7 WANITA
Oleh:
Sigit Surahman
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Serang Raya
Jl. Raya Cilegon, Drangong. Serang – Banten
saleseven@gmail.com
ABSTRAK
Film yang berjudul 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita yang diproduksi oleh Production House Anak
Negeri Film pada tahun 2010 ini merupakan film karya sutradara muda bernama Robby Ertanto.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perempuan metropolitan di
representasikan dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita. Penelitian ini menggunakan teori representasi
sebagai teori utama. Teori representasi Stuart Hall yang bermaksud untuk menemukan dan melihat
bagaimana penggambaran perempuan metropolitan pada film ini. Kemudian teori semiotika Roland
Barthes digunakan sebagai pisau analisis untuk menemukan simbol-simbol, makna, dan pesan yang
merepresentasikan perempuan metropolitan pada dalam film ini , Metode yang dipakai adalah dengan
mengelompokkan tanda berdasarkan scene-scene yang berhubungan dengan representasi perempuan
melalui tokoh dr. Kartini, Lili, Lasti, Ningsih, Yanti, Ratna, dan Rara, yang kemudian dibedah
menggunakan semiotika Roland Barthes. Kesimpulan dari penelitian adalah representasi perempuan
metropolitan dalam hidupnya yang sering menjadi kaum yang selalu merasa menjadi korban yang
diwakili oleh dr. Kartini, Lastri, Ningsih, Rara, Lili, Ratna dan Yanti. dr. Kartini mewakili perempuan
yang dapat bangkit dari pengalaman masa lalunya dengan menjadi seorang ginekolog. Lastri, Ningsih
dan Ratna menjadi korban poligami yang dilakukan suami mereka. Rara adalah adik kandung Ratna
yang menjadi korban pergaulan bebas dan hamil tanpa pertanggungjawaban dari Acin, kekasihnya.
Lili adalah korban kekerasan seksual dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suaminya. Yanti yang
terpaksa menjadi seorang pramuria atau pekerja seks karena sebelumnya hanya menjadi pemuas nafsu
dan pelampiasan seks dari laki-laki atau bosnya saat dirinya menjadi karyawan dan memilih hidup
bebas daripada tertindas oleh kaum laki-laki.
39
40 Jurnal Komunikasi, Volume 3, Nomor 1, Sept-Des 2014, halaman 39-63
Indonesia menempati posisi teratas sebagai tentang perempuan selalu menjadi hal yang
negara asal korban perdagangan manusia menarik dan juga layak untuk diangkat dan
(trafficking). diteliti dalam penelitian ilmiah. Kaum
However, migration flows from perempuan yang seakan-akan selalu diidentikan
Indonesia also count large number dengan makhluk yang lemah dan tertindas.
of migrants leaving the country Tidaklah heran ketika pada akhirnya siapa saja
through often cheaper, albeit yang bermaksud memotret kehidupan sosial
riskier, irregular channels, while kaum perempuan tidak pernah terlepas dari sisi-
many others, especially female sisi yang mencerminkan kelemahan dan
migrants, fall prey to unscrupulous ketertindasan. Untuk memunculkan dan
recruitment practices, physical and menggugah rasa empati serta kesadaran yang
sexual abuse, financial extortion as kritis atas kenyataan yang terjadi pada kaum
well as other forms of exploitation perempuan, berbagai upaya mencari solusi telah
such as trafficking in persons. banyak hal yang dilakukan oleh anak-anak
According to IOM Indonesia’s data bangsa malalui gerakan-gerakan sosial baik
generated by its Direct Assistance melalui kekuatan akademisi, organisasi non
Programme for Victims of pemerintah, serta para intelektual dan bahkan
Trafficking in Persons, nearly 70 hingga para seniman.
per cent of the 3,780 victims so far
assisted were trafficked either Salah satu hal menarik yang
overseas or domestically for labour dilakukan oleh seorang Sutradara Robby
purposes and 55 per cent were Ertanto di tengah perkembangan media
forced into domestic servitude, komunikasi, informasi, serta industri
reflecting a high prevalence of perfilman yang kian pesat adalah dengan
labour trafficking from and within menyajikan representasi dari realitas sosial
Indonesia. Of the total number of ini melalui filmnya yang berjudul 7 Hati 7
victims assisted, 90 per cent were Cinta 7 Wanita. Karya film 7 Hati 7 Cinta 7
women and nearly 24 per cent were Wanita adalah karya film yang awalnya
under-aged children, mostly girls merupakan sebuah karya film pendek yang
(www.iom.int, Jumat 28 Februari diangkat ceritanya dari kisah nyata
2014). kemudian dibuat dalam bentuk panjang
untuk layar lebar.
Persepsi yang tidak tepat terhadap Karya film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita
kaum perempuan dan anak menjadi penyebab menyajikan realitas sosial kaum perempuan
utama anak-anak mengalami kekerasan baik melalui tujuh kisah dari tujuh orang wanita
fisik, psikis maupun seksual. Komisi Nasional yang memiliki problematika kehidupannya
Perlindungan Anak (KPA) dalam laporan masing-masing dan bagaimana cara mereka
publik semester I (januari-juni 2013) menerima menghadapinya. Film ini menyajikan beragam
pengaduan kasus kekerasan pada anak permasalahan kaum perempuan saat ini, tapi
sebanyak 1032 kasus, dengan rincian: tetap pada satu benang merah di dalamnya.
kekerasan fisik 294 kasus (28 persen), Film yang berdurasi 01:36:38 detik ini dengan
kekerasan psikis 203 kasus (20 persen), menggunakan lokasi atau latar utamanya di
kekerasan seksual 535 kasus (52 persen). Data Rumah Sakit Fatmawati dan menggambarkan
ini hanya menggambarkan besaran kasus, kaum perempuan dari berbagai karakter serta
karena data yang sesungguhnya tentu lebih berbagai latar belakang sosial yang berbeda.
banyak dari yg terlaporkan dan sebagian besar Ada yang berprofesi sebagai pramuria, siswi
korbanya kaum perempuan SMP, ada sosok wanita solehah dan penurut,
(www.komnaspa.or.id, Jumat 28 Februari ada yang lemah dan tidak berkarakter, dan ada
2014). seorang dokter kandungan yang sangat
Fenomena-fenomena yang terjadi di
masyarakat tersebut membuat pembicaraan
Sigit Surahman , Representasi Perempuan Metropolitan dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita 41
menggiurkan dari teknologi komunikasi. Teori hubungan dengan genre atau contoh
ini juga lebih memperhatikan konten berbagai budaya media tertentu (misalnya
media diantaranya ; media cetak, media acara reality-show atau jaringan
audiovisual, media interaktif, dan sebagainya. sosial) dan mendalami makna
Teori masyarakat sentris secara umum subjektif dari pengalaman dalam
memandang media sebagai cerminan kekuatan konteks tertentu.
politik dan ekonomi. Pendekatan kedua, yakni 2. Pendekatan media materialis.
garis horizontal yang membagi antara para Penelitian dalam tradisi ini
teoretikus yang memiliki kepentingan (serta menekankan pada pembentukan
keyakinan) terletak pada lingkup kebudayaan konten media dan menekankan pada
dan ide, dan menekankan kekuatan serta faktor efek potensial karakteristik media
materi. Pembagian ini mirip dimensi tertentu yang berkaitan dengan teknologi
lainnya: humanis versus ilmiah; kualitatif dan hubungan sosial dari
versus kuantitatif; ddan subjektif versus penerimaan dan produksi yang
objektif. Semua perbedaan ini merefleksikan dihubungkan dengan hal tersebut.
kebutuhan akan pembagian kerja dalam Pendekatan ini juga menekankan
wilayah luas serta faktor multi disipliner dari pengaruh dari konteks structural
studi media, mereka juga sering melibatkan ide dan dinamika atau produksi
yang saling bersaing dan berlawanan dalam tertentu.
mengajukan pertanyaan, melakukan penelitian, 3. Perspektif sosial kulturalis. Inti dari
dan memberikan penjelasan. Kedua alternatif pandangan ini menaruh media dan
ini tidak terikat satu sama lain dan dapat pengalaman media di bawah
diidentifikasikan dalam empat perspektif yang kekuatan yang lebih besar dan
berbeda atas media dan masyarakat (McQuail, dalam yang mempengaruhi
2012:12-14). masyarakat dan individu. Isu sosial
dan budaya yang dianggap lebih
Keempat perspektif tersebut dapat mendominasi daripada isu ekonomi
digambarkan sebagai berikut: politik.
4. Perspektifsosialmaterialis.
Media Sentris Pendekatan ini biasanya
dihubungkan dengan pandangan
kritis terhadap kepemilikan dan
Media Kulturalis Media Materialis
Kulturalis Materialis
control media yang pada akhirnya
membentuk ideologi dominan yang
Sosialis Kulturalis Sosialis Materialis disiarkan atau didukung oleh media
Society Sentris (McQuail, 2012: 13-14).
Komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada
Gambar 2.2. Dimensi dan jenis-jenis teori sejumlah besar orang (mass communication is
media. message communicated through a mass
Sumber : Denis McQuail, Teori medium to large number of people), media
Komunikasi Massa, Salemba komunikasi yang termasuk dalam media
Humanika; 2012:13) massa diantaranya; radio, televisi, surat kabar,
majalah, internet, dan media film. Film yang
Keempat tipe perspektif ini dapat menjadi media komunikasi massa adalah film
dirangkum sebagai berikut: bioskop (Ardianto, Komala & Karlinah,
1. Perspektif media kulturalis. 2009:3).
Pendekatan ini mengambil Kehadiran media massa yang secara
perspektif anggota khalayak dalam serempak di berbagai tempat telah
menghadirkan tantangan baru bagi para
ilmuan berbagai disiplin ilmu. Para pakar
Sigit Surahman , Representasi Perempuan Metropolitan dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita 43
tanda itu digunakan orang pada waktu Gambar 3.2. : Elemen-Elemen Makna
berkomunikasi (Kriyantono, 2012:267). Saussure
Sign
Berikut tabel hubungan tanda, objek, dan
interpretant (triangle of meaning) : Gambar
3.1. : Triangle of Meaning
Compesed of
Sign
Signification
Signifier Plus Signified External reality
(physical (metal of meaning
existence concept)
Interpretant Object of the sign)
a. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk Roland Barthes dikenal sebagai salah
fisik yang dapat diungkap oleh panca seorang pemikir strukturalis yang getol
indera manusia dan merupakan mempraktikkan model linguistik dan semiologi
sesuatu yang merujuk Saussure. Ia juga seorang intelektual dan
(merepresentasikan) hal lain di luar kritikus sastra Prancis yang
tanda itu sendiri. Acuan tanda ini ternama; eksponen penerapan strukturalisme
disebut objek. dan semiotika pada studi sastra. Barthes
b. Acuan tanda (objek) adalah konteks meneruskan pemikiran Saussure tersebut
sosial yang menjadi referensi tanda dengan menekankan interaksi antara teks
atau suatu yang dirujuk tanda. dengan pengalaman personal dan kultural
c. Pengguna tanda (interpretant) adalah penggunanya, interaksi antara konvensi dalam
konsep pemikiran dari orang yang teks dengan konvensi yang dialami dan
menggunakan tanda dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes
menurunkannya ke suatu makna ini dikenal dengan “order of significations”.
tertentu atau makna yang ada dalam Tatanan Pertandaan (Order of
benak seseorang tentang objek yang Signification) terdiri dari :
dirujuk sebuah tanda. a. Denotasi adalah diskripsi dasar,
makna kamus dari sebuah kata
Pemikiran Saussure yang paling penting atau terminologi atau objek
dalam konteks semiotik adalah pandangannya (literal meaning of a term or
mengenai tanda. Saussure meletakkan tanda object).
dalam konteks komunikasi manusia dengan b. Konotasi adalah makna-makna
melakukan pemilihan antara apa yang disebut kultural yang melekat pada
signifier (penanda) adalah bunyi yang sebuah terminologi (the cultural
bermakna atau coretan yang yang bermakna meaning that become attached
(aspek material), yakni apa yang dikatakan dan to a term).
apa yang ditulis atau dibaca. Signified (petanda) c. Metafora merupakan alat untuk
adalah gambaran mental, yakni pikiran atau mengkomunikasikansebuah
konsep aspek mental dari bahasa. Saussure analogi atau sebuah
menggambarkan tanda yang terdiri atas perumpamaan yang didasarkan
signifier dan signified itu dalam bentuk tabel pada identitas.
sebagai berikut : d. Simili adalah sebuah subkategori
metafora dengan
menggunakankata-kata
Sigit Surahman , Representasi Perempuan Metropolitan dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita 47
Signifier
Signified
Konotasi Subordinasi terhadap perempuan Laki-laki pada posisi
superordinat
Dari scene 7 dan scene 83 ini Lili tidak kuasa untuk melawan kebrutalan atau
merepresentasikan bagaimana perempuan kekerasan yang dilakukan Rendi, sehingga
berada diposisi yang sangat lemah dan mengakibatkan Lili selalu mendapatkan luka
tertindas. Penggambaran itu didukung dengan lebam di wajah dan tubuhnya. Adegan
setting, tata lampu, pengambilan gambar dan pemukulan, penyiraman air ke wajah Lili,
properti yang ada pada scene tersebut. Satu dengan posisi Rendi di atas Lili. Rendi
kesatuan utuh dalam sebuah scene mampu menginginkan Lili yang melayaninya bukan
merepresentasikan seluruh kejadian dalam Rendi yang melayani Lili. Didukung dengan
film. pengambilan gambar full shot menunjukkan
Scene 7 dimulai dengan adegan Rendi keseluruhan adegan, kemudian sudut
menggeram sambil memperagakan seperti pengambilan low angle dan pencahayaan yang
wanita hamil yang kemudian melemparkan redup semakin
bantal yang digunakan untuk meniru layaknya melengkapi penanda dalam
wanita hamil ke arah Lili yang diikatnya di atas merepresentasikan Lili sebagai perempuan
meja makan. Adegan intim antara Lili dengan yang lemah, tidak berdaya, dan tertindas.
Rendi yang disertai dengan kekerasan, di mana Scene 83 dimulai dengan adegan
Rendi selalu melampiaskan hasratnya dengan Randi mencekik leher Lili di sudut ruang.
cara yang kasar kepada Lili. Adegan ini Adegan ini menggambarkan bentuk
menandakan
Tabel penggambaran makna denotasi dan konotasi scene 23 dan scene 96
Signifier Signified
Interpretasi /
Denotasi Visualisasi dan dialog scene 23
deskripsi
dan scene 96
Signifier
Signified
Bos-bos lebih
Perempuan sebagai objek pemuas yang dikuasai oleh laki - menganggap perempuan
Konotasi laki sebagai pelengkap dan
pemanis dalam setiap
pekerjaan
Connotative sign : Perempuan yang hanya dijadikan sebagai pemuas saja bukan
kekerasan seksual yang dilakukan oleh Rendi Dari scene 23 dan scene 96 ini
terhadap Lili. Dalam hal ini kekerasan seksual merepresentasikan secara ekonomi dan
adalah tiap-tiap perbuatan yang mencakup secara politik perbedaan sebagai orientasi
pelecehan seksual seperti memaksa istri untuk perjuangan perempuan. Yanti
melakukan hubungan seksual tanpa persetujuan merepresentasikan perempuan yang
istri atau disaat istri tidak menghendaki dan atau dikuasai oleh kaum laki-laki akan tetapi
melakukan hubungan seksual dengan cara-cara berusaha dengan kuat ingin melepaskan
yang tidak wajar atau tidak disukai atau bahkan diri dari penguasaan laki-laki. Sampai
menjauhkannya dari kebutuhan seksual sang pada akhirnya Yanti memilih menjadi
istri. Lili hanya bisa meronta sampai pada seorang wanita tuna susila/pramuria atau
akhirnya Lili mengalami pendarahan, pegawai seks komersial (PSK).
keguguran, hingga meninggal dunia. Dengan Scene 23 diawali dengan adegan dokter
pengambilan gambar medium shot dan sudut Kartini menanyakan berapa banyak setiap
pengambilan gambar high angle. Tipe malamnya yang jadi pelanggan Yanti. Dengan
pengambilan medium shot menguatkan penanda pengambilan gambar medium close up
adanya kedekatan antara kejadian itu dan dimaksudkan untuk memperjelas ekpresi
masyarakat pemirsa pada umumnya. Sedangkan dokter Kartini yang heran terhadap Yanti
sudut pengambilan gambar dari atas atau high karena dalam satu malam bias melayani 3
angle merepresentasikan Lili sebagai (tiga) hingga 4 (empat) pelanggan dan
perempuan yang tertindas, lemah dan tak kesemuanya melakukan hubungan seks.
berdaya. Kemudian shot medium close up Yanti ketika
menjawab pertanyaan-pertanyaan dokter
Scene Yanti (Perempuan Pekerja Seks Kartini semakin menegaskan penggambaran
Komersial/Pramuria) bagaimana Yanti tidak menyesal dan tidak
merasa bersalah melakukan pekerjaan itu. Di
sisi lain ekspresi Bambang yang hanya bisa
bengong menyaksikan itu semua tentang apa
yang dia liat dan dia lakukan setiap malamnya
selalu menawarkan Yanti kepada setiap
pelanggan-pelanggannya. Ekpresi Bambang
juga diambil dengan medium close up dan itu
semakin
mempertegas penanda yang
menggambarkan ketidakberdayaan Bambang
Gambar 4.3. Scene 23 Tokoh Yanti dalam Film
untuk mencegah dan mengakhiri apa yang
7 Hati 7 Cinta 7 Wanita
mereka lakukan. Kemudian diikuti dengan
adegan dokter Kartini, Yanti dan Bambang yang
diambil gambarnya dengan sudut luas yang
menunjukkan keterlibatan dan kedekatan
diantara dokter dan pasiennya. Kata-kata “kalian
berdua memang gila” yang diucapkan dokter
Kartini menggambarkan ketidakpercayaan
dokter Kartini dengan apa yang dilakukan oleh
kaumnya. Sesaat setelah itu dokter Kartini
menunjukkan dan memberikan sebuah amplop
Gambar 4.4. Scene 96 Tokoh Yanti dalam Film yang isinya adalah hasil tes kesehatan Yanti.
7 Hati 7 Cinta 7 Wanita Sekejap ekpresi yanti terlihat pucat dan tidak
mengucap sepatah katapun. Dengan
pengambilan gambar
50 Jurnal Komunikasi, Volume 3, Nomor 1, Sept-Des 2014, halaman 39-63
close up wajah Yanti turut memperkuat laki-laki. Hal ini juga merupakan penanda
penanda yang menggambarkan ketakutan dan yang kemudian diinterpretasikan bahwa
ketidakpercayaan akan hasil tes yang seorang pramuria merupakan budak seks yang
menunjukkan Yanti mengidap kanker rahim tidak akan mungkin bisa kembali ke
stadium awal. Melihat ekpresi Yanti, dokter kehidupan yang lebih baik. Selain itu terucap
Kartini menghampiri Yanti dan memegang juga kata-kata dari Yanti kepada Bambang
punggung Yanti sambil mengucapkan “Asal Lu tau ya, Gue pernah kok kerja
“pelacur bukan berarti melacur” kata-kata ini kantoran. Tapi asal Lu tau juga ya.. Bos gue,
menggambarkan bagaimana besarnya bentuk ternyata lebih suka liat gue tiduran daripada
kepedulian dokter Kartini terhadap Yanti. gue kerja beneran, makanya gue berhenti”.
Dokter Kartini kemudian menguatkan Terlihat dari kata-kata tersebut menguatkan
semangat Yanti dengan menambahkan kata- penanda kekesalan dan kekecewaan Yanti
kata “masih ada harapan”, kata-kata ini terhadap laki-laki yang selama ini banyak
semakin menguatkan penanda yang yang melecehkannya. Pengambilan gambar
menunjukkan kepedulian dokter Kartini dari sudut luas atau full shot kemudian zoom
terhadap kaum perempuan. Pada akhir scene in close up Yanti dan Bambang, turut
diperlihatkan shot Bambang yang duduk di menguatkan penanda yang semakin
samping Yanti hanya bisa mengelus punggung menjelaskan penggambaran kedekatan antara
Yanti, ekpresi Bambang yang diambil dengan kejadian yang ada dalam film dan di dunia
close up nyata.
menggamabarkan kepedulian dan
keprihatinan Bambang terhadap Yanti. Scene Rara (Perempuan/Remaja dengan
Scene 96 dengan setting background
Gaya Pergaulan Bebas)
gedung bertingkat dan gemerlap lampu kota
diawali dengan percakapan antara Yanti dan
Bambang dipinggiran jalan kota metropolitan.
Suasana sekitar yang terlihat ramai dan lampu-
lapmu kota menghiasi suasana malam
menambahkan kuatnya penanda yang
merepresentasikan suasana kehidupan yang tak
pernah surut oleh bergulirnya waktu. Ditengah-
tengah perdebatan antara Bambang dan Yanti
terlontar ucapan kata-kata dari Yanti “Gue
nggak mungkin gini terus bang”, ucapan Yanti Gambar 4.5. Scene 29 Tokoh Rara dalam Film 7
ini menandakan bahwa sebenarnya Yanti Hati 7 Cinta 7 Wanita
sendiri sudah bosan dengan pekerjaannya
sebagai pelacur/pramuria. Selain itu hal ini juga
menggambarkan ketakutan dan keputusasaan
Yanti akan penyakit kanker rahim yang
dideritanya sangat mungkin akan semakin
parah jika terus menjadi pelacur/pramuria.
Kemudian dari Bambang terucap
juga kata-kata “Yang Loe tau cuma
ngangkang”, kata-kata ini seolah menguatkan
penanda bahwa perempuan hanya menjadi
Gambar 4.6. Scene 90 Tokoh Rara dalam Film 7
objek yang tidak bisa melakukan apa-apa, Hati 7 Cinta 7 Wanita
sebagai pelampiasan nafsu, pemuas dan
pemanis saja oleh kaum
Sigit Surahman , Representasi Perempuan Metropolitan dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita 51
Signifier
Signified
Dari scene 29 dan scene 90 ini Rara hari di dalam sebuah angkutan umum terlihat
merepresentasikan perempuan yang masih Rara bersama Ratna. Rara tertunduk menangis
polos dan kekanak-kanakan yang tidak tahu tersedu-sedu tanpa bisa berbicara apapun dan
harus bagaimana menyikapi masalah hidupnya hanya sesekali menatap wajah Ratna. Sikap Rara
yang sedang dihadapi. Rara menjadi korban yang hanya diam menggambarkan penyesalan
pergaulan bebas dan hamil Rara atas apa yang telah ia lakukan dengan Acin
oleh Acin yang tidak mau hingga berakibat kehamilan. Ratna berulangkali
bertanggungjawab. mengoyak tubuh Rara sambil memanggil
Scene 29 dibuka dengan adegan Rara namanya, akan tetapi Rara tetap terdiam membisu
berkonsultasi dengan dokter Kartini. Dengan dan menangis. Rara menunduk melihat ke arah
kepolosannya Rara menyampaikan keluhannya perutnya, adegan ini menandakan kalau Rara
kepada dokter Kartini yang menyatakan Rara tengah hamil. Seketika Ratna menyadari hal itu
terlambat dating bulan selama 2 (dua) minggu, dan Ratna langsung mengetahui kalau Rara hamil.
Rara pun menarik kesimpulan sendiri dengan Sontak pada saat itu emosi Ratna langsung
mengatakan “mungkin saya hamil”. Adegan ini meluap kemarahannya semakin menjadi sampai-
menandakan bagaimana kepolosan dan sampai mengucapkan “besok tak potong alat
keluguan Rara. Kemudian dokter Kartini kelaminnya..sumpah!!”. Keseluruhan penanda
menanyakan kepada Rara, apakah sudah pernah pada adegan ini diperkuat dengan pencahayaan
melakukan hubungan intim?. Rarapun langsung redup yang
menjawabnya dengan lugas dan ia melanjutkan menggambarkan kesuramaan dan kelemahan
dengan cerita bagaimana awal kejadian saat posisi perempuan yang selalu dilecehkan.
Rara dan Acin melakukan hubungan intim. Selain dari pencahayaan juga didukung dengan
Ekpresi wajah Rara saat bercerita dengan lugas pengambilan gambar close up ekspresi Rara
ini semakin menguatkan penanda kepolosan dan maupun Ratna yang
keluguan Rara. Dokter Kartini hanya memperkuat penanda untuk
memberikan pesan kepada Rara “seharusnya merepresentasikan ketertindasan dan
kamu bias menjaga hargadiri kamu sendiri”. kelemahan perempuan.
Penanda pada adegan ini diperkuat dengan
pengambilan gambar close up ekspresi Rara
yang tidak menunjukkan rasa penyesalan dan
justru malah merasakan keenakan saat
melakukannya.
Gambar 4.7. Scene 33 Tokoh Lastri dalam Film Gambar 4.8. Scene 104 Tokoh Lastri dalam Film
7 Hati 7 Cinta 7 Wanita 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita
Tabel penggambaran makna denotasi dan konotasi scene 33 dan scene 104
Signifier Signified
Interpretasi /
Denotasi Visualisasi dan dialog scene 33
deskripsi
dan scene 104
Signifier
Signified
Perempuan penghobi masak dan tegas Perempua yang pandai
Konotasi
memperhatikan pasangan
Connotative sign : Perempuan yang bias memahami psikologi pasangannya dan
mencurahkan melalui masakan-masakan yang disajikan untuk pasangannya
Pada scene 33 dan scene 104 ini, Lastri pun bersembunyi dan tiba-tiba muncul
merepresentasikan seorang perempuan dihadapan Hadi bermaksud becanda
yang baik hati dan ramah yang mengejutkan Hadi. Adegan ini menandakan
digambarkan dengan tokoh Lastri, keharmonisan, kemesraan, dan keromantisan
berkebalikan sifat dengan Ningsih. Ia juga pasangan Hadi dan Lastri. Didukung dengan
menjadi korban poligami dan kekuasaan pencahayaan sore hari yang terlihat cerah
laki-laki yang dilakukan Hadi tanpa ia seolah menguatkan penanda dari
sadari sebelumnya. penggambaran kehangatan rumah tangga
Scene 33 diawali dengan adegan yang pasangan Hadi dan Lastri. Pengambilan
menceritakan sepasang suami istri yaitu Lastri gambar long shot pada awal adegan ini juga
dan Hadi. Pasangan suami istri ini merupakan memperkuat penanda yang menggambarkan
pasangan yang harmonis, dimana mereka saling secara keseluruhan suasana hangat di rumah
mencintai, menyayangi, dan menghargai satu itu.
sama lain. Lastri yang gemar memasak selalu Scene 104 mengambil setting disebuah lorong
menyiapkan masakan untuk Hadi. Terdapat rumah sakit yang diawali dengan adegan Lasti
adegan di mana suasana sore hari di rumah berjalan hendak menuju ruang praktik dokter
Lastri, terlihat dari teras Hadi memanggil- Kartini, tidak disengaja Lastri (istri kedua Hadi)
manggil Lastri, sementara itu di dapur tampak bertemu dengan Hadi yang pada saat yang
terlihat Lastri sedang memasak, ketika Lastri bersamaan hendak memeriksakan kandungan
mendengar panggilan Hadi, Ningsih (istri pertama Hadi). Pertemuan antara
Sigit Surahman , Representasi Perempuan Metropolitan dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita 53
Lastri, Hadi, dan Ningsih tepat di depan ruang mencoba menenangkan keduanya, akan tetapi
praktik dokter Kartini. Sontak ekspresi Lastri terlihat Hadi cenderung berusaha menenangkan
kaget melihat Hadi bersama wanita lain. Begitu Lastri. Mendengar keributan yang terjadi,
juga dengan Hadi sendiri, ia pun kaget saat muncul dokter Kartini dan dokter Anton dari
melihat Lastri dan bertemu di rumah sakit. ruang praktik dokter Kartini. Kemudian mereka
Adegan ini menandakaan bagaimana kekagetan berusaha turut melerai pertengkaran itu. Dari
Lastri ternyata Hadi bersama wanita lain. Lastri adegan itu
tidak percaya akan hal yang ia liat. Sesaat menandakan bagaimana Lastri
setelah itu suasana pecah menjadi gaduh dengan mendapatkan perhatian lebih dari Hadi,
pertengkaran adu mulut antara Lastri dan Lastri menggambarkan sosok istri yang
Ningsih. Di satu sisi Hadi selama ini diidam-idamkan oleh Hadi,
berbalik 180 derajat dengan Ningsing.
Scene Dokter Kartini (Sosok yang Selalu
Memperjuangkan Hak-Hak Perempuan)
Gambar 4.9. Scene 38 Tokoh dr Kartini dalam Film 7 Gambar 4.10. Scene 41 Tokoh dr Kartini dalam Film
Hati 7 Cinta 7 Wanita 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita
Signifier
Signified
Seorang dokter yang
Dokter yang memiliki prinsip feminis sangat kuat
selalu memperjuangkan
Konotasi
hak-kah perempuan
Connotative sign : Perempuan yang selalu membela kaumnya dengan mencoba
memperjuangkan kesamaan hak/emansipasi wanita, agar perempuan tidak di dominasi
laki-laki
54 Jurnal Komunikasi, Volume 3, Nomor 1, Sept-Des 2014, halaman 39-63
Scene 38 dan scene 41 ini, dokter berfikir sudah terbalik. Penanda adegan pada
Kartini merepresentasikan seseorang yang scene ini diperkuat dengan pengambilan
memiliki prinsip feminis radikal dan gambar long shot memperlihatkan lorong
menganggap perempuan sebagai kaumnya, jalan rumah sakit yang panjang yang
kaum yang selalu tertindas oleh dominasi diinterpretasikan panjangnya perjalanan dan
kaum laki-laki. Dokter Kartini terus perjuangan dokter Kartini dalam membela
memperjuangkan hak-hak perempuan yang hak-hak kaum perempuan. Kemudian
selama ini ia temui sebagai pasiennya berada pengambilan gambar dokter Kartini dari full
pada posisi yang tertindas dan lemah shot dan zoom in hingga close up wajah
dihadapan kaum laki-laki. Sampai-sampai dokter Kartini menunjukkan ekpresi yang
dokter Kartini tidak memperhatikan menggambarkan ini semua sudah diluar nalar
kehidupan pribadinya. etika profesi dokter.
Scene 38 adegan dokter Kartini dan
dokter Anton sedang berbincang di ruang Scene Ningsih (Perempuan Superior
praktik dokter Kartini. Dokter Kartini tampak yang Mendomonasi Suaminya)
sedang mengungkapkan keresahan isi hatinya
kepada dokter Anton mengenai pandangannya
tentang perempuan. Dari dialog yang terbangun
diantaranya menandakan kelelahan dokter
Kartini yang selama ini selalu memperjuangkan
hak kaumnya. Dia merasa percuma karena yang
menimpa kaumnya bukan hanya semata
disebabkan oleh kaum laki-laki, tetapi
perempuan sendiri yang terkadang
mengatasnamakan cinta hingga rela
Gambar 4.11. Scene 47 Tokoh Ningsih dalam Film
diperlakukan tidak semestinya. Dokter Kartini
7 Hati 7 Cinta 7 Wanita
sendiri yang tadinya adalah dokter yang
energik, pemberani, dan agresif tiba-tiba
menjadi lemah. Penanda itu diperkuat dengan
pencahayaan tidak terlalu terang yang
membungkus suasana di ruang praktik dokter
Kartini, selain itu penanda juga ditegaskan
dengan warna merah baju dokter kartini yang
menjadi tenggelam dalam hening ruang praktik
itu.
Scene 41 merupakan adegan di mana dokter
Kartini hanya berdiri terdiam, terpaku melihat
apa yang dilakukan oleh dokter Rohana yang Gambar 4.12. Scene 68 Tokoh Ningsih dalam Film
bersedia mengoperasi sesar pasien yang belum 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita
waktunya melahirkan. Dokter Kartini melihat
kejadian itu dan hanya berkata dalam hati
“apakaah ini yang dinamakan emansipasi
wanita ataukah ini emansipasi pria”, kata-kata
ini
menandakan bagaimana bentuk
ketidakpercayaan dokter Kartini atas apa
yang dia saksikan dengan mata kepalanya
sendiri. Ada keterbalikan pola pemikiran
perempuan saat ini seperti apa yang telah
dilakukan dokter Rohana. Seolah logika
Sigit Surahman , Representasi Perempuan Metropolitan dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita 55
Signifier
Dari scene 47 dan scene 68 terdapat pada akhirnya menganggap Hadi tidak pernah
pandangan untuk menggambarkan dan berperan dalam kehidupan rumah tangganya.
menempatkan perempuan yang memiliki Pengambilan gambar close up Ningsing
kebebasan secara penuh dan individual dan menandakan bagaimana ambisi Ningsih untuk
menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan mendapatkan anaka laki-laki dan kekecewaan
berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara Ningsih terhadap sosok laki-laki yang dianggap
dunia privat dan publik. Setiap manusia tidak berkarakter. Penggambilan gambar close
demikian menurut mereka punya kapasitas up dokter Kartini turut menandakan
untuk berpikir dan bertindak secara rasional, kekagetannya ketika mendengar Ningsih ingin
begitu pula pada perempuan. Ningsih menggugurkan kandungannya, jika anak yang
merepresentasikan perempuan yang sukses dan dikandung bukan laki-laki. Dokter kartini
menjadi wanita karier namun memiliki sikap herah, ternya masih ada kaumnya yang
keras dan tidak mau mengalah pada suaminya. bertindak diluar nalar kemanusiaan dengan
Ningsih mengalami diskriminasi posisi serta ingin menggugurkan kanduungan.
peran publik dan domestik, meskipun ia lebih Scene 68 diawali dengan shot
sukses dibandingan suaminya. medium close up Ningsih yang mengatakan
Scene 47 adegan suasana di ruang praktik “saya sudah pernah bilang kan dok, nggak ada
dokter Kartini terlihat Ningsing sedang gunanya juga saya bawa dia kesini”.
berkonsultasi dengan dokter Kartini tentang Sementara itu tampak Hadi hanya tertunduk
kondisi kandungannya. Ningsing yang diam. Di sisi lain dokter Kartini juga terdiam
menanyakan kapan jenis kelamin anaknya bias kaget melihat itu semua, karena yang diketahui
diketahui, dokter Kartini pun menjawab sekitar dokter Kartini tentang Hadi adalah sosok suami
enam bulan. Ningsih yang begitu menginginkan yang perhatian terhadap istrinya “Lastri”,
anak yang dikandungnya adalah anak laki-laki kehidupan rumah tangga mereka begitu
dan harmonis. Adegan-adegan ini menandakan
memilih untuk menggugurkan kandungannya bagaimana begitu mendominasinya Ningsih
jika ank yang dikandungnya itu perempuan. terhadap Hadi, sampai segala sesuatu urusan
Ningsing ingin ada pengganti sosok suaminya dan keputusan rumah tangga Ningsih yang
yang dia rasa tidak berkarakter dan tidak memutuskan. Pengambilan gambar close up
berwibawa. Dari adegan ini menandakan Ningsih denga posisi menyandar pada kursi
bagaimana seorang perempuan bernama menandakan bentuk dominasinya. Sedangkan
Ningsih yang di dalam kehidupan keluarganya pengambilan
mendominasi yang
56 Jurnal Komunikasi, Volume 3, Nomor 1, Sept-Des 2014, halaman 39-63
Gambar 4.13. Scene 78 Tokoh Ratna dalam Film Gambar 4.14. Scene 106 Tokoh Ratna dalam Film
7 Hati 7 Cinta 7 Wanita 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita
Tabel penggambaran makna denotasi dan konotasi scene 78 dan scene 106
Signifier Signified
Interpretasi /
Denotasi Visualisasi dan dialog scene 78
deskripsi
dan scene 106
Signifier
Signified
beratnya perjaungan Ratna seorang diri dalam banyak berkarya, akan tetapi perempuan yang
menghadapi hidupnya untuk tetap bisa lain bukan berprestasi tapi berlenggak lenggok
bertahan demi kehidupan masa depan dan kecantikannya. Media film dan manusia
anaknya yang baru dilahirkan. Pengambilan cenderung menghindari apa yang disebut
gambar dari sudut atas atau high angle sebagai cognitive dissonance (ketidakselarasan
menandakan pada saat itu Ratna dalam posisi kognitif).
yang lemah dan terpuruk, sementara di sisi lain Perempuan menjadi komoditas dalam
dia harus berjuang untuk kehidupan calon anak mesin ekonomi kapitalisme yang rakus.
yang akan dilahirkan. Proses persalinan yang Tidak ada yang bisa menolong kecuali
tidak sebentar menandakan perjalanan hidup masyarakat perempuan itu sendiri. Salah
Ratna yang tidak singkat dan tidak mudah untuk satunya dengan menampilkan film yang
mendapatkan keturunan harus menunggu dan menampilkan perempuan dari sisi yang
bersabar selama lima tahun. Sedangkan bayi berbeda. Film merupakan produk dari
perempuan mungil yang baru lahir menandakan struktur sosial, politik, budaya yang sekaligus
kehidupan baru yang akan lebih baik. membentuk dan mempengaruhi dinamika
struktur tersebut. Film juga bekerja pada
4.2. Representasi Perempuan sistem-sistem makna kebudayaan untuk
Metropolitan dalam Film 7 Hati 7 memperbaharui, mereproduksi atau
Cinta 7 Wanita mereviewnya, film cenderung banyak
Banyak film baik film indie maupun diproduksi oleh sistem-sistem tanda yang ada
film komersil yang menjadikan perempuan di dalam masyarakat itu sendiri. Film dalam
sebagai objek yang lemah, menderita, dan banyak hal merupakan medium representasi
tertindas dengan banyaknya kekerasan yang yang paling visible, pervasive dan paling
dialaminya. Perfilman Indonesia bahkan dunia banyak dikonsumsi masyarakat beberapa
masih didominasi oleh kaum laki-laki. tahun belakangan ini. Film paling menonjol
Perempuan yang ditampilkan dalam film dalam menangkap realitas kehidupan
kebanyakan masih dalam perangkap dibanding sarana ekspresi dan representasi
maskulinitas masyarakat yang cenderung lainnya.
melihat lelaki sebagi pemeran utama dan Film merupakan salah satu media yang
perempuan sebagai pelengkap. Perempuan mengkonstruksi apa yang yang terjadi dan
kebanyakan tidak sadar bahwa dirinya hanya menjadi keyakinan suatu komunitas tentang
dijadikan objek pelengkap dalam film. nilai-nilai yang ada dalam komunitas tersebut.
Perempuan sendiri yang memiliki keinginan Seperti halnya film 7 hati 7 cinta 7 wanita yang
untuk mencapai instan success. Eksistensi atau di sutradarai oleh Robby Ertanto. Film ini
keberadaannya sedang tertantang dengan hebat. digunakan sebagai
Pada saat perempuan mulai banyak yang media untuk memahami dan merepresentasikan
menikmati pendidikan tinggi, akses informasi kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
yang luas, dan mulai menguak cakrawala masyarakat metropolitan di mana film ini
melalui berbagai media, maka peningkatan diproduksi. Pada penggambaran itu
keinginan, dan tuntutan untuk kaum perempuan masyarakatnya dapat dilihat dari struktur naratif
memperpanjang langkahnya semakin besar film dan diskursus yang ditetapkan seperti
pula. Namun demikian, pada saat yang visual style, imaji, konfeksi, dan mitos. Dengan
bersamaan penggambaran, citra atau image memahami makna pesan-pesan yang
tentang perempuan masih tetap sama dan belum ditayangkan dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita
mengalami perubahan yang signifikan. ini maka dapat diketahui aspek-aspek apa saja
Perempuan masih dilihat sebagai objek seks, yang disampaikan oleh sutradara. Setidaknya
objek kekangan nilai yang kian longgar. ada tiga poin yang dapat disimpulkan berkaitan
Perempuan sudah mulai dengan aspek gender yang menyiratkan relasi
perempuan
58 Jurnal Komunikasi, Volume 3, Nomor 1, Sept-Des 2014, halaman 39-63
dan laki- laki dalam film ini, yakni: ini merepresentasikan perempuan sebagai
Pertama aspek domestifikasi penduduk metropolitan yang tercermin dari
perempuan dan politik gender, yang mendorong bagaimana mereka hidup dan berinteraksi,
untuk menempatkan perempuan dalam posisi seringkaian dari tata cara serta kebiasaan
tradisional mereka sebagai ibu rumah tangga. mereka dapat mencerminkan budaya yang
Hal ini ternyata juga memperoleh legitimasi sedang berlangsung pada masyarakat tersebut.
dari cara pandang negara terhadap perempuan. Budaya adalah hasil penciptaan, perasaan dan
Kedua aspek segresi, yakni menempatkan prakarsai manusia berupa karya fisik maupun
perempuan pada posisi yang lemah dalam nonfisik. Budaya ini akan identik dengan
hubungannya dengan laki-laki. Perempuan perilaku yang ditunjukan dalam bentuk gaya
yang ditempatkan pada obyek seks, yang hidup keseharian tokoh-tokoh dalam film ini.
ternyata berakar pada keadaan dimana penggiat Bentuk penggambaran perempuan
sinema amat tergantung pada konsep yang metropolitan sebagai objek seks dan
muncul dari cara pandang laki-laki dalam penyimpangan seksual (sexuality and sexual
melihat perempuan. Ketiga paling tidak dalam deviance). Dalam konteks ini, film
film ini para perempuan banyak mengalami memandang bahwa kelompok marginal lebih
kenyataan yang menempatkannya pada posisi mudah untuk memunculkan, digambarkan,
subordinat. dan direpresentasikan dalam bentuk film,
Pengertian metropolis menunjukan demikian juga dengan perempuan. Bahkan
pada pengertian tentang sifat masyarakat perempuan dianggap memiliki nilai lebih
metropolitan Masyarakat sering diterjemahkan ketika mereka bisa dimarginalkan lebih jauh
sebagai community, yang dapat didefinisikan dengan memfokuskan pada ‘seksualitas’.
sebagai suatu kelompok manusia yang hidup Seperti dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita
bersama dalam satu lingkungan tertentu. ini misalnya dalam kasus yang dialami oleh
Pengertian lingkungan tertentu ini, kemudian Yanti yang direpresentasikan sebagai seorang
berkembang menjadi pengertian tentang perempuan pramuria (pekerja seks
masyarakat setempat, yaitu masyarakat yang komersial), Lili seorang wanita yang
tinggal dalam satu wilayah (dalam arti direpresentasikan sebagai korban kekerasan
geografis) dengan batas-batas tertentu di mana seksual yang dilakukan oleh suaminya sendiri
faktor utama yang menjadi dasar adalah dalam rumah tangga setiap kali ingin
interaksi (Soemardjan, 1962: xx). melakukan hubungan intim, kemudian Rara
Interaksi masyarakat menyebabkan seorang gadis belia yang direpresentasikan
masyarakat ini berkembang, perkembangan sebagai remaja siswa SMP yang hamil diluar
masyarakat yang semakin mengglobal pernikahan karena pergaulan bebas.
mengahkibatkan adanya pergeseran nilai dan Representasi keindahan bentuk tubuh
norma, sehingga perubahan pun tidak dapat perempuan sebagai daya tarik fisik (physical
dihindari, pergeseran yang mengahkibatkan attractiveness). Daya tarik fisik perempuan
perubahan budaya ini dinamakan gerak budaya sebenarnya sudah menjadi obyek dalam hamper
yaitu: gerak manusia yang hidup dalam setiap media massa seperti majalah, iklan,
masyarakat yang menjadi suatu wadah tabloid, televisi, internet, dan juga film. Hampir
kebudayaan (Soekanto, 1990: 189). dalam situasi apapun perempuan diperlakukan
Masyarakat di kota-kota besar misalnya sama dengan memunculkan konsep femmes
seperti Jakarta dan Bandung, selalu identik fatales yaitu dengan menghubungkan pelaku
disebut sebagai masyarakat metropolitan. dengan bentuk fisik mereka menarik, namun
Dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita ini kemudian diikuti dengan fakta lain yang
menggambil setting di kota Jakarta yang berseberangan misalnya cantik namun pekerja
termasuk salah satu kota metropolitan. Film 7 seks komersial, cantik
Hati 7 Cinta 7 Wanita
Sigit Surahman , Representasi Perempuan Metropolitan dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita 59
tetapi tidak bermoral, seperti dalam film 7 Hati tangga yang sabar, sholehah dan
7 Cinta 7 Wanita ini yang direpresentasikan bertanggungjawab atas keluarga meskipun
melalui peran Yanti dengan bentuk tubuh yang sering ditinggalkan oleh suaminya yang
molek, seksi, dan juga kostum yang ketat dan ternyata memiliki istri lagi dan sudah
memperlihatkan setiap lekuk tubuhnya. dikaruniai seorang anak.
Kemudian digambarkan pula melalui peran Selain itu ada juga penggambaran
Rara, gadis belia yang hamil di luar ikatan seorang wanita yang sangat peduli akan nasib
pernikahan. Kepolosan, keluguan, dan kaumnya. Dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita
pengetahuannya yang kurang tentang ini tokoh tersebut direpresentasikan melalui
pendidikan seks membuatnya merasa hubungan peran dr. Kartini yang tumbuh sebagai
intim hal itu membuatnya menjadi ketagihan perempuan yang memiliki prinsip feminis
dan tidak menyebabkan kehamilan. sangat kuat. Selalu membela kaumnya dengan
Penggambaran seorang istri yang tidak mencoba memperjuangkan kesamaan hak dan
baik (bad wives), sebutan ini ditujukan pada emansipasi wanita agar kaum perempuan tidak
perempuan yang arogan terhadap pasangan atau menjadi objek yang selalu tertindas dan dalam
suaminya. Indikasi tentang narasi ini terlihat posisi subordinasi.
pada penggambaran tokoh Ningsih. Di mana Subordinasi timbul sebagai akibat
tokoh Ningsih dalam film ini direpresentasikan pandangan gender terhadap kaum
sebagai perempuan yang arogan, mendominasi perempuan. Sikap yang menempatkan
segala urusan keluarga/rumah tangga, posisi perempuan pada posisi tidak penting
perempuan sebagai superordinat laki-laki. muncul dari adanya anggapan bahwa
Merasa lebih mampu mengatasi semuanya perempuan itu emosional atau irasional
ketimbang suaminya yang dia anggap cupu dan sehingga perempuan tidak bisa bahkan
tidak bisa melakukan apa-apa. Pada umumnya tidak boleh tampil memimpin atau lebih
perempuan atau istri yang idealnya seharusnya mendominasi.
menjadi ibu rumah tangga, tinggal di rumah,
secara emosional dan ekonomi tergantung 5. SIMPULAN
kepada suami yang bertugas di ruang publik. Dengan pendekatan analisis semiotika
Gambaran berikutnya yang terlihat Roland Barthes terhadap film 7 Hati 7 Cinta
dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita seperti 7 Wanita terlihat dalam penelitian ini ada
perempuan yang cenderung mau mengorbankan sebuah usaha dari sutradara untuk
dirinya untuk orang lain ini menunjukkan menggambarkan perempuan metropolitan
perempuan sebagi subordinat. Posisi subordinat saat ini. Bentuk kekerasan fisik maupun
perempuan tidak selalu memperlihatkan posisi mental tertuang dalam film ini melalui
yang tidak seimbang dengan lelaki, akan tetapi simbol-simbol yang lekat dalam kehidupan
juga memperlihatkan bahwa perempuan juga masyarakat. Dalam hasil penelitian ini
cenderung suka mau berkorban. Artinya setidaknya ada dua hal yang terjawab.
perempuan mendahulukan orang lain dibanding Pertama, bagaimana representasi perempuan
dirinya sendirinya seperti tokoh Lili. Posisi Lili metropolitan dikonstruksikan dalam Film 7
yang selalu mengalami kekerasan seksual setiap Hati 7 Cinta 7 Wanita? Kedua, Bagaimana
kali melakukan hubungan intim dengan pemaknaan perempuan metropolitan dibangun
suaminya, ia masih selalu membela suaminya dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita? Dari hasil
dan menutup-nutupi apa yang dilakukan temuan yang telah dipaparkan dalam penelitian
suaminya, hal ini memperlihatkan posisi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
subordinitas perempuan. Posisi lain seperti ini
diperlihatkan oleh Ratna sebagai ibu rumah 1. Bagaimana Representasi perempuan
metropolitan dikonstruksikan dalam
Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita
a. Bentuk representasi perempuan
60 Jurnal Komunikasi, Volume 3, Nomor 1, Sept-Des 2014, halaman 39-63
PUSTAKA ON-LINE
http://www.komnasperempuan.or.id/2013/1
0/siaran-pers-15-tahun-komnas
perempuan/#more-11654, Jumat, 28
Februari 2014, 08:40
http://komnaspa.wordpress.com/2013/09/10
/kekerasan-seksual-pada-anak-di-
jateng-makin-tidak-terbendung/,
Jumat, 28 Februari 2014, 09:18
http://www.iom.int/cms/en/sites/iom/home/
where -we -work/asia -and -the -
pacific/indonesia.html, Jumat, 28
Februari 2014, 09:23
http://policy.hu/suharto, Sabtu, 17 Mei
2014, 09:00
Program Studi Ilmu Komunikasi
Pusat Studi Sosial dan Pengabdian Masyarakat (PS2PM) FISIP UNSERA
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Serang Raya