Anda di halaman 1dari 84

MODUL PELATIHAN FUNGSIONAL

PEMBIMBING KEMASYARAKATAN PERTAMA

PENDAMPINGAN
KLIEN PEMASYARAKATAN

Penulis :
Gusti Ayu Putu Suwardani, Bc.IP, SH, M.Si
Darma Lingganawati, Bc.IP., S.H.,M.H., M.Si.
Evi Loliancy, A.Md.IP., S.Sos., M.Si.

Reviewer:
Dr. Mardjoeki, Bc.IP., M.Si.

Editor:
Sopi Ahyar, S.H.

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI.


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN HAM
PUSAT PENGEMBANGAN DIKLAT FUNGSIONAL DAN HAM
DEPOK, 2020
PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN

Penulis:
Gusti Ayu Putu Suwardani, Bc.IP, SH, M.Si
Darma Lingganawati, Bc.IP., S.H., M.H., M.Si.
Evi Loliancy, A.Md.IP., S.Sos., M.Si.

ISBN : 978–623–6060–12–4

Reviewer:
Dr. Mardjoeki, Bc.IP., M.Si.

Editor :
Sopi Ahyar, S.H.

Diterbitkan oleh :
Pusat Pengembangan Diklat Fungsional Dan HAM
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum Dan HAM
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Jalan Raya Gandul – Cinere, No. 4, Depok 16512
Telp. (021) 7540077, 7540124 Fax. (021) 7543709

Dicetak oleh :
CV. Alnindra Putra Perkasa - Depok

Cetakan Pertama, Desember 2020

Hak Cipta © dilindungi Undang-Undang.


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara
apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

ii PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala


Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya Modul Pelatihan Pejabat
Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan Pertama telah selesai disusun.
Modul ini disusun untuk bahan pembelajaran Calon Pejabat Fungsional
Pembimbing Kemasyarakatan dalam mengikuti pelatihan tingkat dasar
untuk memperoleh kompetensi dan keterampilan tentang tugas, fungsi,
dan peran Pembimbing Pemasyarakatan.

Modul ini juga dimaksudkan sebagai panduan bagi peserta dan


pengajar dalam proses pembelajaran. Selain itu, sekaligus sebagai
sarana penyamaan persepsi antar para Pembimbing Kemasyarakatan
dalam melaksanakan tugasnya.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan Modul Pelatihan Pejabat
Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan Pertama ini dari awal sampai
akhir. Semoga Modul ini dapat bermanfaat bagi pengguna, khususnya
peserta dan pengajar Pelatihan Pejabat Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan Pertama.

Jakarta, Desember 2020


Kepala Pusat Pengembangan Diklat
Fungsional dan HAM,

Pocut Eliza, S.Sos., S.H., M.H.

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN iii


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................ iii


DAFTAR ISI ..................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................... 1
B. Deskripsi Singkat ...................................................... 4
C. Manfaat Modul........................................................... 4
D. Hasil Belajar .............................................................. 4
E. Indikator Hasil Belajar............................................... 5
F. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok........................ 5
G. Waktu Pembelajaran................................................. 6
H. Metode Pembelajaran............................................... 6
I. Media .......................................................................... 7
J. Petunjuk Penggunaan Modul................................... 7

BAB II KONSEP DASAR PENDAMPINGAN................................ 9


A. Dasar Hukum Pendampingan.................................. 9
B. Sejarah dan Pengertian Pendampingan................ 11
C. Ruang Lingkup Pendampingan............................... 14
D. Tujuan dan Fungsi Pendampingan.......................... 15
E. Unsur–Unsur Pendampingan................................... 18
F. Jenis-Jenis Pendampingan ..................................... 20
G. Asas dan Prinsip Pendampingan ........................... 24
H. Definisi Global Pendampingan ............................... 33
I. Evaluasi...................................................................... 35

BAB III PROSEDUR DAN MEKANISME PENDAMPINGAN ........ 41

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN v


A. Pendampingan Tahap Pra Adjudikasi .................... 41
B. Pendampingan Tahap Adjudikasi ........................... 48
C. Pendampingan Tahap Pos Adjudikasi ................... 49
D. Jangka Waktu Pendampingan................................. 51
E. Evaluasi ...................................................................... 52

BAB IV PRAKTEK PENDAMPINGAN............................................ 55


A. Pendampingan di tahap Pra-Adjudikasi................. 55
1. Pendampingan bagi Anak yang belum
berusia 12 tahun................................................. 55
2. Pendampingan dalam upaya Diversi
di Kepolisian/Kejaksaan/Pengadilan .............. 57
3. Pendampingan di Kepolisian pada saat
pemeriksaan awal.............................................. 58
4. Pendampingan pada saat pemeriksaan di
Kejaksaan ........................................................... 60
5. Pendampingan hasil Kesepakatan Diversi ..... 61
6. Pendampingan dalam upaya Mediasi ............ 62
B. Pendampingan di tahap Adjudikasi ....................... 62
C. Pendampingan di tahap Post Adjudkasi................ 64
1. Pendampingan Pelaksanaan Putusan ............ 64
2. Pendampingan Pemenuhan Hak Klien .......... 64
D. Pendampingan Klien Dewasa.................................. 65
E. Evaluasi ...................................................................... 66

BAB V PENUTUP .......................................................................... 71


A. Kesimpulan ................................................................ 71
B. Tindak Lanjut ............................................................. 72

KUNCI JAWABAN........................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 74

vi PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
memiliki harkat dan martabat sebagai seorang manusia seutuhnya
dan untuk menjaga hal tersebut maka Anak berhak mendapatkan
perlindungan khusus terutama perlindungan hukum dalam sistem
peradilan. Sebagai salah satu negara yang menjadi pihak dalam
Konvensi Hak-Hak Anak, Indonesia memiliki kewajiban untuk
memberikan perlindungan khusus terhadap anak yang
berhadapan dengan hukum.

Anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang


berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak
pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana. Di dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak (SPPA), anak yang berkonflik dengan hukum
didefinisikan sebagai Anak (menggunakan A besar) yang telah
berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan
belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Terkait
dengan tindak pidananya itu, Anak kemudian harus berhadapan
dengan Sistem Peradilan Pidana Anak. Dalam Sistem Peradilan
Pidana Anak, Pemasyarakatan memiliki peranan yang sangat
penting dan berbeda dengan sistem peradilan pidana untuk
orang dewasa. Pemasyarakatan bukan lagi hanya ada di bagian
penghujung dari Sistem Peradilan Pidana melainkan merupakan
bagian integral yang tidak terpisahkan. Sistem Pemasyarakatan

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 1


mulai berperan pada tahap Pra-Adjudikasi, Adjudikasi sampai Post
Adjudikasi. Perlindungan Anak dilakukan dengan
mempertimbangkan kepentingan yang terbaik bagi Anak, di mana
Anak adalah subjek dengan kebutuhan khusus dan berhak atas
masa depan, sehingga menempatkan Anak kembali kepada
keluarga dan masyarakatnya adalah hal yang sejalan dengan
filosofi Sistem Pemasyarakatan yang bertujuan untuk
mengintegrasikan kembali pelaku kejahatan kepada masyarakat.

Saat ini, paradigma reintegrasi sosial dengan mengedepankan


kepentingan terbaik Anak telah terakomodir dengan disahkannya
Undang-Undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak (SPPA). Perubahan mendasar penanganan perkara
Anak dalam Undang-undang No.11 Tahun 2012 tentang SPPA
itulah yang kemudian memberi penguatan terhadap peran
Pemasyarakatan yang harus berada dalam keseluruhan
penanganan Anak yang berkonflik dengan hukum. Undang-
Undang tentang SPPA mengamanatkan Balai Pemasyarakatan
(Bapas) melalui peran Pembimbing Kemasyarakatan (PK)
melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana disebutkan pada
pasal 1 angka 24 yang menyatakan : Balai Pemasyarakatan yang
selanjutnya disebut Bapas adalah unit pelaksana teknis
pemasyarakatan yang melaksanakan tugas dan fungsi penelitian
kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan
pendampingan. Dengan diberlakukannya Undang-Undang
tentang SPPA ini, Pembimbing Kemasyarakatan dituntut untuk
semakin mempersiapkan diri, khususnya dalam menjalankan
setiap tugas dan fungsinya. Fungsi pendampingan terhadap
penanganan perkara Anak melalui pendekatan keadilan restoratif
dan diversi menjadi salah satu fokus utama dalam peradilan

2 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


pidana Anak. Filosofi kepentingan terbaik untuk Anak menjadi
landasan konseptual yang membuat tugas dan fungsi dari
Pembimbing Kemasyarakatan kian fundamental.

Pemasyarakan sebagai sub sistem dalam integrated criminal


justice system (sistem tata peradilan terpadu) juga membuat peran
Pembimbing Kemasyarakatan kian signifikan. Hal tersebut juga
berlaku dalam penyelenggaraan sistem pemasyarakatan sebagai
sistem perlakuan terhadap para pelanggar hukum, mulai dari
pelayanan tahanan, pembinaan narapidana, sampai dengan
proses pembimbingan.

Beberapa peraturan juga menjadi landasan yang memperkuat


tugas, fungsi, dan peran dari Pembimbing Kemasyarakatan. Dari
mulai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 22 Tahun 2016 tentang Jabatan
Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan, Peraturan Kepala BKN
Nomor 5 Tahun 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan
Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan, dan Peraturan
Menteri Hukum dan HAM Nomor 41 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan,
telah diatur butir-butir tugas dengan sangat jelas.

Bapennas juga telah menyusun policy paper tentang optimalisasi


alternatif pemidanaan di Indonesia yg melibatkan Pembimbing
Kemasyarakatan yang nantinya akan disampaikan kepada
Menkopolhukam dan jajaran APH dengan semangat Restorative
Justice. Hal ini akan menorehkan harapan peningkatan peran
dalam Pembimbing Kemasyarakatan dalam penegakan hukum.

Di sisi lain, kondisi Pembimbing Kemasyarakatan di lapangan,


baik secara empiris maupun secara substantif juga masih

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 3


mengalami berbagai kendala. Saat ini, jumlah Pembimbing
Kemasyarakatan di seluruh Indonesia kurang lebih berjumlah
sekitar 2300 orang dari seluruh jenjang jabatan. Hal ini tentu masih
diperlukan strategi peningkatan dan penguatan baik dari aspek
kualitas maupun kuantitasnya. Oleh sebab itu, perlu adanya
panduan dan pedoman dalam Pendidikan dan Latihan (Diklat)
Fungsional bagi Pembimbing Kemasyarakatan dalam
melaksanakan tugas dan fungsi pendampingan.

B. Deskripsi Singkat

Modul ini membahas tentang Konsep Dasar Pendampingan,


Sistem, Prosedur dan Mekanisme Pendampingan serta
bagaimana pelaksanaan (praktek) pendampingan yang dilakukan
oleh Pembimbing Kemasyarakatan dalam setiap tahapan
pendampingan mulai dari Pra-Adjudikasi, Adjudikasi sampai
dengan Post Adjudikasi.

C. Manfaat Modul

Modul ini sebagai sarana pembelajaran bagi peserta pendidikan


dan pelatihan (diklat) untuk mengetahui, memahami, dan
menjelaskan berbagai hal yang terkait dengan pelaksanaan
praktik pendampingan.

D. Hasil Belajar

Mampu melaksanakan Pendampingan terhadap Klien


Pemasyarakatan sesuai pedoman kerja dan petunjuk teknis.

4 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


E. Indikator Hasil Belajar

Indikator hasil belajar yang diharapkan dari setiap pokok


pembahasan adalah peserta dapat:
1. menjelaskan Konsep Dasar Pendampingan.
2. menjelaskan Sistem, Prosedur dan Mekanisme
Pendampingan.
3. melaksanakan Pendampingan pada tahap Pra-Adjudikasi,
Adjudikasi sampai Post Adjudikasi.

F. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

Materi di dalam Bab dan Sub Bab Modul Pendampingan Klien


Pemasyarakatan terdiri dari:

1. Konsep Dasar Pendampingan


a. Dasar Hukum
b. Sejarah dan Pengertian Pendampingan;
c. Ruang Lingkup Pendampingan
d. Tujuan dan Fungsi Pendampingan
e. Unsur-Unsur Pendampingan
f. Jenis-Jenis Pendampingan
g. Asas dan Prinsip Pendampingan
h. Definisi Global Pendampingan

2. Sistem, Prosedur dan Mekanisme Pendampingan


a. Pendampingan Tahap Pra-Adjudikasi
b. Pendampingan Tahap Adjudikasi
c. Pendampingan Tahap Post Adjudikasi
d. Jangka Waktu Pendampingan

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 5


3. Praktek Pendampingan
a. Pendampingan di tahap Pra-Adjudikasi
1) Pendampingan bagi Anak yang belum berusia 12
tahun
2) Pendampingan dalam upaya Diversi di Kepolisian/
Kejaksaan/Pengadilan
3) Pendampingan di Kepolisian pada saat pemeriksaan
awal
4) Pendampingan pada saat pemeriksaan di Kejaksaan
5) Pendampingan hasil Kesepakatan Diversi
6) Pendampingan dalam upaya Mediasi.
b. Pendampingan di tahap Adjudikasi
c. Pendampingan di tahap Post Adjudkasi
1) Pendampingan Pelaksanaan Putusan
2) Pendampingan Pemenuhan Hak Klien
d. Pendampingan Klien Dewasa.

G. Waktu Pembelajaran

Waktu pembelajaran materi Pendampingan Klien Pemasyarakatan


adalah 5 (lima) JP, dimana setiap jam pelajaran adalah 45 (empat
puluh lima) menit.

H. Metode Pembelajaran

Metode penyampaian materi yang dapat dilakukan terkait dengan


isi modul ini adalah
1. Ceramah
2. Paparan Materi;
3. Diskusi/ Tanya jawab;

6 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


4. Studi kasus;
5. Simulasi/Role Play;
6. Latihan Soal.

I. Media

Media yang dibutuhkan dalam pelaksanaan materi dalam modul


ini antara lain adalah:
1. Computer/ Laptop;
2. LCD
3. Screen;
4. White board;
5. Spidol Permanen;
6. Flipchart;
7. Kartu Kosong.
8. Film atau Video pendek
9. Foto-Foto

J. Petunjuk Penggunaan Modul

Petunjuk ini merupakan hal yang dapat mendukung peserta


pelatihan dalam upaya memahami isi modul ini. Sehubungan
dengan hal tersebut, perhatikan dan ikuti petunjuk penggunaan
modul sebagai berikut:
1. Lakukan diskusi mandiri dengan sesama peserta pelatihan
agar bisa lebih memahami isi modul;
2. Baca keseluruhan isi modul ini setiap bab secara bertahap
dan berulang-ulang agar dapat memahami isi modul ini
sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai.

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 7


BAB II
KONSEP DASAR PENDAMPINGAN

Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari Bab ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan
dasar hukum, sejarah, pengertian, ruang lingkup, tujuan dan fungsi,
jenis, asas dan prinsip pendampingan.

A. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana;
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan;
4. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia;
5. Undang-Undang No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman;
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak;
7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak;
8. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak;

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 9


9. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang
Pengesahan Convention On The Right of Child (Konvensi
tentang Hak-Hak Anak);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang Belum
Berumur 12 (Dua Belas) Tahun;
12. Keputusan bersama Ketua Mahkamah Agung RI, Jaksa Agung
RI, Kepala Kepolisian Negara RI, Menteri Hukum dan HAM
RI, Menteri Sosial RI dan Menteri Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak RI Nomor : 166A/KMA/SKB/XII/2009,
148 A/A//JA/12/2009, B/45/12/2009, M.HH-08 HM.03.02 Tahun
2009,10/PRS- 2/KPTS/2009, 02/Men.PP dan PA/XII/2009
tentang Penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum;
13. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 15 tahun 2010 tentang Pedoman
Umum Penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum;
14. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam Sistem Peradilan
Pidana Anak;
15. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 22 Tahun 2016 tentang Jabatan
Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan;
16. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 41 Tahun 2017
tentang Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan;

10 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


17. Peraturan Kepala BKN Nomor 5 Tahun 2017 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pembinaan Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan;
18. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Penyidikan Tindak Pidana
19. Surat Edaran Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Nomor:
PAS6. PK.01.05.02 – 573 Tahun 2014 tentang Pedoman Umum
Penyusunan Rekomendasi Penelitian Kemasyarakatan

B. Sejarah dan Pengertian Pendampingan

1) Sejarah Pendampingan
Fungsi pendampingan sudah dilaksanakan oleh Pembimbing
Kemasyarakatan sejalan dengan berdirinya Balai
Pemasyarakatan pada tahun 1970, dimana pelaksanaan
pendampingan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari proses pembimbingan klien yang dilakukan oleh
Pembimbing Kemasyarakatan dan hal ini diperkuat dengan
Surat Edaran No. DBTU.5.22/77 tanggal 28 Juni 1977 tentang
Penjelasan Tugas-Tugas Balai Bispa mengenai Pembuatan
Penelitian Kemasyarakatan Dalam Rangka Pemeriksaan Pada
Pengadilan Negeri pada point ke 3 {tiga} yang berbunyi :
“Hasil Litmas diserahkan kepada kejaksaan atau pengadilan
yang memberitahu tadi. Pada saat diadakan pemeriksaan,
Hakim memberitahukan dan minta supaya PK ikut menghadiri
sidang. Jika perlu dalam sidang itu Hakim meminta
penjelasan kepada PK sekitar hasil Litmas yang dibuatnya.
PK dapat juga mengajukan saran kepada Hakim, putusan apa
yang sebaiknya dijatuhkan, jika hakim minta (Hakim tidak
terikat akan saran ini)”.

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 11


Pendampingan secara normatif baru dikenal dalam UU No. 3
Tahun 1997 dimana dalam pelaksanaan sidang anak wajib
didampingi oleh orang tua/wali, penasehat hukum dan
Pembimbing Kemasyarakatan. Sejak saat itu, fungsi
pendampingan mulai dikenal dan merupakan bagian penting
dalam persidangan anak pelaku tindak pidana. Melalui
penelitian kemasyarakatan (Litmas), Pembimbing
Kemasyarakatan dapat memberikan rekomendasi di dalam
proses sidang pengadilan, khususnya kepada Hakim agar
dapat mempertimbangkan penjatuhan pidana kepada anak
sesuai dengan kondisi anak yang sesungguhnya (yang
tertuang dalam kronologi kehidupan anak). Tujuannya agar
anak pelaku tindak pidana tidak diperlakukan sama dengan
pelaku tindak pidana dewasa. Namun demikian, pada
kenyataannya amanat Undang-Undang tersebut tidak berjalan
optimal, mengingat Litmas yang dibuat oleh PK hanya
sebagai syarat formal saja tetapi tidak menjadi pertimbangan
bagi Hakim dalam menjatuhkan hukuman bagi anak.
Permasalahan tersebut ditambah dengan kehadiran
Pembimbing Kemasyarakatan pada saat sidang pengadilan
yang tidak menjadi suatu keharusan. Sejak Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
di sahkan pada tahun 2012, peran PK semakin kuat dalam
penanganan anak berhadapan dengan hukum (ABH).
Pendampingan anak pelaku atau anak berkonflik dengan
hukum atau disebut Anak, wajib dilaksanakan sejak
praadjudikasi sampai Post Adjudikasi.

12 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


2) Pengertian Pendampingan
Pendampingan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), memiliki makna sebagai “perbuatan mendampingi
atau mendampingkan” Istilah pendampingan pada umumnya
banyak digunakan dalam dunia pemberdayaan masyarakat
yang muncul sekitar tahun 90-an. Saat istilah pendampingan
dimunculkan, langsung mendapat sambutan positif di
kalangan praktisi karena dalam pendampingan lebih pada
pendekatan kebersamaan, kesetaraan (tidak ada yang satu
lebih dari yang lain) atau kesederajatan kedudukan (BPKB.
Pendampingan masyarakat. Jawa Timur. 2001; 5). Sehingga
yang aktif justru yang didampingi sekaligus sebagai subjek
utamanya, sedangkan pendamping lebih bersifat membantu
saja.

Pendampingan juga bermakna sebagai upaya terus menerus


(berkelanjutan) dan sistematis dalam mendampingi
(memfasilitasi) individu, kelompok maupun komunitas dalam
mengatasi permasalahan dan menyesuaikan diri dengan
kesulitan hidup yang dialami sehingga mereka dapat
mengatasi permasalahan tersebut dan mencapai perubahan
hidup kearah yang lebih baik (Yayasan Pulih, 2011).

Selain itu menurut Direktorat Bantuan Sosial pengertian


Pendampingan adalah suatu proses pemberian kemudahan
(fasilitas) yang diberikan pendamping kepada klien dalam
mengidentifikasi kebutuhan dan memecahkan masalah serta
mendorong tumbuhnya inisiatif dalam proses pengambilan
keputusan, sehingga kemandirian klien secara berkelanjutan
dapat diwujudkan (Direktorat Bantuan Sosial, 2007: 4)
sedangkan dalam konteks pelaksanaan tugas Pembimbing

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 13


Kemasyarakatan, pendampingan dapat diartikan sebagai
peran Pembimbing Kemasyarakatan untuk mendampingi
klien dalam menghadapi permasalahan. Klien yang
dimaksud disini adalah klien pemasyarakatan, khususnya
anak berkonflik dengan hukum atau disebut Anak
(menggunakan A besar).

Pendampingan adalah proses pemberian bantuan atau


pertolongan terhadap klien untuk mengatasi masalahnya
dengan tidak melakukan intervensi langsung. Hal tersebut
berbeda dengan pembimbingan, dimana terdapat
perbedaan yang signifikan khususnya pada konteks
intervensinya. Pembimbingan sendiri adalah proses
pemberian bantuan terhadap klien dengan melakukan
intervensi langsung untuk merubah perilaku, sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan.

C. Ruang Lingkup Pendampingan

Undang-Undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan


Pidana Anak (SPPA) pasal 1 angka 13 menyatakan “Pembimbing
Kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum yang
melaksanakan penelitian, pembimbingan, pengawasan dan
pendampingan terhadap Anak didalam dan diluar proses
peradilan pidana”, yang terdiri dari :

1. Pendampingan pada tahap Pra-Adjudikasi


Pendampingan yang dillakukan oleh Pembimbing
Kemasyarakatan pada tahap Pra-Adjudikasi meliputi
pendampingan pada saat pemeriksaan awal, pendampingan

14 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


pada saat pengambilan keputusan bagi Anak yang belum
berusia 12 (dua belas) tahun, pendampingan dalam upaya
Diversi baik di tingkat Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan,
pendampingan dalam pelaksanaan hasil kesepakatan
Diversi, dan pendampingan dalam upaya Mediasi dalam
rangka (dapat) digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
Hakim dalam memutuskan perkara..

2. Pendampingan pada tahap Adjudikasi


Pendampingan dilakukan pada tahap Adjudikasi merupakan
pendampingan yang dilakukan oleh Pembimbing
Kemasyarakatan kepada Anak mulai Anak menjalani
persidangan sampai dengan Hakim menjatuhkan putusan
atas tindak pidana yang dilakukan.

3. Pendampingan pada tahap Post Adjudikasi


Pendampingan yang dilakkan oleh Pembimbing
Kemasyarakatan dalam tahapan ini meliputi pendampingan
pelaksanaan putusan pengadilan dan pendampingan terkait
dengan pemenuhan hak-hak terhadap Anak selama menjalani
pidana.

D. Tujuan dan Fungsi Pendampingan

Tujuan utama dari pendampingan terhadap Anak adalah untuk


meberikan perlindungan dan memastikan pemenuhan hak-hak
Anak pada saat berproses dengan hukum serta mencegah
terjadinya pelanggaran terhadap hak Anak. Hal ini sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang SPPA dalam ketentuan Pasal 23 ayat (1) menyatakan
bahwa : “Dalam setiap tingkat pemeriksaan, Anak wajib diberikan

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 15


bantuan hukum dan didampingi oleh Pembimbing
Kemasyarakatan atau pendamping lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan”. Amanat pelaksanaan
pendampingan ini menjadi bukti adanya perubahan paradigma
dalam penanganan anak yang berkonflik dengan hukum, bahwa
terdapat peran dan tugas masyarakat, pemerintah, dan lembaga
negara lainnya yang berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
meningkatkan kesejahteraan Anak serta memberikan pelindungan
khusus kepada seluruh anak yang berhadapan dengan hukum.

Sejalan dengan tujuan pendampingan maka Fungsi


pendampingan sendiri seperti yang tertuang dalam Pasal 64
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak, dimana :

1) Pendampingan untuk memastikan Anak mendapat perlakuan


secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai
dengan umurnya.

2) Memastikan Anak dalam menjalani proses hukumnya dipisah


ruang tahanan dan penahanannya dari orang dewasa.

3) Memastikan Anak dalam menjalani proses hukum mendapat


bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif.

4) Selama Anak menjalani pidana terpenuhi ha-haknya termasuk


mendapat pemberlakuan kegiatan rekreasional.

5) Memastikan Anak selama menjalani proses hukum maupun


pidana terbebas dari penyiksaan, penghukuman, atau
perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi serta
merendahkan martabat dan derajatnya.

16 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


6) Memastikan penjatuhan pidana kepada Anak hanya berupa
pidana sementara dan dihindari dari penjatuhan pidana mati
dan/atau pidana seumur hidup.

7) Memastikan Anak terhindar dari penangkapan, penahanan


atau penjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu
yang paling singkat

8) Anak mendapatkan keadilan di muka pengadilan Anak yang


objektif, tidak memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk
umum.

9) Memastikan Anak terhindar dari publikasi atas identitasnya


selama berproses dengan hukum ataupun selama menjalani
pidana.

10) Dipastikan bahwa saat Anak berproses dengan hukum


mendapatkan pendampingan baik dari Orang Tua/Wali dan
orang yang dipercaya oleh anak.

11) Pemenuhan advokasi sosial terhadap Anak.

12) Pemenuhan pemberian kehidupan pribadi Anak.

13) Terpenuhinya pemberian aksesibilitas, terutama bagi Anak


Penyandang Disabilitas yang berproses dengan Hukum.

14) Memastikan Anak mendapatkan pendidikan selama


menjalani pidana dan proses hukum.

15) Pemberian pelayanan kesehatan, dan

16) Pemberian hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 17


E. Unsur-Unsur Pendampingan

1. Pembimbing Kemasyarakatan
Berdasarkan UU SPPA Pasal 1 angka 13, Pembimbing
Kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum
yang melaksanakan penelitian kemasyarakatan,
pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan terhadap
anak di dalam dan di luar proses peradilan pidana.

2. Keluarga
Berdasarkan UU SPPA Pasal 1 angka 16, keluarga adalah
orang tua yang terdiri dari ayah, ibu, dan/atau anggota
keluarga lain yang dipercaya oleh anak.

3. Wali
Berdasarkan UU SPPA Pasal 1 angka 17, Wali adalah orang
atau badan yang dalam kenyataannya menjalankan
kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap anak.

4. Masyarakat
berdasarkan penjalasan Pasal 8 ayat (2) UU SPPA, yang
dimaksud dengan masyarakat antara lain tokoh agama, guru,
dan tokoh masyarakat.

5. Advokat/Pemberi Bantuan Hukum


Berdasarkan UU SPPA Pasal 1 angka 19, Advokat/Pemberi
bantuan hukum adalah orang berprofesi memberi jasa
hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan, yang
memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

18 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


6. Pemerintah Setempat
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Nomor : PAS-133.PK.01.05.07 Tahun 2016 tentang Standar
Pendampingan Sistem Peradilan Pidana Anak (Diversi dan
Mediasi), menyebutkan bahwa pelaksanaan pendampingan
melibatkan peran serta pemerintah setempat, khususnya
tingkatan terdekat dengan tempat tinggal klien, seperti RT,
RW, dan lurah/kepala desa. Pemerintah setempat merupakan
sumber informasi bagi pembimbing kemasyarakatan untuk
mengetahui sejauh mana perkembangan perilaku Anak di
masyarakat.

7. Pekerja Sosial Profesional


Berdasarkan UU SPPA Pasal 1 angka 14, Pekerja Sosial
Profesional adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga
pemerintah maupun swasta, yang memiliki kompetensi dan
profesi pekerjaan sosial serta kepedulian dalam pekerjaan
sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau
pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan
tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial Anak.

8. Pemberi Bantuan Sosial lainnya


Yang dimaksud dengan pemberi bantuan social lainnya disini
seperti psikolog atau psikiater yang akan membantu klien
pemasyarakatan atau klien Anak yang berkebutuhan khusus
(tunawicara, tunarungu, disabilitas atau lainnya) dan yang
tindak pidana khusus (kasus teroris, kasus narkotika, kasus
pronografi, atau kasus khusus lainnya)

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 19


9. Klien Pemasyarakatan
Klien Anak yang berada dalam pelayanan, pembimbingan,
pengawasan dan pendampingan Pembimbing
Kemasyarakatan.

F. Jenis-Jenis Pendampingan

Pembimbing Kemasyarakatan melakukan Pendampingan


terhadap Anak dimulai sejak Pra-Ajudikasi sampai Post-Ajudikasi,
dimana masing-masing tahapan terdiri dari:

A. Pendampingan tahap Pra-Adjudikasi terdiri dari:

1. Pendampingan untuk Anak usia dibawah 12 tahun


pada saat pengambilan keputusan (pasal 21 ayat (1)
UU No. 11 Tahun 2012 tentang SPPA.
Pada jenis pendampingan ini Pembimbing
Kemasyarakatan melakukan koordinasi dan negosiasi
dengan Penyidik dan Pekerja Sosial secara bersama-
sama untuk bersepakat menetapkan keputusan yang
akan diberikan kepada Anak yang berdasarkan
pertimbangan dari masing-masing pihak juga melakukan
motivasi terhadap Anak dan keluarga terkait dengan
proses dan kesepakatan yang diambil. Pendampingan
yang diberikan berupa rekomendasi berdasarkan
pertimbangan penelitian kemasyarakatan yang dilakukan
dan bersama-sama dengan Penyidik serta Pekerja Sosial
Profesional melakukan musyawarah untuk bersepakat
memutuskan yang terbaik bagi Anak dan juga
memberikan support serta motivasi kepada Anak dan
keluarganya.

20 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


2. Pendampingan dalam upaya Diversi di Kepolisian/
Kejaksaan/Pengadilan (pasal 29, pasal 42, dan pasal
52).
Pendampingan upaya diversi dilaksanakan pada setiap
tahapan proses peradilan, mulai dari tahap penyidikan,
penuntutan dan pengadilan. Pendampingan yang
dilakukan berbentuk rekomendasi yang didasarkan pada
hasil penelitian kemasyarakatan yang telah dilakukan dan
disampaikan dalam musyawarah diversi serta
memberikan dukungan dan motivasi terhadap Anak dan
keluarga, selain itu juga memastikan bahwa dalam tiap
upaya Diversi yang dilakukan pada masing-masing
tingkatan untuk hak-hak Anak terpenuhi. Bila upaya diversi
ditahap penyidikan menghasilkan kesepakatan, maka
penanganan Anak selesai dengan melaksanakan
kesepakatan. Namun bila tidak menghasilkan
kesepakatan, maka proses dilanjutkan ke tahap
penuntutan, dan seterusnya sampai ke pengadilan. Bila
ditahap pengadilan upaya diversi juga tidak
menghasilkan kesepakatan maka proses dilanjutkan ke
sidang pengadilan.

3. Pendampingan di Kepolisian untuk pemeriksaan awal.


Pendampingan ini adalah pendampingan pada saat Anak
dilaporkan dan akan dilaksanaan pemeriksaan awal oleh
penyidik. Pendampingan yang diberikan berupa motivasi
untuk Anak agar memberikan keterangan yang sebenar-
benarnya serta membantu Anak dan keluarga dalam
memahami proses penyidikan. Penyidik akan
menghubungi PK untuk mendampingi Anak dan

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 21


mencermati kronologis kejadian perkara (Rekonstruksi
Perkara) dan ikut memberikan saran pada penyidik bila
kasus tersebut dapat diupayakan diversi.

4. Pendampingan pemeriksaan Anak di Kejaksaan pada


saat pelimpahan dari kepolisian.
Bentuk pendampingan yang dilakukan berupa dukungan
dan menyaksikan serah terima berkas dan klien dari pihak
Kepolisian kepada pihak Kejaksaan dengan tetap
memperhatikan pemenuhan hak Anak pada saat terjadi
pemeriksaan dan serah terima. Pendampingan ini
dilaksanakan oleh PK dengan atau tanpa permintaan
penyidik pada saat kasus Anak akan dilimpahkan pada
penuntut umum (P21). Pada saat itu PK hanya
mendampingi dan menyaksikan serah terima berkas
perkara dan Anak dari penyidik kepada penuntut umum,
dengan tetap mencermati perkembangan kondisi Anak.

5. Pendampingan Hasil Kesepakatan Diversi (pasal 14


ayat (2)).
Pendampingan ini merupakan pendampingan Anak
dalam melaksanakan hasil kesepakatan diversi. Apakah
bentuknya ganti rugi dan atau kewajiban-kewajiban social
lainnya yang harus dilaksanakan oleh Anak dengan
pengawasan PK. Waktu dan tempat/ lokasi pelaksanaan
seperti yang tercantum dalam kesepakatan dan sudah di
legalisasi oleh Ketua Pengadilan setempat dalam bentuk
Penetapan.

6. Pendampingan Mediasi.
Pendampingan mediasi adalah pendampingan yang

22 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


dilakukan pada saat hakim atau aparat penegak hukum
lainnya merasa perlu untuk melakukan mediasi sebelum
pelaksanaan sidang demi kepentingan terbaik Anak, dan
hal ini biasanya terjadi pada perkara Anak yang
ancamannya diatas 7 (tujuh) tahun atau perkara-perkara
yang tidak dapat di Diversikan. Manfaat dari hasil
kesepakatan Mediasi dapat menjadi bahan pertimbangan
yang meringankan bagi Anak dalam Jaksa memberikan
tuntutan atau Hakim dalam memutuskan pidana.

B. Pendampingan Tahap Adjudikasi


Pendampingan pada tahap ini adalah pendampingan yang
dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan pada saat Anak
mengikuti sidang di pengadilan, pendampingan yang
diberikan oleh PK membantu Anak dalam memahami proses
persidangan yang berlangsung dan menyampaikan
rekomendasi hasil penelitian kemasyarakatan untuk dijadikan
bahan pertimbangan bagi Hakim dalam memutuskan pidana
yang tepat bagi Anak. Hal ini sesuai dengan Pasal 60 UU
No.11 Tahun 2012 yang menyatakan “Hakim wajib
mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan dari
Pembimbing Kemasyarakatan sebelum menjatuhkan putusan
pidana”

C. Pendampingan Tahap Pos Adjudikasi

1. Pendampingan pelaksanaan putusan pengadilan


(Pasal 65 huruf d).
Pendampingan ini dilakukan pada saat Anak sedang
melaksanakan masa pembinaan di di LPKA, dimulai dari
tahap Admisi Orientasi (pembuatan Litmas program

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 23


pembinaan termasuk evaluasi terhadap program
pembinaan yang dilaksanakan sampai Anak selesai
menjalani masa pidananya,

2. Pendampingan Pemenuhan Hak Anak di LPKS, dan


LPKA.
Pendampingan ini dilakukan dalam rangka pemenuhan
hak-hak Anak pada saat Anak melaksanakan pidana atau
tindakan baik di LPKA maupun LPAS, ataupun Panti/
lembaga pembinaan lainnya yang ditunjuk termasuk
orang tua dan keluarga. Pembimbing Kemasyarakatan
memastikan bahwa selama Anak menjalani pidana atau
tindak hak-hak Dasar Anak terpenuhi seperti Pendidikan,
Integrasi, Kesehatan, dll.

G. Asas dan Prinsip Pendampingan

1) Asas-Asas Pendampingan
Dalam melakukan pendampingan Anak, Pembimbing
Kemasyarakatan harus memperhatikan asas-asas
sebagaimana disebutkan di dalam ketentuan Pasal 2 dan
penjelasan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, yaitu:

a) Pelindungan
Yang dimaksud dengan pelindungan meliputi kegiatan
yang bersifat langsung dan tidak langsung dari tindakan
yang membahayakan Anak secara fisik dan/atau psikis.

b) Keadilan
Yang dimaksud dengan keadilan adalah bahwa setiap

24 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


penyelesaian perkara Anak harus mencerminkan rasa
keadilan bagi Anak yang diartikan sebagai suatu sifat atau
perbuatan atau perlakuan yang adil, seimbang dan tidak
pilih kasih.

c) Nondiskriminasi
Yang dimaksud dengan nondiskriminasi adalah tidak
adanya perlakuan yang berbeda didasarkan pada suku,
agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan
bahasa, status hukum Anak, urutan kelahiran Anak, serta
kondisi fisik dan/atau mental yang dapat juga diartikan
menghargai persamaan derajat dan tidak membeda-
bedakan, baik pihak atau atas dasar agama atau SARA
atau afiliasi atau ideologi atau lainnya.

d) Kepentingan Terbaik bagi Anak


Yang dimaksud dengan kepentingan terbaik bagi Anak
adalah segala pengambilan keputusan harus selalu
mempertimbangkan kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang Anak, dimana semua unsur yang penting untuk
membuat keputusan dalam suatu keadaan tertentu untuk
seorang Anak secara individual atau sekelompok Anak
harus menjadi pertimbangan yang utama.

e) Penghargaan terhadap Pendapat Anak


Yang dimaksud dengan penghargaan terhadap pendapat
Anak adalah penghormatan atas hak Anak untuk
berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam
pengambilan keputusan, terutama jika menyangkut hal
yang memengaruhi kehidupan Anak.

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 25


f) Kelangsungan Hidup dan Tumbuh Kembang Anak
Yang dimaksud dengan kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang Anak adalah hak asasi yang paling mendasar
bagi Anak yang dilindungi oleh negara, pemerintah,
masyarakat, keluarga, dan orang tua yang artinya bahwa
hak hidup anak melekat pada diri setiap anak dan hak
anak atas kelangsungan hidup dan perkembangannya
juga harus dijamin.

g) Pembinaan
Yang dimaksud dengan pembinaan adalah kegiatan untuk
meningkatkan kualitas, ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, pelatihan
keterampilan, profesional, serta kesehatan jasmani dan
rohani Anak baik di dalam maupun di luar proses
peradilan pidana.

h) Pembimbingan
Yang dimaksud dengan pembimbingan adalah
pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual,
sikap dan perilaku, pelatihan keterampilan, profesional,
serta kesehatan jasmani dan rohani klien
pemasyarakatan.

i) Proporsional
Yang dimaksud dengan proporsional adalah segala
perlakuan terhadap Anak harus memperhatikan batas
keperluan, umur, dan kondisi Anak.

26 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


j) Perampasan Kemerdekaan merupakan Upaya Terakhir
Yang dimaksud dengan perampasan kemerdekaan
merupakan upaya terakhir adalah bahwa pada dasarnya
Anak tidak dapat dirampas kemerdekaannya, kecuali
terpaksa guna kepentingan penyelesaian perkara.

k) Penghindaran Pembalasan
Yang dimaksud dengan penghindaran pembalasan
diartikan sebagai upaya menjauhkan pembalasan dalam
proses peradilan pidana.

2) Prinsip-Prinsip Pendampingan
Dalam melakukan pendampingan terhadap Anak ada
beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh Pembimbing
Kemasyarakatan selaku pendamping dan prinsip-prinsip ini
berdasarkan Konvensi Hak Anak (KHA) yaitu :

a) Prinsip Nondiskriminasi
Prinsip nondiskriminasi berarti semua hak yang diakui
dan terkandung dalam Konvensi Hak Anak harus
diberlakukan kepada setiap anak tanpa pembedaan
apapun. Pembimbing Kemasyarakatan selaku
pendamping seyogyanya mampu menempatkan,
memperlakukan, menghargai dan menerima Anak secara
manusiawi, tanpa membedakan jenis kelamin, suku
bangsa, agama, status sosial, budaya dan sebagainya.
Dalam melaksanakan tugas pendampingan seorang
Pembimbing Kemasyarakatan harus bersikap netral dan
seimbang. Prinsip ini tertuang dalam Pasal 2 Konvensi
Hak Anak, yakni : “Negara-negara peserta akan
menghormati dan menjamin hak-hak yang diterapkan dalam

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 27


konvensi ini bagi setiap anak yang berada dalam wilayah
hukum mereka tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun,
tanpa memandang ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa,
agama, pandangan politik atau pandangan-pandangan lain,
asal-usul kebangsaan, etnik atau sosial, status kepemilikan,
cacat atau tidak, kelahiran atau status lainnya baik dari si
anak sendiri atau dari orang tua atau walinya yang sah”.
(Ayat 1). “Negara-negara peserta akan mengambil semua
langkah yang perlu untuk menjamin agar anak dilindungi
dari semua bentuk diskriminasi atau hukuman yang
didasarkan pada status, kegiatan, pendapat yang
dikemukakan atau keyakinan dari orang tua anak, walinya
yang sah atau anggota keluarga”. (Ayat 2).

b) Prinsip yang Terbaik bagi Anak (Best Interest of The


Child)
Prinsip yang terbaik bagi anak adalah semua tindakan
yang menyangkut anak yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga kesejahteraan sosial pemerintah atau badan
legislatif. Maka dari itu, kepentingan yang terbaik bagi anak
harus menjadi pertimbangan utama (Pasal 3 ayat 1), dimana
seorang Pembimbing Kemasyarakatan dalam melakukan
pendampingan menyadari dan mengupayakan agar
setiap kegiatan, dukungan maupun keputusan dari
berbagai pihak sudah mempertimbangkan semua unsur
penting baik Anak serta mengupayakan lingkungan
terbaik untuk tumbuh kembang Anak dalam memperoleh
masa depan yang lebih baik secara individual maupun
Anak secara berkelompok.

28 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


c) Prinsip atas Hak Hidup, Kelangsungan, dan
Perkembangan (The Rights to Life, Survival, and
Development)
Prinsip atas hak hidup, kelangsungan, dan
perkembangan bermakna bahwa negara-negara peserta
mengakui bahwa setiap anak memiliki hak yang melekat
atas kehidupan (Pasal 6 ayat 1). Disebutkan juga bahwa
negara-negara peserta akan menjamin sampai batas
maksimal kelangsungan hidup dan perkembangan anak
(Pasal 6 ayat 2). Pembimbing Kemasyarakatan sebagai
pendamping memahami kegiatan pendampingan yang
dilakukan semestinya disusun berdasarkan kemampuan
dan perkembangan Anak disertai dengan rasa
menghargai atas kemampuan pribadi untuk dapat
mengembangkan kemampuan Anak.

d) Prinsip Penghargaan terhadap Pendapat Anak


(Respect for The Views of The Child)
Prinsip penghargaan terhadap pendapat anak bermakna
bahwa pendapat anak, terutama jika menyangkut hal-hal
yang mempengaruhi kehidupannya, perlu diperhatikan
dalam setiap pengambilan keputusan. Prinsip ini tertuang
dalam Pasal 12 ayat 1 Konvensi Hak Anak, yaitu : “Negara-
negara peserta akan menjamin agar anak-anak yang
mempunyai pandangan sendiri akan memperoleh hak untuk
menyatakan pandangan-pandangannya secara bebas dalam
semua hal yang mempengaruhi anak, dan pandangan
tersebut akan dihargai sesuai dengan tingkat usia dan
kematangan anak”. Sebagai Pembimbing Kemasyarakatan
yang melakukan pendampingan diharapkan berusaha

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 29


untuk mendengarkan dan memperhatikan pendapat Anak
sesuai usia dalam hal pengambilan keputusan,
memberikan kesempatan atau melibatkan Anak
semaksimal mungkin dalam kegiatan untuk
menumbuhkan rasa tanggungjawab serta
menghindarkan Anak dari ketergantungan pelayanan.

e) Penerimaan
Pembimbing Kemasyarakatan selaku pendamping dan
yang melakukan pendampingan seyogyanya memiliki
prinsip pendampingan dalam hal penerimaan yaitu
menerima Anak dan keluarga dalam situasi dan kondisi
apapun tanpa memamandang latar belakang sosial
ekonomi dan tidak membeda-bedakan berdasarkan
agama, suku dan keturunan.

f) Tidak Menghakimi
Tidak memberikan penilaian benar-salah atas perilaku
anak. Tidak melakukan penilaian secara sepihak
terhadap kondisi anak. Bersikap terbuka menerima
kondisi tersebut. Sebagai Pembimbing Kemasyarakatan
yang mendampingi klien harus memiliki prinsip untuk
tidak memberikan penilaian benar atau salah atas perkara
Anak, tidak berpihak kepada siapapun dan mampu
bersikap terbuka untuk menerima setiap kondisi yang
terjadi.

g) Kerahasiaan
Menjaga kerahasiaan penerima manfaat, baik
menyangkut data pribadi, atau permasalahan pribadi
setiap anak agar ada jaminan kenyamanan bagi penerima

30 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


manfaat. Tidak memberikan informasi pribadi tentang
penerima manfaat kepada pihak lain kecuali untuk
kepentingan pembahasan kasus. Demi kenyamanan
klien, Pembimbing Kemasyarakatan mesti memiliki
prinsip untuk menjaga Kerahasiaan data pribadi atau
permasalahan pribadi klien dan tidak memberikan
informasi pribadi apapun kecuali untuk kepentingan
pembahasan kasus.

h) Rasional
Bersikap dan berpikir secara objektif, faktual dan dapat
diterima oleh akal sehat. Memberikan saran-saran yang
tidak emosional dan tidak berdasarkan pandangan
pribadi pendamping kepada penerima manfaat. Tidak
memberikan saran yang menguntungkan pribadi
pendamping pada saat pemilihan program kegiatan
bimbingan persiapan belajar. Melibatkan anak dan
keluarga dalam setiap pengambilan keputusan
pelayanan. Mengupayakan kepentingan terbaik bagi
anak untuk memperoleh masa depan yang lebih baik.
Seorang Pembimbing Kemasyarakatan dalam
melaksanakan pendampingan semestinya bersikap
Rasional dimana harus berpikir secara objektif, faktual
dan diterima oleh akal sehat, tidak emosional dan tidak
berdasarkan pada pandangan pribadi, mampu
memberikan saran yang menguntungkan pada saat
pemilihan program kegiatan bimbingan persiapan
belajar. Melibatkan anak dan keluarga dalam setiap
pengambilan keputusan pelayanan dan selalu
mengedepankan kepentingan terbaik bagi Anak.

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 31


i) Kesungguhan dan Ketulusan
Bekerja dan memberikan pelayanan dengan dilandasi
sikap profesional. Bekerja setulus hati dan bersungguh-
sungguh dengan mengedepankan sisi kemanusiaan.
Pembimbing Kemasyarakatan dalam melakukan
pendampingan diharapkan bersikap professional yang
dilandaskan pada Kesungguhan dan Ketulusan dengan
mengedepankan sisi kemanusiaan.

j) Kesadaran Diri
Menyadari bahwa dirinya mempunyai keterbatasan
informasi dan pengetahuan sehingga perlu berupaya
mengembangkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait
dalam pendampingan anak. Menyadari segala
keterbatasannya dengan berupaya mengembangkan diri
dan terus belajar memperbaiki kinerjanya. Pembimbing
Kemasyarakatan semestinya memiliki prinsip Kesadaran
Diri akan keterbatasannya dengan berupaya terus belajar
untuk memperbaiki kinerja dan mengembangkan diri
serta Kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam
pendampingan ABH.

k) Hubungan yang Bersifat Pribadi


Agar tidak mempengaruhi proses hukum yang sedang
berlangsung seyogyanya Pembimbing Kemasyarakatan
selaku Pendamping tidak mempunyai hubungan yang
bersifat pribadi dengan anak yang didampingi

l) Penggunaan Bahasa
Selaku pendamping diharapkan Pembimbing
Kemasyarakatan hendaknya tidak menggunakan bahasa

32 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


tubuh maupun lisan yang bisa salah diinterpretasikan
oleh klien.

H. Definisi Umum Pendampingan

Pada Modul ini diharapkan Pembimbing Kemasyarakatan selaku


peserta kegiatan diklat dapat mengetahui dan memahami definisi
umuml yang terkait dengan Pendampingan :

1. Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang


berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak
pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana.

2. Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut


Anak adalah Anak yang telah berusia 12 (dua belas) tahun
tetapi belum berusia 18 (delapan belas) tahun yang diduga
melakukan tindak pidana (baik yang sudah menikah maupun
yang belum menikah).

3. Pendamping adalah orang yang dipercaya oleh Anak untuk


mendampinginya selama proses peradilan pidana
berlangsung.

4. Pendampingan adalah proses, cara, perbuatan mendampingi


atau mendampingkan yang dalam hal ini adalah seorang
pendamping melakukan perbuatan atau cara atau proses
mendampingi Anak yang Berkonflik dengan Hukum.

5. Pembimbing Kemasyarakatan adalah pejabat fungsional


penegak hukum yang melaksanakan penelitian,
pembimbingan, pengawasan dan pendampingan terhadap
Anak di dalam dan diluar proses peradilan pidana.

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 33


6. Pekerja Sosial Profesional adalah seseorang yang bekerja
baik di Lembaga pemerintah maupun swasta, yang memiliki
kompentensi dan profesi pekerjaan social serta kepedulian
dalam pekerjaan social yang diperoleh melalui Pendidikan,
pelatihan, dan/atau pengalaman Pratik pekerjaan social untuk
melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah
sosial Anak.

7. Tenaga Kerja Sosial adalah seseorang yang dididik dan dialti


secara professional untuk melaksanakan tugas pelayanan dan
penanganan masalah social dan/atau seseorang yang
bekerja, baik di Lembaga pemerintah maupun swasta, yang
ruang lingkup kegiatannya di bidang kesejahteraan social
Anak.

8. Penyidik adalah pejabat Polri yang diberi wewenang oleh


undang-undang untuk melakukan penyidikan.

9. Penuntut Umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh


undang-undang untuk melakukan penuntutan dan
melaksanakan penetapan hakim.

10. Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi


wewenang oleh undang-undang untuk mengadili suatu
perkara yang dihadapkan kepadanya.

11. Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Bapas


adalah unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang
melaksanakan tugas dan fungsi penelitian kemasyarakatan,
pembimbingan, pengawasan dan pendampingan.

34 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


12. Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang selanjutnya disebut
LPKA adalah Lembaga atau tempat Anak menjalani
pidananya.

13. Lembaga Penempatan Anak Sementara yang selanjutnya


disebut LPAS adalah tempat sementara bagi Anak selama
proses peradilan berlangsung.

14. Anak yang tidak boleh diproses dalam peradilan adalah Anak
yang belum berusia 12 tahun. Pada usia ini Anak akan di
upayakan mediasi yang dilakukan oleh 3 (tiga) pihak yaitu
Penyidik, Pembimbing Kemasyarakatan dan Pekerja Sosial/
Tenaga Kerja Sosial.

15. Anak dapat ditahan (dilakukan penahanan) adalah Anak yang


berusia diatas 14 tahun dan diduga melakukan tindak pidana
dengan ancaman pidana 7 tahun atau lebih.

I. Evaluasi

1. Di bawah ini yang merupakan dasar hukum pendampingan


adalah?
a. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Sistem
Peradilan Anak
b. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak
c. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak
d. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Peradilan
Pidana Anak

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 35


2. Peraturan perundang-undangan yang memperkuat peran dan
fungsi pendampingan bagi Pembimbing Kemasyarakatan
adalah?
a. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak
b. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak
d. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia

3. Pendampingan secara normatif, baru dikenal setelah adanya


Undang-Undang?
a. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak
c. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
d. Undang-Undang Nomor 03 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak

4. Dalam konteks pelaksanaan tugas Pembimbing


Kemasyarakatan, pendampingan dapat diartikan sebagai?
a. Peran Pembimbing Kemasyarakatan untuk mendampingi
klien dalam menghadapi permasalahan
b. Peran Pembimbing Kemasyarakatan dalam melakukan
pembimbingan agar klien tidak terjerumus kembali

36 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


c. Peran Pembimbing Kemasyarakatan untuk membuat
penelitian kemasyarakatan
d. Peran Pembimbing Kemasyarakatan untuk mengawasi
klien

5. Di bawah ini yang tidak termasuk asas-asas pendampingan


adalah?
a. Pelindungan
b. Nondiskriminasi
c. Kepentingan Terbaik bagi Korban
d. Kelangsungan Hidup dan Tumbuh Kembang Anak

6. Asas nondiskriminasi adalah?


a. Adanya perlakuan yang berbeda didasarkan pada suku,
agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan
bahasa, status hukum Anak, urutan kelahiran Anak, serta
kondisi fisik dan/atau mental.
b. Adanya perlakuan yang secara khusus didasarkan pada
suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya
dan bahasa, status hukum Anak, urutan kelahiran Anak,
serta kondisi fisik dan/atau mental.
c. Tidak adanya perlakuan yang berbeda didasarkan pada
suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya
dan bahasa, status hukum Anak, urutan kelahiran Anak,
serta kondisi fisik dan/atau mental.
d. Adanya perlakuan secara berbeda-beda dan didasarkan
pada suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik,
budaya dan bahasa, status hukum Anak, urutan kelahiran
Anak, serta kondisi fisik dan/atau mental.

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 37


7. Di bawah ini yang tidak termasuk dalam prinsip-prinsip
pendampingan sesuai konvensi hak anak adalah?
a. Prinsip Nondiskriminasi
b. Prinsip yang Terbaik bagi Anak
c. Prinsip Penghargaan terhadap Pendapat Anak
d. Prinsip yang Terbaik bagi Korban

8. Prinsip penghargaan terhadap hak anak adalah?


a. Semua hak yang diakui dan terkandung dalam Konvensi
Hak Anak harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa
pembedaan apapun
b. Pendapat anak terutama jika menyangkut hal-hal yang
mempengaruhi kehidupannya, perlu diperhatikan dalam
setiap pengambilan keputusan
c. Semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan
oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial pemerintah
atau badan legislatif. Maka dari itu, kepentingan yang
terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama
d. Setiap anak memiliki hak yang melekat atas kehidupan

9. Dalam melakukan pendampingan terhadap Anak harus


memperhatikan prinsip-prinsip sebagaimana disebutkan di
dalam Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor:
PAS -133.PK.01.05.07 Tahun 2016 tentang Standar
Pendampingan Sistem Peradilan Pidana Anak (Diversi dan
Mediasi), kecuali?
a. Tidak Menghakimi
b. Kerahasiaan
c. Hubungan yang Bersifat Pribadi
d. Non-Rasional

38 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


10. Pendampingan di kepolisian untuk pemeriksaan awal
adalah?
a. Pendampingan pada saat Anak dilaporkan dan akan
dilaksanaan pemeriksaan awal oleh penyidik
b. Pendampingan pada saat Anak melakukan suatu tindak
pidana
c. Pendampingan yang dilaksanakan oleh PK dengan atau
tanpa permintaan penyidik pada saat kasus Anak akan
dilimpahkan pada penuntut umum
d. Pendampingan Anak dalam melaksanakan hasil
kesepakatan diversi

11. Tujuan utama pendampingan adalah?


a. Untuk memastikan setiap anak dalam keadaan sehat dan
baik
b. Untuk memastikan pemenuhan dan pencegahan
pelanggaran terhadap hak anak, termasuk anak berkonflik
dengan hukum
c. Untuk memastikan setiap anak tidak merasa sendiri dalam
menghadapi kasus hukum
d. Untuk menggantikan orang tua anak

12. “Dalam setiap tingkat pemeriksaan, Anak wajib diberikan


bantuan hukum dan didampingi oleh Pembimbing
Kemasyarakatan atau pendamping lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan,” merupakan
bunyi pasal?
a. Pasal 20 ayat (1) UU SPPA
b. Pasal 21 ayat (1) UU SPPA
c. Pasal 22 ayat (1) UU SPPA
d. Pasal 23 ayat (1) UU SPPA

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 39


13. Unsur-unsur yang tidak terlibat dalam pendampingan Anak
adalah?
a. Pembimbing Kemasyarakatan
b. Polisi
c. Advokat
d. Keluarga

40 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


BAB III
PROSEDUR DAN MEKANISME
PENDAMPINGAN

Indikator keberhasilan: Setelah mempelajari Bab ini, peserta


diharapkan dapat menjelaskan prosedur dan mekanisme
pendampingan.

A. Pendampingan Tahap Pra Adjudikasi

1. Pendampingan Tahap Pra-Adjudikasi terdiri dari :

a. Pendampingan untuk Anak usia dibawah 12 tahun


pada saat pengambilan keputusan :

• Perencanaan
1) Bapas menerima pemberitahuan secara tertulis
dari Kepolisian tentang jadwal pertemuan.
2) Kepala Bapas menunjuk PK yang akan
mendampingi Anak
3) PK menerima surat tugas dari Kepala Bapas
4) PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan
sebagai berikut : Form Litmas, Surat tugas/SPPD,
Form berita acara pendampingan.
5) PK berkoordinasi dengan penyidik untuk
memastikan kembali pelaksanaan pertemuan.

• Pelaksanaan
1) PK memperlihatkan surat tugas kepada penyidik.
2) PK meminta tandatangan pejabat berwenang
dan stempel kepolisian pada surat tugas.

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 41


3) PK bertemu dan bermusyawarah dengan
penyidik dan pekerja sosial, Anak dan orang tua/
wali.
4) PK menyampaikan dan menjelaskan hasil
Penelitian Kemsayarakatan.
5) PK menyampaikan rekomendasi berdasarkan
hasil penelitian kemasyarakatan (litmas) dan
berperan sebagai co-fasilitator aktif dalam proses
pengambilan keputusan.
6) PK bersama Pekerja Sosial menandatangani dan
menerima Berita Acara serta hasil kesepakatan
yang dibuat oleh penyidik.
7) PK menerima surat penetapan dari Ketua
Pengadilan.
8) PK mendampingi pada saat pelaksanaan
penetapan.

• Tindak Lanjut
Membuat laporan pelaksanaan pendampingan.

b. Pendampingan dalam upaya Diversi di Kepolisian/


Kejaksaan/Pengadilan.

• Perencanaan
1) Bapas menerima pemberitahuan secara tertulis
dari Kepolisian/Kejaksaan/ Pengadilan tentang
jadwal upaya Diversi.
2) PK menerima surat tugas dari Kepala Bapas.
3) PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan
sebagai berikut : Litmas, Surat tugas/SPPD, Form
berita acara pendampingan diversi.

42 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


4) PK berkoordinasi dengan Penyidik/Jaksa/Hakim
untuk memastikan waktu pelaksanaan Diversi.

• Pelaksanaan
1) Memperlihatkan surat tugas kepada Penyidik/
Penuntut Umum/Hakim.
2) Meminta tanda tangan dan stempel kepada
pejabat berwenang.
3) PK bertemu dengan Anak dan keluarga untuk
memberi penguatan terkait upaya Diversi.
4) PK bertemu dengan korban dan orangtua/wali
korban, tokoh masyarakat, pekerja sosial,
Pengacara dalam musyawarah Diversi.
5) PK menyampaikan hasil rekomendasi
berdasarkan Litmas yang telah disetujui oleh
sidang TPP Bapas.
6) PK menyampaikan pendapat atau solusi serta
aktif pada saat musyawarah dengan selalu duduk
di samping Anak dan keluarga.
7) PK bersama klien dan para pihak terkait
menandatangani Berita Acara kesepakatan.
8) PK menerima hasil kesepakatan diversi sambil
menunggu penetapan pengadilan.
9) PK menerima salinan surat penetapan dari
pengadilan
10) PK mendampingi Anak pada saat pelaksanaan
penetapan.

• Tindak lanjut
 Membuat laporan pelaksanaan pendampingan.

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 43


c. Pendampingan di Kepolisian Pada Saat Pemeriksaan
Awal
• Perencanaan
1) Bapas menerima pemberitahuan secara tertulis
dari Kepolisian yang menangani perkara Anak
2) Kepala Bapas menunjuk PK yang akan
melaksanakan tugas Pendampingan.
3) PK menerima surat tugas dari Kepala Bapas
4) PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan
sebagai berikut : Surat tugas dan/atau SPPD, ATK,
Form berita acara pendampingan
5) PK berkoordinasi dengan pihak penyidik untuk
memastikan waktu pelaksanaan pemeriksaan
Anak
• Pelaksanaan.
1) PK memperlihatkan dan menyampaikan surat
tugas kepada penyidik.
2) PK meminta tandatangan dan stempel kepada
pejabat berwenang.
3) PK meminta berkas Anak dan memastikan
identitasnya.
4) PK memberikan penguatan mental kepada Anak
dan keluarga serta menjelaskan tentang hak dan
kewajiban selama menjalani proses hukum.
5) PK memastikan suasana pemeriksaan nyaman
bagi Anak.
6) PK menemani, memperhatikan dan menyimak
pemeriksaan terhadap Anak.
• Tindak Lanjut
 Membuat laporan pelaksanaan pendampingan.

44 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


d. Pendampingan Pemeriksaan Anak di Kejaksaan Pada
Saat Pelimpahan Berkas Dari Kepolisian

• Perencanaan
1) Bapas menerima pemberitahuan secara tertulis
dari Kepolisian tentang jadwal pelimpahan.
2) PK menerima surat tugas dari Kepala Bapas.
3) PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan
sebagai berikut : Litmas, Surat tugas dan/atau
SPPD, Form berita acara pendampingan.
4) PK berkoordinasi dengan pihak penyidik untuk
memastikan waktu pelaksanaan pelimpahan
Anak.

• Pelaksanaan
1) PK berkoordinasi dengan penyidik untuk bertemu
jaksa dan menyampaikan surat tugas.
2) PK meminta tanda tangan dan stempel kepada
pejabat berwenang
3) PK bertemu dengan Anak dan Orangtua/wali
dalam rangka memberikan penguatan mental
dan kesiapan pemeriksaaan.
4) PK menyaksikan serah terima berkas dan Anak
dari Penyidik kepada jaksa.
5) PK menyampaikan dan menjelaskan kepada
Jaksa tentang kondisi Anak.
6) PK menemani, memperhatikan dan menyimak
pemeriksaan terhadap Anak.
7) PK menandatangani berita acara pelimpahan
(koordinasi dengan pihak kejaksaan).

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 45


8) PK, Polisi, dan Jaksa menandatangani berita
acara Pendampingan.

• Tindak Lanjut
 Membuat laporan pelaksanaan pendampingan.

e. Pendampingan Hasil Kesepakatan Diversi

• Perencanaan
1) Bapas menerima pemberitahuan secara tertulis
dari Polisi/Jaksa/Hakim perihal persiapan
pelaksanaan hasil kesepakatan Diversi.
2) PK menerima surat tugas dari Kepala Bapas.
3) PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan
sebagai berikut : Litmas, Surat tugas dan/atau
SPPD, Form berita acara pendampingan
pelaksanaan kesepakatan diversi.
4) PK berkoordinasi dengan pihak Penyidik/Jaksa/
Hakim untuk memastikan waktu pelaksanaan
pelimpahan Anak.

• Pelaksanaan
1) PK memperlihatkan dan menyampaikan surat
tugas kepada Penyidik/Jaksa/Hakim
2) PK meminta tandatangan dan stempel kepada
pejabat berwenang.
3) PK berkoordinasi dengan orangtua/wali, pihak
terkait dan Aparat Pemerintah setempat untuk
pelaksanaan eksekusi.
4) PK bersama Polisi/Jaksa/Hakim melaksanakan
eksekusi sesuai dengan Penetapan Pengadilan.

46 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


5) PK menandatangani surat serah terima Anak
dengan orangtua/wali, pimpinan lembaga dan
Aparat Pemerintah setempat.

• Tindak lanjut
 Membuat laporan pelaksanaan pendampingan
dan menyampaikan kepada Polisi/Jaksa/Hakim
dan Pengadilan.

f. Pendampingan Mediasi bagi Perkara yang Tidak


Memenuhi Syarat Diversi

• Perencanaan
1) Bapas menerima surat pemberitahuan secara
tertulis untuk pelaksanaan Mediasi.
2) PK menerima surat tugas dari Kepala Bapas
3) PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan
sebagai berikut : Litmas, Surat tugas dan/atau
SPPD, Form berita acara pendampingan berita
acara mediasi.
4) PK berkoordinasi dengan pihak terkait untuk
memastikan waktu pelaksanaan Mediasi.

• Pelaksanaan
1) PK memperlihatkan surat tugas kepada pihak
terkait
2) PK meminta tanda tangan pejabat berwenang
dan stempel pada surat tugas.
3) PK bertemu dengan Anak dan orangtua/wali
untuk memberikan penguatan dalam rangka
persiapan pelaksanaan Mediasi.

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 47


4) PK bertemu dengan korban dan orangtua/wali
korban, tokoh masyarakat, Anak dan orangtua/
wali, pekerja sosial, Pengacara.
5) PK menyampaikan hasil rekomendasi Litmas.
6) PK terlibat secara aktif dan duduk di samping
Anak pada setiap musyawarah.
7) PK bersama para pihak terkait menandatangani
kesepakatan guna bahan pertimbangan dalam
persidangan.

• Tindak lanjut
 Membuat laporan pelaksanaan pendampingan
mediasi.

B. Pendampingan Tahap Adjudikasi

Prosedur dan mekanisme pendampingan pada tahap adjudikasi


terdiri dari:

• Perencanaan
1) Bapas menerima surat pemberitahuan secara tertulis dari
Kejaksaan tentang jadwal persidangan.
2) PK menerima surat tugas dari Kepala Bapas.
3) PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan sebagai
berikut : Litmas, Surat tugas dan/atau SPPD.
4) PK berkoordinasi dengan Jaksa untuk memastikan waktu
persidangan.

• Pelaksanaan
1) PK memperlihatkan surat tugas kepada Jaksa dan Hakim
2) PK meminta tandatangan pejabat berwenang dan
stempel surat tugas.

48 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


3) PK bertemu dengan Anak dan orangtua/wali untuk
memberikan penguatan mental dalam menghadapi
persidangan.
4) PK memasuki ruang sidang bersama Anak dan orang tua/
wali.
5) PK membacakan hasil Litmas sesuai dengan tata cara
persidangan.
6) PK mengikuti jalannya sidang dan terlibat secara aktif
dalam pelaksanaan persidangan.

• Tindak lanjut
 Membuat laporan pelaksanaan pendampingan

C. Pendampingan Tahap Post-Adjudikasi

Jenis-jenis Pendampingan Tahap Post-Adjudikasi terdiri dari:

a. Pendampingan Pelaksanaan Putusan Hakim

• Perencanaan
1) Bapas menerima surat pemberitahuan secara tertulis
dari Jaksa
2) PK menerima surat tugas dari Kepala Bapas
3) PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan
sebagai berikut : Kutipan putusan pengadilan, Surat
tugas dan/atau SPPD
4) PK berkoordinasi dengan Jaksa untuk persiapan
pelaksanaan putusan Pengadilan.

• Pelaksanaan
1) PK memperlihatkan surat tugas kepada Jaksa
2) PK meminta tanda tangan dan stempel kepada
pejabat yang berwenang.

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 49


3) PK berkoordinasi dengan orangtua/wali, Aparat
Pemerintah setempat dan lembaga atau instansi
terkait untuk pendampingan pelaksanaan eksekusi.
4) PK mendampingi Jaksa melakukan eksekusi sesuai
dengan Putusan Pengadilan
5) PK berkoordinasi dan menandatangani berita acara
serah terima dengan orangtua/wali, pimpinan
lembaga dan Aparat Pemerintah setempat.

• Tindak Lanjut
 Membuat laporan pelaksanaan pendampingan

b. Pendampingan Pemenuhan Hak Anak di LPAS dan LPKA

• Perencanaan
1) PK menerima pemberitahuan tertulis dari LPAS/LPKA
2) Kepala Bapas menunjuk PK untuk menangani
permintaan.
3) PK menerima surat tugas dari Kepa Bapas
4) PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan
sebagai berikut : Litmas, Surat tugas dan/atau SPPD.
5) PK berkoordinasi dengan pejabata terkait di LPAS/
LPKA untuk memastikan jadwal.

• Pelaksanaan
1) PK mendatangi LPAS/LPKA dan menyampaikan surat
tugas.
2) PK meminta tanda tangan pejabat berwenang dan
stempel pada surat tugas.
3) PK menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan
penggalian informasi.

50 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


4) PK melakukan penggalian informasi dalam rangka
mengidentifikasi kebutuhan dan potensi Anak.
5) PK membuat rekomendasi melalui litmas dan
menghubungi pihak-pihak terkait untuk memfasilitasi
pemenuhan hak anak.
6) PK menyampaikan rekomendasi litmas pada sidang
TPP.
7) PK menyampaikan hasil sidang TPP kepada Bapas,
LPAS dan LPKA.

• Tindak Lanjut
 Membuat laporan pelaksanaan pendampingan

D. Jangka Waktu Pendampingan

Kewenangan dalam melakukan pendampingan dimulai pada


saat Pembimbing Kemasyarakatan diberikan kewenangan
tersebut sesuai dengan ketentuan formal yang berlaku yaitu pada
saat Pembimbing Kemasyarakatan menerima surat perintah yang
sudah ditanda tangani oleh Kepala Balai Pemasyarakatan (Bapas)
untuk melaksanakan pendampingan terhadap klien, dan saat itu
pula Pembimbing Kemasyarakatan sudah harus melakukan tugas
dan fungsinya. Pendampingan dinyatakan berakhir sesuai
batasan waktu yang tertuang dalam surat formal atau bila
terjadinya sesuatu hal terhadap klien yang mengharuskan
pendampingan berakhir, seperti contohnya klien meninggal
dunia.

Pendampingan Anak dalam durasi waktu maksimal sesuai


tingkatan yang dilaksanakan oleh Pembimbing Kemasyarakatan
sebagai berikut :

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 51


1. Pendampingan pada saat pengambilan keputusan bagi Anak
yang belum berusia 12 tahun : 7 (tujuh) hari sejak rapat
koordinasi 3 (tiga) pihak dalam rangka pengambilan
keputusan dilaksanakan.
2. Pendampingan dalam upaya Diversi di Kepolisian/
Kejaksaan/Pengadilan : maksimal 30 hari.
3. Pendampingan pada saat pemeriksaan awal di Kepolisian :
1 x 24 jam.
4. Pendampingan pemeriksaan Anak di Kejaksaan pada saat
pelimpahan dari Kepolisian : 1 hari
5. Pendampingan Hasil Kesepakatan Diversi: sesuai kesepakatan.
6. Pendampingan di persidangan: sejak dimulainya
persidangan hingga Hakim memberikan putusan.
7. Pendampingan pelaksanaan putusan : sesuai kebutuhan
8. Pendampingan pemenuhan hak Anak : sesuai kebutuhan.

E. Evaluasi

1. Di bawah ini yang bukan merupakan pendampingan di tahap


praadjudikasi adalah?
a. Pendampingan Mediasi
b. Pendampingan Hasil Kesepakatan Diversi
c. Pendampingan Pemeriksaan di Kejaksaan
d. Pendampingan di Saat Persidangan

2. Pendampingan dalam upaya diversi diatur di dalam UU SPPA


pasal apa saja?
a. Pasal 28, 42, dan 52
b. Pasal 29, 42, dan 52
c. Pasal 29, 42, dan 57
d. Pasal 28, 43, dan 53

52 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


3. Pendampingan pada tahap adjudikasi adalah?
a. Pendampingan yang dilakukan oleh PK saat anak berada
di kejaksaan
b. Pendampingan yang dilakukan oleh PK pada saat Anak
mengikuti sidang di pengadilan
c. Pendampingan yang dilakukan oleh PK pada saat Anak
melakukan suatu tindak pidana
d. Pendampingan yang dilakukan oleh PK saat Anak mulai
diperiksa oleh penyidik

4. Di bawah ini yang termasuk pendampingan tahap pasca


adjudikasi adalah?
a. Pelaksanaan Putusan Pengadilan
b. Mediasi
c. Diversi
d. Hasil Kesepakatan Diversi

5. Sejak kapan Pembimbing Kemasyarakatan memiliki


kewenangan untuk melakukan pendampingan?
a. Sejak Pembimbing Kemasyarakatan mengetahui
terjadinya kejahatan
b. Sejak Pembimbing Kemasyarakatan melihat suatu tindak
pidana
c. Sejak Pembimbing Kemasyarakatan diberikan
kewenangan sesuai ketentuan formal.
d. Sejak Pembimbing Kemasyarakatan merasa harus terlibat
dalam penyelesaian suatu tindak pidana

6. Dalam pelaksanaan pendampingan upaya Diversi di


Kepolisian/Kejaksaan/Pengadilan, apa yang dilakukan oleh
PK setelah menyampaikan hasil rekomendasi Litmas?

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 53


a. Meminta tanda tangan pejabat berwenang dan stempel
pada surat tugas
b. PK menerima hasil kesepakatan diversi sambil
menunggu penetapan pengadilan
c. PK menyampaikan pendapat dan aktif pada saat
musyawarah serta duduk di samping Anak
d. PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan

7. Dalam pelaksanaan pendampingan tahap adjudikasi, apa


yang dilakukan oleh PK setelah membacakan hasil Litmas
sesuai dengan tata cara persidangan?
a. PK mengikuti jalannya sidang dan terlibat secara aktif
dalam pelaksanaan persidangan
b. Meminta tandatangan pejabat berwenang dan stempel
surat tugas
c. PK menemui Jaksa Penuntut Umum/hakim untuk
memastikan pelaksanaan sidang.
d. PK bertemu dengan Anak dan orangtua/wali untuk
memberikan penguatan mental dalam menghadapi
persidangan

8. Dalam perencanaan pendampingan pelaksanaan putusan


hakim (pascaadjudikasi), apa yang dilakukan oleh PK setelah
menerima surat pemberitahuan secara tertulis dari Jaksa?
a. PK berkoordinasi dengan orangtua/wali, Aparat
Pemerintah setempat dan lembaga atau instansi terkait
untuk pendampingan pelaksanaan eksekusi
b. PK menerima surat tugas dari Kepala Bapas
c. PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan sebagai
berikut
d. PK berkoordinasi dengan Jaksa untuk persiapan
pelaksanaan putusan Pengadilan

54 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


BAB IV
PRAKTEK PENDAMPINGAN

Indikator Keberhasilan: Setelah mempelajarI materi bab ini,


peserta diharapkan dapat melaksanakan Pendampingan pada tahap
Pra-Adjudikasi, Adjudikasi sampai Post Adjudikasi dengan baik

A. Pendampingan di tahap Pra Adjudikasi.

1. Praktek Pendampingan Anak yang belum berusia 12 tahun

a. Berkoordinasi dengan Penyidik untuk melakukan


pendampingan terhadap Anak yang belum berusia 12
tahun dan diduga melakukan tindak pidana sesuai
dengan permintaan yang sudah dikirim oleh pihak
kepolisian ke Bapas sekaligus memastikan kapan
dilaksanakan pertemuan untuk bertemu dengan Anak dan
keluarga serta pelaksanaan musyawarah pengambilan
keputusan terhadap Anak yang belum berusia 12 tahun.

b. Bertemu dengan penyidik yang menangani perkara serta


memastikan kembali usia serta tindak pidana yang
dilakukan Anak melalui dokumen atau berkas-berkas
yang ada pada penyidik seperti :
1) Akte atau surat kenal lahir atau ijazah atau raport atau
kartu keluarga atau surat keterangan lain yang
menyatakan usia Anak.
2) Berkas pemeriksaan terhadap Anak terkait dengan
kronologi dan tindak pidana di sangkakan kepada
Anak.

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 55


c. Bertemu serta berkomunikasi dengan dengan Anak dan
keluarga Anak untuk menggali data dan informasi
sebanyak mungkin sebagai bahan Litmas dan
pertimbangan dalam memutuskan rekomendasi terhadap
Anak.

d. Memastikan kembali kepada Penyidik untuk segera


melakukan musyawarah terkait pengambilan keputusan
terhadap Anak dengan menyarankan untuk mengundang
pihak Pekerja Sosial Profesional.

e. Berkomunikasi dengan pekerja sosial yang mendampingi


pihak korban untuk mengetahui kondisi dan situasi
korban serta keluarganya dan menjadikan hal tersebut
sebagai salah satu pertimbangan dalam memutuskan
rekomendasi terbaik bagi Anak.

f. Mendampingi Anak serta mendorong keluarga Anak


untuk berkomunikasi dengan pihak korban selama proses
musyawarah dilaksanakan.

g. Memastikan hak-hak Anak terpenuhi selama proses


musyawarah dilaksanakan seperti :
1) Jika dimungkinkan untuk menghadirkan Psikolog
atau psikiater mengingat Anak masih berusia
dibawah 12 tahun atau melakukan koordinasi dengan
pihak yang peduli Anak seperti : P2TP2A, KPAI/KPAD,
Komnas Anak, dll
2) Pihak yang hadir dalam musyawarah adalah pihak
yang sesuai dengan aturan yang berlaku dalam UU
SPPA dan PP No.65 tahun 2015 dimana dinyatakan

56 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


bahwa kesepakatan musyawarah untuk tindak pidana
yang dilakukan oleh Anak yang belum berusia 12
tahun dilakukan oleh Penyidik, Pekerja Sosial dan
Pembimbing Kemasyarakatan.

h. Menyampaikan rekomendasi hasil Litmas dalam


musyawarah serta selalu duduk disamping Anak dan
keluarga sebagai bentuk penguatan atau dukungan
kepada Anak dan kelarga dalam menjalani proses hukum
serta membantu keluarga dalam memahami opsi atau
solusi yang disampaikan dalam musyawarah.

i. PK melakukan pendampingan untuk Anak pada saat


pelaksanaan kesepakatan hasil musyawarah.

2. Pendampingan dalam Upaya Diversi di Kepolisian/


Kejaksaan/Pengadilan

a. Berkoordinasi dengan Kepolisian/Kejaksaan/Pengadilan


terkait pelaksanaan upaya Diversi bagi Anak.

b. Pembimbing Kemasyarakatan memperkenalkan diri


kepada klien, keluarga klien, Aparat Penegak Hukum dan
pihak-pihak lain yang terkait yang hadir dalam
pelaksanaan upaya Diversi.

c. Dalam pelaksanaan upaya Diversi di tingkat Kepolisian/


Kejaksaan/Pengadilan :
1) PK melakukan pendampingan terhadap Anak selama
proses Diversi berlangsung dengan memberikan
rekomendasi berdasarkan hasil penelitian
kemasyarakatan (Litmas) yang telah dilakukan

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 57


2) PK selalu duduk disamping Anak sebagai bentuk
penguatan atau dukungan terhadap Anak dan
keluarga dalam menjalani proses hukum yang
berlangsung.
3) PK membantu Anak dan keluarga dalam memahami
serta memberikan gambaran setiap opsi atau solusi
yang disampaikan dalam musyawarah upaya diversi
sehingga Anak dan keluarga bisa memutuskan
langkah apa yang akan diambil.

d. PK berperan aktif menyampaikan opsi atau usulan


berdasarkan pertimbangan hasil penelitian dengan tetap
mempertimbangkan kondisi dan situasi korban (bila ada)
dan membantu Anak serta keluarga menyampaikan
pendapat dalam upaya Diversi berlangsung.

3. Pendampingan di Kepolisian pada saat pemeriksaan awal

a. Pembimbing Kemasyarakatan memperkenalkan diri


kepada Anak dan keluarga serta Penyidik yang
menangani perkara.

b. Memastikan usia Anak dan ancaman tindak pidana yang


diduga dilakukan oleh Anak melalui dokumen-dokumen
yang ada pada penyidik seperti :
1) Akte atau surat kenal lahir atau ijazah atau raport atau
kartu keluarga atau surat keterangan lain yang
menyatakan usia Anak.
2) Berita acara pemeriksaan kepolisian terkait kronologi
yang disampaikan Anak (jika pada saat BAP
terhadap Anak PK tidak mendampingi)

58 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


3) Surat perintah penahanan atau surat perintah
penyidikan terhadap Anak.

c. Memastikan bahwa penahanan hanya dilakukan bagi


yang berusia 14 tahun keatas dan diduga melakukan
tindak pidana dengan ancaman pidana penjara 7 tahun
atau lebih.

d. Mengenali Anak dan keluarganya serta menjelaskan hak


dan kewajiban Anak selama berproses dengan hukum
sesuai dengan UU Sistem Peradilan Pidana Anak seperti:
1) Memperoleh pendampingan oleh orangtua/wali atau
orang yang dipercaya oleh Anak.
2) Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lainnya
secara efektif.
3) Proses hukum terpisah dan berbeda dengan orang
dewasa.
4) Diupayakan Diversi untuk yang memenuhi syarat
Diversi.
5) Dapat dilakukan Mediasi dalam upaya meringankan
tuntutan Jaksa atau putusan pengadilan.
6) Hak-hak lainnya yang sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.

e. Meminta kepada Anak dan keluarga agar dalam


pelaksanaan pemeriksaan menyampaikan kebenaran
yang sejujur-jujurnya sehingga hal tersebut bisa menjadi
salah satu point yang meringankan dalam proses hukum
bagi Anak.

f. Memastikan pemenuhan hak-hak anak selama proses


penyidikan berlangsung dimana dalam pemeriksaan

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 59


Anak tidak mendapat penekanan, Anak di damping
orangtua/wali, Anak memahami isi BAP yang akan
ditandatangani, pemeriksaan Anak tidak berlarut-larut,
penahanan terhadap Anak sesuai dengan prosedur yang
berlaku terutama jangka waktu penahanan, terbebas dari
penganiayaan atau perlakuan yang merendahkan derajat
dan martabatnya seperti digunduli atau dipukuli dan hal-
hal lainnya.

g. Berkoordinasi dan memberi saran kepada penyidik untuk


segera mengatur, kapan dan dimana melaksanakan
Diversi setelah melihat berkas/dokumen ternyata tindak
pidana yang disangkakan kepada Anak memenuhi syarat
untuk Diversi.

4. Pendampingan pada saat pemeriksaan di Kejaksaan

a. Berkoordinasi dengan penyidik terkait pemeriksaan Anak


di Kejaksaan serta berkoordinasi dengan Jaksa yang
menangani perkara.

b. Memastikan pemenuhan hak-hak Anak selama proses


pemeriksaan di Penuntut Umum dan serah terima Anak
serta berkas berlangsung dari pihak kepolisian kepada
pihak kejaksaan.

c. Berkoordinasi dengan penuntut umum terkait


pelaksanaan upaya Diversi bagi Anak yang pada tahap
awal di Penyidikan upaya Diversi tidak berhasil.

d. Memberikan dukungan dan pemahaman kepada Anak


selama proses pemeriksaan di Penuntut Umum serta

60 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


mendorong Anak untuk selalu mengatakan kebenaran
terkait tindak pidana yang telah dilakukan.

e. Berkoordinasi dengan Jaksa yang menangani perkara


untuk jadwal persidangan.

5. Pendampingan pada saat pelaksanaan Kesepakatan


Diversi

a. Memberikan dukungan kepada Anak dan keluarga dalam


hal Anak menjalani kesepakatan Diversi baik di Panti/Balai
ataupun lembaga lainnya dengan :
1) memberikan gambaran tentang tempat dimana Anak
menjalani kesepakatan Diversi dan hal-hal yang
bermanfaat untuk masa depan yang akan didapat di
tempat Anak menjalani kesepakatan Diversi seperti
pendidikan dan ketrampilan lainnya, dll
2) Selain itu PK menyampaikan akibat atau dampak
terhadap Anak jika penetapan tersebut tidak
dilaksanakan sesuai kesepakatan.

b. PK melakukan koordinasi dengan Penyidik/Jaksa


Penuntut Umum terkait pelaksanaan kesepakatan Diversi
yang sudah ada Penetapan dan selalu mendampingi
Anak pada saat pelaksanaan eksekusi .

c. Memastikan pemenuhan hak-hak Anak ditempat Anak


akan menjalani kesepakatan Diversi seperti : pendidikan,
kesehatan, kebutuhan bertemu dengan keluarga,
konseling, makan dan hal-hal lainnya.

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 61


d. Jika hak-hak dasar Anak tidak dapat terpenuhi oleh karena
satu dan lain hal maka PK dapat menyampaikan atau
melaporkan hal tersebut kepada eksekutor agar segera
dicarikan alternatif lain.

6. Pendampingan dalam upaya Mediasi

a. PK mendampingi Anak dan keluarga dalam musyawarah


Mediasi dengan menyampaikan pertimbangan-
pertimbangan berdasarkan situasi dan kondisi Anak serta
juga mempertimbangkan dengan kondisi dan situasi
korban.

b. PK membantu Anak dan keluarga dalam menyampaikan


permohonan maaf, pendapat atau usulan atau solusi yang
bisa berupa ganti rugi atau hal lainnya dalam
musyawarah upaya Mediasi.

c. PK memastikan bila upaya mediasi berhasil ada


kesepakatan tertulis yang dibuat dan ditandatangani oleh
semua pihak yang nantinya dapat digunakan oleh PK
dalam persidangan sebagai bahan pertimbangan bagi
jaksa dan hakim dalam menunutut dan memutuskan
perkara.

B. Pendampingan pada tahap Adjudikasi

1. Mendampingi Anak dan memberikan dukungan kepada Anak


selama proses persidangan serta mendorong Anak untuk
selalu mengatakan kebenaran terkait tindak pidana yang
telah dilakukan.

62 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


2. Membacakan laporan hasil penelitian kemasyarakatan dalam
persidangan yang berisi tentang :
• Data pribadi Anak, keluarga, pendidikan, dan kehidupan
sosial.
• Latar belakang dilakukannya tindak pidana.
• Keadaan korban dala hal ada korban dalam tindak
pidana terhadap tubuh dan nyawa.
• Hal lain yang dianggap perlu
• Berita Acara Diversi dan
• Kesimpulan dan rekomendasi dari Pembimbing
Kemasyarakatan.

3. Menyampaikan pendapat jika dianggap perlu atau saat


diminta oleh Hakim serta membantu Anak dan keluarga dalam
menyampaikan pendapat atau memahami proses
persidangan yang berlangsung.

4. Memastikan seluruh hak-hak Anak terpenuhi selama


persidangan berlangsung seperti :
a) Proses persidangan terpisah dengan orang dewasa
b) Ruang tunggu Anak terpisah dengan orang dewasa
c) Persidangan Anak dilakukan tertutup dari umum kecuali
pada saat putusan dibacakan.
d) Selama persidangan berlangsung Anak tidak
menggunakan rompi sidang dan tidak diborgol.
e) Anak mendapat atau didampingi oleh penasehat hukum
dan bila tidak sanggup menyediakan maka Negara
melalui Pengadilan akan menyediakan bantuan hukum
secara gratis.

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 63


C. Praktek Pendampingan di Tahap Post Adjudikasi

1. Praktek Pendampingan Pelaksanaan Putusan

a. Memberikan dukungan dan penguatan mental kepada


Anak dan keluarga terkait putusan pidana yang dijatuhkan
kepada Anak dengan memberikan gambaran terkait hak
integrasi, remisi, pendidikan dan ketrampilan kerja yang
bisa didapat selama menjalani pidana serta hal lainnya.

b. Melakukan koordinasi dengan eksekutor dan hadir


mendampingi Anak pada saat pelaksanaan putusan
(eksekusi).

2. Praktek Pendampingan Pemenuhan Hak Klien

a. PK melakukan koordinasi dengan petugas LPAS/Rutan/


LPKA/Lapas terkait pemenuhan hak-hak Anak selama
Anak menjalani pembinaan.

b. PK melakukan koordinasi dengan petugas LPAS/Rutan/


LPKA/Lapas, terkait jadwal untuk melakukan penelitian
kemasyarakatan bagi Anak.

c. PK berdasarkan hasil penelitian kemasyarakatan


memberikan rekomendasi program pelayanan dan
pembinaan serta program Integrasi serta PK
menyampaikan dalam sidang TPP di LPAS/Rutan/LPKA/
Lapas.

d. PK memastikan pelaksanaan program pelayanan dan


pembinaan serta Integrasi dilaksanakan berdasarkan
hasil rekomendasi yang diberikan dalam Litmas.

64 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


e. Membuat laporan hasil pendampingan pelaksanaan
program pelayanan dan pembinaan yang dilaksanakan
oleh Anak.

D. Pendampingan Pelaku Tindak Pidana Dewasa

Penangangan perkara dewasa seluruhnya didasarkan pada


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang
KUHAP, berbeda dengan penanganan perkara Anak yang hukum
acaranya diatur secara khusus dengan wajib dilakukannya
pendampingan. Meskipun demikian, Pasal 8 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
menyebutkan bahwa “Dalam mempertimbangkan berat
ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan pula sifat yang
baik dan jahat dari terdakwa”. Untuk menentukan sifat yang baik
dan jahat dari terdakwa, hakim dapat meminta pertimbangan
Pembimbing Kemasyarakatan melalui Penelitian Kemasyarakatan.
Penelitian Kemasyarakatan dapat memberikan gambaran latar
belakang suatu tindak pidana dengan lebih jelas dan lengkap
sehingga putusan hakim menjadi lebih adil dan efektif. Hal ini
juga diperkuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan pasal 38 ayat (4) yang menyebutkan bahwa
“dalam tindak pidana tertentu Penelitian Kemasyarakatan dapat
dilaksanakan terhadap tersangka dewasa”. Secara implisit,
ketentuan ini menunjukan bahwa pemeriksaan terhadap perkara
dewasa yang dilakukan oleh Aparat Penegak Hukum pada kasus
tertentu, dapat meminta Pembimbing Kemasyarakatan untuk
membuat penelitian kemasyarakatan. Selain penelitian
kemasyarakatan, tugas pendampingan terhadap pelaku tindak

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 65


pidana dewasa berpotensi dilakukan oleh Pembimbing
Kemasyarakatan. Namun, sampai dengan saat ini tugas
pendampingan terhadap pelaku tindak pidana dewasa belum
dilakukan. Hal ini dikarenakan belum adanya aturan yang
mengatur tentang pendampingan terhadap pelaku tindak pidana
dewasa. Mesikpun demikian, amanat di dalam ketentuan Pasal 8
ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman dan Pasal 38 ayat (4) Peraturan Pemerintah
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan
Warga Binaan Pemasyarakatan memungkinkan adanya
tambahan fungsi pendampingan dalam persidangan oleh
Pembimbing Kemasyarakatan guna memberikan rekomendasi
kepada hakim. Diharapkan kedepannya, sistem peradilan yang
restoratif tidak hanya berlaku untuk anak melainkan juga untuk
pelaku tindak pidana dewasa.

E. Evaluasi

1. Saat pelaksanaan proses musyawarah, untuk memastikan


tepenuhinya hak-hak dapat menghadirkan…
a. Advokat
b. Psikolog/Psikiater
c. Keluarga korban
d. Tokoh masyarakat

2. Berdasarkan UU Sistem Peradilan Pidana Anak, hak dan


kewajiban Anak selama berproses dengan hukum sesuai
antara lain….
a. Pelaksanaan upaya Diversi terhadap seluruh kasus yang
melibatkan Anak

66 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


b. Proses hukum tidak berbeda dengan orang dewasa.
c. Proses hukum terpisah dan berbeda dengan orang
dewasa
d. Pelaksanaan Mediasi dalam upaya menambah tuntutan
Jaksa atau putusan pengadilan

3. Berikut merupakan hal yang dilakukan PK dalam tahap akhir


pendampingan mediasi…..
a. PK melakukan koordinasi dengan Penyidik/Jaksa
Penuntut Umum terkait pelaksanaan kesepakatan Diversi
yang sudah ada Penetapan dan selalu mendampingi
Anak pada saat pelaksanaan eksekusi .
b. PK Memastikan pemenuhan hak-hak Anak ditempat Anak
akan menjalani kesepakatan Diversi seperti : pendidikan,
kesehatan, kebutuhan bertemu dengan keluarga,
konseling, makan dan hal-hal lainnya
c. PK menyampaikan atau melaporkan hal tersebut kepada
eksekutor agar segera dicarikan alternatif lain
d. PK memastikan terdapat kesepakatan tertulis yang dibuat
dan ditandatangani oleh semua pihak untuk digunakan
PK dalam persidangan

4. Dalam pelaksanaan pendampingan putusan, Hal yang


dilakukan PK adalah……
a. Melakukan koordinasi dengan petugas LPAS/Rutan/
LPKA/Lapas, terkait jadwal untuk melakukan penelitian
kemasyarakatan bagi Anak.
b. Memberikan dukungan dan penguatan mental kepada
Anak dan keluarga terkait putusan pidana yang dijatuhkan
kepada Anak serta memberikan gambaran terkait hak

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 67


integrasi, remisi, pendidikan dan ketrampilan kerja yang
bisa didapat selama menjalani pidana
c. PK mendampingi Anak dan keluarga serta
menyampaikan pertimbangan-pertimbangan
berdasarkan situasi dan kondisi Anak serta juga
mempertimbangkan dengan kondisi dan situasi korban.
d. PK membantu Anak dan keluarga dalam menyampaikan
permohonan maaf, pendapat atau usulan atau solusi yang
bisa berupa ganti rugi atau hal lainnya

5. Sebutkan peraturan perundang-undangan yang


memungkinkan dilakukannya pendampingan terhadap
tersangka dewasa?
a. Pasal 7 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman dan Pasal 36 Peraturan
Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan
dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
b. Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman dan Pasal 38 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan
c. Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman dan Pasal 38 ayat (4)
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan
d. Pasal 12 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak

68 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


6. Penjelasan mengenai pemberian perlindungan dan
pendampingan pada setiap proses peradilan tertuang di
dalam?
a. Pasal 59 ayat (2) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak
b. Pasal 60 ayat (2) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak
c. Pasal 61 ayat (2) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak
d. Pasal 62 ayat (2) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak

7. Konsekuensi dari ketentuan Pasal 28B ayat (2) Undang-


Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hak
anak adalah?
a. Adanya tindak lanjut dengan membuat inovasi tentang
kebutuhan anak
b. Adanya berbagai pembangunan yang bertemakan
“ramah anak”
c. Adanya tindak lanjut dengan membuat kebijakan
pemerintah yang bertujuan melindungi anak
d. Adanya pembentukan kota ramah anak

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 69


BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pembimbing Kemasyarakatan adalah pejabat fungsional


penegak hukum yang melaksanakan Penelitian
Kemasyarakatan, Pembimbingan, Pengawasan dan
Pendampingan terhadap Anak di dalam dan di luar proses
peradilan pidana oleh karena itu dalam melaksanakan
pendampingan harus memahami dasar hukum, ruang
lingkup, tujuan, prinsip dan asas, serta mekanisme dan
prosedur pendampingan.

2. Dalam tiap tahapan Pendampingan ada beberapa jenis


pendampingan yaitu :

a. Jenis pendampingan yang ada pada Tahap Pra-


Adjudikasi adalah :
• Pendampingan bagi Anak yang belim berusia 12
tahun
• Pendampingan proses penyidikan di Kepolisian
• Pendampingan dalam upaya Diversi di Kepolisian/
Kejaksaan/Peradilan
• Pendampingan pemeriksaan Anak di Kejaksaan
pada saat pelimpahan dari Keposian
• Pendampingan hasil kesepakatan Diversi
• Pendampingan Mediasi bagi perkara yang tidak
memenuhi syarat Diversi.

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 71


b. Pendampingan Tahap Adjudikasi yang dilakukan sejak
pemeriksaan Anak di persidangan sampai hakim
memberikan penjatuhan pidana.

c. Pendampingan tahap Post Adjudikasi


• Pendampingan pelaksanaan putusan Hakim
• Pendampingan pemenuhan Hak Anak di LPAS/LPKA

B. Tindak Lanjut

Setelah mempelajari, memahami, dan melakukan latihan soal


materi Dasar-Dasar Bimbingan Kemasyarakatan: Pendampingan,
diharapkan Pembimbing Kemasyarakatan benar-benar mampu
melaksanakan dan mengimplementasikan pendampingan bagi
Klien Anak dalam rangka pemenuhan hak-hak Anak demi
kepentingan terbaik bagi Anak, dan kedepannya juga dapat
melakukan pendampingan bagi Klien Dewasa.

72 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


KUNCI JAWABAN

BAB II BAB III BAB IV

1. C 1. D 1. B
2. B 2. B 2. C
3. D 3. B 3. D
4. A 4. A 4. B
5. C 5. C 5. C
6. C 6. B 6. A
7. D 7. A 7. C
8. B 8. X
9. D
10. A
11. B
12. D
13. C

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 73


DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Pasal 28 B ayat (2) dan Pasal 28 H ayat (2);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang


Kesejahteraan Anak;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang


Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995


tentang Pemasyarakatan;

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999


tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 66 ayat (4);

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998 tentang


Ratifikasi Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan/
Hukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan
(Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading
Treatment or Punishment);

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012


tentang Sistem Peradilan Pidana Anak;

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014


tentang Perubahan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak;

9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012


tentang Sistem Peradilan Pidana Anak;

74 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN


10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan


dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2015 tentang Pedoman


Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang Belum Berumur
12 (Dua Belas) Tahun;

13. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2014 tentang


Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam Sistem Peradilan Pidana
Anak;

14. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan


Anak Nomor 15 tahun 2010 tentang Pedoman Umum Penanganan
Anak yang Berhadapan dengan Hukum;

15. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi Nomor 22 Tahun 2016 tentang Jabatan
Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan;

16. Peraturan Kepala BKN Nomor 5 Tahun 2017 tentang Petunjuk


Pelaksanaan Pembinaan Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan;

17. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 41 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan;

18. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan


Convention On The Right of Child (Konvensi tentang Hak-Hak
Anak);

PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN 75


19. Keputusan bersama Ketua Mahkamah Agung RI, Jaksa Agung RI,
Kepala Kepolisian Negara RI, Menteri Hukum dan HAM RI, Menteri
Sosial RI dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak RI Nomor : 166A/KMA/SKB/XII/2009, 148 A/A/
/JA/12/2009, B/45/12/2009, M.HH-08 HM.03.02 Tahun 2009,10/
PRS - 2/KPTS/2009, 02/Men.PP dan PA/XII/2009 tentang
Penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum;

20. Surat Edaran Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Nomor: PAS6.


PK.01.05.02 – 573 Tahun 2014 tentang Pedoman Umum
Penyusunan Rekomendasi Penelitian Kemasyarakatan.

76 PENDAMPINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN

Anda mungkin juga menyukai