melengsengkarkan pemerintah berkuasa rezim Orde Baru Soeharto. Selama ini rezim orde
mengekang keras kebebasan berpendapat, dan pengontrolan sensor informasi yang ketat.
Melalui lembaga sensor film dan Departemen Penerangan yang dikontrol oleh Orde Baru
membuat para seniman film tidak bisa membuat film serius, sehingga banyak yang berputar
dengan membuat film hiburan berkelas rendah, para penonton Indonesia yang sudah muak
dan bosan menjadi malas menonton. Akibatnya bioskop menjadi sepi dan juga kemunculan
televisi swasta yang membeli lisensi film-film lama era 1970-1980an menambah orang malas
ke bioskop untuk menonton film baru. Muncul stigma pada masyarakat Indonesia kalau bisa
menonton film dengan cara gratis dan mudah dengan hanya duduk dirumah, kenapa harus
bayar dan mengantri untuk menonton film. Sampai pada tahun 1998 rezim orde baru jatuh
Industri film Indonesia mati total. Pada tahun 1998 muncul sekelompok pemuda kritis
penentang aturan Orde Baru dan kroni-kroninya, mendobrak batasan dan aturan dan berani
membuat film yang penuh sarat kritik sosial dan Politk. Film itu berjudul Kuldesak
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Jelangkung_(film)#cite_note-2 diakses 9 September 2020, jam 17.14
2
Seno Joko Suyono dan Dwi Arjanto, “Dari Babi Ngepet Hingga Jelangkung”, Majalah Tempo Edisi 16 Febuari
2003
(Kulakukan dengan Terdesak) di buat oleh 4 sutrdara berbakat dikemudian hari menjadi
orang yang paling penting dalam sejarah kebangkitan industri perfilman Indonesia, yaitu Riri
Salah satu tokoh pemuda yang membuat film Kuldesak yaitu Rizal Mantovani
melopori pembuatan film horor pertama pasca Orde Baru di era Reformasi. Pada tahun 2001
film Jelangkung lahir, film yang disturdarai oleh Rizal Mantovani dan Jose Poernomo
kemudian menjadi kebangkitan industri perfilman Indonesia bergenre horor. Film Jelangkung
membawa atmosfer horor yang baru berbeda dengan horor masa Orde Baru. Film horor
berpindah dari pedesaan dan perkotaan. Iklim film horor Indonesia yang dibangun oleh Rizal
Mantovani dan Jose Poernomo dipengaruhi oleh film-film horor Asia yang berasal dari
Jepang, Korea, dan Hongkong. Selain itu gaya penyuntradraan film horor ini juga identitk
dengan musik-musik video ala MTV, karena para pembuat film ini sebelumnya adalah
sutradara musik video. Film ini pun direkam menggunakan kamera digital bukan kamera
film besar pada umumnya. Munculnya Film Jelangkung (2001) membuat masyarkat
bondong antri ke bioskop. Film ini kemudian jadi berbincangan dimana-dimana mulai dari
kantor , sekolah, kafe dan restoran, film ini naik daun karen horor adalah genre yang dinanti-
Film Indonesia yang populer sebelumnya adalah Petulangan Sherina (2000) karya
Rizi Riza sutradara muda yang bersama Rizal Mantovani membuat film Kuldesak (1998).
Kehadiran film Petulangan Sherina yang bergenre drama musikal berhasil menarik kembali
masyarakat Indonesia untuk menonton film Indonesia di Bioskop. Ibarat tali yang
menyambung kemudian lahir film genre horor hadir, film Jelangkung direspon dengan baik
dan sangat antusias oleh masyarakat Indonesia, membuat film ini menjadi laris manis. Film
Jelangkung kemudian menjadi film yang bisa bertahan sampai satu bulan penuh
Film Jelangkung kemudian menjadi stimulus para pembuat film untuk membuat film
horor selanjutnya. Secara tidak langsung film Jelangkung menjadi cetak biru dalam
pembuatan film horor pasca Orde Baru. Ciri khas film perkotaan, para aktris dan aktor
pemuda yang berani dan mengungkap hal-hal tabu dan pemberontak norma sosial. Film
horor selanjutnya hampir selalu memakai mitos urban legend yang berkembang di perkotaan,
misal cerita mistis dibangunan tua, disebuah gedung bertingkat, rumah lama peninggalan
Belanda dan Jepang, sekolah, rumah sakit, stasiun, jembatan dan Jalan raya. Kebanyakan
yang menonton adalah remaja gaul perkotaan yang hidup hedon, yang selalu belanja da
makan makanan mahal di mal-mal besar. Menonton film horor menjadi hal yang penting
untuk menaikan gengsi dan biar dianggap update. Pada era reformasi ini menjadikan sebuah
budaya nonton untuk kalangan anak muda, maka dari itu Pasar film horor Indonesia yang
dikembangkan adalah pasar anak muda, digambarkan lewat para aktor dan aktris film horor
Pada tahun 2002 muncul film horor yang unik, yaitu film Kafir (2002). Film ini tidak
mengikuti gaya Film Jelangkung karena film ini dibuat oleh sutradara dari masa Orde Baru
yaitu H. Mardali Syarif. Sutradara yang pada saat itu berumum 60 tahun ini, kemudian
tertarik membuat film horor lagi. Dikutip dari Majalah Tempo Edisi 16 Febuari 2003, melihat
kesuksesan komersial film Jelangkung karya Rizal Mantovani dan Jose Poernomo membuat
ngiler para sutradara film horor lama. Apalagi kafir yang mengusung resep lama pun telah
meraih 400ribu penonton di Jakarta sejak awal beredar Desember 2002. Mardali Syarif
mengatakan “ini membuktikan masyarakat kelas sandal mau ke bisokop mahal hanya untuk
menonton film horor”. Disini Mardali Syarif berusaha menyampaikan pendapatnya bahwa
menonton film horor di Bioskop mahal di mal-mal tidak hanya untuk orang kalangan atas
(kaya) saja tapi masyarakat ekonomi menengah kebawah masih ingin menikmati film horor
Film horor tahun 2002 meningkat menjadi 5 judul film karena bisa dibilang dari
kesuksesan film Horor Jelangkung (2001). Film horor makin populer kemudian pada tahun
2003, pada tahun ini terdapat film Tusuk Jelangkung (2003) yang bisa dibilang sequel dari
Jelangkung (2001). Pada tahun 2004 jumlah film horor meningkat lagi menjadi meningkat
menjadi 6 judul film, ragam horor khas urban legend perkotaan mulai bervariasi sudah ada
hantu disekolah, rumah sakit, bangunan tua, dan tempat tempat legenda yang dipercayai oleh
orang perkotaan.
Pada tahun 2001-2006 jumlah penonton film horor sebenarnya tidak ada pendataan
resmi yang dibuat oleh lembaga resmi atau organisasi yang terorganisir. Keadaan perfilman
Indonesia pasca Orde Baru dimasa Reformasi masih merangkak maju sedikit demi sedikit.
Sudah ada beberapa produksi film, tetapi belum ada infrasturktur film atau sebuah lembaga
yang mengawasi. Akibat efek dari kejatuhan Orde Baru membuat film yang ditonton tidak
terdata dengan baik jumlah penontonnya, dikarenakan lembaga yang biasanya mengawasi
dan mencatat jumlah penonton Biosokop yaitu Departemen Penerangan sudah tidak ada, dan
lembaga sensor film juga belum ada, peralihan masa politk Orde Baru ke Reformasi
menjadikan pengarsipan data film jadi sedikit terbaikan maka dari itu ada data resmi untuk
penonton film-film Indonesia dari rentang tahun 2001-2006. Ditambah lagi kurang nya para
penulis kritikus film dan wartawan film di Indonesia itu sendiri, hanya ada beberapa media
yang berhasil mewancarai pemilik bioskop dan mendapatkan data penonton, tetapi itu bukan
data final karena para pemilik bioskop kadang tidak terlalu memperhatikan jumlah penonton
dan tiket yang terjual, dan karena juga tidak ada lembaga resmi yang harus mewajibkan
Pada masa reformasi bioskop-bioskop untuk menonton film kebanyakan hanya tersedia di
perkotaan dengan ditempatkan pada wilayah elit seperti mal-mal dan hotel-hotel mahal.
Akibat kemunduran industri perfilman di akhir tahun 1990an dan krisis moneter Indonesia
pada tahun 1998 membuat banyak bioskop tutup. Bioskop yang pada masa Orde Baru hampir
tersedia di setiap kabupaten, kecamtan dan desa di pelosok Indonesia, tutup berjamaah karena
bioskop kecil ini didanai oleh Departemen Penerangan dimana fungsi utamanya untuk
memutar film G30S/PKI. Setelah Orde Baru runtuh film G30S/PKI bukan film wajib lagi,
sehingga tidak ada masyarakat Indonesia yang menonton lagi, hal itu juga mempercepat
banyak bioskop tutup. Dan bioskop hanya tersedia dan bertahan di kota-kota besar
Melihat perkembangan jumlah film horor dan antusias masyrakat Indonesia merespon
kehadiran film horor Indonesia, dapat disimpulkan penonton film horor Indonesia meningkat
dari tahun pada tahun antara 2001-2006. Tahun ini dikenal dengan tahun permualan film
horor Indonesia mengumpulkan para penoton dan penggemar khusus genre film horor. Total
Produksi film horor Indonesia periode 2001-2006 adalah 29 judul film. Ditahun selanjutnya
Kesukseskan film horor Indonesia pada periode 2001-2006. Membuat film horor
Indoonesia pada tahun 2007 menjadi masa tren populer film horor Indonesia. Film Horor di
tahun 2007 menjadi primadona masyarakat Indonesia khususnya pada pasar remaja
Indonesia. Hal ini di tandai dengan kesuksesan dengan film Terowongan Casablanca (2007)
yang mencapai 1,2 juta penonton. Jumlah film pun meningkat pada tahun 2007 terdapat 24
judul film horor diproduksi bandingkan dengan jumlah film horor periode 2001-2006 yang di
totalkan terdapat 29 judul film, dbutuhkan 5 tahun untuk jumlah produksi sebanyak itu
sedangkan pada tahun 2007 hanya satu tahun tetapi terdapat 24 film horor.
Film horor Indonesia makin stabil di produksi jumlah film horor Indonesia setiap
tahun film horor yang diproduksi tidak pernah dibawah 20 judul film. Film horor makin
populer karena banyak para aktor dan aktris favoritnya main di film horor. Pada awalnya
kisaran tahun 2001-2006 film horor memakai aktor dan aktris yang bukan aktris dan aktor
terkenal, asal muda dan berparas cantik dan tampan para pemain pemula itu diajak main film
horor, berbeda mulai dari tahun 2007 sudah mengguanak para pemain film yang terkenal dan
sudah punya nama baik sebagai pemain film, model, dan lain-lain. Selain itu pada awal tahun
2007 keatas sudah mulai banyak para aktris kontroversial yang diajak bermain film horor,
bahkan para aktris ini sangat terkenal seksual. Hal ini menjadi daya tarik bagi penonton film
horor Indonesia.
Pesat perkembangan film horor yang ada di Indonesia dan menjamurnya berbagai
perkembangan film horor. Nenek Moyang bangsa Indonesia yang mempercayai aliran
animisme dan dinamisme ikut andil dalam estafet budaya yang melatarbelakangi cerita-cerita
supernatural yang hingga sekarang masih populer di Indonesia. Pada masa sentralisasi,
banyak film horor yang berpusat di Jakarta. Sebut saja si Manis Jembatan Ancol dan Dia
Bangkit dari Kubur. Film lain adalah Dedemit Gunung Kidul dan Lawang Sewu yang lebih
bersidat kedarahan, apa yang terjadi antara sentralisasi dan film horor. Desentralisasi
merujuk pada penyerahan kekuasaan dari pemerintah pusat kepada alat-alatnya di daerah,
presiden Soeharto. Namun semangat pembangunan yang digaungkan tidak diiringi dengan
pembangunan yang merata di tiap-tiap daerah. Begitu pesatnya pembangunan yang diadakan
di Jakarta dan tanah Jawa dengan mengeruk begitu banyak sumber daya yang ada di daerah
Begitu juga Industri perfilmn yang ada di Indonesia. Produser film horor yang ada di
Indonesia terbatas pada produser seperti Soraya Intercine dan Genta Buana. Kebanyaakan
artis yang dimainkan dalam percaturan film horor Indonesia adalah aktor ibukota seperti
Barry Prima, Suzzana, Kiki Maria, Ozzy Syahputra dan George Rudi. Begitu juga dengan
judul-judul film horor yang ada di Indonesia. Sewaktu era sentralisasi mengenal adanya film
yang berjudul Si Manis Jembatan Ancol (1993) yang terlihat sangat jakarta melalui
judulnya saja4 Walaupun berjudul Jakarta tapi dalam suasana dan penggembaran cerita ini
sangat bernuasa hal yang berbau pedesaaan ini lah ciri khas film Horor masa Orde Baru.
Gaya Hidup yang sangat jauh dibandingkan dengan gaya hidup yang ada di daerah pada
masa itu.
Indonesia. Pada era soeharto senstralisasi, begitu terasa di Republik Indonesia. Sentralisasi
dan Jakarta sentris sangat oleh rakyat Indonesia hingga merambah ke Industri perfilman
Indonesia, tak terkecuali film horor Indonesia.5 Namun dalam hal ini terjadi paradoks dimana
sebenarnya film horor Orde Baru itu mempunyai narasi pedesaan yang kuat, karena muncul
stigma masyarakat pedesaan itu tertinggal secara ekonomi dan pendidkan sehingga sangat
percaya hal-hal gaib yang membuat stigma rendahan oleh pemerintahan Orde Baru, dan juga
keperluan agar dapat mengontrol daerah pedesaan. Di desa disiapkan alat dan media untuk
3
Tane Andrea Hadiyanto. Film Horor & Roman Indonesia Sebuah Kajian, Yogyakarta : Litera, 2012), Hal 107-
108
4
ibid
5
Ibid
Seiring dengan adanya kerusahan Mei 1998 sebagai gong reformasi, program otonomi
pemerintahan agar tidak berpusat Jakarta sehingga pemerintahan tidak lagi Jakarta sentris
melainkan sudah bisa dibilang “merata”.6 Namun sebaliknya hal yang terjadi adalah
perpindahan narasi film horor dari suasana pedesaan ke perkotaan. Bedanya adalah isi cerita
dalam film dan aktor dan aktris yang dipakai, bisanya dalam film horor Orde mempunyai
cerita balas dendam, atau hantu yang meneror dan kemudian diselesaikan oleh tokoh agama,
kyai atau ustad, aktor dan aktris yang dipakai adalah orang dewasa. Pada masa reformasi
berubah cerita horor tidak lagi berputar pada peristiwa balas dendam, santet, atau kejahatan
yang diwakilkan oleh setan dan kebaikan yang diwakilkan tokoh agama, hal itu tidak ada lagi
hampir bisa dikatakan tidak ada unsur religi pada film horor reformasi. Para pemain film
adalah pemuda-pemudi yang urakan dan berani menentang norma-norma yang berlaku,
Peralihan era politik Orde Baru ke Reformasi, membuat kacau pendataan film
Independen. Bioskop yang bertahan hanya Bioskop Jaringan 21 yang dipunyai oleh kerabat
film pada tahun 1990an hal ini juga yang mematikan beberapa bioskop Independen. Hal ini
selepas kejatuahn Orde Baru memasuki era Reformasi, terjadi kacau balau dalam pendataaan
data data perfilman dalam hal ini pencatat jumalah penoton film. Pencataran film hanya
dilakukan oleh beberapa media yang dilakukan oleh jurnalis secara acak dan tidak terstruktur.
Antusias Masyarakat Indonesia terhadap film horor era reformas tentu saja cukup baik
bisa dilihat lagi dari kesuksesan film Jelangkung (2001) yang banyak diliput media dan jadi
perbincangan dimana.mana. Sebagai contoh bisa dilihat dari liputan yang ditulis oleh
6
Ibid
Kapanlagi.com berjudul Penonton 'HANTU JERUK PURUT' Membludak pada Jum'at, 01
Perhelatan gala premiere film HANTU JERUK PURUT, di Planet Hollywood beberapa hari lalu,
mendapat respon positif. Lima studio Planet Hollywood berkapasitas 1195 kursi, tidak mampu
menampung pengunjung. Akibatnya antrian panjang sampai ke areal parkir. Ketegangan juga sempat
muncul dipicu kegelisahan penonton sampai malam belum mendapatkan tiket. Padahal
pertunjukkan priemiere telah dimulai. Ketegangan baru bisa mereda ketika pihak Indika
Entertainment memastikan akan membuka pertunjukkan tambahan di studio satu yang berkapasitas
314 orang pada pukul 23.00 wib. Novia Ramalina, divisi promosi Indika Entertainment
mengungkapkan bahwa undangan yang telah dikeluarkan oleh pihak Indika telah sesuai dengan
kapasitas studio. Namun para undangan rata-rata membawa empat sampai enam orang rekannya.
“Kami tidak mungkin menolak para undangan yang telah berkenan datang dan memberikan apresiasi
kepada film terbaru kami meski mereka membawa rekan lebih dari jarah undangan,” ujar Shanker
selaku produser film tersebut. Lebih lanjut Shanker juga mengucapkan terimah kasih kepada pecinta
film nasional yang telah memberikan apresiasi tersendiri atas pemutaran perdana film ini. “Kami
juga tak lupa mengucapkan terimahkasih kepada rekan-rekan wartawan yang sampai saat ini terus
mendukung publikasi dan promosi film HANTU JERUK PURUT,” ungkap Shanker. Selain dihadiri
bintang utama HANTU JERUK PURUT, seperti Angie Virgin, Sheila Marcia dan Valia Rahma, gala
premiere film ini juga dipadati selebritis ternama lainnya, seperti Elma Theana, Irwansyah, Acha
Septriasa, Nia Ramadhani, Bams Samson, Eko Patrio, Nadine Chandrawinata, Vicky Notonegora dan
banyak lagi.7
Pendataan data-data film kemudian mulai stabil pada tahun 2007, hal ini di inisiasi oleh
seorang Jurnalis Film yang bernama J.B Kristanto kemudian mendapat respon oleh para pemuda
yang peduli terhadap perfilman Indonesia seperti Andrian Jonathan Pasaribu dan Lisabona Rahman.
7
https://www.kapanlagi.com/showbiz/film/indonesia/penonton-hantu-jeruk-purut-membludak-ca3imqu.html
diakses tgl 10 Oktober 2020, jam 17.21
Selain itu JB. Kristanto juga melakukan kerjasama dengan Sinematek Indonesia yang dipimpin H.
Misbach Yusa Biran, seorang pengarsip film indepen yang mendirikan organisasinya di bawah
Yayasan Citra Berlokasi di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail di Kuningan Jakarta. JB.
Kristanto berhasil membuat buka katolog film Indonesia mulai dari 1928-2005 dan mendapatkan
cetakan kedua Katalog Film Indonesia 1928-2007. JB. Kristanto bersama teman-teman dan dibantu
arsip dan data yang diperoleh dari Sinematek Indonesia serta bekerja sama dengan bioskop-bioskop
yang ada, berhasil menghasilkan membuat database online yaitu filmindonesia.or.id. Kemudian
filmindonesia.or.id ini menjadi acuan sumber pencatatan data perfilman khusunya jumlah Penonton.
Data yang dicatat pada fiilmindonesia.or.id. Ditahun 2007 pada data 15 film Indonesia
penonton terbanyak terdapat 10 judul film horor dari 15 film horor Indonesia penonton terbanyak
ditahun 2007. Ini menandakan minat yang besar pada penonton film horor Indonesia, hal tersebut
menjadi bukti bahwa pada tahun 2001-2006 berhasil mengumpulkan para penonton film. Film
terlaris 2007 Terowongan Casablanca mencapai 1,2 Juta penonton, kemudian pada tahun 2008 film
terlaris Taling Pocong Perawan (2008) mencapai 1 Juta penonton. Film Tali Pocong Perawan (2008)
menggunakan aktris sensasional Dewi Persik yang tubuh nya rela di eksploitasi dari sinilah menjadi
faktop pemicu film horor selanjutnya menggunakan aktris seksi sebagai daya tarik film horor
Indonesia.
Film Horor mulai kehilangan daya tarik karena banyak film horor memakai pola yang sama
sinematografinya. Karena para produser film horor Indonesia hanya ingin membuat film horor
dengan biaya murah dan persiapan yang ala kadarnya hanya untuk mengejar profit keuntungan
semata. Film-film horor yang tampak di bioskop kemudian membuat masyarakat jadi terbiasa dan
bosan. Apalagi telah banyak film bergenre drama biografi dan historis yang bagus dibuat dengan
sungguh-sungguh dengan biaya yang sangat mahal, sehingga tampak kualitas filmnya dan diliput
berbagai media kemudian pasar film drama ini menggeser pasar film horor Indonesia yang sudah
mulai bertengger sejak tahun 2007. Film horor mulai kehilangan pamornya tergeser oleh genre
drama, bisa dilihat untuk film horor terlaris pada tahun 2010 saja jumlah penontonnya di bawah 1
juta penonton bandingkan dengan jumlah penonton film horor terlaris sebelumnya yang selalu
mencapai angka 1 juta penonton. Film horor terlaris pada tahun 2010 hanya sampai pada 500 ribu
penonton, dan bisa dilihat dari datanya bahwa ada 23 film horor yang di produksi, untuk film horor
terlaris saja hanya mencapai 500 ribu penonton, bagaimana dengan film lainnya yang menonton
Hilangnya pamor film horor mulai pada tahun 2010 dan berakhir pada 2012, sehinnga
muncul istilah kiamat film horor Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa film horor sudah mulai
ditinggalkan karena kualitasnya tidak meningkat dan para penonton sudah mulai bosan, dan
ditambah lagi pada tahun tersebut sedang bangkit nya genre film drama yang berkualitas baik itu
diangkat dari novel ataupun biografi serta dari kisah sejarah yang dinarasikan menjadi cerita film
Bab 2. Karakteristik dan alasan orang menonton film horor periode 2001 – 2012 di
Indonesia
Periode Tahun Karakteristik Daya Tarik Bagi Penonton
2001-2006 Perpindahan Penantian terhadap genre
narasi film horor setelah
pedesaan ke kebangkitan film era
Perkotaan reformasi
Cerita Penasaran terhadap film
berasal dari horor Indonesia era
mitos urban Reformasi karena masa itu
legend lagi populer film horor dari
Inspirasi dari negara-negara Asia
film horor Menonton film horor
Asia menjadi tren baru karena
Aktor dan film diputar pada Bioskop
aktris yang mahal di mal-mal besar
masih muda Menonton film horor
cantik dan menjadi tren seru-seruan
tampan bersama teman, budaya
Aktor nonton bareng film horor.
pemula dan Menonton film horor
bukan orang dianggap keren dan
terkenal uptodate
Tidak ada
unsur religi
Bukan lagi
cerita
kejahatan
melawan
kebaikan
Tontonan
orang kota di
mal-mal
mahal
2007-2012 Film horor Film horor makin beragam
menjadi dan banyak pilihan
sangat Film horor menjadi lebih
populer banyak di perbincangkan
Film horor Banyak film horor yang
menjadi tren diiklankan di media dan
center publik area.
Film horor Film horor banyak
satu tahun menggunakan aktris dan
selalu lebih aktor terkenal
dari 20 judul Menonton karena ingin
yang melihat idolanya
diproduksi Banyak perempuan seksi
Penonton yang tubuhnya siap di
film horor eksploitasi
makin Film horor menggunakan
banyak aktris porno dari luar negeri
Film horor yaitu Jepang dan Amerika
menggunaka Serikat
n aktris dan Budaya notnon bareng
aktor untuk ketakutan bersama
terkenal meningkat pesat
Film horor
terkenal
menjadi film
horseks atau
horor sekual
Film horor
lebih banyak
adegan
sensual
perempuan
dan
perempuan
berbaju mini
dan ketat.
Pola film
horor selalu
sama
Film Horor Indonesia pada periode 2001-2006 mempunyai karakterisitik yang kuat sendiri,
berbenga dengan film horor Orde Baru, horor selalu dengan identik hantu perempuan yang mati
membalas dendam seperti horor yang di perankan oleh Suzzana. Tidak ada lagi sosok ustad yang
mengalahkan setan setan yang berkeliaran dengan bacaan ayat kursi. Film Horor tidakl lagi bercerita
narasi kebaikan menang melawan kejahatan. Menurut penelitan dari Anton Sutandio dalam
disertasinya film horor yang berkembang pada era Orde Baru di tahun 1980an merupakan alegori
atau pelambangan perwujudan dari Ideologi Komunis dan PKI yang dianggap sebagai musuh rakyat
dan musuh bangsa Indonesia. Film horor tersebut di representasikan secara sederhana menurut
Anton Sutandio adalah hantu mewakili komunis yang membuat kekacuan dan keributan pada warga,
kemudian dimusnahkan datang pahlawan terakhir untuk menghancurkan hantu itu dengan
kedatangan Ustad atau kyai dalam hal ini mewakili kebaikan yang siap mengalahkan kejahatan,
ibaratnya para tokoh Agama ini adalah pemerintah yaitu Orde Baru itu sendiri.
Kemunculan film Jelangkung (2001) adalah bentuk perlawana dalam sistem politik Orde
Baru. Era Reformasi adalah era keterbukaan atau era Demokrasi dimana setiap orang bebas
mengemukakan pendapat dan ekspresinya. Film ini menggambarkan pemuda yang bebas dan
berani menenatang keteraturan dimana ini jelas memperlihat kebebasan dalam berkspresi. Selama
ini pemerintahan Orde Baru menekan kebebasan berbicara dan berekspresi masyarakat Indonesia
dalam hal ini termasuk jugga pada industri perfilman. Kekebasan dalam berseni dalam dunia
perfilman dibatasi oleh pemerintahan Orde Baru, akibatnya tidak ada film serius atau film yang
berseni tinggi karena diatur oleh Lembaga Sensor yang diatur oleh Orde Baru dan setiap film harus
dilaporkan dulu Ke Departemen Penerangan baik itu film yang sedang proses atau sudah jadi.
Naskah skenario film harus dikirim dulu ke Departemen Penerangan, dilihat apakah ada tidak ada isi
naskah yang menyinggung pemerintah, apabila ada naskah itu dihapus dan dialognya diganti. Begitu
perfilman Indonesia dan kebangkitan permulaan perfilman pada awal tahun 2000. Kebangkitan film
horor Indonesia yang dipelopori oleh Rizal Mantovani dan Jose Poernomo mengambil momentum
yang pas, dimana setelah keruntuhan Orde Baru 1998, perfilman Indonesia hampir dibilang tidak
ada. Sampai saat film Kuldesak dibuat dan dapat di tonton pada tahuh 1998 di Bioskop, kemudian
dilanjutkan dengan film bergenre drama muskal Petulangan Sherina (2000) yang sukkses. Rizal
Mantovani mengambil kesempatan dan membuat film horor Indonesia pertama pasca Orde Baru,
bersama rekannya Jose Poernomo. Kondisi saat itu dunia perfilman horor dunia yang sedang
berkiblat di negara-negara Asia seperti Jepang memberi insipirasi yang kuat pada Rizal Mantovani
Film Jelangkung ini lah dipengaruhi film-film J-Horror (horor Jepang) yang mencuat ke
kancah internasional semenjak keberhasilan Ringu karya Hideo Nakata di tahun 1997. Style
penyuntradaraan film mirip dengan video musik ala MTV, karena para pembuat film ini awal bekerja
sebagai pembuat musik video seperti halnya Rizal Mantovani dan Jose Poernomo dalam pembuatan
film Jelangkung (2001). Narasi ini terus terpakai menjadi formula film horor era Reformasi yaitu
setting di perkotaan, pemai film adalah pemuda-pemudi berwajah tampan dan cantik, ceritanya
banyak tentang perburuhan hantu, uji nyali dan berani menggebrak hal-hal tabu. Lokasi film adalah
tempat Urban Legend yang populer di perkotaan seperti rumah tua, bangunan yang telah
aktor utama dalam narasi film. Titik Hitam adalah cerita horor berbalut drama percintaan. Kisah
horor yang ditampilkan adalah horor pskiologi. Horor yang berasal dari sifat manusia, yaitu manusia
yang meneror manusia lainnya, tidak ada sosok pahlawan kesiangan dalam cerita film ini. Pada film
Satu Nyawa Dalam Denting Lonceng Kecil mengambil kisah anak muda di perkotaan yang indekos,
ternyata dalam kos-kosan tersebut terjadi hal yang mistis karena kos tersebut pernah jadi tempat
orang bunuh diri. Sehingga memunculkan kos-kosan angker dan berhatu akhirnya menjadi mitos
Tahun 2002 memiliki keunikan sendiri kesuksekan menarik seorang dari masa lalu kembali
membuat film horor yaitu H. Mardali Syarief. Film Buatan H. Mardali Syarief menggunakan konsep
film horor yang sama pada masa Orde Baru. H. Mardali Syarief karena tergiur juga dengan
kesuksesan film Jelangkung (2001). Alih-alih membuat film horor dengan konsep seperti Jelangkung,
H. Mardali Syarief malah tetap menggunakan pakem film horor orde Baru, tidak tanggung ia
membuat 2 buah film yaitu Kafir (2002) dan Peti Mati (2003). Dari itu kemudian filmnya lumayan
sukses, cukup banyak yang menonton walau sudah memasuki era reformasi, tetapi masih ada yang
Film Kafir besutan Mardali Syarief, yang menampilkan Sujiwo Tejo sebagai pemeran utama,
juga mengingatkan prototipe film klenik lama. Kafir berkisah tentang seorang dukun yang mayatnya
tak diterima tanah, lalu masyarakat meminta bantuan seorang kiai. Lagi-lagi ini menunjukkan
kecenderungan film horor kita yang lucu:tokoh kiai selalu ditampilkan sebagai hero at the last
minute. Lihat saja film Kutukan Nyai Roro Kidul (1979). Tersebutlah sebuah desa di pantai selatan,
seorang perempuan bernama Wulan kerasukan Nyi Roro Kidul. (Lucunya, sebuah adegan
memperlihatkan lokasi syuting di Juntinyoat, Indramayu, yang notabene di pantai utara.) Akibat
kerasukan, suaminya sendiri dicakarnya di tempat tidur. Wulan kawin lagi dan membunuh lagi.
Tibatiba di akhir cerita data 8ng seorang kiai muda yang bertugas membasmi kutukan itu dan
akhirnya mengawini Wulan.9 Begitulah cara logika film horor Orde Baru bekerja
Ferry Anggriawan dari Virgo Putra Film seorang produser film dari jaman Orba juga
mengambil kesempatan dalam membuat film horor di era reformasi. Ferry Anggriawan sempat
diwawancara Majalah Tempo edisi 13 Febuari 2003, apakah ferry akan membuat film dengan konsep
horor lama. Ferry menjawab akan membidik pangsa atas," katanya berjanji. Kemungkinan besar
ramuan-ramuan model Titik Hitam atau Jelangkung yang mengolah musik pop, funky, dan
melibatkan kehidupan remaja modern tentang hal-hal gaib kini menjadi tren baru. Inilah tren anak-
anak muda bertamasya ke dunia para arwah di dunia perfilman Indonesia. Film yang dibuat oleh
Ferry Anggriawan berjudul Suster N (Dendam Suster Ngesot (2007), Rayuan Arwah Penasaran
(2010). Sebelumnya Ferry Anggriawan pada tahun 2002 telah juga membuat film horor berjudul
Mati Penasaran (2002) yang memakai konsep horor lama, dengan cerita yang ditulis dan diambil dari
Mulai banyak film horor pskilogi yang muncul, dimana rasa teror didapat dari manusia itu
sendiri. Film-film yang muncul tersebut antara lain Peti Mati (2003), The Soul (2004), Titik Hitam
(2002), Kanibal -Sumanto (2004), Miror (2005), Psikopat (2005). Fenomena film horor psikologi
menjadi karateristik sendiri dalam permulaan kebangkitan, film horor Indonesia pasca Orde Baru.
Hal ini menandakan bahwa suatu yang menakutkan dan bersifat meneror itu tidak selalu berasal dari
makhluk gaib atau hantu, melainkan manusia itu sendiri dapat meneror dan menghancurkan
manusia lainnya.
Bangsal 13 (2004) film arahan Ody C. Harahap mengambil kisah disebuah Rumah Sakit di
Jawa Barat. Disebuah ruangan Bangsal 13 yang berisi 10 tempat tidur yang telah lama dikunci selama
20 tahun. Ruangan yang terkenal angker ini menjadi perbicangan masyarakat sehingga menjadi
cerita urban legend. Fim Miror (2005) mengambil cerita urban legend dari kamar mandi sekolah
9
Seno Joko Suyono dan Dwi Arjanto, Loc.cit
angker yang ada arwah penasarannya, karena sebelumnya pernah ada kejadian bunuh diri dikamar
mandi itu. Cerita horor dari dunia nyata dimana terdapat pria yang mencari ilmu hitam dengan cara
menjadi kanibal dan memakan mayat kemudian juga difilmkan yaitu Sumanto pada tahun 2004.
TPU Jeruk Purut sebuah tempat pemakan umum di Jakarta yang terkenal angker, mitosnya
berkembang pesat dan dipercayai oleh masyarakat perkotaan Jakarta. TPU Jeruk Purut kemudian
diangkat menjadi film berjudul Hantu Jeruk Perut (2006). Masa awal film horor Indonesia berusaha
menangkap karateristik horor yang indentik dengam mitos perkotaan atau urban legend. Pada tahun
2006 juga menjadi momentum kembali film-film horor, yang menggunakan nama dan jenis hantu
sebagai judul utama, yaitu Pocong dan Kuntilanak. Dan hal yang unik adalah hantu Pocong dimana
pada masa Orde Baru adalah hantu sampingan yang muncul dan tidak mempunyai peran penting.
Kemudian pada tahun 2006 Pocong diangkat menjadi hantu utama dan sangat penting, sehingga
memunculkan identik khas hantu Indonesia yang tidak ada di negara lain yaitu sosok Pocong Hantu
yang berbungkus kain putih yang melompat. Kuntilanak dan Pocong selanjutnya menjadi hantu
dominan pada film horor selanjutnya dalam hal ini mulai dari tahun 2007 sampai seterusnya.
Para penonton mendapat hal baru dalam variasi film horor Indonesia, sehingga hal ini lah
film yang membuat film horor meledak, dan menjadi tontonan pokok masyarakat Indonesia. Film
horor meningkat 2 kali lipat. Begitu juga dengan lonjokan jumlah penoton yang membludak sehingga
ini adalah masa kejayaan film horor Indonesia. Film horo terpopuler ditahun 2007, Terowongan
Casablanca mempunyai daya tarik anak muda perkotaan yang kental. Pada film ini terdapat narasi
kehidupan pemuda perkotaan yang glamor, bebas, hura-hura yang hal ini dianggap keren. Banyak
adegan seperti suasana klubing di klab malam, minum-minum alkohol, narkoba, drama percintaan
dan seks bebas. Hal ini di eluh-eluhkan oleh para penonton remaja pada film horor Indonesia.
Karateristik film horor yang muncul pada 2007-2012 adalah horor yang menggunakan aktris
dan aktor terkenal tidak hanya terkenal tapi kontrevisonal yang pasti tampan dan cantik. Film yang
ditampilkan adalah hantu yang muncul tiba-tiba yang membuat jumpscare atau kejutan untuk
penonton. Film horor di identikan dengan cerita yang dipenuhi perempua muda dan seksi. Sebut aja
aktris Dewi Persik dan Julia Perez yang menghiasi judul-judul fim horor sepanjang tahun. Aktris
terkenal seperti Tamara Bleszynski bermain di film Air Terjun Pengantin (2007), Asha Shara
bermain di Terowongan Casablanca (2007), dan Hantu Jeruk Purut (2007), Lia Waode
bermain di film Suster Ngesot (2007). Julie Estelle yang memulai main di film Kuntilanak
Film horor periode 2007-2012 ini adalah masa film horor populer dan menjadi tren
dikalangan anak-anak muda, para anak sekolah berbondong-bondong menonton sehabis pulang
sekolah, film horor menjadi film pilihan untuk seru-seruan karena ketakutan, kemudian film horor
mempunyai pandangan lain akibat perkembangan film horor yang pesat, muncul istilah , horseks
atau horor seks yaitu film porno berbalut horor, hal ini menjadi tren karena film yang diproduksi
banyak menggunakan aktris sensual yang mau tubuh nya di eksploitasi, selain itu banyak juga
mendatangan aktris impor dari luar negeri, tidak tanggung-tanggung yang diundang main film
adalah para aktris film pormo yang sedang naik daun berasal dari Jepang dan Amerika. Hal ini
semakin menguatkan stigma Horseks pada masyarakat Indonesia, masyrakat yang menyukai
hal ini berbondong-bondong memenuhi bioskop yang menaikan jumlah penonton laki-laki. Pola
film horor yang dibuat selalu sama tiap tahun tanpa memikirkan kualitas cerita atau sinematografi
pada film horor yang diproduski, akhirnya membuat film horor menjadi kehilangan pamor dan
masyarakat menjadi bosan sehingga jumlah penonton film horor Indonesia menurun, ditambah
sedang meledaknya film-film drama yang bagus atau film yang diangkat dari kisah nyata berupa
biografi ataupun film yang diangkat dari sebuah Novel. Masa penurunan penonton film horor
dimulai pada tahun 2010-2012, sehingga muncul istilah kiamat film horor pada tahun 2012,
karena tidak sebanding antara jumlah film yang diproduksi dengan film horor yang ditonton.