Operasional........................................................................................25
8
BAB 1
PENDAHULUAN
pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi
saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East
Kasus pneumonia ditemukan pada bulan Desember 2019 di kota Wuhan, Provinsi
Hubei, Cina. Penyakit tersebut kemudian disebut Coronavirus Disease 2019 (Covid-
19) yang diketahui disebabkan oleh coronavirus jenis betacoronavirus tipe baru dan
hingga Juli 2022 terkonfirmasi sebanyak 6,1 juta kasus di dunia. Kasus positif
Covid-19 bertambah dengan sangat cepat karena penularan terjadi secara langsung
Penularan Covid-19 secara langsung dapat terjadi melalui droplet yang keluar
pada saat seseorang batuk, bersin, atau tertawa. Penularan juga dapat terjadi secara
terkontaminasi coronavirus lalu tanpa sadar menyentuh mata, hidung, atau mulut
9
2
adalah suatu cara untuk meningkatan kekebalan tubuh seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen sehingga apabila kelak terpapar oleh antigen yang sama
dosis yang disuntikkan dalam interval 21-28 hari. Dalam tahapan vaksin dosis
pertama berfungsi untuk mengenal vaksin dan kandungan yang ada di dalamnya
kepada sistem kekebalan tubuh serta untuk memicu respons kekebalan awal.
Sementara pada tahapan dosis kedua (booster), kandungan vaksin akan berguna
untuk menguatkan respons imun yang telah terbentuk sebelumnya. Dalam 14-28 hari
pertama, vaksin akan bekerja sekitar 60%. Setelah dosis kedua, vaksin akan bekerja
setidaknya 90%. Jadi seseorang akan mendapatkan jumlah antibodi yang lebih
banyak untuk melawan virus dan meningkatkan keefektifan vaksin di dalam tubuh
Terdapat 10 jenis vaksin yang telah diberikan izin penggunakan darurat oleh
2021) Salah satu jenis vaksin yang paling banyak digunakan di indonesia adalah
3
covid-19 sehingga virus corona di dalam vaskin tidak aktif dan tidak dapat
bereplikasi, tetapi protein virus corona tetap utuh. Virus yang dilemahkan kemudian
terhadap vaksin. Begitu masuk ke dalam tubuh beberapa virus yang tidak aktif akan
di klem oleh sistem kekebalan yang disebut sel pembawa antigen. Sel pembawa
antigen akan merobek virus corona dan memunculkan beberapa fragmen kemudian
sel T didalam tubuh membantu mendeteksi fragmen tersebut. Apabila cocok dengan
salah satu protein pada sel, sel T menjadi aktif dan menjadikan sel kekebalan lain
untuk merespon vaksin. Sel B sebagai sel kekebalan lain mempunyai protein yang
dapat menempel pada virus corona. Sel T membantu mencocokan fragmen dengan
sel B, apabila cocok sel B akan berkembang biak dan menghasilkan antibodi untuk
kekebalan tubuh. Setelah di vaksinasi sistem kekebalan tubuh dapat merespon infeksi
virus corona yang hidup dalam tubuh. (New York Time, 2021)
Respon imun yang akan diproduksi oleh tubuh manusia sebagai respon
terhadap vaksinasi Covid-19 adalah antibodi IgM dan IgG. IgM merupakan antibodi
yang di produksi paling awal oleh tubuh, namun antibodi ini tidak bertahan lama
berdasarkan ingatan tubuh akan virus yang pernah menginfeksi. IgG muncul lebih
lambat daripada IgM, yaitu sekitar 7-10 hari setelah terinfeksi, dan dapat bertahan
dalam waktu yang lebih lama dibanding IgM. IgG biasanya bertahan selama 6 bulan
4
molekul dipisahkan berdasarkan perbedaan berat pola pergerakan antara fase gerak
dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada
larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati membran
di lapangan karena hasil keluar lebih cepat dan membutuhkan biaya lebih murah.
Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur
60 tahun atau lebih. Lansia dikelompokan menjadi empat golongan usia yaitu lansia
usia pertenggahan (middle age) yaitu berkisar pada usia 45-59 tahun, usia lansia
elderly yaitu berkisar pada usia 60-74 tahun, lansia tua (old) berkisar pada usia 75-90
tahun, dan lansia sangat tua (very old) yaitu berusia di atas 90 tahun. Kemampuan
imunitas tubuh melawan infeksi menurun termasuk kecepatan respons imun dengan
peningkatan usia. Ketika antibodi dihasilkan, durasi respons kelompok lansia lebih
singkat dan lebih sedikit sel yang dihasilkan. (Fatmah, 2006). Berdasarkan hal
imunokromatografi
imunokromatografi
1. Bagi Peneliti
19.
2. Bagi Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
saja, seperti lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak, dan bayi,
pernafasan. Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga
termasuk dalam kelompok ini adalah virus penyebab MERS dan virus
penyebab SARS. Meski disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu
MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala.
2.1.1 Klasifikasi
7
8
subgenus yang sama dengan sindrom pernafasan akut yang parah(SARS). Hal
perantara. Strain coronavirus pada trenggiling yaitu yang mirip genom nya
2.1.2 Gejala
gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit
9
kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat.
Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk
berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut
muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona. Secara umum, ada 3
gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu
demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius), batuk kering, sesak napas
Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi virus
hilangnya kemampuan mengecap rasa atau mencium bau, dan ruam di kulit.
2.1.3 Transmisi
hidung, mulut dan mata melalui tetesan (droplets) yang dihasilkan dari batuk
atau bersin orang yang terinfeksi. Tetesan (droplets) dapat mencemari benda-
benda seperti alat rumah tangga, kantor, gagang pintu, air, alat pribadi maupun
normalpada bahan plastik serta stainless steel (kurang lebih bertahan hingga 72
jam ) dan pada kardus (kurang lebih dapat bertahan hingga 24 jam) (Susilo et
al., 2020).
2.1.4 Pengobatan
harus tetap mendapatkan perawatan yang sesuai untuk mengatasi gejala Covid-
19. Bagi orang yang mengalami gejala infeksi berat harus menjalani perawatan
penunjang yang optimal di rumah sakit. Dengan demikian, sangat penting bagi
Para ahli tentu tidak berdiam diri dan berusaha mencari obat yang dapat
mengatasi Covid-19. Salah satu obat tersebut adalah Klorokuin yang telah
digunakan untuk mengatasi penyakit Malaria. Para ahli juga melihat potensi
dikombinasikan dengan Azitromisin. Hal yang sama juga dilakukan untuk obat
lain yang juga diduga memiliki potensi mengatasi Covid-19, yaitu Avigan.
11
2.1.5 Pencegahan
Corona yang telah diamini oleh Kemenkes RI. Beberapa cara pencegahan virus
jarak minimal 1 meter dari orang lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali
dengan orang lain yang batuk atau bersin dapat membantu Anda secara tidak
sengaja menghirup uap atau tetesan liur yang mungkin mengandung virus
masker yang dapat dikenakan, yaitu masker bedah maupun masker kain yang
sesuai dengan standar. Orang yang sehat juga dianjurkan untuk memakai
mengetahui cara memakai masker yang benar agar malah tidak membuka
2.1.6 Vaksin
mikroorganisme atau bagiannya atau zat yang dihasilkannya yang telah diolah
Vaksinasi adalah proses di dalam tubuh, dimana seseorang menjadi kebal atau
terlindungi dari suatu penyakit sehingga apabila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut maka tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan,
kemungkinan sakit berat. Selama belum ada obat yang defenitif untuk COVID-
19, maka vaksin COVID-19 yang aman dan efektif serta perilaku 3M
(memakasi masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak) adalah
upaya perlindungan yang bisa kita lakukan agar terhindar dari penyakit
CoV-2 yang menyebabkan penyakit COVID-19. Lalu proses berjalan terus dan
uji keamanan pada manusia sudah dimulai pada Maret 2020. Ada cukup
13
kandidat dapat menggunakan cara yang berbeda-beda satu dengan lainnya, ada
yang akan menggunakan vaksin dapat memilih mana yang akan dipakai.
vaksin, yaitu virus yang dilemahkan, virus yang di inaktifkan. replikasi viral
vektor, non replikasi viral vektor, vaksin DNA, vaksin RNA, sub-unit protein
vaccines” yang selalu diperbarui dari waktu ke waktu, dan data terakhir ada
hampir 200 kandidat vaksin COVID-19 sekarang ini, dalam berbagai tahap
untuk memastikan vaksin yang dibuat aman, bermutu dan berkhasiat. Secara
umum ada beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu : uji pre klinis, kandidat
dalam penelitian. Uji klinis fase 1, kandidat vaksin diberikan pada kelompok
kecil relawan berjumlah puluhan orang dewasa sehat untuk mengetahui aspek
keamanannya.
Uji klinis fase 2, kandidat vaksin diberikan pada ratusan orang yang
setelah diberikan vaksin. Uji klinis fase 3, kandidat vaksin diberikan kepada
kandidat vaksin berhasil pada uji klinik fase 3 ini maka artinya vaksin itu akan
Zifivax. (BPOM, 2021) Salah satu jenis vaksin yang paling banyak digunakan
virus covid-19 sehingga vaksin sinovac tidak mengandung virus hidup ataupun
vaskin sinovac akan mati dan tidk bereplikasi. Peneliti menarik virus yang mati
terhadap vaksin. Begitu masuk ke dalam tubuh beberapa virus yang tidak hidup
akan di klem oleh sistem kekebalan yang disebut sel pembawa antigen. Sel
fragmen tersebut. Apabila cocok dengan salah satu protein pada sel, sel T
menjadi aktif dan menjadikan sel kekebalan lain untuk merespon vaksin. Sel B
sebagai sel kekebalan lain mempunyai protein yang dapat menempel pada virus
corona. Sel T membantu mencocokan fragmen dengan sel B, apabila cocok seb
corona yang hidup dalam tubuh. Dalam data uji klinis fase 3 vaksin Sinovac
itu di sel memori. Efikasi dalam uji klinis pada peserta yang menerima vaksin
AstraZeneca dengan lengkap dua dosis di Inggris, Brazil, dan Afrika Selatan
menunjukan bahwa dua dosis dengan interval 21 hari memiliki efiksi 79%
respons kekebalan dan menyimpan informasi itu dalam sel imun memori.
Vaksin Novavax adalah jenis vaksin yang mengandung sub unit yang
kadar antibodi. Menurut hasil uji klinis fase 3 vaksin Novavax memiliki nilai
adenovirus manusia. Dalam data uji klinis fase 3 menunjukan vaksin Sputnik-
suntikan intramuscular. Dalam data uji klinis fase 3 pada 28 hari pelaksanaan
perlindungan ganda. Dalam data uji klinis fase 3 efikasi vaksin Convidecia
yang protektif (titernya masih rendah). Suntikan kedua (atau ketiga) disebut
suntikan booster, akan merangang titer antibodi sekunder yaitu IgG yang tinggi
dengan afinitas yang lebih kuat. Diharapkan hal ini akan memberikan
perlindungan yang lebih baik dan dalam jangka waktu yang lebih lama. Peserta
(Soegiarto 2021)
umumnya ringan dan bersifat sementara, dan tidak selalu ada, serta bergantung
pada kondisi tubuh. Efek simpang ringan seperti demam dan nyeri otot atau
ruamruam pada bekas suntikan adalah hal yang wajar namun tetap perlu
efek samping yang berat dapat terlebih dahulu terdeteksi sehingga dapat
dievaluasi lebih lanjut. Manfaat vaksin jauh lebih besar dibandingkan risiko
sakit karena terinfeksi bila tidak divaksin. Apabila nanti terjadi Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (KIPI), kita sudah ada Komite Nasional Pengkajian dan
19
Secara umum, sistem imun dibagi menjadi 2, yaitu sistem imun non-
mekanisme pertahanan alamiah yang dibawa sejak lahir (innate) dan dapat
ditujukan untuk berbagai macam agen infeksi atau antigen. Sistem imun non-
lisozim, interferon, dll. Sistem imun ini merupakan garis pertahanan pertama
yang harus dihadapi oleh agen infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Jika sistem
spesifik berperan.
didapatkan selama kehidupan dan ditujukan khusus untuk satu jenis antigen.
Sistem imun spesifik diperankan oleh sel T dan sel B. Pertahanan oleh sel T
sel (ekstrasel). Sistem imun spesifik inilah yang berperan dalam pemberian
vaksin untuk memberikan kekebalan terhadap satu jenis agen infeksi. Hal ini
Di dalam kelenjar getah bening terdapat sel T naif yaitu sel T yang
20
belum pernah terpajan oleh antigen. Jika terpajan antigen, sel T naif akan
berdiferensiasi menjadi sel efektor dan sel memori. Sel efektor akan bermigrasi
akan berada di organ limfoid untuk kemudian berperan jika terjadi pajanan
Proliferasi dan diferensiasi sel B tidak hanya menjadi sel plasma tetapi juga
sebagian akan menjadi sel B memori. Sel B memori akan berada dalam
sirkulasi. Bila sel B memori terpajan pada antigen serupa, akan terjadi proses
pajanan yang kedua. Artinya, jika seseorang yang sudah divaksin (artinya
sudah pernah terpajan oleh antigen) terinfeksi atau terpajan oleh antigen yang
sama, akan lebih mudah bagi sistem imun untuk mengenali antigen tersebut.
Selain itu, respon imun pada pajanan yang kedua (respon imun sekunder)
lebih baik daripada respon imun pada pajanan antigen yang pertama (respon
imun primer). Sel T dan sel B yang terlibat lebih banyak, pembentukan
antibodi lebih cepat dan bertahan lebih lama, titer antibodi lebih banyak
sesorang yang sudah pernah divaksin tidak akan mengalami penyakit akibat
pajanan antigen yang sama karena sistem imunnya memiliki kemampuan yang
2.1.12 Antibodi
sel plasma (bentuk soluble dari reseptor antigen pada sel B). Membran
Antibodi mempunyai struktur dasar yang sama, terdiri atas fragmen Fab
(yang mengikat antigen) dan Fc yang berinteraksi dengan unsur-unsur lain dari
sistem imun yang mempunyai reseptor Fc. Berbentuk huruf Y, tersusun atas 2
rantai berat (heavy chain) dan 2 rantai ringan (light chain) yang dihubungkan
50.000 dalton sedangkan light chain mepunyai berat molekul 25.000 dalton.
treatment oleh enzim papain dan pepsin. Jika antibodi di treatment oleh enzim
papain maka akan pecah menjadi 2 Fab dan Fc, sedangkan jika di treatment eh
enzim pepsin maka akan pecah menjadi F(ab’)2 dan fragmen minor. (Marliana
bening terdapat sel T naif yaitu sel T yang belum pernah terpajan oleh antigen.
22
Jika terpajan antigen, sel T naif akan berdiferensiasi menjadi sel efektor dan sel
Proliferasi dan diferensiasi sel B tidak hanya menjadi sel plasma tetapi juga
sebagian akan menjadi sel B memori. Sel B memori akan berada dalam
sirkulasi. Bila sel B memori terpajan pada antigen serupa, akan terjadi proses
pajanan yang kedua. Artinya, jika seseorang yang sudah divaksin terinfeksi
atau terpajan oleh antigen yang sama, akan lebih mudah bagi sistem imun
untuk mengenali antigen tersebut. Selain itu, respon imun pada pajanan yang
kedua (respon imun sekunder) lebih baik daripada respon imun pada pajanan
antigen yang pertama (respon imun primer). Sel T dan sel B terlibat lebih
cairan tubuh. Ini adalah antibodi terkecil namun paling umum (75% sampai
80% dari semua antibodi). Antibodi IgG sangat penting dalam memerangi
infeksi bakteri dan virus dan merupakan satu-satunya jenis antibodi yang dapat
melintasi plasenta pada wanita hamil untuk membantu melindungi bayi (janin).
waktu yang lebih lama dibanding IgM dan biasanya bertahan selama 6 bulan
2.1.14 Imunoglobulin M
terkena infeksi bakteri dan virus baru untuk pertama kali. IgM adalah lini
merasakan adanya serangan bakteri dan virus, tingkat IgM dalam tubuh akan
tentang semua aspek dari sistem kekebalan tubuh terutama dalam pemeriksan
pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen
(berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase
Metode ini dengan dasar Enzyme Immuno Assay dan tidak berbeda
seperti strip, baik dalam kaset atau tanpa kaset. (Marliana & Widhyasih, 2018)
konjugat (detector), membran nitroselulosa, garis IgG, garis IgM, garis kontrol,
bantalan penyerap.
2.1.16 Lansia
Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur
60 tahun atau lebih. Lansia dikelompokan menjadi empat golongan usia yaitu lansia
usia pertenggahan (middle age) yaitu berkisar pada usia 45-59 tahun, usia lansia
elderly yaitu berkisar pada usia 60-74 tahun, lansia tua (old) berkisar pada usia 75-90
tahun, dan lansia sangat tua (very old) yaitu berusia di atas 90 tahun. Menua atau
aging adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2)
Imunoglobulin M
2
CoV-2)
menginfeksi
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi adalah seluruh lansia usia elderly yaitu berkisar pada usia 60-
Kabupaten Pangandaran.
Sampel adalah 30 seluruh lansia usia elderly yaitu berkisar pada usia
60-74 tahun yang telah menerima vaksin Covid-19 sebanyak 2 dosis dengan
Kabupaten Pangandaran.
22
30
digunakan, jumlah dosis yang telah diberikan, dan telah berapa lama setelah
Alat dan bahan yang dubutuhkan penelitian ini adalah kaset rapid
test antibody, spuitt 3 cc, tali pembendung (turniket), plester, tabung vakum,
kapas, alcohol swab, dan alat pelindung diri, darah vena, buffer.
1) Pengambilan Sampel
1. Mencuci tangan yang benar dengan air dan sabun kemudian keringkan.
kultur darah. Tunggu hingga kering. Jangan sentuh vena lagi setelah
31
didisinfeksi
terlihat
mencukupi
10. Pasien diminta untuk menahan kapas pada tempatnya dan tidak
secara perlahan
12. Tabung di bolak balikan 180o pada posisi vertikal beberapa kali
13. Identitas pasien dipastikan kembali dan tempelkan label pada masing-
14. Inspeksi lokasi pungsi dilakukan, jika tidak ada perdarahan, tempelkan
2) Pembuatan Serum
lebih 30 menit.
bening.
yang diminta.
3) Pemeriksaan Sampel
tetes.
5. Setelah 15-30 detik sampel yang telah ditambah buffer bersama dengan
membran kualitatif untuk mendeteksi antibodi (IgG dan IgM) terhadap virus
2) Strip membran nitroselulosa yang berisi dua jalur uji (garis IgG dan IgM) dan
antibodi, sedangkan garis IgG dilapisi dengan mouse anti-human IgG antibodi.
Ketika volume yang memadai dari spesimen uji disalurkan ke dalam sumur
sampel dari kaset uji, spesimen bermigrasi dengan reaksi kapiler melintasi
kaset.
akan ditangkap oleh reagen mouse anti-human IgM pada pita IgM yang
akan ditangkap oleh reagen mouse anti-human IgG pada garis IgG,
membentuk garis IgG berwarna merah anggur, menunjukkan hasil tes IgG
35
Tidak adanya garis T (IgG dan IgM) menunjukkan hasil negatif. Garis
bahwa volume spesimen yang tepat telah ditambahkan dan wicking membran
telah terjadi.
1) Hasil positif apabila garis kontrol berwarna dan garis tes berwarna
2) Hasil negatif apabila tidak muncul warna atau warna lemah di garis tes
3) Hasil invalid apabila garis kontrol tidak menunjukan warna ( reagen tidak
valid ) walaupun pada garis tes muncul atau tidak muncul warna.
Kesimpulan
37
1 Penelusuran
Pustaka
2 Penyusunan
Proposal
3 Sidang
usulan KTI
4 Perbaikan
Proposal
5 Pengumpulan
Sampel dan
Data
6 Bimbingan
KTI
7 Penyusunan
KTI
8 Sidang KTI
9 Perbaikan
KTI
Jadw
al
Kegi
atan
39
6. Jumlah Rp.1.500.000,00
DAFTAR PUSTAKA
Bai, Yan, Lingsheng Yao, Tao Wei, Fei Tian, Dong Yan Jin, Lijuan Chen, and
Meiyun Wang. 2020. “Presumed Asymptomatic Carrier Transmission of
COVID-19.” JAMA - Journal of the American Medical Association 323 (14):
1406–7. https://doi.org/10.1001/jama.2020.2565.. Diakses pada 8 April 2022.
Fig, P C R As, Clin Infect Dis, and Clin Infect Dis. 2020. “Indication and
40
Han, Yu, and Hailan Yang. 2020. “The Transmission and Diagnosis of 2019 Novel
Coronavirus Infection Disease (COVID-19): A Chinese Perspective.” Journal of
Medical Virology 92 (6): 639–44. https://doi.org/10.1002/jmv.25749. Diakses
pada 8 April 2022.
Handayani, Rina Tri, Dewi Arradini, Aquartuti Tri Darmayanti, Aris Wid iyanto, and
Joko Tri Atmojo. 2020. “Pandemi Covid-19, Respon Imun Tubuh, Dan Herd
Immunity.” Jurnal Ilmiah Stikes Kendal 10 (3): 373–80. Diakses pada 11 April
2022.
Peeri, Noah C., Nistha Shrestha, dkk. 2021. “The SARS, MERS and Novel
Coronavirus (COVID-19) Epidemics, the Newest and Biggest Global Health
Threats: What Lessons Have We Learned?” International Journal of
Epidemiology 49 (3): 717–26. https://doi.org/10.1093/IJE/DYAA033. Diakses
pada 18 April 2022.
Fatmah. (2006). Respons Imunitas yang Rendah pada Tubuh Manusia Usia Lanjut.
Makara Kesehatan, 10(1), 47–53.
Marliana, N., & Widhyasih, R. (2018). Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik
(TLM) ; Imunoserologi.
Soegiarto. (2021). Respons imun terhadap vaksin COVID-19 dan komorbid sebagai
pertimbangan kehati-hatian Topik bahasan. Statistika, B. P. (2019). Katalog:
4201005. Profil Statistik Kesehatan, 1–37.