Pada tahun 1912, Semaun mengikuti ujian untuk menjadi pegawai Pamong Praja
rendah, dan berhasil memperoleh sertifikat Klein Abtenaar. Semaun kemudian
bekerja di Staatsspoor Surabaya sebagai juru tulis rendahan, setelah berhasil
menempuh ujian “Pengetahoean Oemoem” dan ujian Stationscommies.
Pada usia 14 tahun, Semaun diterima menjadi angoota Serikat Islam cabang
Surabaya. Serikat Islam yang didirikan oleh H.O.S. Tjokroaminoto adalah
penjelmaan dari sebuah organisasi perdagangan islam yang semula bernama
Serikat Dangang Islam.
Semaun adalah orang yang mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi. Oleh
karena itu Semaun tidak dapat berdiam diri saat melihat ketidakadilan yang dialami
oleh para petani di daerah tanah partikelir yang diperlakukan tidak adil oleh pemilik
tanah. Semaun merasa adanya ketidakadilan pada peraturan pembagian hasil panen.
Petani hanya boleh mengambil seperlima bagian dari tanah yang digarapnya, lalu
sisanya diberikan kepada pemilik tanah. Setelah itu Semaun mengorganisir para
petani untuk melakukan pemogokan, guna menuntut pembagian hasil panen yang
adil. Setelah aksi pemogokan itu, nama Semaun menjadi terkenal di kalangan
anggota SI. Di usianya yang masih muda tersebut, Semaun diangkat menjadi
sekertaris lokal SI di Surabaya.
PKI awalnya adalah bagian dari SI.tetapi karena adanya perbedaan pandangan,
akhirnya SI terbagi menjadi 2 golongan, yaitu SI putih ( nasionalis). Aliran putih
dari SI ini bersifat kooperatif. Artinya terbuka terhadap pemerintah kolonial. Dan
SI merah ( komunis). Aliran merah ini bersifat non kooperatif atau radikal. Akhir
tahun 1921, Semaun pergi ke Moskow, posisinya sebagai ketua umum PKI
digantikan oleh tan Malaka. 1922 Semaun kembali ke Indonesia, Semaun mendapat
kembali posisi ketua umum dan berusaha meraih pengaruhnya kembali di SI namun
kurang berhasil.
Sebenarnya banyak peran Semaun , seperti halnya menulis artikel yang berisi
ajakan untuk memperjuangkam hak rakyat kecil dan kaum buruh. Semaun juga
aktif mengkoordinir berbagai aksi pemogokan.
Semaun sendiri ditangkap dan diasingkan ke Belanda, karena pada tahun 1923
VSTP merencanakan demonstrasi besar-besaran. Selama masa pengasinganya
Semaun kembali ke Uni Sovyet. Pada masa itu, Semaun tetap menjadi aktivis tapi
terbatas.
Sumber:
http://aw-nashruddin.blogspot.co.id
https://www.google.co.id/amp/bangka.tribunnews.com