$
w,!s
F lstPUN.
l s
:.
!
i
\
ir
i
1
i{
t"
, a',1;.1. t "
r a
I
ttl
l',1
.\
-t
I
't\.
BEIATAR
TIDAK
BIGNRf,
s0rft0KUr
FARIII GABATI
PENGANTAR: GOENAWAN MOHAMAD
PUSr^-^d
REPUBLIKA
{
!l
i'l
L t,.
BEI,AJARTID]\K BICARA
, Karya Far:id Gaban. .,- -,,- : , :r
ntang Penulis
x
) Goenan an Mohamad adalah mantan pemred n.rajalah Tbmpo yang pada
Juli 1997 memperoleh Louis Lyons Arvard dari Neiraan Foundation of
Harvard Universiry
rl
'tt FARID GABAN :,
t0
I
!l
','l
t BELAIAR TIDAK BICARA :'
i1
t
I
,l
t')
l\.
,{
ti'
"i : "'
., ' : l-::r
,.
Tentang Penulis 5
-
Di Tengah Penggembosan Makna 7 i
' OlehGoenawanMohamad
-
Solilokui L993 17
-
Padmo Inc. 19
Swastanisasi
- 23
Peta Kekayaan
- 27
Bu Darno
-
32 ':i
-
, Nasionalisme (I) - 35
Dengkul Corporation 39''
Bapak 43
-
-
Teralis
Sekolah
- 4549
Nyamuk- 52
Cita-citaku
- 56
-
Pewarisan Nilai
- 60
Babi dan Burung Unta 64
Kurawa 68
-
-
,MonsieurDSyuga-72
l3
I
,t
t. FARID GABAN :-
Simbol Demokrasi
Fedrers and Sons
- 8176
-
, Solilokui 1994 , 85
Matematika Iftbocoran 87
Doli 91
-
-
Indonesia bukan Septic-Tank 94
Manusia Sarajevo
-
- 97
I(attebeletje Syndication +'f 00
Sukri Membarva Pisau Belati 104
Whitewatergate vs Bapindogate - 108
-
I(ehilangan Pak Domo
Gadungan Mania
- 1I2
116
-
Percakapan Setengah Nadtr I20
Peradilan Sesirt 124 -
Toleransi 128-
- (II) 132
Nasionalisme
Metromini 136-
-
Belajar ddak Bicara 139
Pasar Minggu I42-
-
Solilokui L995 l+7
-
|angan Percaytr Dongeng I49
Gatotkaca vs Baja Hitam
- 152
'Robohnya Rumah Kami - 155
Robohnya Nurani Kami - I58
Asterix dan Liberalisasi - 161
Wakil Rakyat 165
-
Binatangisme -lJniversal
Preman I71 - 168
fiJtja
-175
-
Pasirukem
Oknum -183I79
Kartel - I87
-
L4
tl
I
t.. BELAJAR TIDAK BICARA :.
r5
{
.1t
Solilokui
r993
I
,t
(.
Padmo Inc"
19
rl
't FARID GABAN J
20
I
,l
. BELAJAR TIDAK BICARA :.
dan distribusi."
"Ya, saya tahu. Thpi, Para Pengusaha bisa meredamnya
dengan mernenuhi tluttutan mereka."
-'Anda
pura'pura tak tahr.r, Bung' Pabrik br'rkanlah
)rayasan kesejahteraan sosial. Memanjakan
kirryllvan han1"a
irera.ti menutllp pintr-r ekspansi bisnis. Br-rkankah kami tak
mungkin meminta dantr dari hasil pembelian SDSBI"
"Pasti adtr pemecahan lain."
"Tepat. Dan jarvab{nnya ada di sini, di laboratorium ini.
Kami berhasil merekayasa sejenis virus baru. Dalam rvaktu
dekat kami akan mendaftarkannya di Direktorat Paten. Pasti
banyak pengusaha lain yang berminat memanfaad<annya."
"Virus barul"
' "Hu.tna.n lrntnuno-non-def'ciency Virus ini bisa menjamin
efisiensi dan kesehatan usaha jenis apa Pun yang mempekerja-
kan banyak buruh manusia."
'Namanya mirip virus AIDS. Ini fiksi ilmiah atau apal"
*Kami berhasil menjinald<an virus maut itu. Mereka kini
tak hanya jinak, tapi juga memiliki efek mengagumkan:
memperkuat kekebalan tubuh para buruh pabrik."
'?ernah ada uji klinisl"
"I(ami rneny.rsupkan virus itu ke dalam makanan yang
dijual di kantin pabrik. Dan dari hasil penelitian kami, 95%
mereka )rang mengidap virus itu tak lagi mempunyai keluhan
seperti dulu-dulu. Mereka kebal terhadap gaji kecil di bawah
upah minimum) tanpa uang transport, tanpa asuransi, ling-
kungan kerja yang tidak memadai, dan kondisi lain yang
sejenis."
"Pengusaha lain pasti iri," kata saya.
"Para buruh pria menularkan kekebalan serupa pada
istriistrinya melalui hubungan intim. Itu membuat keluarga
mereka tenteram."
"Yang ini kedengarannya berlebihan...."
"Bahkan buruh-buruh wanita yang tengah menstruasi
pun kini tahan bekerja sampai malam berkat virus itu."
2l
I
,e
\. FARID GABfu\ :
'Anda bergurau."
'Anda bisa lihtrt sendiri data di bagian personalia.
Produktivittrs buruh kami begitu ffIengagurnkan, tingk..rt
trbsentisme stugat rendah dan merekt-L tak pernah merc-
podcan kami. Tak :rda pemogokan. Tak t'rda demo+strtrsi ke
,i.
DPR.'
"T.pi, anggotrl DPR i<ini kian kritis. Jika mereka tahu
rahasia ini, tanpa dimint:r pun mereka akan rnenuntut pabrik
ini ditutup," kata saytr. ;",
"Sudah krrmi pikirlian antisipasinya," kata Padmo,
suaranya terdengar nyaring dari arah pintu. "Dr. Lupus,
sedang memelototi jenis virus yang iebih hebat unnrk para
rvakil rakvat itu."
' "I(au bisa membahayakan tubuh mereka," kata saya.
"I(ami akan mengundang para anggot'a DPR ke sini
untuk lunch. Virus baru ini kami racik bersama nlasakan yang
dihidangkrn."
"|angan lakukan itu. Ini bukan kenakalan seperti ldta
kecil dulu."
"Tak usah kuatirl Virus itu tidak mematikan. Hanya akan
membuat rnereka.... (Padrno berbisik ke telinga saya). Jangan
biiang pada siapa punl"
Sebagtri teman akrab, tak pernah ada niat saya untuk
mengldrianati Padmo. Saya pamit seteiah kami menyantap
beef teriyaki dan tem.pwra di restoran Jepang terdekat. Dengan
sopan saya tolak tawaran Padmo untuk rnencoba kehebatan
penernuan Dr. Lupus.
Sampai di rumah malam itu sa1'a tak bisa tidur. Saya
teringat Oom Hardjo Perrviro, yang ]anuari lalu begitu
gernbira mengabarkan gajinya sebagai anggota DPR naik
tinggi. Tak bisa saya bayangkan betapa sedihnya tante suatu
hari menemukan suaminya bisu-nrli total setelah melakukan
kunjungan kerja ke sebuah pabrik.xxx
22
I
,t
\.
Srvastanisasi
24
i
!l
't(
. BELAJAR TIDAK BICARA 1.
25
ll
:'r
;!. FARID GABAN
-t..
I
.-'- f
"
26)
I
,t
(,
i:.
Peta I(ekayaan
27
I
,t
FARID GABAN
29
I
,t
FARID GABAN :.
Bu Darno
'tut..ra.rrg"r
PT Thspen membeli 20% satiam PT Barito
Pasific Timber milik Prajogo Pangestu senilai RP370 miliar,
tiba-tiba saya teringat Ibu St. Sudarno-guru sejarah SMP
saya di Wonosobo, di iereng Gunung Sindoro, Jawa Tengah.
Kini Bu Darno telah pensiun dan tinggal di lereng
gunung yang sama. Thk tahu berapa uang pensiun yang beliau
terima setiap bulan. Thpi saya pikir'beliau acialah salah satu
konglomerat sejati republik rni tanpa beliau sendiri menya-
darinya. Kongiomerat tanPa deviden.
Bersama ratr$an ribu sesama guru Indonesia dan jutaan
pegawai negeri sipil lain sepanjang generasi, setiap bulan
ielama masa baktinya beliau menyisihkan 2,5o/o dari gaji
untuk dana pensiun yang dikelola oleh PT Taspen. Adalah,
antara lain, berkat 2,5o/o tetesan keringat beliau selama 30
tahun itu, Februari lalu Thspen bisa membeli seperlima saham
Barito Pasific. Saham itu tidak terlalu sehat. Buktinya baru
pekan ini, antara lain, berkat suntikan dana persiun Bu Darno
itu, Barito cukup punya keberanian mengumumkan neraca
keuntungan untuk go Pwblic.
Taspen-seperti yang ditulis Kantor Berita Antara
beberapa hari lalu-juga telah membeli saham-saham PT
il
,t ELAJAR TIDAK BICARA
t J
55
I
34
I
,l
Nasionalisme (I)
35
I
,t
FARID GABAN :-
37
I
i{l
.t;' t' \
,t .. ,-,
't
Dengkul Corporation
"lIemm."
39
il
,t FARID GABAN
(. ..
40
I
4l
I
,t FARID GABAN
+2
jl
't
Bapak")
43
I
,t
FARID GABAN ..
44
I
,a
t
Teralis
45
I
,1
FAR]D GABAN .-
46
I
,d
BELA]AR TIDAI( BTCARA
.
"Rumah ini sudah cukup lengkap, Pak," liata sayl.
"Meski belum ada meja dan kursi." Beliau pasti marah, jika
saya bicara lebih jujur: bahrva seperti teralis, meja dan kr"rrsi
bukanlah kebutuhan baku sebuah rumah.
Saya dan istri saya juga selalu sopan menerima para sales-
wttn atalJ salesgirl yang datang menawarkan pdmasangan
teralis.
"Maaf, kami tidak aktrn membangun teralis." Begitulah
saya atall istri saya selalq bilang.
Mereka biasanya akan .terkejllt-atau pura-pura terke-
jut-tidak percaya dengan jawaban kami.
"Setiap rumah membutuhkan teralis." Begitu biasanya
mereka mendesak. "Kami bisa membangun teralis sesuai
selera bapak. IQmi membawa brosurnya." Lelah berdebat,
saya dan istri saya biasanya minta merelca rneninggalkan
brosur. Sambii berkata sopan: "Tolong tinggalkan alamat.
Anda akan dihubungi, jika kami memutuskan membangun
teralis."
IGtika brosur-brosur itu genap berjumlah lima, sebab
hampir setiap hari para penjaja datang, saya mulai keras
memikirkannya. Mula-mula sebagai teror, kemudian sebagai
ker,vajaran. Saya mulai rnenyalahkan diri saya sendiri-ada
sesuatu yang tak normal pada diri saya arau isrri saya. Pasri
ada yang salah jika rumah tidak berteralis.
Pikiran seperti itu masih menggumpal ketika saya ber-
kunjung ke rumah Pak RI unnrk berkenalan dan mendaftar.
kan diri.
"Sebagai orang yang dituakan di sini," kata Pak Rl "Saya
mengimbau agar para warga bisa akrab saru sama lain. ICta
harus selalu menjaga solidaritas...."
Saya tak lagi mendengarkan kata-kata Pak RI selan-
jutnya. Saya memikirkan teralis: Membiarkan rumah tanpa
teralis berarti membedakan diri dengan para tetangga. Dan
membedakan diri dengan retangga berarti tidak punya soli-
daritas.
47
I
48
I
,1
t
Sekolah-)
49
t
,l FAR]D GABAN .-
50
I
,c
BELAIAR TIDAK BICARA :
51
I
.t
i-
Nyamuk
53
t
,t
t FARID GABAN :.
'}j
55
t
,t
("
'..
Cita-citaku
57
I
,c
\ FARID GABAN :..
i,t
r\, ELAJAR TTDAK BICARA :.
i..
., :i .
59
I
,t
Pewarisan Nilai")
'n
\ BELAIAR TIDAK BICARA :
"{Jntuk apaf"
"Tak seorang pun tahu pasti. Thpi, jika kau pergi ke luar
rumah, tak seorang pun"suka melihat kau berkeliaran tanpa
benda itu. Orang menyebut ini simbol kemapanan dan kehi-
dupan yang beradab."
"Menggelikan. Apa lagi, Yah)"
'Jas, lihadah benda ini-kenapa kau ketawa?"
. "Saya lebih suka menyebutnya jaket. Apakah warnanya
harus cocok dengan celanal. Gila."
"Ya, jaket ini-kau boleh mengatakannya begitu jika tak
suka menyebutnya jas-biasanya cocok dengan warna Pan-
talon. Dan kau harus memakainya sepanjang siang."
((p2n12l6n-ayah
, sebut begitul Celana itu terlipat di bagi-
an depan. Untuk apal"
"Saya tak tahu persis. Tapi, setiap penjahit selalu
membuat lipatan seperti itu di depan celana. |ika kau dewasa,
kau perlu mempunyai celana dengan lipatan di depan."
"Lucu. Ada yang lainf"
'N*, aku harap kau tidak memandang ringan perbin-
cangan kita ini. Mestinya aku mengenalkanmu dengan ben-
da-benda ini sejak bayi, agar kau terbiasa. ThPi aku tak ingin
menganggu waktumu minum ASI, bermain lumpur di ha-
laman rumah dan belajar. Apa yang saya tunjukkan ini akan
mempengaruhi nasibmu di masa depan."
"Maaf. Thpi Ayah mesti mengakui bahwa mengenakan
dasi dan sebuah jaket yang cocok warna dengan celana-Ayah
namakan apa itu, jasl-adalah sesuanj yang lucu."
"Bisa kita lanjutkanf Orang menamakan benda kulit ini
sepatu. Kau bisa menebak apa kira-kira gunanyaf"
6t
I
'n
\ FARID GABAN :
!|l
Lr BELAiAR TIDAK BICARA I"
63
I
'l(,.
1'
65
I
,t FARID GABAN
t .
67
I
,t
\.
I(urawa
68
.T BELAJAR TIDAK BICAIIA
i!. :
ot':PJk:inah
Dokter kami bayar untuk trdak bertanl,ai"
"Ba..bb.. baik. IGmi tentll sentlng menerima pesan.<-rn
demikian ban1,21l<..." kata dokter sanbil merogoh laciqyn.
"Bistrkah bap:rk dan ibu mengisi formulir inif"
Pastrngan itu membr.rbuhkan naman)/?1: Des'tarattr dan
Gtrndari. Alamtrt: Mahabaratt-r.
"NarLakan anak-anak kami I(urtu-x.uxx *
Catatan:
o l(ural,a Bersaudara-jumlalnl'a s...,*-"dalah tokol-r "hitam" dalam
ce rita Mahabarata; antagonis dari Pandatra Lirna.
r I(etika bayi tabung pertama lahir pada 1978 dunia gempar. Juga ke-
tika beberapa tahun silan-r di beberapa negeri majr.r r-nen1'eruak kasus pell),ewaal-r
rahir-n. Fenornena yang diter-rtang oleh para pemuka agama dan cendekiarvan
etika itu belakangan menjadi suatu fenomena bisnis di negeri-negeri maju.
Antara lain derrgan muncuhrya ldinik-klinik yarrg menvodiakan jasa bank
sperma (tempat penyimpanar-r sperma beku yalg seu'aktu-g,aktu bisa
diaktifl<ar-r) maupurl penyewaan rahim alias sum,ogate mothet
7T
I
,t
Monsieur D SYuga
v2
I
,4 BELAJAR TIDAK BICARA
:-
75
I
,d
Simbol Demokrasi
saya.
"Soal kongres PDI di Surabayal Snrnpeynz itu gimana.
Bagaimana saya bisa melewad<an berita penting seperti itu."
"I(ang Karyo anggota PDI|'
, "Sayaf Sejak PNI bubar saya tak pernah menjadi anggota
partai. Thpi, saya simpatisan PDI. Pada pemilu lalu, saya ikut
berkeliling kota dengan topi kepala banteng, meski untuk
bisa par,vai saya harus merogoh tabungan saya."
"Kang Karyo mendukung Pak Soerjadif"
"Saya mendukung pufta B*g I(arno."
"Guruhl"
"Foto kusam Bung Karno yang ngga.nteng itu tidak
pernah saya ftrunkan dari dinding gedek rumah saya."
"Dan sekarang I(ang Kuryo pasti mendrk*g Mega."
76
I
,t
. BELA]AR TIDAI( BICARA :
80
I
'l
.i
8l
!l
82
I
c(oK.)r*xx I
i:'
'f-:n;'l''
':
84
.,t
d
Solilokui
r994
I
,t
Matematil<a I(ebocoran
87
I
,t FAR]D GABAN .
88
!l
i';
" ogah."
c'inli i.ri kau mungkin paham berapa banyak 20 triiyun
itu," kata Bejo.
Saya tertarik, karena Bejo mengibarkan lembaran uang
Rpl0.000-an. ,,
"Kau pernah lihat ngr-rpr-rkan uang seperti ini, masih baru,
habis diseterika lagi) Berapa tebal jika yang kau inginkan
RpI.000.000f "
"Sekitar satu centimeterr" kata saya.
"Taruhlah inr benar. |ika uang yang bocor itu ditumpuk
ke atas, tinggi tumpukannya akan mencapai 200 km, atau.22
kali tinggi Puncak Mount pverest," kata Bejo.
"Whao!"
"Panjang tiap lembaran ini 15 cm. Jika kau jejerkan
lembaran-lembaran ini horisontal, panjangnya akan sekitar
45 kali panjang Sungai Nil, sungai terpanjang di dunia."
"Phui!"
;
"Belum lama ini seorang pengusaha membeli ganti rugi
tanah di Cibinong sebesar Rp60 per meter persegi. Dengan
uang yang bocor itu, dia bisa membeli tanah yang sama seluas
2,5 Pulau Jar,va atau 74
'
P''ilau Madura."
"Gendeng!"
"Gaji rata-rata anggota DPR-belum ditambah uang
sidang, kredit lunak mobil dan fasilitas perumahan-adalah
Rp4.000.000 per bulan. Artinya, tiap tahun, satu anggota
DPR digaji Rp48 juta. Dengan uang yang bocor sepanjang
tahun lalu itu kita bisa membayar lebih dari 416.000 atau
hampir setengah juta anggota DPR."
"Kita tak memeriukan wakil rakyat sebanyak itu," kata
saya.
"Dengan jurnlah yang lebih banyak, mereka bisa lebih
vokal," kata Bejo.
t
$r
I,:
rt. FAR6 GABAN
90
I
'4
t
Doli
9t
il
's
t RID GABAN J
92
I
,4
BELAJAR TIDA-I( BTCARA .
.
memanfaatkan ker,vartaw?lnnya bukan sekadar untuk
membela diri melainkan justru rnerampok hak orang lain
dengirn hanya bersenjatakan ta.f)e-record.er., notes dan pen..r.
ICta juga sering mendeng:rr keluhan para babah pemilikloko
tentang ulah orang-orang yang mengompas mereka hanya
dengan bersenjatakan handy-tnlley di sakunl'a. ':'t
Orang bahkan bisa merampok hak orang lain dengan
hanya bersenjatakan seragam attru bajr.r safari yang rnenurupi
kulitnya. "Saya lurah, ,awas kalau berani!" Tak hanya i1s,
bahkan tanda tangan Anda di selembar kerras memo bisa
menjadi alat memenangkan render secara batil (dan apa
bedanya ini dengan perampokan|), jika Anda seorang pejabat
yang cukup tinggi.
. Lepas dari soal yang dipertentangkan, apa yang dilaku-
kan Doli patut mendapat pujian. Dia mengacuhkan embel-
embel danramil dan meletakkan BS pada posisinya yang
layak, sebagai warga negara biasa.
Itu perlu. Sebab profesi rementu Anda, seragam, baju
safari dan pistol yang Anda milild bahkan rnemili aura kekua-
saan melebihi diri Anda send"iri. Anak dan cucu Anda juga
bisa memanfaatkannya. "Saya anak gubernurlT atau "Saya
anak jenderal!" atau "Saya anak presidslll)'xxx
93
I
's
.
Namun demi uang, orang bisa berbuat apa saja, rerma-
suk mengkhianati bangsanya sendiri. Para pengusaha itu
memperoleh40-60 dolarAS (Rp80 ribuhingga Rp120 ribu)
unnrk tiap ton sampah yang mereka impor dari A-rnerika Seri-
N:g1"_ negara-Eropa menawarkan harga lebih memikat:
\n.,,
160-1000 dolar AS per ton. '*i
Uang hanya satu sisi saja dari praktik perdagangan
sampah internasional ini. Sisi lain adalah inferioritas bangs4
kita dihadapan bangsa-."bangsa "maju" di Barat. Dan lebih
dari segalanya, inilah ironi kemanusiaan.
Sampah beracun adalah produk tak terhindarkan dari
kemajuan ala Barat-yang kemilaunya mengilerkan bangsa
miskin seperti kita. Dalam beberapa hal, makin maju suatu
bangsa makin berbahaya sampah yang dihasilkannya. Itu
berbeda dari, misalnl'a, sirnpah saya di kanlpung yang seder-
hana, yang lebih suka memakai daun pisang unruk membuat
iaolah ket:mbang memakai plasrik. Daun pisang bisa di buang
di mana saja dan segera membusuk. Bertahun-rahun, sirnbah
telah melafalkan gaya hidup eco-friend.ly yang kini menjadi
gerakan gagah di dunia Barat.
Kemajuan di Barat dibarengi dengan kesadaran ling-
kungan yang meningkat pula. Pendekar-pendekar lingkungan
hidup meruyak. Mereka kian kritis terhadap produksi sampah
buangan industri dan rumahtangga. Para politisi sibuk mem-
buat aturan yang kian ketat dalam soal pembuangan sampah.
Thpi, hanya ada satu cara unruk menyetop produksi sampah
berbahaya: mengerem laju "kemajuan" dan menanggalkan
sejumlah kenyamanan hidup di sana. Dan inrlah yang tak
mau mereka telan.
Sementara produksi sampah rerus meningkat dan
peraturan persampahan kian ketat, muncul kemudian pikiran
untuk melemparkannya ke Dunia Ketiga yang lebih miskin,
yang karena kemiskinannya belum sempat memikirkan
hal-hal canggih menyangkut Iingkungan hidup. Perusahaan
jasa pembuangan sampah di Barat meruyak dan menjadi
I
96
I
,n
Manusia Sarajevo
98
t
99
I
.t
100
I
,t BELAIAR TIDAI( BiCARA :
l0l
I
,t FAruD GABAN
(, .
'il
'1
r I j!
lo3
t
',
i-
* Tirlisan ini dibuat dengan ilham dari cerpen l{amsad Rangkuti, "Sukri
)
Membau,a Pisau Belati".
104
I
,1
BELA]AR TIDAK BICARA :
r05
I
,t FARID GABAN :
106
t
ttl
to7
il
'l(,
Whitewatergate vs B apindogate'
108
t
,.1
BELA]AR TIDAI{ BICARA :
r09
I
,t
t, FAIUD GABAN .
tI0
't\, BELAJnn rmar< BICARA j.
lt I
I
,4
i.
rt2
1l
tt
':
BELAIAR TIDAI( BICARA
(, :.
lt3
I
,t FAR-ID GABAN
(, :
l14
i
ll
1,ll prr-aD A
\a&' BICARA
IT. BELAJAR TIDAK :"
' mundur dari DPA, negeri ini telah kehilangan Pak Domo.
Maksud saya, Pak Domo yang seperti dulu. Dan saya bertanya
dalam hati: masihkah kita perlukan Pak Domo yang tidak
, seperti dulu lagif **"
:*
{
i"-
ll5
j
rl
"l
'(,
:,
Gadungan Mania
116
I
t17
I
,t FARID GASAN .-
"Namal Alamatf"
Pendaftar itu, berpakaian rapi lengkap dengan dasi,
menyerahkan I(TP-nya.
"Bapak tidak nampak seperti penjahat."
"Bapak keliru. Saya eksportir. Saya palsukan restitusi
pajak sehingga merugikan negara senilai Rp50 juta."
"Itu kejahatan kecil. Ada banyak yang merugikan negara
lebih banyak dari itu. Bapak tak perlu mendaftar sebagai
penjahat."
"Saya protes. Saya berhak menjadi penjahat!" kata orang
berdasi itu dengan mengacung-acungkan buku tebal KUHP
"Bapak boleh baca ini. Menurut salah satu pasalnya, saya
harus disebut penjahat."
*Baik. Ini borgolnya. Pendaftar berikutnya! !"
tt8
il
:,1
(, BELAJAR TIDAI{ BICARA :.
r19
i
il
ittl
't,,
t20
I
'4
(, ELAJAR TIDAI{ BICARA .
12l
I
gnUiUi. tak bisa menolak jadi Bugis atau I(wik I(ian Gie
menolak jadi Cina. Makna Bhinnelea Tunggal Iha rak bisa
disusutkan menjadi lzeragnruan semata atau hetwnggalan
semata. Bahkan Boedi Oetomo sendiri adalah organisasi 1'a4g
kental berbau [<ejaivaan."
'hpakah nasionalisme berarti antikelompokFSilakan
minum, Pak, sebelum esnya cair...."
"I(ebebasan berkumpul dan berorganisasi diakui oleh
konstitusi negeri ini," katanya. "Golkar, yang akan mengge-
likan jika harus memperjuangkan aspirasi publik pemilih PDI
atau PPI bukanlah bentuk antinasionalisme. Demikian pula
dengan ICKI yang tak seorang pun berhak menolak keha-
dirannya. Tapi, apakah ICI(I, karena label hebarrysnan itu,
lebih luhur ketimbang PIKI yang berbendera Kristen atau
ICMI yang berbau Islam, ya masih harus dilihat. Sebab, nasio-
nalisme tidak antiagama."
"Maksudnyaf "
"]ika kau bukan seorangMuslim, kau memerlukan ajaran
yang. benar dari |esus Kristus atau Buddha Gautama untuk
mencegah nasionalisme menjadi energi fasis yang destruktif.
I(au tak mungkin meniru Slobodan Milosevic atau Vladimir
Zhirinovsky"
"Baiklah. Tapi, itu baru sebagian saja menjawab kebi-
ngungan saya. ]ika nasionalisme bukan antisuku, antikelom-
pok atau antiagama, apa sebenarnya nasionalisme itul Apakah
itu berarti mencintai segala yang serba Indonesiaf Maaf, Pak,
terus terang saja itu definisi yang mudah diucapkan tapi sulit
dilakukan. Bapak lihat sendiri apa yang saya dan teman-teman
biasa pakai: Levi's, Ilammer, Seiko. Kami bisa memilih untuk
menolak itu, tapi makin hari kian sulit."
Beliau hanya tersenyum.
"Bahkan, menteri-menteri kami naik Volvo. Dan batas-
batas negeri tak iagi mudah digariskan ketika angkasa kita
teianjang di hadapan siaran-siaran televisi internasional."
"Negeri kita tak mungkin jadi pulau yang steril. ICta
122
I
,t BELAJAR TIDAI{ BICARA
:
r23
rl
,t
(,
Peradilan Sesat
t24
I
125
I
126
t
,s BELAIAR TIDAI( BICARA
:.
t27
il
.'l
'(,
Toleransi
t28
t
,a BELAIAR TIDAI( BICARA
:-'
L29
{
.4
FARID GABAN :-
t30
Itl
t3I
rl
i
:'ll
'(,
Nasionalisme (II)
t32
I
,t BELAJAR TIDAI( BICARA :
I33
I
., FARID GABAN
(, .
134
it
i
rl
i,,
rt. BEI-UAR TIDAK BICARA I
r.35
I
,.1
..
Metro Mini
t36
t
t37
I
,4
FARID GABAN :-
i38
I
,.1
t
139
I
,d
FARID GABAN :
koran.
Sebagai orangu-ra )'ang baik (maun1'a begitu.), kami
kadang risau jika kerancuan makna seperti inr dibau'a sxlnptli
besar. Mesiii kakek-nenekn)'a bilang itr'r biasa, ktrmi lebih sr-riia
sedihit demi sedikit mengoreksi kesarlah'.rn tirdi: btrhrva "mi-
nlrm", "n-Iain' dan "tidttr" adtrlah ht-rl-htrl yang berbbda.
Sebagai ortrngtr-lil )'ang (rnaunya) baik pula, kami tne-
ngajarkan kata dan makna-mtrkna baru. ]ika kami rrenys$Lr1
"brllan", sekarang ditr sudtrh tahu harus tnenengadah ke langit
malam hari. lika kami bilang "ikan", ditr otomatis menoleh
ke kolam kecil di halaman belakang rumah. |ika kami katakan
"cicak", dia menatap sekeliling bola lampu di langit-lirngit
rumah. IGmi gembirrr karenanya.
. Gernbira? Inilah yang sedang saya renungkan beberapa
pekan terakhir. Saya ldrarvatir apa yang kami ajark:rn itu sia-sia
belaka.
Perlukah kita mengajarkan pada bayi ketepatan makna
jika di dunia dervasa kita justru melembagakan kerancuan
maknaf Bukankah sia-sia belaka mengajarkan perbedaan
"blrlan" dan ttikan" sementara orang-orang dervasa susah
membedakan "negara" dari "keluarga-'-bahrva aPa )rang jadi
milik negara tak bisa dikelola seperti milik keluargaf Harus-
kah kita mengajari mereka perbedaan antara "rrtakarf' dan
"tidur" selnentara di dunia dewasa kita makin tak paham
apa bedanya "mengintimidasi" dan "rnembina"?
Perlukah kita mengajarkan pada bayi kosakata baru
seffIentara di dunia dervasa kita kaya akan slogan namun
makin miskin akan kosakataf
Haruskah kita mengajari bayr-bayi itu berbicara semen-
tara banyak orang dewasa sePerti saya kini ramai:ramai
belajar untuk diam?
Saya merasa seperti tokoh ayah dalam "Lumpuh"-
cerpen Hamsad Rangkuti yang saya baca di majalah Horison
ketika SMA. Sang ayah dalam cerpen itu berupaya keras agar
anaknya sembuh dari kelumPuhan sejak bayr. Dengan sabar
140
,l --:-
ELAJAR TIDAI( BICARA
T. J
141
I
,t
Pasar Minggu
142
t
,n
BELAJAR TIDAI( BICARA :
sayt'r pindah dari Bendtrngan Hilir. Thpi, maaf ll:'o, d.en. Saya
tidak pula bermaksud memacetkan jalanan, sehingga
mobil-mobil harus nggrevnet di sini."
"Dan kini kios kalian digusur lagi."
. "Tidak apa, d.en.I(ami sudah terbiasa dengan ini."
"]adi kalian tidak marahf"
"Marah) Oalah, d.en...'d.en. Persediaan marah saya sudah
habis, entehgwsis, ketika kios rokok saya ludes dihancurkan
di Pasar Rumput. Dan kami anggap sernua ini sudah meru-
pakan dalil hidup di Jirkarta. I(arni bersalah karena memper-
buruk ivajah kota dan memacetkan lalulintas. Sudah semes-
tinya kami ditertibkan. hpi, kami tidak pesimistis. Kami akan s
L+3
I
,d
FARID GABAN .
t+4
t
icl
t't
tt BELAJAR TIDAK BICARA ].
145
I
,i
Solilokui
r995
t
't
') Diadaptasi dari Dongeng karl'x Simon Carmiggelt dalam buku Hurnor
Sehol.om SenywmDihulurn, Penerbit Jambatan, Jakarta, 1982.
149
rl
't FAR]D GABAN :
*Hanya sedikit permintaan saya," katanya. "Saya ingin
agar harga-harga kebtituhan pokok sehari-hari tak me-
lambung terl'alu tinggi, lebih tinggi dari kenaikan gaji kuni
yang baru." ,
"Bagus. Maksudmu, agar laju infiasi tak lebih cePat
dibanding lajti kenaikan gaji? Ini permintaan mudah.'Sos pasti
meluluskannya."
"Ya, begitulah."
*Baik, i"tu akan terlaksana," kata sang peri. "sekarang
*'
saya pergi."
Harjo pulang ke rumah sambil bersiul. Dia menceritakan
apa yang terjadi kepada isuinya.
Sementara itu, sang peri terbang menuju nrarkas besar
kaum peri, letaknya kira-kira di atas Lapangan Monas. Dia
menyampaikan laporan yang. sudah ditulisnya rapi kepada
bos.Laporan tentang manusia budinran bernama Harjo.
"Ka.u pasti peri yang sedang magang. Tidak berpe-
ngalamanr" kata bos kaum peri.
"Ya?" suaranya bimbang.
"Kamu bikin repot kami. Buku apa saja yang kamu baca|
Siapa yang melatih kamul"
tAnu....t'
"Mengapa dalam piket pertamamu kau sudah menjanji-
kan sesuatu dengan sangat dermawannyal Seolah-olah itu
semua tidak meminta biaya!"
"Thpi pegawai itu benar-benar orang yang baik hati,"
kata peri magang sambil menangis. "Kaki saya yang patah
dibebatnya...."
'Ah, kau bodoh. Itu dilakukannya hanya karena dorongan
rasa sentimentil," kata bos kaum peri dengan sinis.
*T"pi, yang dimintanya tidak banyak."
"Bodoh!" kata bos kaum peri. "Kamu menjanjikan
sesuatu yang sangat mahal. Untuk memenuhi permintaan
manusiamu itu kita harus kerja siang malam. Saya harus
mencegah para pedagang berlomba-lomba menaikkan harga;
i50
,1 BELAIAI{ TIDAK BICARA
t. :
15r
I
'n
152
I
,1 BICARA
BELAJAR TIDAI{
:
153
I
', D GABAN :.
154
I
'l
.;
r55
I
156
I
t57
I
,t
158
I
.e
BELAJAR TIDAT BICARA
t. . :.
159
I
,t FARID GABAN .
r60
I
't
I6l
I
r62
!l
:11 BELAIAR TIDAI( BICARA
(. :'
163
t
.I FAR]D GABAN
t. :'
' sehaC' bahrva liberalisasi perdagangan tidaklah sama dengan
liberalisme. x * "
i
J,
164
I
,t
\.
Waldl Rakyat
165
I
t66
t
t67
I
,t
(.
.;
Binatangisme lJnivers al
r68
t
t69
t
I
I
t70
t
,t
Preman
17l
I
t72
t
t73
.I FARID GABAN
(. :'
174
;l
,n
i'
Alij*
' Rembulan pecah berkeping di aras ranting pepohonan
Sarajevo yang meranggas.'Di atas kursi batu,.di raman kora
yang porak-poranda, lelaki tua iru duduk. Tepekur. Sendiri.
"I(enapa semua ini harus terjadif" Bibir lelaki itu ber-
gerak antara doa, keluh, dan tanl'a.
'
Sarajevo memasuki musim semi keempar di barvah to-
dongan senjata, hari-hari ini. Lapisan salju pergi sudah, dan
pori-pori tanah kembali leluasa menguapkan aroma darah
yang selama tiga tahun terakhir merembesinya-darah
puluhan ribu penghuni kota.
Lelaki itu menghela napas dalam-dalam. Dan mengeluh.
"Manusia dipisahkan satu sama lain oleh dinding-dinding
beton yang mengha-langi peredaran kasih," gumamnya. Dia
me-ngutip kata-kata da_i Tbe Snow of Etemity-nya Karvabara.
Jubah hitamnya berkibar, diayun angin dingin yang
mengusung gemericik air Sungai Miljacka. "Inikah Eropaf
Letih dan bernoda darahl" Kata-kata Andre Malraux itu se-
perti membarva kutukan. Dan lalu, kepingan r,vaktu ber-
kecamuk secara kaleidoskopis di bawah kulit rambutnya yang
mulai memutih.
Usianya baru 20-an kala itu, sebentar setelah perang
t75
I
,I FARID GABAN J
t76
rl
'l BELAJAR TIDAI( BICARA
:-.
177
I
,l GABAN
FARID .
178
I
,n
ir
Pasirukem
179
I
tantrh
Itnva Tengah. Sebual-r kehiclupan yang bersiklus pada
dan musim. Gubug-gubug kecil dekat pematang. Orang-
orangan LlntLil( rnenakur-nakuti burung. Sebuah kenduri kecil
ketika panen tiba dengan nasi megono-ditanak dengan cam-
puran kubis serta Parutan kelapa. Dan sebelum musim tanam
terikutnl',l) sa)ra bias"nya menikmati permainan ldin: naik
luleu d:rn qnrn yang dihela oleh dua ekor kerbau.
IGhidupan di desa tidak seromantis seperti itu, terutarna
jika kita hidup di sana selalnanya. Dan di Pasirr-rkem maYPun
desa-desa sefuta.nya, Jakarta-yang sangat dekat sekaligus
sangat jauh-membuat kehidupan lebih problematis' .
-fGhidupan masih berpusat pada tanah dan musim.
Pada pigi hari m'.nim Panen seperti sekarang, ketika dua
jarn dari situ mobil-mobil berdesakan di lalan Thamrin, Anda
'bit"
-..ty"ksikan iring-iring.an sepeda sederhana-asal
ada
roda, raniai, kerangka dan jok' Berpasang-Pasangan, buruh
tani menuju lahan yang dipanen' Sore hari, beriring-iringan
pula mereka pulang, biasanya dengan mengangkut sekarung
gabah di boncengan-upah mereka hari itu. Yang lelaki
mengal'uh di depan, yang Perempuan duduk di atas karung'
Sebagian dari mereka tak datang dan pergi seperti itu.
Mereka hidup dalam tenda-tenda plastik selama beberapa
pekan musim panen. Mereka berpindah-pindah dari lahan
pn.r.n ynttg satu ke lahan panen yang lain. lalar-r \e arah Pasiru-
kem itu pada musim Panen seperti layaknya sebuah jambore
kecil para petani.
Sibagian besar padi yang baru dipetik langsung ditim-
bang di plnggir-pinggir jalan itu, dikarungkan dan diangkut
ke timpietempat penggilingan di Karawang. Hanya bebe-
rapa hari setelah itu, padi segera berubah jadi beras dan siap
dipasarkan di Pasar Induk Cipinang, |akarta. Cepat, ringkas,
dan hampir tak menyisakan rezeki bagi orang-orang di situ.
Harrya sedikit rezeki buat mereka. Buruh tani membawa
sebagian i<ecil darinya-disimpan, dikeringkan, ditumbuk dan
menjadi gantungan hidup hingga musim Panen berikut. Beras
r80
I
'.'1
(. ELAJAR TIDAK BICARA .
181
I
,t FARID GABAN .
I82
t
'tt
Oknum
183
t
,t FARID GABfu\
r.. :
I84
I
185
I
., FARID GABAN .
t86
I
,t
I(artel
t87
il
.'l FARID GABAN
'(, :
188
I
189
I
,t FARID GABAN
190
t
,t
IQlling Field.s
191
I
192
il
t'l BELAIAR TIDAI{ BICARA
't,. :,
r93
i
il
i,t
ri FARID GABAN J.,
194
t
',t
.".*
Anak Pejabat-)
sendiri.
Adalah urusan mereka ingin menjadi arsitek, dokter,
tentara) konglomerat) atau pedaga.ng asongan.
Adalah urusan mereka pula menjadi bukan apa-apa.
Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau.
Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu.
Jadi, jangan paksa mereka menjadi pengusaha, terutama
jika mereka tidak punya cukup bakat membedakan mana
kepentingan pribadi dan mana kepentingan negara.
Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan
katebelece dan memo saktimu.
Sebab jika mereka berbisnis dengan memo dan pengaruh
r95
I
196
I
,s
197
rl
'lt,. FAR]D GABAN :
198
I
L99
I
,e
I(ecewa
200
t
,t BELAiAR TIDAI( BICARA
:
201
rl
't
.t FAR]D GABAN .-
203
I
,1
rl
Solilokui
r996
I
,t
L
Republic of Vampire
208
,l
I
,
t
tl
l::r
T .FAI{ID:GARAI{ r:,
:"
..,1
:L
2L0
I
't
.i
2rl
I
's
t., FARID GABAN .
Thk ada semua htrl itu, tata cara dan orn,rmen yang di-
ciptakan terutama bagi mereka yang masih hidup Simp.el'
Sederhana. Dt-rn itulah c?1ra ldlas orang Betarvi menguburkan
kerabtrtnya )'ang melinggal. IGmatian-seperti juga hidup-
bukanlah sesuatll yang teramat istimerva.
"Cukuplah kematitrn menjadi contoh bagi merdka y21ng
hidup," karra (Jstadz )/ang lnemimpin doa di atas PLlsara'
..I(e'latian bukanltrl-r sesuatlr yang patLlt ditakuti at'.ru dita-
ngisi. Dia pasti akan dataqg."
Saya tiringat sePotong bait dalam saiak Pastoral karl'n
penyair ,!rcep Zamzam Noor:
2r2
I
213
I
't\.
214
t
n5
I
2r6
t
t
,l
i'!
-(, BELAIAR TIDAK BICARA I
a: , l
...1,.,.1.,,jr,
217
I
'tt,
Mengiterogasi Cabe
2I8
I
2L9
I
220
I
isap dari tanah dan udara yang kita hirup dari langit. ICta
terlalu rnemandang penting komputer, internet, dan mobil,
sebegitu penting sehingga ffrenganggapnya sebagai penlaia-
mat masa depan kemanusiaan. Kier melupakan cabe-tanam-
an sederhtrntr iftt.
"Tapi, apakah dengan begini caranyxf" kata"baya, rnulai
lunak. "Tindakanmu ini berbahaya karena menlreret naik
harga barang-barang lain."
"Trk peduli saya," katanya.
"Lebih dari segalariya, kau menciptakan ketidakpastian.
I(au menjungkirkan sta.tus qwo. Kau memorakporandakan
konsep manusia tentang benda-benda. Jika sehari ini daging
sapi lebih penting dari tomat, tapi esok harinya cabe lebih
penting dari daging sapi atau tomat) banyak manusia akan
menjadi gila. Manusia tak bisa menelan dunianya jungkir-
balik secepat itu. Mereka bir" ."p"t punah karenanya. ban
jika mtrnusia tiada, tak penting benar apakah kau, para cabe,
lebih bergengsi dari daging sapi atau tomat. Mengertil!"
Senyum di bibirnya mengendor. Dia nampaknya menger-
ti apa yang saya maksud.
'Apakah jika saya sependapat denganmu, kau akan
melepaskan saya pergif" Dia mengiba.
Saya menyeringai. Saya mengambil pisau silet dari saku
baju'
x**
Pagi itu, saya minta istri saya untuk membuang semua
tanaman hias di pot-pot dan kebun belakang rumah. Ang-
grek, kaktus, palem dan mawar tak berharga itu kami bakar
di tempat sampah. I(ami menabur biji-brji cabe sebagai gan-
tinya.xx*
22r
I
,s
(.
222
I
,.1 BELAIAR TIDAK BICARA
\. :-
223
I
224
I
,t
t,
227
1l
',::l
'( FARID GABAN :
228
I
,t
(,
230
\
{
i1
\'I
!i. BELAJAR TIDAK BICARA
i
' k pribadian Yang bersih. .
Seorang atasan yang korup dan piawai dalam koiusi tak
bisa melarang bawahannya memainkan lagu yang sama' Yang
, terjadi kemudian. adalah sebuah konser.**x
t.'
$
231
i
il
'.'l
,.t
Puncak
2t5
I
moral kepada para pejabat daerah yang selama ini rikuh dan
takut menggunakan rvewenangnya : membongkar vila-r'ila tak
berizin. Para pemilik vila itu adalah orang-orang yang biasanya
tak hanya berduit, tapi juga berkuasa-karena memiiiki ja=
batan penting atau bedil. Para pemilik vila itu bahkan ditakuti
dan disegani cukup hanya jika dekat dengan pemilik+jabatan
atau bedil tertentu-tanpa harus memilikinya.
Bejo mendengar Pak Menteri berharap: "Orang-orang
tertenru yang tahu telah melakukan pelanggaran lingkungan
di sini agar dengan kesadafan sendiri membongkar bangun-
annya."
I{arapan itu seperti pisau yang menghunjamkan'rasa
bersalah ke janrung Bejo. Kawasan Puncak lama diprokla-
masikan sebagai wilayah pelestarian alam dan resapan air
yang akan membuat Jakarta tetap sehat. Kembali Bejo men-
coba menenangkan diri. Bejo'tak pernah merasa punya be-
king. Dan dia punya dalih lain: "Ilanya mereka yang tak punya
IMB yang harus mebongkar vilanya. Aku punya!" gumamnya.
'Aku punyal" Bejo meremrng lagi seraya menyalakan
rokok pengusir dingin malam. Dia memang punya IMB-
itu didapatkannya setelah menyuap pejabat pemerintah
daerah setempat. Mendapatkan IMB seperti itu jauh lebih
mudah daripada membuat konstruksi rumit di lereng gu-
nung. Uang bisa mengeluarkan izin yang paling muskil pun.
'Apa yang salahl" pikirnya. "Tak ada yang salah! Saya
hanya telah membayar lebih mahal untuk vila ini. Dan bukan-
kah saya layak menikmatinyaf"
Bejo merasa lega menemukan pikiran seperti itu. Me.
nyaksikan kelap-kelip lampu |akarta, dia merasa bebas dari
rasa bersalah.
"Dan lagi, apa artinya tanah 1000 meter persegi untuk
keselamatan |akarta. Jika pun saya membongkar vila ini,
]akarta toh akan tetap bising: pengap, dan banjir.... Saya tak
sendirian di Puncak ini."
Dan seperti Bejo, ribuan pemilik vila di Purrcak bisa tidur
I
rl
a
!':'
tt. TEi-A1AN TIDAK BICARA
' tenang malam itu: mereka merasa punya INIB (meski harus
menyrap), mereka rrierasa tak terlalu bersalah karena hanya
menggunakan tanah 1000-2000 meter persegi. Dan m'ereka
' merasa tak sendirian.**x
I
i.
.$
-t
i.a'i
235
I
,t
(..
j'
Anak-anak Abadi
237
I
,t FARID GABAN .
't;.
239
rl
'l(,
j'
Politik Warna
2+0
I
241
I
,a
t
FARID GABAN .
Dimuatpa.da5Mai 1996
242
I
,t
f
Dia
2+3
I
'n
t. . FARID GABAN :
berlongo-longo memandangnya.
"Bapak...l"
"Snyn mengenal dekat penjahat yang kabur itu. Sa1'n llqul
andil dalam kejahatannya. Thht-rnlah saya, sampai penjahat
itu ditemukan kembali."
"Tapir... f ':rl
244
!l
245
'r
i,t
ti.
Indeks
Obr"ru.o.rr. ix,162
ABRI, dukungan, T8
Aburizal Bakrie, 40
Acep ZamzarnNoor, 212
ad.ilwb ung, peradaban, 97
Affandi, T3 :'
AFB ee
'agama setan, 2tr6 ' ' :
Alijalzetbegovic, I78
i "t ' ::
Atlabu.Ahbar,l55
American Ninja,lB2
Amien Rais, I30
anarkisme, 53
angonwed.hws,225,226
Another World, drama seri, 35 ir' :
247
,T F.ARID GABAN
":, :
aplrrtemen megah,43
APBN, 66; daner yang beridtr di lurirr-, 67
a.ppointment,24,IOs
' Alchimedes,24
J -l,tittoteles,l77
A,rk;ursirs, politisi lokal, 1.09
fuia, negeri tlttctltt-tracan, 23
A sian Wall Stre et J ounr n l, 33
asongar, pedagarrg, I44, 195
Asterix, 161, 162, 163 r
Astra Internasional, 33 i
248
t
Benazir Bhtrtto, 79
Bendungan Hilir, 143
Berlin, 202
Beverly Hills, 196
Bhinneha Twnggal lka, makna, I22
Big Mtrc, 37
biriat'ang, kelompok penl':ryang, 169 ':''
birokrasi, 102, 103, 20I ;-pemerinrah, 229
blingsatan,169
Boedi Oetomo,LZO,I22
Bogor;2lI
bom plastik, 177
Bosnia, 97, 98, 99, I7O, 17 6, 17 7, L9l, 192, 193, l9B; kaum Mus-
lim-, 98;-Herzegovina, I34; medan pertempuran-Flerze9o'
rrina, I59
Boutros Boutros Ghali, I93
Brasil, 194
break even point,25
Brussels, I70
Buddlra Gautama, I22, 177
BUMN, 33; efisiensi-, 166
Bdng Karno, 76, 77 1 karisma-, 78
Bursa Efek )akarta, 20
bursa saham, I8l
buruh, 166; mengorganisasikan-, 371 pemogokan-, 30
249
I
,I FARID GABAN
(,
.' Clapton, Eric, 120, I33
Clinton, Bill, I08, 110; ongkos k:rnpanye-, I09
cNN,37
, Coctr Coltr, 35, I2l, I82
5 cogito ergo suno,2l.6
I Coltrnrbtrs. Chrisropher, 34
comtuonplacer9
Conlon, ktrsus, 125, 126
CoryAqs;to,79
covet" boy, sa\rembar;l, 69
a
250
.
',t. BELAIAR TIDAI\ BICARA .
;-
ekspresi l<eindahen, 74 :.
, El Fil,ibustet ivno,209,2I4"
elektronik selundupan, barang-barang, 65
Emeraid Golf Course.and Country Ciub, 152
energi fasis, 122
[ssol sal'air satu raksastr niny;rk, 223
ethnic cleansing, I97 ;-ala Serbitr, l9B
etika, 69
', Eufrat, 34
Eurelea,24
I Eur.ogroup for Anirnal Walfut"e , 17 0
gado-gado,37
Galia, l6l, i62;-I(r.rno, I62
Gandari, 7l
Gandhr,lTT
qnnt,180
25I
I
,t FARID GABAN
t
qo public,32
Gold.en Key IGnebeletje Corporation,I00, 102
golf, 53, 143; kasus lapangan-Cimacan, II2; lapmgan-, 181
Golkar, 7 7, 7 8, 80, I22 ; seorang-tLrIen, 242
Golfut, Bt
Gorbacherl Mikhail, 83
Goscinnyi I6J-
green lifestyle, 29
Grozny, I55,156,157
GSP oleh Amerika Serikat, pencabutan, 52
Gubeinur Negara Bagi.an fu'kansas, 108
GunungAgung,33
GunungMerapi, 143
Gunung Sindoro, 19, 32, 45, I79
Guruh,76,77
Habibie, 8.1.,122
hak-hak asasi manusia, 97
F:[amas, para pejuang, 168
Hamka,80
Hamlet,8
llammer, kaos oblong, 35
Hamsad Rangkuti, I40
bandpbone,2lS
Hard Rock Cafe,37, 152
Pak Harto, 79
Haryanto Dh'anutirto, 166, 203
252
.' BELAIAR TIDAK BICARA .
("
' Hasan Basri, 65
Hatta, Bung, 20I
HillaryClinton, 110
' Hollyvood, I49; banjir produk br'rdalra-, 162
,^ horue theater,Z33
Homo F{omini LuPus' 20
Hotison,majal'ah, I40
I{orn'as Silitonga, }16
HPH, pengusaha, 167
hukum Inggris, 126
hukum pasar global, 163 ''
Hwm an Irnrnwno - n on - cl, efi ci en cy Viru s, 2l
Hlde Park, berdemonstrasi di, I70
Hyundai,23
253
.T FARID,GABAN
(,:
" fatua Pos,207
lembatrrn Semirnggi, lI7, 17 8
lenggtrurah, k;rsus, I 98
. jenirrs,224
,t Ieprrng.S6lrestorlrtt-r22r40
' JesusI(ristus, 122
jongko, )-44
fonr.al do Brasil,I94
]ose Rizal, 209,2I4
fu,assic Parh.,87
I(afl<a, 177
I(alimantt'rn, 129; pembabat hutzur di pedtrlaman, 167
I(zulpr,rng Rulbutan, pencopet di tern-rinal, 104
Kampung Sirvo Gunung, 156
I(nnow Besar Bahasa In.donesia, 139
I(;rnt-rdir, J-93
kanker, 94
I(rrrrdzic, 199
I(ararvang, I79, 180, 181,219
kartel, praktil<, 187
kartr-r kredit, 18I
kt-rtedrai, 177
KtrtolikRom'"l, 176
I(atolik 1'arng saieh, 34
. leattebeletje,l0O,I0I, 102, I03
I(arvabata, I75
I(au'ah Cturdr;-rdimuktr, I 5 3
I(ektris trran Holly.rvood,
1 62
25+
t
,t BELAIAR TIDAI( BICARA
L;rmpung,19!)
Iapengzur l<er;a, 114
Lrrpangan Monas, I50
Larry lGtcg Liue,133
Lars Windho rst, 222, 223, 224
Lru Vegas, 58
255
t
,t FARID GABAN
t
ln rr,rlirr,43,44
LautAlafuru,113
Laut Tengah, 33
Le Cobusier; I77
Lebak Bulus, stadion,, 30
Lerti's, celana) 35
Ler15 Henr11 s'astra\\/alt Pr:rncis, 213
liberal,64
liberalis, 37;-nihilis, 83
liber'alisme, 65, 67, I 64 ;-ekonorni, I 29 ;-perdagangan, 162, 163 ;
simbol baru, 64 'l
Liem Sioe Liong, 33,39
Liga Inggris atau |erm'an) nonton siaran, 57
th e lirnits to grovth, 29
LippoVillage, 152
Llof ii, Frank,l77
Loeknran Soetrisno, 207, 208, 2Og
London,170
bku,lSO
m'anajemen, teori, 20
Mandarin, bahasa,223
Marco Polo, 34
Marlboro, 35; asap rokok-, 120
Masl'umir 80
Mazowiecki, Tadeusz, 193
MC Hammer, 37
McDougal, ]ames, I0B, 109, Il0
rneeting r24
Megatrend,, membaca, 19
Megarvati Soekarnoputri, 76
rnemo sakti, 195
I
'.t
q,
BEI-A]AR TIDAK BICARA.
Metalica, nonton, 30
Mien Sugandhi, Menteri, 79
Milosevic, Slobodan, 122, 199
miracle,lnenurlggu datangnvtl) 56
Mishima,177
Mladic,I99
Mochttrr Lubis, 80
Mohenjodoro Htrrappa, 34
Monas, l:rpangan, 154
monopoli,20l !
Monsieur D Sytga,75
Mount Everest, 89
Muhammad,177
multietnik,lTT
multikultural, 177
multireligius, 177
Murdoch, Rupert, 37
nrsik heavl-metal,222
Muslim Bosnia, serdadu, 192
Muslim di Indonesia, kaum,98
Al-Mustafa,I95
257
i
t
dl
i::r .,FARID.GABAN
NyomanNuana,T3
ozon, ltrpisan, 30 li I
t(
P-4,r7L,244 j ,ll
Pak Darno, 112
Palio, kebrutalan, 169
Pancasila, 172; slla kedua-, I73
Pancasilais, L28,172
Pzuroramix, dukun, 16l-, 162
Parung,212
Induk Cipinang, 180
P'.rsar : !,
PasarMinggu,zLg' :,r
Pasar Runrput, 143
patriotisme, 35
PAU (Pusat Antar lJniversit'as) UGM, I(eiompok Studi Ekonomi,
208 .,i
PBB,98, L92,193
PDI, 78, 7 9, I22 ; simpatisan-, 77 ; kongr es-di Surabaya:,'.V,6 t.', t
258
t
Pictrsso, ir"rkiszrr-i, I 76
PTKI,I22
Pinisi, kap'al, 50, 82
PI(I, dituduh, 199
Pltrnet F{oll1m'ood, 1 52
Platoon, I32
plurtrlisme, I78
PNI, 76
ll7, 183, I84, 243
polisi,
polnogr;rfi, 65
PPD, 165
PPP,77,78,80, I22
Pra.logo Pzrngestu, 32
Prtrmudtrar A.nanta Toer', norrel-novel, 65
Pr'ancis, 98, 162,163
predator, 136, 138,208
prernarnisme, I72
prinordi;rlis ne, I2I, I27
Proton strga, 23
psikreter;19
PT Barito P:rcific, pembelian s'aham, l1J.
Prtbltcgathe|rng,5 /
Puucak, I(asras'an, 234
R&D,20
radikalisme, 53.
Raj'am'andala, l83
rap,44
R?ltna Strri Deu'i, 64,65
Rnn't Pantai Lawt Selatan, I33
RCTI,59
re nl- est nte ) 39, 40, I09, 222 ; perusahaan-, I 0 8
recall,165
Rendra,73
RestoranMcDonald, 152
Reuter, I(antor Berita, 168
RobinHood,l25
I77
Rodin, Auguste,
259
I
Strbah,5l
Saleh Afi ff, Menko EkkuflVasb'an g, L29
sampah plastik, 94 i!
SARA,126
Sarajevo,97,99, I34, I59, I75,177,193, I98
Saraj avo: Exod'us of a City, 177
Sarinah Ia)'a, 33
Satpam,24
Satria Baja Hitam, I52, 153, 154
Satria Pringgondani, I53
Schiphol, Bzurdara, 169
Scud, rr,rdal, 152
SDSB, 2l, 5 8, 64, 64, 65, 66, 7 4, ll2 ; kasus penctrbut'an-, 78
sekol'ah mengaj'ark'an intelektu'alit'as, namtrn tid'ak etika dan spriftralitas,
2t6
sektarianism e, l2l, 127
Semenanjung It'alia, 3 3
Semut Baru, I59, 160, 198, 199
. Sengkon dan Karta, 125
Senor Simon,214
Sennrl Highlurd, I52
sepatu bootr33
septic-tank,96
Serbia, 99, I59, 198; kaum nasionalis-ekstrem-) I97;-dan Kroa-
sia, 98
serbuan budaya asing, 162
Shakespeare, S, I77
sinagog,lTT
Sionil F. |ose, 133
Siska, II3;-Datang Sudomo Bertekuk-lutut (SDSB), 113
Siswono Yudohusodo, Menteri, 126
260
.E BELAI,.{R TIDAK BICARA
(,
261
I
,t FARID GABfu\
(. :-
sl,astanisasir 2lT
Sli,atch, arloji, 35
Svt'ircus) kotir, 24
Syugn,65,66
uberrnenschr29
Undang-Undang Dasar L945, 172
Undang-undang Pokok Agraria 1960, 160
1
(.
BELA]AR TIDAK BICARA
r vacwwnocleanerrl63
'
I ..
r'ideo pomo, 65
Vieur,un,223 '$
rriltr meiv:rh, 215
virus, 221 baru, 2l
voc,34
Vodka,37 1'
xenopbobia,163
Xiao Lao B'an,223
Yahudi, L76,I78
' Yrlumil Agoes Achir,49
Yeltsin, Boris, 83
Zagreb,99
Zarvarvi Imron, 213
7*pa,L93
Zhirinovsky,l22
7nla,L77
263