Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS ANTROPOLOGI VISUAL PADA FILM DOKUMENTER

“CERITA WASTRA EPISODE 4 – TOBA”

Paper diajukan sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Antropologi Visual
Institut Seni Budaya Indonesia Bandung

Disusun oleh:
Revanza Faruq (233122027)

FAKULTAS BUDAYA DAN MEDIA


PROGRAM STUDI TELEVISI DAN FILM
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahi Rabbil’Aalamiin segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang telah
memberikan limpahan rahmat, karunia serta kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan pada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Alhamdulillah atas segala
rahmat dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan diberikan
kemudahan dan ketabahan serta kekuatan lahir dan batin.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan paper ini sampai selesai. Semoga kebaikan semuanya menjadi amal ibadah dan
mendapat pahala yang berlimpah dari Allah SWT. Aamiin. Paper ini tidak akan terusun tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.
Semoga kebaikan semuanya mendapat rahmat dengan balasan pahala dan nikmat yang
berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin.
Penulis menyadari paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhirnya, semoga paper
ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca, Aamiin Yaa
Rabbal’Aalamiin.

Bandung, 12 Desember 2023

Revanza Faruq

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3

A. Sistem Visual ........................................................................................................................... 3


B. Sistem Kebudayaan ....................................................................................................... 4
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 6

D. Kesimpulan ................................................................................................................... 6
E. Saran.............................................................................................................................. 6

ii
BAB I
PENDAHALUAN

A. Latar Belakang
Film dokumenter adalah program yang menyajikan suatu kenyataan
berdasarkan pada fakta objektif yang memiliki nilai esensial dan eksistensial yang
memiliki relevansi kehidupan, menuturkan fakta dan realita tanpa rekayasa.
Film Dokumenter tidak sedikit yang menceritakan suatu kebudayaan dari suatu
suku ataupun budaya baru, dengan tujuan memperkenalkan salah satu kebudayaan yang
diceritakan pada film dokumenter kepada semua khalayak dan menjadi ilmu
pengetahuan.
Sebagai informasi, Indonesiana TV adalah televisi kebudayaan pertama di
Indonesia yang dikelola Kemendikbudristek dan tayang di media digital guna
membangkitkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap budaya lokal. Diantara beberapa
program dalam Indonesia TV ini terdapat banyak sekali film dokumenter yang
menceritakan berbagai kebudayaan suku lokal.
Dalam penelitian ini penulis menganalisis salah satu film dokumenter yang
berjudul “Cerita Wastra Eps 4 – Toba”. Dalam film dokumenter tersebut berisikan
cerita tentang pembuatan Kain Ulos yang merupakan salah satu pakaian adat dari suku
Batak.
Namun dalam film dokumenter tersebut tidak hanya menceritakan tentang
pembuatan Kain Ulos, tetapi dalam film dokumenter tersebut juga menceritakan sedikit
tentang kebudayaan asli suku Batak, dimulai dari mata pencaharian mereka, cara
mereka menggunakan kain ulos untuk apa saja, arti dari setiap motif yang dibuat dari
kain ulos dan cara melestarikan pembuatan kain ulos di suku Batak, dengan tujuan agar
kebudayaan suku Batak tetap terjaga dan diregenerasikan oleh generasi selanjutnya.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan
menganalisis sistem visual dan sistem kebudayaan dari film dokumenter tersebut. Maka
dari itu penulis melakukan pembahasan ini sebagai bahan laporan analisis “Analisis
Antropologi Visual pada Film Dokumenter “Cerita Wastra Episode 4 - Toba””.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dapat disimpulkan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah sistem visual pada film dokumenter “Cerita Wastra Eps 4 -
Toba” ?
2. Bagaimanakah sistem kebudayaan pada film dokumenter “Cerita Wastra
Eps 4 – Toba” ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat disimpulkan tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Untuk mengetahui sistem visual pada film dokumenter “Cerita Wastra Eps
4 - Toba”.
2. Untuk mengetahui sistem kebudayaan pada film dokumenter “Cerita Wastra
Eps 4 – Toba”.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Visual
a. Gambar
Film dimulai dengan menyajikan gambar salah satu rumah penduduk suku
Batak dan menampilkan judul filmnya “Cerita Wastra Beralas Ulos, yang mengartikan
film tersebut akan menceritakan tentang kain Ulos. Dan dilanjutkan dengan beberapa
establish gambar benang yang sebagai bahan pembuatan kain ulos dan salah satu warga
yang sedang membuat kain ulos dan beberapa establish gambar kain ulos yang sudah
jadi. Penyajian gambar di awal film sudah cukup akan menggambarkan dan
menceritakan cerita pada film yaitu tentang kain ulos.
Selain itu terdapat beberapa establish lainnya seperti pemandangan dari danau
Toba, akan memberikan pesan film tersebut berada di daerah Toba. Dengan dilanjutkan
gambar orang-orang suku Batak yang sedang menari dan memakai kain ulos.
Setelah narasi awal pada film yang memperkenalkan sekilas tentang kain ulos,
dilanjutkan dengan Narasumber yang berbicara di depan kamera untuk menjelaskan
secara lebih detail mengenai pelestarian kain ulos di suku Batak. Teknik pengambilan
gambar tidak hanya dari satu sudut pandang dan lebih nyaman dilihat dan tidak hanya
datar dilihat.
Beberapa gambar establish ditayangkan lagi setelah Narasumber selesai
menjelaskan mengenai pelestarian kain ulos tersebut. Film tidak hanya menayangkan
satu Narasumber saja dan ada beberapa Narasumber lainnya dengan penjelasan yang
berbeda dan dari daerah yang berbeda, dimulai dari memperkenalkan kain ulos, teknik
pembuatannya, sampai ke pelestariannya.
Pemilihan gambar pada film dokumenter ini sangat mendukung dengan cerita
yang disampaikan pada filmnya, dengan ditambah teknik pengambilan gambarnya
sampai ke penata cahaya dan pewarnaan pada gambarnya yang sebagai pendukung pada
ceritanya sudah sangat tersampaikan pesan dalam film tersebut.

3
b. Audio
Film dimulai dengan suara instrumen musik yang mendukung pada film
dokumenter, dengan pemilihan musik yang tenang memberikan kesan ketenangan dan
sesuai untuk dinikmati.
Narasi diawali dengan menyebutkan salah satu kata pepatah, dan dilanjutkan
memperkenalkan kain ulos sebagai narasi pertama pada film. Narasi disampaikan
secara pelan dan tidak cepat supaya dapat disimak lebih detail.
Diselang berjalannya instrumen musik sebagai backsound pada film terdapat
beberapa audio asli dari videonya untuk menceritkan suasana pada filmnya secara
langsung.
Pemilihan audio instrumen musik sebagai backsound pada film dokumenter ini
sesuai dengan konsep film dokumenter budaya, karena diselang beberapa instrumen
musiknya terdapat instrumen musik daerahnya yang ditampilkan pada film dokumenter
tersebut.

B. Sistem Kebudayaan
Masyarakat suku Batak sangat meyakini dan menghargai atas nilai-nilai yang
tinggi pada arti-arti yang terkandung pada kain ulos, mulai dari segi motif, pembuatan,
dan segi nilai seninya. Masyarakat suku Batak juga sangat meyakini nilai kehidupan
dari alam pada kain ulos karena mengandung sangat banyak nilai-nilai filosofinya.
Kain ulos beragam jenisnya dan dapat dikategorikan sebagai jenisnya, ada yang
memakai kain ulos untuk acara-acara adat masyarakat suku Batak, dan ada hanya yang
memakainya untuk pakaian sehari-hari.
Bagi masyarakat Meat menenun kain ulos sudah menjadi kebisasaan keseharian
mereka dan menjadi salah mata pencahariannya juga. Masyarakat Meat lebih memilih
untuk menenun kain ulos sebagai mata pencahariannya dibandingkan dengan bertani di
ladang, karena cukup mengerjakannya di dalam rumah saja dan tidak kehujanan dan
kepanasan.
Meat memiliki arti “singgah”, karena para pendahulu dari marga-marga Sibagot
Ni Pohan yang datang dari Balige datang ke Meat. Karena marga dari Sibogat Ni Pohan
yang selalu mencari lahan yang akan di garap, maka dari itu mereka untuk mata
pencahariannya dari bertani, berkebun, dan martoba (menangkap ikan di danau).
Sedangkan untuk perempuan-perempuannya mereka biasanya menenun kain ulos,
karena dahulunya mereka dari pakaiannya harus membuat sendiri.

4
Masyarakat suku Batak memiliki warna identik, yaitu Merah yang memiliki arti
keberanian atas menyampaikan yang benar, Putih yang memiliki arti kesucian, dan
Hitam yang memiliki arti habadiaon (memiliki arti kita sebagai manusia harus
memberikan sesuatu pada tuhan).
Masyarakat suku Batak memilih bahan alami untuk bahan pewarna untuk kain
ulos. Bahan-bahan alami tersebut mereka dapatkan dari alam yang berada di lingkungan
sekitar mereka, mereka dapatkan dari daun-daun, kulit pohon, dan sampai akarnya,
tergantung dengan warna apa yang akan di buat.
Masyarakat suku Batak yang menenun kain ulos mereka merasa senang, karena
dari mereka menenun dapat mendapatkan penghasilan dan untuk menyekolahkan anak-
anaknya. Dan mereka juga diajarkan oleh orang tuanya untuk bisa menenun kain ulos
sampai bisa.
Semakin sedikit pengrajin kain ulos dikarenakan proses pembuatannya yang
sulit dan bisa sampai satu bulan untuk menghasilkan satu helai kain ulos. Seperti di
daerah Sigaol Timur sudah jarang sekali yang membuat dan menenun kain ulos. Namun
mereka ingin tetap menjaga kelestariannya karena kain ulos merupakan salah satu
kebudayaan adat suku Batak.
Para penenun kain ulos menjual hasil karya tenunannya langsung kepada
saudagar, dan ada beberapa yang langsung menjualnya juga ke pasar, seperti
masyarakat Tarutung, mereka menjualnya langsung di pasar.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
- Sistem Visual
Pemilihan gambar pada film dokumenter ini sangat mendukung dengan cerita
yang disampaikan pada filmnya, dengan ditambah teknik pengambilan gambarnya
sampai ke penata cahaya dan pewarnaan pada gambarnya yang sebagai pendukung pada
ceritanya sudah sangat tersampaikan pesan dalam film tersebut.
Pemilihan audio instrumen musik sebagai backsound pada film dokumenter ini
sesuai dengan konsep film dokumenter budaya, karena diselang beberapa instrumen
musiknya terdapat instrumen musik daerahnya yang ditampilkan pada film dokumenter
tersebut.

- Sistem Kebudayaan
Masyarakat suku Batak sangat meyakini dan menghargai atas nilai-nilai yang
tinggi pada arti-arti yang terkandung pada kain ulos, mulai dari segi motif, pembuatan,
dan segi nilai seninya. Masyarakat suku Batak juga sangat meyakini nilai kehidupan
dari alam pada kain ulos karena mengandung sangat banyak nilai-nilai filosofinya.
Masyarakat suku Batak yang menenun kain ulos mereka merasa senang, karena
dari mereka menenun dapat mendapatkan penghasilan dan untuk menyekolahkan anak-
anaknya. Dan mereka juga diajarkan oleh orang tuanya untuk bisa menenun kain ulos
sampai bisa.
Semakin sedikit pengrajin kain ulos dikarenakan proses pembuatannya yang
sulit dan bisa sampai satu bulan untuk menghasilkan satu helai kain ulos. Namun
mereka ingin tetap menjaga kelestariannya karena kain ulos merupakan salah satu
kebudayaan adat suku Batak.

B. Saran
Demikianlah paper ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para
pembaca. Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan
kalimat yang kurang jelas. Penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat
diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Anda mungkin juga menyukai