KOMUNIKASI
Undang-unoang KC!J)U(III" ..........-. ........... ,amm ,..,.,, i.c:m•ug na1, ....,...
Ungkup Hak Clpta
pasal 2: •
1. Hak clpta merupaka ....... �- ..·-· - ... • �·-·"- ...... r .. , .. �,....,. , -" Clpta untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannva, yang tlmbul seeera otomatls setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa
mengurangl pembatasan menurut peraturan perundang·undangan yang berlaku.
Ketentuan Pldana
Pasal72: .
Baran& slapa dengan sengaja atau tanp_ ··-·· ···-·-··-··-·· �-- ----·· ----r····-·- dimaksud dalam pasal
1.
2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan (2) dipldana dengan pldana penjara maslng-maslng paling slngkat 1
(satu} bulan dan/atau denda paling sedlkit 1.000.000,00 (satu Juta) rupiah atau pldana penjara pal!ng
lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak 5000.000.000,00 (llma mllyar) rupiah.
2.
earang siapa dengan sengaja menylarbn, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang hasll pelanggaran hak clpta atau hak terkalt sebagaimana dlmaksud pada avat
(l) dlpldana dengan pldana penjara paling lama S (llma) tahun dan/atau denda paling banyak
soo.ooo.000,00 (lima ratus juta) rupiah.
Ora. Hj. Radiah AP., M.Si.
SOSIOLOGI
KOMUNIKAS1
v
perubahan di tengah masyarakat menuju masyarakat
madani.
Kampus peradaban yang dicita-citakan hanya bisa
terwujud jika pengembangan kultur dan mindset akademik
lebih relevan dengan suasana dan wadah yang bemama
universitas Islam. Sebaliknya, jika orientasi peradaban hanya
sebatas jargon dan simbol, maka status "universitas" dan
"Islam" akan menjadi beban bagi kita maupun masyarakat.
Di satu sisi, UIN akan menjadi universitas pinggiran,
sementara di sisi lain, karakter keislaman menjadi hilang.
Karena itu, diperlukan usaha sungguh-sungguh untuk
mengawal UIN Alauddin mencapai visi dan misinya untuk
menjadi world class university yang berperadaban.
Untuk mencapai visi itu, maka program GSB (Gerakan
Seribu Buku) ini menjadi salah satu langkah strategis
memacu sivitas akademika untuk tidak sekadar meneguk
"air'' pengetahuan di perguruan tinggi, tetapi dapat
membawa ribuan bahkan jutaan kendi "air dan mu tiara"
pengetahuan ke tengah masyarakat. Orang bijak berkata
"Bula, adalah pengusung peradaban, tanpa buku sejarah meniadi
sunyi, ilmu pengeiahuan menjadi mati, dan kehidupan bisa
kehilangan arti."
Oleh karena itu, saya sangat bersyukur kapada Allah
swt, atas terselenggaranya program GSB ini, baik tahun I
maupun tahun II. Program GSB telah membuktikan kepada
publik bahwa UIN Alauddin memiliki kekuatan dan potensi
yang cukup besar untuk mewujudkan dan menghantarkan
kampus ini menuju kampus peradaban melalui maha karya
para civitas akademika. Melalui program GSB i.ni, potensi
sumber daya UIN Alauddin akan terus digali, diapresiasi
dan dihargai sehingga melahirkan kreasi, ide dan prestasi.
vi
Selaku Rektor, saya senantiasa berharap agar tagline
"Peradaban" yang selama ini digulirkan harus menjadi visi
dan misi bersama yang tertanam dalam sebuah bingkai
kesadaran kolektif bagi seluruh sivitas akademik untuk
mewujudkan UIN Alauddin sebagai universitas yang
kompetitif dan berkarakter. Untuk itu, tiga agenda besar;
pencerdasan, pencerahan dan prestasi harus menjadi fokus
perhatian utama bagi sivitas akademika UIN Alauddin.
Ketiga agenda ini dirancang sebagai sebuah strategi untuk
menjadikan UIN Alauddin lebih terbuka, dan menjadi pusat
kepeloporan pengembangan nilai dan akhlak serta
keunggulan akademik-intelektual yang dipadukan dengan
pengembangan teknologi untuk membangun sebuah
masyarakat yang berperadaban.
Akhimya, perkenankan saya mengucapkan terima-
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh sivitas akademika UIN Alauddin Makassar yang
telah mencurahkan pikiran dan tenaganya dalam meng-
hasilkan karya akademik ini. Semoga gagasan yang di-
tuangkan di dalam buku ini mampu menjadi "air" penyejuk
dan pengobat dahaga bagi masyarakat yang haus akan
pencerahan, dan dapat menjadi "mutiara" yang memberikan
cahaya bagi peradaban.
vii
Pengantar Penulis
ix
Minat yang intens ternadap kapan komurukasr-
akademis dimulai setelah perang dunia ke I. tepatnya ketika
meningkatnya teknologi dan literasi membuat komunikasi
menjadi topic yang mendapat perhatian khusu, antara lain,
didorong oleh filososfi abad dua puluh tentang
pragmatismo. Tentu saja perkembangan ini merangsang
keinginan untuk mengembangkan masyarakat melalui
perubahan social yang luas. Pada awalnya, kajian
komunikasi itu dituntut oleh perkembangan dibidang politi,
sosiologi-antropologi, dan psikologi social, pengaruh politik
terhadap pesan public mendorong dilakukannya banyak
penelitian tentang propaganda dan pedapat public. Sosiologi
antropologi dan psikologi social memberikan sumbagan
yang sangat besar bagi perkembangan kajian tentang
komunikasi saat ini. Banyak penelitian sosiologi pada
rentang waktu 1930-an yang menyelediki cara-cara
berkomunikasi untuk mempengaruhi individu dan
komunitas. Topic-topik penelitian populer dibidang
psikologi social menyertakan efek film terhadap anak,
propaganda dan persuasi serta dinamika kelompok yang
yang pada akhirya pula menggiring pada sebuah perubahan
social dengan memunculkan berbagai dam:pak baik positif
maupun negatife.
Dengan kondisi sekarang ini, fenomena social yang
terjadi yang mengakibatkan pada sebuah perubahan social
itu tidak luput dari perkembangan teknologi komunikasi.
Dalam tulisan ini penulis mencoba mengurai sekelumit
kajian kom�nika�i . dalam perspektif sosiologi. Dengan
hadimya tuhsan 1111 pembaca bisa mendapatkan secercah ·
ilmu sebagai landasan awal sekaligus menjadi kompas
x
untuk menmasuki belantara peradaban manusia agar tidak
terlarut dengan situasi yang yang berdapak negative.
Akhirnya penulis mengucapakan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik
berupa materi dan dukungan moril sehingga tulisan ini bisa
hadir dihadapan pembaca. Penulis juga mengakui bahwa
tulisan ini masih jauh dari sebuah kesempumaan, olehnya
itu penulis tetap mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari semua pihak. Semoga kebenaran ilmu
penegtahuan menjadi salah satu cara menuju ridho Allah
Awt,Amin.
xi
Daftar Isi
Sambuian Rektor _v
Pengantar Penulis .ix
Daftar Isi _xiii
BAB I - FILSAFAT SOSIOLOGI KOMUNIKASI _1
A. Filsafat Sosial, Sosiologi Moderen, dan Komunikasi _1
B. Sosiologi Modem _28
C. Lahirnya Sosiologi Komunikasi _31
D. Tradisi-Tarisi dalam 11.mu Komunikasi _36
E. Proses Sosial dan Interaksi Sosial _43
BAB II - RUANG LINGKUP SOSIOLOGI _62
A. Apakah Sosiolgi itu? _62
B. Ruang Lingkup Sosiologi _67
C. Konsep Sosiologi _70
D. Hubungan Sosiologi dengan Komunikasi _74
BAB ID - PERSPEKTIF KOMUNIKASI
ANTAR MANUSIA _83
A. Pemahaman Konsep Perspektif _83
xiii
B. Perspektif dalam ilmu Sosial (Ilmu Komunikasi) _85
C. Beberapa Perspektif yang Berkaitan
dengan Komunikasi _87
1. Perspektif Mekanistis _87
2. Perspektif Psikologis _90
3. Perspektif Pragmatis _93
4. Perpektif Interaksionisme-Simbolik _94
D. Konstruksi Sosial atas Realitas dan Konstruksi Sosial
Media Massa _97
BAB IV INTERAKSI SIMBOLIK SEBAGAI PERSPEKTIF
SOSIOLOGI KOMUNIKASI _103
A. Interaksionisme dalam Pandangan Mead _103
B. Perspektif pada Kelompok Rujukan _111
C. Masalah Perspektif, Sikap, dan Perilaku _114
D. Perubahan Sosial _116
E. Budaya Massa dan Budaya Populer _125
F. Efek Media Massa pada masyarakat _133
G. Masalah Sosial yang ditimbulkan Media Massa _137
BAB V PENELITIAN KOMUNIKASI _147
..\.. Proses dan Fokus Penelitian Komunikasi _147
1. Proses Penelitian _147
2. Fokus Penelitian _149
B. Pendekatan Penelitian _153
1. Pendekatan Kualitatif _153
2. Pendekatan Kuantitaf _163
C. Metode Penelitian _166
DAFTARPUSTAKA _167
TENTANG PENULIS _173
xiv
Bab 1
FILSAFAT SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Sosiologi Komunikasi - I
metode yang digunakan untuk memahami dan
menerangkan subtansi disiplin ilrnu pun berbeda.
Berbicara tentang filsafat ilmu sosial maka kita akan
menemukan sekelumit pertanyaan menarik yang berkisar
pada persoalan ilmu alam yang selalu dipertentangkan
dengan persoalan ilmu sosial. Haruskah persoalan ilmu
sosial menggunakan metode yang berbeda dengan
permasalahan ilmu alam? Apakah persoalan ilmu sosial
hanya sekedar agregat? dan bagaimana pula kaitannya
dengan fakta dan nilai? Apakah nilai merupakan produk
sosial? Sederetan pertanyaan ini mengandung makna yang
sangat filosofis dan metodologi sosiologi sebagai salah satu
cabang ilmu sosial tidak lepas dari pertanyaan-pertanyaan
ini. Problematika relaitas sebagai kajian sosiologi dengan
jelas menunjukkan adanya perdebatan dalam teorinya.
Karena itu agar mudah memahami teori-teori sosiologi atas
realitas kajiannya dilakukanlah pengklasifikasian teori
berdasarkan refleksi terhadap filosofi ilmu sosial, yang
meliputi filosofi ilmu sosial positivistik, fenomenologi,
emansipatori.
1. Filosofi Ilmu Sosial Positivistik dan Tradisi Sosiologi
Saintifik
Secara historis, filosofi ilrnu sosial yang paling awal
muncul dalam perkembangan teori sosiologi adalah aliran
positivistik. Dikatakan positivistik karena berladaskan
filsafat positivisme, dan inilah roh sosiologi saintifik.
Dinamakan sosiologi saintifik karena sebagi cabang ilmu
sosial, sosiologi telah memenuhi prosedur ilmiah, yakni
empiris, objektif, rasional, sistematis, dan terukur. Sosiologi
saintifik lazim juga dinamakan sebagai tradisi sosiologi
konvensional, bahkan dipandang oleh sebagian besar tokoh
2 - Sosiologi KomW1ikasi
sosiologi sebagai aliran tradisional karena masa kejayaan
penerapan tradisi keilmuan ini sudah cukup lama.
Tradisi keilmuan ini berkembang atas dasar pengaruh
ilmu kealaman. Alirtan ini bertumpu pada pandangan
bahwa realitas pada hakikatnya bersifat materi dan
kealaman yan notabene bersifat Aristotelian. Dikatakan
Aristotelian karena pada prinsipnya positivistik mengikuti
cara panadang Aristoteles yang mendasarkan kebenaran
pengetahuan manusia bukan pada dunia gagasan Yatlf
transenden yang terpilih dan terpisah dari hal-hal
pengalaman sehari-hari sebagaimana dalam platonisme,
melainkan pada ide yang termuat dalam benda-benda dan
yang berhubungan dengan konsep manusia yang objektif
dan nyata (Bagus, 2005). Filsafat Aristoteles cenderung
bersifat natural empiris, ia menggunakan pendekatan
biologis yang mencakup analisis kenyataan empiris kedalam
bagian-bagian kelompok menurut spesies dan genus.
Menurutnya manusia layaknya seekor binatang dengan
unsur-unsur tertentu yang khas, khususnya rasio dan
tuturan.
Positivisme terdiri dari beberapa variasi, yakni
posistivisme sosial, positivisme evolusioner, posistivisme
kritis, dan positivisme logic.
Sejalan dengan pandangan-pandangan itu, Gidden
dalam bukunya Posistivism and Sociology menyatakan bahwa
"sikap positivistik yang dianut oleh ilmu-ilmu sosial
mengandung tiga pengandaian yang sating berkaitan.
Pertama, prosedur metodologis ilmu-ilmu alam dapat
langsung diterapkan pada ilmu-ilmu sosial. Kedua, hasil-
hasil penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk hukum-
hukm seperti ilmu alam. Ketiga, ilmu-ilmu sosial tidak
Sosiologi Komunikasi - 3
bersifat etis dan juga tidak terkait pada dimensi politis
manusia" (Hardiman, 1990). Disini ilmu sosial mengandung
makna layaknya ilmu alam yang bersifat bebas nilai dan
netral dari tendensi politik.
Metode sosiologi saintifik memandang realitas
ontologis yang dapat dipecah-pecah, dieliminasikan dari
objek-objek lainnya. Dan dapat dikontrol. lmplikasi
metodologis dari sudut pandang ini adalah kerangka teori
yang dirumuskan harus spesifik dan mengabaikan uraian
yang terlalu meluas dan tidak relevan. Sementara itu,
epistimologi positivisme merujuk pada pemisahan jarak
antara subjek penelitian dengan objek penelitian. Paham ini
menempatkan peneliti dibelakang layar untuk
mengobservasi realitas apa adanya. Hal ini dimaksudkan
agar dapat diperoleh hasil penelitian yang benar-benar
objektif.
Tujuan yang diharapkan dari metode sosiologi
saintifik adalah mengkonstruk ilmu yang sifatnya
nomotetik. Dengan demikian, secara aksiologis
menghasilkan temuan ilmiah yang bebas nilai. Untuk
mejelaskan fenomena sosial, maka tradisi sosiologi saintifik
cenderung menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif.
Beberapa cabang filsafat yang dapat ditelusuri dalam tradisi
ini adalah filsafat materialisme, realisme, empirisme,
behaviorisme.
a. Materialisme
Aliran filsafat ini memandang dan menyatakan bahwa
materi adalah primer dan ide atau pikiran adalah sekunder.
Ini berarti ide atau pikiran itu dilahirkan oleh keadaan
objektif. Keadaan objektif itu berupa otak itu ada, baru otak
bekerja menghasilkan pikiran. Tokohnya yang terkenal
4 - Sosiologi Komunikasi
adalah Karl Marx (1818-1883). Ia mengatakan bahwa
kesadaran sosial melahirkan ide. Materialisme juga
dimaknai dengan aliran filsafat yang menyatakan bahwa
tidak ada hal yang nyata kecuali materi. Pikiran dan
kesadaran ada]ah penjelmaan dari materi dan dapat
dikendalikan oleh unsur-unsur fisik, materi adalah sesuatu
hal yang kelihatan, dapat diraba, berbentuk dan menempati
ruang.
b. Realisme
Aliran filsafat ini menyatakan bahwa objek-objek yang
diketahui adalah nyata dalam dirinya sendiri. Objek-objek
tersebut tidak tergantung adanya pada yang mengetahui
atau tidak tergantung pada ide, pikiran dan dunia Iuar
saling berinteraksi, akan tetapi interaksi yang tetjadi tidak
mempengaruhi, dunia tetap ada sebelum pikiran menyadari,
akan tetap ada setelah pikiran berhenti rnenyadarinya.
Tokoh yang terkenal adalah Betrand Russel. Bagi penganut
realisme, makna sebuah objek hanyalah sebagian dari objek
itu sendiri.
c. Empirisme
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang
menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh
pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Istilah
empirisme diambil dari istilah empeiria yang berarti
pengalaman. Empirime berpendapat pengetahuan tentang
kebenaran yang sempuma tidak diperoleh melalui akal
melainkan diperoleh melalui dari pancaindera manusia.
Aliran ini dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) yang ke
mudian disistemasikan oleh John Locke dan David Hume.
Aliran filsafat ini menyatakan pandangannya bahwa
pengetahuan ilmiah haruslah didasrkan pada pengujian dan
Sosiologi Komunikasi - 5
pengumpulan fakta tertentu yang terdapat secara pasti
dalam ilmu-ilmu sosial. Hal yang ditandaskan dalam
empirisme adalah bahwa suatu ilmu pengetahuan tidaklah
berkembang melalui fakta yang dapat di observasi secara
langsung melalui elaborasi konsep dengan merumuskan
fakta-fakta dengan menentukan kedudukannya dalm
empirisme, aktivitas teoritis akan mencangkup penemuan
dan analisi terhadap realitas diluar apa yang diterima
dengan segera.
d. Behaviorisme
Tokoh utama behaviorime adalah Skinner. Dalam
karya tentang prilaku manusia ia membuat tentang tiga
asumsi dasar. Pertama, bahwa perilaku manusia tetjadi
menurut hukum yang disebut behavior can be controlled.
Skinner tidak mencari penyebab perilaku di dalam jiwa
manusia clan menolak alasan penjelasan dengan
mengendalikan keadaan pikiran (maind) atau motif-motif
internal. Kedua, Skinner menekankan bahwa perilaku clan
kepribadian manusia tidak dapat dijelaskan dengan
mekanisme psikis seperti id dan ego. Ketiga, perilaku
manusia tidak ditentukan oleh pilihan individual. Secara
umum penekanan kaum behaviorist dalam mengkaji suatu
realitas sebagai berikut:
1. Objectivisme, yakni teknik-teknik objektif untuk
mengumpulkan data.
2. Orentasi, S-R, seluruh proposisi dinyatakan dalam
istilah-istilah stimulus - response.
3. Peripheralisme, yakni suatu fenomena diklasifikasikan
sebagai suatu mental yang telah direduksi kedalam
objektifikasi yakni melalui S-R.
6 - Sosiologi Komunikasi
4. Penekanan atas pengajaran dan beberapa bentuk asosiasi
S-R sebagai landasan hukum dari pengajaran tersebut.
5. Environmentalisme, yakni merujuk pada kondisi
lingkungan seseorang dalam pengertian kondisi fisik
secara kasar.
Ketika tataran filosofi yang begitu abstrak dibreak down
ke dalam dimensi metodologis, maka akan ditemukan
beberapa pokok positivisme sebagai berikut:
1. Membatasi penelitian pada hal-hal yang positif yakni
yang dapat diuji secara empiris.
2. Menggunakan bahasa yang jelas, varibel, dan atributnya
perlu dijelaskan.
3. Menggunakan logika, karena itu argumentasi ilmiahnya
perlu memenuhi syarat logika deduktif.
4. Menunjukkan cara untuk justifikasi, menyajikan
rancangan pengujian empiris serta melakukan pengujian
empiris.
5. Ilmu alam dan sosial praktis menggunakan metode ini
dengan dasar logika deduktif positivisme.
Berdasarkan diskusi di atas, dapat ditemukan
beberapa ciri pandangan positivisme. Nasution (2002)
menguraikan tiga ciri-ciri pandangan aliran ini. Pertama,
logika eksperimen dengan memanipulasi variable yang
dapat diukur secara kuantitatif agar dapat dicari hubungan
antara berbagai variable. Kedua, mencari hukum universal
yang dapat meliputi semua kasus, walaupun dengan
pengolahan statistik dicapai tingkat probabilitas, dengan
mementingkan sampling untuk mencari generalisasi. Ketiga,
netralitas pengamatan dengan hanya meneliti gejala-gejala
Sosiologi Komunikasi - 7
yang dapat diamati secara langsung dengan instrument
yang valid dan reliable.
2. Filosofi Ilmu Sosial Fenomenologi dan Tradisi
Sosiologi Hermeneutik
Tradisi sosiologi yang kedua ini sangat berbeda
dengan tradisi yang pertama. Jika sosiologi saintifik
didasarkan pada filsafat postivisme, maka sosiologi
hermeneutik didasarkan pada filsafat fenomenologi.
Fenomenologi lahir pada awal abad ke-20 sebagai bentuk
kritik atas para pemikir positivisme. Karena itu aliran ini
sering juga disebut sebagai post-positivisme. Pada abad ini
sekelompok ilmuan sosial tidak sependapat dengan cara-
cara yang digunakan oleh kelompok positivisme dalam
mencari fakta-fakta atau sebab-sebab dari suatu gejala atau
fenomena. Kaum positivistik tidak memosisikan individu
secara holistik, melainkan membaginya ke dalam sejumlah
kategori rigid dan parsial.
Secara etimologis, fenomenologi berasal dari bahasa
Yunani phainomenon dan logos. Phainomenon berarti tampak
dan phainen berarti memperlihatkan. Sedangkan logos berarti
kata, ucapan, rasio, pertimbangan, atau ilmu. Dengan
demikian, fenomenologi secara umum dapat diartikan
sebagai kajian terhadap fenomena atau apa saja yang
tampak oleh indera manusia. Bagus (2005) memberikan dua
pengertian terhadap fenomenologi. Dalam arti luas,
fenomenologi berarti ilmu tentang gejala-gejala atau apa saja
yang tampak. Dalam arti sempit, ilmu tentang gejala-gejala
yang menampakkan diri pada kesadaran kita. Berkenaan
dengan terms ini, Kant membedakan kata phenomenoin dan
noumenon.
8 _ Sosiologi Komunikasi
Aliran fenomenologi berkembang dari mainstream
ilmu-ilmu sosial Jerman yang sarat diwarnai pemikiran
Platonik. Metode berpikir Plato bertolak belakang dengan
metode yang digunakan oleh ilmu-ilmu pengetahuan
modem. Jika ilmu pengetahuan modem berpandangan
bahwa kebenaran universal dapat dicapai melalui
generalisasi dari gejala-gejala yang tampak. Hakikat
manusia dapat dikenal melalui cara mengenal pengertian
umum tentang manusia. Pandangan ini disebut dengan
Platonic Idealisme (Siahaan, 1986). Dari sinilah berkembang
ilmu sosial fenomenologi yang mengunggulkan pendekatan
kualitatif yang digunakan untuk memahami sosial yang
menempatkan manusia sebagai subjek utama dalam
peristiwa sosial budaya.
Feneomenologi sebagai aliran dan sebagai ilrnu
dikembangakan oleh Edmund Husserl. Menurutnya, objek
imu tidak terbatas pada sesuatu yang empiric sensual, tetapi
meliputi hal-hal yang tidak lain daripada persepsi,
pemikiran, dan kemauan subjek. Dalam paham
fenomenologi sebagimana diungkapakan oleh Husserl,
bahwa kita harus kembali kepada benda-benda itu sendiri
(zu den sachen selbst), objek-objek harus diberikan
kesempatan untuk berbicara melalui deskripsi fenomenologi
guna mencari hakikat fenomena atau gejala-gejala
(wessenchau). Kesadaran dan alam, antara subjek dan objek,
kesadaran tidak menemukan objek-objek, akan tetapi objek-
objek diciptakan oleh kesadaran.
Secara umum pendangan fenomenologi dapat dilihat
pada dua posisi. Pertama ia merupakan reaksi terhadap
dominasi positivisme, dan kedua, ia sebenamya sebagai
kritik terhadap pemikiran kritisisme Immanuel Kant,
Sosiologi Komunikasi - 9
terutama konsepnya tentang fenomena dan noumena. Kant
menggunakan kata fenomena untuk menunjukkan
penampakan sesuatu dalam kesadaran, sedangkan
noumlena adalah realitas (das Ding an Sich) yang berada
diluar kesadaran pengamat. Menurut Kant, manusia hanya
dapat mengenal fenomena-fenomena yang tampak dalam
kesadaran, bukan noumena yaitu realitas di luar yang kita
kenal.
Bagi Husserl tugas utama fenomenologi adalah
menjalin keterkaitan menusia dengan realitas. Menurutnya,
realitas bukan suatu yang berbeda pada dirinya lepas dari
manusia yang mengamati. Realitas itu mewujudkan diri,
atas menurut ungkapan Martin Heidegger, yang juga
seorang fenomenologi sifat realitas itu membutuhkan
keberadaan manusia. Fenomenologi berusaha untuk
mencapai pengertian yang sebenamya dengan cara
menembus semua fenomena yang menampakkan diri
menuju kepada bendanya yang sebenamya.
Berkaitan dengan sekelumit hakikat realitas yang ada,
Husserl berpendapat bahwa untuk menangkap hakikat
objek-objek diperlukan tiga macam reduksi guna
menyingkirkan semua hal yang me.nganggu dalam
mencapai wessenchau. Reduksi pertama, menyingkirkan
segala sesuatu yang subjektif, sikap peneliti harus objektif,
terbuka untuk gejala-gejala yang harus diajak bicara.
Reduksi kedua, menyingkirkan semua pengetahuan tentang
objek yang diperoleh dari sumber lain dan semua teori dan
hipotesis yang sudah ada. Reduksi ketiga, menyingkirkan
seluruh tradisi pengetahuan. Segala sesuatu yang sudah
dikatakan orang lain untuk sementara harus dilu pakan. Jika
IO - Sosiologi Komunikasi
reduksi-reduksi ini berhasil maka gejala-gejala akan
memperlihatkan dirinya sendiri.
Sederetan nama tokoh fenomenologis lainnya yang
terbilang popular adalah Wilhelm Dilthey. Pemikir asal
Jerman ini melihat satu segi epistemologi yang sejak lama
senantiasa dilalaikan, yaitu masalah pemahaman. Ia
menganalisis soal pemahaman yang membuat kita dapat
mengetahui kehidupan kita sendiri dan kehidupan pikiran
orang lain. Di sini Dilthey melihat hermeneutika sebagai
metode Geisteistoissencnaften, yakni metode ilmu sosial dan
humanities, semua studi yang menafsirkan ekspresi
kehidupan kejiwaan manusia. Tujuan utama Dilthey adalah
mengembangkan metode memperoleh intepretasi yang
secara objektif sah tentang ekspresi kehidupan batin.
Selain Husserl, tokoh penting dalam transisi
fenomenologi mumi ke sosiologi adalah Alfred Schutz, dari
Austria. Schutz terbilang tokoh yang melanjutkan pemikiran
Husserl. Ia turut serta dalam peletakan dasar aliran ini.
Menurutnya, pokok pikiran sosiologi adalah melihat
bagaimana cara manusia menkonstruk realitas sosial atau
menciptakan dunia kehidupan sehari-hari. Pandagan yang
demikian ini meletakkan hakikat kondisi manusia dalam
pengalaman subjek dalam tindakan dan mengambil sikap
terhadap dunia kehidupan sehari-hari. Semua tindakan akan
bermakna apabila tindakan itu senantiasa dilakukan dengan
sadar yakni suatu tindakan yang diproyeksikan oleh pelaku
dalam pikimanya sendiri. la juga berpendapat bahwa kita
hanya dapat mulai memahami makna tindakan kita melihat
kembali padanya, pada saat refleksi. (Cambell, (1994).
Mazhab ini kemudian dikembangkan oleh Maximilian
Weber kedalam sosiologi. Pasalnya, tindakan manusia yang
Sosiologi Komunikasi - l l
tampak merupakan konsekwensi dari sejumlah pandangan
atau doktrin yang hidup dikepala manusia sebagai
pelakunya. Dengan demikian, ada sejumlah pengertian,
batasan-batasan, atau konpleksitas makna yang hidup
dikepala manusia pelaku membentuk tindakan yang
terekspresi secara eksplisit. Jika tradisi sosiologi saintifik
mengasumsikan kehidupan masyarakat selayaknya benda-
benda. Maka lain halnya dengan sosiologi hermeneutic yang
meletakkan kehidupan masyarakat pada kesadaran manusia
yang perlu dipahami, dimengerti, ditafsirkan, atau
diinterpertasi,
Pada mulanya, kajian komunikasi, apalagi ilmu
komunikasi adalah sesuatu yang tak pemah ada dalam
khazana ilmu pengetahuan. Ketika pada mulanya semua
masalah manusia masih dalam kajian filsafat, maka
komunikasi selain tidak terpikirkan atau belum terpikirkan
oleh manusia (laten fenomena)
Pada saat teori sosiologi sedang di bangun, minat
terhadap ilmu pengetahuan meningkat pesat, hal itu tetjadi
tidak saja di perguruan tinggi, namun juga di masyarakat
pada umumnya. Hasil sains termasuk teknologi mendapat
apresiasi itu diberkaitan dengan sukses besar sains fisika,
biologi, dan kimia, (Ritzer, 2004 ). Perdebatan antara
perkembangan sosiologi dan sains pada saat itu menjadi hal
yang penting di singgung dalam bagian awal ini untuk
mendudukkan persoalan bahwa pada awal perkembangan
teori sosiologi, sosiologi di besarkan oleh minat masyarakat
terhadap sains yang menginginkan sosiologi meniru
kusuksesan sains atau karena kesuksesan sains pada saai
itu, yang mengalihkan perhatian masyarakat terhadap
sosiologi. Rupanya, pada akhimya masyarakat kemudian
12 - Sosiologi Komunikasi
percaya bahwa perkembangan sosiologi di sebabkan karena
adanya keunggulan pemikiran yang lebih menyukai
sosiologi sebagai sains.
Banyak pengamat berpendapat bahwa perkembangan
teori sosiologi di pengaruhi oleh pemikiran pemikiran abad
pencerahan yang berkembang pada periode perkembangan
intelektual dan pembahasan pemikiran filsafat yang luar
biasa. Pemikiran manusia pada awalnya perkembangannya
menaruh harapan yang besar terhadap mitosm logos,
dogma, dan kemudian beralih pada logos ( pemikiran
manusia ) lagi. Secara singkat sejarah filsafat ilmu
pengetahuan mencatat perkembangan-perkembangan
tersebut sebagai berikut :
1. Sebelum Yunani Kuno (sebelum ± 600 SM)
Mistik adalah sebuah fenomena yang sebenarnya
sudah di temukan oleh para mistikus pada ribuan tahun
yang lalu, sedangkan fenomena yang sama baru di temukan
oleh fisikawan modern saat ini. Dalam bukunya mistiscim
and the new phiscis (2002), Michael Talbot mengatakan
bahwa, dalam hal keterkaitan fenomena fisik alam raya,
yang berhubungan dengan manusia dan realitas kehidupan
manusia, mistik telah mengakui ribuan tahun yang lalu
ketika sains baru mengetahui sekarang. Fisika dan
metafisika telah sampai pada sebuah titik di mana bahasa
tidak lagi membawa informasi. Misalnya dalam mekanika
kuatum, partikel partikel yang identik dikatakan " tidak
dapat di bedakan ". Oleh karenanya dua electron yang tidak
dapat di bedakan dapat di anggap " sama" sekaligus"
berbeda".
Manusia memiliki persoalan besar dengan kesadaran
dan bahasanya, kesadaran manusia memiliki persoalan
Sosiologi Komunikasi - I 3
dengan pemikiran manusia, dimana dalam fisika modem di
katakan bahwa pemikiran manusia memiliki tangan dalam
dunia objektif manusia. Bahwa pikiran manusia bekerja
berdasarkan kesadaranya terhadap alam semesta yang ada,
sementara kesadaran manusia memiliki hubungan yang
sangat terbatas dengan realitas yang sangat terbatas pula
dengan realitas subjektif dan realitas objektif.
Sesungguhnya kesadaran manusia tentang relalitas
tergantung pada bagaimana syaraf-syaraf otak itu bekerja,
dengan demikian mistik adalah sebuah persoalan biologis
manusia dalam menangkap fenomena alam semesta, atau
dengan kata lain bagaimana kemampuan biologis manusia
menangkap dunia omnijektif adalah persoalan kesadaran
manusia, itu semua adala problem mistik manusia, terutama
ketika kemampuan omnijektif dan kesadaran itu harus di
bahasakan.
Dengan demikian, pengalaman manusia satu dengan
manusia lain amat berbeda tentang dunia mistiknya.
Begitu pula kemampuan manusia satu dengan manusia
lainya amat sangat di tentukan oleh kesdaran dan
kemampuan ia membahasakan pengalamanya itu. Ada
manusia tertentu yang memiliki kemampuan otak syaraf
yang baik sehingga memiliki kesadaran yang kuat terhadap
realitas omnijektif, namun ia tidak mampu menjelaskan
dengan bahasa karena ruang bahsanya tidak memberi
pengalaman untuk menjelaskan persoalan yang di
hadapinya itu. Persoalan persoalan ini kemudian di
interaksikan dalam kehidupan sehari hari manusia dalam
masyarakat sehingga menimbulkan wacana dan diskursus
yang tak habis habisnya dari generasi manusia satu generasi
manusia Iain. Wacana dan diskursus ini pun amat diwamai
14 _ Sosiologi Komunikasi
oleh bagaiamana wacana dan diskursus itu di bahasakan
dalam budaya masyarakat setempat, hal ini menyebabkan
cerita cerita mistik itu beragam antara masyarakat dengan
masyarakat lainya.
Jadi dengan demikian persoalan mistik ini adalah
sebuah rahasia Allah yang sebenamya oleh mistikus sudah
dapat di ungkapkan sejak ribuan tahun lalu. Akan tetapi
dalam sains modern saat ini mistik baru mulai menjadi
perdebatan ketika fonemena mistik mulai dapat di
ungkapkan oleh ilmuan sains modern.
Keterbatasan dan kelambanan sains modern
mengungkap misteri mistik ini di sebabkan oleh dua hal
utama, pertama mistik lebih banyak berhubungan dengan
realitas " kebatinan" dan kesadaran dimana tradisi ini lebih
banyak ada dalam budaya masyarakat timur. Sedangkan
budaya masyarakat barat lebih mengutamakan kekuatan
penginderaan manusia dalam menafsirkan realitas dengan
demikian sesuatu yang bersifat kesadaran yang di tampilkan
sebagai kelemahan dari kemampuan manusia untuk
menafsirkan realitas itu sendiri. Kedua, ada kaitanya dengan
yang pertama, bahwa paradigma sains modern yang terlalu
keberatan, lebih mengunggulkan paradigma positivistik dan
semua serba empiris yang di peroleh manusia berdasarkan
pengalamannya dengan penginderaan. Segala sesuatu yang
bersifat"kebatinan" dan bersumber dari kesadaran manusia
di anggapnya bukan sebagai sains, pada hal dalam tradisi
ketimuran, "kebatinan" dan kesadaran manusia adalah salah
satu sumber penginderaan manusia terhadap realitas,
terutama realitas omnijektif.
Sains barat yang banyak di pengaruhi oleh positivisme
tidak pemah mengakui pengetahuan manusia yang di
Sosiologi Komunikasi - 15
peroleh dari "kebatinan" dan kesadaran yang condong
konstruktif sebagai sebuah sains, fenomena itu (oleh mereka)
di katakan bukan ilmu, bisa jadi halnya"ngelmu"(dalam
pembahasan jawa). Persoalan ini sebenamya sebuah
kelemahan paradigma secara keseluruhan, ketika paradigma
dominan dapat menjadi alat untuk melegitimasi
pembenaran dari apa yang ia lakukan dan menyalahkan
yang di lakukan oleh sainstis lain. Padahal, tak satu pun
pengetahuan manusia ia lepas dari upaya manusia
membukakan tabir rahasia Allah yang salah satunya berada
di alam jagad raya ini. Ini sebenamya adalah persoalan
manusia ketika Allah hanya memberikan pikiran kepada
manusia sedangkan rahasia (pengetahuan) alam (jagad raya)
. ini menjadi tugas manusia mengungkapkannya dengan
pikiran pemberian Allah itu.
Fisikawan dan mistikus berhadapan dengan banyak
bentuk tidak tetap. Intusi membohongi kita, bahasa gagal,
dan kita akan mengetahui bahwa pemahaman kita atas alam
semesta bergantung pada cara berpikir peradaban barat
yang hanya di mulai dengan sikap curiga. Penemuan kita
atas alam semesta bergantung pada cara berpikir peradaban
barat yang hanya di mulai dengan sikap curiga. Penemuan
kita atas bentuk bentuk tidak tetap ini dan cara berbicara (
berbahasa) serta berpikir kita tentang bentuk bentuk tidak
tetap tersebut adalah titik nyata tempat terjadinya
pertemuan antara mistisme dan fisika.
Ketakutan manusia terhadap mistik adalah sebuah
fonomena sains dan pengetahuanya yang belum dapat
menjelaskan objek objek mistik itu sendiri dan bagaimana ia
menjelaskanya dengan menggunakan bahasa yang rasional
terhadap dirinya maupun kepada orang lain. Sebaliknya,
16 - Sosiologi Komunikasi
ketakutan itu sendiri adalah konstruksi sosial masyarakat
terhadap sesuatu yang berbahaya dalam hidup seseorang.
Jadi, sebenamya seseorang tidak akan takut terhadap sebuah
objek mistik apabila hal itu tidak dikonstruksikan sebagai
sesutu yang membahayakan hidup, menyeramkan, atau
menjijikan. Ketidakmampuan individu menerangkan objek
mistik dan konstruksi sosial tentang bahaya, keseraman dan
menjijikan inilah yang menyebabkan ketakutan manusia
terhadap objek objek mistik.
Penjelasan di atas menunjukkan betapa pentingnya
mistik pada awal kehidupan manusia. Mistik yang saat ini
menjadi kontroversi, pada saat itu menjadi cara
memecahkan masalah masalah kemanusiaan. Mistik adalah
kunci solusi dari semua permasalahan, seperti kontroversi,
pada saat itu menjadi cara pemecahan masalah masalah
kemanusiaan. Mistik adalah kunci solusi dari semua
permasalahan, seperti transportasi, komunikasi, tatanegara,
hukum, pertanahan dan keamanan, ekonomi, agama, dan
sebagainya.
Kehidupan manusia sebelum lahimya peradaban
yunani kuno, benar benar di pengaruhi oleh mistik, sehingga
mistikus yang terdiri dari para orang pintar, elite,
masyarakat, orang kuat adalah pemegang kekuasaan
tertinggi di masyarakat, sebaliknya anggota masyarakat di
belenggu oleh pemikiran pemikiran mistik yang saat ini di
sebut sebagai sesuatu yang tidak rasional. Walaupun
keadaan ini berlangsung dalam kurun waktu yang sangat
lama, namun dalam masyarakat tersebut di anggap sesuatu
yang biasa biasa saja.
Sosiologi Komunikasi - 17
2. Yunani Kuno (± 600 SM)
Pada periodesasi sekitar ± 600 SM periode ini di tandai
oleh pergeseran pemikiran dari mitos. penjelasan penjelasan
mistik yang berdasarkan kepercayaan irasional tentang
gejala gejala alam bergeser pada penjelasan logis yang
berdasarkan pada rasio. Mengacu pada Adian (2002:7),
bahwa pada masa ini, filsuf-filsuf alam mulai mencari
penjelasan rasional atau prinsip dasar yang melandasi gejala
gejala alam berselubung kabut mistis, para filsuf alam mulai
menyibukkan diri dengan pertanyaan pertanyaan tentang
asas pertama ( arkhe) dan prinsip yang mengatur alam
semesta. Thales (hidup sekitar tahun 585 SM) misalnya
mengatakan, air adalah ark.he dari alam semesta, alasanya
air dapat mengambil berbagai macam wujud dan
keabsahannya (moist) di anggap sebagai kehidupan itu
sendiri yang selalu bergerak. Air yang diyakini oleh Thales
sebagai dasar terbentuknya alam semesta, para filsuf alam
lain yang juga mengembangkan pemikiran tentang kosmos
(alam) antara lain: Anaximander (610-547) dan Anaximenes
(sekitar 546 SM). Apa yang para filsuf alam kembangkan
sebenamya merupakan cikal bakal disiplin ilmu fisika.
3. Abad Pertengahan ( 300 SM-1300 M )
Menurut Adian (2002: 9) pemikiran filsuf pada abad
ini kehilangan otonimnya. Pemikiran abad pertengahan
bercirikan teosentris (berpusat pada kebenaran wahyu
tuhan). Para filsuf rohaniawan seperti Thomas Aquinas
(1225-1274) dan St. Bonaventura (1221-1257) adalah
rohaniawan- rohaniawan yang hendak merekonsiliasi akal
dan wahyu. Kebenaran wahyu mereka buktikan tidak
berbeda kebenaran yang di hasilkan akal. Meskipun
Aquinas bersifat netral terhadap dikotomi iman/akal.
18 - Sosiologi Komunikasi
Atmosfer yang meliputi hampir seluruh pemikiran di abad
petengahan memperlakukan akal sekadar sebagai hamba
perempuan teologi (ansila theologia). St.Agustinus (1354-
1430) bahkan tidak percaya akan kekuatan akal semata
dalam mencapai kebenaran.
Kebenaran utama adalah kebenaran teologi yang
termasuk dalam wahyu tuhan, manusia tidak mampu
mencapai pengetahuan sejati tanpa ilusinasi kebenaran Ilahi.
Singkatnya, rasionalitas mengalami deotonomisasi dari
posisinya semula yang independen pada masa filsuf filsuf
yunani, filsafat yang menjadi abdi dari teologi dimana
pemikiran pemikiran filsuf di gunakan untuk mendukung
kebenaran wahyu, upaya para filsuf - rohaniawan untuk
merekonsiliasi iman dan akal juga tidak banyak membawa
hasil. Di masa ini pertentangan antara wahyu dan akal akan
semakin menajam dan cenderung mengeras, banyak sekali
ilmuan yang di eksekusi karena menertawakan ilmiah yang
tidak sesuai dengan kebenaran wahyu. Ilmu pengetahuan
pun menjadi surut perkembangannya.
4. Filsafat Modem (Abad ke-17-19)
Kurang lebih sepuluh abad lamanya pemikiran filsuf
dan ilmu pengetahuan berdasarkan rasio direpresi oleh
kebenaran teologis yang berdasarkan iman. Kecenderungan
ini biasa disebut fedeisme ketaatan buta pada iman.
Semangat untuk membebaskan manusia dari
keterbelengguan teologis muncul pada masa yang dikenal
dengan nama Renaisans. Istilah Renaisans berarti kelahiran
kembali. Kelahiran kembali pemikiran filsuf Yunani Kuno
yang otonom lewat mempelajari kembali karya-karya klasik
filsuf Yunani Kw10 yang selama ini "disembunyikan" dan
dimonopoli kalangan elite gereja saja (Adian, 2002: 10).
Sosiologi Komunikasi - 19
Munculnya Renaisans tidak bisa di lepaskan begitu saja dari
sumbangan para filsuf Islam menetjemahkan karya-karya
klasik Yunani ke dalam bahasa Arab. Karya-karya
tetjemahan itulah yang nantinya dipelajari oleh dunia Barat
hingga menimbulkan suatu · gerakan reformasi yang
dinamakan Renaisans. Sejarah mencatat bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam telah main
lebih dahulu sebelum dunia Barat memperoleh
"pencerahan". Banyak karya-karya ilrniah yang berasal dari
dunia Islam yang kemudian dibawa ke Barat untuk
dipelajari dan dikembangkan.
Renaisans yang kemudian diikuti oleh masa
pencerahan (aufklarung) menjadi titik tolak modemisme di
mana ilmu. Pengetahuan, filsafat, dan ideologi berkembang
dengan demikian pesatnya. Otonomi manusia
(antroposentris) menjadi roh zaman modem (Adian, 2002).
Kebangkitan kembali rasio yang mewamai zaman modem
juga tidak dapat dilepaskan dari pemikiran seorang filsuf
Prancis bemama Rene Descartes (1596-1650). Pemikiran sang
filsuf betjasa, rehabilitasi, mereotonomisasi rasio yang telah
sekian lama (kurang lebih seribu tahun) dijadikan hamba
sahaya keimanan. Diktumnya yang sampai sekarang masih
terasa menggetarkan berbunyi, "cogito ergo sum", aku
berpikir maka aku ada". Rasio adalah sumber satu satunya
bagi pengetahuan, kesan-kesan indrawi dianggap sebagai
ilusi yang hanya bisa diatasi oleh kemampuan yang dimiliki
rasio.
Rene Descartes telah mempelopori suatu aliran filsafat
yang pengaruhnya cukup besar bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, yaitu rasionalisme (Adian, 2002). Selanjutnya
menurut Adian (2002), argumen Descartes mendapatkan
20 - Sosiologi Komunikasi
reaksi keras dari filsuf-filsuf Inggris seperti: David Hume
(1711-1776), John Locke (1632-1704), dan George Berkeley
(1685-1753). Mereka adalah penganut paham empirisme,
yaitu aliran filsafat yang menyatakan bahwa pengetahuan
hanya didapatkan dari pengalaman lewat pengamatan
empiris bukan semata-mata penalaran deduksi.
Kaum empiris yakin akan adanya keteraturan
(regularity) di dalam alam raya ini. Keteraturan tersebut
bukan diasalkan atau ditunjukkan pada kodrat yang
metafisis (pandangan teleologis Aristoteles ). Pertentangan
tersebut terus berlangsung sampai muncul seorang filsuf
Jerman bemama lnmanuel Kant (1724-1804) yang berhasil
membuat sistesis antara Rasionalisme dengan Empirisme.
Kant mengatakan bahwa, kedua aliran tersebut terlalu
ekstrem dalam memahami sumber pengetahuan. Kant
mengatakan bahwa, rasio dan empiris ada]ah sama-sama
sumber pengetahuan di mana kesan-kesan empiris
dikonstruksikan oleh rasio manusia melalui kategori-
kategori menjadi pengetahuan. Kant juga merupakan tokoh
sentral dalam zaman modem dengan pemyataannya yang
cukup terkenal, sapere aude (berani berpikir sendiri).
5. Positivisme (Abad ke-20)
Pada bagian lain Adian (2002:12) mengatakan,
pandangan dunia empmsme yang objektif dalam
memandang pengetahuan tersebut mengalami puncaknya
pada aliran filsafat yang dikenal dengan nama positivisme.
August Comte (1798-1857) adalah filsuf yang mempelopori
kemunculan aliran filsafat ini. Comte jugalah yang
menciptakan istilah "sosiologi" sebagai disiplin ilmu yang
mengkaji masyarakat · secara ilmiah. Positivisme
mendominasi wacana ilmu pengetahuan pada awal abad 20-
Sosiologi Komunikasi - 21
an dengan menetapkan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi
oleh ilmu-ilmu manusia maupun alam untuk disebut
sebagai ilmu pengetahuan yang benar. Kriteria-kriteria
adalah eksplanatoris dan prediktif. Demi terpenuhinya
kriteria-kriteria tersebut, maka ilmu-ilmu harus memiliki
pandangan dunia positivistik sebagai berikut: Periama,
objektif. Teori-teori tentang semesta haruslah bebas nilai.
Kedua, fenomenalisme. Ilmu pengetahuan hanya
membicarakan tentang semesta yang teramati. Substansi
metafisis yang diadakan berada di belakang gejala-gejala
penampakan disingkirkan. Ketiga, reduksionisme. Semesta
direduksi menjadi fakta-fakta keras yang dapat diamati.
Keempat, naturalisme. Alam semesta adalah objek-objek yang
bergerak secara mekanis seperti bekerjanya jam. Positivisme
memiliki pengaruh yang amat kuat terhadap berbagai
disiplin ilmu bahkan sampai dewasa ini. Pengaruh tersebut
dikarenakan klaim-klaim yang dikenakan oleh positivisme
terhadap ilmu pengetahuan.
Klaim kesatuan ilmu. Ilmu-ilmu manusia dan ilmu-ilmu
alam berada di bawah payung paradigma yang sama, yaitu
paradigma positivistik. Klaim kesaiuan bahasa. Bahasa perlu
dimurnikan dari konsep-konsep metafisis dengan
mengajukan parameter verifikasi. Klaim kesatuan metode.
Metode verifikasi bersifat universal, berlaku baik ilmu-ilmu
alam maupun ilmu-ilmu manusia.
6. Alam Simbolis
Positivisme telah mereduksi kekayaan pengalaman
manusia menjadi fakta-fakta empiris. Prinsip bebas nilai
positivisme telah membuat ilmuwan menjadi robot-robot tak
berperasaan. Positivisme telah mengakibatkan keringnya
semesta dari kekayaan batin yang tak terhingga, semesta
22 - Sosiologi Komunikasi
telah didesakralisasi. Tahapan filsafat yang terakhir ini
merupakan reaksi keras terhadap positivisme, terutama
pada asumsi kesatuan metode untuk ilmu-ilmu alam
maupun ilmu-ilmu manusia. Metode positivistik
mengasumsikan bahwa objek-objek alam maupun manusia
bergerak secara deterministik-mekanis. Manusia lebih dari
sekadar benda mati yang bergerak semata-mata berdasarkan
stimulan dan respons, rangsangan dan reaksi, sebab, dan
akibat (behaviourisme). Manusia, menurut Ernest Cassirer
adalah makhluk yang memiliki substratum simbolis dalam
benaknya hingga mampu memberikan jarak antara
rangsangan dan tanggapan. Distansiasi (refleksi) tersebut
melahirkan apa yang disebut sistem-sistem simbolis, seperti
ilmu pengetahuan, seni, religi, dan bahasa (Adian, 2002:13).
7. Postmodemisme
Adian (2002: 13) mengatakan, selain keenam tahapan
tersebut dewasa ini berkembang suatu atmosfer pemikiran
paling mutakhir yang sering disebut orang posmodemisme.
Banyak orang salah kaprah menafsirkan posmodemisme
sebagai perkembangan lebih lanjut dari modemisme. Kata
"pos" pada postmodernisme sering dipahami sebagai
"pasca", "sesudah" dalam pengertian urutan waktu, suatu
kemajuan melampaui modemisme. Pemahaman tersebut
salah kaprah karena postmodemisme justru sangat 'anti' ter-
hadap ide-ide, seperti kemajuan, emansipasi, linieritas
sejarah, dan sebagainya. Konsep-konsep tersebut justru yang
ditelanjangi habis-habisan oleh para pemikir posmo, seperti
Lyotard, Foucault, dan Derrida.
Posmodernisme sesungguhnya merupakan
terminologi untuk mewakili suatu penggeseran wacana di
berbagai bidang, seperti seni, arsitektur, sosiologi, literatur
Sosiologi Komunikasi - 23
dan filsafat yang bereaksi keras terhadap wacana
modemisme yang terlampau mendewakan rasionalitas
sehingga mengeringkan kehidupan dari kekayaan dunia
batin manusia. Filsafat yang dielukan-elukan sebagai
pemonopoli kebenaran dibunuh ramai-ramai oleh para
posmodemis dengan menyerang pilar-pilar filsafat modem
yaitu Rene Descartes dan Immanuel Kant yang masing-
masing menjunjung tinggi rasionalitas dengan mengklaim
dorongan-dorongan subjektif-irasional sebagai marginal, the
other.
Posmodernisme tidak bisa dikonseptualisasikan dalam
sutu definisi yang jelas dan terpilih karena segala sesuatu
yang berbau menyatukan justru diharamkan oleh kaum
posmodernisme. Mereka adalah pewaris kaum sofis yunani
kuno yang sangat anti-kebenaran tunggal demi
berkecambahnya kebenaran-kebenaran partikular yang
plural. Posmo adalah gelombang kritik paling mutakhir
terhadap modernisme yang telah dijadikan sains,
rasionalitas suatu" teologi" baru yang menghasilkan suatu
kebudayaan yang matematis, kalkulatif, monolitik, dan
kering batin.
N arasi awal ten tang posmodernisme dikemukakan
oleh Daniel Bell dalam bukunya, the culture contradiction of
capitalisme yang dipublikasikan pada tahun 1976. Bell
menyatakan, bahwa kapitalisme lanjut bergeser dari sebuah
sistem kultur dan ekonomi yang berdasarkan disiplin-
disiplin yang perlu bagi produksi kesistem yang
berlandaskan pada kenikmatan-kenikmatan konsumsi. Etika
kapitalisme yang menekankan ketja keras, individualitas,
dan prestasi untuk produksi telah memudar dalam hingar-
bingar konsumerisme, kolusi, dan lain sebagainya.
24 - Sosiologi Komunikasi
Klann yang sama dikemukakan oleh Jean Baudrillard
yang dalam sederetan buku-bukunya yang dipublikasikan
mulai dari tahun 1960-an telah mengkritik teori Marx yang
mengklaim ekonomi sebagai faktor penentu dalam
kehidupan sosial , dan memandang bentuk-bentuk dan
daya-daya produksi sebagai prinsip sentral setiap ekonomi.
Dalam kapitalisme lanjut, produksi dan reproduksi tidak
lagi berkaitan dengan benda-benda melainkan makna.
Produsen rokok tidak lagi memproduksi rokok an sich tetapi
tanda yang memuat makna seperti kemampuan hidup dan
maskulinitas.
Dunia menurut Baudrillard didominasi oleh
"Simulacrum". Ini adalah konsep yang diperkenalkan
Baudrillard yang mewakili tiada lagi batas antara yang nyata
dan semu. Dunia telah menjadi dunia imajiner. Baudrillard
member contoh Disneyland. Disneyland adalah suatu dunia
imajiner dimana segala sesuatunya bersifat futuristik,
mimpi-mirnpi Disneyland telah menjadi bius bagi sebagian
besar konsumen kelas menengah sehingga selalu dijejali
orang sepanjang tahunnya.
Disneyland menurut Baudrillard merupakan bentuk
pemujaan berhala mutakhir. Pemujuaan yang menunjukkan
betapa irasionalnya perilaku konsumtif orang-orang yang
rela mengantri berjam-jam, membayar puluhan dollar hanya
untuk memuaskan nafsu instink, dorongan, dan impuls.
Kolektifitas yang muncul adalah semu. Segerombolan orang
riang gembira menikmati kebersamaan mereka. Kemudian
kembali terpecah menjadi individu-individu yang
menjemukkan dengan rutinitas yang itu itu saja. Ini adalah
sebuah simulakrum.
Sosiologi Komunikasi - 25
Permasalahan kuasa juga menjadi tema yang digemari
para pemikir posmo seperti Frederic Jameson dan Michel
Foucault. Kekuasaan yang oleh kaum Marxis yang selalu
terkonsentrasi pada pusat yang merupakan perpanjangan
tangan kelas berkuasa di masa sekarang telah menyebar
pada institusi mikro, seperti sekolah, institusi agama,
penjara, partai politik, dan lain sebagainya. Masing-masing
memiliki mekanisme kuasanya sendiri-sendiri. Faucault
menyatakan, bahwa di sekolah pun mekanisme kuasa
bekerja dengan begitu rapi. Otoritas pendidikan selain
memberi pengetahuan tentang murid-muridnya untuk bisa
menguasai mereka secara lebih efisien. Para murid diuji,
diobservasi, dipsikotes untuk bisa diklasifikasi menurut
kecerdasan, kerajinan, sopan santun, dan seterusnya.
Beda dengan Foucault, Frederic Jameson memandang
pluralisme kuasa secara positif. Ia berkayakinan bahwa
dasar pedoman perjuangan kaum marxis merebut sarana
produksi dan merebut Negara guna mewujudkan
masyarakat sosialis sudah usang. Dasar pedoman itu telah
digantikan oleh berbagai kelompok penekan yang
memperjuangkan berbagai isu konkret, seperti kesetaraan
gender, hak konsumen, hak suku terasing, lingkungan
hidup, dan lain sebagainya.
Berbicara tentang posmodernisme, kita tidak bisa
melewatkan seorang intelektual perancis bemama Jean
Francois Lyotard. Ia adalah pemikir yang pertama kali
menjelaskan posmodernisme secara komprehensif lewat
bukunya yang berjudul the Posmodern condition (1984).
Modernism, menurutnya, muncul dengan menggeser narasi-
narasi spiritual tentang takdir manusia dengan narasi yang
lebih sekuler. Namun, narasi sekuler tersebut masih senafas
26 - Sosiologi Komunikasi
dengan narasi yang digantikannya. Marxisme adalah suatu
contoh menarik. Marxisme seayun dengan narasi kristiani
tentang lahimya kerajaan Allah. Idiologi tersebut
memandang sejarah manusia secara deterministic, saling
pengaruh antara perkembangan daya produksi dan relasi
produksi niscaya membawa manusia ke akhir zaman yang
manusiawi tanpa penindasan. Ini adalah cela yang menjadi
sasaran kritik posmo. Posmodernisme menurut Lyotard
adalah periode di mana ketidakpercayaan pada narasi-narasi
raksasa yang sifatnya universal dan esensialis semakin
gencar. Kesatuan sejarah digeser dengan kemajemukan
sejarah lokal yang tidak bisa diletakkan di bawah satu
payung narasi raksasa.
TABEL
FILSAFAT SOSIAL DAN KEBUTUHAN INTELEKTUAL MANUSIA
PADA AWAL LAHIRNYA SOSIOLOGI
AUFKLAR
MJSTIS LOGOS DOGMA RENAi SANS
ONG
Taklid Pengultusan Taklid pada Gerakan Masa
akal pikiran pendeta gereja kembali ke pencerahan
manusia sebagai akal pikiran
sumber ilmu manusia
pengetahuan
I<etergantungan Kemerdekaan Ketergantungan Pemujaan dan Akal
pada elite akal pikiran pada elite gereja penghargaan manusia
masyarakat manusia akal pikiran menjadi
manusia sumber
sebagai pencerahan
sumber ilmu dan
pengetahuan peradaban
umat
manusia
Sosiologi Komunikasi - 27
B. Sosiologi Modem
Persoalan manusia pada akhimya diatasi filsafat
melalui pendekatan filsafat sosial yang kemudian mampu
menjawab persoalan-persoalan: liberalisme, sosialisme,
komunalisme dan welfare liberalism, namun untuk menjawab
persoalan persoalan kemasyarakatan lainnya yang lebih
konkret, filsafat sosial mengalami hambatan metodologis.
Karena itu banyak persoalan masyarakat tidak bisa diatasi
oleh filsafat sosial yang sifat pendekatannya absatrak dan
tidak konktret. Masyarakat membutuhkan jalan keluar dari
permasalahan kehidupan mereka yang serba spesifik dan
konkret. Dengan demikian, manusia membutuhkan ilmu
pengetahuan yang menjembatani filsafat dan manusia.
Karena itu lahirlah sosiologi sebagai jalan keluar untuk
membantu manusia memecahkan persoalan masyarakat.
Orang yang pertama menggunakan istilah sosiologi
adalah Aguste Comte (1798-1857) Erikson (Ritzer, 2004: 16)
mengatakan bahwa, Comte bukanlah penemu sosiologi
modern, karena selain teori sosiologi konservatif banyak
dipelajari oleh gurunya Cloude Henri Saint-Simon (1760-
1825), Adam Smith atau para moralis Skotlandia adalah
sumber sebenamya dari sosiologi modem. N amun
demikian, Comte memiliki jasa yang luar biasa untuk
memperkenalkan sosiologi kepada dunia.
Pikiran-pikiran Comte sangat dipengaruhi oleh
pencerahan dan revolusi, ia juga sangat terpengaruh oleh
sains sehingga pendangan ilmiahnya memperkenalkan
"positivisme" atau "filsafat positif' lebih konkret lagi Comte
mengembangkan fisika sosial yang pada tahun 1839 disebut
dengan sosiologi (Pickering, 2000 dalam Ritzer, 2004: 16).
Penggunaan istilah filsafat sosial, pada mulanya Comte
28 - Sosiologi Komunikasi
bermaksud agar sosiologi meniru model Hard science . ilmu
baru ini mempelajari sosial staticis (statistic sosial atau
struktur sosial) dan sosial dynamic ( dinamika sosial a tau
perubahan sosial). Comte beranggapan bahwa walaupun
kedua pendekatan itu sama-sama menemukan hukum-
hukum kehidupan sosial, namun dinamika sosial lebih
penting bila dibandingkan dengan statistika sosial. Sudut
pandang Comte yang menganggap perubahan sosial lebih
penting ini dipengaruhi oleh konteks sosial pada waktu itu,
yaitu Revolusi Perancis dan Pencerahan.
Pikiran-pikiran Comte pada waktu itu didasarkan
pada pendekatan teori evolusinya dan hukum tiga tingkatan
(Ritzer, 2004: 17). Comte mengatakan ada tiga tingkatan
intelektual yang harus dilalui kelompok masyarakat, ilmu
pengetahuan, individu, atau bahkan pemikiran masyarakat
dan dunia sepanjang sejarahnya. Pertama, iahap teologis yang
menjadi karakteristik dunia sebelum era 1300. Dalam
tahapan ini sistem gagasan utama menekankan pada
keyakinan bahwa kekuatan adikodrati, tokoh agama dan
keteladanan kemanusiaan menjadi dasar segala hal. Dengan
demikian, dunia sosial dan alam fisika adalah ciptaan tuhan.
Kedua, tahap metafisika yang terjadi antara 1300-1800. Era ini
ditandai oleh keyakinan bahwa kekuatan abstraklah yang
menerangkan segala sesuatu, bukanlah para dewa. Dengan
demikian, pandangan terhadap ciptaan Tuhan mengalami
degradasi kekuasaan di hadapan manusia. Ketiga, pada
tahun 1800 dunia memasuki tahap positivistik yang ditandai
oleh keyakinan terhadap sains, manusia mulai cenderung
menghentikan penelitian terhadap kecenderungan penyebab
absolute (Tuhan atau Alam). Dan memusatkan perhatian
pada pengamatan terhadap alam fisik dan dunia sosial guna
Sosiologi Komunikasi - 29
mengetahui hukum-hukum yang mengatumya. Sekulerisme
pengetahuan manusia mulai terlihat secara jelas dengan
memisahkan apa yang terjadi pada manusia dengan unsur
yang menciptakan mereka. Seperti contohnya terlihat dalam
teori tentang dunia, Comte memusatkan perhatiannya pada
faktor intelektual. Ia mengatakan bahwa kekacauan
intelektual penyebab kekacauan sosial. Kekacauan ini
berasal dari sistem gagasan terdahulu {Teologi dengan
metafisika) yang terus ada dalam era positif (ilmiah).
Pergolakan sosial baru akan berakhir bila kehidupan
masyarakat sepenuhnya dikendalikan oleh positivisme
Orang lain yang juga betjasa pada awal-awal
pengernbangan sosiologi adalah Emile Durkheim (1858-
1917). Karya-karya Durkheim masih diwariskan oleh
pandangan pencerahan pada sains dan Revormasi sosial.
Pandanganya yang paling dikenal adalah berhubungan
dengan faktor sosial dan agama. Pandangan Durkheim
tentang fakta-fakta sosial; menjadi dasar bagi sosiologi
mengkaji pandangan tentang apa sebenamya fakta sosial itu.
Dalam bukunya yang betjudul The Rule of sociological method
(1895/1982) Durkheim menekankan bahwa tugas sosiologi
adalah mempelajari fenomena penting dalam kehidupan
manusia dalam dunianya yaitu fakta-fakta sosial. Ia
memandang fakta sosial adalah sebagai kekuatan (Force) dan
struktur bersifat ekstemal yang memaksa individu. Melalui
karyanya yang lain, yaitu Suicide (1897/1951) Durkheim
mencoba rnenguji pandangan sosiologisnya tentang
hubungan manusia dengan fakta sosialnya (Ritzer, 2004: 21).
Melalui The rule of sociological method Durkheim
membedakan dua tipe fakta sosial yaitu fakta sosial materil
dan fakta sosial nonmaterial. Walaupnn ia membahasnya
30 - Sosiologi Komunikasi
secara bersama-sama, namun Durkheim lebih banyak
menyoroti fakta sosial nonrnaterial (cultur, institusi sosial)
ketimbang membahas fakta sosial materil (birokrasi,
hukum). dalam karyanya yang lain, ia menjelaskan betapa
pentingnya fakta sosial non material seperti ikatan moralitas
bersama atau yang disebut dengan kesadaran kolektif yang
kuat.
Dalam hal agama, Durkheim berpandangan bahwa
agama adalah salah satu dari fakta sosial non material
melalui karyanya yang terakhir, The ElementanJ Forms Of
Religious Life (1912 atau 1965) ia membahas masyarakat
primitif untuk menemukan akar agama. Ia yakin bahwa ia
akan menemukan akar agama dengan jalan membandingkan
masyarakat primitif sederhana ketimbang mencarinya
didalam masyarakat modem kompleks, Temuannya, bahwa
sumber agama adalah masyarakat itu sendiri, dalam
masyarakat primitif (totemisme), benda-benda seperti
tumbuhan-tumbuhan dan binatang didewakan. Totemisme
selajutnya dilihat sebagai fakta sosial nonmateril sebagai
salah satu bentuk kesadaran kolektif. Selanjutnya Durkheim
menyimpulkan bahwa masyarakat dan agama adalah satu
clan sama (Ritzer 2004: 22).
Sosiologi Komunikasi - 3 I
Sementara itu gagasan awal tentang Marx tidak
pemah lepas dari pemikiran-pemikiran Hegel. Hegel
memiliki pengaruh yang kuat terhadap Marx, bahkan Karl
Marx muda menjadi seorang idealism (bukan materialisme)
justru dari pemikiran-pemikiran radikal Hegel tentang
idealisme adapun kemudian Marx tua menjadi seorang
materialisme, hal itu adalah sebuah pengalaman pribadi
manusia dalam prosesnya dengan konteks sosial yang
dialami oleh Marx sendiri.
Menurut Ritzer (2004: 26), pemikiran Hegel yang
paling utama dalam melahirkan pemikiran-pemikiran
tradisonal konflik dan kritis adalah ajarannya tentang
dialektika dan idealisme. Dialektika adalah cara berpikir dan
citra tentang dunia. Sebagai cara berpikir, dialektika
menekankan arti penting dari proses, hubungan dinamika,
konflik dan kontradiksi, yaitu cara-cara berpikir yang lebih
dinamis. Di sisi lain, dialektika adalah pandangan tentang
dunia bukan tersusun dari struktur yang statis, tetapi terdiri
dari proses, hubungan, dinamika konflik, dan kontradiksi.
Pemahaman dialektika tentang dunia semacam inilah
(terutama melihat dunia sebagai bagian yang berhubungan
satu dengan lainnya) di kemudian hari melahirkan gagasan-
gagasan tentang komunikasi seperti apa yang dikemukakan
oleh Jurgen Habermas dengan tindakan komunikatif
(interaksi).
Hegel juga dikaitkan dengan filsafat idealisme yang
lebih mementingkan pikiran dan produk mental daripada
kehidupan materil. Dalam bentuknya yang eksterm,
idealisme menegaskan bahwa hanya konstruksi pikiran dan
psikologis-lah yang ada, idealisme adalah sebuah proses
yang kekal dalam kehidupan manusia, bahkan ada yang
32 - Sosiologi Komunikasi
berkeyakinan bahwa proses mental tetap ada walaupun
kehidupan sosial dan fisik sudah tidak ada lagi. Idealisme
merupakan produk berpikir yang menekankan tidak saja
pada proses mental namun juga gagasan-gagasan yang
dihasilkan dari proses mental itu (Ritzer: 2004).
Pemikiran-pemikiran Habermas sendiri termasuk
dalam kelompok kritis. Habermas sendiri menamakan
gagasan-gagasan sebagai rekonstruksi materialism historis.
Habermas bertolak dari pemikiran Marx, seperti potensi
manusia, spesies mahluk, aktivitas yang berperasaan. Ia
mengatakan bahwa, Marx telah gagal membedakan antara
dua komponen analitik yang berbeda, yaitu kerja (atau
tenaga kerja, tindakan rasional-purposif) dan interaksi sosial.
Jadi, kata Habermas, "ia hanya mengambil perbedaan antara
kerja dan interaksi sosial sebagai titik awalnya". Di
sepanjang tulisannya, Haberrnas menjelaskan perbedaan ini,
meski ia cenderung menggunakan istilah tindakan (kerja)
rasionai-purposij dan tindakan komunikaiif (interaksi) (Ritzer,
2004: 187). Dalam The Theory Of Communication Action pun ia
menyebutkan tindakan komunikatif ini sebagai bagian dari
dasar-dasar ilmu sosial dan teori komunikasi (Habermas,
1996).
Selama tahun 1970-an Habermas memperbanyak
studi-studinya mengenai ilmu-ilmu sosial dan mulai menata
ulang teori kritik sebagai teori komunikasi. Tahap kunci dari
perkembangan ini termuat dalam kumpulan studi yang
ditulis bersama Niklas Luhmann, yakni Theori der Gesellschaft
der Soszialtechnologie (1971): legitimations problem des
historischen maierialismus (1976): dan kumpulan esai dalam
sekian buku lagi. Habermas sendiri saat ini menjadi guru
Sosiologi Komunikasi - 33
besar filsafat dan sosiologi yang hidup di Frankfurt (Kuper
and Kuper, 2000: 424).
Sumbangan pemikiran juga diberikan oleh John
Dewey, yang sering disebut sebagai the first philosopher of
communication (Riger, 1986) itu dikenal hingga kini dengan
filsafat pragmatic-nya, suatu keyakinan bahwa sebuah ide itu
benar jika ia berfungsi dalam praktik. Pragmatisme menolak
dualisme pikiran dan materil, subjek dan objek (Ibrahim,
2005: xiii). Jadi, gagasan-gagasan seharusnya bermanfaat
bagi masyarakat, pesan-pesan ide harus tersampaikan dan
memberi konstribusi pada tingkat perilaku orang. Pesan ide
membentuk tindakan dan perilaku dilapangan.
Dengan demikian, sejarah sosiologi komunikasi
menempuh dua jalur. Bahwa kajian dan sumbangan
pemikiran Auguste Comte, Durkheim, Talcott Parsons dan
Robert K. Merton merupakan sumbangan paradigma
fungsional bagi lahirnya teori-teori komunikasi yang
beraliran struktural- fungsional. Sedangkan sumbangan-
sumbangan pemikiran Karl Marx dan Habermas
menyumbangkan paradigma konflik bagi lahirnya teori-teori
kritis dalam kajian komunikasi.
Sosiologi sejak semula telah menaruh perhatian pada
masalah-masalah yang ada hubungan dengan interaksi
sosial antara seseorang dan orang lain. Apa yang disebutkan
oleh Comte dengan "sosial dynamic", "kesadaran kolektif"
oleh Durkheim, dan "interaksi sosial" oleh Marx serta
"tindakan komunikatif" dan teori komunikasi" oleh
Habermas adalah awal mula lahimya prespektif sosiologi
komunikasi. Bahkan melihat keyataan semacam itu, maka
sebenamya gagasan-gagasan perspektif sosiologi
komunikasi telah ada bersama dengan lahimya sosiologi itu
34 - Sosiologi Komunikasi
sendiri baik dalam perspektif struktural-fungsional maupun
dalam perspektif konflik.
SKEMAl
ALIRAN PEMIKIRAN DALAM PARADIGMA
SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Struktural-Fungsional Konflik-K:dtis
RabertK. Merton
Sosiologi Komunikasi - 35
interaksi sosial dan semua aspek yang bersentuhan dengan
fokus kajian tersebut. Narwoko dan Suyanto (2004:16)
mengatakan bahwa kajian tentang interaksi sosial
disyaratkan adanya fungsi-fungsi komunikasi yang lebih
dalam, seperti adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak
sosial tetjadi tidaklah semata-mata tergantung tindakan
tetapi juga tergantung pada adanya tanggapan terhadap
tindakan tersebut, sedangkan aspek penting dari
komunikasi adalah bila seseorang memberikan tafsiran pada
sesuatu atau pada perikelakuan orang lain. Dalam
komunikasi juga persoalan makna menjadi sangat penting
ditafsirkan oleh seseorang yang mendapat informasi
(pemberitaan) karena makna yang dikirim oleh komunikator
(receiver) dan penerima informasi (audience) menjadi sangat
subjektif dan ditentukan oleh konteks sosial ketiak informasi
itu disebar dan diterima.
36 - Sosiologi Komunikasi
sebuah perilaku komunikasi akan berhasil dan kapan
akan gagal. Adapun indikator keberhasilan dan
kegagalan komunikasi terletak pada ada tidaknya
perubahan yang terjadi pada pelaku komunikasi. Semua
itu dapat diketahui melalui serangkaian eksperimen.
Salah satu tokoh tradisi ini adalah Carl I Hovland,
seorang ahli psikologi yang sekaligus peletak dasar-dasar
penelitian eksperimen yang berkaitan dengan efek-efek
komunikasi. Penelitiannya berupaya:
a. Menjadi peletak dasar proposisi empirik yang
berkaitan dengan hubungan antara stimulus
komunikasi, kecenderungan audiens dan perubahan
opini.
b. Memberikan kerangka awal untuk membangun teori
berikutnya.
Menurut Ilmuwan Yale ini dalam formula who says
what to whom with what effect, ada tiga variabel yang
memiliki sifat persuasive, yakni:
a. Who-sumber pesan.
b. What-isi pesan.
c. Whom-karakteristik audiens.
Efek utama yang diukur adalah perubahan pendapat
yang dinyatakan melalui skala sikap yang diberikan
sebelum dan pesan disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan. Jadi perhatian penting dalam tradisi
ini antara lain perihal pemyataan, pendapat(opini), sikap,
persepsi, kognisi, interaksi dan efek (pengaruh).
2. Tradisi Cybernetic (komunikasi sebagai pemrosesan
informasi)
Ide komunikasi sebagai pemrosesan informasi pertama
kali dikemukakan oleh ahli matematik, Claude Shannon.
Sosiologi Komunikasi - 3 7
Karyanya, Mathematical Theory Communication diterima
secara luas sebagai salah satu benih yang keluar dari
studi komunikasi. Teori ini memandang komunikasi
sebagai transmisi pesan. Karyanya berkembang selama
Perang Dunia kedua di Bell Telephone Laboratories di AS.
Eksperimennya dilakukan pada saluran kabel telepon
dan gelombang radio bekerja dalam menyampaikan
pesan. Meski eksperimennya sangat berkaitan dengan
masalah eksakta, tapi Warren Weaver mengklaim bahwa
teori tersebut bisa diterapkan secara luas terhadap semua
pertanyaan tentang komunikasi insani (human
communication). Jadi dalam tradisi ini konsep-konsep
penting yang dikaji antara lain pengirim, penerima,
informasi, umpan batik, redudancy, dan sistem.
Walaupun dalam tradisi ini seringkali mendapat kritik
terutama berkenaan dengan pandangan asumtif yang
cenderung menyamakan antara manusia dengan mesin
dan menganggap bahwa suatu realitas atau gejala timbul
karena hubungan sebab akibat yang linier.
3. Tradisi Retorika (komunikasi sebagai ilmu bicara yang
sarat seni) Ada enam keistimewaan yang mencirikan
tradisi ini:
a. Keyakinan bahwa berbicara membedakan manusia
dari binatang.
b. Ada kepercayaan bahwa pidato publik yang
disampaikan dalam forum demokrasi adalah cara yang
lebih efektif untuk memecahkan masalah politik.
c. Retorika merupakan sebuah strategi di mana seorang
pembicara mencoba mempengaruhi seorang audiens
dari sekian banyak audiens melalui pidato yang jelas-
38 - Sosiologi Komunikasi
jelas bersifat persuasive. Public speaking pada
dasamya merupakan komunikasi satu arah.
d. Pelatihan kecakapan pidato adalah dasar pendidikan
kepemimpinan. Seorang pemimpin harus mampu
menciptakan argumen-argumen yang kuat lalu
dengan lantang menyuarakannya.
e. Menekankan pada kekuatan dan keindahan bahasa
untuk menggerakkan orang banyak secara emosional
dan menggerakkan mereka untuk beraksi/bertindak.
Pengertian Retorika lebih merujuk kepada seni bicara
daripada ilmu berbicara.
f. Sampai tahun 1800-an, perempuan tidak memiliki
kesempatan untuk menyuarakan haknya. Jadi retorika
merupakan sebuah keistimewaan bagi pergerakan
wanita di Amerika yang mempetjuangkan haknya
untuk bisa berbicara di depan publik.
4. Tradisi semiotic (komunikasi sebagai proses membagi
makna melalui tanda) Semiotika adalah ilmu tentang
tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja. Sebuah tanda
adalah sesuatu yang menunjukkan sesuatu yang lain.
Contohnya asap menandai adanya api. sebagai suatu
hubungan antara lima istilah berikut ini:
Lebih lanjut Pawito (2007:23) menyatakan dalam tradisi
lebih memusatkan pada perhatian lambang-lambang dan
simbol-simbol, dan memandang komunikasi sebagai
suatu jembatan antara dunia pribadi individu-individu
dengan ruang di mana lambang-lambang digunakan oleh
individu-individu untuk membawa makna-makna
tertentu kepada khalayak. Sehingga dalam tradisi ini
memungkinkan bahwa individu-individu akan
memaknai tanda-tanda secara beragam.
Sosiologi Komunikasi - 39
5. Tradisi Sosio Kultural (Komunikasi sebagai penciptaan
dan pembuatan realitas sosial). Premis tradisi ini adalah
ketika orang berbicara, mereka sesungguhnya sedang
memproduksi dan memproduksi kembali budaya.
Sebagian besar dari kita beranggapan bahwa kata-kata
mencerminkan apa yang sebenamya terjadi. Pandangan
kita tentang realitas dibentuk oleh bahasa yang telah kita
gunakan sejak lahir. Ahli bahasa Universitas Chicago,
Edwar Sapir dan Benyamin Lee Whorf adalah pelopor
tradisi sosio cultural. Hipotesis yang diusungnya adalah
struktur bahasa suatu budaya menentukan apa yang
orang pikirkan dan lakukan. Dapat dibayangkan
bagaimana seseorang menyesuaikan dirinya dengan
realitas tanpa menggunakan bahasa, dan bahwa bahasa
hanya semata-mata digunakan untuk mengatasi
persoalan komunikasi atau refleksi tertentu. Hipotesis ini
menunjukkan bahwa proses berpikir kita dan cara kita
memandang dunia dibentuk oleh struktur gramatika dari
bahasa yang kita gunakan. Secara fungsional, bahasa
adalah alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan
gagasan (socially shared), karena bahasa hanya dapat
dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota
kelompok sosial untuk menggunakannya. Bahasa
diungkapkan dengan kata-kata dan kata-kata tersebut
sering diberi arti arbiter (semaunya). Contoh; terhadap
buah pisang, orang sunda menyebutnya cau dan orang
jawa menyebutnya gedang. Secara formal, bahasa adalah
semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat
menurut peraturan bahasa. Setiap bahasa dapat
dikatakan mempunyai tata bahasa/grammamya
tersendiri. Contoh: sebuah kalimat dalam bahasa
40 - Sosiologi Komunikasi
Indonesia yang berbunyi "dimana saya dapat menukar
uang ini? maka akan ditulis dalam bahasa Inggris "where
can I Change some money?
6. Tradisi Kritis (komunikasi adalah refleksi penolakan
terhadap wacana yang tidak adil). Tiga asumsi dasar
tradisi kritis:
a. Menggunakan pnns1p-prms1p dasar ilmu sosial
interpretif. Ilmuwan kritis menganggap perlu untuk
memahami pengalaman orang dalam konteks.
b. Mengkaji kondisi-kondisi sosial dalam usahanya
mengungkap struktur-struktur yang seringkali
tersembunyi
Istilah teori kritis berasal dari kelompok ilmuwan Jerman
yang dikenal dengan sebutan "Frankfurt School". Para
teoritisinya mengadopsi pemikiran Marxis. Kelompok ini
telah mengembangkan suatu kritik sosial urnurn, di mana
komunikasi menjadi titik sentral dalam prinsip-
prinsipnya. Sistem komunikasi massa merupakan fokus
yang sangat penting di dalamnya. Tokoh-tokoh
pelopomya adalah Max Horkheimer, Theodore Adorno
serta Herbert Marcuse. Pemikirannya disebut dengan
teori kritis. Ketika bangkitnya Nazi di Jerman, mereka
berimigrasi ke Amerika. Di sana mereka menaruh
perhatian besar pada komunikasi massa dan media
sebagai struktur penindas dalam masyarakat kapitalistik,
khususnya struktur di Amerika. Teori kritis menganggap
tugasnya adalah mengungkap kekuatan-kekuatan
penindas dalam masyarakat melalui analisis dialektika.
Teori kritis juga memberikan perhatian yang sangat besar
pada alat-alat komunikasi dalam masyarakat.
Komunikasi merupakan suatu hasil dari tekanan antara
Sosiologi Komunikasi - 41
kreativitas individu dalam memberi kerangka pesan dan
kendala-kendala sosial terhadap kreativitas tersebut.
Salah satu kendala utama pada ekspresi individu adalah
bahasa itu sendiri. Kelas-kelas dominan dalam
masyarakat menciptakan suatu bahasa penindasan dan
pengekangan, yang membuat kelas pekerja menjadi
sangat sulit untuk memahami situasi mereka dan untuk
keluar dari situasi tersebut. Kewajiban dari teori kritis
adalah menciptakan bentuk-bentuk bahasa baru yang
memungkinkan diruntuhkannya paradigma dominan.
Hal itulah yang diungkapkan oleh Jurgen Habennas,
tokoh terkemuka kelompok Franfurt School di era
berikutnya. Habermas menaruh perhatian khusus pada
dominasi kepentingan teknis dalam masyarakat kapitalis
kontemporer. Dalam masyarakat seperti itu, public dan
swasta terjalin sampai pada tingkat di mana sektor publik
tidak mampu mempertahankan diri terhadap penindasan
kepentingan teknis swasta. ldealnya, publik dan swasta
seimbang, dan sektor publik harus cukup kuat untuk
memberikan suatu iklim bagi kebebasan gagasan dan
debat. Dari bahasan tersebut, jelaslah bahwa Habermas
menilai komunikasi sangat penting bagi pembebasan.
Bahasa sendiri merupakan hal pokok bagi kehidupan
manusia, dan bahasa menjadi alat di mana kepentingan
pembebasan dapat dipenuhi. Karenanya, kompetensi
komunikasi diperlukan untuk partisipasi yang efektif
dalam pengambilan keputusan.
7. Tradisi Fenomenologi (Komunikasi sebagai pengalaman
diri dan orang lain melalui dialog) Meski fenomenologi
adalah sebuah filosofi yang mengagumkan, pada
dasamya menunjukkan analisis terhadap kehidupan
42 - Sosiologi Komunikasi
sehari-hari. Titik berat tradisi fenomenologi adalah
bagaimana individu mempersepsi serta memberikan
interpretasi pada pengalaman subyektifnya. Bagi seorang
fenomenologis, cerita kehidupan seseorang lebih penting
daripada axioma-axioma komunikasi. Seorang psikologis,
Carl Rogers percaya bahwa kesehatan kliennya akan
pulih ketika komunikasinya menciptakan lingkungan
yang nyaman baginya untuk berbincang. Dia
menggambarkan tiga kondisi yang penting dan kondusif
bagi perubahan suatu hubungan dan kepribadian, yakni:
a. Kecocokan/kesesuaian, adalah kecocokan antara
perasaan dalam hati individu dengan tampilan luar.
Orang yang tidak memiliki kecocokan akan mencoba
mempengaruhi, bermain peranan, sembunyi di balik
suatu tedeng aling-aling.
b. Hal positif yang tidak bersyarat, adalah sebuah sikap
penerimaan yang bukan merupakan kesatuan dalam
penampilan.
c. Pemahaman empatik.
Sosiologi Komunikasi - 43
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua
kehidupan sosial, karena tanpa interkasi sosial tak akan
mungkin ada kehidupan bersama.
1. Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam
Kehidupan Sosial
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial
(yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena
interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-
aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-
hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan
kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompok-
kelompok manusia terjadi anatara kelompok tersebut
sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut
pribadi anggota-anggotanya.
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia
tetjadi pula di dalam masyarakat. Interaksi tersebut lebih
mencolok ketika tetjadi benturan antara kepentingan
perorangan dengan kepentingan kelompok. Interaksi sosial
hanya berlangsung antara pihak-pihak apabila tetjadi reaksi
terhadap dua belah pihak. Interaksi sosial tak akan mungkin
terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang
langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak
berpengaruh terhadap sistem syarafnya, sebagai akibat
hubungantermaksud.
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan
pada pelbagai faktor:
1. Imitasi
44 - Sosiologi Komunikasi
Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat
mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah
dan nilai-nilai yang berlaku.
2. Sugesti
Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi
suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari
dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.
3. Identifikasi
Identifikasi sebenamya merupakan kecenderungan atau
keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama
dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam
daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat
terbentuk atas dasar proses ini.
4. Proses simpati
Sebenamya merupakan suatu proses dimana seseorang
merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini
perasaan memegang peranan yang sangat penting,
walaupun dorongan utama pada simpati adalah
keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja
sama dengannya,
2. Syarat-syarat Terjadinya lnteraksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang
dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara
kelompok maupun antara individu dengan kelompok.
Dua Syarat tetjadinya interaksi sosial :
1. Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat
berlangsung dalam tiga bentuk.Yaitu antar individu,
antar individu dengan kelompok, antar kelompok. Selain
itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun
tidak langsung.
Sosiologi Komunikasi - 45
2. Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada
perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang ingin
disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan
kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut.
Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum
(artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh).
Arti secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara
fisik, kontak baru terjadi apabila tetjadinya hubungan
badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu
hubungan badaniah, karena dewasa ini dengan adanya
perkembangan teknologi, orang dapat mengontak berbagai
pihak tanpa menyentuhnya. Dapat dikatakan bahwa
hubungan badaniah bukanlah syarat untuk terjadinya suatu
kontak.
Kontak sosial dapat terjadi dalam 3 bentuk:
a. Adanya orang perorangan
Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari
kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi
melalui sosialisasi, yaitu suatu proses dimana anggota
masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan
nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota.
b. Ada orang perorangan dengan suatu kelompok manusia
atau sebaliknya
Kontak sosial ini misalnya adalah seseorang merasakan
bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-
norma masyarakat atau apabila suatu partai politik
memaksa anggota-anggotanya menyesuaikan diri dengan
ideologi dan programnya.
c. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok
manusia lainnya.
46 - Sosiologi Komunikasi
Umpamanya adalah dua partai politik mengadakan ketja
sama untuk mengalahkan parpol yang ketiga di
pemilihan umum.
Terjadinya suatu kontak tidaklah semata-mata
tergantung dari tindakan, tetapi juga tanggapan terhadap
tindakan tersebut. Kontak sosial yang bersifat positif
mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat
negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan
sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial.
Suatu kontak dapat bersifat primer atau sekunder.
Kontak perimer terjadi apabila yang mengadakan hubungan
langsung bertemu dan berhadapan muka. Kontak sekunder
memerlukan suatu perantara. Sekunder dapat dilakukan
secara langsung. Hubungan-hubungan yang sekunder
tersebut dapat dilakukan melalui alat-alat telepon, telegraf
danradio.
Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang
memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang
berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah a tau sikap ),
perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang
tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan
reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh
orang lain tersebut.
Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan
perasaan suatu kelompok manusia atau perseorangan dapat
diketahui oleh kelompok lain atau orang lain. Hal itu
kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa
yang dilakukannya.
Sosiologi Komunikasi - 4 7
3. Kehidupan yang Terasing
Pentingnya kontak dan komunikasi bagi terwujudnya
interaksi sosial dapat diuji terhadap suatu kehidupan yang
terasing (isolation). Kehidupan terasing yang sempuma
ditandai dengan ketidak mampuan untuk mengadakan
interaksi sosial dengan pihak-pihak lain. Kehidupan terasing
dapat disebaban karena secara badaniah seseorang sama
sekali diasingkan dari hubungan dengan orang-orang lain.
Padahal perkembangan jiwa seseorag banyak ditentuan oleh
pergaulannya dengan orang lain.
Terasingnya seseorang dapat pula disebabkan oleh
karena cacat pada salah satu indranya. Dari beberapa hasil
penelitian, temyata bahwa kepribadian orang-orang
mengalami banyak penderitaan akibat kehidupan yang
terasing karena cacat indra itu. Orang-orang cacat tersebut
akan mengalami perasaan rendah diri, karena
kemungkinan-kemungkinan untuk mengembangkan
kepribadiannya seolah-olah terhalang dan bahkan sering
kali tertutup sama sekali.
Pada masyarakat berkasta, dimana gerak sosial
vertikal hampir tak terjadi, terasingnya seseorang dari kasta
tertentu (biasanya warga kasta rendahan), apabila berada di
kalangan kasta lainnya (kasta yang tertinggi}, dapat pula
terjadi.
4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja
sama (cooperation), persaingan (competition), dan bahkan
dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict).
Pertikaian mungkin akan mendapatkan suatu penyelesaian,
namun penyelesaian tersebut hanya akan dapat diterima
untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi. Ini
48 - Sosiologi Komunikasi
berarti kedua belah pihak belum tentu puas sepenunya.
Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari
interaksi sosial. Keempat bentuk poko dari interaksi sosial
tersebut tidak perlu merupakan suatu kontinuitas, di dalam
arti bahwa interaksi itu dimulai dengan kerja sama yang
kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi
pertikaian untuk akhimya sampai pada akomodasi.
Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang
lebih luas lagi. Menurut mereka, ada dua macam proses
sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial :
1. Proses-proses yang Asosiatif
a. Kerja Sama (Cooperation)
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa
tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang
apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu
tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan
tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua.
Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian
kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam
perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu
diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana
kerja samanya dapat terlaksana dengan baik. Kerja sama
timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap
kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainya
(yang merupakan out-group-nya). Kerja sama akan
bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung
anggota/perorangan lainnya.
Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles
ff.Cooley "kerjasama timbul apabila ornng menyadari bahwa
mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada
Sosiologi Komunikasi - 49
saat yang bersamaan mempunsjai cukup pen.getahuan dan
pengendalian terhadap diri sendiri uniuk memenuhi kepeniingan-
kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-
kepeniingan yang sama dan adanua organisasi merupakan fakta-
fakta penting dalam kerjasama yang berguna"
Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa
bentuk kerjasama yang biasa diberi nama kerja sama
(cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi
dengan:
1. Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama
yang serta merta
2. Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama
yang merupakan hasil perintah atasan atau penguasa
3. Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama
atas dasar tertentu
4. Ketjasama Tradisional (Traditional Cooperation)
Kerjasama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial.
Ada 5 bentuk kerjasama:
1. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong
menolong
2. Bargaining, Yaitu pelaksana perjanjian mengenai
pertukaran barang-barang dan [asa-jasa antara 2
organisasi atau lebih
3. Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan
unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau
pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah
satu cara untuk menghindari tetjadinya kegoncangan
dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan
4. Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi
atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama.
Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil
50 - Sosiologi Komunikasi
untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih
tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak
sarna antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karena
maksud utarna adalah untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan bersama, maka sifatnnya adalah
kooperatif.
5. Joint venture, yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-
proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak,
pertambangan batubara, perfilman, perhotelan.
b. Akomodasi (Accomodation)
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti :
menujuk pada suatu keadaan dan untuk menujuk pada
suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya
suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-
perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam
kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial
yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses
akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk
meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha manusia
untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu
pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk
menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan
sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi.
Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau
kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan,
mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-
ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk
menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak
lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Sosiologi Komunikasi _ 51
Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan
situasi yang dihadapinya, yaitu:
1. Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau
kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham
2. Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk
sementara waktu atau secara temporer
3. Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok
sosial yang hidupnya terpisah akibat faktor-faktor sosial
psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada
masyarakat yang mengenal sistem berkasta.
4. Mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang
terpisah.
Bentuk-bentuk Akomodasi
1. Corecion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya
dilaksanakan karena adanya paksaan
2. Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang
terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai
suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
3. Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise
apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup
mencapainya sendiri
4. Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan
keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih
demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
5. Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa
persetujuan yang formal bentuknya.
6. Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang
bertentangan karena mempunyai kekuatan yang
seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam
melakukan pertentangannya.
52 - Sosiologi Komunikasi
7. Adjudication, penyelesaian perkara atau sengketa di
pengadilan
Hasil-hasil Akomodasi
1. Akomodasi dan Intergrasi Masyarakat
Akomodasi dan intergrasi masyarakat telah berbuat
banyak untuk menghindarkan masyarakat dari benih-
benih pertentangan laten yang akan melahirkan
pertentangan baru.
2. Menekankan Oposisi
Sering kali suatu persaingan dilaksanakan demi
keuntungan suatu kelompok tertentu dan kerugian bagi
pihak lain.
3. Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda
4. Perubahan lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan
keadaan baru atau keadaan yang berubah
5. Perubahan-perubahan dalam kedudukan
6. Akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi
Dengan adanya proses asimilasi, para pihak lebih
saling mengenal dan dengan timbulnya benih-benih
toleransi mereka lebih mudah untuk saling mendekati.
Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut.
Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi
perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-
perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga
meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak,
sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan
kepentingan dan tujuan bersama.
Proses Asimilasi timbul bila ada:
Sosiologi Komunikasi - 53
1. Kelompok-kelompok manusia yang berbeda
kebudayaannya
2. orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling
bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang
lama sehingga
3. kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok
manusia tersebut masing-masing berubah dan saling
menyesuaikan diri.
Beberapa bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke
suatu proses asimilasi (interaksi yang asimilatif) bila
memiliki syarat-syarat berikut ini:
1. Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan
terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain tadi juga
berlaku sama
2. interaksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-
halangan atau pembatasan-pembatasan
3. Interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer
4. Frekuaensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada
keseimbangan antara pola-pola tersebut. Artinya,
stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak
yang mengadakan asimilasi harus sering dilakukan dan
suatu keseimbangan tertentu harus dicapai dan
dikembangankan.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya
suatu asimilasi adalah:
1. Toleransi
2. Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang
ekonomi
3. Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
54 - Sosiologi Komunikasi
4. Sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam
masyarakat
5. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6. Perkawinan campuran (amaigamation)
7. Adanya musuh bersama dari luar
Faktor umum penghalangan tetjadinya asimilasi
1. Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam
masyarakat
2. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang
dihadapi dan sehubungan dengan itu seringkali
menimbulkan faktor ketiga
3. Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan
yang dihadapi
4. Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau
kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan
golongan atau kelompok lainnya.
5. Dalam batas-batas tertentu, perbedaan wama kulit atau
perbedaan ciri-ciri badaniah dapat pula menjadi salah
satu penghalang tetjadinya asimilasi
6. In-Group-Feeling yang kuat menjadi penghalang
berlangsungnya asimilasi. In Group Feeling berarti adanya
suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat
pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang
bersangkutan.
7. Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap
minoritas lain apabila golongan minoritas lain mengalami
gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa
8. Faktor perbedaan kepentingan yang kemudian ditambah
dengan pertentangan-pertentangan pribadi.
Sosiologi Komunikasi - SS
Asirnilasi menyebabkan perubahan-perubahan dalam
hubungan sosial dan dalarn pola adat istiadat serta interaksi
sosial. Proses yang disebut terakhir biasa dinarnakan
akulturasi. Perubahan-perubahan dalarn pola adat istiadat
dan interaksi sosial kadangkala tidak terlalu penting dan
menonjol.
1. Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional
proccesses, yang persis halnya dengan kerjasarna, dapat
diternukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan
arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistern sosial
rnasyarakat bersangkutan. Oposisi dapat cliartikan sebagai
cara betjuang rnelawan seseorang atau sekelompok manusia
untuk mencapai tujuan tertentu. Pola-pola oposisi tersebut
dinarnakan juga sebagai petjuangan untuk tetap hidup
(struggle for existence). Untuk kepentingan analisis ilrnu
pengetahan, oposisi proses-proses yang disosiatif dibedakan
dalarn ti.ga bentuk, yaitu:
a. Persaingan (Competition). Persaingan atau competition
dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana
individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari
keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada
suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik
perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara
menarik perhatian publik atau dengan mempertajam
prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan
ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunya dua tipe
umum:
b. Bersifat Pribadi : Individu, perorangan, bersaing dalam
mernperoleh kedudukan. Tipe ini dinarnakan riualru.
56 - Sosiologi Komunikasi
c. Bersifat Tidak Pribadi : Misalnya terjadi antara dua
perusahaan besar yang bersaing untuk mendapatkan
monopoli di suatu wilayah tertentu.
Bentuk-bentuk persaingan:
1. Persaingan ekonomi: timbul karena terbatasnya
persediaan dibandingkan dengan jumlah konsumen
2. Persaingan kebudayaan: dapat menyangkut persaingan
bidang keagamaan, pendidikan.
3. Persaingan kedudukan dan peranan: di dalam diri
seseorang maupun di dalam kelompok terdapat
keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok
yang mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.
4. Persaingan ras: merupakan persaingan di bidang
kebudayaan. Hal rm disebabkan karena cm-cm
badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan
lainnya.
Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat
mempunyai beberapa fungsi:
1. Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang
bersifat kompetitif
2. Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-
nilai yang pada suatu masa mendapat pusat perhatian,
tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.
3. Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks
dan sosial. Persaingan berfungsi untuk mendudukan
individu pada kedudukan serta peranan yang sesuai
dengan kemampuannya.
4. Sebagai alat menyaring para warga golongan karya
(" fungsional")
Sosiologi Komunikasi - 57
Hasil suatu persaingan terkait erat dengan pelbagai
faktor berikut ini:
1. Kepribadian seseorang
2. Kemajuan: Persaingan akan mendorong seseorang untuk
bekerja keras dan memberikan sahamnya untuk
pembangunan masyarakat.
3. Solidaritas kelompok: Persaingan yang jujur akan
menyebabkan para individu akan saling menyesuaikan
diri dalam hubungan-hubungan sosialnya hingga
tercapai keserasian.
4. Disorganisasi: Perubahan yang terjadi terlalu cepat dalam
masyarakat akan mengakibatkan disorganisasi pada
struktur sosial.
Kontraversi ( Contravetion).
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk
proses sosial yang berada antara persaingan dan
pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi menurut
Leo von Wiese dan Howard Becker ada 5:
1. yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan,
keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-
halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan,
pengacauan rencana
2. yang sederhana seperti menyangkal pemyataan orang
lain di muka umum, memaki-maki melalui surat
selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban
pembuktian pada pihak lain, dst.
3. yang intensif, penghasutan, menyebarkan desas desus
yang mengecewakan pihak lain
4. yang rahasia, mengumumkan rahasia orang, berkhianat.
5. yang taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan
membingungkan pihak lain.
58 - Sosiologi Komunikasi
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan
diri dengan kekerasan, provokasi, intimidasi,
Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe
umum kontravensi :
1. Kontraversi generasi masyarakat : lazim tetjadi terutama
pada zaman yang sudah mengalami perubahan yang
sangat cepat
2. Kontraversi seks: menyangkut hubungan suami dengan
istri dalam keluarga.
3. Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan
mayoritas dengan golongan minoritas dalam masyarakat,
baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam
lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan, dst.
Tipe Kontravensi:
1. Kontravensi antar masyarakat setempat, mempunyai dua
bentuk:
a. Kontavensi antar masyarakat setempat yang berlainan
(intracommunity struggle)
b. Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu
masyarakat setempat tiniercommunitsj struggle)
2. Antagonisme keagamaan
3. Kontravensi Intelektual : sikap meninggikan diri dari
mereka yang mempunyai latar belakang pendidikan yang
tinggi atau sebaliknya
4. Oposisi moral: erat hubungannya dengan kebudayaan.
Pertentangan (Pertikaian atau conflict)
Pribadi maupun kelompok menyadari adanya
perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri badaniyah,
emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan
Sosiologi Komunikasi - 59
seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat
mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu
pertentangan atau pertikaian.
Sebab musabab pertentangan adalah:
1. Perbedaan antara individu
2. Perbedaan kebudayaan
3. perbedaan kepentingan
4. Perubahan sosial.
Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk
mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam
masyarakat. Timbulnya pertentangan merupakan pertanda
bahwa akomodasi yang sebelumnya telah tercapai.
Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:
1. Pertentangan pribadi
2. Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan
menyadari betapa adanya perbedaan antara mereka yang
menimbulkan pertentangan
3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan
karena adanya perbedaan kepentingan
4. Pertentangan politik : menyangkut balk antara golongan-
golongan dalam satu masyarakat, maupun antara negara-
negara yang berdaulat
5. Pertentangan yang bersifat intemasional : disebabkan
perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian
merembes ke kedaulatan negara
Akibat-akibat bentuk pertentangan
1. Tambahnya solidaritas in-group
2. Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi
dalam satu kelompok tertentu, akibatnya adalah
sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan
kelompok tersebut.
60 - Sosiologi Komunikasi
3. Perubahan kepribadian para individu
4. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
5. Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak.
Sosiologi Komunikasi - 61
BABII
RUANG LINGKUP SOSIOLOGI
62 - Sosiologi Komunikasi
moral; hukum dan ekonomi; gerak masyarakat dan politik).
Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial
dan non sosial (misalnya, geografis, biologis); dan ciri-ciri
umum dari semua jenis gejala-gejala sosial itu.
Roucek dan Warren mengemukakan sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia di dalam
sebuah kelompok. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff
berpendapat sosiologi adalah penelitian secara ilmiah
terhadap interaksi sosial dan budaya, yaitu organisasi sosial.
J.A.A. Van Doorndan C.J. Lammers berpendapat bahwa
sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur dan
proses kemasyarakatan yang besifat stabil.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
menyatakan sosiologi (ilmu masyarakat) ialah ilmu yang
mempelajari struktur dan proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial. Menurut keduanya, struktur
sosial merupakan keseluruhan jalinan unsur-unsur sosial
yang pokok, yaitu kaidah atau norma sosial, lembaga sosial,
kelompok, serta lapisan sosial. Proses sosial adalah
pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dan
politik; antara segi kehidupan hukum dan agama; antara
segi kehidupan agama dan sosial yang bersifat tersendiri
dalam hal terjadinya perubahan di dalam struktur sosial.
Soesanto S(l 985:9) mengemukakan sosiologi ialah ilmu
tentang das sein, bukan das sollen. Sosiologi meneliti
masyarakat dan perubahannya menurut keadaan nyata yang
terjadi.
Berdasarkan definisi sosiologi tersebut, istilah sosial
harus ditinjau sebagai semua kegiatan yang berhubungan
dengan masyarakat luas sesuai dengan istilah asalnya
"sozius" yang berarti "teman'', Ini menunjukkan, sosiologi
Sosiologi Komunikasi - 63
banyak berhubungan dengan filsafat, sejarah, dan polituc
karena sosiologi sebenamya mempelajari gejala hubungan
antar manusia (Latin: sozius =kawan). Sebagai ilmu,
sosiologi memperoleh sistematikanya (logos= menurut
aturan dan susunan) pada perkembangan selanjutnya.
Menurut makna ilmu, sosiologi adalah ilmu yang
menjelaskan tindakan-tindakan sosial manusia yang
berpengaruh terhadap masyarakat.
Pengertian tersebut semakin menegaskan bahwa
apa yang ( diteliti oleh sosiologi hanyalah tindakan ke luar
(aksi-ekstemal) yang bergengaruh terhadap masyarakat.
Sosiologi tidak menjadikan tindakan terisolir seorang
individu sebagai bidang penelitiannya, karena masalah ini
termasuk kajian ilmu jiwa. Lalu, apa yang disebut tindakan
sosial atau aksi sosial itu?
Menurut Max Weber (dikutip kembali oleh Lawang,
. 1985:30), tindakan sosial ialah tindakan yang dilakukan
individu untuk mempengaruhi tindakan dan sikap orang
lain, yang karenanya, faktor orang lain itu diperhitungkan
dalam tindakan awalnya. Lammers (dikutip kembali oleh
Soesanto, 1985: 10) mengemukakan, sosiologi sebagai ilmu
tentang struktur yang stabil dan proses sosial. Sosiologi ialah
salah satu ilmu yang meneliti tingkah laku manusia dalam
kehidupan masyarakat sosialnya.
Dalam hal ini sosiologi mencari struktur hubungan
antara satu kelompok dengan kelompok lainnya atau antara
individu dan kelompoknya. Dapat dikatakan sosiologi
adalah structure of a group refers to its organization as a sistem of
unit parts which are interdependent and operete regularly as a
single whole in one or more activities. It refers to the regular
relationships between component parts. Joseph B. Gitter (dikutip
64 - Sosiologi Komunikasi
kembali oleh Soesanto, 1985:10) mendefinisikan sosiologi
sebagai a study of the forms and processes of human togetherness.
Berdasarkan beberapa definisi sosiologi ( dalam arti
konsepsional pragmatis), dapat disimpulkan beberapa hal
berikut.
1. Sosiologi adalah ilmu sosial, bukan ilmu alam atau ilmu
kerohanian. Pembedaan tersebut bukanlah pembedaan
tentang metode, melainkan menyangkut pembedaan isi.
Ini berguna untuk membedakan ilmu-ilmu lainnya yang
berhubungan dengan gejala alam dan kemasyarakatan.
Pembedaan tersebut untuk membedakan sosiologi dari
astronomi, fisika, geologi, biologi, dan ilmu alam lainnya.
2. Sosiologi bukanlah disiplin ilmu normatif, melainkan
disiplin ilmu kategorls; artinya, sosiologi terbatas pada
apa yang terjadi kini, tidak pada apa yang tidak terjadi
atau seharusnya terjadi. Sebagai ilmu, sosiologi
membatasi diri terhadap persoalan penilaian, sehingga
sosiologi tidak menetapkan ke arah mana sesuatu
seharusnya berkembang. Juga, tidak memberi petunjuk
yang menyangkut kebijaksanaan kemasyarakatan dan
politik. Dengan kata lain, pandangan-pandangan
sosiologis tidak dapat menilai apa yang buruk dan apa
yang baik, apa yang benar atau salah, serta segala sesuatu
yang bersangkut paut dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Sosiologi menetapkan masyarakat pada suatu waktu
dan tempat tertentu dan memiliki nilai-nilai tertentu,
tetapi tidak dapat menentukan bagaimana nilai-nilai
tersebut seharusnya. Jadi, sosiologi berbeda dengan
filsafat kemasyarakatan, filsafat politik, etika, dan agama.
3. Sosiologi merupakan ilmu murni (pure science),
bukan merupakan ilmu terapan atau terpakai (applied
Sosiologi Komunikasi - 65
science). Dari sudut penerapannya perlu dicatat, ilrnu
dipecah menjadi dua bagian: pure science dan applied
science. Pure science ialah ilmu yang bertujuan
membentuk dan mengembangkan ilmu secara abstrak,
yakni hanya untuk meningkatkan mutu, tanpa
menggunakannya dalam masyarakat. Applied science
ialah ilmu yang mempergunakan dan menetapkan ilmu
itu dalam masyarakat dengan maksud membantu
kehidupan masyarakat.
4. Tujuan dari sosiologi adalah mendapatkan pengetahuan
yang sedalam-dalamnya tentang masyarakat, bukan
untuk mempergunakan pengetahuan itu terhadap
masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu yang bertujuan
mendapatkan fakta-fakta dari masyarakat yang mungkin
dapat dipergunakan untuk memecahkan berbagai
persoalan masyarakat, meskipun sosiologi bukanlah
applied science. Peneta Kuinsosiologis belum tentu dapat
langsung diterapkan, meskipun begitu sosiologi bukan
berarti tidak mempunyai kegunaan sama sekali.
5. Sosiologi merupakan ilmu abstrak, bukan ilmu konkret;
artinya perhatian sosiologi bukan pada bentuk dan pola-
pola peristiwa yang terjadi dalam masyarakat, melainkan
pada wujudnya yang konkret. Sosiologi bertujuan
menghasilkan pengertian dan pola-pola umum. Sosiologi
meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip atau
hukum dari interaksi antar manusia, serta sifat hakikat,
bentuk, isi, dan struktur dari masyarakat manusia.
6. Sosiologi merupakan ilmu empiris rasional yang
menyangkut metode yang digunakannya.
66 - Sosiologi Komunikasi
B. Ruang Lingkup Sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu yang· mempunyai berbagai
materi penelitian, yakni tentang segala kejadian nyata dalam
kehidupan manusia. Sungguhpun Plato dan Aristoteles
banyak membahas masalah sosiologi, tetapi pembahasannya
lebih banyak menyangkut masalah filsatat masyarakat pada
zamannya. Materi yang dibahas belurn dapat disebut
sosiologi karena dalam pembahasannya masih mempunyai
unsur etika, yaitu bagaimana seharusnya ( das sollen)
masyarakat itu. Karena itu, materi yang dibahas yang juga
dibahas dalam sosiologi dikenal dengan nama Filsafat Sosial
(Sozialphilosophie).
Pada mulanya, sosiologi pun tidak dapat dikatakan
sebagai ilmu, menurut filsafat ilmu yang dikenal sebagai
"ibu ilmu pengetahuan". Benar, Plato (429-374 SM) pemah
membahas unsur-unsur sosiologi dalam pembahasannya
tentang negara. Demikian pula Aristoteles (384-322 SM)
pemah membahas unsur-unsur sosiologi dalam
hubungannya dengan etika sosial, yaitu bagaimana
(seharusnya) tingkah laku manusia dalam hubungannya
dengan sesama manusia atau dalam kehidupan sosialnya.
Machiavelli (1469-1527) membahas faktor negara dengan
unsur sosiologi ketika ia memisahkan pemikiran dan alam
rohani dari alam kenyataan karena adanya pemisahan gereja
dan negara. Dalam hal ini, negara sebagai personifikasi dari
kehidupan sosial manusia yang nyata. Lalu, langkah ini
diwujudkan oleh Jean Bodin (1530-1596) yang
memisahkannya dengan kehidupan politik, sehingga unsur
sosiologi yang lebih menonjol. Bodin membayangkan
kehidupan sosial (mikro) sebagai kehidupan yang tenang
Sosiologi Komunikasi - 67
dan damai, sedangkan kehidupan politik (makro) dipenuhi
oleh perebutan kekuasaan.
Ilmuwan lainnya, seperti Thomas Hobbes, John Locke,
dan Jean Jacques Rousseau ikut serta memberikan bentuk
dan menunjukkan arah kepada ilmu yang kemudian dikenal
sebagai sosiologi berdasarkan pikiran kontak sosial-nya. Di
dunia Arab, terkenal nama Ibnu Khaldun (1332-1406) yang
mempunyai pemikiran sosiologi lebih terperinci dan sangat
maju sehingga ilmuwan ini sering disebut sebagai peletak
batu pertama dari sosiologi sebagai ilmu, mendahului
Auguste Comte (1789-1857). Sesudah itu, Herbert Spencer
memberi bentuk bahkan menggunakan nama sosiologi
dalam karyanya, Principles of Sociology. Inilah masa
sosiologi mengalami perkembangan pesat di Perancis,
Jerman, dan Amerika Serikat.
Masalahnya, apakah sosiologi itu benar-benar
merupakan sebuah ilmu? Sejak dulu, para pelopor sosiologi
menganggapnya demikian. Tetapi, apakah anggapan itu
benar? Persoalan itu mungkin dapat diselesaikan dengan
terlebih dahulu berusaha merumuskan apakah yang
dimaksud dengan ilmu (science) itu. Secara ringkas, dapat
dikatakan bahwa ilmu adalah knowledge yang tersusun
sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran.
Pengetahuan itu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis
oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya.
Rumusan ini sebenamya jauh dari sempuma,
meskipun rumusan itu telah mencakup beberapa unsur
pokok. Unsur-unsur (elements) yang merupakan bagian
penting dari gabungan definisi sebuah ilmu adalah
pengetahuan (knowledge); tersusun secara sistematis;
68 - Sosiologi Komunikasi
menggunakan pemikiran; dan dapat dikontrol secara kritis
oleh orang lain atau umum (objektif).
Jadi, secara umum sosiologi adalah ilmu yang tersusun
secara sistematis dari pemikiran yang dapat dikontrol oleh
orang lain atau umum ( objektif). Dalam pembagian ilmu
terlihat jelas bahwa sosiologi adalah ilmu yang
dikelompokkan dalam ilmu-ilmu sosial (Lawang, 1985:35).
Ilmu sosial adalah ilmu yang pokok permasalahannya
(subject matter) membicarakan kehidupan sosial manusia.
Ilmu sosial ini meliputi sosiologi, psikologi sosial, geografi,
ekonomi, politik, antropologi, etnografi, sejarah, dan
psikologi.
Ilmu sosial pada hakikatnya mengambil masyarakat
atau kehidupan bersama sebagai objek kajiannya. Ilmu sosial
belum mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil tetap yang
diterima oleh sebagian besar masyarakat, karena ilmu ini
belum lama berkembang. Objek utama ilmu sosial ini adalah
masyarakat manusia yang selalu berubah-ubah. Karena sifat
masyarakat yang selalu berubah-ubah, hingga kini, belum
dapat diselidiki dan dianalisis secara tuntas hubungan
antara unsur-unsur dalam masyarakat secara lebih
mendalam. Ini berbeda dengan ilmu alam (IPA) yang telah
lama berkembang sehingga sudah mempunyai kaidah-
kaidah dan dalil-dalil yang teratur dan diterima oleh
masyarakat. Ini terjadi karena objek ilmu alam bukanlah
manusia.
Bagi seorang sarjana ilmu sosial, kiranya, masih agak
sulit untuk dapat memberikan jawaban yang tepat dan
memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan seperti "apakah
ekonomi itu?" atau "apakah sosiologi itu?". Bahkan, ketika
ditanyakan rumusan ilmu sosial tertentu, jawaban yang
Sosiologi Komunikasi - 69
tepat akan sulit ditemukan. Misalnya, pertanyaan "apakah
sosiologi itu?" akan menimbulkan pertanyaan Ianjutan
seperti "apakah bedanya sosiologi dengan antropologi?" atau
"apakah bedanya sosiologi dengan politik?". Untuk
memperoleh gambaran yang lebih tepat (setidaknya
mendekati kebenaran), perlu disusun beberapa kriteria
sosiologi sebagai ilmu sosial.
Sosiologi merupakan ilmu sosial yang objeknya adalah
masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu yang berdiri sendiri
karena memenuhi segenap unsur-unsur ilmu. Ciri-ciri
utamanya adalah:
1. Bersifat empiris, didasarkan pada observasi terhadap
kenyataan, akal sehat, dan hasilnya tidak bersifat
spekulatif;
2. Bersifat teoritis, berusaha untuk menyusun abstraksi
dari basil observasinya yang merupakan kerangka dari
unsur-unsur yang tersusun secara logis, serta bertujuan
menjelaskan hubungan sebab-akibat sehingga menjadi
sebuah teori;
3. Bersifat komulatif, teorinya dibentuk atas dasar teori
yang sudah ada yang telah diperbaiki, diperluas, dan
diperhalus dari teori lama;
4. Bersifat non etis, tidak mempersoalkan baik-buruknya
fakta tertentu, tetapi menjelaskan fakta itu secara analitis.
C. Konsep Sosiologi
Sebagai ilmu, sosiologi juga harus memenuhi syarat-
syara t ilmiah. Karena sosiologi meneliti kehidupan manusia
sebagai kenyataan (das sein), tidak dapat dihindari metode
penelitiannya hams bersifat empirik, yaitu diambil dari
beberapa kejadian nyata, logis, dan sistematis. Adapun yang
70 - Sosiologi Komunikasi
menjadi bahan penelitiannya adalah hal-hal yang diduga
merupakan kenyataan dan tetjadi secara berulang.
Roland J. Pellegin (dikutip Susanto, 1985: 4)
mengatakan pendekatan empirik dari sosiologi inilah yang
memberi ciri khas sosiologi. Ciri khas ini pula yang
membedakannya dari ilmu sosial lainnya. Objek materi
sosiologi memiliki persamaan dengan ilmu sosial lainnya
dilihat dari sisi seleksi beberapa perspektif dan aspek proses
kehidupan manusia dalam masyarakat.
Bersama ilmu sosial lainnya, sosiologi mempelajari
tindakan manusia dalam komunitasnya. Persamaan yang
dimaksud adalah mengartikan keteraturan dan ketertiban
yang terdapat dalam masyarakat. Keteraturan inilah yang
akan dianalisis sebab-musababnya.
Dalam kehidupan berkelompok, manusia biasanya
mengikuti kebiasaan kelompoknya dan peraturan yang
berlaku di dalamnya. Usaha individu dan kelompok untuk
beradaptasi atau melawan usaha penyeragaman oleh
kelompok atau masyarakat luas itulah yang menjadi bahan
penelitian ilmu sosial. Ketika meneliti objeknya, ilmu sosial
menggunakan metode penelitian yang tidak banyak berbeda
dari yang biasa dipakai oleh ilmu sosial lainnya.
Masalahnya, di manakah letak perbedaan antara
sosiologi dan ilmu sosial lainnya? Pertama, pendekatan
penelitiannya: Sosiologi menganalisis dan- meneliti
kelompok yang menjadi "objek" dengan ciri-cirl khasnya.
Sungguhpun bidang penelitian merupakan sebagian hasil
hubungan antara manusia, sebenamya bukanlah sesuatu
yang dapat dibatasi dengan jelas-nyata. Pendekatan ini
dirasakan perlu untuk memperoleh berbagai keterangan
Sosiologi Komunikasi - 71
tentang struktur, fungsi, dan hubungan dari keseluruhan
kehidupan manusia.
Kenyataan menunjukkan bahwa objek penelitian
sosiologi sebenamya adalah hubungan sesuatu yang tidak
dapat dilihat, tetapi hanya diketahui sebab-akibatnya. Itulah
sebabnya, peneliti.an sosiologi mengalami banyak kesulitan.
Salah satunya ialah hubungan manusia dengan manusia
lain, dan tindakannya yang diselidiki tidak dapat diteliti
secara terpisah dari lingkungan dan pengaruh luar
terhadapnya. Misalnya, pengaruh masa lampau,
kebudayaan, dan pendidikan. Dalam proses ini, sosiologi
harus mampu menyusun analisis tentang keteraturan,
struktur, clan pola hubungan antar manusia.
Sosiologi juga menuntut kemarnpuan untuk berpikir
abstrak dari orang-orang yang rnengalaminya. Terkait
dengan kebutuhan, bahkan tuntutan pendekatan ini,
sosiologi tidak dapat menarik kesimpulan dari satu-dua
kejadian saja. Sosiologi hanya dapat mengambil kesimpulan
dari kejadian-kejadian yang tetjadi secara berulang dan
teratur. Sebaliknya, sosiologi kurang menaruh perhatian
terhadap apa yang "lain dari yang lain".
Berbeda dengan ilmu sosial lainnya yang bersifat
normatif, penelitian sosiologi menuntut sikap objektif. la
harus membuang dan menjauhkan diri dari nilai-nilai
pribadi ketika melakukan penelitian. Menurut Pellegrin
(1964: 27) sosiologi meneliti beberapa bidang yang temyata
ditemukan secara berulang dalam kehidupan manusia dan
merupakan keteraturan. Beberapa bidang itu adalah
masyarakat (society), kebudayaan (culture), lembaga-lembaga
dan kelengkapannya, diferensiasi sosial, kehidupan
72 - Sosiologi Komunikasi
kelompok, pengawasan dan pengendalian sosial (social
control), dan perubahan masyarakat (social change).
Margaret Wilson ( dalam Susanto, 1985:6)
mengemukakan tema sosiologi yang menjadi pemikiran
para ahli antara lain sebagai berikut:
1. Manusia sebagai satuan sosial: Bagaimana hubungannya
dengan masyarakat?
2. Proses sosial dan ketentuan-ketentuan sosial: Apakah
masyarakat itu? Bagaimana proses pembentukannya?
3. Struktur sosial: Bagaimana masyarakat diatur dan
ditertibkan?
4. Kelangsungan hidup dari kelompok sosial: Apakah
unsur-unsur pengawasan sosial yang menjamin
kelangsungan hid up kelompok masyarakat?
Bagaimanakah individu paling efektif diawasi oleh
masyarakat?
5. Perubahan masyarakat: Apakah yang menyebabkannya?
Faktor-faktor apa saja yang menentukan dalam proses
ini? Bagaimana mengatasinya?
6. Sosiologi serta metode: Apakah sosiologi itu? Apakah
dasar penelitiannya? Metode manakah yang terbaik
baginya?
Pada umumnya, tema-tema yang sering dibahas oleh
sebagian besar buku sosiologi adalah sebagai berikut.
1. Proses sosial, berhubungan dengan proses sosial yang
asosiatif dan disasosiatif.
2. Kelompok sosial, membicarakan aneka ragam bentuk
kelompok sosial dan fungsinya.
3. Kebudayaan dan masyarakat, membahas aneka ragam
nilai-nilai yang terkandung dalam cipta, rasa, dan karsa-
manusia dalam masyarakat.
Sosiologi Komunikasi - 73
4. Lembaga kemasyarakatan yang ada dan menangani
aneka ragam fungsi dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Pelapisan sosial, menggambarkan strata, struktur dan
susunan sosial masyarakat yang terbentuk atas dasar
peran, kedudukan manusia dalam masyarakat.
6. Kekuasaan dan wewenang, membahas batas-batas tugas
dan fungsi seseorang dalam masyarakat dan sumber-
sumbemya.
7. Perubahan sosial-budaya, membahas hakikat sumber dan
sebab perubahan, pandangan tentang perubahan,
perubahan yang bersifat progress dan regress.
74 - Sosiologi Komunikasi
-->
ICP.hldupan sollal �sl kerjasama
tfubunpn antarmanusta antarmanusla
Perubahan masyankat
Sosiologi Komunikasi - 75
pribadinya; Sebaliknya individu mempengaruhi masyarakat,
bahkan dapat menyebabkan (berdasarkan pengaruhnya)
perubahan besar terhadap masyarakatnya.
Berdasarkan kedua unsur di atas, individu dapat
mengubah masyarakat di sekitamya. Terbukti, manusia
sebagai makhluk berpikir dapat mengambil kesimpulan dan
pelajaran dari pengalamannya selain dari hasil
pendidikannya untuk mencetuskan ide-ide baru. Melalui
perubahan ini, ia dapat mengubah masyarakat menjadi apa
yang disebut sebagai proses sosial; proses pembentukan
masyarakat.
Dapat dikatakan, masyarakat selalu berada dalam
proses sosial, yakni mengalami proses pembentukan.
Masyarakat selalu berubah, menyesuaikan diri, dan
membentuk diri ( di dunia sekitamya) sesuai dengan ide-
idenya. Perubahan ini tidak bisa atau jarang terjadi secara
mendadak sebagaimana hasil pendidikan dan kebudayaan.
Karena itu, proses sosial tetjadi menurut aturan-aturan
tertentu seperti yang telah diterima oleh masyarakat (baca:
kebiasaan). Karena itu, dapat dikatakan, setiap masyarakat
(sebagai objek sosiologi) merupakan kesatuan yang
mempunyai struktur stabil. Melalui proses sosial dan
sosialisasi ini, terbentuklah masyarakat dalam format
kelompok-kelompok sosial (sosial units). Oleh Anderson
(1975), kelompok sosial ini dikenal dengan istilah group,
yakni "an organization of two or more individuals in a role
strukiure adapted to the performance of a particular function".
Definisi tersebut menjelaskan bahwa di dalam
kelompok sosial telah terbentuk pembagian peketjaan
karena masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri.
Pembentukan ini tetjadi dengan sendirinya. Prosesnya
76 - Sosiologi Komunikasi
betjalan dengan dua kemungkinan: serasi atau bertentangan.
Pertentangan mudah tetjadi apabila sistem perilaku
(behavior sistem) dari setiap individu atau kelompok
tidak dapat menerima tugas dan pikiran yang "diserahkan"
kepadanya.
Proses sosialisasi tetjadi melalui interaksi sosial, yakni
hubungan antar manusia yang menghasilkan proses
pengaruh-mempengaruhi. Proses ini merupakan proses
pendewasaan sikap manusia berdasarkan pengalamannya
sendiri yang akan membentuk sistem perilaku (behavior
sistem). Sistem ini juga ikut ditentukan oleh watak pribadi
tentang bagaimana cara ia menyikapi suatu pengalaman
yang pemah tetjadi. Sistem perilaku inilah yang akhimya
akan menentukan dan membentuk sikapnya (attitude)
terhadap sesuatu.
Sebuah masyarakat terdiri atas individu-individu yang
berinteraksi sehingga tetjadi perubahan di dalam
masyarakat. Atas dasar itu, proses sosial dapat didefinisikan
sebagai perubahan dalam struktur masyarakat sebagai hasil
dari komunikasi dan usaha saling mempengaruhi
antarindividu di dalam sebuah kelompok. Secara tidak
sadar, individu berusaha menyesuaikan diri dan melakukan
perubahan tidak langsung (bersama individu lainnya) di
dalam masyarakat. Dapat dikatakan setiap individu dan
kelompok mempunyai peranan atau fungsi sentral di dalam
masyarakatnya.
Masyarakat, menurut Ferdinand Toennies
sebagaimana dikutip Veeger (1990), dapat dibagi dalam dua
bentuk, yakni gemeinschaft dan gesellschaft. Gemeinscnaft
adalah masyarakat yang lebih spontan, sedangkan
gesellschaft adalah masyarakat yang proses pembentukannya
Sosiologi Komunikasi - 77
berdasarkan · perhitungan manusia. Emile Durkheim
berpendapat bahwa gemeinschaft lebih banyak terbentuk dari
ikatan manusia yang lebih sederhana karena terjadi
berdasarkan ikatan biologis dan biografis. Sebaliknya,
masyarakat modem cenderung menjadi masyarakat
berbentuk gesellschaft. Masyarakat gesellschaft terbentuk dari
pikiran manusia yang sadar akan interdependensi antar
sesama manusia demi kelanjutan hidupnya dan berdasarkan
pemikiran pemenuhan kebutuhan. Akibat nya ialah
terbentuk masyarakat berdasarkan organisasi.
Anderson (1975),berkesimpulan bahwa manusia
tetpaksa hidup dalam kelompok apabila ia tidak mau hidup
dalam masyarakat luas. Mengapa? Menurutnya, para ahli
sosiologi dan biologi pun sependapat, karena manusia
adalah satu-satunya makhluk yang tidak dilahirkan dengan
kecakapan untuk menyesuaikan diri secara segera dengan
lingkungan hidupnya (immediate adaption to environment)
sehingga terpaksa hidup dalam berkelompok. Menurut
Ermle Durkheim, yang dimaksud oleh Toennies dengan
gesellschaft ialah masyarakat berdasarkan pembagian
pekerjaan atau organisasi. Pengertian tersebut sangat dekat
dengan perkataan sosial. Lalu, apakah yang dimaksud sosial
itu?
Kata sosial sudah banyak mendapatkan interpretasi.
Altman mengemukakan (1979) kata sosial meliputi
reciprocal behavior (perilaku yang saling mempengaruhi)
dan interdependensi (saling bergantung) antar manusia.
"Manusia sosial" diartikan sebagai "manusia yang
kehidupannya saling bergantung satu sama lain". Dengan
kata lain, manusia itu makhluk berkelompok. Kelompok
itulah yang merupakan "tempat hidup dan berkembangnya
78 - Sosiologi Komunikasi
seorang individu". Dalam hal ini, masyarakat dapat
dipandang sebagai totalitas dari kelompok-kelompok. Lalu,
apakah ciri khas suatu masyarakat?
Anderson dan Parker (dikutip Susanto, 1985) dalam
buku Society its Organization and Operation menjelaskan
ciri-ciri masyarakat. Menurutnya, sebuah masyarakat
memiliki (1) sejumlah orang, (2) tinggal di daerah tertentu
(ikatan geografi); (3) mengadakan atau mempunyai
hubungan yang tetap dan teratur satu sama lain; (4)
membentuk sistem hubungan antarmanusia; (5) terikat oleh
kepentingan bersama; (6) mempunyai tujuan bersama dan
bekerja sama; (7) mengadakan ikatan (kesatuanj berdasarkan
unsur-unsur sebelumnya; (8) mempunyai perasaan
solidaritas (sense of sharing), perasaan membagi bersama;
(9) sadar akan interdependensi satu sama lain; (10)
berdasarkan sistem yang terbentuk, terbentuklah nonna-
norma; dan (11) berdasarkan unsur itu, masyarakat itu
membentuk kebudayaan bersama melalui hubungan antar
manusia.
Sebagaimana pembentukan kelompok yang terjadi
melalui proses interaksi dan sosial, pembentukan
masyarakat pun terjadi melalui proses interaksi antar
kelompok. Proses pembentukan kelompok dan masyarakat
dengan masyarakat (luas) itu terjadi melalui komunikasi.
Komunikasi berawal dari pertemuan atau perkenalan
(taaruf). "Sesungguhnya kami telah menciptakanmu dari seorang
iaki-laki dan perempuan, dan menjadikanmu berbangsa-bangsa
dan bersuku-euku supaya kamu saling mengenal" (QS al-
Hujurat, 13).
Komunikasi merupakan proses interaksi karena
adanya stimulus rangsangan yang memiliki arti tertentu dan
Sosiologi Komunikasi - 79
dijawab oleh orang lain (responsse), baik secara lisan,
tertulis, maupun aba-aba. E. Bogardus mengemukakan
"Communication is interaction in terms of a stimulus or a/gesturl
Byone person which produces a responsse in. the form of a verbal 01·
silent simbol a second person".
Komunikasi menghasilkan interaksi sosial yang
memungkinkan adanya kontak sosial (sosial contact).
Kontak sosial merupakan usaha tindakan pertama,
meskipun kontak ini belum mampu membentuk komunikasi
yang berkelanjutan. Pembentukan komunikasi terjadi
melalui kontak sosial. Itulah sebabnya, pembahasan
komunikasi selalu terkait dengan proses sosial, yakni
seluruh kegiatan pertukaran pikiran dan memodifikasi
sistem nilai. Proses sosial memiliki bentuk yang berbeda
untuk setiap masyarakat. Perbedaan ini terjadi karena
adanya perbedaan watak bangsa, yakni perbedaan sistem
perilaku (behavior sistem) dan situasi total masyarakat.
Komunikasi sosial di sebuah masyarakat merupakan proses
yang tidak bisa dilepaskan dari sistem nilai masyarakatnya.
Sebagai sebuah proses, komunikasi mentransfer
lambang-lambang yang mengandung arti. Karena itu,
komunikasi dapat dikatakan sebagai proses sosial.
Lambang-lambang yang diberi arti oleh individu itu
mempunyai arti khusus bagi masyarakat tersebut. Karena
proses adalah any connected series of event, secara otomatis,
proses komunikasi dapat disebut sebagai proses sosial.
Menurut Lambert (1965: 150) a characteristic made of manner in
which related sosial event may occurt ". Komunikasi, sebagai
suatu proses, mempunyai beberapa segi, yaitu objektif
(lambang sendiri) dan subjektif (arti yang diberikan pada
suatu lambang).
80 - Sosiologi Komunikasi
Apabila kedua faktor itu terdapat pada orang-orang
yang berkomunikasi, sedangkan dalam proses (komunikasi
sekurang-kurangnya diperlukan dua orang, berarti ada dua
segi subjektif dan dua segi objektif. Dua segi objektif dapat
dikurangi menjadi satu segi objektif. Tetapi, ketika faktor
komunikasi merupakan faktor psikologi, dengan sendirinya,
seseorang harus memperhitungkan adanya kemungkinan
dua segi objektif dalam proses komunikasi antara dua orang.
Segi-segi subjektif ditentukan oleh beberapa faktor: a)
frekuensi interaksi (semakin sering kontak, semakin tenang);
b) teratur-tidaknya interaksi yang diadakan (bila teratur,
para sosiologi dapat "meramalkan" arah perkembangannya);
c) tersebamya interaksi (bergaul dengan banyak atau sedikit
orang); d) interaksi dijalankan dengan prakarsa searah atau
tidak; dan e) interaksi dijalankan dengan langsung (face to
face) atau tidak (lawan muka).
Seseorang yang berkomunikasi dengan orang lain
sehingga proses interaksi dan sosial terjadi, sangat
bergantung pada norma-nonna masyarakatnya. Tetapi,
karena norma di dalam masyarakat juga dibentuk oleh
proses komunikasi, struktur komunikasi dapat
mencerminkan masyarakat. Norma itu memperlihatkan
proses sosial dan struktur sosialnya. Struktur komunikasi
merupakan sistem yang terbentuk dalam proses komunikasi,
yaitu ketika proses komunikasi berlangsung cukup lama
menurut norm.a-norm.a, serta memberi efek (hasil) tertentu.
Untuk menemukan sebuah sistem, diperlukan pengetahuan
tentang norm.a yang berlaku cukup lama dan ada-tidaknya
proses yang "sama" berdasarkan nonna yang ditentukan.
Kesimpulannya, proses komunikasi dan sosiologi
sangat erat kaitannya dari segi objektif dan subjektif.
Sosiologi Komunikasi - 81
Maksudnya, masalah simbolisasi (perlambangan) sehingga
pendekatan simbolisasi pada proses komunikasi melalui
pemahaman Interaksionisme simbolik (baca: sosiologi)
sangatlah relevan. jelasnya, pertemuan antara ( sosiologi
dan komunikasi).
[adi, sosiologi kornunikasi dapat didefinisikan scbagai
proses intcraksi antar manusia melalui simbol-simbol
yang bermakna (meaning full simbols) dengan melibatkan
sistcrn, norrna, dan nilai yang berlaku di masyarakat untuk
rnencapai kesamaan arti a tau makna. (Nina Svarn : 2008).
Subjektif
Pendekatan
Komunikasi
¢J
Sosiologi
,
Objektif
82 - Sosioloui Komunikasi
BAB III
PERSPEKTIF KOMUNIKASI
ANTAR MANUSIA
Sosiologi Komunik .
asi - 83
peran yang di mainkan seseorang. Perspektif bukan atau
tidak sama dengan persepsi. Perspektif merupakan petunjuk
untuk persepsi seseorang. Perspektif mempengaruhi apa
yang di lihat dan bagaimana interpretasi seseorang terhadap
apa yang di lihatnya dengan kata lain, perspektif adalah
kacamata pandang yang di pakai seseorang.
Sebuah perspektif dengan segala sifatnya adalah
dugaan yang mengandung asumsi, penentuan nilai dan ide
ide, serta pengaturan lingkungan. Perspektif akan
memisahkan sesuatu dengan jalan tertentu, hasilnya akan
mempengaruhi aktivitas seseorang di dunia ini.
- Kera"8ka
Konseptual
- Seperanlcat Mempengaruhl
Asumsl Mempengaruhl
Perspektif - Seperanglcat Persepsl
perllaku dalam
Nllal sltuasl
- Seperanglcat kJta
- Ide
84 - Sosiologi Komunikasi
Beberapa perspektif di anggap lebih baik lebih berarti dan
lebih akurat jika seseorang dapat mengukur ketetapanya. Di
dalam filsafat ilmu, setiap perspektif memfokuskan
perhatianya pada perbedaan aspek realitas.
Sosiologi Komunikasi - 85
"noumena" ( bahasa agama menyebutnya sebagai alam gaib
). Lalu bagaimana dengan manusia?
Jika manusia berada di alam fenomena, berarti
manusia mempunyai wujud fisik, sehinga menjadi bagian
dari alam semesta yang dapat di selidiki dan di pahami
sepenuhnya melalui ilmu. Sebaliknya, jika manusia berada
di alam noumena, berarti manusia berada di luar jangkauan
ilmu dan tidak dapat di pahami sebagai bagian dari wujud
fisik alam semesta. Kant menyatakan manusia adalah subjek
terhadap hukum alam terbuka pengetahuan. Dalam hal ini,
manusia adalah subjek terhadap sebab alamiah. Sebaliknya,
manusia juga berada di dunia noumena dengan wujud jiwa
manusia yang setidaknya memiliki kemauan yang bebas
secara konsepsual. Dalam hal ini manusia bersifat pasif
karena ia menjadi individu yang terbentuk dan di
kendalikan oleh kekuatan yang berada di luar kontrol
seseorang, sebagai individu, manusia yang sangat aktif
melakukan kontrol pembentukan tindakan, dan kehendak
bebas. Ketika memandang sesuatu berdasarkan disiplin
ilmu, baik ilmu alamiah maupun ilmu sosial (seperti
sosiologi, psikologi, sosial, psikologi, antropologi, dan
termasuk komunikasi), setiap orang cenderung memiliki
cara pandang tersendiri disebut perspektif. Itulah sebabnya
dalam kajian ilmiah sering dikenal istilah perspektif
sosiologis, perspektif psikologi sosial, perspektif psikologi,
perspektif antropologi, dan perspektif komunikasi kama
ilmu komunikasi merupakan ilmu terapan, sebagian besar
proposisi yang di bangun dalam kerangka perspektif juga
bergantung pada dan terkait erat dengan perspektif lainya.
Defleur (1988:31) memberikan contoh dalam
memandang"media massa". setiap ilmuan (termasuk ahli
86 - Sosiologi Komunikasi
komunikasi) dapat memandangnya dari perspektif, antara
lain sosiologis. Perspektif sosiologis itu, misalnya
fungsionalisme struktural, evaluasi sosial, dan
interaksionisme simbolik. Tren Holn (1986 : 29/47)
Berpendapat bahwa berkomunikasi anatara pribadi atau
kelompok pun perspektif ilmu, komunikasi dapat
menggunakan perspektif mekanisis (menggunakan ilmu
alamiah), psikologis ( dari psikologi), interaksionisme
simbolis(dari sosiologis), dan prakmatis ( dari prespektif
sistem).
Berdasarkan contoh contoh tersebut, dapat di katakana
bahwa ilmu komunikasi (sebagai ilmu sosial) dapat
meminjam perspektif ilmu lainya termasuk sosiologi. Karena
hubungan proses sosial yang menciptakan komunikasi
antara manusia itu bergantung pada simbol, perspektif
komunikasi yang akan di bahas lebih banyak berkaitan erat
perspektif sosiologi.
Sosiologi Komunikasi - 87
sekuensial dan bertahap mengikuti rangkaian proses
komunikasi, loncatan dari satu unsur pada unsur lain tidak
mungkin tetjadi karena (misalnya, pesan) sebelum melewati
unsur unsur sebelumya. Dari prinsip ini, perspektif
mekanistis pesan di ibaratkan sebagai energy" yang di
II
88 - Sosiologi Komunikasi
Iebih dulu di code. Petjalanan pesan itu mengalami
gangguan di saluran sehingga perhatian di saluran ini
menjadi sangat penting.
._______. t ___, I
source Enc:order Channel H Decoder I t •I ReceNer I
Message
t Message
Noise
Sosiologi Komunikasi - 89
3. Apakah dengan saluran tunggal suatu pesan akan lebih
efektif atau mengubah efeknya dengan menambah atau
memperbesar daya dukung saluran?
4. Sejauh mana suatu saluran mempengaruhi seluruh atau
sebagian unsur dalam proses komunikasi?
5. Apa yang akan terjadi bila jumlah informasi yang di
sebarkan melebihi kapasitas saluran?
6. Apa yang akan terjadi jika ada saluran yang berfungsi
sebagai" penyaring" informasi?
Perspektif mekanistis dalam ilmu komunikasi,
sebenamya, di anggap sebagai perspektif tertua dan paling
terkenal. Dikatakan demikian karena perspektif paling
banyak dan sering di pergunakan dalam penelitian ilmu
komunikasi, antara lain, muncul dalam model "peluru" dari
Willbur Schramm.
�,......-----.
I source �
Encorder l==::.:ii Destination
2. Perspektif Psikologis
Perspektif kedua yang di kenal dalam ilmu
komuniukasi adalah perspektif psikologis. Dari namanya
terlihat jelas bahwa pandangan perspektif ini dalam melihat
peristiwa komunikasi di ambil dari ilmu psikologi. Tekanan
utamanya ada pada individu, sedangkan asumsinya sebagai
berikut:
Pertama, setiap manusia memiliki kebebasan dalam
memperoleh stimulus memlalui proses tertentu yang di
90 _ Sosiologi Komunikasi
hadapinya sendiri. Asumsi ini sebenamya di dapat dari teori
belajar sosial yang di hadapi oleh setiap manusia yang
antara lain, menjelaskan manusia berada dalam kondisi
selalu menerima dan menaggapi stimulus. Hubungan dalam
proses belajar ini di sebut stimulus dan respons (S-R). Di
dalam setiap peristiwa komunikasi, setiap orang selalu
menciptakan stimulus, dan juga menerima. Di dalam
komunikasi antar pribadi, hubungan antara S-R di
peruntukan secara simultan.
Kedua, jika dalam asumsi pertama di nyatakan bahwa
manusia mempunyai kemampuan untuk mencipta dan
menerima stimulus, maka asumsi kedua mengemukakan
kemampuan itu dapat berubah karena stimulus yang
diterima. Asumsi ini menjelaskan (masih dari teori sosial
itu}, respon yang di terima atas stimulus dapat berubah
bentuknya tergantung pada organisme yang di miliki setiap
manusia. Organisme itulah yang aktif mengubah setiap
orang dalam menanggapi sesuatu. Rumus untuk asumsi ini
adalah S-0-R, stimulus (S) itu datang dan di kelola
organisme, (0), lalu mengahailkan respons(R). dalam proses
komunikasi, menurut asumsi ini, peranan organisme setiap
orang, mislanya kondisi psikologisnya, dalam mengubah
cara peneriamaan terhadapa setiap stimulus atau cara
merespons. Demikian pula cara menyatakan stimulus
berikutnya.
Ketiga, manusia mempunyai kemampuan untuk
memilih setiap stimulus yang datang dan menentukan
respons apa yang di lakukanya. Ini menunjukkan bahwa
tidak semua stimulus yang datang langsung di terima untuk
di respons dan di ubah (tidak setiap orang "asal" menerima
stimulus). Tetapi, lebih dari itu manusia mempunyai
Sosiologi Komunikasi - 91
kemampuan psikologis dalam mengambil keputusan untuk
memilih respons yang terbaik dan sesuai dengan stimulus
yang datang. Code asumsi ini adalah S -0-R -C, yakni setiap
stimulus yang datang di kelola oleh organisme, dan di
respons sesuai dengan kemampuannya untuk mengontrol
(dalam pilihan stimulus).
Dalam komunikasi, menurut asumsi ini, setiap orang
membuat pilihan terhadap pesan yang menarik perhatianya
sesuai dengan kondisi psikologisnya. Pilihan ini juga sesuai
dengan kebutuhan dan keinginannya. Unsur-unsur
perspektif psikologis ini adalah adanya sumber dan
penerima, saluran, stimulus - pesan, respons yang
terintemalisasi, serta mental- set (filter konseptual).
Perspektif ini menempatkan ruang lingkup kajianya terhadap
individu sebagai sesuatu yang sangat penting. Sebagian ahli
yang terhimpun dalam perspektif ini mengemukakan
komunikasi psikologis yang terjadi dalam mental - set
sudah sangat mantap.
Beberapa area kajian yang menjadi perhatian
perspektif ini adalah bagaimana sumber dan penerima
berbuat sesuatu dengan pesan yang ada. Dari prinsip ini,
setiap peneliti, misalnya, mencoba untuk menentukan sebab
- sebab sumber penerima dapat merespons pesan dengan
cara cara tertentu melalui konstruk mentalnya. Konstruksi
mental itu misalnya, terjadi karena kepribadian seseorang
yang berbeda dalam merespons pesan yang sama. Tentu
saja, ada perbedaan dalam faktor-faktor personal, seperti
dorongan, kebutuhan, tujuan, dan sikap (kognisi, afeksi, dan
konasi). Relasi komunikasi yang sukses dapat terjadi karena
dua orang saling menukar pengalaman dan tujuannya.
Sumber penerima harus bertukar makna, dan mental-set
92 - Sosiologi Komunikasi
yang dimiliknya pun harus mirip. Penerimaan atas sumber
akan sama tergantung pada dua variabel yaitu daya tarik
antara pribadi dan faktor kepuasan.
3. Perspektif Pragmatis
Perspektif ini mengajukan asumsi yang berlandaskan
pada teori sistem, teori yang biasa di pakai dalam kerangka
ilmu. Nama untuk Perspektif ini sebenarnya berasal dari
studi bahasa yang menempatkan tiga bagian studi: sintaksi,
semantik, dan pragmatis (studi tentang bahasa dalam
tindakan). Asumsi umumnya, komunikasi itu terlihat efektif
ketika orang sedang berada dalam sebuah interaksi ( antara
lain) melalui bahasa.
Pertama, pertukaran pesan yang komunikatif bukan
pada individu melainkan pada unsur- unsur yang
menyeluruh pada sistem komunikasi. Pendekatan sistem
komunikasi terletak pada keseluruhan sistem individu, dan
bukan individu, seperti dalam perspektif psikologis.
Pertanyannya, prilaku macam apa yang menyebabkan dan
mengakibatkan suatu interaksi dan komunikasi terwujud ?
Kedua, prilaku bukan hasil dari manusia yang
berkomunikasi (komunikator) melainkan hasil dari prilaku
orang lain (perilaku komunikan). Suatu akibat dari
komunikasilah yang menimbulkan sebab reaksi balik.
Ketiga, dalam memahami komunikasi secara sistem,
kita harus meneliti sekuen perilaku yang bermuara pada
pola perilku tertentu yang istimewa, berkaitan satu sama
lain, dan merupakan karakteristik sistem itu sendiri.
Adapun unsur - unsur Perspektif pragmatis yang
perlu di perhatikan adalah tindakan, interaksi, hambatan,
kelebihan(redudansi) yang hasilnya terlihat dalam pola-
pola, serta interaksi yang tampak dalam tahap dan siklus
Sosiologi Komunikasi - 93
suatu sistem. Ruang lingkup perspektif ini mengacu pada
usaha untuk memahami proses komunikasi yang
merupakan sekuen dari perilaku yang tersusun dalam suatu
sistem, siklus, dan episode dalam berinteraksi. Kita tidak
bisa melihat perilaku seseorang dalam komunikasi secara
mandiri karena harus dikaitkan dengan sesamanya secara
feedbeck. Ruang lingkupnya adalah jawaban tentang apakah
ada penahapan tertentu ketika seseorang muncul dalam
komunikasi dengan adik, keluarga, maupun kelompok
kelompok kecil yang interaksinya dapat segera di amati.
I
.
Secuense CDEF Secuense EF scuenseEF sebelwnnya
94 _ Sosiologi Komunikasi
lain. Komunikasi manusia secara pribadi tetjadi bukan
karena tindakan pribadinya, melainkan karena keanggotaan
dirinya dalam kelompok masyarakat. Dalam kondisi ini,
individu dapat di pahami karena ia berinteraksi, berelasi,
dan bertransaksi dengan orang lain. Tindakan yang muncul
dalam bentuk perilaku komunitas tetjadi bukan karena
tindakan yang mandiri sebagai individu, melainkan karena
kedudukan dan pengaruhnya dalam keanggotaan dan
kehadiranya dalam masyarakat. Manusia, dalam perspektif
ini, mengambil peran orang lain sebagaimana layaknya
sandiwara dalam berkomunikasi. Unsur-unsur perspektif
interaksionisme simbolik adalah self, society, hubungan
simbol, pembagian makna, koorientasi, dan pengambilan
peran. Unsur - unsur tersebut keluar dari luar lingkup
perspektif ini, yaitu setiap manusia memiliki tidak hanya
satu self Manusia yang memiliki satu self hanya berada
dalam kondisi psikologi dari perspektif psikologis. Dalam
perspektif ini, self yang ada lebih dari satu. Ini menunjukkan
setiap orang, diri, dan pribadinya sangat banyak. Karena
banyaknya lingkungan yang mempengaruhinya, ia pun
memiliki lingkungan yang kiprah perilaku komunikasinya
sesuai dengan dirinya. Berdasarkan pandangan ini, terlihat
jelas perilaku masyarakat yang mengelilingi seseorang
termasuk dalam perilaku komunikasi. Apa yang
digambarkan dalam perilaku komunikasi setiap individu
itu, sebenamya, merupakan perilku masyarakat secara
keseluruhan. Masyarakatlah yang bersama i.ndividu
menentukan penggunaan simbol simbol yang selama ini
menhubungkan mereka. simbol simbol komunikasi ini
terjadi, baik dalam berbahasa verbal ( dalam
Sosiologi Komunikasi - 95
memaknakannya secara konotasi ataupun denotasi) maupun
non verbal.
Simbol-simbol itu telah di sepakati sehingga setiap
individu pun tahu cara menggunakan dan mempertukarkan
(membagikannya) sehingga di antara warga masyarakat
dapat mengambil peran dari pertukaran simbol itu. Ruang
Iingkup perspektif ini tetap memberikan tekanan pada
simbol dan pertukaran simbol yang membawa makna
bersama. Kita tidak bisa memahami diri dalam
berkomunikasi jika tidak di mulai dengan memahami
masyarakat yang mengelilingi kita.
Untuk lebih jelasnya mengenai perspektif
interaksionisme simbolik, dapat di lihat gambar unsur unsur
yang ada dalam perspektif interaksionisme sombolik di
bawahini:
Asumsi: Unsur-unsur :
Pertukaran simbolik
Self building ---·�� Society
Self
Aktivitas sosial Simbol
Pembagian makna
Koorientasi
Pengambilan peran
96 - Sosiologi Komunikasi
D. Konstruksi Sosial atas Realitas dan Konstruksi Sosial
Media Massa
1. Kritik terhadap Teori Konstruksi Sosial
Seperti yang sudah dijelaskan pada pembahasan
terdahulu, bahwa Peter L. Berger dan Thomas Luckman
menjelaskan konstruksi sosial atas realitas terjadi secara
simultan rnelalui tiga tahap, yakni ekstemalisasi, objektivasi,
dan intemalisasi. Tiga proses ini terjadi di antara individ u
satu dengan individu lainnya dalarn masyarakat.
Substansi teori clan pendekatan konstruksi sosial atas
realitas Berger dan Luckman adalah proses simultan yang
terjadi secara alarniah rnelalui bahasa dalam kehidupan
sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan semi-
sekunder. Basis sosial teori dan pendekatan ini ialah
masyarakat transisi-modem di Amerika pada sekitar tahun
1960-an, di mana media rnassa belum menjadi sebuah
fenomena yang menarik untuk dibicarakan. Dengan
demikian, teori konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger
dan Thomas Luckman tidak memasukkan media massa
sebagai variabel atau fenomena yang berpengaruh dalam
konstruksi sosial atas realitas.
Pada kenyataannya konstruksi sosial atas realitas
berlangsung larnban, membutuhkan waktu yang lama,
bersifat spasial, clan berlangsung secara hierarkis-vertikal, di
mana konstruksi sosial berlangsung dari pimpinan ke
bawahannya, pimpinan kepada massanya, kyai kepada
santrinya, guru kepada muridnya, orang tua kepada
anaknya, dan sebagainya.
Ketika masyarakat semakin modem, teori dan
pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger
dan Thomas Luckman ini memiliki keandalan dan
Sosiologi Komunikasi - 97
ketajaman atau dengan kata Iain marnpu menjawab
perubahan zaman, karena masyarakat transisi-modem di
Amerika Serikat telah habis dan berubah menjadi
masyarakat modern dan postmodern, dengan demikian
hubungan-hubungan sosial antar individu dengan
kelompoknya, pimpinan dengan kelompoknya, orang tua
dengan anggota keluarganya menjadi sekunder-rasional.
Hubungan-hubungan sosial primer dan semi-sekunder
hampir tak ada lagi dalam kehidupan masyarakat modem
dan postmodern. Maka, teori dan pendekatan konstruksi
sosial atas realitas Peter L. Berger dan Thomas Luckman
menjadi tidak bermakna lagi.
Di dalam buku yang berjudul, Konstruksi Sosial Media
Massa; Realitas Iklan Televisi dalam Masyarakat
Kapitalistik, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas
realitas Peter L. Berger dan Thomas Luckman telah direvisi
dengan melihat variabel atau fenomena media massa
menjadi hal yang substansial dalam proses ekstemalisasi,
objektivasi, dan intemalisasi. Artinya, sifat dan kelebihan
media massa telah memperbaiki kelemahan proses
konstruksi sosial atas realitas yang berjalan lambat itu.
Substansi "konstruksi sosial media massa" adalah pada
sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi
sosial yang berlangsung sangat cepat dan sebarannya
merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk
opini massa, massa cenderung apriori, dan opini massa
cenderung sinis.
Posisi "konstruksi sosial media massa" adalah
mengoreksi substansi kelemahan dan melengkapi
"konstruksi sosial atas realitas", dengan menempatkan
seluruh kelebihan media massa dan efek media pada
98 - Sosiologi Komunikasi
keunggulan "konstruksi sosial media massa" atas
"konstruksi sosial atas realitas". Namun, proses simultan
yang digambarkan di atas tidak bekerja secara tiba-tiba,
namun terbentuknya proses tersebut melalui beberapa tahap
pen ting.
2. Proses Kelahiran Konstruksi Sosial Media Massa
Dari konten konstruksi sosial media massa, proses
kelahiran konstruksi sosial media massa melalui tahap-tahap
sebagai berikut:.
a. Tahap menyiapkan materi konstruksi.
Ada tiga hal penting dalam tahap atau proses
persiapan materi konstruksi, yaitu.
a) Keberpihakan media massa kepada kapitalisme.
Sebagaimana diketahui, saat ini hampir tidak ada lagi
media massa yang tidak dimiliki oleh kapitalis. Dalam
arti, media massa digunakan oleh kekuatan-kekuatan
kapital untuk menjadikan media rnassa sebagai mesin
penciptaan uang dan penggandaan modal. Semua elemen
media massa, termasuk orang-orang media massa
berpikir untuk rnelayani kapitalisnya, ideologi mereka
adalah membuat media massa laku di masyarakat.
b) Keberpihakan semu kepada masyarakat. Bentuk dari
keberpihakan ini adalah empati, simpati, dan berbagai
partisipasi kepada masyarakat, namun ujung-ujungnya
adalah untuk "menjual berita" dan menaikkan rating
untuk kepentingan kapitalis.
c) Keberpihakan kepada kepentingan umum. Bentuk
keberpihakan kepada kepentingan umurn dalam arti
sesungguhnya sebenamya adalah visi setiap media
rnassa, narnun, akhir-akhir ini visi tersebut tak pemah
Sosiologi Komunikasi - 99
menunjukkan jati dirinya, walaupun slogan-slogan
tentang visi ini tetap terdengar.
b, Tahap sebaran konstruksi
Sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui
strategi media massa. Konsep konkret strategi sebaran
media massa masing-masing berbeda, namun prinsip
utamanya adalah real-time. Media elektronik memiliki
konsep real-time yang berbeda dengan media cetak. Karena
sifatnya yang langsung (live), maka yang dimaksud dengan
real-time oleh media elektronik adalah seketika disiarkan,
seketika itu juga pemberitaan sampai ke pemirsa atau
pendengar. Namun bagi varian-varian media cetak, yang
dimaksud dengan real-time terdiri dari beberapa konsep
hari, minggu, atau bulan, seperti harian, mingguan, dan
bulanan. Walaupun media cetak memiliki konsep real-time
yang tertunda, namun konsep aktualitas menjadi
pertimbangan utama sehingga pembaca merasa tepat waktu
memperoleh berita tersebut.
b. Tahap pembentukan konstruksi
a) Tahap pembentukan konstruksi realitas
Tahap berikut setelah sebaran konstruksi, di mana
pemberitaan telah sampai pada pembaca dan
pemirsanya, yaitu terjadi pembentukan konstruksi di
masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung.
Pertama, konstruksi realitas pembenaran sebagai suatu
bentuk konstruksi media massa yang terbentuk di
masyarakat yang cenderung membenarkan apa saja yang
ada (tersaji) di media massa sebagai suatu realitas
kebenaran.
I 00 - Sosiologi Komunikasi
b) Kesediaan dikonstruksi oleh media massa, yaitu sikap
generik dari tahap pertama. Bahwa pilihan orang untuk
menjadi pembaca dan pemirsa media massa adalah
karena pilihannya untuk menyediakan pikiran-
pikirannya dikonstruksi oleh media massa. Ketiga,
menjadikan konsumsi media massa sebagai pilihan
konsumtif, di mana seseorang secara habit tergantung
pada media massa. Media massa adalah bagian kebiasaan
hidup yang tak bisa dilepaskan.
c) Tahap pembentukan konstruksi citra.
Konstruksi citra yang dimaksud bisa berupa bagaimana
konstruksi citra pada sebuah pemberitaan ataupun
bagaimana konstruksi citra pada sebuah iklan. Konstruksi
citra pada sebuah pemberitaan biasanya disiapkan oleh
orang-orang yang bertugas di dalam redaksi media
massa, mulai dari wartawan, editor, dan pimpinan
redaksi. Sedangkan konstruksi citra pada sebuah iklan
biasanya disiapkan oleh para pembuat iklan, misalnya
copy writer. Pembentukan konstruksi citra ialah bangunan
yang diinginkan oleh tahap-tahap konstruksi. Di mana
bangunan konstruksi citra yang dibangun oleh media
massa ini terbentuk dalam dua model, yakni model good
news dan model bad news. Model good news adalah sebuah
konstruksi yang cenderung mengkonstruksi suatu
pemberitaan sebagai pemberitaan yang baik. Sedangkan
model bad news adalah sebuah konstruksi yang
cenderung mengkonstruksi kejelekan atau memberi citra
buruk pada objek pemberitaan.
d) Tahap konfirmasi adalah tahapan ketika media massa
maupun pembaca dan pemirsa memberi argumentasi dan
akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam
Sosiologi Komunikasi - l O I
tahap pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini
perlu sebagai bagian untuk memberi argumentasi
terhadap alasan-alasannya konstruksi sosial. Sedangkan
bagi pemirsa dan pembaca, tahapan ini juga sebagai
bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan
bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial.
Soal Latihan
1. Apa yang di maksud dengan perhatian perspektif ?
2. Bagaimana perspektif dapat digunakan dalam ilmu
sosial, khususnya ilmu komunikasai ?
3. Jelaskan dan gambarkan mengenai perspektif mekanistis!
4. Jelaskan dan gambarkan mengenai perspektif psikologis!
5. Jelaskan dan gambarkan mengenai perspektif pragmatis!
6. Jelaskan dan gambarkan mengenai perspektif
interaksionisme simbolik!
7. Dari keempat perspektif yang telah anda ketahui,
perspektif mana menurut anda paling cocok untuk
sosiologi komunikasi ? berikan alasanya!
I 02 - Sosiologi Komunikasi
BAB IV
INTERAKSI SIMBOLIK
SEBAGAI PERSPEKTIF
SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Sosiologi Komunikasi - I 03
dalam ilmu alam (fisika, biologi). Namun, kesadaran tentang
realitas fisik dan kemampuan untuk mengomunikasikannya
dihubungkan dengan simbol-simbol. Perhatian perspektif
interaksionisme simbolik seperti yang dikutip oleh Johnson
dalam Lawang (1986) terhadap subjektif sejajar dengan
tekanan Weber pada pemahaman arti subjektif dari tindakan
sosial individu. Teori interaksi simbolik tidak melihat
tingkat subjektif dengan cara yang sama seperti halnya
Weber, juga tidak didasarkan pada perspektif Weber secara
eksplisit. Weber bergerak lebih jauh melebihi analisis
tindakan individu dan arti subjektif untuk melihat pola
perubahan institusional dan budaya yang luas,
interaksionisme simboli.k. Sementara Simmel justru
memusatkan perhatiannya terutama pada interaksi antar
pribadi secara makro.
Teori interaksi simbolik dapat diperluas sampai tingkat
makro. Sifat institusi sosial yang besar yang secara sosial
sudah dibangun mungkin tidak sejelas seperti sifat dunia
permainan anak kecil. Tetapi, semua institusi sosial
dilakukan secara sosial. Artinya, mereka berpijak pada
definisi subjektif bersama yang dikembangkan melalui
interaksi. Misalnya, institusi sosial mengalami perubahan
bila ada perubahan dalam definisi subjektif atau pola
interaksi yang menjadi dasarnya. Beberapa perhatian utama
teori interaksi simbolik "adalah dinamika interaksi tatap
muka, saling ketergantungan yang erat antara konsep diri
individu dan pengalaman kelompok kecil, negosiasi tentang
norma bersama dan peran-peran individu, serta pola
interaksi dalam skala kecil.
Karena banyak elemen penting dalam teori interaksi
simbolik yang diambil dari karya rintisan George Herbert
I 04 - Sosiologi Komunikasi
Mead, tekanan utama bab ini adalah bahasan tentang
sumbangan Mead. Interaksionisme simbolik masa kini tidak
berupa teori terpadu atau komprehensif. Teori itu
merupakan teori kelompok referensi yang merupakan teori
yang kurang umum dibanding teori interaksionisme
simbolik. Tetapi, teori ini memusatkan perhatiannya pada
individu dan proses sosial tingkat mikro. Sosiologi
fenomenologis dan aliran etnometodologi yang berkembang
akhir-akhir ini juga sejalan dengan interaksionisme simbolik
dalam memusatkan perhatiannya pada proses subjektif dan
interaksi tingkat mikro yang menghasilkan definisi subjektif
tentang realitas sosial. Narnun, interaksionisme simbolik
merupakan perspektif utama dan paling umum pada masa
kini yang menganalisis saling ketergantungan antara
kesadaran subjektif dan pola interaksi di tingkat mikro.
Kita sering hanya merasakan realitas keadaan
sekeliling, padahal kita akan menemukan hidup sehari-hari
sebenamya banyak dilengkapi oleh beraneka macam simbol.
Kita berkecimpung dalam simbol dan tanda. Simbol
merupakan bagian yang integral dari hidup manusia. Kita
dapat membayangkan bila manusia hidup tanpa simbol.
Karena itu, Ernest Cassier, filsuf Kantien menurut Bakker
(1978), dikatakan sebagai seseorang yang menjuluki manusia
sebagai binatang yang menggunakan simbol (animal
simbolicum). Manusia bukan hanya makhluk yang berakal
budi (annual rationale), makhluk sosial, makhluk ekonomis,
melainkan juga makhluk bersimbol.
Warsay (1975) melukiskan paham interaksionisme
simbolik sebagai saingan besar terhadap paham
fungsionalisme struktural terutama dalam pengertian
struktur dan fungsi, sebuah pandangan yang telah menjalar
I 06 - Sosiologi Komunikasi
verbal yang mengungkapkan makna dari sisi lain. Selain itu,
ada bahasa yang maknanya dapat ditangkap secara
nonverbal
Zastrow (1987) memperjelas pandangan
interaksionisme simbolik. la menekankan dalam proses
kehidupannya setiap hari, individu berinteraksi di antara
mereka dalam suatu struktur sistem yang luas. Sistem itu,
misalnya pendidikan, ekonomi, dan agama. Teori
interaksionisme simbolik memandang perilaku merupakan
hasil dari setiap individu sebagai hubungan sosial dengan
orang lain. la mengatakan kebutuhan manusia dapat
diinterpretasi atau didefinisikan melalui penggunaan simbol
yang mewakili kata-kata dalam sistem bahasa yang
dipelajari manusia. Mengapa harus bahasa yang
memadukan interaksi demi kesamaan pemahaman?
Wibisono (1977) mengemukakan gejala bahasa diakui
sebagai gejala yang sangat khas pada manusia. Setiap
manusia mempunyai bahasa. Tak seorang pun yang tidak
mempunyai bahasa. Berbeda dengan hewan yang paling
tinggi taraf perkembangannya, orang utan misalnya, tidak
mempunyai dan tidak memakai bahasa. Hewan memang
mengekspresikan emosi dan perangsang, namun itu sama
sekali tidak dapat dipersamakan sebagai bahasa. Apa yang
mereka ekspresikan adalah symptom of emotions, sedangkan
bahasa simbol ialah simbolis dari perasaan dan gagasannya.
Bahasa adalah a very high form of simbolism. Itulah sebabnya,
bahasa hanya ada pada diri manusia.
Sosiologi Komunikasi - l 07
Slmbol
i Bahasa
lndividu � lnteraksi
Lain++�++ ¢;J
1
SO$iaJ Konsensus
Sosial
· i
�
Ungbmgan
Sosiologi Komunikasi - I 09
5. Interaksionisme simbolik rnerupakan metode pendekaian
yang rnernpelajari secara langsung proses interaksi dan
partisipasi observasi dari setiap orang yang
berkomunikasi.
Menurut DP. Fleve (1989: 29), perspektif
interaksionisme simbolik dapat diringkas menjadi sebagai
berikut:
1. Masyarakat dapat dipahami sebagai sistem yang
mernpunyai arti dan makna tertentu. Ini terjadi karena
setiap individu dalarn membagi isi hatinya berkaitan erat
dengan penggunaan sirnbol, seperti bahasa dalam
aktivitas kornunikasi antar pribadi. Aktivitas itu
diharapkan dapat membentuk pengertian bersama yang
dapat rnenjadi pedoman perilaku ke arah pola perilaku
yang bersifat tetap.
2. Pandangan perilaku tertentu rnemperlihatkan realitas
sosial, baik secara fisik rnaupun alarniah, yang
sebenamya dibentuk dari proses susunan pengertian. Ini
terjadi karena setiap orang, secara pribadi maupun
bersarna, ikut berpartisipasi dalarn interaksi secara
simbolis. Interaksi terhadap kenyataan itu umumnya
terjadi secara konvensional dan intemalisasi.
3. Perjanjian antar orang tentang ide-ide yang dimiliki, baik
bersama dengan orang lain maupun kepercayaan tentang
diri mereka, tidak lain merupakan_konstruksi pengertian
(pemaharnan) yang dibentuk oleh proses_interaksionisme
sirnbolik. Kepercayaan yang dirniliki seseorang terhadap
orang lain sangat penting dalam kenyataan kehidupan
sosial.
4. Norma-norma pribadi yang muncul dalam perilaku pada
situasi tertentu, pada dasarnya, dipandu oleh ciri khas
...
Blumer dklc .
Pcrspektif Iaterakslouismc
simbolik
•
Teori 'Labelling' Etnomcthodologi
D. Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami
oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya
dan sistem-sistem sosial, di mana semua tingkat kehidupan
masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-
unsur ekstemal meninggalkan pola-pola kehidupan,
budaya, dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri
atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya, dan
sistem sosial yang baru .
Perubahan sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota
masyarakat untuk meninggalkan unsur-unsur budaya dan
sistem sosial lama dan mulai beralih menggunakan unsur-
Postmodern l
I Modem I/
Transill ·I /
Tmdilional I -:
'
Agrolmltural
•\
I/
y. -Mnitif
/
I 20 - Sosiologi Komunikasi
Kehidupan masyarakat sudah kosmopolitan dengan
kehidupan individual yang sangat menonjol,
profesionalisme di segala bidang dan penghargaan terhadap
profesi menjadi kunci hubungan-hubungan sosial di antara
elemen masyarakat. Di sisi lain, sekularisme menjadi sangat
dominan dalam sistem religi dan kontrol sosial masyarakat
serta sistem kekerabatan mulai diabaikan. Anggota
masyarakat hidup dalam sistem yang sudah organik, kaku,
dan hubungan-hubungan sosial ditentukan berdasarkan
pada kepentingan masing-masing elemen masyarakat.
Masyarakat modem umumnya berpendidikan relatif lebih
tinggi dari masyarakat transisi sehingga memili.ki tingkat
pengetahuan yang lebih luas dan pola pikir yang lebih
rasional dari semua tahapan kehidupan masyarakat
sebelumnya, walaupun kadang pendidikan formal saja tidak
cukup untuk rnengantarkan masyarakat pada tingkat
pengetahuan dan pola pikir semacam itu. Secara demografis,
masyarakat modem menempati lingkungan perkotaan yang
cenderung gersang dan jauh dari situasi yang sejuk dan
rindang, ditambah lagi karena kehidupan mereka yang serba
mekanik sepanjang minggu sehingga masyarakat kota
memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kebutuhan
rekreasi di akhir minggu untuk rileks dan melepaskan
kepenatan.
Pase postmodern adalah sebuah fase perkembangan
masyarakat yang pertama-tama dikenal di Amerika Serikat
pada akhir tahun 1980-an. Di Indonesia ciri masyarakat
postmodern dideteksi ada sejak tahun 1990-an. Masyarakat
postmodern sesunggunnya adalah masyarakat modem yang
secara finansial, pengetahuan/ relasi, dan sernua prasyarat
sebagai masyarakat modem sudah dilampauinya. Walaupun
TABELt
TINGKAT ANALISIS PERUBAHAN SOSIAL
TINGKAT WAKIL KAWASAN WAWL UNIT-UNIT
ANALISIS STU DI STUDI
Organisasi Internasional;
Global GNP; data perdagangan
ketimpangan
E. BUDAYAMASSADANBUDAYAPOPULER
Menurut Dennis McQuail (1994: 31), kata massa
berdasarkan sejarah mempunyai dua makna, yaitu positif
dan negatif. Makna negatifnya adalah berkaitan dengan
kerumunan (mob), atau orang banyak yang tidak teratur,
bebal, tidak memiliki budaya, kecakapan dan rasionalitas.
Makna positif, yaitu massa memiliki arti kekuatan dan
solidaritas di kalangan kelas pekerja biasa saat mencapai
tujuan kolektif.
Sehubungan dengan makna komunikasi terutama
komunikasi massa, makna kata massa mengacu pada
kolektivitas tanpa bentuk, yang komponen-komponennya
sulit dibedakan satu dengan yang lainnya. Dengan
demikian, maka massa sama dengan suatu kumpulan orang
banyak yang tidak mengenal keberadaan individualitas.
Blumer (1939) dalam McQuail (2002:41),
mengemukakan ada empat komponen sosiologis yang
mengandung arti massa, yaitu:
1. Anggota massa adalah orang-orang dari posisi kelas
sosial yang berbeda, jenis pekerjaan yang berlainan,
J 28 - Sosiologi Komunikasi
Pada urnumnya budaya massa dipengaruhi oleh
budaya populer. Pemikiran tentang budaya populer
menurut Ben Agger (1992; 24) dapat dikelompokkan pada
empat aliran (a) budaya dibangun berdasarkan kesenangan
namun tidak substansial dan mengentaskan orang dari
kejenuhan ketja sepanjang hari; (b) Kebudayaan populer
menghancurkan nilai budaya tradisional; (c) kebudayaan
menjadi masalah besar dalam pandangan ekonomi Marx
kapitalis; dan ( d) kebudayaan populer merupakan budaya
yang menetes dari atas.
Kebudayaan populer banyak berkaitan dengan
masalah keseharian yang dapat dinikmati oleh semua orang
atau kalangan orang tertentu, seperti pementasan mega
bintang, kendaraan pribadi, fashion, model rumah,
perawatan tubuh, dan semacamnya.
Sebuah budaya yang akan memasuki dunia hiburan,
maka budaya itu umurnnya menempatkan unsur populer
sebagai unsur utamanya. Dan budaya itu akan memperoleh
kekuatannya manakala media masa digunakan sebagai by
pass penyebaran pengaruh di masyarakat. Seperti Kapten
Medison Avenue yang mengguna-kan media untuk menjual
produk melalui studio dan televisi (Ben Agger, 1992; 24).
Budaya juga memiliki nilai yang membedakan satu
budaya dengan budaya lainnya. Budaya yang memiliki nilai
tinggi dibedakan dengan budaya yang memiliki nilai di
bawahnya. Namun dalam budaya populer, 'perangkat
media massa' seperti pasar rakyat, film, buku, televisi, dan
jumalistik akan menuntun perkembangan budaya pada
'erosi nilai budaya'. Sedangkan kelompok konservatif seperti
Edmund Burke mengatakannya dengan 'erosi peradaban
berharga'. Sedangkan Allan Bloom dalam bukunya The
Sosiologi Komunikasi - 13 7
semua itu telah menjadi masalah-masalah sosial dalam
masyarakat saat ini.
1. Mistisme dan Tahayul
Akhir-akhir ini tayangan mistik di media massa,
khususnya televisi menjadi salah satu mindstream di antara
minds tream lain yang ada di media massa. Lepas dari
kontroversi di masyarakat mengenai hal tayangan ini,
namun tayangan mistisme clan tahayul itu rnenyedot banyak
perhatian, karena pada dasamya masyarakat konsumen
media di Indonesia yang berbasis tradisional lebih menyukai
informasi yang tahayul dan mistisme. Kebutuhan
masyarakat terhadap hiburan macam ini adalah sebuah
petualangan batin masyarakat untuk menjawab rasa ingin
tahu mereka terhadap misteri fisika (mistik) atau rasa ingin
tahu terhadap dunia lain, dunia mistik yag tak terjawab itu.
a. Macam-macam Tayangan Mistik dan Tahayul
(1) Mistik-semi sains, yaitu film-film mistik yang
berhubungan dengan fiksi ilmiah. Tayangan ini bertutur
tentang berbagai macam bentuk misteri yang ada
hubungan dengan ilmiah, walaupun sebenamya kadang
tidak rasional namun secara ilmiah mengandung
kemungkinan kebenaran.
(2) Mistik-fiksi, yaitu film mistik hiburan yang tidak masuk
akal, bersifat fiksi, atau hanya sebuah fiksi yang di
Hlmkan untuk menciptakan dan menyajikan misteri,
suasana mencekam, ataupun kengerian kepada
masyarakat.
(3) Mistik-horor, yaitu film mistik yang lebih banyak
mengeksploitasi dunia lain, seperti hubungannya
dengan jin, setan, santet, kekuatan-kekuatan
SOAL LATIHAN:
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian
interaksionisme simbolis?
2. Kemukakan definisi interaksionisme simbolis beserta
tokohnya (minimal 3)
3. Apa hakikat proses interaksionisme simbolis dalam
sosiologi komunikasi? (Gambarkan modelnya)!
4. Sebutkan sebagian pikiran interaksionisme simbolis
menurut Bierstad (1977) dan Littlejohn (1978)!
5. Apa yang dimaksud dengan perspektif kelompok
rujukan? (Gambarkan modelnya)!
6. Bagaimana pengaruh perspektif terhadap kelompok
rujukan? (Gambarkan modelnya)!
7. Bagaimana hubungan antara perspektif, sikap, dan
perilaku? (Gambarkan modelnya)!
Sosiologi Komunikasi - 14 7
tersebut ada cara yang digunakan, yaitu pertama, dengan
menggunakan akal sehat mengacu kepada kezaliman-
kezaliman dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, jika
pada suatu desa terjadi wabah penyakit, maka hal tersebut
dianggap sebagai kutukan tuhan. Kedua, melakukan
kegiatan penelitian yang bersifat ilmiah yang berdasarkan
pada kaidah-kaidah tertentu dan cara berpikir yang
sistematis yang melingkupi keseluruhan proses penelitian.
Di mana proses penelitian ilmiah itu meliputi hal-hal
berikut ini:
a. Penentuan masalah dan judul penelitian
b. Perumusan permasalahan penelitian
c. Penelusuran teoritikal
d. Penyusunan desain penelitian
e. Penyusunan instrument penelitian
f. Penentuan sumber data; populasi dan sampel
g. Penentuan metode pengumpulan data
h. Pengumpulan data
i. Mengola dan menganalis data
j. Membahas hasil penelitian
k. Penulisan laporan penelitian
Keseluruhan proses tersebut terbagi dalam beberapa
kategori pekerjaan penelitian yaitu:
a. Penentuan rancangan-rancangan penelitian
b. Penentuan problem teori yang akan digunakan
c. Menentukan problem aplikasi lapangan
Penentuan rancangan penelitian adalah bagaimana
penelitian merencangkan model penelitian yang akan
dilaksanakan mulai dari rancangan problematik, rancangan
teoritik, rancangan metodologi sampai dengan rancangan
e. Komunikasi Organisasi
Hubungan pimpinan dan bawahan
Hubungan bawahan dan bawahan lain
Hubungan internal organisasi
Etas kerja
Iklim komunikasi
f. Komunikasi Antar Budaya
Hubungan etnis suku dan budaya komunikasi
Komunikasi tradisional
�
Teori/Dalil/Hukum
Analisis kualitatif umumnya tidak digunakan untuk
mencari data dalam arti frekuensi, akan tetapi
digunakan untuk menganalisis makna dari data yang
tampak di permukaan itu, dengan demikian maka
analisis kualitatif digunakan untuk memahami sebuah
fakta dan bukan untuk menjelaskan fakta tersebut.
Teknik analisis kualitatif terdiri dari berbagai model
dan pendekatan sesuai dengan sifat objek/subjek yang
diteliti itu sendiri. Berikut ini ada beberapa teknik
analisis kualitatif sebagai berikut:
1) Analisis isi (content analysis)
2) Teknik analisis domain (domain Analysis)
3) Teknik analisis taksonomik (taxonomic analysis)
4) Teknik analisis komponensial (componential
analysis)
5) Teknik analisis tema kultural (discovering cultural
themes analysis)
6) Teknik analisis komparatif konstan (constant
comparative analysis)
7) Analisis FGD
8) Freming Analysis
9) Analisis uiacana
10) Dll.
Data/Pakta/Informasi
Contoh silogisme deduktif umpamanya: burung bisa
terbang, bangau itu rumpun keluarga burung, maka bangau
bisa terbang "hewan pemakan daging adalah binatang buas,
harimau pemakan daging, harimau adalah binatang buas"
Pendekatan analisis un menekankan kepada
pembuktian terhadap hubungan-hubungan antar variabel,
atau keterpengaruh antara variabel satu dengan lainnya,
atau perbedaan sifat dan kemampuan dari beberapa
C. METODE PENELITIAN
Penelitian komunikasi memiliki objek dan proses
serta pendekatan yang spesifik, sehingga kencenderungan
memilih metode pun terdapat perbedaannya. Pada
pendekatan kualitatif, lebih cenderung menggunakan
analisis-analisis isi kualitatif dan rumpunnya, seperti framing
analysis, discourses analysis, hermeunetika, analisis struktur,
analisis media, varian-varian metode analisis data kualitatif
juga merangkap sebagai metode pengumpulan data
kualitatif, sehingga hampir semua teknik analisis data
kualitatif yang disebutkan di atas, juga adalah metode
pengumpulan data. Karena itu, maka pendekatan kualitatif
dalam komunikasi cenderung menggunakan pendekatan
partisipatif dengan sumber data atau informan peneliti.
Berbeda dengan pendekatan kualitatif, pendekatan
kualitatif dalam komunikasi lebih banyak menggunakan
metode pengumpulan data, seperti angket, wawancara, ,
fokus group discussion, analisis isi kualitatif, dokumentasi,
teknik visualisasi dan sebagainya tergantung pada objek
penelitian mana yang sedang diteliti. Sifat-sifat metode
pengumpulan data kualitatif yang tentative macam ini
cenderung tidak mewajibkan peneliti terlibat langsung
dengan sumber data, karena bisa saja peneliti diwakilkan
oleh orang lain.
Sosiologi Komunikasi - I 71
TENTANG PENULIS
Sosiologi Kornunikasi - 1 73
PER
ALA
ISBN 602-237-247-X