Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS SEMIOTIKA REPRESENTASI PERILAKU

MASYARAKAT JAWA DALAM FILM SITI

Abstrak
Masalah penelitian ini adalah representasi perilaku masyarakat Jawa
dalam film Siti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur-unsur
Jawa dalam film Siti, untuk mengetahui perilaku masyarakat Jawa pada
umumnya serta mengetahui bagaimana perilaku msayarakat Jawa
direpresentasikan dalam film Siti.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksionisme
simbolik, teori konstruksi realitas dan semiotika Roland Barthes. Tanda-tanda
ini harus dikaji lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana Jawa digambarkan
dalam film ini, terutama perilakunya. Dengan mengetahui film ini lebih rinci,
dapat diketahui pesan-pesan tersembunyi yang disampaikan oleh pembuat film
melalui film Siti. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan pelaku yang dapat diamati.
Berdasarkan pengkajian tanda dari adegan dalam film ini ditemukan
beberapa tanda yang menunjukkan unsur budaya Jawa dalam film ini. Setelah
ditemukan, tanda-tanda ini dikaji lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana
perilaku masyarakat Jawa dalam film ini direpresentasikan. Unsur Jawa dalam
film ini direpresentasikan dalam adegan, cerita utama, bahasa yang digunakan
dan nama-nama tokoh. Perilaku masyarakat Jawa dalam film ini digambarkan
pada karakter-karakter yang memiliki peran sebagai penjahat atau the bad guy.

Kata-kata kunci : Film, Perilaku, Semiotika


Latar Belakang Masalah media komunikasi yang efektif dalam
Sebagai bagian dari realitas, setiap penyebarluasan ide dan gagasan, film
manusia tidak hanya mengambil juga merupakan media ekspresi seni
peran dengan menjadi penonton, yang memberikan jalur pengungkapan
tetapi juga menjadi aktor dalam kreatifitas, dan media budaya yang
panggung realitas itu sendiri. melukiskan kehidupan manusia dan
Diantara sekian banyak kepingan kepribadian suatu bangsa. Perpaduan
realitas yang bertebaran, penelitian kedua hal tersebut menjadikan film
ini akan berfokus pada kepingan sebagai media yang mempunyai
realitas perilaku masyarakat Jawa. peranan penting di masyarakat. Alex
Keberadaan film di tengah Sobur mengatakan bahwa kekuatan dan
masyarakat mempunyai makna yang kemampuan film menjangkau banyak
unik diantara media komunikasi segmen sosial, lantas membuat para ahli
lainnya. Selain dipandang sebagai berpendapat bahwa film memiliki potensi
untuk mempengaruhi khalayaknya. menceritakan rahasia itu kepada orang
Film merupakan bidang kajian lain, orang itu mati dengan
yang amat relevan bagi analisis mengerikan. Saat Eros juga
semiotik. Film Siti sendiri mengetahui rahasia itu, Janus dan
sebenarnya bukanlah sebuah film Eros tahu bahwa salah satu dari mereka
yang sangat besar atau laku pada harus mati. Kecuali jika mereka
saat perilisannya di Indonesia. berhasil menemukan Ratu Adil
Namun, film ini sudah diputar di sebelum malaikat pencabut nyawa
berbagai festival film di lebih dari datang.
30 negara. Hal ini yang membuat
Penulis ingin meneliti mengenai Rumusan Masalah
makna-makna yang digambarkan Permasalahan yang dapat diidentifikasi
dalam film ini. Kenyataan bahwa untuk diteliti lebih jauh adalah:
yang banyak menonton film ini “Bagaimanakah perilaku masyarakat
bukanlah orang Indonesia Jawa direpresentasikan dalam film Siti?”
menjadikan film Siti tidak hanya Identifikasi Masalah
sebagai hiburan tetapi juga bisa Penulis menentukan pertanyaan untuk
menjadi media pertukaran budaya. mengidentifikasi masalah tersebut, yakni:
Sinopsis:  Bagaimana perilaku masyarakat Jawa
Seorang polisi bernama Eros pada umumnya?
(Ario Bayu) menyelidiki kasus  Bagaimana karakteristik Jawa
kematian 5 laki-laki yang dibunuh direpresentasikan dalm film Siti?
oleh massa. Seorang jurnalis  Bagaimana perilaku masyarakat Jawa
bernama Janus (Fachri Albar) juga menjadi paling dominan dalam film
meliput insiden itu untuk korannya. Siti?
Negeri tak bernama itu sedang  Bagaimana perilaku masyarakat Jawa
dibayangi kekacauan: kekerasan,  direpresentasikan dlaam film Siti?
bencana alam, ketidakadilan.
Sebagian masyarakat semakin lama Tujuan Penelitian
semakin ganas. Sebagian lagi • Untuk mendeskripsikan perilaku
menunggu seseorang yang disebut- masyarakat Jawa pada umumnya.
sebut sebagai “Ratu Adil”, • Untuk menjelaskan unsur-unsur Jawa
pemimpin yang akan membawa yang direpresentasikan dalm film Siti.
negeri mereka keluar dari bencana. • Untuk mengetahui bagaimana perilaku
Tanpa mereka sadari, Eros dan masyarakat Jawa paling dominan dalam
Janus terjebak dalam sebuah labirin film Siti.
penuh misteri dan bahaya. Janus • Untuk mengetahui bagaimana perilaku
tak sengaja menjadi satu-satunya masyarakat Jawa direpresentasikan
orang yang mengetahui sebuah dalam film Siti.
rahasia penting. Setiap kali dia
Kajian Teoretik peran pembaca (the reader). Konotasi,
walaupun merupakan sifat asli tanda,
Teori Semiotika Roland Barthes membutuhkan keaktifan pembaca agar
Semiotika adalah suatu ilmu atau dapat berfungsi. dan petanda konotatif
metode analisis untuk. mengkaji terjadi secara termotivasi . Barthes
tanda. Tanda-tanda adalah perangkat memahami ideologi sebagai kesadaran
yang kita pakai dalam upaya palsu yang membuat orang hidup di
berusaha mencari jalan di dunia ini, dalam dunia imajiner dan ideal, meski
di tengah-tengah manusia dan realitas hidupnya yang sesungguhnya
bersama- sama manusia. Semiotika, tidaklah demikian.
atau alam istilah Barthes, semiologi,
pada dasarnya hendak mempelajari Kajian Konseptual
bagaimana kemanusiaan (humanity) Budaya Masyarakat Jawa
memakai hal-hal (things). Jawa adalah sebuah pulau di Indonesia
Memaknai (to signify) dalam hal ini dengan penduduk 136 juta, pulau ini
tidak dapat dicampuradukan dengan merupakan pulau berpenduduk
mengkomunikasikan (to terbanyak di dunia dan merupakan
communicate). Memaknai berarti salah satu wilayah berpenduduk terpadat
bahwa objek-objek tidak hanya di dunia. Di pulau Jawa sendiri terdapat
membawa informasi, dalam hal banyak ragam suku atau kebudayaan.
mana objek-objek itu hendak Tetapi, orang Jawa yang Penulis ingin
berkomunikasi, tetapi juga angkat adalah orang Jawa yang orientasi
mengkonstitusi sistem terstruktur kulturnya mengarah kepada Surakarta
dari tanda. dan Yogyakarta. Seperti yang
Kata “semiotika” itu sendiri diungkapkan Marbangun Hardiowirogo
berasal dari dari bahasa Yunani, dalam buku Manusia Jawa14, semua
Semeion yang berarti “tanda” atau orang Jawa itu berbudaya satu dan
seme yang berarti “penafsir tanda”. mempunyai orientasi kepada kultur
Semiotika berkar dari studi klasik Surakarta dan Yogyakarta sebagai
dan skolastik atas seni logika dan sentra-sentra kebudayaan Jawa. Dalam
poetika. “Tanda” pada masa itu buku yang sama, Marbangun juga
masih bermakna sesuatu hal yang menjelaskan bahwa Jawa memiliki
menunjuk pada adanya hal lain . sistem sosial yang bersifat feodalisme.
Penelitian ini menggunakan Marbangun memiliki pengertian
semiotika model Barthes. Model feodalisme tersendiri, yaitu suatu sikap
semiotika ini membahas fenomena mental terhadap sesama dengan
keseharian yang luput dari mengadakan sikap khusus karena adanya
perhatian. Salah satu arca penting perbedaan dalam usia atau kedudukan.
yang dirambah Barthes dalam Dalam hal ini, bahasa dan budaya Jawa
studinya tentang tanda adalah berbuat sangat terperinci.
Mochtar Lubis bahkan sesuatu yang direpresentasikan yang
menambahkan, orang Jawa kecil disebut sebagai objek; kedua,
kecenderungannya untuk cepat naik representasi itu sendiri, yang sebagai
darah, tinggi hatinya terlalu besar, tanda; dan yang ketiga adalah
dan dia lebih suka kehilangan uang seperangkat aturan yang menetukan
dan penghasilan jika merasa dirinya hubungan tanda dengan pokok
tidak diperlakukan sesuai dengan persoalan atau yang disebut coding.
kedudukannya.lam diri mereka. Dalam peristiwa komunikasi,
Hal menjadikan manusia Indonesia representasi mengacu pada tanda-tanda
cepat berubah prinsipnya, seiring yang digunakan dan memiliki makna
dengan tekanan yang ia dapatkan tertentu.
dari luar dirinya. Jadi, dalam penilitian ini hanya
Di dalam hidup orang Jawa, terbatas pada bagaimana perilaku
umumnya bersikap fatalistik. masyarakat Jawa dalam film ini.
Bagaimanapun baiknya manusia Peniliti tidak membicarakan
merancang hidupnya, kesudahannya kebudayaan atau sejarahnya. Tetapi
Tuhanlah yang menentukan. Sikap bagaimana masyarakat Jawa beraksi
fatalistik ini sangat merata di dalam terhadap rangsangan atau lingkungan
masyarakat Jawa. dalam cerita film Siti.

Representasi Perilaku Masyarakat Kerangka Pemikiran


Jawa Kerangka Pemikiran merupakan
Representasi adalah konsep yang gambaran pendekatan secara teoritis
mempunyai beberapa pengertian. dan metodis dalam suatu penelitian.
Representasi adalah proses sosial Teori-teori yang dipakai kualitatif
dari ‘representing’. Ia juga produk berfungsi sebagai landasan berpikir dan
dari proses sosial ‘representing’. penuntun bagi Penulis agar penelitian
Representasi menunjuk baik pada berjalan secara sistematis dan terarah.
proses maupun produk perubahan Kerangka pemikiran ini disusun sesuai
konsep-konsep ideologi yang dengan kajian penelitian agar penlitian
abstrak dalam bentuk-bentuk yang ini dapa dipahami. Setiap teori yang
konkret. Jadi, pandangan-pandangan dipergunakan disusun saling berkaitan
hidup tentang perempuan, anak- namun yang dapat menjelaskan
anak, atau laki-laki misalnya, akan fenomena-fenomena dalam penelitian.
dengan mudah terlihat dari cara
memberi hadiah ulang tahun kepada Pembahasan
teman-teman Penulis yang laki-laki, Unsur Jawa Dalam film Siti
perempuan dan anak-anak. Film Siti ini sendiri sebenarnya
Dalam proses representasi, ada 3 berlatarkan tempat yang tidak diketahui
elemen yang terlibat. Pertama, atau tidak dijelaskan dalam film ini.
Tidak diberitahukan nama negaranya
apa, bahkan waktu kejadiannya film ini bergulir karena ramalan itu.
pun juga. Jika melihat dari setting Sempat disinggung oleh salah satu
tempatnya atau pakaian tokoh, bahwa kebanyakan orang dalam
pemerannya, bisa diperkirakan film itu percaya dengan ramalan
mengambil waktu tahun 1960an. Jayabaya itu. Ditemukan juga 2 tokoh
Untuk yang pertama kali bernama Ario Wibowo dan Bambang.
menonton, akan sedikit Kedua tokoh ini memegang peranan
mempertanyakan mengenai latar penting karena berlaku sebagai tokoh
tempat dan waktu di film ini. antagonis dalam film in. Setelah Penulis
Meskipun film ini tidak dijelaskan mencari tahu, kedua nama ini juga
settingnya, tetapi bisa diketahui berasal dari bahasa Jawa. Wibowo yang
tim pembuat film ini berasal dari berarti berwibawa dan Bambang yang
Indonesia. Jadi, satu hal yang berarti ksatria. Pada wawancara,
bisa ditarik simpulan, film ini budayawan Mohammad Sobary tidak
berdasarkan atau terinspirasi menampik penamaan Bambang dan
negara Indonesia. Jika sudah Wibowo yang dekat dengan budaya
mengetahui dasar inspirasi dari Jawa. Walaupun, zaman sekarang nama
setting film ini, akan lebih mudah itu bisa dipakai oleh orang dari suku lain.
untuk menghubungkan unsur- Tetapi, asal-usul nama itu tetap dari
unsur yang muncul dalam film ini. Jawa.
Penulis sendiri menemukan bahwa Penulis pernah menonton behind the
unsur-unsur atau bau-bau budaya scene film ini, Joko Anwar, sutradara
Jawa paling terlihat dalam film dan penulis, mengatakan nama Siti ini
ini. Seakan-akan film ini hanya diambil dari bahasa Sansekerta, yang
membicarakan Jawa,..kebetulan, berarti waktu. Bahasa Sansekerta sendiri
Penulis sendiri memiliki darah dipakai dalam budaya Jawa dan Bali.
keturunan suku Jawa. Dalam film ini juga banyak
Penulis menemukan beberapa ditemukan nama- nama yang
dialog penting yang menggunakan bernafaskan nama Jawa, seperti bukit
bahasa Jawa, dan diperlihatkan Bendonowongso atau Dibyo
orang- orang tersebut mengerti Sumarsono. Pada
saat dialog bahasa Jawa muncul. wawancara, Sobary mengatakan
Bahasa Jawa ini dipakai tidak memang ada dalam budaya Jawa
dalam konteks basa-basi semata, kecenderungan memakai nama-nama
tetapi perannya sangat penting huruf vokal ‘o’, karena terinspirasi dari
dalam film. kerajaan Majapahit dahulu. Dalam film
Penulis juga menemukan dasar ini, ditemukan juga panggilan ‘mas’ yang
cerita film ini memakai ramalan juga dari bahasa Jawa. Salah seorang
Jayabaya mengenai Ratu Adil yang informan yang telah menonton, Fadhis,
terkenal di Sitingan Jawa. Bahkan, menyadari ada beberapa adegan yang
terlihat mengambil tempat di daerah sosialnya juga.
Jawa. Penulis melihat film ini sangat Pemakaian Unsur atau karakteristik
terinspirasi sekali oleh Jawa, karena Jawa dalam konteks cerita film Siti
sulit ditemukannya unsur-unsur Film Siti ini pada permulaan filmnya,
budaya selain Jawa di film ini. hanyalah mengenai perjalanan seorang
Hal-hal yang terlihat remeh seperti wartawan, Janus, dan polisi, Eros,
panggilan ‘mas’. Padahal di dalam memecahkan kasus pembakaran
Indonesia ada berbagai macam dan pembunuhan seseorang. Setelah
panggilan, seperti ‘bang’, ‘bung’, diusut lebih dalam ternyata kasus
‘aa’, ‘uda’ dan sebagainya, tetapi pembakaran ini terpicu karena cerita
mengapa yang dipakai hanya ‘mas’? pencarian harta karun yang tersiar. Di
sisanya menggunakan bahasa lain sisi, diceritakan juga bahwa
Indonesia banyak orang- orang dalam film itu
biasa seperti bapak atau ibu. menanti datangnya Ratu Adil dari
Penulis sebenarnya menemukan ramalan Jayabaya.
sedikit unsur budaya Bali. Dalam Dalam orang-orang yang mencari
film ini, dimunculkan seorang harta karun, diceritakan berasal dari
karakter. Ia mengatakan di tokoh-tokoh pemerintah atau pemegang
kampungnya ada tradisi patung kuasa seperti Wibowo yang merupakan
ogoh- ogoh. Setelah, Penulis mencari menteri budaya dan Bambang sebagai
tahu, patung Ogoh-ogoh hanya kapolres. Di film diceritakan mereka
terdapat di Bali. Akan tetapi, percaya betul tentang cerita harta karun
digambarkan sifat karakter ini sangat dan sosok misterius penjaganya.
bertolak belakang dengan karakter Di lain sisi, kedua tokoh protagonis
masyarakat dalam film ini, bertolak film ini, seperti tidak memperdulikan
belakang dengan tokoh saksi mata cerita harta karun dan ramalan Ratu
kasus pembakaran misalnya. Adil itu. Janus sendiri sedang
Setelah mewawancara mastermind berurusan dengan istrinya dan Eros
film ini, Joko Anwar, ia tidak tetap menelusuri kasus pembunuhan
menampik adanya kesengajaan tersebut. Meskipun akhirnya
memasukkan unsur-unsur Jawa bersinggungan dalam benang merah
dalam film ini. Jadi, Joko Anwar yang sama, karena harta karun yang
dengan sadar memasukkan unsur- dijaga makhluk mistis itu dipersiapkan
unsur Jawa dalam film ini. Karena untuk Ratu Adil. Penulis menemukan
menurutnya, membicarakan Indonesia hal unik dalam cerita dan penamaan
harus disertai dengan budaya Jawa, tokoh film ini. Di akhir film,
karena semua setuju budaya Jawa diceritakan Eros adalah Ratu Adil yang
memiliki pengaruh yang kuat dalam telah ditunggu-tunggu dan Janus akan
politik pemerintahan negara ini yang menjadi pendampingnya. Ternyata
sampai mempengaruhi kondisi nama Eros dan Janus diambil dari
mitologi Yunani kuno. Sama kepada penonton atau Penulis untuk
sekali tidak ada berbau Jawa. mempertanyakan mengapa penggunaan
Tetapi yang menarik, mengapa bahasa Jawa tersebut harus muncul, dan
pembuat film memberikan nama dalam adegan tertentu yang termasuk
asing kepada karakter protagonis penting. Setting tempat dan waktu dalam
dan memberikan nama Jawa atau film ini saja tidak dijelaskan dengan
Indonesia kepada karakter detil, bersifat antah berantah.
antagonis dan karakter pendukung Kemunculan bahasa Jawa ini menjadi
lainnya. Padahal, dalam film ini, patut untuk diteliti.
kedua tokoh protagonis ini Satu lagi perilaku Masyarakat Jawa
digambarkan memiliki karakter yang paling ditonjolkan dalam film ini
yang berbeda dari kebanyakan adalah kemunafikan. Penulis memilih
orang-orang dalam film tersebut. kata ‘hipokrit’ karena sulit untuk
Misalkan, kedua tokoh ini tidak mencari kata lain yang memiliki arti
percaya dengan Ratu Adil dan sama. Mochtar Lubis juga pernah
harta karun dimana orang lain menyinggunnya bahwa Orang Jawa
mempercayai hal itu. memiliki sifat lain di depan dan lain di
belakang. Sebenarnya, sifat ini masih
bisa diperdebatkan lagi, tetapi Penulis
berdasarkan referensi Mochtar Lubis.
Representasi Perilaku Masyarakat Sifat ini muncul dalam tokoh Aryo
Jawa Wibowo, sang antagonis. Dalam suatu
Perilaku msayarakat Jawa adegan, digambarkan ia berbicara di
yang paling dominan terlihat televisi mengenai harus perbuatan baik.
dalam film ini perilaku yang Namun, di sisa sepanjang film, ia rela
percaya akan takhayul, mistisme, berbuat apa saja demi mendapatkan
atau ramalan. Teori interaksi harta karun, termasuk membunuh.
simbolik menyatakan bahwa Film ini sendiri bisa menjadi simbol
manusia melakukan interaksi interaksi manusia dalam dunia nyata.
dengan menggunakan simbol. Penggunaan unsur-unsur Jawa yang
Interaksi simbolik mempelajari dominan dan terlihat satu-satunya
sifat interaksi yang merupakan menjadi simbol bagi para penontonnya.
kegiatan sosial dinamis manusia. Asusi Mead mengenai perilaku manusia
Dalam kasus penelitian ini, menjelaskan bahwa aktivitas yang
penggunaan bahasa Jawa secara menjadi ciri khas manusia adalah
yang “aneh” muncul dalam film ini komunikasi atau pertukaran simbol
menjadi simbol yang penting Namun, Film itu sendiri adalah karya
dalam interaksi antar manusia seni yang bersifat subyektif. Film bebas
dalam film itu. mengambarkan realitas atau dunianya
Bahkan, menjadi simbol tersendiri sendiri tanpa harus terpaku pada batas
realitas tertentu. Seperti dalam film umumnya bermacam- macam,
ini, pembuat film tergantung referensi dari tolak ukur
mengkonstruksikan perilaku perilaku itu sendiri. Dari buku, literatur
masyarakat Jawa dalam film ini dan hasil wawancara yang dilakukan
digambarkan menjadi pihak yang Penulis menemukan perbedaan dan
Sitih. Kajian teori konstruksi sosial pertentangan pendapat tentang
menaruh perhatian pada hubungan pemahaman perilaku masyarakat Jawa.
antara pemikiran manusia dan Tetapi Penulis menemukan satu hal
konteks sosial dimana pikiran perilaku masyarakat Jawa yang tidak
tersebut mucul, berkembang, dan bisa disanggah, yaitu kepercayaannya
dilembagakan. Pada kasus ini, kepada ramalan, takhayul atau
dibentuk dalam film. mistisme.
Dengan menggunakan 2 teori ini Unsur-unsur Jawa yang ditemukan
penelitian menjadi punya arah dalam film ini sendiri berupa bahasa
bagaimana film ini akan dibedah yang yang dipakai dalam beberapa
atau diteliti. Dengan memperhatikan dialog penting, fondasi cerita film yang
simbol-simbol yang dipakai dalam terinspirasi dari budaya Jawa,
film Siti dan pandangan bahwa film ditemukan nama- nama karakter Jawa,
adalah sebuah realitas yang dan judul film yang menggunakan
dikonstruksikan oleh pembuatnya bahasa Sansekerta.
sendiri. Perilaku msayarakat Jawa sendiri
yang paling dominan ditemui dalama
Simpulan film ini oleh Penulis adalah mengenai
Penulis telah melakukan kepercayaan akan ramalan, takhayul
penelitian atas representasi perilaku atau mistisme.
masyarakat Jawa dalam film Siti Perilaku masyarakat Jawa yang
menggunakan analisis Semiotika direpresentasikan dalam film
Roland Barthes. Analisis Semiotika menyatakan bahwa kepercayaan akan
Rolnad Barthes bisa dipakai untuk mistisme atau takhayul patut tidak
membedah dengan menyandingkan diperlukan. Karena 2 tokoh protagonis
hasil analisa konotasi dan denotasi dalam film ini, diceritakan tidak
dengan mitos yang telah ada. percaya akan hal-hal tersebut, tetapi
Penelitian ini juga bergerak atas akhirnya digambarkan sebagai pihak
dasar Penulis sendiri yang yang baik. Ditambah, nama 2 tokoh ini
merupakan orang keturunan Jawa terinspirasi dari mitologi Yunani,
dan ditemukan unsur-unsur Jawa secara implisit seakan menyiratkan
yang mendominasi film Siti. bangsa di luar Jawa yang lebih baik
Penulis menyimpulkan beberapa dari bangsa Jawa itu sendiri.
hal sebagai berikut:
Saran
Perilaku masyarakat Jawa pada
Pembuat film harus lebih berhati- Furchan, Arief. 1992. Pengantar Metode
hati dalam membuat cerita yang Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha
berdasar dari kebudayaan suku Nasional
tertentu. Baik dari segi skenario, Hersey, P dan Blanch. 2004. Manajemen
pemeran, atau hal-hal teknis Perilaku Organisasi, pendayagunaan
lainnya. Karena jika kurang sumber daya manusia (alih bahasa:
pendalaman materi atau referensi, Agus Dharma). Erlangga. Jakarta
akan mengakibatkan salah tafsir Hardjowirogo, Marbangun. 1983.
dan mendapat masalah dari Manusia Jawa. Jakarta: CV Haji
kelompok suku tertentu. Masagung
Penonton film harus lebih Ichwanudin. 1998. Hubungan Perilaku
bijaksana dalam menonton hiburan, Komunikasi Peserta Kelompok
terutama film. Karena memang Penggerak Pariwisata (Kompepar)
dasarnya film adalah karya seni dengan Adopsi Program Sapta Pesona
subyektif dan tujuannya semata di Kabupaten Sukabumi. Tesis
hanya untuk hiburan. Hal paling Sekolah Pasca Sarjana – Jurusan
penting dalam menonton adalah Komunikasi Pembangunan Pertanian
film ini menghibur atau tidak. Itu – Institut Pertanian Bogor. Bogor.
saja dulu yang penting Juliastuti, Nuraini. 2011. Repsentasi
Untuk Penulis yang akan Makna Pada Iklan. Jakarta: PT
melakukan penelitian sejenis Gramedia Pustaka Utama
disarankan agar lebih memilki Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik
referensi yang sangat banyak Praktik Riset Komunikasi: disertai
mengenai subyek yang diambil. contoh praktif riset media, public
Karena pada saat dihadapkan realtions advertising, komunikasi
wawancara dengan informan, kit rganisasi, komunikasi pemasaran.
aharus paham betul penelitian Jakarta: Prenada Media Group
seperti apa yang akan dilakukan. Kurniawan. 2001. Semiologi
Roland Barthes. Magelang: Yayasan
Daftar Pustaka Indonesiatera
Basrowi, Sudikin. 2002. Metode Mardalis. 1999. Metode Penelitian, Suatu
Penelitian kualitatif perspektif Pendekatan Proposal. Bandung: PT.
mikro. Surabaya : Insan Cendikia. Bumi Askara
Berger, Peter L dan Thomas McQuail, Dennis. 1987. Teori
Luckmann. 1990. Tafsir Sosial Komunikasi Massa Suatu Pengantar.
atas Kenyataan; Risalah tentang Edisi Kedua. Terjemahan oleh Agus
Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: Dharma & Aminuddin Ram. 1994.
LP3ES. Jakarta: Erlangga.
Budiman, Kris. 2004. Semiotika Monaco, James, 1977. How To Read a
Visual. Yogyakarta: Buku Baik. Film. London: Oxford University
Press. PT.Bhuana Ilmu Populer.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian
Komunikasi Sebagai Pengantar. Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Bandung: Remaja Rosdakarya West R dan Turner LH. 2009.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengantar teori komunikasi analisis
Pendidikan Dan Perilaku dan aplikasi. Jakarta: Salemba
Kesehatan. Rineka Cipta. Humanika.
Jakarta.
Noviani, Ratna. 2002. Jalan
Tengah Memahami Iklan;
Antara Realitas, Representasi
dan Stimulasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Piliang, Yasraf Amir. 2003.
Hipersemiotika, Tafsir Cultural
Studies Atas Matinya Makna.
Yogyakarta: Jalasutra.
Rogers, Everett. M. 1994.AHistory
of Communication Study: A
Biographical Approach. New
York:The Free Press.
Samovar, L.A, Porter, R. E., &
Jain, N. C. 1981. Understanding
Intercultural Communication.
Belmont, CA, Wandsworth Inc.
Sobur, Alex. 2004 . Semiotika
Komunikasi . Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
--------------. 2006. Analisis Teks
Media : Suatu Pengantar untuk
analisis Wacana, Analisis
Semiotika, dan Analisis
Framing. Edisi Keempat.
Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Stephen P Robbins, 1996. Perilaku
Organisasi, Konsep, Kontroversi
dan Aplikasi. Alih Bahasa :
Hadyana Pujaatmaka. Edisi
Keenam. Jakarta: Penerbit

Anda mungkin juga menyukai