PENDAMPINGAN
KLIEN PEMASYARAKATAN
Penulis :
Gusti Ayu Putu Suwardani, Bc.IP, SH, M.Si
Darma Lingganawati, Bc.IP., S.H.,M.H., M.Si.
Evi Loliancy, A.Md.IP., S.Sos., M.Si.
Reviewer:
Dr. Mardjoeki, Bc.IP., M.Si.
Editor:
Sopi Ahyar, S.H.
Penulis:
Gusti Ayu Putu Suwardani, Bc.IP, SH, M.Si
Darma Lingganawati, Bc.IP., S.H., M.H., M.Si.
Evi Loliancy, A.Md.IP., S.Sos., M.Si.
ISBN : 978–623–6060–12–4
Reviewer:
Dr. Mardjoeki, Bc.IP., M.Si.
Editor :
Sopi Ahyar, S.H.
Diterbitkan oleh :
Pusat Pengembangan Diklat Fungsional Dan HAM
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum Dan HAM
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Jalan Raya Gandul – Cinere, No. 4, Depok 16512
Telp. (021) 7540077, 7540124 Fax. (021) 7543709
Dicetak oleh :
CV. Alnindra Putra Perkasa - Depok
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan Modul Pelatihan Pejabat
Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan Pertama ini dari awal sampai
akhir. Semoga Modul ini dapat bermanfaat bagi pengguna, khususnya
peserta dan pengajar Pelatihan Pejabat Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan Pertama.
Halaman
KUNCI JAWABAN........................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 74
A. Latar Belakang
Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
memiliki harkat dan martabat sebagai seorang manusia seutuhnya
dan untuk menjaga hal tersebut maka Anak berhak mendapatkan
perlindungan khusus terutama perlindungan hukum dalam sistem
peradilan. Sebagai salah satu negara yang menjadi pihak dalam
Konvensi Hak-Hak Anak, Indonesia memiliki kewajiban untuk
memberikan perlindungan khusus terhadap anak yang
berhadapan dengan hukum.
B. Deskripsi Singkat
C. Manfaat Modul
D. Hasil Belajar
G. Waktu Pembelajaran
H. Metode Pembelajaran
I. Media
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari Bab ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan
dasar hukum, sejarah, pengertian, ruang lingkup, tujuan dan fungsi,
jenis, asas dan prinsip pendampingan.
A. Dasar Hukum
1) Sejarah Pendampingan
Fungsi pendampingan sudah dilaksanakan oleh Pembimbing
Kemasyarakatan sejalan dengan berdirinya Balai
Pemasyarakatan pada tahun 1970, dimana pelaksanaan
pendampingan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari proses pembimbingan klien yang dilakukan oleh
Pembimbing Kemasyarakatan dan hal ini diperkuat dengan
Surat Edaran No. DBTU.5.22/77 tanggal 28 Juni 1977 tentang
Penjelasan Tugas-Tugas Balai Bispa mengenai Pembuatan
Penelitian Kemasyarakatan Dalam Rangka Pemeriksaan Pada
Pengadilan Negeri pada point ke 3 {tiga} yang berbunyi :
“Hasil Litmas diserahkan kepada kejaksaan atau pengadilan
yang memberitahu tadi. Pada saat diadakan pemeriksaan,
Hakim memberitahukan dan minta supaya PK ikut menghadiri
sidang. Jika perlu dalam sidang itu Hakim meminta
penjelasan kepada PK sekitar hasil Litmas yang dibuatnya.
PK dapat juga mengajukan saran kepada Hakim, putusan apa
yang sebaiknya dijatuhkan, jika hakim minta (Hakim tidak
terikat akan saran ini)”.
1. Pembimbing Kemasyarakatan
Berdasarkan UU SPPA Pasal 1 angka 13, Pembimbing
Kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum
yang melaksanakan penelitian kemasyarakatan,
pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan terhadap
anak di dalam dan di luar proses peradilan pidana.
2. Keluarga
Berdasarkan UU SPPA Pasal 1 angka 16, keluarga adalah
orang tua yang terdiri dari ayah, ibu, dan/atau anggota
keluarga lain yang dipercaya oleh anak.
3. Wali
Berdasarkan UU SPPA Pasal 1 angka 17, Wali adalah orang
atau badan yang dalam kenyataannya menjalankan
kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap anak.
4. Masyarakat
berdasarkan penjalasan Pasal 8 ayat (2) UU SPPA, yang
dimaksud dengan masyarakat antara lain tokoh agama, guru,
dan tokoh masyarakat.
F. Jenis-Jenis Pendampingan
6. Pendampingan Mediasi.
Pendampingan mediasi adalah pendampingan yang
1) Asas-Asas Pendampingan
Dalam melakukan pendampingan Anak, Pembimbing
Kemasyarakatan harus memperhatikan asas-asas
sebagaimana disebutkan di dalam ketentuan Pasal 2 dan
penjelasan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, yaitu:
a) Pelindungan
Yang dimaksud dengan pelindungan meliputi kegiatan
yang bersifat langsung dan tidak langsung dari tindakan
yang membahayakan Anak secara fisik dan/atau psikis.
b) Keadilan
Yang dimaksud dengan keadilan adalah bahwa setiap
c) Nondiskriminasi
Yang dimaksud dengan nondiskriminasi adalah tidak
adanya perlakuan yang berbeda didasarkan pada suku,
agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan
bahasa, status hukum Anak, urutan kelahiran Anak, serta
kondisi fisik dan/atau mental yang dapat juga diartikan
menghargai persamaan derajat dan tidak membeda-
bedakan, baik pihak atau atas dasar agama atau SARA
atau afiliasi atau ideologi atau lainnya.
g) Pembinaan
Yang dimaksud dengan pembinaan adalah kegiatan untuk
meningkatkan kualitas, ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, pelatihan
keterampilan, profesional, serta kesehatan jasmani dan
rohani Anak baik di dalam maupun di luar proses
peradilan pidana.
h) Pembimbingan
Yang dimaksud dengan pembimbingan adalah
pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual,
sikap dan perilaku, pelatihan keterampilan, profesional,
serta kesehatan jasmani dan rohani klien
pemasyarakatan.
i) Proporsional
Yang dimaksud dengan proporsional adalah segala
perlakuan terhadap Anak harus memperhatikan batas
keperluan, umur, dan kondisi Anak.
k) Penghindaran Pembalasan
Yang dimaksud dengan penghindaran pembalasan
diartikan sebagai upaya menjauhkan pembalasan dalam
proses peradilan pidana.
2) Prinsip-Prinsip Pendampingan
Dalam melakukan pendampingan terhadap Anak ada
beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh Pembimbing
Kemasyarakatan selaku pendamping dan prinsip-prinsip ini
berdasarkan Konvensi Hak Anak (KHA) yaitu :
a) Prinsip Nondiskriminasi
Prinsip nondiskriminasi berarti semua hak yang diakui
dan terkandung dalam Konvensi Hak Anak harus
diberlakukan kepada setiap anak tanpa pembedaan
apapun. Pembimbing Kemasyarakatan selaku
pendamping seyogyanya mampu menempatkan,
memperlakukan, menghargai dan menerima Anak secara
manusiawi, tanpa membedakan jenis kelamin, suku
bangsa, agama, status sosial, budaya dan sebagainya.
Dalam melaksanakan tugas pendampingan seorang
Pembimbing Kemasyarakatan harus bersikap netral dan
seimbang. Prinsip ini tertuang dalam Pasal 2 Konvensi
Hak Anak, yakni : “Negara-negara peserta akan
menghormati dan menjamin hak-hak yang diterapkan dalam
e) Penerimaan
Pembimbing Kemasyarakatan selaku pendamping dan
yang melakukan pendampingan seyogyanya memiliki
prinsip pendampingan dalam hal penerimaan yaitu
menerima Anak dan keluarga dalam situasi dan kondisi
apapun tanpa memamandang latar belakang sosial
ekonomi dan tidak membeda-bedakan berdasarkan
agama, suku dan keturunan.
f) Tidak Menghakimi
Tidak memberikan penilaian benar-salah atas perilaku
anak. Tidak melakukan penilaian secara sepihak
terhadap kondisi anak. Bersikap terbuka menerima
kondisi tersebut. Sebagai Pembimbing Kemasyarakatan
yang mendampingi klien harus memiliki prinsip untuk
tidak memberikan penilaian benar atau salah atas perkara
Anak, tidak berpihak kepada siapapun dan mampu
bersikap terbuka untuk menerima setiap kondisi yang
terjadi.
g) Kerahasiaan
Menjaga kerahasiaan penerima manfaat, baik
menyangkut data pribadi, atau permasalahan pribadi
setiap anak agar ada jaminan kenyamanan bagi penerima
h) Rasional
Bersikap dan berpikir secara objektif, faktual dan dapat
diterima oleh akal sehat. Memberikan saran-saran yang
tidak emosional dan tidak berdasarkan pandangan
pribadi pendamping kepada penerima manfaat. Tidak
memberikan saran yang menguntungkan pribadi
pendamping pada saat pemilihan program kegiatan
bimbingan persiapan belajar. Melibatkan anak dan
keluarga dalam setiap pengambilan keputusan
pelayanan. Mengupayakan kepentingan terbaik bagi
anak untuk memperoleh masa depan yang lebih baik.
Seorang Pembimbing Kemasyarakatan dalam
melaksanakan pendampingan semestinya bersikap
Rasional dimana harus berpikir secara objektif, faktual
dan diterima oleh akal sehat, tidak emosional dan tidak
berdasarkan pada pandangan pribadi, mampu
memberikan saran yang menguntungkan pada saat
pemilihan program kegiatan bimbingan persiapan
belajar. Melibatkan anak dan keluarga dalam setiap
pengambilan keputusan pelayanan dan selalu
mengedepankan kepentingan terbaik bagi Anak.
j) Kesadaran Diri
Menyadari bahwa dirinya mempunyai keterbatasan
informasi dan pengetahuan sehingga perlu berupaya
mengembangkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait
dalam pendampingan anak. Menyadari segala
keterbatasannya dengan berupaya mengembangkan diri
dan terus belajar memperbaiki kinerjanya. Pembimbing
Kemasyarakatan semestinya memiliki prinsip Kesadaran
Diri akan keterbatasannya dengan berupaya terus belajar
untuk memperbaiki kinerja dan mengembangkan diri
serta Kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam
pendampingan ABH.
l) Penggunaan Bahasa
Selaku pendamping diharapkan Pembimbing
Kemasyarakatan hendaknya tidak menggunakan bahasa
14. Anak yang tidak boleh diproses dalam peradilan adalah Anak
yang belum berusia 12 tahun. Pada usia ini Anak akan di
upayakan mediasi yang dilakukan oleh 3 (tiga) pihak yaitu
Penyidik, Pembimbing Kemasyarakatan dan Pekerja Sosial/
Tenaga Kerja Sosial.
I. Evaluasi
• Perencanaan
1) Bapas menerima pemberitahuan secara tertulis
dari Kepolisian tentang jadwal pertemuan.
2) Kepala Bapas menunjuk PK yang akan
mendampingi Anak
3) PK menerima surat tugas dari Kepala Bapas
4) PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan
sebagai berikut : Form Litmas, Surat tugas/SPPD,
Form berita acara pendampingan.
5) PK berkoordinasi dengan penyidik untuk
memastikan kembali pelaksanaan pertemuan.
• Pelaksanaan
1) PK memperlihatkan surat tugas kepada penyidik.
2) PK meminta tandatangan pejabat berwenang
dan stempel kepolisian pada surat tugas.
• Tindak Lanjut
Membuat laporan pelaksanaan pendampingan.
• Perencanaan
1) Bapas menerima pemberitahuan secara tertulis
dari Kepolisian/Kejaksaan/ Pengadilan tentang
jadwal upaya Diversi.
2) PK menerima surat tugas dari Kepala Bapas.
3) PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan
sebagai berikut : Litmas, Surat tugas/SPPD, Form
berita acara pendampingan diversi.
• Pelaksanaan
1) Memperlihatkan surat tugas kepada Penyidik/
Penuntut Umum/Hakim.
2) Meminta tanda tangan dan stempel kepada
pejabat berwenang.
3) PK bertemu dengan Anak dan keluarga untuk
memberi penguatan terkait upaya Diversi.
4) PK bertemu dengan korban dan orangtua/wali
korban, tokoh masyarakat, pekerja sosial,
Pengacara dalam musyawarah Diversi.
5) PK menyampaikan hasil rekomendasi
berdasarkan Litmas yang telah disetujui oleh
sidang TPP Bapas.
6) PK menyampaikan pendapat atau solusi serta
aktif pada saat musyawarah dengan selalu duduk
di samping Anak dan keluarga.
7) PK bersama klien dan para pihak terkait
menandatangani Berita Acara kesepakatan.
8) PK menerima hasil kesepakatan diversi sambil
menunggu penetapan pengadilan.
9) PK menerima salinan surat penetapan dari
pengadilan
10) PK mendampingi Anak pada saat pelaksanaan
penetapan.
• Tindak lanjut
Membuat laporan pelaksanaan pendampingan.
• Perencanaan
1) Bapas menerima pemberitahuan secara tertulis
dari Kepolisian tentang jadwal pelimpahan.
2) PK menerima surat tugas dari Kepala Bapas.
3) PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan
sebagai berikut : Litmas, Surat tugas dan/atau
SPPD, Form berita acara pendampingan.
4) PK berkoordinasi dengan pihak penyidik untuk
memastikan waktu pelaksanaan pelimpahan
Anak.
• Pelaksanaan
1) PK berkoordinasi dengan penyidik untuk bertemu
jaksa dan menyampaikan surat tugas.
2) PK meminta tanda tangan dan stempel kepada
pejabat berwenang
3) PK bertemu dengan Anak dan Orangtua/wali
dalam rangka memberikan penguatan mental
dan kesiapan pemeriksaaan.
4) PK menyaksikan serah terima berkas dan Anak
dari Penyidik kepada jaksa.
5) PK menyampaikan dan menjelaskan kepada
Jaksa tentang kondisi Anak.
6) PK menemani, memperhatikan dan menyimak
pemeriksaan terhadap Anak.
7) PK menandatangani berita acara pelimpahan
(koordinasi dengan pihak kejaksaan).
• Tindak Lanjut
Membuat laporan pelaksanaan pendampingan.
• Perencanaan
1) Bapas menerima pemberitahuan secara tertulis
dari Polisi/Jaksa/Hakim perihal persiapan
pelaksanaan hasil kesepakatan Diversi.
2) PK menerima surat tugas dari Kepala Bapas.
3) PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan
sebagai berikut : Litmas, Surat tugas dan/atau
SPPD, Form berita acara pendampingan
pelaksanaan kesepakatan diversi.
4) PK berkoordinasi dengan pihak Penyidik/Jaksa/
Hakim untuk memastikan waktu pelaksanaan
pelimpahan Anak.
• Pelaksanaan
1) PK memperlihatkan dan menyampaikan surat
tugas kepada Penyidik/Jaksa/Hakim
2) PK meminta tandatangan dan stempel kepada
pejabat berwenang.
3) PK berkoordinasi dengan orangtua/wali, pihak
terkait dan Aparat Pemerintah setempat untuk
pelaksanaan eksekusi.
4) PK bersama Polisi/Jaksa/Hakim melaksanakan
eksekusi sesuai dengan Penetapan Pengadilan.
• Tindak lanjut
Membuat laporan pelaksanaan pendampingan
dan menyampaikan kepada Polisi/Jaksa/Hakim
dan Pengadilan.
• Perencanaan
1) Bapas menerima surat pemberitahuan secara
tertulis untuk pelaksanaan Mediasi.
2) PK menerima surat tugas dari Kepala Bapas
3) PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan
sebagai berikut : Litmas, Surat tugas dan/atau
SPPD, Form berita acara pendampingan berita
acara mediasi.
4) PK berkoordinasi dengan pihak terkait untuk
memastikan waktu pelaksanaan Mediasi.
• Pelaksanaan
1) PK memperlihatkan surat tugas kepada pihak
terkait
2) PK meminta tanda tangan pejabat berwenang
dan stempel pada surat tugas.
3) PK bertemu dengan Anak dan orangtua/wali
untuk memberikan penguatan dalam rangka
persiapan pelaksanaan Mediasi.
• Tindak lanjut
Membuat laporan pelaksanaan pendampingan
mediasi.
• Perencanaan
1) Bapas menerima surat pemberitahuan secara tertulis dari
Kejaksaan tentang jadwal persidangan.
2) PK menerima surat tugas dari Kepala Bapas.
3) PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan sebagai
berikut : Litmas, Surat tugas dan/atau SPPD.
4) PK berkoordinasi dengan Jaksa untuk memastikan waktu
persidangan.
• Pelaksanaan
1) PK memperlihatkan surat tugas kepada Jaksa dan Hakim
2) PK meminta tandatangan pejabat berwenang dan
stempel surat tugas.
• Tindak lanjut
Membuat laporan pelaksanaan pendampingan
• Perencanaan
1) Bapas menerima surat pemberitahuan secara tertulis
dari Jaksa
2) PK menerima surat tugas dari Kepala Bapas
3) PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan
sebagai berikut : Kutipan putusan pengadilan, Surat
tugas dan/atau SPPD
4) PK berkoordinasi dengan Jaksa untuk persiapan
pelaksanaan putusan Pengadilan.
• Pelaksanaan
1) PK memperlihatkan surat tugas kepada Jaksa
2) PK meminta tanda tangan dan stempel kepada
pejabat yang berwenang.
• Tindak Lanjut
Membuat laporan pelaksanaan pendampingan
• Perencanaan
1) PK menerima pemberitahuan tertulis dari LPAS/LPKA
2) Kepala Bapas menunjuk PK untuk menangani
permintaan.
3) PK menerima surat tugas dari Kepa Bapas
4) PK mempersiapkan berkas dan perlengkapan
sebagai berikut : Litmas, Surat tugas dan/atau SPPD.
5) PK berkoordinasi dengan pejabata terkait di LPAS/
LPKA untuk memastikan jadwal.
• Pelaksanaan
1) PK mendatangi LPAS/LPKA dan menyampaikan surat
tugas.
2) PK meminta tanda tangan pejabat berwenang dan
stempel pada surat tugas.
3) PK menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan
penggalian informasi.
• Tindak Lanjut
Membuat laporan pelaksanaan pendampingan
E. Evaluasi
E. Evaluasi
A. Kesimpulan
B. Tindak Lanjut
1. C 1. D 1. B
2. B 2. B 2. C
3. D 3. B 3. D
4. A 4. A 4. B
5. C 5. C 5. C
6. C 6. B 6. A
7. D 7. A 7. C
8. B 8. X
9. D
10. A
11. B
12. D
13. C
17. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 41 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan;