PENGEMBANGAN
INDUSTRI
MUSIK
NA SIONAL
2015-2019
Rencana Pengembangan
Industri Musik Nasional
2015-2019
: i
Dina Dellyana
Fikri Hadiansyah
Adib Hidayat
Widhi Asmoro
Penasihat
Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Pengarah
Ukus Kuswara, Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Ahman Sya, Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya
Cokorda Istri Dewi, Staf Khusus Bidang Program dan Perencanaan
Penanggung Jawab
Mumus Muslim, Setditjen Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya
Juju Masunah, Direktur Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik
Julianus Limbeng, Kasubdit Pengembangan Industri Musik
Tim Studi
Dina Dellyana
Fikri Hadiansyah
Adib Hidayat
Widhi Asmoro
ISBN
978-602-72367-7-6
Penerbit
PT. Republik Solusi
v
Terima kasih Kepada Narasumber dan Peserta Focus Group Discussion (FGD)
Andre Sumual Jabatin Bangun
Robin Malau Yuslisar Ningsih
Wendi Putranto Azhar Hasyim
Ari Juliano Dewi Indriati
Hang Dimas Dian Nur Farida
Ario Tamat Marully Panggabean
Yonathan Nugroho Aris Firdaus
Ventha Lesmana Bens Leo
David Karto Haris Wahyudi
Totok Soediyantoro Indri Sjafri
Yudi Sukmayadi Frangky Raden
Aldo Sianturi Marusya Nainggolan
Eki Puradierdja Rahayu Kertawiguna
Harun Nurasyid Singgih Sanjaya
Arian Arifin Tito Loho
Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang
penting untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Ekonomi kreatif
adalah ekonomi yang digerakkan oleh sumber daya terbarukan dan tersedia secara berlimpah di
Indonesia, dimana kita memiliki sumber daya manusia kreatif dalam jumlah besar, sumber daya
alam terbarukan yang berlimpah dan sumber warisan budaya yang unik dan beragam. Ketiganya
menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan.
Kita, secara bersama-sama telah meletakkan dasar pengembangan ekonomi kreatif yang akan
membawa bangsa menuju pembangunan ekonomi yang berkualitas. Kesinambungan upaya
pengembangan ekonomi kreatif diperlukan untuk memperkuat ekonomi kreatif sebagai sumber
daya saing baru bagi Indonesia dan masyarakat yang berkualitas hidup.
Bagi Indonesia, ekonomi kreatif tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi, tetapi juga
memajukan aspek-aspek nonekonomi berbangsa dan bernegara. Melalui ekonomi kreatif, kita
dapat memajukan citra dan identitas bangsa, mengembangkan sumber daya yang terbarukan
dan mempercepat pertumbuhan inovasi dan kreativitas di dalam negeri. Di samping itu ekonomi
kreatif juga telah memberikan dampak sosial yang positif, termasuk peningkatan kualitas hidup,
pemerataan kesejahteraan dan peningkatan toleransi sosial.
Industri musik sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif, merupakan segala
jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman,
promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik. Saat ini masih ada masalah-
masalah yang menghambat pertumbuhan industri musik di Indonesia, termasuk didalamnya
jumlah dan kualitas orang kreatif yang masih belum optimal, ketersediaan sumber daya alam
yang belum teridentifikasi dengan baik, keseimbangan perlindungan dan pemanfaatan sumber
daya budaya, minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif yang masih kurang
memadai, pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang
sesuai dan kompetitif serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna.
Dalam upaya melakukan pengembangan industri musik di Indonesia, diperlukan pemetaan terhadap
ekosistem industri musik yang terdiri dari rantai nilai kreatif, pasar, nurturance environment,
dan pengarsipan. Aktor yang harus terlibat dalam ekosistem ini tidak terbatas pada model triple
helix yaitu intelektual, pemerintah dan bisnis, tetapi harus lebih luas dan melibatkan komunitas
kreatif dan masyarakat konsumen karya kreatif. Kita memerlukan quad helix model kolaborasi
dan jaringan yang mengaitkan intelektual, pemerintah, bisnis dan komunitas. Keberhasilan
ekonomi kreatif di lokasi lain ternyata sangat tergantung kepada pendekatan pengembangan yang
menyeluruh dan berkolaborasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Buku ini merupakan penyempurnaan dari Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia
2025 yang diterbitkan pada tahun 2009. Dalam melakukan penyempurnaan dan pembaruan
vii
data, informasi, telah dilakukan sejumlah Focus Group Discussion (FGD) dengan semua pemangku
kepentingan baik pemerintah, pemerintah daerah, intelektual, media, bisnis, orang kreatif,
dan komunitas musik secara intensif. Hasilnya adalah buku ini, yang menjabarkan secara rinci
pemahaman mengenai industri musik dan strategi-strategi yang perlu diambil dalam percepatan
pengembangan industri musik lima tahun mendatang. Dengan demikian, masalah-masalah yang
masih menghambat pengembangan industri musik selama ini dapat diatasi sehingga dalam kurun
waktu lima tahun mendatang, industri musik dapat menjadi industri yang berbudaya, berdaya
saing, kreatif, dan dinamis secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan
Ekonomi Kreatif Indonesia.
Salam Kreatif,
ix
3.3 Struktur Pasar Industri Musik...............................................................................................69
3.4 Daya Saing Industri Musik....................................................................................................72
3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Industri Musik.................................................76
xi
Daftar Gambar
Gambar 11 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembgangan Musik dalam Ekonomi Kreatif
2015-2019...............................................................................................................................9
Gambar 1-2 Perkembangan Musik di Indonesia .................................................................... 20
Tabel 41 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan Industri Musik 2015-2019............ 85
xiii
Ringkasan Eksekutif
Industri musik berkaitan erat dengan kegiatan di rantai kreasi, reproduksi, distribusi dan konsumsi
dan memiliki lingkup substansi yang cukup luas. Sebagaimana musik itu sendiri yang ranahnya
masih terus berkembang, industri musik pun demikian. Ruang lingkup industri musik dapat
dilihat berdasarkan genre, yaitu berdasarkan aliran musik yang diusung, contohnya jazz, rock,
metal, pop, dan sebagainya. Tetapi pendekatan ini dirasakan kurang tepat, mengingat genre
musik yang terus berkembang sehingga sulit melihat batas yang tegas antar genre. Untuk itu,
definisi industri musik bisa didapatkan dengan melihat perubahan dan kemajuan yang terjadi
pada industri musik dunia. Berawal dari konsumsi karya musik yang hanya dapat dinikmati
secara langsung, kemudian berubah menjadi karya musik berbentuk cetak (era penerbitan musik),
hingga saat ini di mana industri musik sudah menjadi industri yang besar mencakup berbagai
bentuk konsumsi karya musik dan telah memiliki komponen-komponen layaknya industri pada
umumnya. Dapat dilihat bahwa saat ini industri musik menggunakan jasa promosi atau marketing
dalam proses industrinya.
Namun demikian, perkembangan industri musik dan fokus pengembangannya bisa berbeda-beda
di setiap negara. Untuk itu, jika disesuaikan dengan konteks perkembangan subsektor industri
musik yang terjadi di Indonesia, dan dilihat dari sudut pandang industri kreatif, serta dengan
tidak mengesampingkan sejarah yang ada, maka subsektor industri musik itu sendiri dapat
didefinisikan sebagai: segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan,
kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik.
Untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai industri kreatif,
khususnya subsektor industri musik, perlu dilakukan pemetaan terhadap kondisi ideal, yaitu
suatu kondisi yang diharapkan terjadi dan merupakan best practices dari negara-negara yang
sudah maju industri musiknya. Selain itu juga perlu dipahami kondisi aktual dari industri musik
di Indonesia untuk memahami dinamika yang terjadi. Pemahaman antara kondisi ideal dengan
kondisi aktual dapat memberikan gambaran mengenai kebutuhan dari industri musik nasional
sehingga dapat berkembang dengan baik, dengan mempertimbangkan potensi (kekuatan dan
peluang) dan permasalahan (tantangan, kelemahan, ancaman, dan hambatan) yang dihadapi.
Ekosistem industri musik, sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan
(interdependent relationship) antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dan
antara peran-peran tersebut dengan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai kreatif.
Peranan ekonomi kreatif bagi Indonesia sudah semestinya mampu diukur secara kuantitatif sebagai
indikator yang bersifat nyata. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai
keberadaan ekonomi kreatif yang mampu memberikan manfaat dan mempunyai potensi untuk
ikut serta dalam memajukan Indonesia. Bentuk nyata dari kontribusi ini dapat diukur dari nilai
ekonomi yang dihasilkan oleh seluruh subsektor pada ekonomi kreatif termasuk industri musik.
Visi, misi, tujuan dan sasaran strategis merupakan kerangka strategis pengembangan industri musik
pada periode 2015-2019 yang menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan
dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi/lembaga terkait secara terarah
dan terukur yang dijabarkan pada Bab 4 Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia.
xv
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
06
18
12
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
JANGK A MENENGAH
PERFILMAN
2015-2019
RENCANA AKSI
Sumber: Benjamin Franklin
11
KERAJINAN 2015-2019
05
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
TV & RADIO 2015-2019
17
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
TEKNOLOGI INFORMASI 2015-2019
16
04
PENERBITAN 2015-2019
10
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
PENELITIAN & PENGEMBANGAN 2015-2019 SENI RUPA 2015-2019
09
15
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
ARSITEKTUR
JANGK A MENENGAH
2015-2019
RENCANA AKSI
08
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH SENI PERTUNJUKAN 2015-2019
14
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
xvi
v
Negara
Elemen Definisi Afrika Amerika
Inggris Swedia Jerman Kanada
Selatan Serikat
Pertunjukan Musik v v v v v
Komposisi Musik v v v v
Perekaman Musik v v v v v v
Promosi Musik v v
Distribusi Musik v v
Penjualan Musik v v v
Penerbitan Musik v v
Pendidikan Musik v
Pengembangan Musik v
Disesuaikan dengan konteks perkembangan subsektor industri musik yang terjadi di Indonesia,
dan dilihat dari sudut pandang industri kreatif, serta dengan tidak mengesampingkan
sejarah yang ada, maka subsektor industri musik itu sendiri dapat didefinisikan sebagai:
Sumber: Focus Group Discussion Subsektor Industri Musik, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif (MeiJuni 2014)
(5) The Cultural Strategy Group. 1998. Creative South Africa: A Strategy for Realising the Potential of the Cultural
Industries. Johannesburg: Department of Arts, Culture, Science and Technology.
(6) Harris, C., Collins, M., Cheek, Dennis. 2013. Americas Creative Economy: A Study of Recent Conceptions, Definitions,
and Approaches to Measurement Across the USA. National Creativity Network.
(7) Hyatt, D. 2008. An Overview of the Financial Impact of the Canadian Music Industry. Ontario: Ontario Media Devel-
opment Corporation (OMDC)
Industri musik beririsan dengan seni pertunjukan yang juga memiliki substansi seni musik. Untuk
menghindari tumpang tindihnya lingkup substansi antar subsektor, maka disepakati bahwa untuk
subsektor industri musik, lingkup substansinya adalah ruang lingkup dari industri musik, yang
esensinya berada pada karya musiknya, sedangkan pertunjukan hanya sebagai medium saja.
Sedangkan seni musik dalam seni pertunjukan berkebalikan dengan industri musik, di mana
yang menjadi fokus adalah pertunjukannya, dan musik dapat dikatakan diperlakukan sebagai
konten yang disajikan dalam pertunjukan.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka lingkup pengembangan industri musik meliputi industri
yang dikenal di dunia sebagai industri rekaman, yang terdiri dari dua aktivitas besar, yaitu
fragmen artistik dan fragmen industrial.
Sedangkan pada fragmen industri, para pelaku melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan
suatu keluaran yang berupa layanan atau produk. Fragmen artistik merupakan penyuplai utama
fragmen industrial sehingga dua fragmen ini tidak bisa dipisahkan dari industri musik.
Penyewaan Alat Musik dan Sound System, adalah pihak yang menyediakan jasa
penyewaan alat-alat yang berkaitan dengan penyelenggaraan acara pertunjukan musik.
Gambar 1-1 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Musik dalam Ekonomi Kreatif 2015-2019
Pada era industri penerbitan musik yang berkisar di tahun 1600-an, mesin cetak sederhana
ditemukan oleh Gutenburg yang digunakan untuk kepentingan gereja di mana nyanyian-
nyanyian yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan telah diproduksi dalam bentuk kertas.
Hal ini menandai era di mana lembaran musik pun mulai diterbitkan. Revolusi industri menjadi
penyedia jalan bagi pengiriman atau penyampaian musik kepada pendengar yang lebih luas. Di
era ini, musik mulai bisa dimainkan ulang di mana saja dengan mengacu pada kertas musik
yang umumnya berisi catatan nada atau komposisi lagu yang diterbitkan. Industri penerbitan
musik ini berlangsung hingga abad ke-18. Pada pertengahan-ke-akhir abad ke-18, komposer
Wolfgang Amadeus Mozart mulai mencari peluang komersial untuk memasarkan karya musik
dan pertunjukan ke khalayak umum. Setelah kematian Mozart, Constanze Weber, istri Mozart,
melanjutkan proses komersialisasi musiknya dengan melakukan serangkaian kegiatan yang belum
pernah dilakukan sebelumnya, misalnya penjualan naskah musik milik Mozart, pertunjukan
atau konser memorial, juga berkolaborasi dengan Georg Nissen, suami kedua Constanze, dalam
biografi Mozart. Hingga akhirnya pada abad ke-19, industri musik didominasi oleh para penerbit
lembaran musik.
Sumber: Wikipedia.org
Sumber: Wikipedia.org
Thomas Edison dan phonograph
kedua buatannya.
Selain dari terciptanya mesin perekam suara, perkembangan dan penyebaran radio serta industri
penyiaran secara luas pada tahun 1920, turut serta mengubah cara musik diperdengarkan. Opera
house, gedung pertunjukan, dan tempat-tempat pertunjukan musik masih tetap melanjutkan
produksi karya musik dan melakukan pertunjukan secara langsung, namun kekuatan radio
memberikan kesempatan kepada kelompok musik untuk dikenal secara luas dalam skala nasional,
bahkan mendunia.
Proses perekaman musik terus mengalami perkembangan hingga pada tahun 1948, disaat Les
Paul melakukan proses rekaman multi-track pertama (sound-on-sound overdubbed) yang mengubah
paradigma bahwa perekaman musik tidak selalu harus dilakukan secara live (langsung), di
mana semua musisi berada di dalam ruangan dan memainkan komposisinya bersama. Hal ini
juga membuka peluang lisensi artistik melalui rekaman. Label rekaman, yang berperan sebagai
penghubung, akan mempekerjakan orang untuk mencari bakat-bakat baru, dan orang tersebut
akan menempatkan musisi yang tepat dengan lagu yang tepat, di studio yang tepat dengan produser
yang tepat, untuk meluncurkan rekamannya pada waktu yang tepat. Orang-orang ini dikenal
sebagai Artist & Repertoire Representatives (atau A&R reps). A&R inilah yang juga bertanggung
jawab atas kesuksesan dengan skala yang mendunia dari musisi-musisi yang pernah kita ketahui.
Pada akhirnya industri rekaman berhasil menggantikan industri penerbit lembaran musik sebagai
kekuatan terbesar di industri musik. Kembali pada peran label sebagai penghubung, label juga
Pada era tahun 1950 ke atas, musik mulai menemukan bentuknya menjadi industri dengan
adanya suatu proses penggabungan beberapa kegiatan seperti: komposisi musik, rekaman musik,
promosi, hingga pertunjukan.8 Hal ini dilakukan untuk mendapatkan perputaran uang dari
musik yang diterbitkan.
Sebelum dimulainya era industri musik digital, berbagai format rekaman musik diperkenalkan
seperti kaset dan piringan hitam di pertengahan era 1970-an, dan tentunya cakram padat (CD)
pada era 1990-an, yang menjadi penanda kesuksesan industri musik di dunia. Hal tersebut terjadi
bersamaan dengan industri teknologi yang mengembangkan microcomputers, membuat komputer
pribadi tersedia secara luas bagi khalayak umum. Di tahun 1990, Internet muncul sebagai konsep
baru. Pada awalnya, Internet didesain sebagai pengaman jaringan komunikasi pemerintah
Amerika Serikat pada saat perang dingin. Kemudian menjadi tersedia bagi masyarakat umum,
walaupun penggunaannya belum diperbolehkan untuk komersil, hingga akhirnya Amazon dan
eBay berdiri pada tahun 1995. Hal ini menandai penghapusan batasan geografis dalam distribusi
produk rekaman musik. Pada tahun 2001, penjualan CD mencapai puncaknya sejalan dengan
pecahnya bubble.com.
Era industri musik digital sendiri dapat dikatakan dimulai saat Internet benar-benar terjangkau
oleh masyarakat, hingga akhirnya menjadi hal yang umum. Format musik digital mulai marak
digunakan oleh masyarakat umum. Akan tetapi, keberadaan Internet ini di sisi lain menjadi
kelemahan bagi industri musik itu sendiri, yaitu saat maraknya eksploitasi potensi Internet
sebagai jaringan untuk penyebaran informasi dan file sharing. Akibat mudahnya akses untuk
mendapatkan musik secara gratis, meskipun ilegal, membuat terjadinya penurunan penjualan
CD secara signifikan di seluruh dunia. Pada saat itu industri musik dunia cukup tergoncang.
Akan tetapi industri musik dunia masih bisa bertahan dengan berbagai inovasi dan reformasi
pada model bisnis yang dijalankannya. Sekarang, dengan munculnya berbagai alternatif konsumsi
musik seperti metode konsumsi berlangganan, bisa menjadi salah satu cara industri musik melawan
peliknya isu pembajakan, dengan memberikan masyarakat akses yang mudah dan nyaman untuk
mereka mengonsumsi musik. Akan tetapi, industri musik dunia belum bisa berhenti bekerja dalam
hal reformasi dan inovasi dalam model bisnis maupun industrinya sendiri, karena teknologi
informasi akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman.
Pada era 1950-an, mulai bermunculan beberapa perusahaan rekaman di Indonesia seperti: Irama,
Dimita, Remaco, Nirwana, TOP, Eterna, dan Contessa. Pada masa ini, lagu pop mulai mendapat
tempat disamping lagu berirama keroncong dan seriosa. Beberapa musisi yang pertama kali hadir
dalam industri rekaman di Indonesia adalah Bing Slamet, Titiek Puspa, Rachmat Kartolo, Nien
Lesmana, Koes Plus, dan Panbers. Selain swasta, pemerintah juga mulai mendirikan industri
rekaman bernama Lokananta di Kota Solo, Jawa Tengah. Saat itu Lokananta hanya merilis
lagu-lagu daerah, sementara Irama banyak melahirkan lagu-lagu hiburan. Sebagai perusahaan
pemerintah, Lokananta memiliki tugas untuk melakukan produksi dan duplikasi piringan hitam.
Pada tahun 1951, Radio Republik Indonesia (RRI) membuat suatu acara yang cukup terkenal
pada masa itu yaitu pemilihan bintang radio.
Sumber: Wikipedia.org
Pada era 1960-an, muncul beberapa perusahaan rekaman baru seperti Hins Collection dan
Akurama. Pengaruh Barat makin terasa terhadap musik Indonesia. Selain itu, harga piringan
hitam yang tinggi dan daya beli pasar yang rendah juga ikut memberi pengaruh pada perubahan
industri. Untuk menyikapi hal ini, para pelaku industri rekaman mulai mencari solusi untuk
memproduksi rekaman dalam bentuk yang lebih sederhana dan harga yang lebih terjangkau.
Akhirnya digunakanlah kaset sebagai media yang baru. Walaupun demikian, piringan hitam
tetap direkam dengan bentuk yang sama, yaitu dalam bentuk dua atau empat track. Salah satu
perusahaan yang menggunakan dua track adalah Celebrity Studio yang dimiliki oleh Jack
Lesmana dan Fajar Menyingsing. Pada era ini, proses perekaman sudah mengalami beberapa
kemajuan seperti penggunaan sistem shift dan mixing. Saat itu, proses mixing adalah proses
terakhir sebelum hasil rekaman diperbanyak dan kemudian dipasarkan.
Sumber: id.wikipedia.org
Era 1970-an merupakan era yang panjang untuk industri permusikan Indonesia. Banyak perubahan
yang terjadi pada era ini. Salah satunya adalah pada tahun 1976 mulai bermunculan perusahaan-
perusahaan rekaman dengan alat-alat yang lebih modern, yaitu alat yang memungkinkan
penggunaan sistem 8 hingga16 track untuk produksi musik scoring untuk film. Studio yang termasuk
pertama kali menggunakan sistem ini adalah studio Triple M dan adalah Musica Studio yang
sebelumnya dikenal dengan nama Metropolitan Studio. Salah satu perubahan yang signifikan
pada era ini adalah kehadiran tape recorder yang bisa digunakan untuk merekam lagu-lagu dari
Musica Studio juga dikenal sebagai Metropolitan Studio di tahun 1960-an, lalu menjadi Mu-
sica Studio di tahun 1970-an. Didirikan oleh Yamin Wijaya, seorang pemilik toko elektronik.
Musica merupakan salah satu perusahaan musik terbesar di Indonesia. Artis-artis yang pernah
atau sedang dinaunginya antara lain Chrisye, Iwan Fals, dan Nidji.
Sumber: Wikipedia.org
Sumber: kasetkaset.blogspot.com
Dari periode ini, mengemuka sistem pembayaran berupa flat pay maupun non-flat pay. Flat pay
adalah pembelian master, termasuk segala keuntungan, dimiliki oleh produser atau pemilik
master. Artis hanya menerima honor rekaman saja atau akan mendapatkan bonus jika album
laris. Namun perjanjian-perjanjian ini kerap tanpa bukti hitam di atas putih. Terkadang
menyebabkan silang sengketa kepada ahli waris dari kedua belah pihak. Kasus ini contohnya
menimpa BIMBO dan Koes Plus terhadap pemilik master rekaman mereka. Hal itu terjadi
karena undang-undang hak cipta kala itu masih memakai Auteurswet 1912, sebelum dicabut
dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982. Pada era tahun 80-an, terdapat
beberapa artis yang booming dengan penjualan album yang tinggi. Di antaranya adalah
Gombloh album Semakin Gila (Nirwana Records, 1986); Iwan Fals album Mata Dewa
(Airo Records, 1988); Rita Sugiarto & Jacky Zimah album Vol.1 (Insan Record, 1982); Dian
Piesesha album Tak Ingin Sendiri (JK Records, 1984); dan Betharia Sonata album Hati yang
Luka (Musica, 1987).
Koes Plus, band legendaris Indonesia yang sempat membuat sedikit kontroversi saat pemerintahan
presiden Soekarno. Didirikan pada tahun 1969 sebagai kelanjutan dari Koes Bersaudara. Koes
Plus dikenal sebagai pelopor musik beraliran pop dan rock n roll di Indonesia.
Sumber: Wikipedia.org
Di era 1990-an, untuk menghindari kasus pelanggaran hak cipta yang lebih besar, maka muncullah
perwakilan langsung perusahaan rekaman internasional di Indonesia. Kehadiran perusahaan
rekaman di Indonesia dibatasi ruang geraknya oleh Pemerintah, sehingga harus bergabung dengan
perusahaan rekaman lokal, seperti EMI yang bekerjasama dengan Aquarius Musikindo, Warner
Musik dengan Hemagita Tama Records, Universal Music dengan Suara Sentra Sejati, Sony Music
Entertainment dengan Indosemar Sakti, dan BMG dengan Musica Studio. Di era-era berikutnya
perusahaan rekaman internasional ini berdiri sendiri, namun seiring dengan perkembangan industri
musik dunia, BMG bergabung dengan Sony Music sehingga pada akhirnya seluruh sahamnya
dimiliki oleh Sony Music. EMI juga harus menutup kantor perwakilannya di Indonesia, dan
merelakan katalognya tersebar di Warner Music dan Universal Music. Pada era tahun 1990-an,
terdapat beberapa album yang mencapai penjualan lebih dari 1 juta kopi. Beberapa di antaranya
adalah: Nike Ardilla album Biarkan Cintamu Berlalu (Music Plus, 1994), Yuni Shara album
Mengapa Tiada Maaf (Blackboard, 1995), Junior album Bujangan (Billboard, 1996), Stinky
album Self Titled (Buletin, 1997) dan grup band dari Jogja Sheila on 7 album Self Titled
(Sony Music, 1999).
Fast Forward (FFWD) merupakan salah satu label rekaman independent yang berdiri di Band-
ung. Didirikan atas inisiatif Helvi S., Marine R., dan Didit. FFWD mencoba untuk membuat
perubahan dengan banyaknya alternatif musik baru. Didirikan pada tahun 1999 di Bandung
Indonesia, FFWD Record menjadi pelopor kehadiran Indie Label di Indonesia. FFWD Record
terkenal sebagai pembawa genre Indie Pop ke Indonesia saat pertama merilis album This World
is Such a Groovy Place dari The Cherry Orchad, UK. Saat ini FFWD Records telah merilis
banyak album dari musisi lokal, dan telah merilis lebih dari 5 album dari musisi internasional,
seperti The Cherry Orchad, Ivy, Edson, Club 8, dan Jens Lekman. Dari musisi lokal, MOCCA
dan The SIGIT adalah beberapa contoh artis dari Bandung yang bisa Go Internasional. Beberapa
negara seperti Korea, Jepang, Singapura, dan Malaysia sering mengundang MOCCA untuk
tampil di negara mereka. The SIGIT juga telah sukses menyelesaikan tur mereka di Australia
pada bulan Juni 2007. Polyester Embassy, Homogenic, RNRM, Hollywood Nobody, dan
Teenage Deathstar juga merupakan beberapa artis yang di-release oleh FFWD Records yang
mengembangkan karirnya di scene lokal dan internasional.
Sumber: www.ffwdrecords.com
Di era ini juga, konsumsi musik mengalami pergeseran dari konsumsi produk fisik dengan CD
dan kaset, menjadi konsumsi produk digital. Walaupun demikian, masih ada beberapa musisi
yang berhasil menembus penjualan fisik yang tinggi. Di antaranya adalah Sheila on 7 album
Kisah Klasik untuk Masa Depan (Sony Music, 2000); Dewa album Bintang Lima (Aquarius
Musikindo, 2000), Slank album Virus (Program, 2001); Padi album Sesuatu yang Tertunda
(Sony Music, 2001); Peterpan album Bintang di Surga (Musica, 2004); Jamrud album Ningrat
(Logiss, 2000); dan Ungu album Melayang (Trinity, 2005).
Tahun 2006 merupakan titik perkembangan musik digital, yang memberikan dampak signifikan
untuk industri musik di Indonesia. Kehadiran Internet telah mempermudah penikmat musik
mendapatkan musik. Sebutlah Napster atau jaringan peer-to-peer yang hadir untuk berbagi musik.
Kemudahan digital pun menghadirkan tumbuhnya kios-kios download di pusat perbelanjaan.
Pada era 2010-an, munculnya layanan musik berskala global di Indonesia seperti Nokia Comes
with Music. Lalu di tahun-tahun berikutnya hadir YouTube dan juga Apple iTunes di Indonesia
telah mendorong kehadiran usaha baru yaitu pengumpul konten musik atau lazim disebut sebagai
content aggregator. Beberapa nama perusahaan lokal yang menggeluti usaha ini adalah Equinox
DMD, Musikator, Gotong Royong Musik, dan Mistral Musics. Content aggregator dari luar negeri
pun turut masuk untuk membantu musisi Indonesia mendistribusikan karyanya, seperti: Believe
Digital, Tunecore, CD Baby, dan sebagainya. Perusahaan pengumpul konten ini bermitra dengan
berbagai macam layanan musik di dunia sehingga membuat karya musik Indonesia selain dapat
dikenal di negeri sendiri juga dapat didistribusikan ke mancanegara
Musikator adalah salah satu content aggregator Indonesia yang didirikan oleh Robin Malau,
mantan gitaris band hardcore Bandung, Puppen, yang juga merupakan salah satu musisi pionir
label independen di awal 1990-an, dan kemudian menjadi agensi musik sejak tahun 2013.
Perusahaan ini berada di bawah perusahaan Robin lainnya, yaitu Cerahati Digital Media, se-
buah Digital Marketing Agency, yang memiliki portofolio klien berskala global seperti Google
dan General Motors. Musikator menjalin kerjasama dengan berbagai penyedia jasa layanan
musik di Indonesia dan dunia, dengan tujuan menyebarkan seluas-luasnya karya musisi Indo-
nesia agar mendapatkan manfaat yang lebih baik. Layanan yang diberikan Musikator adalah
mendistribusikan musik ke toko digital dengan cakupan global seperti Spotify, Deezer, Rdio
dan Nokia Mix Radio (total distribusi ke 60 negara). Hingga saat ini, sudah mendistribusikan
konten musik dan video untuk lebih dari 100 band Indonesia. Musikator juga saat ini berperan
sebagai booking agency yang menghubungkan band Indonesia dengan pengelola festival musik
di Inggris dan Eropa. Layanan lainnya adalah music metrics, yang menganalisa relevansi sebuah
kelompok musik dengan perusahaan sponsor.
Sumber: musikator.com
(10) Didik Yandiawan. 2012. Peranan Pajak Bagi Peningkatan Pertumbuhan Industri Musik di Indonesia. http://www.
pajak.go.id/node/4675?lang=en. (diakses 18 Juli 2014)
Proses kajian ini dilakukan dengan memetakan ekosistem yang meliputi empat komponen utama
pada subsektor industri musik, yaitu:
1. Proses rantai kreatif (creative chain);
Pada peta ekosistem industri musik terjadi transaksi sosial, ekonomi, dan budaya pada
empat rantai kreatif, yaitu: proses kreasi, reproduksi, distribusi, dan konsumsi.
2. Karakteristik pasar (market);
Karakteristik pasar industri musik terdiri dari dua jenis, yaitu: Business to Business
(B2B) dan Business to Costumer (B2C).
3. Lingkungan binaan (nurturance environment);
Lingkungan binaan pada industri musik terdiri atas pendidikan dan apresiasi.
4. Pengarsipan (archiving);
Kegiatan pengarsipan di industri musik belum memiliki bentuk yang mapan.
Komponen rantai kreatif (creative chain) merupakan proses utama yang terjadi pada industri
musik. Pada bagian ini terjadi proses kreasi yang merupakan awal dari terciptanya output dengan
tujuan ditampilkan atau diserap oleh pasar industri musik.
Komponen pasar (market) ini menggambarkan karakter dari pasar, audiens, dan konsumen di
subsektor industri musik.
Sementara itu, komponen lingkungan binaan (nurturance environment), terdiri atas dua aktivitas
utama, yaitu apresiasi dan pendidikan. Komponen ini memiliki peranan penting dalam
mendukung proses rantai kreatif agar dapat berjalan dengan baik. Kegiatan apresiasi bertujuan
untuk memberikan pengakuan dan pemahaman terhadap industri musik dan pelaku di dalamnya.
Kegiatan ini dapat dimulai melalui proses literasi yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan
dan pemahaman kepada masyarakat terhadap industri musik.
Dengan pemahaman yang baik, maka proses apresiasi akan lebih mudah untuk dilakukan.
Komponen berikutnya adalah pendidikan, yang merupakan salah satu alat utama dalam menciptakan
orang kreatif. Pendidikan dinilai sangat penting sebagai wadah untuk mengasah kemampuan
seseorang agar menjadi kreatif, berkualitas, dan mampu menjalankan rantai proses kreasi dengan
baik. Kegiatan pendidikan ini dapat dilakukan melalui pendidikan formal, nonformal, dan juga
informal. Terakhir adalah kompenen pengarsipan (archiving) yang merupakan pusat data dan
sejarah untuk penelitian dan pengembangan ragam budaya terutama dari industri musik.
Karya musik adalah produk kekayaan intelektual hasil budi daya manusia yang perlu untuk
diatur keseimbangan dalam penggunaannya agar menunjang pertumbuhan ekonomi.14
Keluaran dari rantai kreasi adalah berupa komposisi musik dan seni pertunjukan. Keluaran
Proses penyusunan karya musik, rekaman, mixing, dan mastering melibatkan musisi atau penampil/
performers dan sound engineer atas arahan penata musik yang bertanggung jawab terhadap music
director. Music director bertanggung jawab terhadap produser dan produser eksekutif untuk menjaga
kualitas karya musik. Produser bertugas untuk mengatur teknis, penjadwalan, dan lisensi kontrak
lagu. Produser eksekutif bertindak sebagai pemodal kegiatan produksi musik. Karya musik yang
telah berhasil di-mastering, didaftarkan pada LMK untuk proses lisensi.
Sebuah proses lisensi mengacu pada peraturan yang mengatur praktik perlindungan kekayaan
intelektual. Organisasi yang mengatur kekayaan intelektual di dunia, World Intellectual Property
Organization (WIPO), yang berada di bawah asuhan Perserikatan Bangsa Bangsa atau United
Nations (UN), dan berkantor pusat di Jenewa, Swiss, membuat sebuah standar untuk praktik
perlindungan kekayaan intelektual tersebut. Standar ini mencakup dua hak mendasar yang
harus dipertimbangkan dalam menggunakan karya musik sebagai kekayaan intelektual untuk
keperluan komersial:
1. Copyright dalam sebuah karya (penulisan lagu, komposisi lagu, aransemen musik, dan
atau lirik);
2. Hak yang berhubungan dengan pertunjukan (performance) dan rekaman (phonograms).
Adapun karya musik memiliki hak-hak yang di antaranya mencakup:
Moral rights adalah hak eksklusif yang tidak dapat dipindahtangankan. Hak ini akan tinggal
pada pemilik konten meskipun telah terjadi perpindahan hak ekonomis. Ada dua yang temaktub
dalam hak moral ini, yaitu: (i) integritas, yang memberi hak pencipta atau penulis dan penampil
karya musik untuk menolak perubahan terhadap hasil karyanya yang dapat merusak reputasi
dan kehormatan pencipta atau penulis dan penampil karya musik tadi; (ii) paternitas, yang
memberi hak pencipta atau penulis dan penampil untuk disebutkan namanya atas karya musik
yang ditampilkan di tempat publik.
Performing rights adalah hak yang didapatkan oleh pemilik hak cipta ketika karya musiknya
ditampilkan atau diperdengarkan di muka umum, seperti konser, kelab malam, restoran, juga
mencakup siaran televisi kabel, radio, dan musik pertunjukan yang dibawakan ulang.
Mechanical rights adalah izin tertulis dari penerbit untuk memproduksi dan mendistribusikan
hasil rekaman dalam bentuk CD, kaset audio, DVD, dan piringan hitam untuk komposisi
hak cipta tertentu. Jumlah royalti yang dibayarkan kepada penulis lagu dari mechanical rights
ditentukan oleh berapa banyak rekaman yang dijual.
Making Available adalah hak yang dimiliki oleh pencipta atau penulis, penampil, dan juga
produser karya rekaman musik yang memungkinkan karya tersebut bisa diunduh atau diakses,
baik dengan atau nirkabel dari sebuah tempat di mana pengguna karya musik tersebut dapat
berinteraksi dengan memilih karya musik apa yang ia ingin dengarkan. Ini biasanya digunakan
pada layanan streaming yang dapat memilih lagu yang ingin didengarkan (on-demand).
Dramatic Rights atau Grand Rights merujuk pada penggunaan karya musik untuk keperluan
dramaturgi, baik digunakan dalam komposisi aslinya ataupun digubah ulang sesuai keperluan
drama cerita. Biasanya royalti yang didapat dari eksploitasi hak ini dihitung berdasarkan nilai
kotor dari penjualan tiket mingguan atau perhitungan royalti rata-rata dari tiap pertunjukan.16
Permasalahan yang terjadi adalah karya musik di Indonesia belum dilindungi dengan baik oleh
pemerintah. Dari sisi bisnis pun, terlihat masih banyak pengusaha di Indonesia yang memiliki
pandangan negatif terhadap perlindungan kekayaan intelektual atas karya musik. Pengusaha,
dalam hal ini adalah pemilik kafe, pengusaha karaoke, pemilik tempat-tempat perbelanjaan,
melihat bahwa konsep perlindungan HKI (Hak Kekayaan Intelektual) hanya akan memberikan
kerugian bagi mereka. Setiap harinya mereka memutar karya musik tanpa batas dan tanpa
memperhitungkan royalti. Menurut Ketua DPP HIPPI Bidang Hukum dan Kelembagaan Dr.
Dhaniswara K. Harjono, S.H., M.H., M.B.A., perlindungan hak cipta melalui lisensi musik hanya
akan menjadi wacana pemerintah, sehingga tidak mungkin dijalankan di masyarakat. Prosedur
pendaftaran dan pembuktian kepemilikan yang ada rumit, sementara konsep perlindungan yang
ada pada Undang-Undang masih abstrak, sehingga menyebabkan penyalahgunaan dan kesalahan
penafsiran. Selain itu, dari sisi penegakan hukum, tidak sedikit pengusaha yang kecewa, karena
sistem pengadilan dan ketidaktahuan hakim yang kurang menguasai wacana HKI di Indonesia.17
Salah satu permasalahan yang penting adalah besarnya ketidaktahuan para penulis lagu atau musisi
mengenai pentingnya pendaftaran lisensi musik. Selain itu, peran penerbit musik (music publisher)
juga masih sedikit dimanfaatkan oleh para musisi. Padahal, penerbit musik berperan penting
sebagai pihak yang bisa membantu penulis lagu atau musisi mendaftarkan karya musiknya kepada
Lembaga Manajemen Kolektif (Collecting Society). Di Indonesia, tercatat tiga manajemen kolektif,
yaitu KCI (Karya Cipta Indonesia), WAMI (Wahana Musik Indonesia), dan RAI (Royalti Anugrah
Indonesia). Walaupun demikian, proses yang ada di lapangan tidak semulus yang diharapkan. Maka,
diperlukan satu LMK nasional yang bertindak sebagai koordinator seluruh LMK yang ada, di mana
tujuan utamanya adalah untuk mempermudah birokrasi bagi pengguna lisensi musik. Sebagai
perbandingan, para musisi di negara lain lebih bisa terjamin kemakmurannya karena di negara
(15) BMI and Performing Rights dari situs BMI. Tautan: http://www.bmi.com/licensing/entry/business_using_mu-
sic_bmi_and_performing_rights. Terakhir diakses pada 25 September 2014.
(16) What are Music Publishing Rights, dari situs web Alter & Kendrick, LLP: Attorneys At Law. Tautan: http://al-
terandkendrick.com/protecting-your-musical-copyrights/what-are-music-publishing-rights/ Terakhir diakses pada
25 September 2014.
(17) Widi Asmoro, Adakah Masa Depan untuk Musik Indonesia, www.widiasmoro.com, 5 Juni 2013. Tautan: http://
www.widiasmoro.com/2013/06/05/masa-depan-untuk-musik-indonesia/ Terakhir diakses pada 25 September 2014.
Recorded Media: semua format fisik, termasuk CD dan DVD, dan untuk penggunaan musik
pada barang-barang seperti sampul majalah, karaoke, dan mainan musik.
Online: lisensi layanan musik online dan mobile di Inggris dan di seluruh Eropa.
Broadcasting: ratusan lisensi TV dan stasiun radio di Inggris, dari BBC ke layanan radio
komunitas. PRS for Music juga menawarkan lisensi untuk podcast, produksi perusahaan, situs
web, radio rumah sakit, dan nada dering.
Public Performance: 350.000 pemegang lisensi bisnis di PRS for Music meliputi beberapa
merek dunia yang paling terkenal, perusahaan yang bergerak di bidang hiburan, perusahaan
multinasional, dan usaha kecil seperti penata rambut dan kafe.
Uang didapatkan dengan cara pengumpulan royalti atas musik untuk pertunjukan, baik secara
langsung atau direkam, atau dari siaran radio, televisi, dan online. MCPS menghasilkan uang
melalui biaya lisensi dari rekaman anggotanya pada banyak format yang berbeda, termasuk CD
dan DVD. PRS for Music dan MCPS membayarkan uang yang berhasil mereka kumpulkan
kepada penulis lagu, komposer, dan penerbit musik yang merupakan anggota mereka. Kedua
organisasi ini bekerja bukan untuk keuntungan dan hanya mengurangi biaya administrasi
atau mengutip komisi yang kecil dari pendapatan anggotanya demi menutupi biaya operasional.
Sumber: www.prsformusic.com
Arts Council England adalah badan pembangunan nasional untuk seni di Inggris. Mereka
bekerja untuk mendapatkan karya seni yang indah untuk semua orang dengan memperjuangkan,
mengembangkan, dan berinvestasi dalam pengalaman artistik yang memperkaya kehidupan
masyarakat. Arts Council England mendukung berbagai kegiatan artistik dari teater musik,
sastra untuk tari, fotografi seni digital, dan karnaval untuk kerajinan. Skema Take It Away
hanyalah salah satu dari ratusan inisiatif berbasis musik dan organisasi yang saat ini didukung
oleh Arts Council England.
Melalui Take It Away, calon musisi bisa mendapatkan pinjaman bebas bunga dengan jumlah
antara 100 hingga 5.000 Poundsterling untuk membeli alat musik dari pengecer yang menjadi
anggota Take It Away. Jika harga alat musik melebihi batas pinjaman, peminjam tetap dapat
menggunakan Take It Away sebagai bagian pembayaran terhadap alat musik. Skema ini dita-
warkan melalui jaringan 300 toko musik di Inggris.
Sumber: www.takeitaway.org.uk
Selain yang sudah dijelaskan di atas, ada juga suatu fenomena pergerakan baru yang diusung oleh
musisi-musisi indie di Indonesia, yaitu membebaskan penggunaan lagunya di bawah naungan
lisensi Creative Commons.
Lisensi Creative Commons atau biasa disebut juga lisensi CC merupakan lisensi yang
berisi ketentuan yang memungkinkan suatu ciptaan untuk dibagikan dan digunakan
Metadata adalah informasi yang menyertai file rekaman suara dan dikirim ke toko-toko online
seperti iTunes dan platform streaming seperti Spotify dan Rhapsody. Metadata mencakup hal-hal
seperti pemain, komposer, label rekaman, dan tanggal rilis.21
DDEX (Digital Data Exchange) adalah sebuah konsorsium perusahaan media terkemuka,
organisasi lisensi musik, penyedia layanan musik digital, dan perantara teknis yang berfokus
pada penciptaan standar untuk digunakan oleh bisnis di rantai pasok media digital. Adopsi
standar DDEX meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan menghasilkan pendapatan yang
lebih tinggi untuk semua perusahaan yang beroperasi di pasar ini. DDEX didirikan untuk
mengembangkan satu set pesan standar berbentuk XML (.xml) yang ditujukan untuk business
to business yang beroperasi di rantai pasok media digital.22
(19) Apakah yang Dimaksud dengan Lisensi Creative Commons? creativecommons.or.id, Oktober 2011. Tautan: http://
creativecommons.or.id/2011/10/apakah-yang-dimaksud-dengan-lisensi-creative-commons/ Terakhir diakses pada
25 September 2014.
(20) Patryk Galuszka, Netlabels and democratization of the recording industry, First Monday: Peer-reviewed Journal
on The Internet, Volume 17, No. 7, 2 Juli 2012. Tautan: http://firstmonday.org/ojs/index.php/fm/article/view/3770/3278
Terakhir diakses pada 25 September 2014.
(21) Jean Cook, Invisible Genres & Metadata, situs web Future of Music Coalition. Tautan: http://www.futureofmusic.
org/article/article/invisible-genres-metadata Terakhir diakses pada 25 September 2014.
(22) Dari Frequently Asked Questions, dalam www.ddex.net. Tautan: http://www.ddex.net/frequently-asked-questions
Terakhir diakses pada 25 September 2014.
(23) Whay is the Difference Between CD Replication and CD Duplication? dalam situs web WiseGEEK: Clear Answer
for Common Questions. Tautan: http://www.wisegeek.org/what-is-the-difference-between-cd-replication-and-cd-
duplication.htm. Terakhir diakses pada 25 September 2014.
Namun, jika melihat kondisi industri musik di Indonesia, kategorisasi label rekaman dan definisinya
bisa dibagi sebagai berikut:
Major Label adalah label rekaman besar yang memiliki induk perusahaan di luar negeri.
Contoh: Warner Music Indonesia, Sony Music Entertainment Indonesia, dan Universal
Music Indonesia;
Major-Independent Label atau Local Label adalah label rekaman asli Indonesia yang
memiliki sumber pembiayaan sendiri dan beroperasi dengan skala yang tidak kalah
bersaing dengan major label. Contoh: Musica Studios, Nagaswara, Trinity Optima
Production, dan Aquarius;
Independent label:
Vanity Label adalah label rekaman yang mendapat pendanaan dari salah satu
label rekaman besar (major label atau major-independent label) untuk menemukan
bakat-bakat dan karya-karya baru. Biasanya dibuat atas dasar perjanjian produksi
independen dengan musisi yang sudah mapan dan memiliki pengalaman di dunia
rekaman. Contoh: Pops, Independen, dan Forte;
DIY (Do it Yourself) atau bisa juga disebut Self Release adalah suatu usaha
dari musisi untuk bertindak seperti label rekaman dengan memproduksi,
mendistribusikan, dan menjual karya musik mereka sendiri. Walaupun demikian,
pada saat proses pendistribusian kadang kala musisi ini bekerja sama dengan
distributor independen. Contoh: High Octane Records dan Revolt;
True Independent Label adalah label rekaman yang mendistribusikan produknya
sendiri atau melalui distributor independen. Mereka memiliki sedikit karyawan
dan tidak berafiliasi dengan major label atau mini major label tertentu. Label ini
seringkali beroperasi dengan bujet yang minim sering dibiayai dengan anggaran
(24) Are there various types of record companies? dalam situs web Free Advice. Tautan: http://law.freeadvice.com/
intellectual_property/music_law/types_record_companies.htm Terakhir diakses pada 25 September 2014.
Sumber: www.imagem.com
Aktivitas pendukung dari rantai ini adalah produksi media fisik (CD/kaset/vinyl), servis penggandaan
media fisik, pencetakan, pengurusan pajak pertambahan nilai untuk poduk fisik, dan pendaftaran
lisensi. Penerbit musik tugasnya adalah mengurus lisensi-lisensi yang diperlukan dan mengatur
penggunaan serta hak dari para pemegang lisensi. Untuk penerbit musik, terdapat beberapa nama
yang ada, yaitu: Aquarius Pustaka Musik, Arga Swara Kencana Musik, Arka Music Publishing,
Jawara Pustaka Musik, Mitra Kreasi Prima, Mobimax Multimedia, Musica Studios, Nagaswara
Publisherindo, PT Penerbit Karya Musik, Trinity Optima Production, dan Warner Music Indonesia.25
Karena perannya saling mendukung, tidak sedikit penerbit musik yang bekerja berdampingan
dengan label rekaman tertentu. Berdasarkan data, masih sedikit penerbit musik yang berdiri
secara independen.
(25) Widi Asmoro, Direktori Industri Musik Indonesia, dalam www.widiasmoro.com. Tautan: http://www.widiasmoro.
com/direktori/ Terakhir diakses pada 25 September 2014.
Adapun definisi dari masing-masing format produk musik digital di atas adalah:
Permanent Digital Download (PDD) adalah pengantaran hasil rekaman yang sudah
melalui proses transmisi digital untuk tujuan penggunaan permanen. ODD (On-Demand
Download) biasa juga disebut FTD (Full Track Download) atau untethered download;
Limited Download adalah pengantaran hasil rekaman yang sudah melalui proses transmisi
digital untuk tujuan penggunaan yang dibatasipada umumnya berdasarkan jumlah
hari atau kali penggunaan. Limited download biasa juga disebut tethered download;
Webcasting secara umum merujuk pada kegiatan menyalurkan (streaming) sumber audio
atau video dengan cara terkoneksi Internet (online) kepada pengguna secara simultan.
Kegiatan webcasting ini biasanya dilakukan oleh radio internet atau pun televisi internet;
Interactive Streaming adalah ketika file digital ditransmisikan secara elektronik ke komputer
atau perangkat lainnya untuk permintaan tertentu dari pengguna. Interactive Streaming
biasa juga disebut dengan on-demand streams;
Nada dering (ring tone) adalah bagian kecil dari lagu dalam bentuk digital yang di-render
dalam bentuk audio, baik dalam bentuk monophonic, polyphonic, ataupun true-tone. Nada
dering ini disimpan pada telepon genggam atau alat komunikasi portable lainnya dan bisa
didengarkan kapan saja ketika mendapatkan notifikasi, baik itu telepon, SMS, maupun
notifikasi lainnya;
Peer to Peer (P2P) juga lazim disebut sebagai file-sharing antarkomputer. Peer-to-peer
adalah aplikasi populer yang biasa digunakan untuk berbagi file di sebuah jaringan
(common network hub) dengan cara membuka akses hard drive kepada publik untuk
mencari dan mendownload;
Ring Back Tone atau biasa disebut answer tone atau caller-ringtone adalah bagian kecil dari
lagu dalam bentuk digital yang di-render dalam bentuk audio yang biasa diperdengarkan
ketika penelepon menunggu jawaban dari orang yang ditelepon untuk menjawab panggilan
tersebut.26
Kegiatan utama dalam distribusi produk dalam media fisik adalah meneruskan hasil keluaran
proses reproduksi ke toko-toko fisik konvensional dan nonkonvensional. Untuk produk fisik,
kebanyakan proses distribusi masih berjalan dengan cara konvensional oleh label rekaman dan
atau oleh penyedia jasa distribusi produk fisik.
Belakangan ini penyebaran produk fisik musik terbantu oleh kehadiran distributor nonkonvensional
dengan tidak hanya mendistribusikan produk fisik melalui toko-toko yang khusus berjualan
CD seperti Duta Suara dan Disc Tarra. Distributor ini biasanya berhubungan atau berada satu
payung dengan toko nonkonvensional. Contoh beberapa distributor nonkonvensional yang ada
di Indonesia adalah Swara Sangkar Emas dan Music Factory di bawah bendera KFC. Menyusul
adalah Texas Fried Chicken yang pada 2014 ini sukses merilis Ada Band, Andra & The Backbone,
Dmasiv, serta Geisha.
Online: Banyak musisi, manajemen artis, atau label yang menggunakan YouTube sebagai sarana
promosi berupa video promosi atau video klip. Begitu pula lewat Soundcloud, ReverbNation,
LastFM, dan Vimeo yang mulai populer di kalangan musisi.
Online yaitu aktivitas pemasaran dua arah melalui internet dan media sosial, interactive website,
fanpage, dan lainnya.
Untuk kegiatan promosi produk musik, dibutuhan juga peran publisis. Publisis akan membantu
artis atau label rekaman untuk berhubungan dengan media. Dalam beberapa model, publisis
Saat ini, ada beberapa perusahaan yang khusus bertindak sebagai publisis dengan tugas melakukan
strategi publikasi, termasuk pengiriman materi ke radio, media cetak, dan TV. Beberapa contohnya
seperti Ayo Media (Ayo Records) dan Locker Media. Beberapa PR (Public Relation) Company
di Indonesia juga mulai bergerak di wilayah musik, seperti JavaPR, namun belum menjadi
spesialisasi. Publisis mempunyai hubungan strategis dengan media, sehingga menjadi salah satu
faktor penentu popularitas artis.
Toko musik konvensional, di mana fungsi utamanya adalah menjual produk musik dan turunannya
seperti merchandise musik. Toko konvensional biasa ditemukan di mal-mal atau pun di tempat
khusus, seperti Duta Suara, Disc Tarra, Musik+, Society, dan Harika;
Toko musik nonkonvensional, di mana fungsi utamanya bukanlah berjualan produk musik
melainkan produk-produk FMCG (Fast Moving Consumer Goods), makanan, dan lain sebagainya.
Contoh dari toko musik nonkonvensional adalah KFC (Kentucky Friend Chicken), Texas Fried
Chicken, Es Teler 77, Carrefour, Alfamart, Cafe, Clothing Distro, SPBU berkode khusus, dan
lain sebagainya. Ada yang bahkan berjualan lewat USB, seperti dilakukan Naif dengan label
Cosmic dan JFLOW. Juga band Kotak yang melakukan bundling album baru mereka dengan
clothing Harmonic milik Cella (Kotak) dan Eross (Sheila On 7). Pendekatan ini dirasa ampuh
dalam mengantarkan produk sedekat mungkin kepada konsumen.
Keberadaan toko konvensional yang semakin berkurang menandakan mulai menurunnya juga
permintaan terhadap produk fisik. Selain itu, produk fisik dalam bentuk CD maupun piringan
hitam kini dirasa semakin bergeser menjadi produk tambahan, di mana banyak konsumennya
adalah para kolektor musik. Kini sudah mulai terlihat adanya perubahan pola konsumsi musik
dari fisik ke digital walaupun masih ada konsumen yang menghargai dan mencari produk fisik.
Untuk produk musik dalam bentuk digital, pelaku utama yang bertindak sebagai toko penyedia
produk digital bisa berbeda-beda tergantung pada platform atau basisnya, yaitu:
Walaupun produk digital dirasa sudah mulai mengubah budaya konsumsi musik di Indonesia,
terdapat beberapa hambatan yang menghalangi kesuksesan penjualan produk digital di
Indonesia. Hambatan tersebut antara lain adalah mengenai cara pembayaran. Untuk membeli
produk digital dari toko musik digital berbasis web, konsumen memerlukan sebuah kartu
kredit untuk bisa memulai transaksi. Namun, pengguna kartu kredit di Indonesia belumlah
banyak, karena belum menjadi budaya masyarakat Indonesia untuk memiliki kartu kredit.27
Sedangkan untuk membeli produk digital dari toko musik digital berbasis mobile, pembayaran
melalui sistem pemotongan pulsa terbentur dengan isu regulasi dan transparansi. Selain itu,
ketersediaan Internet yang belum merata hingga ke pelosok Indonesia masih menyulitkan
konsumen di daerah untuk menikmati produk digital ini.
Untuk produk pertunjukan, perbedaan mendasar dari seni pertunjukan murni dan pertunjukan
musik adalah posisi musik untuk pertunjukan di sini lebih sebagai komponen utama. Adanya
pertunjukan berupa tarian maupun koreografi adalah elemen pendukung dari pertunjukan musik.
(27) BCA Berjaya Citibank Perlu Berbenah, www.marketing.co.id., 27 Februari 2013. Tautan: http://www.marketing.
co.id/bca-berjaya-citibank-perlu-berbenah/ Terakhir diakses pada 25 September 2014.
Untuk produk pertunjukan, salah satu dinamika yang ada adalah meningkatnya jumlah konser
musik yang menampilkan musisi dari luar negeri. Walaupun demikian, para penyelenggaranya
selalu memasukkan musisi Indonesia untuk bisa berada satu panggung dengan musisi internasional.
Rata-rata konser musik di Indonesia selalu dipenuhi para konsumen yang biasanya berusia muda.
Hal ini bagus untuk mengembangkan pengetahuan musik dari generasi muda Indonesia, selain
berguna untuk meningkatkan budaya menonton konser berbayar sehingga bisa membantu
pemasukan para musisi. Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan dalam membuat suatu
pertunjukan musik adalah kontrak dengan pengisi acara, perizinan, venue, dan pajak tiket.
Fenomena lain
Selain melalui toko digital, konsumsi musik juga bisa dalam bentuk New Media. New Media adalah
cara mengkonsumsi musik dengan cara membeli barang atau jasa tertentu yang menawarkan
sejumlah musik sebagai nilai tambah, baik itu gratis atau pun dengan harga yang sangat rendah.
Contoh beberapa OEM (Original Equipment Manufacturer) yang menawarkan musik sebagai
nilai tambah pembelian produknya adalah Nokia, Nexian, dan Cross. Contoh lainnya adalah
in flight-entertainment, bentuk hiburan yang disediakan di penerbangan.
Salah satu hal baru di industri musik Indonesia adalah kehadiran netlabel. Sampai saat ini
ada 17 netlabel yang berada dalam naungan Indonesia Netlabel Union. Mereka adalah Yes
No Wave Music, Inmyroom Records, Hujan! Rekords, StoneAge Records, MindBlasting,
Pati Rasa Records, Tsefula/Tsefuelha Records, K A NA L 30, dan lain sebagainya. 28
Peran netlabel di sini adalah untuk menyediakan platform digital untuk musisi-musisi yang
membagikan karyanya secara gratis dan bebas bertanggung jawab dalam naungan lisensi
CC (Creative Common). Selain menyediakan lagu-lagu dalam lisensi CC, terkadang mereka
juga mencari pemasukan dengan cara menjual merchandise. Salah satu netlabel perdana adalah
Deathrockstar yang dikelola oleh Eric Wiryanata dan Ryan Koesuma.
B. Pasar
Konsumen dari produk musik ada dua jenis yaitu business-to-business dan business-to-consumer.
Konsumen business-to-business pada umumnya menggunakan produk musik untuk keperluan
promosi dari perusahaan atau produknya, sedangkan business-to-consumer adalah pengguna atau
(28) INF 2012 Zine: Direktori Netlabel Indoensia, www.indonesiannetlabelunion.net., 22 November 2012. Tautan: http://
indonesiannetlabelunion.net/inf-2012-zine-direktori-netlabel-indonesia/ Terakhir diakses pada 25 September 2014.
(29) Strategi Penanggulangan Pembajakan Musik di Ranah Dunia Maya, www.ambadar.com. Tautan: http://www.
ambadar.com/update/strategi-penanggulangan-pembajakan-musik-di-ranah-dunia-maya-
(30) Azis Kurmala, Kerugian Akibat Pembajakan Musik Rp4,5 triliun Setahun, www.antaranews.com, 17 Mei 2013.
Tautan: http://www.antaranews.com/berita/375286/kerugian-akibat-pembajakan-musik-rp45-triliun-setahun.
Terakhir diakses pada 25 September 2014.
Namun, jika dilihat dari sisi yang lain, selain memberantas maraknya pembajakan, ada peluang
pasar yang harus diambil. Salah satu yang ada adalah potensi dari produk digital, di mana jumlah
pengguna internet di Indonesia pada 2013 berjumlah 28% dari total penduduk Indonesia. Angka
ini sudah mengalami kenaikan sebesar 13% dibanding 2012 yang sekitar 63 juta pengguna (Aso-
siasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia-APJII). Nilai ini masih bisa jauh dikembangkan lagi
dengan adanya sosialisasi dan pemerataan penggunaan internet ke daerah-daerah. Para pemain
di musik digital harus menangkap potensi ini dan menguatkan program sosialisasi serta promosi
untuk meningkatkan konsumsi masyarakat akan produk musik digital.
Pada saat ini, pasar untuk produk pertunjukan dinilai besar dan memberikan kontribusi
pemasukan yang paling besar pada musisi. Selain pertunjukan, turunan dari produk fisik dan
pertunjukan, yaitu merchandise, juga terbukti mampu menambah pemasukan para musisi.
Kini para fans yang merupakan konsumen musik sudah mulai didayagunakan sebagai reseller.
Printed rights diberlakukan untuk produksi merchandise yang bukan dilakukan oleh musisi atau
manajemennya. Printed rights merupakan hak pemilik hak cipta atas penggunaan nama atau
lirik yang dicetak di suatu media.
C.1 Apresiasi
Apresiasi musik adalah kesadaran dan/atau penilaian terhadap suatu karya musik. Apresiasi dapat
dilihat dari dua sudut pandang, yaitu:
1. Apresiasi oleh pasar (penonton), yang ditunjukkan dari konsumsi produk musik fisik, digital,
dan musik pertunjukan, serta tanggapan penonton terhadap karya musik, musisi, atau orang
kreatif yang bersangkutan. Kegiatan apresiasi oleh konsumen dapat ditingkatkan melalui
proses peningkatan literasi masyarakat terhadap kreativitas dan hak cipta, sedangkan;
2. Apresiasiterhadaporang, karya, dan proses kreatif seni pertunjukan, dapat berupa
pemberian insentif, apresiasi terhadap hak cipta, dan penghargaan.
Penghargaan musik pada umumnya memilik i k riteria-k riteria k husus yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pengkategorisasian dilakukan oleh suatu dewan yang terdiri dari multi
Sampai saat ini ada beberapa penghargaan untuk karya musik antara lain: AMI (Anugerah Musik
Indonesia) yang diberikan oleh Yayasan Anugerah Musik Indonesia (YAMI) dan ICEMA (Indonesia
Cutting Edge Music Award). Walaupun demikian, jumlah ini dirasa masih sangat kurang.
Literasi musik adalah kemampuan memahami suatu karya musik. Proses peningkatan literasi
merupakan kunci dari pembinaan pasar di mana di dalamnya terkandung proses membina
hubungan dengan konsumen yang sudah ada dan calon konsumen.
Lalu ada juga SXSW yang diselengarakan di Amerika Serikat dan juga mencakup hingga Eropadi
mana grup band White Shoes & The Couples Company pernah tampil. The Great Ecape yang
merupakan konferensi terkemuka untuk menemukan musik-musik baru juga sempat dihadiri
delegasi dari Indonesia, yaitu Robin Malau dan Indra Ameng pada 2014.
Sementara itu, MIDEM (March International du Disque et de lEdition Musicale) adalah music
trade show terbesar di dunia sejak 1966. MIDEM selalu memiliki program yang mengikuti
kebutuhan dan perkembangan industri musik masa kini dan selalu diadakan di Cannes, Prancis.
Mulai 19951997, MIDEM Asia diselenggarakan di Hong Kong. Seharusnya pada 1998 MIDEM
diadakan di Bali tapi tidak jadi dilaksanakan. Delegasi Indonesia yang terakhir kali hadir di
MIDEM pada 2000 adalah Krakatau, AB Three, Ita Purnamasari, dan Nourma Yunita. Mulai
2015, diharapkan Indonesia selalu hadir pada trade show ini dengan membawa pertunjukan musik
dan pembicara bisnis musik untuk menyampaikan pergerakan dinamis yang terjadi di industri
musik Indonesia. Hubungan dan kolaborasi yang terjadi di MIDEM diharapkan akan membantu
Indonesia memiliki bentuk industri yang lebih terpola dan menguntungkan para pelaku usaha
di indusri musik Indonesia.
C.2 Pendidikan
Pendidikan adalah hal yang penting untuk menunjang kemajuan industri musik Indonesia
dalam hal penciptaan orang-orang kreatif yang andal dan berkualitas. Pendidikan musik yang
dibutuhan untuk keberlangsungan industri ini adalah yang mencakup kegiatan hulu ke hilir,
seperti pendidikan untuk berkreasi (kemampuan bermain alat musik, penyusunan musik, dan
produksi musik), dan kemampuan untuk melakukan manajemen pada reproduksi, distribusi,
dan konsumsi (pendidikan manajemen musik).
Pendidikan Formal adalah pendidikan yang berjalan di sekolah dan memiliki jenjang pendidikan
yang jelas. Kegiatan yang dilakukan di pendidikan formal bersifat sistematis, berstruktur,
bertingkat, dan berjenjang. Pendidikan formal yang khusus membahas musik berada di sekolah
Pendidikan Nonformal adalah pendidikan yang tidak selalu berjenjang dan bertingkat namun
terorganisir dan sistematis meski berada di luar sistem persekolahan yang mapan. Model pendidikan
ini biasanya merupakan bagian kecil dari suatu tujuan dan kegiatan yang lebih luas, dilakukan
secara mandiri, dan memiliki fokus pada peserta didik tertentu. Contoh dari pendidikan nonformal
adalah kursus dan workshop musik seperti Yamaha Music Course, Purwacaraka, ArtSonica, SAE,
dan sebagainya.
Di Indonesia, ditemukan banyak sekali pendidikan nonformal di bidang musik dalam bentuk
kursus-kursus. Selain kursus musik untuk alat musik tertentu, sekarang di Indonesia mulai marak
juga kursus DJ dan produksi musik. Ada pula master class, kursus yang diadakan oleh musisi
yang piawai di bidangnya untuk musisi pemula. Beberapa kursus ini diadakan oleh musisi yang
sudah sukses berkarya di dalam dan luar negeri. Beberapa musisi yang kerap membuka kelas ini
adalah Indra Lesmana dan Indro Hardjodikoro;
Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan melalui keluarga dan lingkungan seperti forum
komunitas, dan biasanya dilakukan secara mandiri atau kolektif atas dasar kesukaan yang sama,32
contohnya adalah Institut Musik Jalanan (http://institutmusikjalanan.org/).
D. Pengarsipan
Pengarsipan (archiving) adalah salah satu bagian penting dari industri. Tujuan dari proses
pengarsipan ini adalah menciptakan media penyedia informasi dan data-data terkait industri musik.
Data-data ini mesti dapat diakses oleh publik untuk dijadikan sumber inspirasi atau juga sebagai
media literasi. Arsip juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran di lembaga pendidikan.
Tugas pengarsipan ini biasanya dilakukan oleh lembaga swasta atau pemerintah. Adapun tahapan
yang ada pada proses pengarsipan pada umumnya melalui pengumpulanrestorasipenyimpanan
preservasi. Proses restorasi hanya dilakukan apabila dokumen atau hal yang perlu diarsipkan
sudah mengalami kerusakan atau ketidaksesuaian, sehingga perlu dilakukan proses perbaikan
tanpa mengubah nilai atau makna aslinya sebelum dilakukan proses penyimpanan dan preservasi.
Di Indonesia, belum ada lembaga baik pemerintah maupun nonpemerintah yang serius menangani
pengarsipan musik ini. Sejauh pemantauan, terdapat tiga lembaga yang melakukan pengarsipan
Satu yang perlu mendapat perhatian adalah Irama Nusantara yang didirikan David Tarigan,
Alvin Yunata, dan teman-teman penikmat musik Indonesia. Di situs www.iramanusantara.org,
kita bisa menemukan banyak harta karun musik Indonesia yang bisa kita simak dengan cara
streaming. Tujuan situs ini bukan untuk komersial.
Peta industri pada gambar di atas mencakup hubungan pelaku industri utama subsektor musik
dalam rantai nilai dengan pelaku industri yang memberikan pasokan (supply) ke pelaku industri
utama (backward linkage) dan pelaku industri yang memberikan permintaan (demand) oleh
pelaku industri utama (forward linkage).
Proses distribusi musik tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan promosi atau pemasaran. Sebab,
setelah mendistribusikan produk musiknya, dan sebelum bisa dikonsumsi khalayak, perusahaan atau
pelaku musik perlu melakukan promosi atau pemasaran. Lewat promosi, produk musik biasanya
juga akan mendapatkan permintaan dari industri lainnya, seperti industri TV dan radio, industri
fashion, FMCG, performing art, dan industri pariwisata. Industri-industri tersebut membutuhkan
produk musik demi menunjang proses atau kegiatan yang dilakukan oleh industri-industri itu
sendiri. Misalnya, industri TV dan radio membutuhkannya untuk program musik yang mereka
miliki, fashion dan FMCG untuk promosi produk mereka sendiri, performance art untuk proses
produksi, dan industri pariwisata yang juga membutuhkan hasil reproduksi di industri musik
untuk kepentingan-kepentingan promosinya.
Dalam berpromosi, industri musik memerlukan dukungan dari industri sektor lainnya seperti media
massa, baik cetak, elektronik, digital, maupun media sosial. Pun venue yang berkaitan dengan
tempat pertunjukan yang di dalamnya terdapat event organizer atau booking agent yang dapat
melakukan promosi dalam bentuk tur. Industri-industri tersebut menyediakan infrastruktur yang
berguna untuk menopang industri musik melalui perangkat atau fasilitas untuk mempromosikan
produk musik.
Di bawah ini merupakan penjelasan untuk masing-masing ruang lingkup sesuai KBLI Ekonomi
Kreatif.
Industri Pariwisata
Performing Art
Industri TV dan Radio
Industri Permainan / Permainan Interaktif OEM (original equipment
Industri Periklanan Industri Fashion manufacturer)
Penerbitan rekaman film dan video termasuk kelompok 59131 dan 59132.
46522 PERDAGANGAN BESAR DISKET, PITA AUDIO DAN VIDEO, CD, DAN DVD
KOSONG
Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar disket, pita audio dan pita video kosong, CD,
dan DVD kosong.
Beberapa label rekaman yang mengkhususkan diri pada produk digital biasanya bekerja sama
dengan pengumpul konten untuk melakukan digitalisasi produk musik. Selain itu, para pengumpul
konten juga bisa sekaligus menyebarkan produk musik kepada beberapa penyedia jasa penjualan
produk digital. Dan bagi label rekaman yang memiliki modal besar, mereka berani melakukan
integrasi vertikal dengan menyediakan servis produksi hingga pengelolaan karya kreatif dari
hulu ke hilir.
Model bisnis Ad-Funded adalah di mana biaya yang timbul dari konsumsi lagu ditanggung
oleh pemasang iklan, sehingga konsumen lagu tidak merasa terbebani mengeluarkan uang saat
menikmati lagu. Sebagai contoh di sini adalah YouTube. Model bisnis lain pengembangan dari
sini adalah bundle yang dilakukan dengan menggabungkan beberapa karya kreatif dengan produk
yang serupa atau tidak serupa dengan harga yang lebih rendah untuk menambah nilai dari sebuah
produk dengan menggunakan karya musik tersebut.
Merchandise adalah salah satu cara orang kreatif dan usaha kreatif mendapatkan uang selain
dari produk musik digital, fisik, dan pertunjukan. Terkadang ditemukan merchandise yang juga
dijadikan salah satu penambah nilai bagi produk utama musik agar menarik minat konsumen
untuk membeli produk. Untuk produk pertunjukan, sumber pendanaan biasanya didapatkan
dari sponsor. Walaupun demikian, untuk orang kreatif dan usaha kreatif dan pertunjukan
yang lebih kecil juga tidak sedikit pendanaan yang didapatkan dari kas sendiri. Dampak yang
dihasilkan dari skala yang kecil ini juga tidak sebesar yang didapatkan dari produk pertunjukan
yang dibiayai oleh sponsor.
BAB 3
Kondisi Umum Industri
Musik Indonesia
Perhitungan kontribusi ekonomi ini sendiri didapatkan dari data survei milik Badan Pusat
Statistik (BPS) mengenai pendapatan negara berdasarkan komponen-komponen dengan basis
Produk Domestik Bruto, ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga
dari masing-masing subsektor ekonomi kreatif. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan
ini mengacu pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Tahun 2009 untuk
ekonomi kreatif, di mana perhitungan kontribusi ekonomi diambil berdasarkan lingkup yang
dicakup oleh masing-masing subsektor ekonomi kreatif. Bagaimanapun juga, KBLI Tahun 2009
belum mewakili kondisi riil di lapangan sehingga masih memiliki kemungkinan untuk direvisi.
Akhirnya, perbaikan KBLI mesti menjadi salah satu hal utama yang perlu dilakukan sebagai
langkah awal pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia agar perhitungan kontribusi ekonomi
dari tiap subsektor ekonomi kreatif dapat benar-benar menjadi acuannya.
Kontribusi Nilai
Tambah Subsektor
c Persen 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
Terhadap Total PDB
(ADHB)*
Pertumbuhan Nilai
d Tambah Subsektor Persen - 3.25 2.34 4.37 3.32
(ADHK)**
2. Berbasis Ketenagakerjaan
Jumlah Tenaga
a Orang 50,612 53,127 55,030 55,958 53,681
Kerja Subsektor
Tingkat Partisipasi
Tenaga Kerja
terhadap
b Persen 0.44 0.46 0.47 0.47 0.46
Ketenagakerjaan
Sektor Ekonomi
Kreatif
Tingkat Partisipasi
Tenaga Kerja
c terhadap Persen 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
Ketenagakerjaan
Nasional
Pertumbuhan
d Jumlah Tenaga Persen - 4.97 3.58 1.69 3.41
Kerja Subsektor
Produktivitas Ribu Rupiah/
e Tenaga Kerja Pekerja 78,495 84,240 87,205 93,590 85,882.61
Subsektor Pertahun
Jumlah
a Perusahaan Perusahaan 14,954 15,377 15,803 16,182 15,579
Subsektor
Kontribusi Jumlah
Perusahaan
b terhadap Jumlah Persen 0.28 0.29 0.29 0.30 0.29
Perusahaan
Ekonomi Kreatif
Kontribusi Jumlah
Perusahaan
c Persen 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03
terhadap Total
Usaha
Pertumbuhan
d Jumlah Persen - 2.83 2.77 2.40 2.67
Perusahaan
Nilai Ekspor
e Juta Rupiah 899,558.70 909,294.48 913,802.97 934,236.67 914,223.20
Subsektor
Kontribusi
Ekspor Subsektor
f Terhadap Ekspor Persen 0.93 0.86 0.83 0.79 0.85
Sektor Ekonomi
Kreatif
Kontribusi
Ekspor Subsektor
g Persen 0.06 0.05 0.05 0.05 0.05
Terhadap Total
Ekspor
Pertumbuhan
h Persen - 1.08 0.50 2.24 1.27
Ekspor Subsektor
Nilai Konsumsi
a Rumah Tangga Juta Rupiah 2,806,895.00 3,200,967.31 3,718,463.81 4,299,580.26 3,506,476.59
Subsektor
Kontribusi
Konsumsi Rumah
Tangga Subsektor
b Persen 0.44 0.45 0.48 0.50 0.47
terhadap Konsumsi
Sektor Ekonomi
Kreatif
Kontribusi
Konsumsi Rumah
c Tangga terhadap Persen 0.08 0.08 0.08 0.09 0.08
Total Konsumsi
Rumah Tangga
Pertumbuhan
d Konsumsi Rumah Persen - 14.04 16.17 15.63 15.28
Tangga
*ADHB = Atas Dasar Harga Berlaku **ADHK = Atas Dasar Harga Konstan
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah
Pada 2013, industri musik berkontribusi sebesar 5,24 triliun rupiah bagi Nilai Tambah Bruto
(NTB) Indonesia. Jumlah ini terbilang relatif rendah, karena hanya bernilai 1% dari NTB
yang didapat keseluruhan sektor ekonomi kreatif. Namun, laju pertumbuhan industri musik
terhadap NTB Ekonomi Kreatif dan NTB Indonesia sebesar 4.37%, yang relatif lebih rendah
dibandingkan laju pertumbuhan NTB Ekonomi Kreatif (5,76%) dan NTB Indonesia (5,74%),
disebabkan karena masih ada bagian-bagian yang tak terhitung sebagai kontribusi NTB dari
industri musik. Perhitungan di atas kemungkinan berada di bawah nilai NTB subsektor industri
musik Indonesia yang sebenarnya.
Dari grafik di atas dapat kita lihat jumlah tenaga kerja industri musik yang mencapai 55.968
tenaga kerja pada 2013. Ini menunjukkan penyerapan tenaga kerja di industri musik relatif
masih kecil dibandingkan dengan subsektor lainnya. Sebab, jumlah tersebut hanya memberi
kontribusi sebesar 0,47% dari total keseluruhan tenaga kerja yang ada dalam bidang ekonomi
kreatif. Dari laju pertambahan tenaga kerja industri musik yang mengalami penurunan cenderung
menunjukkan terjadinya pengurangan jumlah tenaga kerja di industri musik sebanyak -0.5%, di
mana untuk laju pertambahan tenaga kerja di ekonomi kreatif dan nasional pun menurun namun
tetap bernilai positif (masih ada pertambahan jumlah tenaga kerja). Hal ini juga menunjukkan
bahwa produktivitas dari industri musik yang meningkat melihat peningkatan laju pertambahan
NTB terhadap PDB saat jumlah tenaga kerja di subsektor industri musik menurun. Namun,
nilai ini masih dirasa under estimate jika dibandingkan kenyataan yang sebenarnya, mengingat
masih adanya jenis pekerjaan di industri musik yang tidak terdefinisikan dalam KBLI Indonesia,
terutama pada ruang lingkup fragmen artistik dan fragmen industri-servis.
Jumlah unit usaha industri musik pada 2013 sebanyak 16.182 unit, sehingga rasio jumlah unit
usaha dengan jumlah tenaga kerja hampir berbading 1:4. Nilai tersebut memberi kontribusi sebesar
0,3% dari total unit usaha ekonomi kreatif yang ada. Ini masih termasuk kecil jika dibandingkan
dengan subsektor lainnya. Menurut data yang tersedia, laju pertumbuhan unit usaha dalam industri
musik menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya. Tapi penurunan ini terjadi tidak hanya
pada industri musik, tapi juga keseluruhan kegiatan ekonomi kreatif secara nasional. Meski,
laju pertumbuhan unit usaha dalam industri musik (0,9%) masih lebih rendah dibandingkan
laju pertumbuhan unit usaha ekonomi nasional (2,4%), namun lebih tinggi dibandingkan laju
pertumbuhan unit usaha ekonomi kreatif (0.41%). Hal ini menunjukkan adanya potensi industri
musik yang belum digali secara optimal. Namun, angka ini masih berpotensi untuk berubah
akibat adanya unit usaha yang belum terdefinisi secara detail di dalam KBLI industri musik.
Nilai konsumsi rumah tangga industri musik sebesar 4,3 triliun rupiah telah memberi kontribusi
sebesar 0,5% dari total konsumsi rumah tangga ekonomi kreatif. Grafik di atas menunjukkan
bahwa produk industri musik mengalami peningkatan konsumsi rumah tangga yang dapat
dilihat dari laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga subsektor industri musik sebesar 12,25%.
Angka ini relatif lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi kreatif (10,83%), namun
masih lebih rendah dibanding konsumsi rumah tangga ekonomi nasional yang cenderung
menurun (15,63%). Jika melihat data ini dapat dikatakan bahwa nilai yang ditampilkan adalah
underestimated, karena ada potensi pemasukan subsektor industri musik dari performing rights
yang terhitung. Hal ini dikarenakan tidak adanya Undang-Undang Hak Cipta yang diperbaharui
dan mencakup beberapa hal yang bisa menambah nilai konsumsi rumah tangga industri musik.
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa perbandingan antara nilai ekspor dan impor tidak
berbeda jauh. Namun secara proporsional, terlihat bahwa laju pertumbuhan impor jauh di atas
laju pertumbuhan ekspor. Hal ini dapat memberikan kesimpulan bahwa daya saing industri
musik masih rendah bila dibandingkan dengan produk dari luar negeri. Meski begitu, ini
bukan berarti industri musik Indonesia tidak berdaya saing.
Meskipun secara nominal ekspor dan impor bertambah, tapi dapat dilihat bahwa distribusi ekspor
cenderung menurun sejak 2010 hingga 2013, diiringi dengan naiknya distribusi impor dari industri
musik Indonesia berkaitan dengan jauhnya perbedaan laju pertumbuhan ekspor dan impor. Tapi,
kondisi ini masih berpeluang untuk tidak sesuai dengan kondisi riilnya (nilainya terlalu kecil,
kemungkinan perkiraan yang terlalu kecil) karena masih adanya pengelompokan produk industri
musik yang tidak pada tempatnya, ataupun sebaliknya, di mana produk nonindustri musik
digolongkan dengan produk industri musik yang dapat mengakibatkan terjadinya perbedaan
nilai kontribusi ekspor dan impor.
Kemampuan ekspor industri musik Indonesia terbilang cukup tinggi. Selain data-data di atas,
beberapa fakta lain menunjukkan itu, seperti banyaknya musisi Indonesia yang karya musiknya
banyak dikonsumsi di negara-negara lain, baik itu berupa produk fisik, digital, atau pun pertunjukan.
Bahkan ada musisi Indonesia yang karya musiknya digunakan juga oleh industri periklanan dan
industri perfilman negara lain. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas musik Indonesia tidak kalah
bersaing dengan negara-negara lain, bahkan mungkin lebih baik. Besarnya kemampuan dan
sumber daya untuk meningkatkan kualitas dan produksi dari industri musik Indonesia sendiri
membuat kesempatan untuk meningkatkan daya saingnya lebih besar.
1. Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya
Rekam dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Np. 70 Tahun 1991 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 Serah Simpan Karya Cetak dan
Karya Rekam
Analisis:
Karya musik di Indonesia sangat beragam. Maka, karya-karya ini perlu dikelola dengan
baik agar rekam jejak karya anak bangsa tersebut dapat terus ditemukan oleh generasi
selanjutnya. Pengarsipan yang buruk akan menghilangkan informasi penting yang
bisa mendidik anak bangsa. Kalau tidak, dikhawatirkan rekaman peristiwa yang telah
dihasilkan oleh berbagai lembaga tersebut akan sulit ditemukan kembali. Oleh karena itu
pemerintah membuat Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah-Simpan Karya
Cetak dan Karya Rekam dan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1990 dan Peraturan
Pelaksana Undang-undang No. 4 Tahun 1990.
Undang-Undang ini menjelaskan bahwa bahwa setiap penerbit yang ada di wilayah Indonesia
wajib menyerahkan 2 (dua) buah cetakan dari setiap judul karya cetak yang dihasilkan
kepada Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dan sebuah lagi kepada kepala Perpustakaan
Daerah (Perpusda) di ibukota provinsi yang bersangkutan, selambat-lambatnya setelah 3
(tiga) bulan diterbitkan. Atas dasar itu, setiap penerbit diwajibkan menyerahkan karya-
karyanya ke lembaga yang telah ditunjuk. Undang-Undang ini juga mengatur tentang
Namum pada pelaksanaannya, Undang-Undang ini kurang optimal. Sebabnya, para wajib
serah simpan karya rekam suara masih kurang memiliki kesadaran untuk mengantarkan
langsung atau mengirimkan hasil karya rekam suaranya pada Badan Perpustakaan dan
Arsip Daerah. Sehingga terkadang penyerahan karya rekam suara perlu dijemput langsung
oleh Tim Hunting Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah.
Kesimpulan:
Mengingat pentingnya pengarsipan untuk karya musik, maka perlu dilakukan sosialisasi
kepada para wajib serah simpan karya rekam suara mengenai pentingnya pengarsipan,
juga mengenai tata cara pengarsipan. Selain itu, setiap wilayah perlu melakukan
identifikasi dan penyusunan basis data para sasaran wajib serah simpan karya cetak
dan karya rekam. Untuk mengantisipasi ketidaktaatan para penerbit, keberadaan
sebuah tim hunting atau pelacak karya cetak dan karya rekam juga dirasa penting.
2. Hak Cipta: Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Analisis:
Lisensi musik, sebagai salah satu produk hak cipta, merupakan suatu bentuk perjanjian yang
konteksnya tunduk pada kebebasan berkontrak Pasal 1338 KUHPerdata, namun isinya juga
dibatasi pada UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Lisensi musik merupakan suatu
media pengalihan karya cipta, yang biasanya dilakukan oleh pemilik karya cipta kepada
industri musik untuk dapat dialihwujudkan agar dapat didistribusikan kepada konsumen
sasarannya. Pemberian lisensi ini seringkali direpresentasikan dengan perjanjian baku,
dengan form yang dibuat oleh industri rekaman lalu diberikan kepada si pencipta untuk diisi.
Kesimpulan:
Beberapa penamba han yang perlu ada sebagai pemba haruan dari Undang-
Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah:
Pembaharuan peraturan mengenai copyright protection, yang mencakup:
Mechanical Rights, Performance Rights, Synchronization Rights, Printed Rights,
dan hak-hak lain yang akan muncul
Dengan adanya peraturan ini, iklim bisnis di industri musik Indonesia akan meningkat.
Pemasukan musisi akan membaik karena setiap penggunaan karyanya di ruang publik
atau untuk keperluan lainnya akan terhitung dengan jelas, sebab ada pembagian
keuntungan serta royalti yang jelas. Selain itu, pelaku usaha juga akan merasakan
adanya transparansi dan dampak jangka panjang yang disebabkan banyaknya generasi
(33) Arwendria, Efektivitas Pelaksanaan Undang-undang No. 4 Tahun 1990 Tentang Serah Simpan Karya Cetak dan
Karya Rekam pada Badan Perpustakaan dan Arsip Sumatera Barat, dalam situs web Pusat Kajian Budaya Islam,
1 Desember 2010. Tautan: http://lppbi-fiba.blogspot.com/2010/12/efektifitas-pelaksanaan-undang-undang.html.
Terakhir diakses pada 29 September 2014.
Namun demikian, UU No. 19 Tahun 2002 ini sudah mengalami perubahan pada
2014. Dan ketika buku ini sedang ditulis, perubahan UU Hak Cipta ini telah disahkan
oleh DPR namun masih menunggu pengesahan presiden. Adapun sekilas mengenai
UU Hak Cipta yang telah diperbaharui ini adalah:
Tidak diperbolehkannya sistem jual atau beli putus karya musik;
Hak pencipta yang akan kembali lagi setelah 25 tahun bagi kasus jual atau beli
putus yang sudah terjadi;
Penegasan hukuman untuk pelanggaran hak cipta, terutama pembajakan di
internet dan shopping mall;
Penciptaan dua jenis Lembaga Manajemen Kolektif, yaitu untuk hak cipta dan
hak terkait;
Penegasan pemilik master rekaman mempunyai hak atas performing rights;
Pembentukan sistem database musik nasional berbasis IT yang transparan dan netral.
Analisis:
PP No. 29 Tahun 2004 merupakan regulasi yang dibuat sebagai pelaksanaan ketentuan
Pasal 28 Undang-Undang No, 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta serta untuk mencegah
beredarnya cakram optik illegal yang merugikan pemegang hak cipta. Selain itu peraturan
ini dibuat untuk menghindari persaingan yg tidak sehat pada kegiatan perdagangan cakram
optik di Indonesia. Peraturan ini mencakup jenis dan sarana produksi, kode produksi,
4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 4/pj/2008 tentang Pajak Pertambahan Nilai
atas Penyerahan Produk Rekaman Suara
Analisis:
Peraturan ini merupakan perubahan dari Direktur Jenderal Pajak yang telah menerbitkan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak (Kepdirjen) No. KEP-81/PJ./2004 tentang Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) atas Penyerahan Produk Rekaman Suara. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak No. 4/pj/2008 ini mengatur mekanisme pemungutan PPN atas media
rekaman suara di Indonesia melalui penebusan dan penempelan stiker lunas PPN pada
produk rekaman fisik dalam bentuk kaset, CD, VCD, LD, DVD, dan media fisik lainnya.
Peraturan ini juga mengatur hal-hal teknis sebagai berikut: konten dan jenis media rekaman
suara; harga jual rata-rata berbagai produk rekaman suara; spesifikasi stiker lunas PPN;
tata cara penatausahaan dan penebusan stiker lunas PPN; dan asosiasi pengusaha rekaman
suara yang ditunjuk sebagai pemberi rekomendasi dalam penebusan stiker lunas PPN.
Walaupun peraturan ini telah dirancang menjadi lebih komprehensif, tapi masih ada
beberapa hambatan pada pelaksanaannya. Salah satunya adalah masih adanya perusahaan
rekaman independen dan lokal (label) yang belum terdaftar secara resmi pada asosiasi
yang ada, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam penebusan stiker lunas PPN.
Hal ini mengakibatkan banyak ditemuinya produk musik fisik tanpa stiker lunas PPN.
Kesimpulan:
Untuk membantu proses pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 4/pj/2008
maka perlu dilakukan pertemuan khusus untuk dengar pendapat dan diskusi dengan
para pelaku industri rekaman suara, yang meliputi perusahaan rekaman, asosiasi
pengusaha rekaman, musisi, media massa, dan kolektor musik. Selain itu diperlukan juga
peningkatan pembinaan dan pengawasan untuk meminimalisir penyimpangan maupun
penyalahgunaan penggunaan stiker lunas PPN dengan cara memaksimalkan penyuluhan,
dan penegakan hukum. Untuk mendorong para pelaku usaha rekaman suara menebus
stiker lunas PPN, diperlukan juga suatu sistem dan penatausahaan yang lebih sederhana.34
(34) Didik Yandiawan, Record Store Day dan dan Momentum Penyempurnaan Regulasi PPN atas Penyerahan Media
Rekaman Suara, www.pajak.go.id, 19 april 2013. Tautan: http://www.pajak.go.id/content/article/record-store-day-
dan-momentum-penyempurnaan-regulasi-ppn-atas-penyerahan-media. Terakhir diakses pada 29 September 2014.
Analisis:
Peraturan Menteri Kominfo No. 21 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Jasa Penyediaan
Konten pada Jaringan Bergerak Seluler dan Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel dengan
Mobilitas Terbatas ini merupakan perubahan atau revisi terhadap Peraturan Menkominfo
No. 1/PER/M.KOMINFO/1/2009 tentang Penyelenggaraan Jasa Pesan Premium dan
Pengiriman Jasa Pesan Singkat (Short Messaging Service/SMS) ke Banyak Tujuan
(Broadcast). Perubahan ini dilakukan karena Peraturan Menteri Kominfo No. 1
Tahun 2009 tersebut dirasa sudah tidak sesuai dengan perkembangan teknologi dan
kebutuhan masyarakat. Selain itu, perkembangan teknologi telekomunikasi dan
internet yang semakin terkonsentrasi telah melahirkan beragam jenis jasa layanan baru
di mana salah satunya adalah jasa penyediaan konten pada jaringan bergerak seluler
dan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas. Jasa layanan baru ini
memerlukan pengaturan tersendiri agar dapat tercipta iklim usaha yang kondusif.
Kesimpulan:
Peratuan baru ini dirasa sudah cukup dapat mewakili dan melindungi kepentingan
publik, penyelenggara telekomunikasi, dan kepentingan nasional. Selain itu juga
dapat memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan jasa penyediaan
konten pada jaringan bergerak seluler dan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan
mobilitas terbatas. Hal yang terpenting dan merupakan penambahan dari peraturan
yang sebelumnya adalah memberikan perlindungan kepada pengguna layanan jasa
penyediaan konten yang meliputi hak privasi, akurasi dan transparansi pembebanan
biaya (charging), dan hak lain yang diatur dalam undang-undang perlindungan.35
Kesimpulan:
Kegiata n pembaja k a n terma su k penyedia a n konten lag u gratis ta npa izin
dari pemilik ha k atas lagu merupa kan suatu kegiatan yang ilega l. Dengan
(35) Siaran Pers No. 65/PIH/KOMINFO/8/2013 tentang Peraturan Menteri No. 21 Tahun 2013 Yang Mengatur Jasa
Penyediaan Konten Sebagai Pengganti Peraturan Menteri No. 1 Tahun 2009. Tautan http://www.postel.go.id/info_
view_c_26_p_2047.htm. Terakhir diakses pada 29 September 2014.
Namun dari sisi lain, jika dilihat dari kacamata industri, hambatan untuk sukses di Industri
musik cukup tinggi. Hambatan yang ada lebih kepada belum terbukanya wawasan para calon
pelaku terhadap potensi pemasukan yang ada dari industri musik. Hal ini juga berkaitan dengan
tidak adanya undang-undang yang detail mengenai hak cipta dan peraturan pelaksanaannya,
belum adanya sosialisasi mengenai hak-hak yang seharusnya didapatkan para pemegang hak
cipta, dan belum adanya suatu pusat informasi yang menyeluruh mengenai dinamika ekosistem
dari industri musik indonesia, termasuk perputaran uang di dalamnya. Tidak sedikit musisi yang
tidak mengetahui hak-hak mereka atas karya yang mereka ciptakan, sehingga potensi kerugian
dari sisi pencipta karya cukup tinggi.
Pada umumnya aliran musik yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok
besar:
1. Musik seni
Musik klasik, contoh musisi: Idris Sardi, Ananda Sukarlan, Jubing Krstianto,
dan lain sebagainya;
Musik kontemporer dalam idiom tradisi barat, contoh musisi: komponis Amir
Pasaribu, Dua Srikandi Piano: Trisutji Kamal dan Marusya Nainggolan;
Musik kontemporer yang bersumber dari unsur etnik, contoh musisi: A.W. Sutrisna,
Rahayu Supanggah, Wayan Sadra, Dody Satya Ekagust Diman;
Musik baru yang berlatar belakang budaya Indonesia dan budaya Barat, contoh
musisi: Slamet Abdul Sjukur, Alm. Ben Pasaribu, Tony Prabowo dan Otto Sidharta.36
(36) Michael Gunadi Widjaja, Sekilas Musik Kontemporer Indonesia, dalam www.imajiner07.blogsot.com, 29 Agustus
2013. Tautan: http://imajiner07.blogspot.com/2013/08/sekilas-musik-kontemporer-di-indonesia.html?m=1. Terakhir
diakses pada 29 September 2014.
3. Musik nusantara
Musik khas daerah, contoh: gambang kromong, goong renteng, santi swara
dan laras madya, krumpyung, gong luang, karang dodou, huda, senandung
jolo, ganghanggase, tradisi kombi, tabuh salimpat, syair telimaa, panting, dan
sasando gong;
Musik keagamaan, contoh: gambus, kasidah, nasyid, musik gereja;
Keroncong, contoh: Gesang, Sundari Soekotjo, Mus Mulyadi, Anjar Any, Ki
Manthous, dan lain sebagainya;
Dangdut, contoh: Rhoma Irama, Elviy Sukaesih, Mansyur S, Ikke Nurjanah,
Iis Dahlia, Inul Daratista, dan lain sebagainya
Rata-rata setiap musisi memiliki keunikan yang berbeda-beda di tiap genrenya. Keunikan itu
terkadang tertuang dalam subgenre dari satu genre yang besar. Masing-masing subgenre ini
berkembang secara berbeda-beda satu sama lain dan juga memiliki pengikut dan komunitas
penggemar tersendiri. Penerimaan pasar pun berbeda-beda terhadap hasil karya para musisi ini.
Pada umumnya beberapa aliran musik yang paling populer dan menempati tangga lagu teratas
diiringi dengan penjualan tertinggi di Indonesia adalah musik pop dan dangdut.
Jumlah pemain di ranah ini terus menurun tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan maraknya produk
bajakan yang memiliki harga jauh lebih murah dari produk yang asli. Perkembangan Internet
pun menjadi pemicu karena konsumen dapat menikmati produk musik secara gratis walaupun
kebanyakan di antaranya bersifat ilegal. Jika ancaman-ancaman pembajakan tidak juga dapat
ditanggulangi dan terus menerus membentuk budaya masyarakat yang tidak menghargai hak cipta,
maka hambatan untuk masuk ke rantai reproduksi di industri musik Indonesia menjadi tinggi.
Untuk produk fisik, terdapat distributor konvensional dan nonkonvensional. Contoh beberapa
distributor nonkonvensional yang ada di Indonesia adalah Swara Sangkar Emas dan Music Factory.
Sedangkan beberapa distributor konvensional yang ada di Indonesia adalah DeMajors, Royal
Prima Musikindo, Lucky, Harika, Virgo Ramayana (Jakarta), Santi Jaya (Bali), IMC (Semarang),
Seni Hiburan, Welly/CreativeDisc (Surabaya), ET45 (Aceh dan Palembang), dan Nada Records
(Padang). Selain fenomena di atas, ada juga fenomena distribusi langsung yang biasa dilakukan
oleh label rekaman kecil atau musisi yang merilis sendiri karyanya. Hal ini dilakukan selain
untuk menghemat anggaran juga untuk meningkatkan hubungan antara konsumen atau fans
musik dan musisi.
Pada kegiatan konsumsi, beberapa jenis produk musik: fisik, digital, dan pertunjukan musik,
bisa memiliki harga akhir yang berbeda-beda karena mereka masing-masing menawarkan produk
yang beragam jenisnya. Contoh dari produk yang terdiferensiasi di industri musik adalah musik
dengan berbagai genre, produk fisik dan digital dengan berbagai format dan nilai tambah (ada
sistem bundle dengan merchandise, kemasan yang eksklusif, dan lain sebagainya), dan kreasi
Namun di sisi lain, ada saatnya daya tawar konsumen terhadap produk musik menjadi rendah.
Hal ini karena adanya fenomena perputaran lagu dan musisi yang sangat cepat dan adanya tren
untuk hanya memproduksi one hit single. Menurut Andre Opa Sumual (Trax Magazine), pada
umumnya sebuah lagu one hit single hanya bertahan selama dua hingga empat bulan di pasaran.
Setelah itu, musisi harus bisa memproduksi lagu-lagu hits lainnya tanpa perlu memproduksi
sebuah album. Walau dirasa memberikan keuntungan yang besar pada waktu tertentumisalnya
tingginya tawaran untuk menggelar pertunjukanhal ini tidak akan membuat suatu karya musik
atau musisi bertahan lama di kancah perindustrian musik Indonesia. Pasar yang sudah terbiasa
dengan budaya one hit single akan dengan mudah beralih ke karya musik atau musisi yang lain
dan segera melupakan musisi dan karya musik yang sebelumnya. Konsumen juga tidak akan rela
untuk membayar mahal atas produk yang seperti ini. Maka, untuk meningkatkan daya tawar
konsumen perlu ditingkatkan kualitas karya musik dan juga nilai tambah dari setiap produk
musik yang ditawarkan.
KEADAAN ASOSIASI
Beberapa asosiasi yang menaungi orang dan usaha kreatif pada rantai kreasi ini adalah PAMMI
(Persatuan Artis Musik Melayu/Dangdut Indonesia) dan PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi,
Pencipta Lagu, dan Penata Musik Rekaman Indonesia). Pada ruang lingkup fragmen industri,
khususnya servis, terdapat beberapa organisasi nonpemerintah yang biasa menerima pendaftaran
lisensi musik di mana kemudian membantu manajemen lisensi suatu karya musik di Indonesia.
Organisasi tersebut adalah KCI (Karya Cipta Indonesia) dan WAMI (Wahana Musik Indonesia).
Adapun asosiasi lain yang merupakan perkumpulan dari para LMK adalah ASIRINDO (Asosiasi
Industri Rekaman Indonesia), APMINDO (Asosiasi Penerbit Musik Indonesia), dan PRISINDO
(Performers Right Society of Indonesia). Terdapat dua asosiasi yang menaungi usaha kreatif
di rantai reproduksi yaitu ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia) dan GAPERINDO
(Gabungan Perusahaan Rekaman Indonesia). Di rantai distribusi, hingga kini tercatat ada tiga
buah asosiasi Content Provider yaitu: IMOCA (Indonesian Mobile & Online Content Provider
Association), IMMA (Indonesian Mobile Multimedia Association), dan AKDI (Asosiasi Konten
Digital Indonesia).
Terlepas dari banyaknya musisi atau penyanyi yang berprestasi, baik di dalam maupun luar negeri,
namun masih terdapat beberapa hambatan atau kekurangan yang membuat nilai sumber daya
kreatif industri musik Indonesia menjadi rendah. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya perhatian
dari lembaga pendidikan musik, baik dari segi kurikulum maupun pengajar, terhadap fragmen
industri dari industri musik. Lembaga-lembaga pendidikan musik yang ada di Indonesia pada
umumnya masih memusatkan perhatiannya pada fragmen artistik atau keahlian dalam bermusik
(skill) semata, sedangkan di sisi lain tidak. Padahal kebutuhan untuk itu juga banyak dibutuhkan.
Selain itu, kurangnya link and match dengan dunia industri musik juga turut membuat nilai
sumber daya kreatif industri musik menjadi rendah.
Jumlah unit usaha di bidang reproduksi musik terbilang cukup banyak. Ada 66 label rekaman
yang bernaung di bawah ASIRI dan 15 label rekaman yang berada di bawah naungan asosiasi
GASPERINDO. Untuk bidang distribusi, terdapat kurang lebih 400 penyedia konten (content
provider), 11 distributor konvensional, dan 4 distributor nonkonvensional yang tersebar di seluruh
Indonesia.
Dari sisi profesionalisme, kemampuan atau keterampilan, dan pengetahuan, para pelaku kreatif
di industri musik sudah sangat kompeten akibat inisiatif mereka dalam pemutakhiran ilmu
pengetahuannya, khususnya di bidang industri musik, melalui berbagai sumber. Jumlah wirausaha
kreatif di fragmen artistik industri musik sangat banyak dan mereka sudah sering menghadiri
atau terlibat dalam konferensi dan ajang pertemuan industri musik internasional sehingga mampu
memiliki jejaring berskala internasional. Contoh hasil jejaring berskala internasional tersebut adalah
adanya kerjasama antara content aggregator di Indonesia dengan portal musik digital di luar negeri.
Musik Indonesia masih menjadi tuan rumah di negerinya sendiri di mana 70% musik yang
dikonsumsi di Indonesia merupakan karya yang dibawakan dan atau diciptakan oleh musisi
Indonesia. Di Indonesia juga ditemukan berbagai genre musik yang berkembang secara nasional,
yaitu genre yang berbasiskan budaya populer, kontemporer, budaya daerah, dan keagamaan.
Kualitas karya-karya musiknya pun sudah mampu bersaing dan mendapat apresiasi dari dunia
internasional yang ditandai dengan adanya musisi Indonesia yang go international. Selain itu
banyak juga kolaborasi yang dilakukan antar para pelaku industri musik dan juga lintas sektor,
seperti kolaborasi dengan industri fashion, perfilman, dan permainan (permainan interaktif).
Pembiayaan
Memperoleh skor 2,7, pembiayaan memiliki nilai yang paling rendah untuk industri musik.
Hal ini diakibatkan oleh belum adanya alternatif pembiayaan yang ideal untuk digunakan dalam
kegiatan industri musik. Selama ini para pelaku industri musik bertahan dengan menggunakan
bantuan investor, sponsor, atau juga dengan sistem crowd-funding yang relatif banyak bergantung
pada keuletan dan usaha dari pelakunya sendiri. Indonesia saat ini belum memiliki lembaga
penyedia pembiayaan yang khusus untuk pelaku industri kreatif. Selain itu, Indonesia juga tidak
memiliki fasilitas atau fasilitator yang dapat merealisasikan proses matchmaking antara pemilik
modal dengan pelaku industri musik.
Pemasaran
Secara umum, keberadaan internet membantu pelaku industri musik Indonesia untuk mendapatkan
dan memanfaatkan informasi mengenai pasar luar negeri. Banyak juga pelaku industri musik yang
melakukan promosi secara mandiri dengan menggunakan berbagai media dan ajang networking
internasional. Keberadaan situs-situs dan platform penyedia musik digital menjadi peluang bagi
para pelaku industri musik untuk memasarkan karya-karyanya.
Kelembagaan
Kelembagaan merupakan isu yang cukup menentukan dalam pengembangan industri musik
Indonesia. Perolehan nilai 4,6 menunjukkan bahwa isu kelembagaan masih belum cukup baik
di industri musik Indonesia. Meskipun peraturan atau regulasi dalam hal kegiatan pendukung
industri musik sudah ada, masih terdapat kekurangan dalam hal regulasi yang bersifat khusus
bagi industri kreatif khususnya industri musik, terutama dalam hal pembiayaan, perluasan pasar,
dan pengembangan atau penyediaan teknologi serta infrastruktur pendukung. Undang-Undang
Hak Cipta Tahun 2002 yang menjadi acuan bagi industri ini pun kini dirasa sudah tidak sesuai
dengan perkembangan industri musik terkini. Kurangnya penegakan hukum untuk pembajakan
musik dan penggunaan lisensi musik di Indonesia masih terlihat belum tepat sasaran akibat tidak
adanya koordinasi antara pihak-pihak terkait. Kurangnya ketersediaan dan kualitas dari gedung
pertunjukan musik (venue musik) juga menjadi hambatan yang signifikan dalam hal kelembagaan.
Masih banyak hal penting yang belum dimiliki oleh Indonesia berkaitan dengan industri musik.
Jika melihat ke luar, keberadaan wadah seperti creative hub yang bisa mengumpulkan para pelaku
industri kreatif multi sektor untuk berkolaborasi merupakan salah satu aset berharga untuk
pengembangan industri kreatif negaranya. Penghargaan karya kreatif termasuk karya musik
untuk masing-masing genre meski diperlakukan sebagai hal yang bukan sekadar formalitas.
Tangga lagu nasional pun menjadi patokan atau barometer independen industri musik di sana.
Hal-hal tersebutlah tidak dimiliki oleh Indonesia, dan itu yang menyebabkan terhambatnya
pengembangan industri musik Indonesia. Misalnya, lisensi musik dan penggunaannya termasuk
sistem pengawasannya yang merupakan nyawa dari industri musik Indonesia. Sayangnya, ini
belum disosialisasikan dengan baik kepada seluruh komponen atau stakeholder-nya.
POTENSI PERMASALAHAN
(Peluang dan kekuatan) (tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)
2 Pengajaran, kurikulum, sarana prasarana 2 Kurang ada link and match dengan dunia
dan tenaga pendidik untuk ruang lingkup industri, jarang ditemukan program seperti
fragmen artistik sudah sangat baik. magang, kuliah tamu, dan kerjasama dengan
pelaku di fragmen industri.
3 Pendidikan yang terspesialisasi, di mana 3 Kurang ada beasiswa yang berasal dari dalam
mencakup berbagai jenis keahlian alat negeri untuk menempuh pendidikan khusus di
musik, genre musik, dan teknik sudah bidang musik.
beragam sehingga bisa meningkatkan
kreatifitas penciptaan karya musik.
4 Penguasaan dan akses terhadap iptek sudah 4 Kurangnya pengetahuan musisi dan pelaku
cukup pada pelaku musik generasi muda. musik akan lisensi musik dan hak cipta.
INDUSTRI
1 Secara profesional, kemampuan dan 1 Wirausaha kreatif di bidang publishing masih
pengetahuan para wirausaha kreatif di sangat sedikit.
industri musik sudah sangat kompeten
karena kebanyakan dari mereka selalu
berinisiatif memperbaharui ilmunya melalui
berbagai sumber.
2 Kebanyakan wirausaha di fragmen artistik 2 Kebanyakan wirausaha di fragmen artistik
adalah self employed dan banyak secara tidak memiliki sertifikasi yang berstandar
jumlah. internasional, seperti sound engineer, composer,
arranger, dan lain sebagainya.
3 Wirausaha kreatif di industri musik 3 Jumlah sebaran usaha untuk reproduksi dan
Indonesia sudah sering menghadiri distribusi masih sangat sedikit dan terbatas.
konferensi dan ajang pertemuan industri Sebagian besar terfokus di kota-kota besar di
musik internasional sehingga sudah memiliki Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Denpasar,
jaringan berskala internasional. Semarang, Banda Aceh, Palembang, dan
Padang.
4 Jejaring kerjasama di tingkat lokal, nasional, 4 Jumlah kuantitas usaha publishing masih sedikit
dan global juga sudah dinilai memadai, sehingga kurang bisa menopang kebutuhan
terutama untuk kegiatan di rantai distribusi monitoring penggunaan lisensi musik di
untuk produk musik digital, seperti adalah Indonesia.
content aggregator di Indonesia dengan
portal musik digital di luar negeri seperti
iTunes, Guvera, Deezer, dan lain sebagainya.
5 Kuantitas entitas usaha di bidang reproduksi 5 Penciptaan model bisnis baru terutama untuk
terbilang cukup, yaitu 66 label rekaman yang produk musik digital tidak bisa terdukung
berada di bawah ASIRI dan 15 label rekaman karena tidak adanya suatu payment gateway
yang berada di bawah asosiasi GAPERINDO. yang terintegrasi, sehingga penetrasi konsumen
Untuk entitas usaha di bidang distribusi Indonesia terhadap produk musik digital
kurang lebih terdiri dari 400 CP (content masih rendah karena keterbatasan alat untuk
provider), 4 unconventional distributor, dan pembayaran.
11 conventional distributor yang tersebar di
seluruh Indonesia.
PEMBIAYAAN
1 Ada beberapa alternatif untuk mendapatkan 1 Tidak adanya lembaga yang menyediakan
modal seperti melalui investor, sponsor, dan pembiayaan khusus untuk pelaku di industri
sistem crowd-funding. kreatif
PEMASARAN
1 Secara general, informasi pasar luar negeri 1 Untuk pasar dalam negeri, ketersediaan
bisa didapatkan dari internet dan berbagai informasi pasar bisa didapatkan secara terbatas
media cetak luar negeri. melalui media cetak ataupun media sosial.
2 Usaha untuk melakukan branding, 2 Tidak ada suatu lembaga atau hub atau platform
promosi, dan networking B to B dilakukan yang bisa menyediakan seluruh informasi terkini
secara inisiatif mandiri dari para pelaku secara integral mengenai pasar dalam dan luar
industri melalui berbagai media dan ajang negeri.
networking internasional.
3 Banyak peluang untuk membuka jalur 3 Tidak ada suatu lembaga advokasi musik yang
distribusi musik yang lebih luas lagi melalui bisa memberikan informasi mengenai peluang
jalur yang unconvensional (jejaring restoran pengembangan pasar di luar negeri dan juga
dan minimarket). impor bahan baku untuk reproduksi.
4 Tersedianya situs-situs dan platform 4 Tidak ada lembaga yang khusus menangani
penyedia musik digital, baik lokal dan advokasi musik Indonesia di dalam dan luar
internasional, yang mampu membawa musik negeri. Salah satu tugas lembaga ini adalah
Indonesia ke kancah internasional. untuk peningkatan kualitas branding; promosi;
misi dagang, dan B to B networking karya kreatif
di dalam dan luar negeri.
KELEMBAGAAN
1 Terdapat dua peraturan mengenai 1 Tidak ditemukan regulasi khusus mengenai
pendidikan yang mencakup apresiasi pembiayaan bagi industri kreatif, khususnya di
terhadap musik: industri musik.
Peraturan Mendikbud No. 68 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/
Madrasah Tsanawiyah.
Peraturan Mendikbud No. 69 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Atas/
Madrasah Aliyah.
3 Banyak seminar-seminar dan forum diskusi 3 Tidak ditemukan regulasi khusus mengenai
tentang subsektor industri musik dan pengembangan dan penyediaan teknologi dan
dinamikanya, baik berbentuk pertemuan infrastruktur pendukung industri kreatif.
maupun melalui media sosial.
4 Terdapat penandatanganan perjanjian kerja 4 Belum diperbaharuinya UU Hak Cipta tahun
sama antara Indonesia dan Inggris mengenai 2002, yang dirasa sudah tidak sesuai dengan
kerja sama di bidang industri kreatif. perkembangan industri musik terkini, berikut
dengan petunjuk teknis pelaksanaannya yang
jelas.
5 Pelaku industri musik dari segala rantai 5 Kurangnya penegakan hukum untuk pembajakan
sudah aktif berpartisipasi pada ajang musik musik dan penggunaan lisensi musik yang tidak
internasional dalam bentuk festival seperti pada tempatnya, di mana penyebabnya adalah
SXSW, Music Matters, atau pun konferensi tidak adanya koordinasi antara pihak-pihak yang
seperti The Great Escape, MIDEM, dan lain terkait.
sebagainya.
6 Sampai saat ini ada beberapa penghargaan 6 Ada beberapa collecting society dengan fungsi
untuk karya musik antara lain: AMI yang serupa sehingga bisa membingungkan dan
(Anugerah Musik Indonesia) yang diberikan menimbulkan keraguan dari pihak pengguna.
oleh Yayasan Anugerah Musik Indonesia
(YAMI) dan ICEMA (Indonesia Cutting Edge
Music Award). Walaupun demikian, jumlah ini
dirasa masih sangat kurang.
7 Literasi masyarakat sudah ditemukan 7 Tidak ada lembaga collecting society satu pintu
melalui cara-cara berikut: yang ditunjuk oleh pemerintah untuk melayani
event musik yang menampilkan musisi pendaftaran lisensi musik secara nasional.
lokal dan internasional (contoh: Java Jazz,
Java Rockinland, dan masih banyak lagi),
seminar atau diskusi mengenai subsektor
industri musik (contoh: Unresolved),
media cetak seperti majalah, surat kabar
dan buku (contoh: Rolling Stone, Trax, Music
Biz)
media elektronik seperti blog dan website
(contoh: musikologi.com, bandpedia.com,
widiasmoro.com, robinmalau.com, dan lain
sebagainya)
Pembangunan periode 2015-2019 tetap perlu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi
haruslah inklusif dan berkelanjutan, yaitu meminimasi permasalahan sosial dan lingkungan.
Pembangunan inklusif dilakukan terutama untuk mengurangi kemiskinan, ketimpangan antar
penduduk dan ketimpangan kewilayahan antara Jawa dan luar Jawa, kawasan barat dan kawasan
timur, serta antara kota-kota dan kota-desa. Pembangunan berkelanjutan dilakukan untuk
memberikan jaminan keberlanjutan manfaat yang bisa dirasakan generasi mendatang dengan
memperbaiki kualitas lingkungan (sustainable).
Tema pembangunan dalam RPJMN 2015- 2019 adalah pembangunan yang kuat, inklusif dan
berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan apa yang ingin dicapai dalam lima tahun mendatang,
maka fokus perhatian pembangunan nasional adalah:
1. Merealisasikan potensi ekonomi Indonesia yang besar menjadi pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, yang menghasilkan lapangan kerja yang layak (decent jobs) dan mengurangi
kemiskinan yang didukung oleh struktur ekonomi dan ketahanan ekonomi yang kuat.
2. Membuat pembangunan dapat dinikmati oleh segenap bangsa Indonesia di berbagai
wilayah Indonesia secara adil dan merata.
3. Menjadikan Indonesia yang bersih dari korupsi dan memiliki tata kelola pemerintah dan
perusahaan yang benar dan baik.
4. Menjadikan Indonesia indah yang lebih asri, lebih lestari.
Dalam rancangan teknokratik RPJMN 2015-2019 terdapat enam agenda pembangunan, yaitu: (1)
Pembangunan Ekonomi; (2) Pembangunan Pelestarian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup
dan Pengelolaan Bencana (3) Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan; (4)
Pembangunan Kesejahteraan Rakyat; (5) Pembangunan Wilayah; dan (6) Pembangunan Kelautan.
Pembangunan Ekonomi Kreatif pada lima tahun mendatang ditujukan untuk memantapkan
pengembangan ekonomi kreatif dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif berlandaskan
keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta
kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
Tabel 4-1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan Industri Musik 2015-2019
Terciptanya industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis sebagai landasan yang kuat untuk
VISI
industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis mengarus utamakan kreativitas
saing, kondusif dan dinamis dalam pembangunan nasional
dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan
1.Penciptaan sumber daya 3. Perwujudan industri musik 4. Pengembangan pembiayaan
manusia kreatif di industri musik yang berdaya saing, tumbuh dan yang sesuai, kompetitif, dan
yang berdaya saing dan dinamis beragam mudah diakses
5. Perluasan pasar di dalam dan
luar negeri secara berkualitas dan
TUJUAN
berkelanjutan
2. Pengembangan dan 6. penyediaan dan pengembangan
pemanfaatan ilmu pengetahuan infrastruktur dan teknologi yang
dan teknologi serta budaya tepat guna dan mudah diakses
bagi industri musik secara
berkelanjutan 7. Penciptaan kelembagaan dan
iklim usaha yang mendukung
pengembangan industri musik
1. Meningkatnya kualitas, 4. Meningkatkan wirausaha musik 7.Meningkatnya ketersediaan
keragaman dan kualitas lembaga lokal yang berdaya saing dan pembiayaan bagi industri musik
SASARAN STRATEGIS
9. Meningkatnya ketersediaan
infrastruktur yang memadai dan
kompetitif
Industri musik yang berdaya saing adalah industri dengan keluaran berupa pangsa pasar
yang optimal baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Industri musik yang kondusif adalah industri dengan lingkungan yang mendukung untuk
para kreator dan pelaku bisnis menjalankan kegiatannya (adanya regulasi yang tepat,
lembaga yang menaungi dan kolaborasi antar pihak yang terkait)
Industri musik yang dinamis adalah industri yang selalu bisa mengikuti perkembangan
yang ada di dunia secara global dan di indonesia secara lokal
Memfasilitasi lembaga pendidikan, lembaga pemerintah, komunitas kreatif dan usaha kreatif
untuk penciptaan karya musik kekinian yang menggunakan sumber budaya lokal
Secara umum ruang lingkup pengembangan industri musik meliputi industri yang dikenal di
dunia sebagai industri rekaman, yang terdiri dari dua aktivitas besar, yaitu fragmen artistik dan
fragmen industrial. Cakupan di dalam fragmen artistik adalah pelaku yang melakukan segala jenis
kegiatan yang berhubungan dengan kreativitas dan seni untuk menghasilkan suatu karya musik.
Sedangkan pada fragmen industri, para pelaku melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan
suatu keluaran yang berupa layanan atau produk. Fragmen artistik merupakan penyuplai utama
fragmen industrial sehingga dua fragmen ini tidak bisa dipisahkan dari industri musik.
Perkembangan industri musik di Indonesia dimulai tahun 1940 dengan berdirinya Tio Tek
Hong, perusahaan rekaman Batavia yang menjadi pelopor subsektor industri musik rekaman di
Indonesia. Pada era 1950-an, mulai bermunculan beberapa perusahaan rekaman di Indonesia. Di
era 1990-an, untuk menghindari kasus pelanggaran hak cipta yang lebih besar, maka muncullah
perwakilan langsung perusahaan rekaman internasional di Indonesia. Pada era tahun 1990-an,
terdapat beberapa album yang mencapai penjualan lebih dari 1 juta kopi. Pada awal tahun 2000,
terdapat fenomena baru di industri musik Indonesia. Dengan terbukanya kesempatan usaha
berkat teknologi modern dan iklim bisnis yang kondusif, banyak bermunculan pelaku industri
musik independent. Tahun 2006 merupakan titik perkembangan musik digital, yang memberikan
dampak signifikan untuk industri musik di Indonesia.
Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara setiap peran di dalam proses
penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar, dikembangkan peta ekosistem industri musik
yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu: rantai nilai kreatif, lingkungan pengembangan,
pasar, dan pengarsipan. Rantai nilai kreatif industri musik adalah proses kreasi, reproduksi,
distribusi, dan konsumsi. Lingkungan pengembangan industri musik adalah pendidikan dan
apresiasi. Karakteristik pasar industri musik terdiri dari dua jenis, yaitu: B2B dan B2C. Pengarsipan
yang dimaksud dalam industri musik merupakan pusat data dan sejarah untuk penelitian dan
pengembangan ragam budaya.
Dampak ekonomi dari pengembangan industri musik dapat dilihat dari peta industri yang
menggambarkan keterkaitan dari suatu proses rantai nilai kreatif ke arah hulu (backward linkage)
dan ke arah hilir (forward linkage). Backward linkage di dalam industri musik diantaranya adalah
penyedia studio rekaman, penyedia alat musik, industri komputer dan piranti lunak, penyedia jasa
desain, penyedia jasa fotografi, dan lainnya . Forward linkage di dalam industri desain diantaranya
adalah industri periklanan, industri perfilman, industri permainan interaktif, industri tv dan
radio, dan lainnya. Selain digunakan dalam melihat dampak ekonomi dari industri kuliner,
rantai nilai kreatif juga digunakan dalam mengidentifikasi model bisnis yang umumnya terjadi
di industri musik, yaitu pada proses kreasi terdapat crowd sourcing, advertising, dan open; pada
proses reproduksi terdapat 360 degrees, partnership, dan vertical integration; pada proses distribusi
Kontribusi ekonomi industri musik dapat dilihat dari nilai tambah bruto, ketenagakerjaan,
aktivitas perusahaan, konsumsi rumah tangga, dan nilai ekspor. Sebagai contoh dapat dilihat
di tahun 2013, industri musik memberikan kontribusi nilai tambah bruto sebesar 1% terhadap
total nilai tambah bruto industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan 2010-2013
sebesar 3,32%. Dari sisi ketenagakerjaan, industri musik memberikan kontribusi sebesar 0,47%
terhadap total jumlah tenaga kerja industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan
2010-2013 sebesar 3,41%.
Berdasarkan kondisi industri musik di Indonesia saat ini, tantangan yang mungkin dihadapi,
serta dengan memperhitungkan daya saing serta potensi yang dimiliki dan juga arahan strategis
pembangunan nasional serta pengembangan ekonomi kreatif periode 20152019, maka visi
pengembangan industri kuliner selama periode 20152019 adalah Terciptanya industri musik
yang berdaya saing, kondusif dan dinamis sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan
ekonomi kreatif Indonesia.
5.2 SARAN
Pengembangan industri musik dalam satu tahun kedepan akan difokuskan pada:
Fasilitasi penyesuaian kurikulum pendidikan musik formal.
Mulai memfasilitasi pembuatan website interaktif khusus yang berisi segala informasi
mengenai perkembangan industri musik di Indonesia dan dunia.
Mulai memfasilitasi lokakarya dan seminar berkala yang berkaitan dengan industri musik
bagi pelaku industri musik di Indonesia.
Mulai memfasilitasi pembenahan ruang publik untuk berbagai kegiatan musik di setiap
kota di Indonesia.
Mulai melakukan harmonisasi-regulasi penyelenggaraan jasa penyediaan konten pada
jaringan bergerak seluler dan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas.
Mulai melakukan harmonisasi-regulasi penyelenggaraan program kesenian/festival oleh
pemerintah.
Mulai memfasilitasi pendataan dan sosialisasi berbagai penghargaan-penghargaan yang
ada di dunia Internasional.
Mulai memfasilitasi sosialisasi kepada para musisi Indonesia untuk mendistribusikan
karyanya ke dunia Internasional melalui berbagai jalur distribusi digital.
Untuk penyempurnaan studi dan penulisan buku rencana aksi periode selanjutnya, perlu
dilakukan beberapa hal seperti: meningkatkan intensitas kolaborasi antar pemangku kepentingan
di industri musik, meningkatkan intensitas komunikasi lintas kementerian, dan memutakhirkan
data kontribusi ekonomi dengan perbaikan pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLI) Kreatif.
Lampiran 105
MATRIKS TUJUAN, SASARAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI MUSIK
106
Misi/Tujuan/Sasaran Arah Kebijakan Strategi
MISI 1: Mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk menciptakan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis
1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di industri musik yang berdaya saing dan dinamis
1.1 Meningkatnya kuantitas, keragaman dan a Mendorong munculnya pendidikan musik formal 1 Mengembangkan dan memfasilitasi penguatan
kualitas lembaga pendidikan yang mendukung dan nonformal dengan spesialisasi khusus dan pengembangan lembaga pendidikan
penciptaan pelaku industri musik secara dan kerjasama dengan berbagai institusi (formal dan nonformal) musik yang mendukung
berkelanjutanekonomi kreatif internasional dalam rangka peningkatan penciptaan orang kreatif secara berkualitas di
keragaman keahlian dan dan kualitas lulusan daerah yang memiliki potensi ekonomi kreatif
baik oleh pemerintah dan swasta
2 Mengembangkan dan memfasilitasi kerjasama
pendidikan dengan lembaga pendidikan (formal
dan nonformal) musik di luar negeri yang
kredibel dan berkualitas
Lampiran
kurikulum antar tahapan pendidikan dengan pertukaran informasi dan pengetahuan antara
dunia usaha dunia pendidikan dengan dunia usaha dengan
melibatkan wirausaha, orang kreatif,dan
komunitas kreatif dalam pengajaran dan
penyusunan kurikulum pendidikan terkait
dengan industri musik
1.2 Meningkatnya kuantitas dan kualitas tenaga a Menciptakan pelaku industri musik yang 1 Mengidentifikasi profil profesi, mengembangkan
kerja di industri musik Indonesia dinamis, profesional dan memahami standar kompetensi dan memfasilitasi
penggunaan undang-undang serta mampu sertifikasi tenaga kerja bidang industri musik
mengembangkan dan memanfaatkan iptek yang diakui secara global
107
108
Misi/Tujuan/Sasaran Arah Kebijakan Strategi
2. Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya bagi industri musik secara berkelanjutan
2.3 Tersedianya informasi sumber daya budaya a Mengembangkan sistem pelestarian 1 Memfasilitasi penelitian untuk mengidentifikasi
lokal yang akurat dan terpercaya dan dapat pengetahuan budaya Indonesia yang akurat dan dan mengembangkan sumber daya budaya lokal
diakses secara mudah dan cepat terpercaya yang dapat diakses dengan mudah mengenai musik yang merupakan inspirasi
dan cepat serta memiliki program distribusi dalam pengembangan karya musik yang
pengetahuan budaya berwawasan budaya Indonesia
MISI 2: Menumbuhkembangkan usaha-usaha kreatif untuk menunjang industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis
Lampiran
yang kreatif dan solutif bagi perkembangan memulai usahanya
industri musik di seluruh wilayah Indonesia
3.2 Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang a Memfasilitasi kolaborasi dan linkage antar 1 Memfasilitasi co-creation dan co-production
musik yang berdaya saing, bertumbuh, dan usaha di bidang musik dengan industri lainnya antar usaha kreatif di tingkat lokal, nasional,
berkualitas di tingkat lokal, nasional, dan global dan global
b Mengembangkan standar usaha industri musik 4 Mengembangkan standar usaha di bidang musik
nasional yang sesuai dengan peraturan dan nasional yang memenuhi standar global
standar yang berlaku di tingkat nasional dan
global
3.3 Meningkatnya keragaman dan kualitas karya a Memfasilitasi pengembangan karya musik lokal 1 Memfasilitasi lembaga pendidikan, lembaga
musik lokal dengan arusutama keragaman genre, budaya pemerintah, komunitas kreatif dan usaha
lokal dan kekinian kreatif untuk penciptaan karya musik kekinian
yang menggunakan sumber budaya lokal
109
110
Misi/Tujuan/Sasaran Arah Kebijakan Strategi
MISI 3: Pengembangkan lingkungan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis yang mengarusutamakan kreativitas dalam pembangunan nasional
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
Lampiran
5. Perluasan pasar di dalam dan luar negeri secara berkualitas dan berkelanjutan
5.1 Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar a Mengembangkan sistem informasi pasar karya 1 Meningkatkan riset pasar karya musik di dalam
karya musik di dalam dan luar negeri kreatif yang dapat diakses dengan mudah dan dan luar negeri
informasinya didistribusikan dengan baik
2 Mengembangkan dan memfasilitasi
pengembangan sistem dan pendistribusian
informasi pasar karya musik di dalam dan luar
negeri
111
112
Misi/Tujuan/Sasaran Arah Kebijakan Strategi
6. Penyediaan dan pengembangan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna dan mudah diakses
6.1 Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang a Menjamin ketersediaan,kesesuaian,jangk 1 Meningkatkan pengembangan, penetrasi, serta
memadai dan kompetitif auan harga/biaya, sebaran/penetrasi, dan performansi jaringan infrastruktur teknologi
performansi, infrastruktur telematika-jaringan informasi dan komunikasi ke seluruh wilayah
internet Indonesia yang dapat diakses dengan mudah
dan kompetitif
6.2 Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat a Memfasilitasi akses terhadap teknologi secara 1 Memfasilitasi penyediaan software legal dan
guna, mudah diakses, dan kompetitif mudah dan kompetitif kompetitif
Lampiran
7. Penciptaan kelembagaan dan iklim usaha yang mendukung pengembangan industri musik
7.1 Terciptanya regulasi yang mendukung a Memastikan terlaksananya regulasi Hak Cipta 1 Menjamin perlindungan (pendaftaran yang
penciptaan iklim yang kondusif bagi dengan sebaik-baiknya mudah, penegakan hukum atas pembajakan
pengembangan industri musik dan tindakan pelanggaran) bagi kekayaan
intelektual di dalam negeri
113
114
Misi/Tujuan/Sasaran Arah Kebijakan Strategi
7.2 Terciptanya lembaga yang mendukung a Memfasilitasi diciptakannya lembaga-lembaga 1 Mengembangkan Lembaga Manajemen Kolektif
penciptaan iklim yang kondusif bagi pemerintah atau swasta yang mendorong 1 pintu di Indonesia
pengembangan industri musik terjadinya industri musik yang lebih baik
7.3 Meningkatnya partisipasi aktif pemangku a Meningkatkan sinergi,koordinasi, dan kolaborasi 1 Membentuk kelompok kerja pengembangan
kepentingan dalam pengembangan industri antar aktor (intelektual, bisnis, komunitas, ekonomi kreatif Nasional yang dapat
musik secara berkualitas dan berkelanjutan dan pemerintah) dan orang kreatif dalam mensinergikan seluruh program dan kegiatan
pengembangan industri musik Indonesia lintas sektor dan lintas regional yang dikelola
secara profesional
Lampiran
dan peningkatan kualitas organisasi atau pemerintah (asosiasi usaha, asosiasi profesi)
wadah yang dapat mempercepat pengembangan yang berkualitas sebagai rekan pemerintah
industri musik dalam meningkatkan kualitas dan daya saing
usaha dan musisi di tingkat nasional dan global
7.4 Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/ a Memfasilitasi dan memberikan penghargaan 1 Memfasilitasi keikutsertaan orang/karya/
wirausaha/usaha musik lokal di dalam dan luar bagi orang/karya/ wirausaha/usaha musik lokal wirausaha/usaha musik yang mendapatkan
negeri di tingkat nasional dan internasional peran (mengikuti kompetisi, sebagai pembicara,
dsb) atau penghargaan di dunia internasional
115
116
Misi/Tujuan/Sasaran Arah Kebijakan Strategi
b Meningkatkan komunikasi keberadaan orang/ 4 Mengembangkan sistem informasi dan
karya/wirausaha/usaha musik lokal dan mengintensifkan komunikasi mengenai orang/
konsumsi karya musik lokal karya/wirausaha/usaha di bidang musik yang
dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat
Indonesia
c Meningkatnya apresiasi terhadap Hak Cipta 6 Memperkuat landasan interaksi bisnis antara
perusahaan dengan pelaku industri musik
berupa kontrak bisnis standar yang menghargai
Hak Cipta
d Meningkatnya apresiasi terhadap Hak Cipta 9 Memfasilitasi pendaftaran Hak Cipta yang
mudah dan terjangkau
Lampiran
MISI 1: Mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk menciptakan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis
1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di industri musik yang berdaya saing dan dinamis
1.1 Meningkatnya kuantitas, keragaman dan kualitas a Tersebarnya lembaga pendidikan khusus musik di seluruh daerah Indonesia, terutama di daerah
lembaga pendidikan yang mendukung penciptaan dengan potensi ekonomi kreatif yang besar
pelaku industri musik secara berkelanjutan
b Terselenggaranya kerjasama antar lembaga pendidikan dalam negeri dengan luar negeri dalam
peningkatan kualitas dan kapasitas lembaga
b Terselenggaranya program pelatihan dengan tema dan kebutuhan spesifik bagi para pelaku industri
musik Indonesia
c Meningkatnya tenaga kerja di bidang musik yang berkualitas
2. Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya bagi industri musik secara berkelanjutan
2.1 Tersedianya informasi sumber daya budaya lokal a Terselenggaranya program hibah penelitian pengembangan sumber budaya lokal
yang akurat dan terpercaya dan dapat diakses
secara mudah dan cepat b Tersedianya Informasi sumber daya budaya lokal yang lengkap, akurat dan mudah diakses
c Terciptanya suatu sistem data pokok kebudayaan Indonesia yang akurat dan terpercaya, dikelola
secara profesional
117
118
Misi/Tujuan/Sasaran Indikasi Strategis
MISI 2: Menumbuhkembangkan usaha-usaha kreatif untuk menunjang industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis
3. Perwujudan industri musik yang berdaya saing, tumbuh dan beragam
3.1 Meningkatnya wirausaha musik lokal yang berdaya a Terciptanya suatu program mentoring dengan menghadirkan mentor bisnis berpengalaman di
saing dan dinamis tingkat nasional dan global
b Terciptanya suatu inkubator bisnis yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan dikelola
secara profesional
3.2 Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang musik a Terciptanya suatu skema fasilitasi pembiayaan untuk wirausaha musik pemula dalam memulai
yang berdaya saing, bertumbuh, dan berkualitas usahanya
e Terselenggaranya program advokasi untuk pengembangan standar usaha di bidang musik nasional
yang memenuhi standar global
f Meningkatnya jumlah usaha kreatif yang berdaya saing dan berkualitas
3.3 Meningkatnya keragaman dan kualitas karya musik a Terselenggaranya program hibah penciptaan karya atas dasar pengembangan sumber budaya lokal
lokal
Lampiran
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
4. Pengembangan pembiayaan yang sesuai, kompetitif, dan mudah diakses
4.1 Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi a Terciptanya lembaga pembiayaan non konvensional (venture capital) di daerah-daerah yang
industri musik lokal yang sesuai,mudah diakses memiliki potensi pengembangan industri kreatif
dan kompetitif
b Meningkatnya jumlah pengguna fasilitas pembiayaan bagi industri kreatif, khususnya di bidang
musik
5. Perluasan pasar di dalam dan luar negeri secara berkualitas dan berkelanjutan
5.1 Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar a Adanya hibah untuk melakukan riset pasar yang dilakukan untuk mengetahui pasar musik di dalam
karya musik di dalam dan luar negeri dan luar negeri
b Adanya suatu portal musik nasional yang berisi informasi pasar karya musik di dalam dan luar
negeri
c Adanya suatu kegiatan aktivasi brand kekayaan musik daerah masing-masing melalui festival
daerah dan berbagai media cetak dan elektronik
d Meningkatnya para pelaku industri musik yang mendapatkan hibah untuk mengikuti festival, misi
dagang, B to B networking orang/karya/usaha musik di dalam dan luar negeri
e Terciptanya suatu hubungan kerjasama antar negara-negara kreatif sebagai soft power untuk
mempromosikan karya musik dalam negeri di pasar global
f Meningkatnya kemitraan dan kerjasama distribusi karya musik lokal dengan pengusaha ritel
moderen di dalam negeri
g Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar dalam dan luar negeri
119
120
Misi/Tujuan/Sasaran Indikasi Strategis
6. Penyediaan dan pengembangan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna dan mudah diakses
6.1 Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang a Meningkatnya penetrasi serta performansi jaringan infrastruktur teknologi informasi dan
memadai dan kompetitif komunikasi ke seluruh wilayah Indonesia yang dapat diakses dengan mudah dan kompetitif
6.2 Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna a Tersedianya software legal dan kompetitif yang terjangkau
yang mudah diakses, dan kompetitif
b Tersedianya dana hibah untuk pengembangan piranti lunak dan teknologi pendukung industri musik
lokal yang tepat guna, handal, dan kompetitif
7. Penciptaan kelembagaan dan iklim usaha yang mendukung pengembangan industri musik
7.1 Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan a Adanya regulasi yang mengatur mengenai penggunaan Hak Cipta
iklim yang kondusif bagi pengembangan industri
musik b Adanya regulasi yang memudahkan proses tataniaga karya musik (barang dan jasa) untuk dapat
memperluas pasar karya kreatif di dalam maupun di luar negeri
d Adanya regulasi yang mengatur pendokumentasian dan archiving seni, budaya dan karya musik
untuk mengarusutamakan kreatifitas di masyarakat
f Adanya regulasi yang mendorong apresiasi masyarakat terhadap karya seni musik
g Meningkatnya jumlah ruang publik yang layak digunakan untuk para pelaku seni berekspresi
Lampiran
iklim yang kondusif bagi pengembangan industri
b Terciptanya Lembaga/pusat/lembaga/badan/balai Pengarsipan Musik Indonesia
musik
c Terciptanya Lembaga/pusat/lembaga/badan/balai Advokasi Industri Musik Indonesia
d Meningkatnya jumlah pendaftar dan pengguna karya seni musik melalui LMK 1 pintu
f Meningkatnya kualitas dan kuantitas karya dan pelaku industri musik Indonesia
7.3 Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/ a Meningkatnya kegiatan seleksi dan pemberian penghargaan bagi orang/karya/wirausaha/usaha di
wirausaha/usaha musik lokal di dalam dan luar bidang musik di dalam negeri
negeri b Meningkatnya kegiatan kompetisi/festival/diskusi/ kegiatan lainnya
c Adanya program sosialisasi dan kampanye mengenai penghargaan terhadap hak cipta
d Meningkatnya penjualan lagu/album fisik dan digital dalam dan luar negeri
121
MATRIKS RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INDUSTRI MUSIK 2015-2019
122
TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB
2015 2016 2017 2018 2019
SASARAN 1: Meningkatnya kuantitas, keragaman dan kualitas lembaga pendidikan yang mendukung penciptaan pelaku industri musik secara berkelanjutan
Lampiran
3 Fasilitasi beasiswa atau dana c Menyediakan skema untuk pemberian Kementerian Pendidikan X X X X
hibah untuk pengajar musik di beasiswa atau dana hibah (termasuk dan Kebudayaan
Indonesia untuk peningkatan sosialisasi melalui berbagai media, Kementerian
kapasitas dan kualitasnya pendaftaran, seleksi oleh forum, Perindustrian
melalui pendidikan ke jenjang pengumuman, pelaksanaan dan Kementerian Tenaga
S2 atau S3, sertifikasi, seminar, evaluasi program) dan menyediakan Kerja dan Transmigrasi
festival, konferensi, atau alokasi dana khusus bagi program Kementerian Pariwisata
residensi di dalam dan luar pengembangan kapasitas dan kualitas dan Ekonomi Kreatif
negeri diri para pengajar musik melalui Kementrian Keuangan
program: penerusan pendidikan ke Kementerian Negara
jenjang S2 atau S3/sertifikasi/seminar/ Perencanaan
festival/konferensi/residensi di tingkal Pembangunan Nasional
lokal maupun internasional Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
123
124
TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB
2015 2016 2017 2018 2019
SASARAN 2: Meningkatnya kuantitas dan kualitas tenaga kerja di industri musik Indonesia
1 Fasilitasi identifikasi dan a Menyediakan alokasi dana dan tim Kementerian Tenaga X X X X
sosialisasi bidang profesi yang khusus untuk melakukan sosialisasi Kerja dan Transmigrasi
ada di industri musik agar dan membuka kesempatan untuk riset Kementerian Pariwisata
membuka wawasan para pelaku identifikasi perkembangan bidang dan Ekonomi Kreatif
industri musik profesi yang ada di industri musik Kementerian
sehingga bisa didapatkan klasifikasi Perindustrian
baku lapang usaha industri musik yang Kementerian
detail serta untuk sosialisasi mengenai Perdagangan
profesi-profesi yang di industri musik Kementerian Pekerjaan
agar bisa membuka wawasan para Umum
pelaku industri musik melalui berbagai Kementerian Negara
media seperti website dan forum Riset dan Teknologi
diskusi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Lampiran
2 Fasilitasi beasiswa atau dana b Menyediakan skema untuk pemberian Kementerian Tenaga X X X X
hibah untuk pelaku musik di beasiswa atau dana hibah (termasuk Kerja dan Transmigrasi
Indonesia untuk melakukan sosialisasi melalui berbagai media, Kementerian Pariwisata
pengembangan kapasitas dan pendaftaran, seleksi oleh forum, dan Ekonomi Kreatif
kualitas diri melalui program: pengumuman, pelaksanaan dan Kementerian Komunikasi
sertifikasi/seminar/festival/ evaluasi program) dan menyediakan dan Informatika
konferensi/residensi di tingkal alokasi dana khusus bagi program Kementerian Pemuda dan
lokal maupun internasional pengembangan kapasitas dan kualitas Olahraga
diri para pelaku musik melalui Kementerian
program: sertifikasi/seminar/festival/ Perindustrian
konferensi/residensi di tingkal lokal Kementrian Luar Negeri
maupun internasional. Contoh beberapa Kementerian
konferensi/seminar/traning musik Perdagangan
Internasional adalah MIDEM, SXSW, Kementerian Pekerjaan
CMJ Music Conference, New Music Umum
Seminar, Kansai Music Conference, Seluruh Pemerintah
Berlin Music Week, San Fransisco Music Daerah Provinsi, Kota,
Tech, Music Matters dan lain sebagainya dan Kabupaten
125
126
TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB
2015 2016 2017 2018 2019
SASARAN 3: Tersedianya informasi sumber daya budaya lokal yang akurat dan terpercaya dan dapat diakses secara mudah dan cepat
1 Fasilitasi pengarsipan budaya a Menyediakan alokasi dana dan tim Kementerian Pariwisata X X X
dan artefak musik Indonesia khusus untuk melakukan pengumpulan, dan Ekonomi Kreatif
pengarsipan, pengelolaan suatu Kementerian
artefak dan dokumentasi kegiatan yang Perindustrian
berhubungan dengan musik budaya Kementerian
khas Indonesia Perdagangan
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian Pekerjaan
Umum
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Lampiran
3 Fasilitasi penelitian dan c Menyediakan alokasi dana dan tim Kementerian Pariwisata
pengembangan sumber daya khusus untuk melakukan penelitian dan Ekonomi Kreatif
budaya lokal menjadi karya dan pengembangan terkait sumber Kementerian
kreatif yang dikemas dengan daya budaya lokal agar bisa menjadi Perindustrian
semangat kekinian sehingga menjadi karya kreatif yang dikemas Kementerian
dapat diterima oleh pasar dalam dengan semangat kekinian sehingga Perdagangan
dan luar negeri dapat diterima oleh pasar dalam dan Kementerian Komunikasi
luar negeri dan Informatika
Kementerian Pekerjaan
Umum
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
SASARAN 4: Meningkatnya wirausaha musik lokal yang berdaya saing dan dinamis
1 Fasilitasi kolaborasi dan linkage a Menyediakan alokasi dana khusus untuk Kementerian Tenaga X X X X
antar wirausaha di bidang musik membiayai kegiatan forum komunikasi Kerja dan Transmigrasi
dengan industri lainnya di tingkat dan kolaborasi lintas sektor dibawah Kementerian Pariwisata
lokal, nasional, dan global direktorat kementrian atau swasta dan Ekonomi Kreatif
yang diasuh oleh praktisi, akademisi, Kementerian Komunikasi
komunitas dan pemerintahan untuk dan Informatika
wirausaha musik dan wirausaha di Kementerian
sektor lainnya melakukan kegiatan Perindustrian
bersama seperti seminar dan diskusi Kementerian
bersama, dalam skala nasional dan Perdagangan
internasional Kementerian Pekerjaan
Umum
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
127
128
TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB
2015 2016 2017 2018 2019
3 Fasilitasi lokakarya dan seminar c Menyediakan alokasi dana untuk Kementerian Tenaga X X
berkala yang berkaitan dengan kegiatan lokakarya dan seminar seperti Kerja dan Transmigrasi
industri musik bagi pelaku Dialog Industri Musik dengan tema Kementerian Pariwisata
industri musik di Indonesia terkini yang rutin, dan terdokumentasi dan Ekonomi Kreatif
serta dapat diakses untuk umum dan Kementerian Komunikasi
tersebar di berbagai wilayah Indonesia dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Pekerjaan
Umum
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Lampiran
4 Fasilitasi program training d Menyediakan skema untuk pemberian Kementerian Tenaga X X X
dan mentoring untuk para fasilitas training dan mentoring Kerja dan Transmigrasi
pelaku bisnis di Indonesia yang (termasuk penjajakan kerjasama Kementerian Pariwisata
berpotensi dengan berbagai negara di dunia yang dan Ekonomi Kreatif
terdepan dalam industri musik seperti Kementerian Komunikasi
Inggris, Korea dan Swedia dan institusi dan Informatika
nasional dan internasional, sosialisasi Kementerian Pemuda dan
melalui berbagai media, pendaftaran, Olahraga
seleksi oleh forum, pengumuman, Kementerian
pelaksanaan dan evaluasi program) Perindustrian
dan menyediakan alokasi dana khusus Kementrian Luar Negeri
bagi program pengembangan kapasitas Kementerian
dan kualitas diri para pengajar musik Perdagangan
melalui program: penerusan pendidikan Kementerian Pekerjaan
ke jenjang S2 atau S3/sertifikasi/ Umum
seminar/festival/konferensi/residensi Seluruh Pemerintah
di tingkal lokal maupun internasional Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
129
130
TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB
2015 2016 2017 2018 2019
SASARAN 5: Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang musik yang berdaya saing, bertumbuh, dan berkualitas
1 Fasilitasi dana hibah untuk a Menyediakan alokasi dana khusus untuk Kementerian Tenaga X X X X
mengikuti dan/atau membuat mengikuti pameran dagang yang ada Kerja dan Transmigrasi
program pameran dagang skala (contoh: Canadian Music week, SXSW) Kementerian Pariwisata
nasional dan internasional yang dan/atau membuat program pameran dan Ekonomi Kreatif
bisa memperluas wawasan, dagang bersama dengan penyelenggara Kementerian Komunikasi
jejaring dan cakupan usaha para swasta yang sudah berpengalaman dan Informatika
pelaku usaha industri musik sebelumnya dimana pameran dagang Kementerian
lokal tersebut bisa memperluas wawasan, Perindustrian
jejaring dan cakupan usaha para Kementerian
pelaku usaha industri musik secara Perdagangan
internasional dan nasional Kementerian Pekerjaan
Umum
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Lampiran
2 Fasilitasi dana insentif dan b Menyediakan alokasi dana khusus Kementerian Pariwisata X X X X
matchmaking untuk proposal dan skema untuk pemberian dana dan Ekonomi Kreatif
bisnis baru yang inovatif insentif (termasuk sosialisasi melalui Kementerian Komunikasi
dan proposal bisnis untuk berbagai media, pendaftaran, seleksi dan Informatika
peningkatan kualitas dan standar oleh forum, pengumuman, pelaksanaan Kementerian
usaha yang sudah berjalan dan evaluasi program) serta membuka Perindustrian
peluang matchmaking dengan investor- Kementerian
investor dan calon pemberi dana dari Perdagangan
pihak lain (yang sudah didata terlebih Kementerian Luar Negeri
dahulu oleh tim dari badan advokasi) Kementrian Keuangan
bagi para calon pelaku usaha musik Bank Indonesia
yang memiliki proposal bisnis yang Dewan Komisioner
inovatif dan solutif bagi industri Otoritas Jasa Keuangan
musik Indonesia dan usaha-usaha di Badan Penanaman Modal
bidang musik yang berencana untuk
meningkatkan kualitas dan standar
usahanya melalui program: sertifikasi
usaha, pendaftaran asosiasi, training,
ataupun pembelian perangkat lunak
maupun keras
131
132
TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB
2015 2016 2017 2018 2019
3 Fasilitasi kolaborasi dan linkage c Menyediakan alokasi dana khusus Kementerian Tenaga X X X X
antar usaha di bidang musik untuk membiayai kegiatan forum Kerja dan Transmigrasi
dengan industri lainnya di tingkat komunikasi lintas sektor (atau Kementerian Pariwisata
lokal, nasional, dan global community hub) dibawah direktorat dan Ekonomi Kreatif
kementrian atau swasta yang diasuh Kementerian Komunikasi
oleh praktisi, akademisi, komunitas dan Informatika
dan pemerintahan untuk pelaku bisnis Kementerian
musik dan pelaku bisnis di sektor Perindustrian
lainnya melakukan kegiatan bersama Kementerian
seperti seminar, diskusi bersama, Perdagangan
pameran bersama, dan lain sebagainya, Kementerian Luar Negeri
dalam skala nasional dan internasional Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Lampiran
SASARAN 6: Meningkatnya keragaman dan kualitas karya musik lokal
1 Fasilitasi dana hibah untuk a Menyediakan skema untuk pemberian Kementerian Tenaga X X X X
pelaku musik di Indonesia untuk beasiswa atau dana hibah (termasuk Kerja dan Transmigrasi
melakukan pengembangan sosialisasi melalui berbagai media, Kementerian Pariwisata
kapasitas dan kualitas diri pendaftaran, seleksi oleh forum, dan Ekonomi Kreatif
melalui program residensi dan pengumuman, pelaksanaan dan Kementerian Komunikasi
festival musik di tingkal lokal evaluasi program) dan menyediakan dan Informatika
maupun internasional alokasi dana khusus bagi program Kementerian Pemuda dan
pengembangan kapasitas dan kualitas Olahraga
diri para pelaku musik melalui program Kementerian
residensi dan festival musik di tingkal Perindustrian
lokal maupun internasional seperti The Kementrian Luar Negeri
Great Escape, Coachella, Summerfest, Kementerian
Lollapalooza, Fuji Rock, Big Day Out, Perdagangan
St. Jerome Lanewat Festival dan lain Kementerian Pekerjaan
sebagainya Umum
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
133
134
TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB
2015 2016 2017 2018 2019
3 Fasilitasi penghargaan karya c Menyediakan alokasi dana dan tim Kementerian Pariwisata X X X X
musik nasional khusus untuk menyelenggarakan dan Ekonomi Kreatif
kegiatan penghargaan karya musik Kementerian Komunikasi
nasional dengan melakukan seleksi di dan InformatikaSeluruh
atas rilisan album setiap 6 bulannya Pemerintah Daerah
di Indonesia dengan seleksi terpusat Provinsi, Kota, dan
oleh dewan musisi (lintas genre dan Kabupaten
generasi) serta dengan bekerjasama
dengan berbagai media cetak dan
elektronik untuk membantu proses
sosialisasi dan pengumuman pemenang
Lampiran
SASARAN 8: Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar karya musik di dalam dan luar negeri
2 Fasilitasi dana hibah untuk b Menyediakan alokasi dana khusus untuk Kementerian Pariwisata X X X X
mengikuti dan/atau membuat mengikuti pameran dagang yang ada dan Ekonomi Kreatif
program pameran dagang skala (contoh: Canadian Music week, SXSW) Kementerian Komunikasi
nasional dan internasional yang dan/atau membuat program pameran dan Informatika
bisa memperluas wawasan, dagang bersama dengan penyelenggara Kementerian
jejaring dan cakupan usaha para swasta yang sudah berpengalaman Perindustrian
pelaku usaha industri musik sebelumnya dimana pameran dagang Kementerian
lokal tersebut bisa memperluas wawasan, Perdagangan
jejaring dan cakupan usaha para Kementerian Luar Negeri
pelaku usaha industri musik secara Kementrian Keuangan
internasional dan nasional
135
136
TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB
2015 2016 2017 2018 2019
3 Fasilitasi komunikasi dengan c Mendorong KBRI di setiap negara untuk Kementerian Pariwisata X X X X
KBRI di setiap negara di dunia membuka peluang bagi pelaku musik dan Ekonomi Kreatif
untuk membuka peluang musisi Indonesia untuk bisa memasarkan Kementerian Komunikasi
Indonesia bisa memasarkan karya dan usahanya di negara-negara dan Informatika
karyanya di negara-negara yang yang mereka ampu dengan cara ikut Kementerian
mereka ampu aktif menginformasikan, mengundang Perindustrian
dan mempromosikan keberadaan Kementerian
karya, musisi dan usaha musik yang Perdagangan
ada di Indonesia dengan mengikuti Kementerian Luar Negeri
program seperti festival dan pameran Kementrian Pemuda dan
dagang di negara yang mereka ampu Olahraga
5 Fasilitasi tur musik bagi musisi e Menyediakan alokasi dana dan seleksi Kementerian Pariwisata X X
Indonesia yang berprestasi di khusus untuk memfasilitasi tur di dan Ekonomi Kreatif
beberapa negara di dunia beberapa negara bagi musisi Indonesia Kementerian Komunikasi
yang berprestasi atas dasar seleksi dan Informatika
akan prestasi dan kontribusi terhadap Kementerian
dunia musik Indonesia Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
Lampiran
SASARAN 9: Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan kompetitif
137
138
TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB
2015 2016 2017 2018 2019
Lampiran
SASARAN 10: Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif
139
140
TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB
2015 2016 2017 2018 2019
Lampiran
SASARAN 11: Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri musik
141
142
TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB
2015 2016 2017 2018 2019
SASARAN 12: Terciptanya lembaga yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri musik
Lampiran
2 Fasilitasi pembuatan pusat b Menyediakan tim khusus, alokasi dana Kementerian Pariwisata X X X
pengarsipan musik Indonesia khusus dan skema untuk pengarsipan dan Ekonomi Kreatif
musik, sosialisasi sistem pengarsipan, Kementerian Komunikasi
pengembangan kapasitas pengelola dan Informatika
pengarsipan, pusat penyimpanan data, Kementerian
dan perpustakaan industri musik (Join Perindustrian
Katalog Online) yang terhubung dan Kementerian
terintegrasi Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
SASARAN 13: Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/ wirausaha/usaha lokal di dalam dan luar negeri
2 Fasilitasi pembiayaan untuk b Menyediakan alokasi dana khusus dan Kementerian Pariwisata X X X X
proyek kolaborasi musisi skema untuk pemberian dana insentif dan Ekonomi Kreatif
Indonesia dan internasional (termasuk sosialisasi melalui berbagai Kementerian Komunikasi
media, pendaftaran, seleksi oleh dan Informatika
forum, pengumuman, pelaksanaan dan Kementerian
evaluasi program) bagi para pelaku Perindustrian
industri musik yang memiliki proposal Kementerian
proyek kolaborasi antara musisi Perdagangan
Indonesia dan internasional Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
143
144
TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB
2015 2016 2017 2018 2019
3 Fasilitasi sosialisasi kepada c Menyediakan alokasi dana khusus untuk Kementerian Pariwisata X X X X X
para musisi Indonesia untuk program sosialisasi seperti diskusi dan dan Ekonomi Kreatif
mendistribusikan karyanya seminar mengenai beragam alternatif Kementrian Pendidikan
ke dunia Internasional melalui distribusi digital, bekerjasama dengan dan Kebudayaan
berbagai jalur distribusi digital para distributor digital nasional dan Kementrian Perdagangan
internasional Kementrian Perindustrian
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
1 Fasilitasi sosialisasi mengenai a Menyediakan alokasi dana khusus untuk Kementerian Hukum X X X X
pentingnya pendaftaran lisensi program sosialisasi seperti diskusi dan Hak Asasi Manusia
musik kepada pelaku industri dan seminar dan sosialisasi melalui Kementerian Pendidikan
musik di seluruh kota di berbagai media cetak dan elektronik dan Kebudayaan
Indonesia spesifik musik mengenai pentingnya Kementerian Pariwisata
pendaftaran lisensi musik kepada dan Ekonomi Kreatif
pelaku industri musik di seluruh kota di Kementerian Komunikasi
Indonesia dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan Seluruh
Pemerintah Daerah
Provinsi, Kota, dan
Kabupaten
Lampiran
2 Meningkatkan layanan b Menyediakan alokasi dana khusus Kementerian Hukum dan X X X
pendidikan dan layanan untuk program sosialisasi mengenai Hak Asasi Manusia
informasi Hak Cipta kepada pentingnya penghargaan atas Hak Cipta Seluruh Kementerian dan
masyarakat melalui berbagai program (festival Lembaga
musik, bazzar, seminar) dan media Seluruh Pemerintah
cetak dan elektronik Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
145
146
TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB
2015 2016 2017 2018 2019
Lampiran
5 Fasilitasi pendaftaran Hak Cipta e Menyediakan suatu skema pendaftaran Kementerian Hukum dan X X
yang mudah dan terjangkau Hak Cipta yang mudah dan terjangkau Hak Asasi Manusia
melalui sistem yang terintegrasi Lembaga Ilmu
(misalkan melalui portal khusus) Pengetahuan Indonesia
Badan Pengkajian
Penerapan Teknologi
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Kementerian
Perindustrian
Kementerian Negara
Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah
Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral
Kementerian Negara
Lingkungan Hidup
Kementerian Kehutanan
Kementerian Kelautan
dan Perikanan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
147